BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan
dan kematian yang paling penting pada anak, terutama bayi, karena saluran
napasnya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Salah satu
parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola
pernapasan. Pada bayi baru lahir sering kali terlihat pernapasan yang
dangkal, cepat, dan tidak teratur iramanya akibat pusat pengatur
pernapasannya belum berkembang secara sempurna. Pada bayi prematur
gangguan pernapasan dapat disebabkan oleh kurang matangnya paru.
Disamping faktor organ pernapasan, keadaan pernapasan bayi dan anak
juga di pengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi,
terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh.
World Health Organization, dalam laporannya menjelaskan bahwa
asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus
di negara berkembang pada tahun 2007 yaitu sebesar 21,1%, setelah itu
pneumonia dan tetanus neonatorum masing-masing sebesar 19,0% dan
14,1%. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia neonatus (33%),
prematuritas (10%), BBLR (19%). Di negara maju, asfiksia menyebabkan
kematian neonatus 8-35%. Di daerah pedesaan Indonesia 31-56,5% .
Menurut laporan kelompok kerja World Health Organization, dari 8 juta
kematian bayi di dunia, 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh
kematian 7 hari pertama neonatal, sekitar 60% merupakan kematian bayi
umur disebabkan oleh gangguan perinatal yang salah satunya adalah
asfiksia. Insidensi asfiksia pada menit 1= 47/1000 lahir hidup dan pada
menit 5= 15,7/1000 lahir hidup (Saifuddin, 2003).
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi
daripada di negara maju. Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi
baru lahir menderita asfiksia sedang atau berat, dari jumlah tersebut 20%
diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian asfiksia kurang lebih
yang
dapat
mempengaruhi
proses
persalinan
sehingga
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan klien dengan asfiksia neonatorum.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori tentang anatomi
fisiologi sistem pernafasan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep definisi asfiksia neonatorum
3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep klasifikasi asfiksia
neonatorum
4. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep etiologi asfiksia neonatorum
5. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep manifestasi klinis asfiksia
neonatorum
6. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep patofisiologi asfiksia
neonatorum
7. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep WOC asfiksia neonatorum
8. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pemeriksaan penunjang
asfiksia neonatorum
9. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penatalaksanaan asfiksia
neonatorum
10. Mahasiswa mampu
menjelaskan
konsep
komplikasi
asfiksia
neonatorum
11. Mahasiswa mampu
menjelaskan
konsep
pencegahan
asfiksia
neonatorum
12. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan asfiksia neonatorum
13. Mahasiswa mampu menjelaskan tinjauan kasus dan
asuhan
1.3.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Fisiologi Pernapasan Neonatorum
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi tersebut harus
mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang
baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit. Periode
adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi.
Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk
beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan
mengambil serta menggunakan glukosa. (Mahmudah, 2011)
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paruparu secara mekanis (Varney, 551-552) Interaksi antara sistem
pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan
pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik
gunamendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan
dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga
mengubah aliran darah.
bulan.
Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan
makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2007).
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013). Kemampuan
oksigen untuk beredar keseluruh tubuh dipengaruhi oleh kadar hemoglobin
dalam darah, semakin tinggi kadar hemoglobin maka angka kejadian
2.1.3
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Gomella, 2009):
1. Faktor ibu
a. Pre-eklampsi dan eklampsi
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
d. Partus lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
e. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
f. Perdarahan banyak: plasenta previa dan solutio plasenta (Gomella,
2009).
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat(Gomella, 2009).
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Gomella,
2009 & Toweil 1966)
2.1.4 Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda klinis pada bayi atau janin berikut ini :
a. DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
b. Mekonium pada air ketuban pada janin letak kepala.
c. Tonus otot buruk karena kekurang O2 pada otak,otot dan organ lain.
d. Depresi pernafasan karena otak kekurangan O2.
e. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan O2
pada otot jantung atau sel otak.
f. Tekanan darah rendah karena kekurangan O2 pada otot jantung
g. Pernafasan cepat karena kegagalan absorbsi cairan paru,atau nafas
2.1.5
tidak teratur.
h. Pucat atau kebiruan
(DEPKES RI, 2007)
Klasifikasi
Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010)
0
Tidak ada
Tidak ada
Biru atau coklat
1
Tidak teratur
<100
Tubuh
merah
jambu
Tidak ada
Tidak ada
&
2
Teratur
>100
Merah jambu
kaki,
tangan biru
Sedikit fleksi
Lemah/lambat
Fleksi
Kuat
Patofisiologi Asfiksia
Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke
dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol
pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini
terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi
cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen
(Radityo, 2011).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol
pada organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran
darah ke jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk
mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah
akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun
demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh
organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi
yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda
klinik (Radityo, 2011).
