Oleh :
DAVID BAYU KRISTANTO
NIM : 01.3.20.00437
LEMBAR PENGESAHAN
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
segera atau beberapa saat setelah lahir. Secara klinik ditandai dengan sianosis,
bradikardi, hipotonia, dan tidak ada respon terhadap rangsangan, yang secara
objektif dapat dinilai dengan skor APGAR. Keadaan ini disertai hipoksia,
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Konsekuensi fisiologis yang terutama
terjadi pada bayi dengan asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan
kriteria menurut WHO tahun 2008 didapatkan adanya gangguan neurologis berupa
Hypoxic Ischaemic Enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat
diketahui dengan segera. (Kosim, 1998; Hasan, 1985; dan Depkes RI, 2005)
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfixia dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat
bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma.
Sementara itu, asfiksia dalam persalinan disebabkan oleh partus yang lama,
ruptura uteri, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta, prolapsus, pemberian
obat bius yang terlalu banyak dan pada saat yang tidak tepat, plasenta previa,
solusia plasenta, serta plasenta tua (serotinus) (Nurarif, 2013).
Bayi akan dikatakan mengalami asfiksia berat jika APGAR score berada
pada rentang 0-3, asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6, dan bayi normal atau
dengan sedikit asfiksia jika APGAR score berada pada rentang 7-10 (Nurarif,
2013).
3. Etiologi
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor (Nurarif, 2013).
a. Faktor ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui
plasenta berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan
dapat menyebabkan gawat janin dan akhirnya terjadilah asfiksia. Berikut
merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru
lahir (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013):
1) Preeklamsia dan eklamsia
2) Demam selama persalinan
3) Kehamilan postmatur
4) Hipoksia ibu
5) Gangguan aliran darah fetus, meliputi :
a) gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) hipertensi pada penyakit toksemia
6) Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah dini
b. Faktor plasenta
Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen melalui
tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia (Depkes RI, 2005
dan Nurarif, 2013):
1) Abruptio plasenta
2) Solutio plasenta
3) Plasenta previa
c. Faktor fetus
Pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa
didahului tanda gawat janin (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013):
1) Air ketuban bercampur dengan mekonium
2) Lilitan tali pusat
3) Tali pusat pendek atau layu
4) Prolapsus tali pusat
d. Faktor persalinan
Keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu (Nurarif, 2013):
1) Persalinan kala II lama
2) Pemberian analgetik dan anastesi pada operasi caesar yang berlebihan
sehingga menyebabkan depresi pernapasan pada bayi
e. Faktor neonatus
Berikut merupakan kondisi bayi yang mungkin mengalami asfiksia (Nurarif,
2013):
1) Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, forsep)
3) Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernapasan, hipoplasi paru, dll.
4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial
4. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor
maternal, plasenta-tali pusat, dan fetus atau neonatus (Volpe, 2001; Aurora, 2004;
dan Levene, 2005) :
a. Kelainan maternal, dapat meliputi hipertensi, peyakit vaskular, diabetes, drug
abuse, penyakit jantung, paru, gangguan susunan saraf pusat, hipotensi, ruptura
uteri, tetani uteri, panggul sempit.
b. Kelainan plasenta dan tali pusat, meliputi infark dan fibrosis plasenta, prolaps
atau kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus.
c. Kelainan fetus atau neonatus meliputi anemia, hidrops, infeksi, pertumbuhan
janin terhambat, serotinus.
Selain itu, kurangnya kesadaran calon ibu untuk melakukan ANC, status
nutrisi yang rendah, perdarahan saat melahirkan, dan infeksi saat kehamilan juga
merupakan faktor resiko terjadinya asfiksia. Ditambah lagi dengan letak bayi
sungsang dan kelahiran dengan berat bayi kurang dari 2500 gram, maka akan
memperburuk keadaan dan meningkatkan resiko asfiksia (Majeed, 2007 dan
Pitsawong, 2011). Namun sayangnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Ogunlesi dkk (2013) dinyatakan bahwa dari 354 orang responden yang diteliti,
hampir seluruhnya tidak mengetahui faktor resiko terjadinya asfiksia (Ongunlesi,
2013).
