Di Susun Oleh
Jefri Anang Prayogo
17.008
PENGESAHAN
2
Penguji II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas praktek klinik di RSUD BANYUMAS dengan judul “Asuhan Keperawatan
3
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
4
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian 3
B. Etiologi 4
C. Manifestasi Klinis 5
D. Patofisiologi 6
E. Pathway 8
F. Komplikai 8
G. Pemeriksaan Penunjang 8
H. Penatalaksanaan 8
I. Pengkajian 9
J. Diagnosa Keperawatan 9
K. Intervensi 9
A. Pengkajian 12
B. Analisa data 16
C. Perumusan Diagnosa 16
D. Perencanaan,Implementasi, Evaluasi 17
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian 27
B. Diagnose keperawatan 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 30
B. Saran 31
5
6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan
hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia(Keliat, 2011). Menurut
World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 memperkirakan hampir dari
450 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa. Bahkan berdasarkan
data studi World Bank dibeberapa Negara menunjukkan angka prosentase
sebanyak 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease)
menderita gangguan jiwa (Rabba, 2014).
Data kesehatan tahun 2013, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
saat ini, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
14,3% dan 17% atau 1000 orang menderita gangguan jiwa berat. Dibanding ratio
dunia yang hanya satu permil, masyarakat Indonesia yang telah mengalami
gangguan jiwa ringan sampai ke berat 18,5% (Depkes RI,2011). Menurut Dinas
Kesehatan Kota Jawa Tengah (2012), angka kejadian penderita gangguan jiwa di
Jawa Tengah berkisar antara 3.300 orang sampai 9.300 orang.
Gangguan jiwa dikenal dengan sebutan psikosis salah satu contoh psikosis
adalah skizofrenia, skizofrenia suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi
dan waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu
berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari.
Gejala-gejala skizofrenia adalah sebagai berikut: gejala positif (waham,
halusinasi, perubahan arus pikir, perubahan perilaku) dan gejala negatif (sikap
masa bodoh (apatis), pembicaraan terhenti tiba-tiba (blocking), menarik diri dari
pergaulan sosial (isolasi sosial), menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-
hari (Keliat, 2011).
7
B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan asuhan keperawatan jiwa pada Ny.T dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di instalasi pelayanan
kesehatan jiwa terpadu raung bima RSUD Banyumas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
orang yang mungkin dikenal atau tidak dikenal yang meminta klien
melakukan sesuatu baik secara sadar ataupun tidak.
2. Etiologi
Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan menggunakan
konsep stress adaptasi menurut Stuart (2013) yang meliputi faktor
predisposisi dan prespitasi yaitu :
a) Faktor Predisposisi
Hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah :
1) Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya resiko
bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA.
2) Faktor psikologis
Pada klien halusinasi dapat ditemukan adanya kegagalan yang
berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih saying, atau
overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah,
tingkat pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan
lingkungan (perceraian, hidup sendiri) serta tidak bekerja.
b) Faktor Prespitasi
Stressor prespitasi pada klien halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
kekerasan dalam keluarga atau adanya kegagalan dalam hidupnya,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan klien seacra konflik antar masyarakat.
3. Jenis- Jenis Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
12
didengar klien namun tidak dapat dilihat dan didengar oleh orang lain.
Halusinasi dapat berupa ajakan dan bisikan suara untuk membahayakan
diri sendiri, klien dan orang lain. Sehingga dari halusinasi yang terjadi
pada klien dapat menimbulkan resiko perilaku kekerasan pada klien dan
orang lain.