2.1.7
WOC Terlampir
2.1.8
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Penatalaksanaan Asfiksia
1. Antisipasi kebutuhan resusitasi
10
11
12
13
14
Tidak tergantung
15
e. Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu
tidaknyaresusiatasi lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adlah
sebagai berikut :
-
Pernafasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat,
frekuensi dan dalamnya pernafasan bertambah setelah rangsang
taktil. Pernafasan yang megap-megap adalah perfasan yang
tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan.
Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi
jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik kemudian
dikalikan 10 sehingga diketahui frekuensi jantung permenit.
Warna kulit
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh
tubuh. Setelah frekuensi jantung normal dan ventilasi baik,
tidak ada boleh sianosis sentral yang menandakan hipoksemia.
Warna kulit yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah
petanda penting adanya pernafasan dan frekuensi jantung yang
adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis sentral belum tentu
menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu
diberikan terapi oksigen. Hanya sianosis sentral yang
memerlukan intervensi.
16
4) Pemberian Oksigen
Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka perlu diberikan
tambahan oksigen. Pemberian oksigenaliran bebas dapat dilakukan
menggunakan sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak
mengembang sendiri. T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen.
Pada bayi cukup bulan dianjurkan menggunakan oksigen 100%,
namun beberapa penelitian terakhir menunjukkan penggunaan oksigen
ruangan dengan dengan kosentrasi 21% menurunkan resiko mortilitas
dan kejadian ensefalopati hipoksik iskemik (EHI) dibandingkan
dengan oksigen 100%. Oksigen 100% tidak dianjurkan diberikan pada
bayi tidak cukup bulan karena dapat merusak jaringan. Penghentian
pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat
sianosis lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik
walaupun konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen
ruangan. Bila bayi kembali sianosis maka pemberian oksigen perlu
dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian secepatnya
dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk
menyesuaikan kadar oksigen mencapai normal.
5) Intubasi Endotrakeal
Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
sesuatu dengan keadaan, antara lain beberapa keadaan berikut saat
resusitasi :
-
17
antara
kompresi
dada
dan
ventilasi,
serta
selang
endotrakeal.
Cara
pemasangan
selang
18
Larutkan = 1 : 10.000
b. Volume ekspander
Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut :
-
Bayi
baru
lahir
yang
dilakukan
resusitasi
mengalami
19
20
21
22
aesofagal.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60
kali/menit), pernafasan mendengkur, retraksi subkostal/interkostal,
pernafasan cuping hidung, sianosis dan pucat, hipotonus, apneu,
gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu. Pada
awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya
pertukaran udara, nafas menjadi parau dan pernapasan dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernafasan
dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi
kardiovaskuler (airway, breathing, circulation).
Airway dan breathing :
1) Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada
bayi. Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernafasan
merupakan
usaha
kompensasi
terhadap
terjadinya
asidosis
23
jantung.
2) Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui
volume dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan
tidak teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah
atau tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit
kulit yang memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat
dan sianosis. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan
dengan cara:
(1) Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
(2) Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan
sedikit ekstremitas dibandingkan jantung kemudian tekan
telapak tangan atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya
tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat
akan menghilang 2-3 detik.
3) Perfusi pada otak dan respirasi
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah
diselingi agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak
selain terjadi penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan
4.
atelektasis,
24
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakefektifan
bersihan
2.
3.
4.
5.