5. Patofisiologi
Paralisis pusat Faktor lain : obat-
pernapasan Persalinan lama, lilitan tali obatan
pusat, presentasi janin
abnormal
ASFIKSIA
Suplai O2 dalam
Suplai O2 dalam darah paru Asidosis respiratorik
Gangguan perfusi-
Resiko Kerusakan otak ventilasi
Ketidakseimbangan
Suhu
Tubuh Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia
Napas cepat Gangguan Pertukaran
Gas
Apneu
DJJ dan
TD Kematian bayi Resiko Cidera
Proses
Ketidakefektifan Pola Keluarga
Napas Terhenti
7. Penatalaksanaan
Asfiksia merupakan kejadian kegawatan pada janin sehingga
memerlukan tindakan yang cepat. Adapun prosedur pertolongan bayi
dengan asfiksia adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
PENILAIAN :
Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap
Ya Tidak
VENTILASI :
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan
dada bayi
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20
kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik
---------------------------------------------------------------------------
---------------
4. Penilaian apakan bayi menangis atau bernapas spontan
dan teratur
Ya Tidak
Ya Tidak
8. Komplikasi
Komplikasi dapat mengenai beberapa organ pada bayi, diantaranya
adalah sebagai berikut (Karlsson, 2008) :
a. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
b. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
c. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos
d. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH, anuria atau oliguria (< 1
ml/kg/jam) untuk 24 jam atau lebih dan kreatinin serum > 100 mmol/L
e. Hematologi : DIC
f. Hepar : aspartate amino transferase > 100 U/L, atau alanine amino
transferase > 100 U/L sejak minggu pertama kelahiran
Komplikasi yang khas pada asfiksia neonatorum yaitu Enselopati
Neonatal atau Hipoksik Iskemik Enselopati yang merupakan sindroma
klinis berupa gangguan fungsi neurologis pada hari-hari awal kehidupan
bayi aterm (Moster, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Azzopardi dkk
(2009) serta penelitian oleh Wintermark dkk (2011) menyatakan bahwa
meskipun induksi hipotermia sedang selama 72 jam pada bayi dengan
asfiksia neonatorum tidak secara signifikan mengurangi tingkat kematian
maupun cacat berat, tetapi menghasilkan pengaruh baik terhadap sistem
saraf pada bayi yang selamat (Azzopardi, 2009 dan Wintermark, 2011).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang dikaji pada bayi baru lahir dengan asfiksia setelah tindakan
resusitasi meliputi (Carpenito, 2007 dan Mansjoer, 2000) :
a. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali per menit. Tekanan
darah 60-80 mmHg sistolik dan 40-45 mmHg diastolik
1) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercostae III/IV
2) Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama
kehidupan
3) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
b. Eleminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Makanan atau cairan (status nutrisi)
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma)
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemia, atau efek nekrotik)
e. Pernapasan
1) APGAR score optimal : antara 7 s.d. 10
2) Rentang RR normal dari 30-60 kali per menit, pola periodik dapat
terlihat
3) Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silidrik
thorax : kertilago xifoid menonjol umum terjadi
f. Keamanan
0
Suhu normal pada 36,5 s.d. 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi
g. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan kulit pada tangan atau kakai dapat
terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herliquin, petekie pada kepala atau wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portuine, telengiektasis ( kelopak mata, antara alis
dan mata, atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat.Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penampakan elektroda internal)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain yaitu :
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hipersekresi jalan napas
2. Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Hambatan upaya napas (mis.
Kelemahan otot pernapasan)
Aurora S, Snyder EY. 2004. Perinatal Asphyxia. In : Cloherty JP, Eichenwald EC,
Stark AR eds. Manual of Neonatal Care 5th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins; 536-55.
Azzopardi DV, Brenda S, David E, Leight D, Henry LH, Edmund J, et al. 2009.
Moderate Hypothermia to Treat Perinatal Asphyxial Encephalopathy. The
New England Journal of Medicine : 361 (14); 1349-58.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk
Bidan. Jakarta : Depkes RI.
Gregorio HO, Rojas DM, Villanueva D, Jaime HB, Bonilla XS, Gonzales LT, et
al. 2011. Caffeine Therapy for Apnoea of Prematurity : Pharmacological
Treatment. African Jornal of Pharmacy and Pharmacology : 5(4); 564-71.
Hasan R, Alatas H. 1985. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK-UI.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. Informasi Sesialite Obat Indonesia volume 47.
Jakarta : ISFI Penerbitan.
Karlsson M. 2008. On Evaluation of Organ Damage in Perinatal Asphyxia : an
Experimental and Clinical Studi. Stockholm : Departemen of Clinical
Science and Education Sodersjukhuset.
Majeed R, Yasmeen M, Farrukh M, Naheed PS, Uzma DMR. 2007. Risk Factor of
Birth Asphyxia. J Ayub Med Coll Abbottabad : 19(3); 67-71.
Moster D, Lie RT, Markestad T. 2002. Joint Association of Apgar Scores and
Early Neonatal Symptoms with Minor Disabilities at School Age. Arch.
