Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Abortus

Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan
berat kurang dari 1000 gram atau kehamilan kurang dari 28 minggu (Chandranita 2010). Abortus
ialah berakhirnya suatu kehamilan yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu pada sebelum
kehamilan atau kelurnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungn dengan berat
badan kurang dari 1000gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu ( Manuamba 2010).

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
dengan berat badan dibawah 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu
( Nanny,2011). Peneliti mengmbil kesimpulan bahwa arbotus merupakan pengeluaran hasil
konsepsi dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebelum janin dapat bertahan hidup.

B. Macam –macam Abortus

Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar (buatan) untuk mengakhiri
kehamilan tersebut. Berdasakan gambaran kliniknya arbotus dapat dibagi menjadi
(prawirohardjo, 2010) :

a. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah pengeluaran semua hasil konsepsi dengan
umur kehamilan > 20 minggu kehamilan lengkap.

b. Abortus insipiens adalah perdarahan itrauterin sebelum kehamilan lengkap 20 minggu


dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pengeluaran sebagian atau seluruhnya.

c. Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi tidak semua hasil konsepsi pada
umur > 20 minggu kehamilan lengkap.

d. Abortus imminens adalah pendarahan intrauteri pada umur < 20 minggu kehamilan
lengkap dengan satu tanpa kontraksi uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran
hasil konsepsi. Hasil kehamilan yang belum viabel berada dalam bahaya tetapi
kehamilannya terus berlanjut.

e. Missed abprtion (keguguran tertunda) adalah kematian embrio atau janin berumur < 20
minggu kehamilan lengkap tetapi hasil konsepsi tetahan dalam rahim selama > 8 minggu.

f. Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil kehamilan secara spontan yang
belum viabel secara berturut-turut.

g. Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi genetalia intera sedangkan
abortus sepsis adalah abortus terinfeksi dengan penyebaran bakteri melalui sirkulasi ibu.

2. Abortus provocatus adalah tindakan abortus yang disengaja dilakukan untuk menghilangkan
kehamilan selama umur 28 minggu atau berat janin 500 gram, abortus ini dibagi lagi
menjadi sebagai berikut ( Manuaba, 2010):

a. Abortus medisinalis adalah abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil jika
diteruskan kehamilannya akan lebih membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan
abortus buatan. Tindakan itu harus disetujui oleh paling sedikit tiga orang dokter.

b. Abortus kriminalis adalah abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan,
diantaranya akibat berbuatan yang tidak bertanggung jawab, sabagian besar dilakukan
oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga menimbulkan komplikasi.

C. Etiologi Abortus

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor sebagai berikut ( Nanny, 2011):

1. Umur

Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden abortus
dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi
yaitu diatas 35 tahun kerena kelainan kromosom akan meningkat pada usia diatas 35 tahun.

2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi


Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin an cacat bawahan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
terjadi seperti:

a. Faktor kromosom, gangguan terjad sejak semula pertemuan kromosom, termasuk


kromosom seks.

b. Faktor lingkungan endometrium.

c. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.

d. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

3. Pengaruh luar

a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi

b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.

4. Kelainan Pada Plasenta

a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.

b. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes
melitus.

c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan


keguguran.

5. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan
penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetes melitus. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan anormal dalam bentuk mioma, uterus arkuatus, uterus
septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum (manuaba,2010).
6. Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang.
Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus. Data menunjukan bahwa setelah 1 kali
abortus pasangan akan bersiko mengalami abortus sebesar 15% (soepada,2010).

7. Faktor Anatomi

Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15% kejadian yang ditemukan.
Kejadian abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah sebagai
berikut:

a. Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus bersepta) kelainan pada
duktus ini biasanya terjadi abortus pada kehamilan tremester kedua.

b. Kelainan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah enometrium.

c. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma dan endometritis.

8. Faktor Infeksi

Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma,rubella,cytomegalovirus) dan


malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus.

9. Obat – obatan rekreasional dan toksin lingkungan

Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus


dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika ada mungkin
hal ini merupakan salah satu yang berperan terjadinya abortus.

D. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit

Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga
sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut (Soepardan,2010):

1. Amenore
2. Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan biasanya dalam darah beku
3. Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jaringan atau bagian janin
4. Pemerikasaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba sisa-sisa jaringan dalam
kantung servikalis atau kavum uteri.
5. Gejala lain dari abortus incomplit yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
6. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah
7. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat
8. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
9. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
10. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani,2009).

E. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis abortus inkomplit ,pada pemeriksaan dapat dijumpai gambaran sebagai berikut
(Prawiroharjo ,2010):
1. Kanalis servikalis terbuka
2. Dapat diraba jaringan dalam rahim atau kanalis servikalis
3. Dengan pemeriksaan inspekulum perdarahan bertambah
4. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
5. Pada pemeriksaan fisik seperti keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun ,tekanan
darah normal atau menurun ,denyut nadi normal atau cepat dan kecil ,suhu badan normal
atau meningkat
6. Rasa mulas dan kram perut ,didaerah atas simfisis ,sering nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus

F. Komplikasi

Adapun komplikasi yang timbul pada ibu :

1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadin
ya perforasi dinding uterus,yang dapat menjurus ke rongga peritoneum ,ke ligamentum latum
,atau ke kandung kencing ,oleh sebab itu ,letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan s
eksama pada awal tindakan ,dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebih
an.Kerokan kuret dimasukan dengan hati-hati ,akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilak
ukan dengan tekanan yang lebih besar .Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis .Ap
abila terjadi perforasi dan diduga terjadi peristiwa itu,penderita harus diawasi dengan seksam
a dengan mengamati keadaan umum,nadi,tekanan darah,kenaikan suhu,turunnya hemoglobin
dan keadaan perut bawah.Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya,sebaiknya dil
akukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada servi
ks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum ,maka akibat yang
segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagi
na.Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan ,tetapi jaringan myometrium jangan sampai terker
ok ,karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberap
a tempat.Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya per
darahan.Oleh sebab itu ,jika perlu hendaknya dilakukan transfuse darah dan sesudah itu ,dim
asukan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
Apabila syarat aseptis dan antiseptis tidak diindahkan ,maka bahaya infeksi sangat besar .Infe
ksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,sehingga menyebabk
an kematian.Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran
telur.Akibatnya sangat mungkin tidak bias terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberi NaCl hipertonik adalah apabila la
rutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau dalam pembuluh darah dan menimbulk
an gejala-gejala konvulsi,penghentian kerja jantung,penghentian pernafasan,atau hipofibrino
genemia .Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antar
a lain panas,rasa enek,muntah,dan diare.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada janin


Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan ,maka nasib j
anin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.Kalaupun bias hidu
p ,itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat
fisik.

G. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidu basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu ,villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dlepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta .Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bagian darah.Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan
karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab disera dan menjadi agak gepeng .Dalam tingkat
lebih lanjut menjadi tipis.Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya meserasi ,kulit terkelupas ,tengkorak menjadi lembek ,perut membesar karena terasa
cairn dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan (Prawiroharjo,2010).

H. Pathways
I. Penatalaksanaan Abortus Incomplete

Dalam mengahadapi kasus abortis incomplete,bidan dapat berkomunikasi dengan


dokter,sehingga tidak merugikan pasien. Penatalaksaan yang dilakukan pada kasus abortus
incomplete ini adalah :

1. Tentukan besar uterus (taksir usis gestasi),kenali dan atasi setiap komplikasi(perdarahan
hebat,syok,infeksi atau sepsis).
(Khumaira,2012:h 140)
2. Rujuk ke Dr.SpOG untuk penatalaksaan lebih lanjut.
3. Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi darah.
Pemberian cairan pada penatalaksaan syok hipovelemik :
a. Untuk memulihakn status volume,pasang 2 jalur intravena,berikan 1-2 kristaloid seperti
NaCL 0,9% atau RL secaa intravena selama 30-60 menit,sambil memantau respirasi dan
teruskan pemberian cairan berdasakan tanda vital.
b. Berikan komponen sel darah merah untuk mempertahankan hematokrit 30%. (Joseph
HK,2011:h 92)
4. Pemberian obat-obatan uterotonika sepeti metilergometrin maleat 3x1 tablet perhari dan
antibiotika apabila terjadi infeksi,seperti amphisllin 3x1000 mg dan metrodinazol 3x 500
mg. (Joseph HK,2011;H 92)
5. Keluaran jaringan secepat mungkin denagn metode digital dan kuretase. (Joseph HK.2011;h
92). Pada keguguran inkomplet sisa plasenta didalam rongga uterus dapat mengakibatan
perdarahan yang hebat dan banyak. Evakuaso untuk membuang jaringan yang tertinggal
harus dilakukan dibawah anestesi umum setelah kondisi ibu stabil. (Diane,2009;h 277)
6. Melakukan kuretase yaitu serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding
kavum uteri dnegan invasi dan manipulasi instrumen (sendok kuret) kedalam avum uteri.
Sendok kuretakan melepaskan jaringan tersebut dnegan teknil pergerokan secara sistematik
(Prawiroharjo,2009;h 441)
7. Diberikan antibotika untuk mencegah infeksi. (Yulianingsih,2009)