6.
jalan
nafas
berhubungan
dengan
25
2.2.3
Intervensi Keperawatan
No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan
Hasil
Ketidakefektifan
NOC
bersihan jalan nafas Respiratory status :
berhubungan dengan
Ventilation
penumpukan mukus Respiratory status :
yang berlebihan
Airway patency
Aspiration Control
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
2. Mengidentifikasikan
dan
mencegah
faktor
yang
penyebab.
3. Saturasi O2 dalam
batas normal
4. Foto thorak dalam
batas normal
2.
Intervensi
NIC
Airway suction
1. Berikan oksigen sesuai
indikasi
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
4. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
5. Kolaborasi pemberian
obat-obatan
bronkodilator
6. Monitor status
hemodinamik
7. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
8. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan
status O2
10. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan sekret
11. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang fungsi
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
Ketidakefektifan
NOC
NIC:
Respiratory status : Airway suction
pola napas
Ventilation
berhubungan dengan
1. Pertahankan jalan nafas
Respiratory status :
hiperventilasi
yang paten
2. Observasi adanya tanda
Airway patency
Kriteria hasil:
tanda hipoventilasi
26
3.
1. Menunjukkan suara
nafas yang bersih,
tidak ada sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas dg mudah,
tidakada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital
dalam
rentang
normal
(tekanan
darah,
nadi,
pernafasan)
Kerusakan
NOC :
Respiratory Status :
pertukaran gas
Gas exchange
berhubungan dengan
Respiratory Status :
gangguan suplai
ventilation
oksigen dan
Vital Sign Status
ketidakseimbangan
ventilasi
Kriteria hasi:
1. Mendemonstrasikan
peningkatan
ventilasi
dan
oksigenasi
yang
adekuat
2. Memelihara
kebersihan
paru
paru dan bebas dari
tanda tanda distress
pernafasan
3. Tanda tanda vital
dalam
rentang
3. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi
4. Monitor
vital sign
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
5. Pasang mayo bila perlu
6. Auskultasi suara nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
7. Monitor respirasi dan
status O2
8. Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
9. Informasikan
pada
pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola
nafas.
10. Monitor pola nafas
NIC :
Airway management
1. buka jalan nafas ,
gunakan tehnik chin lift
atau jaw trust bila perlu
2. Indentifikasi klien perlu
dipasang jalan nafas
buatan
3. Auskultasi suara nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
4. Monitor respirasi dan
status O2
5. Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular
dan
intercostal
27
4.
Ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan dengan
bekurangnya suplai
oksigen dalam darah
normal
4. AGD dalam batas
normal
5. Status
neurologis
dalam batas normal
NOC:
Termoregulasi
:
Neonatus
Kriteria Hasil :
Temperatur badan
dalam batas normal.
Tidak terjadi distress
pernafasan.
Tidak gelisah.
Perubahan
warna
kulit.
Bilirubin
dalam
batas normal.
NIC
Perawatan Hipotermi
Intervensi :
1. Hindarkan pasien dari
kedinginan
dan
tempatkan
pada
lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang
berhubungan
dengan
hipotermi, misal fatigue,
apatis, perubahan warna
kulit dll.
3. Monitor temperatur dan
warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor
adanya
bradikardi.
6. Monitor
status
pernafasan.
Temperatur Regulasi
Intervensi :
1. Monitor temperatur BBL
28
Perubahan
Proses NOC
keluarga
Koping keluarga
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
pergantian
status 1. Percaya
dapat
kesehatan
anggota
mengatasi masalah.
2.
Kestabilan prioritas.
keluarga
3. Mempunyai rencana
darurat.
4. Mengatur ulang cara
perawatan.
NIC
Pemeliharaan
proses
keluarga
Intervensi :
1. Tentukan tipe proses
keluarga.
2. Identifikasi
efek
pertukaran peran dalam
proses keluarga.
3. Bantu anggota keluarga
untuk
menggunakan
mekanisme support yang
ada.
4. Bantu anggota keluarga
untuk
merencanakan
strategi normal dalam
segala situasi.
Dukungan Keluarga
Intervensi :
1. Pastikan
anggota
keluarga bahwa pasien
memperoleh
perawat
yang terbaik.
2. Tentukan
prognosis
beban psikologi dari
keluarga.
3. Beri harapan realistik.
4. Identifikasi
alam
spiritual yang diberikan
keluarga.