7. Pohon Masalah
Kerusakan
komunikasi
. verbal
Efek: Resiko mencederai diri,
orang lain, dan lingkungan
Defisit
Perilaku kekerasan
Core problem: Perubahan perawatan
persepsi sensori: halusinasi diri
8. Penatalaksanaan Medis
Terapi dalam jiwa tidak hanya meliputi pengobatan dan farmakologi,tetpi
juga pengobatan psikoterapi serta terapi modalitas yang sesuai dengan gejala
atau penyakit klien yang mendukung penyembuhan klien jiwa pada terapi
tersebut juga harus dengan dukungan keluarga dan sosial akan memberikan
peningkatan penyembuhan karena klien akan merasa berguna dalam
masyrakat tidak merasa diasingkan dengan penyakit yang dialaminya
(kusumawati dan hartono, 2010).
a) Psikofarmakologis
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat-
obat yang digunakan untuk gangguan jiwa disebut farmakoterapi, terapi
gangguan jiwa dengan menggunakan obat–obatan disebut dengan
psikofarmakoterapi atau medikasi psikotropika yaitu obat yang
mempunyai efek teraupetik langsung pada proses mental penderita
karena kerjanya pada otak atau sistem sraf pusat.
b) Terapi somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjkan pada kondisi
fisik klien.jenis somatis adalah pengikatan, kejang listrik, isolasi dan
fototerapi.
c) Terapi modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawtan jiwa.terapi
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif.
9. Penatalaksanaan Keperawatan
17
a) Farmakoterapi
1) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofernia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi
dalam dua tahun penyakit.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
b) Terapi kejang listrik atau ECT (Elekto Convulsive Therapi)
Terapi kejang listrik merupakan pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmall secara artificial dengan meleawtkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi
kejang listrik dapat diberikan pada skizofernia yang tidak mempan
dengan neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
c) Psikoterapi dan rehabilitas
Psikoterapo suportif individual atau kelompok sangat membantu,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi aktivitas
a) Terapi musik
b) Terapi seni
c) Terapi menari
d) Terapi relaksasi
2) Terapi sosial
a) Terapi kelompok
b) Terapi lingkungan
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
nomorrekam medis.
b) Alasan masuk
Alasan masuk datang ke RSJ, biasanya klien sering
berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan
tanpa tujuan.
c) Faktor predisposisi
Biasanya pasien pernah menderita gangguan jiwa lebih dari
6 bulan, bisa juga karena kurang berhasil dalam pengobatan.
d) Faktor presipitasi
Merupakan faktor yang memicu pasien di bawa ke RSJ,
biasanya pasien mengalami gangguan jiwa kurang dari 6 bulan.
e) Pemeriksaan fisik
Seperti memeriksa tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi
untuk membantu mengetahui ada tidaknya gangguan fisik pada
klien.
f) Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggotya yang pernah
mengalami gangguan jiwa, umumnya komunikasi klien
terganggu, begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola
asuh klien.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri: klien biasanya mengeluh dengan kondisi
diri klien, umunya ada bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
19
5) Afek
Afek yang sering muncul yaitu afek tumpul, datar, afek
yang tidak sesuai, dan reaksi berlebihan.
6) Interaksi selama wawancara
Selama interaksi dalam wawancara dapat dideteksi sikap
klien yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, serta
tidak berkaitan dengan pembicaraan.
7) Persepsi
Data yang Keyakinan tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.terkait dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yaitu
berbicara sendiri, marah tanpa sebab yang jelas, serta
menutup telinga.
8) Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan yang logis serta tidak berbelit dalam
interaksi. Kondisi ini membuat lingkungan merasa takut
dan aneh terhadap klien.
9) Isi pikir
Perasaan yang ada di pikiran klien
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap
orang, tampat dan waktu.
11) Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun
jangkapendek. Mudah lupa, klien kurang mampu
21
5) Istirahat
Penulis mengamati tentang lama dan waktu tidur siang dan
malam. Biasanya istirahat klien terganggu bila
halusinasinya kambuh.
6) Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga,
dan sistem pendukung sangat menentukan.
7) Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktifitas didalam rumah
seperti menyapu dan mengepel.
k) Mekanisme koping
1) Adaptif : merupakan respon neurobiologis dengan
menunjukan perilaku yang positif.
2) Maladaptif : merupakan respon neurobiologis dengan
menunjukan perilaku negatif.
l) Masalah psikososial dan lingkungan
Merupakan informasi yang klien ketahui mengenai
masalah yang sedang klien alami.
1) Pengetahuan kurang
Merupakan informasi yang klien ketahui mengenai
masalah yang sedang klien alami.