g. Gambaran Klinis dan Penanganan Abortus Inkomplit

Penanganan Abortus Inkomplit


Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien ,termasuk tanda-tanda
vital
Pengawasan pernafasan (jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti adany
takipnea ,sianosis) bebaskan saluran nafas dari sumbatan kemudian berikan bantuan
oksigen
Berikan cairan infus (D5% dan NaCl 0,9%)
Lakukan pemeriksaan laboratorim
Periksa tanda-tada syok (pucat,berkeringat banyak,pingsan,tekanan sistolik kurang 90
mmHg,nadi lebih 112 kali per menit)
Jika perdarahan banyak atau berlangsung dan usia kehamilan <16 minggu ,evakuasi sisa
hasil konsepsi dengan :
Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih .Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera,beri ergometrium 0,2 mg im (diulangi selama
15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika
perlu).
g) Jia kehamilan > 16 mingguan)

a. Berikan infus oksitosis 20 unt dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis atau RL)
dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b. Jika perli berikan misoprostol 200 mg pervaginan setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil kosepsi (maksimal 80 mg)
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

h. Terapi abortus dengan kuretase

Kuretase adalah cara membersihan hasil kosepsi dengan alat kuretase ( sendok kerokan).
Sebelum melakukan kuretase,penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentuan
letak uterus keadaan serviks dan besarnya uterus (Manuamba,2010) :

1. Persiapan sebelum kuretase


1. Persiapan penderita
2. Lakukan pemeriksaan dalam: tekanan darah,nadi,keadaan jantung dan paru-paru
3. Pasang infus
4. Persiapan alat-alat kuretase
Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptik
a. Penderita ditidurkan dalam posisi regional
b. Teknik kuretase
c. Persiapan pasien
d. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,jantung dan paru-paru
e. Pasang infus
f. Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang
umumnya dipakai biasanya terbuat dari alat-alat metal. Alat yang akan dimasukan
harus disesuaikan dengan letak rahim sehingga tidak terjadi salah arah.
g. Penduga rahim (sandage),masukanlah penduga rahim sesuai dengan letak rahim
dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim
h. Kuretase,pakailah sendok kuretase yang agak besar. Memasukannya bukan
kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah dibagian tengah. Pakailah
sendok kuretase yang tajam karena pada dinding rahim dalam.
i. Cunan abortus,pada abortus inkomplit diaman sudah kelihatan jaringan,pakailah
cunam abortus untuk mengeluarkan yang biasanya diikuti oleh jaringan lain.
Dengan demikian sendok kuretase dapat dip akai untuk membersikan sia-sia yang
ketinggalan jalan.
Perawatan paksa tindakan kuretase

1. Periksa kembali tanda vital pasien,segera lakukan tindakan dan beri instrukdi
apabila terjadi kelainan dan komplikasi
2. Catat kondisi dan buat laporan tindakan
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
4. Beritahu kepada pasien dan kelurganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan
tetapi pasien masih memerlukan perlakuan
5. Jelaskan pada petugas jenis perawatab yang masih diperlukan,lama perawatan dan
kondisi yang diharapkan
6. Kaji dan kontrol nyeri post tindakan invasif.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny.R
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :
Status Perkawinan :
.Pekerjaan :
Alamat :
Tgl. Masuk RS :
Tgl. Pengkajian :
No CM :
Ruangan :