6.
Risiko
cedera NOC
berhubungan dengan Pengetahuan :
anomali kongenital Keamanan Anak
NIC
Kontrol Infeksi
Intervensi :
29
30
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS SEMU
3.1 Kasus
Ny. W melahirkan anak pertamanya seorang bayi perempuan di
RSUA dengan bantuan bidan J didekat rumanya pada tanggal 25 April
2016 pukul 10.10. Ketuban pecah pada pukul 10.00, tidak bercampur
mekonium. Keadaan bayi waktu lahir bernapas megap-megap dan tampak
sesak, bayi tidak menangis. Setelah dilakukan tindakan resusitasi bayi
pada menit pertama setelah bayi lahir, keadaan bayi masih sama. Bayi
bergerak atau berespon sedikit ketika diberi rangsangan dan dinilai dada
tidak berkembang seacara maksimal. Terdapat cairan atau secret pada
hidung dan mulut bayi. Warna kulit dan bibir bayi tampak biru (sianosis),
Teraba akral bayi dingin dan pucat, bayi tampak lemas, tonus otot kurang
(ekstremitas sedikit fleksi), adanya tarikan dinding dada. Pernafasan tidak
teratur, Penilaian APGAR skor = 5 dan TTV: TD : Tidak diukur, RR : 38
x / menit, N : 94 x / menit, S : 34,5C BB = 2.400g, PB : 44 cm
3.2
Asuhan Keperawatan
3.2.1
Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama
: By Ny.W
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL / Usia
: Surabaya / 0 bulan
Agama
: Islam
Alamat
: Surabaya
Anak ke
: 1 (satu)
Suku Bangsa
: Jawa
: Ny. W
Umur
: 24 Tahun
Suku Bangsa
: Jawa
32
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
: Surabaya
b. Ayah
Nama
: Tn. K
Umur
: 25 Tahun
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: STM
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
: Surabaya
b. Data Medik
Diagnosa medik
c.
a)
Saat masuk
b)
Saat pengkajian
: asfiksia
: asfiksia ringan
: 35 minggu (preterm)
b. Periksa ANC
: pada bidan
c. Frekuensi ANC
: 4x selama kehamilan
: Hipertensi
33
: 94 x/mnt
RR
: 38 x/mnt
Suhu
: 34.5 C
BB/PB
: 2.400g/44cm
a. Breathing/B1
- Inspeksi
Bentuk dada normal chest, simteris, terdapat retraksi otot bantu nafas, adaya
tarikan dinding dada, RR 38 x/mnt, dada tidak mengembang dengan
maksimal.
- Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS 5 MCLS
- Perkusi
Suara perkusi di area dada kiri terdengar lebih redup dan pekak.
-Auskultasi
Suara napas menurun, bunyi napas tak teratur bahkan lambat.
b. Blood/B2
- Inspeksi
Ictus cordis terlihat, warna kulit dan bibir biru(sianosis)
- Palpasi
Heart Rate 94x/mnt, akral teraba dingin dan pucat
- Perkusi
Perkusi dada sonor, pekak pada area jantung
- Auskultasi
Terdengar suara bunyi jantung 1 dan 2 tunggal
34
c. Brain/B3
APGAR SKOR
Indikator
Nafas
Hasil pemeriksaan
Nilai
Tidak teratur, RR = 38 1
Denyut Jantung
Warna Klulit
x/mnt
94 x/mnt
1
Tubuh merah jambu & 1
1
1
5
d. Bladder/B4
Tidak ada distensi kandung kemih
e. Bowel /B5
Bentuk abdomen datar, tidak ada massa, tidak ada lesi
f. Bone/ B6
Tonus otot lemah sedikit fleksi, tidak ada oedem ekstremitas.
3.2.2 Analisa Data
NO
1
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS : Bidan J mengatakan Penumpukan
sekret Ketidakefektifan
bahwa sebelumnya By Ny. W pada
terdapat penumpukan sekret hidung
pada mulut bayi
DO :
- - Bayi tampak sulit bernapas
- Warna Kulit dan bibir tampak
sianosis
- RR 38x/mnt
- Suhu 34.5C
- Nadi : 94x/mnt
- BB 2.400g
mulut
35
- PB : 44 cm
DS :
Ketidakmaksimalan
dilahirkan
tidak
segera menangis
- Bidan
J
mengatakan
pernafasannya tidak teratur
DO :
- - Bayi tampak sulit bernapas
- Perkembangan dada tidak
maksimal
-Warna Kulit dan bibir tampak
sianosis
- RR 38x/mnt
- Suhu 34.5C
- Nadi : 94x/mnt
- BB 2.400g.
