Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN. N DI RUANG


MELATI DENGAN MASALAH KEJANG
DI RSUD DR SOEDIRMAN

Disusun Oleh :

KURNIA PRISTIYANI
1611020141

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG

A. Pengertian
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai
kesimpulan telah dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan
dengan usia, tingkatan suhu tubuh serta kecepatan peningkatan suhu tubuh,
termasuk faktor hereditas juga berperan terhadap bangkitan kejang demam lebih
banyak dibandingkan dengan anak normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38ºC). (Riyadi & Sukarmin, 2009). Kejang demam
adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun yang disebabkan
karena anak mengalami demam lebih dari 102ºF atau 39ºC. Tetapi kejang tidak
harus terjadi ketika suhu lebih dari 39ºC karena pada pada demam yang
temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga dapat terjadi kejang (Marmi,
2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan
karena gangguan syaraf otak pada anak – anak. Gangguan syaraf otak tersebut
terjadi karena disebabkan kenaikan suhu (suhu rektal di atas 38C).

B. Klasifikasi
Menurut Hidayat (2008), jenis kejang dibagi dalam dua kategori besar yakni:
1. Kejang parsial (fokal atau lokal)
Kejang parsial terdiri atas dua yakni yang bersifat sederhana dan
kompleks. Kejang sederhana memiliki ciri sebagai berikut: kesadarannya
tidak terganggu, adanya tanda seperti kedutan pada wajah, tangan, atau salah
satu bagian sisi tubuh, biasanya disertai adanya muntah, berkeringat, muka
merah, serta adanya dilatasi pupil dan adanya tanda keseimbangan terganggu
seperti mau jatuh dan adanya rasa takut.
Sedangkan gejala dari kejang parsial yang kompleks memiliki ciri sebagai
berikut: adanya gangguan kesadaran meskipun pada awalnya sebagai gejala

2
yang sederhana, adanya gerakan otomatis seperti mengecap-ngecapkan bibir,
gerakan mengunyah atau adanya gerakan tangan.
2. Kejang umum (konvulsif dan nonkonvulsif)
Kejang umum terdiri dari :
a. Kejang mioklonik
Memiliki ciri kedutan pada daerah otot yang dapat terjadi secara
mendadak.
b. Kejang tonik klonik
Kejang tonik klonik ditandai dengan hilangnya kesadaran, kaku pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang dapat terjadi kurang dari satu
menit, adanya gerakan klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
c. Kejang atonik
Kejang atonik dapat terjadi kehilangan tonus secara mendadak sehingga
dapat menyebabkan kelopak mata menurun, kepala menunduk, dan dapat
jatuh ketanah yang terjadi secara singkat tanpa adanya peringatan.
d. Status epileptikus
Status epileptikus dapat didahului dengan kejang tonikklonik umum
secara berulang, tidak sadar, dapat terjadi depresi pernafasan, hipotensi
dan hipoksia.

C. Etiologi
(Suryanti, 2011), penyebab kejang demam yaitu:
1. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)

3
D. Tanda dan Gejala
(Djamaludin, 2010), tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam adalah
sebagai berikut :
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang – kadang nafas dapat
berhenti beberapa saat.
3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang,
disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik
ke atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.

E. Patofisiologis
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis
media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik.
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh
melalui hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan
direspon oleh hipotalamus dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus
sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu
di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu tubuh dibagian yang lain seperti
otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya suhu di
hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran
mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin. Pengeluaran mediator kimia
ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan
potensial inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan
cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat
menaikan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
(Sujono & Sukarmin, 2009).

4
F. Pathway

G. Komplikasi
(Betz & Sowden, 2002), komplikasi kejang demam yaitu :
1. Pneumonia
2. Asfiksia
3. Retardasi mental

5
4. Cedera fisik, khususnya laterasi dahi dan dagu.

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Ngastiyah (2005), ada 4 faktor yang perlu dikerjakan,
yaitu:
1. Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3mg/kg
atau diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5mg dapat diulangi dengan dosis/cara
yang sama sebanyak 2 kali dengan jarak 5 menit.
Jika kejang berhenti: Berikan dosis awal fenobarbital neonatus =30 mg
melalui intramuskular 1 bln-1 thn=50 mg melalui intramuskular >1 thn=75
mg melalui intramuskular 4 jam kemudian Hari I+II = fenobarbital 8-10 mg/
kg dibagi dalam 2 dosis Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/ kg dibagi
dalam 2 dosis. Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital
dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
2. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya.
3. Menurunkan panas bila demam dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah
memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi
diazepam oral 0, 3 mg/kgBB.
4. Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10
menit) melalui intravena, yaitu D5 1/ 4, D5 1/ 5, RL.

Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:


1. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera
dilakukan. Bila terdapat hipoglikemia, beri larutan glukosa 20% dengan dosis
2-4 ml/ kgBB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan
larutan glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/ kg secara intravena. Pemberian Ca
glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat
menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai
kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa
10% sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
2. Bila kejang tidak hilang, berikan magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg
SO4 dengan dosis 0, 2 ml/ kg BB melalui intramuskular atau larutan 2-3%

6
Mg SO4 melalui intravena sebanyak 2-6 ml. Hati-hati terjadi
hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant
dapat muncul.
3. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik
seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan
pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi
kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi
otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia).
Fenobarbital diberikan melalui intravena dengan dosis awal 20 mg/ kgBB
dibagi dalam 2 dosis selama 20 menit.
Penggunaan diazepam jarang digunakan untuk memberantas kejang pada
bayi baru lahir dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat
mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan
fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut
diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan
bilirubin dalam darah.

I. Penatalaksanaan Keperawatan
4. Pemeriksaan neurologis yang pertama kali dilakukan secara inspeksi dengan
dilakukam adanya kelainan pada neurologis seperti kejang, gemeteran,
gerakan halus yang konstan, gerakan spasmodik yang berlangsung singkat
seperti otot lelah, gerakan involumer kasar tanpa tujuan, kelumpuhan pada
anggota gerak.
5. Pemeriksaan refleks, pada pemeriksaan ini yang dilakukan adalah:
a. Refleks supervisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan empat
goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid.
b. Refleks tendon, dengan mengetuk menggunakan hammer pada tendon,
biseps, trisep, pattela, achiles dengan penilaian pada bisep (terjadi fleksi
sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patella (terjadi ekstensi sendi
lutut), achiles (terjadi fleksi plantar kaki), apabila hiper refleks berarti ada
kelainan pada upper motor neuron dan apabila hiporefleks maka ada
kelainan pada lower motor neuron.

7
c. Refleks patologis dapat menilai adanya refleks babinski dengan cara
mengompreskan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya
positif apabila terjadi ekstensi ibu jari.
6. Pemeriksaan tanda meningeal antara lain kaku kuduk dengan cara pasien diatur
posisi terlentang kemudian leher ditekuk apabila terdapat tekanan dagu dan
tidak menempel atau mengenai bagian dada maka terjadi kaku kuduk.
7. Pemeriksaan keempat adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan
menilai pada bagian ekstremitas, dengan cara memberi tahanan atau
menggerakan bagian otot yang akan dinilai. (Hidayat, 2009).

J. Pengkajian
Pengkajian kejang demam dengan pendekatan proses keperawatan menurut
Riyadi dan Sukarmin (2009).
1. Riwayat penyakit
Pada anak yang kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya
demam yang dialami oleh anak (suhu rektal diatas 38 oC). Demam ini dilatar
belakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar cranial seperti
tonsillitis dan faringitis. Sebelum serangan kejang pada pengkajian status
kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak masih
menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa seperti bermain-main dengan
teman sebaya dan pergi sekolah.
2. Pengkajian fungsional
Pengkajian fungsional yang mengalami gangguan adalah terjadi penurunan
kesadaaran anak dengan tiba-tiba sehingga kalau dibuktikan dengan tes
Glasgow coma scale skor yang dihasilkan berkisar antara 5-10 dengan tingkat
kesadaran dari apatis sampai somnolen atau mungkin dapat koma.
Kemungkinan ada gangguan jalan nafas yang dibuktikan dengan peningkatan
frekuensi pernafasan >30 kali per menit dengan irama cepat dan dangkal,
lidah terlihat menekuk menutupi faring. Pada kebutuhan rasa aman dan
nyaman anak mengalami gangguan kenyamanan akibat hipertermia,
sedangkan keamanan terancam karena anak mengalami kehilangan kesadaran
yang tiba-tiba beresiko terjadi cidera secara fisik maupun fisiologis.

8
3. Pengkajian tumbuh kembang anak
Secara umum kejang demam tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ini dipahami dengan catatan kejang yang dialami anak
tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam batasan yang dikemukakan oleh
Livingston (1tahun tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit yang melatar
belakangi timbulnya kejang seperti tonsillitis,faringitis segera dapat diatasi.
Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mudah mengalami
keterlambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang berkurang karena
ketidakcukupan asupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan yang
kurang dari umur semestinya sebagai akibat penurunanasupan mineral.
Sebagai gangguan pertumbuhan sebagai dampak kondisi diatas anak juga
dapat mengalami gangguan perkembangan seperti penurunan kepercayaan
diri akibat sering kambuhnya penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam
diri bersama ibunya kalau disekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman
sebaya. Saat dirawat dirumah sakit anak terlihat pendiam, sulit berinteraksi
dengan orang yang ada disekitar, jarang menyentuh mainan. Kemungkinan
juga dapat terjadi gangguan perkembangan yang lain seperti kemampuan
motorik kasar seperti meloncat, berlari.