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.T
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekarjaan :
Hub. Dengan klien :

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Nyeri
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan lemas dan pusing, pada saat dilakukan palpasi pada daerah perut bagian
bawah klien mengeluh nyeri, skala nyeri 3 (0-5). Nyeri dirasakan apabila diberi tekanan.
Klien mengatakan cemas, takut dengan tindakan yang akan di lakukan.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Pada saat dikaji pada tanggal 18 mei 2015, sebelum masuk rumah sakit klien mengalami
perdarahan pada jalan lahir. Lalu keluarga membawa klien ke rumah sakit, Klien mengatakan
kehamilannya baru 2 bulan. Klien tidak mempunyai riwayat penyakit, tidak mempunyai
riwayat operasi sebelumya, klien juga tidak mempunyai riwayat alergi. Pada kehamilan yang
lalu klien tidak merasakan keluhan yang berarti.
4) Riwayat Obstetrik dan Ginekologi
a) Riwayat Ginekologi
Riwayat mensturasi :Klien pertama kali mendapatkan mensturasi pada usia 14 tahun, lamanya
mensturasi 4-5 hari setiap bulannya, siklus haid 28 hari secara teratur,klien tidak mengalami
keluhan saat mensturasi.
Riwayat perkawinan : Klien mengatakan sudah menikah 2 kali, dari pernikahannya yang pertama
klien di karunia seorang anak perempuan, sekarang tinggal bersama ayah kandungnya.
Riwayat KB (keluarga Berencana): Selama menikah klien menggunakan kontrasepsi suntik,
selama menggunakan kontrasepsi suntik haidnya lancar tetapi sedikit – sedikit. Klien
mengatakan akan menggunakan alat kontrasepsi kembali.
b) Riwayat Obstetrik
1.Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu
No Jk Cara Lahir Tempat Bb Komplikasi dan Umur anak Kesehatan
persalinan lahir masalah selama sekarang
dan proses persalinan
penolong
1 P Normal Dirumah 2600 Tidak ada 10 tahun Sehat
oleh paraji

2.Riwayat kehamilan terakhir


Klien dengan P1A1, dengan umur kehamilan 8 minggu, klien tidak mengalami mual muntah
pada usia kehamilan trisemester pertama. Klien memeriksakan kehamilannya 1 kali. Sebelumnya
klien menggunakan alat tes kehamilan untuk mengetahui kehamilannya.

3.Pola kebiasaan sehari- hari


No Data Di rumah Di rumah Sakit
1. Pola Nutrisi
a. Pola Makan
Frekuensi 2-3 kali sehari 3 kali sehari
Jenis Makanan
Jumlah Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Porsi 2-3 piring sehari 3 piring sehari
Pantangan
Keluhan 1 piring habis ½ piring habis
b. Pola Minum Tidak ada Tidak ada
Frekuensi
Tidak ada Tidak ada
Jumlah
Jenis
Pantangan 5-6 gelas sehari 5 gelas sehari
Keluhan
1200 ml sehari 900 cc
Air putih Air putih
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
2 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
Warna
Bau Kuning pekat Kuning pekat
Konsentrasi Khas feses Khas feses
Keluhan
b. BAK Padat Padat
Frekuensi Tidak ada Tidak ada
Jumlah
Warna
Bau 5 kali/hari Tidak tentu
Alat Bantu 500 cc 300 cc
keluhan
Kuning bening Kuning bening
Khas urin Khas urin
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
3 Pola Tidur dan Istirahat
 waktu tidur Siang dan malam Siang dan malam
 lama Tidur 9 jam Tidak tentu
 kebiasaan pengantar tidur
 kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
 keluhan
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
4 Pola aktivitas dan latihan
 kegiatan dalam pekerjaan Tidak bekerja Tidak ada
 olahraga Jalan santai Tidak ada
 kegiatan di waktu luang
 keluhan Jarang Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
5 Personal Hygiene
 kulit putih Putih
 rambut Panjang Panjang
 mandi
 mulut dan gigi 2 kali / hari 1 kali sehari
 pakaian Bersih Bersih
 kuku
 vulva hygiene Rapi dan bersih Rapi dan bersih
 keluhan Panjang dan bersih Panjang dan bersih
Tidak di kaji Memakai pembalut
Tidak ada Keguguran
6 Ketergantungan Fisik
 merokok Tidak merokok Tidak
 minimam keras Tidak suka Tidak
 obat – obatan
 keluhan Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Abortus

f) pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 80 kali/ menit
Respirasi : 21 kali / menit
Suhu : 36,5 c
b. Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut panjang dan berwarna hitam kemerahan, tidak
ada benjolan dan tidak ada nyeri.
c. Mata
Bentuk mata simetris antara kiri dan kanan, bisa melihata dengan jelas, mengecil saat diberi
reflek cahaya, konjungtiva anemis, tidak ada tanda – tanda radang.
d. Hidung
Bentuk hidung simetris antara kiri dan kanan, dapat mencium bau kayu putih, tidak ada sinus,
tidak ada tanda-tanda peradangan
e. Mulut
Bentuk mulut simetrois, mukosa bibir lembab, tidak ada sianosis, tidak ada bau mulut.
f. Tenggorokan
Ada reflek menelak, tidak ada tanda – tanda peradangan, tidak ada nyeri.
g. Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dan kanan, dapat mendengar dengan baik, tidak ada
peradangan dan nyeri.
h. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri.
i. Dada / Thorax
Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola napas teratur, irama jantung teratur, S1 dan S2,
mamae tidak ada benjolan. CRT kembali < 2 detik.
j. Abdomen
Perut bersih, ada nyeri saat di palpasi, bising usus 6x/menit

k. Genitalia
Ada perdarahan pada jalan lahir, terpasang pembalut, sudah 2 kali ganti perdarahan banyak,
warna darah merah pekat.
l. Ekstremitas
Bentuk ektremitas atas dan bawah simetris, ,keadaan jari tangan dan kaki lengkap, kekuatan otot
tangan 5/5, otot kaki 5/5, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
g) Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Jenis Hasil Normal Interpretasi
Pemeriksaan
18 mei Hemoglobin 10,8 13-18 L/ 12-16 P Menurun
2015
Leukosit 13700 4000-10000 Meningkat
Hematokrit 34,7 40-48 L/ 37-47 P Menurun
Trombosit 291000 150000-450000 Normal
Eritrosit 3,83 4,2-5,4 p/ 4,6-6,2 L Menurun

h) Terapi yang diberikan


Tgl dan jam Jenis Terapi Rute Dosis
18 Mei amoxcilin Oral 3x500 mg
2015
19.00
metronidazol Oral 3 x 500 mg
oxitosin Inj
19 Mei Amoxcilin 3 x 500 mg
2015
Metronidazole 3 x 500 mg
ketorolax 3x1

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Pre kuret Faktor stres Gangguan rasa
1 Ds : klien mengatakan ↓ nyaman nyeri
nyeri ketika di lakukan Minum sprite
palpasi pada daerah perut. ↓
Perdarahan nekrosis
Do : klien tampak ↓
meringis, skala nyeri 3(0- Hasil konsepsi terlepas
5). TD 100/80 nadi 80 dari uterus
kali/menit ↓
uterus berkontraksi

Hasil konsepsi tidak keluar

Tidak keluar secara
sempurna

Nyeri
2 Ds : klien mengatakan Perdarahan nekrosis Cemas
tidak tahu tentang ↓
penyakitnya, dan takut Hasil konsepsi terlepas
dengan tindakan yang akan dari uterus
dilakukan ↓
TD 100/80 nadi 80 uterus berkontraksi
kali/menit ↓
Hasil konsepsi tidak keluar
Do : klien tampak bingung, ↓
cemas, dan bertanya-tanya Tidak keluar secara
tentang tindakan kuret sempurna
yang akan dilakukan ↓
Tindakan kuretase

cemas
Post Kuret Perdarahan nekrosis Resiko infeksi
3 Ds : klien mengatakan ↓
mengalami perdarahan Hasil konsepsi terlepas
dari uterus
Do : 1 pembalut penuh, ↓
warna merah segar, bau uterus berkontraksi
khas darah ↓
TD 100/80 nadi 80 Hasil konsepsi tidak keluar
kali/menit ↓
Tidak keluar secara
sempurna