2) Aspek medis
Obat yang diberikan pada pasien gangguan persepsi
halusinasi yaitu chlorpromazine (CPZ), halopenidol
(HPL) thihexyphenidyl (THP).
23
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan repson
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti (Sutejo, 2013). Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien halusinasi adalah
a) Persepsi sensori: halusinasi
b) Resiko tinggi perilaku kekerasan
c) Isolasi sosial
d) Harga diri rendah
3. Intervensi Keperawatan
Gangguan persepsi Setelah dilakukan pertemuan SP I Pasien
sensori : halusinasi selama ...hari diharapkan pasien 1. Identifikasi halusinasi : isi,
pendengaran dapat mengontrol halusinasi yang frekuensi, waktu terjadi,
dialaminya dengan kriteria hasil : situasi pencetus, perasaan,
1. Dapat membina hubungan respon.
saling percaya 2. Jelaskan cara mengontrol
2. Dapat mengenal jenis, isi, halusinasi : hardik, obat,
waktu dan frekuensi bercakap – cakap, melakukan
halusinasi muncul, respon kegiatan.
terhadap halusinasi dan 3. Masukan pada jadwal
tindakan yang sudah kegiatan untuk latihan
dilakukan serta menghardik.
keberhasilannya. SP II
3. Dapat menyebutkan dan Pasien
mempraktekan cara 1. Evaluasi kegiatan
mengontrol halusinasi. menghardik. Beri pujian.
4. Dapat minum obat dengan 2. Latih cara mengontrol
bantuan minimal. halusinasi dengan obat
5. Ungkapkan halusinasi sudah ( jelaskan 6 benar : jenis,
hilang atau terkontrol. guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat ).
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat.
24
SP III
Pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik dan minum obat.
Beri pujian.
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap –
cakap saat terjadi halusinasi.
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat, dan
bercakap – cakap.
SP IV
Pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan
menghardik, obat, dan
bercakap – cakap. Beri pujian.
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian ( mulai 2
kegiatan ).
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap – cakap, dan
kegiatan harian.
SP V
Pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan
mengahardik, obat, bercakap –
cakap, dan kegiatan harian.
Beri pujian.
2. Latih kegiatan harian.
3. Nilai kemampuan yang telah
mandiri.
4. Nilai apakah halusinasi
terkontrol.
25
SP I
Keluarga
1. Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan
gejala proses terjadinya
halusinasi.
3. Jelaskan cara merawat
halusianasi.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan memberi
pujian.
SP II
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat /melatih
menghardik.
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat.
3. Latih cara
memberikan/membimbing
pasien minum obat.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan member
pujian.
SP III
1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/melatih pasien
menghardik dan memberi
obat.
2. Jelaskan cara bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan untuk
mengobrol.
3. Latih dan sediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi.
4. Ajurkan membantu pasien
26
pertanyaan.
3. Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
bercakap – cakap dengan > 5
orang, orang baru, saat
melakukan kegiatan harian,
dan sosialisasi.
SP V
Pasien
1. Evaluasi kegiatan bercakap
– cakap saat melakukan
kegiatan harian dan
sosialisasi. Beri pujian.
2. Latih kegiatan harian.
3. Nilai kemampuan yang telah
mandiri.
4. Nilai apakah isolasi sosial
teratasi.
4. Harga Diri Setelah dilakukan tindakan SP I
Rendah keperawatan selama..hari Pasien
diharapkan pasien dapat 1. Identifikasi kemampuan
mandiri melakukan perawatan melakukan kegiatan dan
diri dengan kriteria hasil : aspek positif pasien ( buat
1. Klien dapat membina daftar ).
hubungan saling percaya 2. Bantu pasien menilai
2. Dapat mengidentifikasi kegiatan yang dapat
aspek positif individu, dilakukan saat ini ( pilih
keluarga dan masyarakat. dari daftar kegiatan ).