K. Diagnosa yang Mungkin Muncul


Menurut Sujono & Sukarmin (2009), Berdasarkan perjalanan patofisologi
penyakit dan manisfestasi klinis yang muncul maka keperawatan yang muncul
pada pasien dengan kejang demam adalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus atau
pada tempat lain.
3. Ketakutan berhubungan dengan berpisah dari sistem pendukung yang
berpotensi menimbulkan stres
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
5. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan
respon terhadap lingkungan.

9
L. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC:
bersihan jalan keperawatan diharapkan Airway management
nafas masalah ketidakefektifan (manajemen jalan nafas)
bersihan jalan nafas dapat Independen
Definisi: teratasi dengan kriteria hasil: 1. Posisikan pasien
kegagalan dalam untuk
membersihkan NOC: status pernapasan: memaksimalkan
cairan dan kepatenan jalan nafas ventilasi
sumbatan dari Awa 2. Lakukan fisioterapi
Indikator Target
saluran l dada, sebagaiman
Suara nafas
pernafasan untuk 4 2 mestinya
tambahan
menjaga 3. Gunakan teknik
Pernafasan
kebersihan dari yang menyenangkan
cuping 4 2
jalan udara. untuk
hidung
Dipsnea memotivasi bernafas
Batasan saat 4 2 dalam kepada
Karakteristik: istirahat anakanak (misal:
1. Tidak ada Dispnea meniup
batuk efektif dengan gelembung, meniup
4 2
2. Ada suara aktivitas kincir, peluit,
nafas ringan harmonika, balon,
Penggunaan
tambahan meniup layaknya
otot bantu 4 2
3. Perubahan pesta, buat lomba
nafas
irama meniup dengan bola
pernapasan Keterangan: ping-pong, meniup
4. Sianosis 1. Sangat berat bulu)
5. Kesusahan 2. Berat 4. Auskultasi suara
dalam 3. Cukup berat nafas, catat yang
berbicara 4. Ringan area ventilasinya
6. Dipsnea menurun atau tidak

10
7. Kelebihan 5. Tidak ada ada dan
sputum adanya suara nafas
8. Ortopnea tambahan
9. Kegelisahan 5. Regulasi asupan
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
acairan
6. Posisikan untuk
mengurangi sesak
kolaborasi
7. Kelola pemberian
bronkodilator,
sebagaimana
mestinya
8. Kelola pengobatan
aerosol,
sebagaimana
mestinya
9. Kelola nebulizer
ultrasonik,
sebagaimana
mestinya
2. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan NIC: Fever treatment
keperawatan diharapkan (perawatan demam)
Definisi: masalah hipertermi dapat Independen
Derajat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pantau suhu dan
temperature tandatanda vital
tubuh diatas NOC: lainya
normal Indikator A T 2. Monitor warna kulit
Suhu tubuh 2 3
dan suhu
dalam
Batasan 3. Monitor asupan dan
rentang
karakteristik: keluaran, sadari

11
1. Convulsi normal perubahan
(kejang) Nadi dan kehilangan cairan
2. Kulit merah RR dalam cairan yang tak
2 3
3. Peningkatan rentang dirasakan untuk
suhu tubuh normal anak-anak
Tidak ada
dalam batas 4. Tutup pasien dengan
perubahan
normal 2 3 selimut atau pakaian
warnan
4. Seizure ringan, tergantung
kulit
5. Takikardi pada fase demam
6. Tachypnea Keterangan : (yaitu: memberikan
7. Hangat 1. Keluhan ekstrim selimut hangat untuk
ketika 2. Keluhan berat fase dingin;
disentuh 3. Keluhan sedang menyediakan
4. Keluhan ringan pakaian atau linen
5. Tidak ada keluhan tempat tidur ringan
untuk demam dan
fase
bergejolak/flush)
5. Dorong konsumsi
cairan
6. Fasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan
aktivitas, bila perlu.
7. Mandikan pasien
dengan spons hangat
dengan hati-hati
(yaitu: berikan untuk
pasien dengan suhu
yang sangat tinggi,
tidak memberikanya
pada saat fase
dingin, dan hindari

