HIRSPRUNG
DISUSUN OLEH :
MIRA RIZKY YULIANTY P17320312040
NI WAYAN TROPI ANTARI P17320312048
PRASETYA EKA PUTRA P17320312055
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “
Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Hirsprung”. Selain bertujuan untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak. Makalah ini juga disusun dengan
maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang
Hirsprung.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan
mudah dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari berbagai
literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi untuk
memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-
teman mahasiswa, Terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan gangguan
pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang
yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Penyakit hisprung adalah penyebab
obstruksi usus bagian bawah yang dapat muncul pada semua usia akan tetapi yang paling
sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon, keadaan abnormal
tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara
spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses
secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak
adalion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada
tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang
mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863. Namun patofisiologi terjadinya
penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan
menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan
peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hirsprung?
2. Apakah etiologi dari Hirsprung?
3. Apa factor resika atau factor pencetus dari hirsprung?
4. Bagaimana patofisiologi dari hirsprung ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hirsprung?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirsprung?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari hirsprung?
8. Bagaimana prognosis dari hirsprung?
9. Bagaimana Komplikasi dari hirsprung?
10. Bagiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung?
1
2
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam
proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan
masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian hirsprung
b. Mendeskripsikan etiologi hirsprung
c. Mendeskripsikan Faktor resiko atau factor pencetus
d. Mendeskripsikan patofisiologi hirsprung
e. Mendeskripsikn manifestasi klinis hirsprung
f. Mendeskripsikan pemeriksaan penunjang hirsprung
g. Mendeskripsikan penatalaksanaan hirsprung
h. Mendeskripsikan prognosis hirsprung
i. Mendeskripsikan komplikasi hirsprung
j. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan hirsprung
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum
atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal atau tidak
adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)
B. Etiologi
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang berimigrasi
ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan submukoisa untuk
berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus. Disebabkan oleh tidak adanya sel
ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah
diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio
kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus
C. Patofisiologi
Penyakit HIrschsprung, atau megakolon konginetal, adalah tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain
itu, sfingter rectum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus
terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan
dilatasinya bagian usus yang proximal terhadap daerah itu. Penyakit Hirschsprung diduga
terjadi karena factor-faktor genetic dan factor lingkungan, nmaun etiologi sebenarnya tidak
diketahui. Penyakit hirschsprung dapat muncul pada sembarang usia, walaupun paling sering
terjadi pada neonatus. (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A.
Sowden, EGC : 2002)
D. Manifestasi klinik
Menurut (Buku Saku, Keperawatan Pediatri, Cecily L. Betz dan Linda A. Sowden, EGC :
2002) :
Masa Neonatal
3
4
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi Abdomen
5. Gagal tumbuh.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
2. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
3. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
4. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
(Ngatsiyah, 1997 : 139)
1. Foto abdomen (telentang,tegak,telungkup,dekubitus lateral)diagnostik; untuk
mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
2. Enema barium (diagnostic) ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
3. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
4. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refluks sfingter interna dan eksterna.
(Betz, 2002 : 197).
F. Penatalaksanaan
1. Medis
5
2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan
malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal
ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga
adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan
nutrisi parenteral total ( NPT )
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjan berikut ini.
6
3. Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan
atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan
antibiotik.
G. Prognosis
Secara umum prognosisnya baik, 90% pasien dengan penyakit hirschprung yang
mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan dan hanya sekitar 10% pasien yang
masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan kolostomi
permanen. Angka kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar
20%.
7
H. Komplikasi
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis (akut)
3. Striktura ani (pascabedah)
4. Inkotinensia (jangka panjang)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi. Antara lain :
1. Anamnesis
Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat
dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi
abdomen, kembung, muntah.
a. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
d. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
e. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
8
9
g. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan
hubungan dengan orang lain.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
Pre Operasi
1) Kaji status klinik anak (tanda-tanda vital, asupan dan keluaran)
2) Kaji adanya tanda-tanda perforasi usus.
3) Kaji adanya tanda-tanda enterokolitis
4) Kaji kemampuan anak dan keluarga untuk melakukan koping terhadap
pembedahan yang akan datang
5) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak
Post Operasi
1) Kaji status pascabedah anak (tanda-tanda vital, bising usus, distensi abdomen)
2) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan
3) Kaji adanya komplikasi
10
B. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak
adanya daya dorong.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
inadekuat.
3. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
1. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
C. Intervensi
Pre operasi
No Dx Tujuan Intervensi
2. Bowel irrigation
3. Persiapan preoperatif
- lakukan pemeriksaan
laboratorium: darah rutin,
elektrolit, AGD.
- bantu pasien
mengungkapkan ketegangan
dan kecemasan.
- Jelaskan kegiatan
praoperasi : anestesi, diet,
pemeriksaan lab,
pemasangan infus, tempat
tunggu keluarga.
2. health education:
- jelaskan tindakan
keperawatan yang akan
dilakukan.
- Jelaskan mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara perawatan
dengan dokter.
- Informasikan tentang
area di luar unit yang
14
mungkinmereka perlukan.
- Hadirkan keluarga
terdekat dengan pasien.
monitor keadaan
hemodinamik
monitor tanda-tanda
kelebihan atau kekurangan
volume cairan
2. monitor cairan
- jaga keakurtan
pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian
cairan
3. managemen hipovolemi
- monitor kehilangan
cairan
- monitor hasil
laboratorium
- administrasi pemberian
cairan hipotonik/isotonik
- observasi indikasi
dehidrasi
over hidration
Post Operasi
- Tingkatkan istirahat
2 Teaching
- Pertahankan imobilisasi
bagian yang sakit
3. Administrasi analgetik
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
17
- Dokumentasikan
pemberian obat
- Berikan personal
hygiene yang baik.
2. Proteksi infeksi
- monitor tanda-tanda
infeksi lokal maupun
sistemik.
- Batasi pengunjung
insisi operasi.
3. Ostomy care
4. Medikasi terapi
- Tingkatkan nutrisi
- Monitor keefektifan
terapi.
5. Health education
monitor tanda-tanda
kelebihan atau kekurangan
volume cairan
5. monitor cairan
- jaga keakurtan
pencatatan intake dan output
- administrasi pemberian
20
cairan
6. managemen hipovolemi
- monitor kehilangan
cairan
- monitor hasil
laboratorium
- administrasi pemberian
cairan hipotonik/isotonik
- observasi indikasi
dehidrasi
D. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini
perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam
pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi
E. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
21
A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik
masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang
mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan
masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung harus
difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun keluarga. Untuk
tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja sama yang baik antara
pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya dalam mengantisipasi
kemungkinan yang terjadi.
B. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit
hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :
EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :
FKUI .
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media Aesulapius
FKUI
23