3. Dapat menilai kemampuan 3. Bantu pasien memilih
yang dimiliki salah satu kegiatan yang
4. Dapat mengembangkan dapat dilakukan saat ini
kemampuan yang telah untuk dilatih.
diajarkan. 4. Latih kegiatan yang
dipilih ( alat dan cara
melakukannya ).
5. Masukan pada jadwal
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas Asuhan Keperawatan dengan cara
membandingkan dengan konsep teori pada Bab II. Asuhan Keperawatan pada
Ny. T dengan Gangguan pesepsi sensori: Halusinasi pendengaran yang
dilaksanakan 3 hari, dimulai pada tanggal 25 Desenber – 27 Desember 2019
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Halusinasi pendengaran adalah bentuk yang paling sering terjadi pada
gangguan presepsi dengan klien gangguan jiwa bentuk halusinasi ini berupa
suara-suara rebut dan dengung, tapi paling sering berupa kata-kata yang
tersusun dalam kalimat yang memepengaruhi tingkah laku klien, sehingga
klein menghasilkan respon tertentu: bicara-bicara sendiri atau respon lain yang
membahayakan membuat klien bertengkar dan mencederai orang lain dan diri
sendiri (Erlinafsiah, 2010).
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal atau dasat utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien (Direja, 2011). Dalam
pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara terhadap
klien dan perawat yang merawat klien langsung. Pengkajian pada Tn. A
menggunakan metode auto dan allo anamnesa sesuai dengan kaidah
peraturan pengkajian keperawatan, mulai dari biodata, riwayat kesehatan,
pola kesehatan, pengkajian fisik dan didukung dengan hasil pemeriksaan
penunjang.
Pengkajian menurut Direja (2011)adalah data yang di kumpulkan
meliputi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
32
C. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan menurut Yosep (2010) yaitu terdiri
dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan
keperawatan.Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi
menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif, aspek kemampuan
psikomotor, aspek afektif.
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
keperawatan yang ditetapkan yaitu melakukan rencana keperawatan pada
diagnose Resiko Perilaku Kekerasan. Diagnosa Resiko Perilaku kekerasan
di lakukan mulai tanggal 25 Desember – 27 Desember 2019.
Penulis melakukan rencana keperawatan dengan diagnosa
Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran dengan tujuan pasien
mampu mengenali penyebab tanda dan gejala, pasien mampu mengontrol
halusinai : menghardik, minum obat, bercakap cakap dan melakukan
aktifitas.
Dalam diagnosa Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran terdapat Strategi Pelaksanaan (SP) dari SP 1 sampai dengan
SP 5.Pada kasus ini penulis dapat mengajarkan SP 1- SP 4 kepada pasien
karena sesuai dengan kondisi pasien. SP 1 yaitu menghardik, SP 2
mengntrol halusinasi dengan inum obat, SP 3 mengontrol halusinasi
dengan minum obat dan SP 4 mengontro halusinasi dengan cara
melakukan aktifitas.
D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nurjanah, 2004).
Pada implementasi dan evaluasi penulis mendapatkan data dari tanggal 25
Desember -27 Desember 2019. Pada hari pertama penulis mengajarkan sp
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan pasien masih bingung
dan planing evaluasi sp 1
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
36
B. SARAN
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Tn.A
Umur : 20 tahun
38
4. FAKTOR PRESIPITASI
39
5. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran umum : Baik
a. Tingkat kesadaran : Composmentis
b. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 36.6°C
RR : 20x/menit
c. BB : 65 kg TB : 165 cm
d. Keluhan fisik :-
6. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
b. Konsep Diri
1) Citra Diri
Pasien mengatakan tubuhnya sehat sekali, tidak sakit apa apa
2) Identitas Diri
Pasien mengatakan belum menikah, pasien mengatakan puas
dengan dirinya sebagain seorang laki laki
3) Peran Diri
Pasien mengatakan pasien sering mengikuti kegiatan karang
taruna
4) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin sembuh dan pulang berharap tidak akan
kambuh dan minum obat terus sampai sembuh
5) Harga Diri
Pasien merasa dirinya minder dengan kondisinya saat ini , jikat
bertemu dengan orang lain dan teman temanmya
c. Hubungan Sosial
1) Dirumah
Pasien mengatakan orang terdekat dirumahnya ibu dan ayah
41
2) Dirumah sakit
Pasien mengatakan kurang baik berhubungan dengan
temannya dibangsal pasien hanya mau berkomunikasi dengan
perawat dan keluarganya.