12
agar pasien tidak
menggigil)
Kolaborasi
8. Beri obat atau cairan
IV(misalnya,
antipiretik, agen anti
bakteri, dan agen
anti menggigil)
9. Jangan beri aspirin
3. Ketakutan Setelah dilakukan tindakan NIC:
keperawatan diharapkan Ansety Reduction
Definisi: masalah ketakutan dapat (penurunan kecemasan)
Respon untuk teratasi dengan kriteria hasil: independen
mengatasi NOC: tingkat rasa takut: anak 1. Gunakan pendekatan
ancaman yang yang tenang dan
mana dengan Indikator awal Target meyakinkan
sadar diketahui Menangis 4 2 2. Dorong keluarga
Perilaku
sebagai suatu untuk menemani
menghinda 4 2
bahaya. pasien dengan cara
r
Menarik yang tepat
4 2
Batasan diri 3. Berikan objek yang
karakteristik: Ketakutan 4 2 menunjukan rasa
1. Laporan nyaman
Keterangan:
berupa 4. Jauhkan peralatan
1. Berat
ketakutan perawatan dari
2. Cukup berat
2. Respon pandangan pasien
3. Sedang
berupa 5. Dorong keluarga
4. Ringan
3. kegemparan untuk memberikan
5. Tidak ada
4. Respon ketenangan dan
berupa mengurangi rasa takut
kenaikan 6. berikan aktivitas
tekanan darah pengganti yang
5. Respon bertujuan untuk

13
berupa mengurangi tekanan
6. kegelisahan (lakukan terapy
7. Respon bermain)
berupa kolaborasi
8. kepanikan 7. atur penggunaan obat
9. Respon obatan untuk
berupa mengurangi
10. Teror kecemasan secara
tepat
4. Kurang Setelah dilakukan tindakn NIC: taeching disease
pengetahuan keperawatan diharapkan procces (ajarkan proses
masalah kurang pengetahuan penyakit)
Definisi: dapat teratasi dengan kriterai 1.Jelaskan patofisiologi
Hilang atau hasil: penyakit dan bagaimana
berkurangnya hubunganya dengan
informasi NOC: pengetahuan: proses anatomi fisiologi, sesuai
kognitif penyakit kebutuhan
yang berkenaan 2.Jelaskan tanda dan
dengan topik Indikator Awal Akhir gejala
khusus Tanda dan yang umum dari
gejala 4 2 penyakit, sesuai
Batasan penyakit kebutuhan
Proses
karakteristik: 3.Jelaskan proses
perjalanan
1. Perilaku yang 4 2 penyakit
penyakit
berlebihan sesuai kebutuhan
biasanya
2. Tidak akurat Potensial 4.Jelaskan komplikasi
dalam mengikuti komplikas kronik yang mungki ada,
4 2
pikiran/instruksi i sesuai kebutuhan
3. Tingkah laku penyakit 5.Diskusikan perubahan
yang tidak tepat Tanda dan 4 2 gaya hidup yang
(histeris, gejala mungkin
permusuhan, komplikas di perlukan untuk
agitasi, apatis) i mencegah komplikasi

14
4. Verbalisasi penyakit dimasa yang akan datang
masalah dan atau mengontrol
Keterangan: proses penyakit
1. Tidak ada pengetahuan 6.Hindari memberikan
2. Pengetahuan terbatas harapan yang kosong
3. Pengetahuan sedang 7.Diskusikan pilihan
4. Pengetahuan banyak terapy
5. Pengetahuan sangat dan penanganan
banyak 8.Jelaskan alasan dibalik
menejemen/terapi/
penanganan yang
direkomendasikan
9.Edukasi mengenai
tindakan untuk
mencegah/meminimalka
n
gejala, sesuai kebutuhan
5. risiko cidera Setelah dilakukan NOC: Environment
berhubungan tindakan keperawatan management
dengan diharapkan masalah (manajemen
penurunan resiko cidera dapat lingkungan)
respon teratasi dengan kriteria
terhadap hasil: 1. Ciptakan lingkungan
lingkungan NOC: Risk kontrol yang aman bagi pasien
2. Singkirkan bahaya
Indikato lingkungan
A T
r 3. Singkirkan benda-
Pasien benda
terbebas berbahaya dari
4 2
dari lingkungan
cidera 4. Dampingi pasien
selama
Keterangan:
tidak ada kegiatan

15
1 : Keluhan ekstrim bangsal, dengan tepat
2 : Keluhan berat 5. Sediakan tempat tidur
3 : Keluhan sedang dengan ketinggian yang
4 : Keluhan ringan rendah, yang sesuai
5 : Tidak ada keluhan 6. Sediakan tempat tidur
yang bersih dan nyaman
7. Sediakan kasur yang
kokoh
8. Izinkan
keluarga/orang
terdekat untuk tinggal
dengan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A.A 2008. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba

16
Medika.
Maharani, Desiana. 2009. Buku Serba Pintar Perawatan Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Araska
Marmi. 2011. Panduan Lengkap Sakit dan Luka Pada Anak. Yogyakarta.
Pusataka Pelajar
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. Jakarta: EGC.
Riyadi, S & Sukarmin.2009. Asuhan keperawatan pada anak sakit. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Suryanti. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar
Sodikin. 2012. Prinsip Keperawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta. Pustaka
Pelajar

17

Anda mungkin juga menyukai