Tindakan kuretase

Perdarahan

Resiko infeksi

2. Diagnosa keperawatan
Pre kuret
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
2. Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang prosedur kuret yang akan dilakukan
Post kuret
1. Resiko infeksi b.d perdarahan, keadaan vulva lembab
3. Rencana tindakan keperawatan
Nama : NY.R No. RM : 730663
Usia : 29 thn Dx : abortus inkomplit
Tabel 3.6
Rencana tindakan keperawatan
Tgl Diagnosa PERENCANAAN Paraf
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
18 Gangguan rasa Tupan : setelah 1. Observasi tanda – tanda vital 1.Mengetahui keadaan
2. Observasi skala nyeri, lokasi,
mei nyaman nyeri dilakukan tindakkan umum klien
frekuensi, 2.Mengetahui tingkat
2015 b.d kerusakan keperawatan 3 x 24 jam
3. Ajarkan klien teknik
nyeri yang di alami
jaringan masalah nyeri
relaksasi dan distraksi
klien
intrauteri berkurang. 4. Kolaborasi dengan dokter
3.Mengurangi nyeri
Tupen : setelah
pemberian analgetik
pada klien
dilakukan tindakan 4.Untuk menghilangkan
keperawatan 1 x 24 jam nyeri
masalh teratasi sebagian
dengan kriteria hasil:
 Nyeri berkurang
 TTV dalam batas
normal
TD 120/80, nadi 80
x/menit, respirasi 20 x/
menit

18 Cemas b.d Tupan : setelah 1. Observasi tanda – tanda vital1. Untuk mengetahui
2. Kaji tingkat ansietas bklien
Mei kurangnya dilakukan tindakan keadaan umum klien
3. Dengarkan masalah klien
2. Untuk mengetahui
2018 pengetahuan keperawatan 3 x 24 jam4. Jelaskan prosedur kuretase
5. Evaluasi/ validasi tentang sejauh mana tingkat
tentang cemas teratasi
Tupen : setelah informasi yang di berikan ansietas klien
prosedur
3. Meningkatkan rasa
dilakukan tindakan
kuretase yang
kontrol terhadap
keperawatan 1 x 24 jam
akan di
situasi
masalah teratasi
lakukan 4. Pengetahuan dapat
sebagian, dengan
membantuan
kriteria hasil :
menurunkan tingkat
 Cemas berkurang
ansietas
5. Mengetahui sejauh
mna informasi dapat
di terima

20 Resiko infeksi Tupan : setelah 1. Pantau TTV, setiap 4 jam 1. Peningkatan tekanan
Mei b.d
dilakukan tindakan sekali darah, nadi respirasi,
2015 perdarahan,
2. Kali kondisi pengeluaran
keadaan vulva keperawatan 3 x 24 jam suhu dapat
lembab darah, warna dan bau.
infeksi teratasi. mengetahui adanya
3. Anjurkan klien melakukan
Tupen : setelah
infeksi
personal hygiene : ganti
dilakukan tindakan 2. Mengetahui adanya
balutan
keperawatan 1 x 24 jam pengeluaran darah,
masalah teratasi 4. Berikan penyuluhan warna, bau.
3. Untuk mencegah
sebagian, dengan pendidikan kesehatan tentang
infeksi
kriteria hasil : perawatan post kuret di
4. Untuk mencegah
 TTV dalam batas rumah
infeksi dan membantu
normal. TD 120/80, 5. Anjurkan klien makan
proses penyembuhan
nadi 80 x/menit, makanan berprotein
5. Membantu mencegah
6. Kolaborasi dengan dokter
respirasi 21x/menit infeksi
 Tidak terdapat tanda – pemberian obat sesuai
tanda infeksi (tubor, indikasi :
lubor, dolor, kalor,
fungsiolesa)

5. Implementasi dan Evaluasi


Tabel 3.7
Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Tgl Implementasi Evaluasi Paraf


