Anda di halaman 1dari 4

PROTOKOL ART THERAPY

Dari beberapa pencarian literatur terkait prosedur dan fase pelaksanaan art

therapy, penulis menemukan beberapa prosedur dengan jumlah fase yang berbeda.

Prosedur art therapy yang pertama terdiri dari hanya 2 sesi saja, yang masing-

masing sesi berlangsung selama 1 jam (Ando, Imamura, Kira, & Nagasaka, 2013).

Pada fase pertama, pasien berbicara tentang emosi mereka atau kognisi tentang

penyakit yang diderita dengan terapis. Setelah itu, pasien kemudian membuat

barang-barang seni dengan menggunakan tanah liat, kolase (fancy paper, lem

tongkat, majalah), menggambar (pensil warna, pastel kapur, pensil, dan cat air),

dan buku sketsa. Selang waktu dua minggu kemudian, di fase kedua, pasien

membuat lagi barang-barang seni. Setelah selesai, kemudian pasien diminta untuk

menjelaskan isi dan makna dari barang seni yang dibuatnya. Kemudian terapis

memberikan konsultasi terkait hasil dari diskusi dan pengkajian perasaan serta

kebutuhan pasien, untuk kemudian menyusun intervensi yang sesuai dengan

kondisi psikologis pasien.

Prosedur art therapy di literature lain terdiri dari empat fase, yaitu

unfreezing phase, doing phase, dialoguing phase, dan ending and integrating

phase (Field & Kruger, 2005). Fase tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Unfreezing phase → bertujuan untuk mendorong pasien mengekspresikan

diri mereka secara bebas. Ekspresi yang dimaksud dapat berupa ekspresi

perasaan terkait kondisi penyakit yang diderita.


2. Doing phase → bertujuan untuk memfasilitasi, mengamati,

membentuk/menciptakan barang seni yang mewakili pesan pasien dalam

bentuk visual.

3. Dialoguing phase → bertujuan untuk memfasilitasi dialog yang spesifik

tentang barang seni yang diciptakan. Dalam fase ini perawat diharapkan

dapat menangkap pesan-pesan yang tersirat dalam barang seni yang

diciptakan dan telah dijelaskan oleh pasien.

4. Ending and integrating phase → bertujuan untuk memfasilitasi program

selanjutnya berdasarkan informasi baru yang terintegrasi didapat dari hasil

diskusi dengan pasien, untuk kemudian dipikirkan tentang perencanaan

intervensi yang sesuai dengan kondisi psikologis pasien.

Dari kedua sumber prosedur tersebut pada dasarnya tidak jauh berbeda,

hanya saja pada prosedur yang kedua lebih memisahkan tiap-tiap fase kegiatan.

Akan tetapi pada prosedur yang kedua tidak disebutkan dengan terinci terkait

alokasi waktu dari masing-masing terapi. Berdasarkan hal tersebut, penulis

mencoba untuk menggabungkan dari kedua prosedur tersebut untuk kemudian

dijadikan dasar dalam penyusunan protokol.

1. Persiapan

Alat yang dipersiapkan meliputi kertas gambar, pensil, pensil warna,

crayon, spidol, cat air, atau alat pewarna lain.


2. Protokol Art Therapy

No. Prosedur Waktu Ket


1 Unfreezing phase
 Terapis melakukan komunikasi dengan pasien
tentang perasaan pasien terkait kondisi penyakit yang
dialami. 5
 Buatlah list apa yang akan digambar, tinjau ekspresi, menit
perasaan, interpretasi, dan kesenangan pasien.
 Diskusikan tentang kehidupan pasien saat ini.

2 Doing phase
 Bantu pasien untuk mulai mengkreasikan dan
15
menuangkan perasaan ke dalam gambar/lukisan yang
menit
mewakili pesan pasien dalam bentuk visual.

3 Dialoguing phase
 Diskusikan tentang gambar/lukisan yang diciptakan
oleh pasien yang mewakili perasaannya. 15
 Kaji pesan-pesan yang tersirat dalam gambar/lukisan menit
yang diciptakan dan telah dijelaskan oleh pasien.

4 Ending and integrating phase


 Akhiri sesi pelaksanaan art therapy dan susun
5
perencanaan intervensi yang sesuai dengan kondisi
menit
psikologis pasien.

Sumber :

Ando, M., Imamura, Y., Kira, H., & Nagasaka, T. (2013). Feasibility and efficacy
of art therapy for Japanese cancer patients: A pilot study. The Arts in
Psychotherapy, 40(1), 130–133. doi:10.1016/j.aip.2012.12.007

Field, W., & Kruger, C. (2005). The effect of an art psychotherapy intervention on
levels of depression and health locus of control orientations experienced by
black women living with HIV. South African Journal of Psychology, 38(3),
467–478.

Nucho, A. O. (2003). The Psychocybernetic Model of Art Therapy. 2nd ed.


Springfield-Illinois : Charles Thomas-Publisher, LTD.

Setyoadi, & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Prosedur Waktu Ket


1 Assessment
 Sampaikan salam terapeutik dan bina hubungan saling
percaya dengan pasien.
 Jelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta berikan
30
lembar persetujuan menjadi responden jika pasien setuju
menit
untuk menjadi responden.
 Lakukan pengkajian terhadap tingkat depresi di awal sesi
intervensi.

2 Unfreezing phase
 Terapis melakukan komunikasi dengan pasien tentang
perasaan pasien terkait kondisi penyakit yang dialami.
 Buatlah list apa yang akan digambar, tinjau ekspresi, 5 menit
perasaan, interpretasi, dan kesenangan pasien.
 Diskusikan tentang kehidupan pasien saat ini.

3 Doing phase
 Bantu pasien untuk mulai mengkreasikan dan
15
menuangkan perasaan ke dalam gambar/lukisan yang
menit
mewakili pesan pasien dalam bentuk visual.

4 Dialoguing phase
 Diskusikan tentang gambar/lukisan yang diciptakan oleh
pasien yang mewakili perasaannya. 15
 Kaji pesan-pesan yang tersirat dalam gambar/lukisan menit
yang diciptakan dan telah dijelaskan oleh pasien.

5 Ending and integrating phase


 Akhiri sesi pelaksanaan art therapy dan susun
perencanaan intervensi yang sesuai dengan kondisi 5 menit
psikologis pasien.

6 Evaluation
30
 Lakukan evaluasi terhadap tingkat depresi pasien.
menit

Anda mungkin juga menyukai