3) Observasi perilaku terkait yang berhubungan dengan orang lain
Adapti: Pasien lebih banyak diam.
d. Spiritual dan Religi
Pasien mengatakan beragama islam dan selalu melaskasana k
ibadahnya dan solat 5 waktu.
7. STATUS MENTAL
a. Penampilan Fisik
Pasien berpakaian rapih, memakai pakaian benar tidak terbalik
disisir rapih, mandi 2x sehari (pagi dan sore), gigi bersih, kuku tidak
panjang.
b. Pembicaraan
Pasien berbicara baik tidak pelo, menjawab pertanyaan sesuai
kadang ngelantur tampak bingung, namun mencapai pada tujuan
pembicaraan.
c. Aktifitas Motorik
Pasien banyak diam di kamar
d. Alam Perasaan
Gambaran berlebihan di semua hal
e. Afek
Pasien mengalami afek labil karena mengalami perubahan
perasaan dengan cepat dan tiba-tiba yang tidak berhubungan dengan
stimulus
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata pasien menghadap ke lawan bicara dan kooperatif
g. Persepsi
42
k. Memori
Pasien bisa mengingat kejadian jangka pajang dan jangka pendek.
l. Tingkat kesadaran dan konsentrasi berhitung
Pasien mampu berhitung dengan baik
m. Kemampuan penilaian
Pasien dapat menilai dan mengambil keputusan secara baik dan
mandiri.
n. Daya tilik diri
Pasien tidak mampu mengenali penyakitnya
8. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
a. Makan dan minum
Makan tidak ada diit kusus, pasien makan dengan menu bebas
3x sehari selalu habis, makan secara mandiri sehari minum cukup
b. BAB dan BAK
Pasien melakukan BAB/BAK teratur, ketepatan tempatnya dan
membersihkannya.
c. Mandi
43
B. ANALISA DATA
Tabel 3.1 Analisa Data Psikosis
N TANGGAL DATA MASALAH
O
1. 3 maret DS : Halusinasi
2019 Pasien mengatakan mendengar bisikan 3-4 pendengaran
x sehari, jika malam pasien mendengar
bisikan pasien biasanya menangis dan
ketakutan
DO :
Pasien tampak diam ekspresi wajah
bingung selalu memegang telinga dan
kepala
C. POHON MASALAH
SP IV
Pasien
4. Evaluasi kegiatan latihan menghardik, obat, dan bercakap – cakap. Beri
pujian.
5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
( mulai 2 kegiatan ).
6. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap – cakap, dan kegiatan harian.
SP V
Pasien
5. Evaluasi kegiatan latihan mengahardik, obat, bercakap – cakap, dan
kegiatan harian. Beri pujian.
6. Latih kegiatan harian.
7. Nilai kemampuan yang telah mandiri.
8. Nilai apakah halusinasi terkontrol.
SP I
Keluarga
5. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
6. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala proses terjadinya halusinasi.
7. Jelaskan cara merawat halusianasi.
8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
SP II
5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat /melatih menghardik.
6. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
7. Latih cara memberikan/membimbing pasien minum obat.
8. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan member pujian.
SP III
5. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien menghardik
dan memberi obat.
6. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengobrol.
47
RTL :
a. Evaluasi sp 1 dan 2
Evaluasi :
S :Pasien mengatakan sudah bisa melakukan sp 1 dan 2
O :Pasien masih tampak bingung
A :Masalah belum tertasi
P : 1. Beri obat sesuai resep
2. Evaluasi sp 1 dan sp 2
3. Lakukan dan ajaraj sp 3 dan sp 4
Hari ke-3
Hari/tanggal : 27 Desember 2019
1. Dx.Kep :
Gangguan pesepsi sensori: Halusinasi pendengaran
Tindakan :
d. Memberi obat
49