Gangguan rasa 18 mei1. mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan
2. Mengobservasi skala nyeri, lokasi,
nyaman nyeri b.d 20115 nyeri ketika di lakukan
frekuensi,
kerusakan jaringan palpasi di daerah perut
3. Mengajarkan klien teknik relaksasi
intrauteri O : klien tampak
dan distraksi
meringis, skala nyeri 5
(1-10), TD 100/80, nadi
80 x/menit
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
Cemas b.d kurangnya 1. Mengobservasi tanda – tanda vital S : klien mengatakan
2. Mengkaji tingkat ansietas bklien
pengetahuan tentang tidak tahu tentang
3. Mendengarkan masalah klien
prosedur kuretase yang 4. Menjelaskan prosedur kuretase penyakitnya, dan takut
5. Mengevaluasi/ memvalidasi tentang
akan di lakukan dengan tindakan yang
informasi yang di berikan
akan dilakukan
O : klien tampak
bingung, cemas, dan
bertanya-tanya
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi di
lanjutkan
Resiko infeksi b.d 1. Memantau TTV, setiap 4 jam sekali S : klien mengatakan
2. Mengkaji kondisi pengeluaran
perdarahan, keadaan mengalami perdarahan
darah, warna dan bau.
vulva lembab O : 1 pembalut penuh,
3. Menganjurkan klien melakukan
warna merah segar, bau
personal hygiene : ganti balutan
4. Memberikan penyuluhan khas darah
pendidikan kesehatan tentang A : masalah belum
perawatan post kuret di rumah teratasi
P : intervensi di hentikan

Catatan Perkembangan
Tabel 3.8
Catatan perkembangan
Diagnosa Hari dan Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
Gangguan rasa 19 mei 2015 S : klien mengatakan nyeri ketika di
Jam 14.30
nyaman nyeri b.d lakukan palpasi pada daerah perut.
kerusakan jaringan O : klien tampak meringis, skala nyeri
intrauteri 3(0-5). TD 100/80 nadi 80 kali/menit
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan 1,2,3,4
I:
1. Observasi tanda – tanda vital
R/ TD 100/80 nadi 80 kali/menit
2. Observasi skala nyeri, lokasi, frekuensi
R/skala nyeri 3 ( 0 – 5 )
3. Ajarkan klien teknik relaksasi dan
distraksi
R/ klien mengatakan bersedia untuk
mlakukan teknik elksasi afas dalam dan
distraksi.
E : klien masih merasa nyeri
R : pengkajian dilanjutkan
Cemas b.d kurangnya 19 Mei 2015 S :klien mengatakan tidak tahu tentang
Jam 08.30
pengetahuan tentang penyakitnya, dan takut dengan tindakan
prosedur kuretase yang akan dilakukan
yang akan di lakukan O : klien tampak bingung, cemas, dan
bertanya-tanya tentang tindakan yang
akan dilakukan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4
I:
1. Mengobservasi tanda – tanda vital
R/ TD 100/80 nadi 80 kali/menit
2. Mengkaji tingkat ansietas bklien
3. Mendengarkan masalah klien
4. Menjelaskan prosedur kuretase

E : klien masih merasa cemas


R : pengkajian dilanjutkan

Cemas b.d kurangnya Hari ke 2 tanggal 20 Mei S :klien mengatakan tidak tahu tentang
pengetahuan tentang 2015 penyakitnya, dan takut dengan tindakan
prosedur kuretase yang akan dilakukan
yang akan di lakukan O : klien tampak bingung, cemas, dan
bertanya-tanya tentang tindakan yang
akan dilakukan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5
I:
1. Mengobservasi tanda – tanda vital
R/ TD 100/80 nadi 80 kali/menit
2. Mengkaji tingkat ansietas bklien
3. Mendengarkan masalah klien
4. Menjelaskan prosedur kuretase
5. Mengevaluasi/ memvalidasi tentang
informasi yang di berikan
E : klien sudah tidak merasa cemas
R : pengkajian dilanjutkan

Resiko infeksi b.d Tanggal 20 mei 2015 S : klien mengatakan mengalami


perdarahan, keadaan perdarahan
vulva lembab O : 1 pembalut penuh, warna merah
segar, bau khas darah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan 1,2,3,4
I:
1. Memantau TTV, setiap 4 jam sekali
2. Mengkaji kondisi pengeluaran darah,
warna dan bau.
3. Menganjurkan klien melakukan
personal hygiene : ganti balutan
4. Memberikan penyuluhan pendidikan
kesehatan tentang perawatan post kuret
di rumah
E : klien mengatakan keluaran darah
dari jalan lahir
R : pengkajian di lanjutkan
Resiko infeksi b.d S:
perdarahan, keadaan O:
vulva lembab A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan (pasien
pulang)
B. Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan menguraikan beberapa kesenjangan antara

tinjauan kasus pada Ny. R P1A1 dengan Abortus Inkomplit Diruang XXX PPK Rs.