Dis. Child. Fetal Neonatal Ed : 86; 16-21.
Ongunlesi TA, Fetuga MB, Adekanmbi AF. 2013. Mother’s Knowladge About
Birth Asphyxia : The Need to Do More!. Nigerian Journal of Clinical
Practice : 16(1); 31-6.
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Sistem pendukung / keluarga yang dapat dihubungi: SuamiAyah dan ibu
2. Hubungan orang tua dengan bayi
Ibu Ayah
√ Menyentuh -
- Memeluk -
√ Berbicara -
√ Berkunjung √
√ Kontak mata -
Bayi lahir spontan dan langsung menangis. Bayi tampak pucat kebiruan dan lemah,
sianosis, denyut jantung 80x/menit. Bayi memiliki riwayat proses persalinan dengan
2. Tindakan operasi: -
3. Status Nutrisi
Bayi terpasang NGT, mulai hari ini sudah dapat belajar netek. Saat akan diberi susu,
4. Status Cairan
D10 ¼ S : 120 cc/kgBB/hr : 195 cc/jam
5. Obat-obatan
6. Aktivitas
Kersihan diri. Pemantaun pernapasan, denyut jantung 80x/menit dan isap lendir
8. Hasil Laboratorium
Tgl 24/07/09
HGB : 5 g/dl
WBC: 24,16 x 103/μ
Bilirubin total 10,3
Bilirubin direct 4,63
9. Pemeriksaan Penunjang : -
10. Lain-lain -
4. Reflek
( √ ) Moro ( √ ) Palmar Graps ( √ ) Walking
( - ) Vesikuler ( √ ) Ronchi
( - ) Rales ( √ ) sekret
b. Bunyi nafas
( √ ) terdengar di semua lapang paru ( ) tidak terdengar
( - ) menurun
c. Respirasi
( - ) Spontan, jumlah :
( √ ) Sungkup/boxhead, jumlah : kali/menit
( - ) Ventilasi assisted CPAP
12. Jantung
a. ( √ ) Bunyi Normal Sinus Rytme ( NSR ) , jumlah : 80 x/menit
( - ) Mur-mur ( - ) Lain-lain,
b. Nadi perifer
Kuat Lemah Tidak ada
Brachialis kanan √
Brachialis kiri √
Femoralis kanan √
Femoralis kiri √
13. Ekstrimitas
a. ( √ ) Semua ekstrimitas gerak ( - ) ROM terbatas ( - ) tak dapat dikaji
4. Motorik kasar
: Saat tidur telentang bisa menggerakkan kaki dan tangan
( √ ) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya ( misalnya dari lampu
senter yang digerakkan ke kiri & kanan )
( - ) Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
( - ) Membalas senyuman
Kediri, 01 Oktober 2020
Mahasiswa
DO :
Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering
Gelisah
Sianosis
Frekuensi napas berubah Hambatan upaya napas Pola Napas Tidak
Batuk tidak efektif (mis. Kelemahan otot Efektif
pernapasan) (D.0005)
DS : Ibu pasien mengatakan bayi
langsung menangis. Bayi tampak
pucat kebiruan, pernapasan megap-
megap Dilakukan isap lender, bayi
masih megap-megap, kulit sianosis,
denyut jantung 80x/menit.
DO :
Penggunaan otot bantu napas
Pernapasan cuping hidung
Tekanan ekspirasi menurun
Tekanan inspirasi menuru
Ventilasi semenit menurun
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. SIKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SIKI :
l. Dipertahankan/ditingkatkan pada
m. Dipertahankan/ditingkatkan pada
n. Dipertahankan/ditingkatkan pada
o. Dipertahankan/ditingkatkan pada
p. Dipertahankan/ditingkatkan pada
q. Dipertahankan/ditingkatkan pada
r. Dipertahankan/ditingkatkan pada
s. Dipertahankan/ditingkatkan pada
t. Dipertahankan/ditingkatkan pada
u. Dipertahankan/ditingkatkan pada
v. Dipertahankan/ditingkatkan pada
01-10-2020
11.25
11.55 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3. 2 12.25 Monitor nilai AGD
12.45 Monitor adanya produk sputum
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
02-10-2020 kondisi pasien
11.25 Jelaskan tujuan dan procedure
4. 2 11.45 pemantaun
12.15 Informasikan hasil pemantauana
02-10-2020
11.45
Monitor kecepatan oksigen
12.25
Monitor integritas mukosa hidung akibat
12.55
pemasangan oksigen
Bersihkan secret pada mulut
Pertahankan kepatenan jalan napas
Gunakan oksigen tambahan
A = Masalah teratasi.
P = Intervensi dihentikan