- PB : 44 cm
Ketidakefektifan pola
napas
resusitasi)
(pasca
36
3.
DS :
Suplai O2 dalam
Ketidakefektifan
termoregulasi
37
3.2.4 Intervensi
No.
1.
2.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan
Hasil
Ketidakefektifan
NOC
bersihan jalan nafas Respiratory status :
berhubungan dengan
Airway patency
penumpukan mukus Aspiration Control
yang berlebihan
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
dalam
rentang
normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
2. Mengidentifikasikan
dan
mencegah
faktor
yang
penyebab.
3. Saturasi O2 dalam
batas normal
4. Foto thorak dalam
batas normal
Ketidakefektifan
NOC
Respiratory status :
pola napas
Ventilation
berhubungan dengan
Respiratory status :
ketidakmaksimalan
Airway patency
daya ekspansi paru
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan suara
nafas yang bersih,
Intervensi
NIC
Airway suction
1. Berikan oksigen sesuai
indikasi
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
4. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
5. Kolaborasi pemberian
obat-obatan
bronkodilator
6. Monitor status
hemodinamik
7. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
8. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan
status O2
10. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan sekret
11. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang fungsi
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
NIC:
Airway suction
1. Pertahankan jalan nafas
yang paten
2. Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
3. Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap oksigenasi
38
3.
Ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan dengan
bekurangnya suplai
oksigen dalam darah
4. Monitor
vital sign
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
5. Pasang mayo bila perlu
6. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
7. Monitor respirasi dan
status O2
8. Bersihkan
mulut,
hidung
dan
secret
trakea
9. Informasikan
pada
pasien dan keluarga
tentang tehnik relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
10. Monitor pola nafas
NOC:
Termoregulasi
:
Neonatus
Kriteria Hasil :
1. Temperatur
badan
dalam batas normal.
2. Tidak terjadi distress
pernafasan.
3. Tidak gelisah.
4. Perubahan
warna
kulit.
5. Bilirubin
dalam
batas normal.
NIC
Perawatan Hipotermi
Intervensi :
1. Hindarkan pasien dari
kedinginan
dan
tempatkan
pada
lingkungan yang hangat.
2. Monitor gejala yang
berhubungan
dengan
hipotermi, misal fatigue,
apatis, perubahan warna
kulit dll.
3. Monitor temperatur dan
warna kulit.
4. Monitor TTV.
5. Monitor
adanya
bradikardi.
6. Monitor
status
pernafasan.
Temperatur Regulasi
Intervensi :
39
40
bayi baru lahir. Orang tersebut harus mampu memulai resusitasi, termasuk
pemberian ventilasi tekanan positif dan kompresi dada. Perlu dilakukan
pengkajian sebelumnya tentang riwayat kehamilan pasien, sehingga
petugas daat memperkirakan kemungknan terburuk kondisi bayi lahir.
Persetujuan tindakan (informed consent) perlu diminta kepada keluarga
sebelum dilakukan tindakan.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau
secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan,
mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah
gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan
bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia,
dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat,
menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara
benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan
(bila perlu).
4.2 Saran
Diharapkan dalam menangani pasien dengan Asfiksia, pengenalan
awal mengenai tanda dan gejala sangat diperlukan untuk menentukan
prognosa yang lebih baik.
41
DAFTAR PUSTAKA
Technology Assessment
Indonesia
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia.
Gomella Lacy, T. (2009). Neonatology : Management, Procedures, On-Call
Problems, Diseases, and Drugs. United States of America : The McGrawHill Companies,Inc.
Health Technology Asessment. (2008) Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Asfiksia Neonatorum. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Mahmudah. (2011, Juni 24). Manual Prosedur Asfiksia. EGC: Jakarta