XXX ,terhitung mulai dari tanggal 18 Mei 2015 sampai dengan 21 Mei 2015.

Dalam meksanakan asuhan keperawatan ini, penulis berusaha seoptimal

mungkin melakukan yang terbaik kepada klien. Meskipun demikian , penulis tetap

menemukan kesenjangan-kesenjangan. Sehingga menimbulkan permasalahan yang di

temukan selama melakukan asuhan kperawatan akan penulis bahas satu persatu

sesuai dengan tahapan-tahapnan berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data subjektif maupun data objektif

yaitu dengan cara pendekatan pada klien beserta keluarga dalam bentuk wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dengan menggunakn teknik insfeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi, melalui pendekatan sistematis pada tanggal 18 maret 2014 klien

datang ke RS dengan keluah mengalami perdarah, nyeri pada daerah perut bagian

bawah, lalu dokter menyarankan untuk di rawat, klien dirawat di ruang paus. Pada

saat melakukan pemeriksaan fisik, teknik pemeriksaan fisik perkusi tidak dilakukan

karena kesediaan klien dan waktu.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis respon individu, keluarga, atau

komunitas terhadap masalah kesehatan / proses hidup yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan meberikan dasar pemilihan itervensi keperawatan untuk

mencapai hasil akhir yang perawat bertanggung gugat (Nanda, 2009 – 2011).

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien deng abortus inkomplit adalah :
1. Defisit volume cairan b.d perdarahan
2. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas b.d kurangnya pengetahuan

Setelah dilakukan analisa data dan penarikan diagnosa keperawatan . penulis

menemukan ada beberapa diagnosa yang tidak ada pada klien yaitu:

1. defisit volume cairan : karena intake klien mencukupi sehingga tidak menimbulan

diagnosa tersebut.
2. Gangguan akifitas : meskipun klien mengatakn lemas, pusing, tetapi klien masih bisa

melakukan aktifitas seperti makan, minum, dan pergi ke kamar mandi.

3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam

menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi. Sebagaimana, rencana keperawatan

merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada pasien

(Nursalam, 2008).
Dalam tahap perencanan penulis membuat rencana tindakan keperawatan di

sesuaikan dengan data yang di kumpulkan pada saat pengkajian dan di sesuaikan

dengan permasalahan yang penulis dapatkan dari hasil pengkajian, selain itu penulis

mencoba dan berusaha untuk melengkapi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan

klien. Untuk mengurangi nyeri pada klien penulis mengajarkan teknik distraksi,

relaksasi napas dalam, untuk mengurangi cemas karena akan dilakukannya tindakan
kuret penulis memberikan beberapa penjelasan tentang prosedur kuretase. Dan untuk

mengurangi resiko infeksi penulis menganjurkan agar mengganti balutan.

4. Implementasi
Pelaksanaan adalah inisiatif dalam rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2008)


Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. R penulis tidak dapat

merawat selama 24 jam penuh, untuk mendpatkan informasi, penulis bekerjasama

dengan perawat ruangan dan melihat data pada catatan perkembangn dan buku

laporan keadan klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang

menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi,dan

implementasinya (Nursalam, 2008).

Setelah melakukn asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny. R P1A1 dengan

Abortus Inkomplit Diruang XXX Blud Rs. XXX. Penulis melakukan evaluasi

sebagai tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai keefektpian dan

keberhasilan suatu keperwatan dari tujuan yang di harapkan. Dari tiga permasalahan

yang mucul pada NY. R ada masalah teratasi sebagian Resiko infeksi b.d perdarahan,

keadaan vulva lembab. Karena keterbatasan waktu, namun penulis telah memberikan

pndidikan kesehatan secara mandiri upaya klien dan keluarga mampu merawat secara

mandiri.

Anda mungkin juga menyukai