Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

DI SUSUN OLEH :

SUTRIANI TUMEWU

FILSILIA W, SIMBALA

JUHENDRO POLUAKAN

JULIANA HARSONO
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang
maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula,
wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara
maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah
pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa
wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.

Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.
Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam
darah daripada biasanya.

Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap daerah
mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil,
mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi
puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya
mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan
kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi
lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif.

Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan,
bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah.
Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua
puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat,
termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama kehamilan
sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut

b. Tujuan Khusus

· Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan

· Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan

· Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan

· Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan

· Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan

· Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan

· Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C. MANFAAT

· Bagi Mahasiswa

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga
dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan keperawatan

· Bagi Petugas Kesehatan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan
. BAB II

KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. DEFINISI

Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin
menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer.
Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder
terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau
kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan
tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab
anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)

2. Kurang zat besi dalam diit

3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:

1. Anemia Defisiensi Zat Besi

anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat
besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet
besi.

a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-
fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat
ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20
mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr%
(Manuaba, 2001).

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual
muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil
pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Hb 11 gr% : Tidak anemia

2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan

3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang

4) Hb < 7 gr% : Anemia berat

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari,
sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan
massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan
kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan
makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg
sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).

2. Anemia Megaloblastik

Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan
vitamin B12.

Pengobatannya:

a. Asam folik 15 – 30 mg per hari

b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi
darah.

3. Anemia Hipoplastik

Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.

4. Anemia Hemolitik

Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan
oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat
membantu penderita ini.

D.    GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL

Gejala anemia pada kehamilan yaitu:

         Ibu mengeluh cepat lelah,

         Sering pusing,

         Mata berkunang-kunang,

         Malaise,

         Lidah luka,

         Nafsu makan turun (anoreksia),


         Konsentrasi hilang,

         Nafas pendek (pada anemia parah); dan

         Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E.      PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting,.

F.      PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN

1.      Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun

2.      Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).

3.      Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).

4.      Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).

5.      LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.

6.      Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7.      SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

8.      Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.


Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi

9.      Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

10.  TBC serum : meningkat (DB)

11.  Feritin serum : meningkat (DB)

12.  Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

13.  LDH serum : menurun (DB)

14.  Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

15.  Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).

16.  Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).

17.  Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

18.  Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges,
1999).

G.     PENATALAKSANAAN MEDIS

Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.

H.    PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

A.    Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien

1.      Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-
fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.

2.      Kaji riwayat keluarga

B.     Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan  awal.

1.      Morfologi

a.       Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang

b.      SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat  besi

c.       SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa

2.      Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan

a.       Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia.
Waspada dehidrasi dan preklamsi

b.      Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat.

c.       Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar  yang rendah, namun masih
normal.

d.      Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia

(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya

(2)   Berikan suplemen zat besi  1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe
setiap hari

e.       Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan  Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.

(1)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.

(2)   Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f.       Kadar Hb <9g/dl dengan  Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan  di
atas, diperlukan langkah-langkah berikut:

(1)   Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.

(2)   Pertimbangkan  untuk melakukan uji laboratorium berikut:

(a)    Hb dan Ht (untuk meyingkirkan  kesalahan laboratorium)

(b)   Kadar kosentrasizat besi serum

(c)    Kapasitas pegikat zat besi

(d)   Hitung jenis sel (SDP dan SDM)

(e)    Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)

(f)    Hitung trombosit

(g)   uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar

(h)   Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit

(i)     Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-
Amerika.

(3)   Konsultasikan dengan dokter

(4)   Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.

C.     Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan
dan 4 minggu setelah memulai terapi.

1.      Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-Penatalaksanaan B2).

2.      Konsultasikan ke dokter bila:

a.       Terdapat penurunan Ht yang menetap  walaupun sudah mendapat terapi

b.      Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan
kesalahan labotaturium).

c.       Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu

d.      Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL

DENGAN ANEMIA

A.    PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1.      Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat


untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia,
tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.

2.     Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).

3.      Integritas ego


Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.

Tanda : depresi.

4.     Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

5.     Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

6.     Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki
goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).

7.     Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8.     Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9.     Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin
dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria
dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen

2.   Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mencerna makanan

3.    Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis:
penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)

4.     Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

C.       INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional


o Keperawatan
1. Intoleransi Melaporkan 1.      Kaji kemampuan 1.      Mempengaruhi
aktivitas peningkatan toleransi pasien untuk pilihan
berhubungan aktivitas(termasuk melakukan untuk intervensi/bantua
dengan aktivitas sehari-hari. melakukan n
ketidakseimbangan tugas/AKS normal. 2.      Menunjukkan
antara suplai dan 2.      Kaji perubahan
kebutuhan oksigen. kehilangan/ganggua neurologi karena
n keseimbangan gaya defesiensi vitamin
jalan, kelemahan B12
otot. mempengaruhi
3.      Awasi tekanan keamanan
darah, nadi, pasien/resiko
pernapasan selama cedera.
dan sesudah 3.      Manifestasi
aktivitas. kardiopulmonal
4.      Berikan dari upaya jantung
lingkungan tenang. dan paru untuk
5.      Ubah posisi membawa jumlah
pasien dengan oksigen adekuat
perlahan dan pantau ke jaringan.
terhadap pusing. 4.      Meningkatkan
6.      Anjurkan pasien istirahat untuk
untuk menghentikan menurunkan
aktivitas bila kebutuhan oksigen
palpitasi. tubuh dan
menurunkan
regangan jantung
dan paru.
5.      Hipotensi
postural atau
hipoksia serebral
dapat
menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.
6.     
Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres
dapat
menimbulkan
kegagalan.
2. Ketidakseimbanga Menunjukkan 1.      Kaji riwayat 1.     
n nutrisi: kurang peningkatan berat nutrisi, termasuk Mengidentifikasi
dari kebutuhan badan atau berat badan makanan yang defisiensi,
tubuh stabil dengan nilai disukai. menduga
berhubungan laboratorium normal. 2.      Observasi dan kemungkinan
dengan catat masukan intervensi.
ketidakmampuan makanan pasien. 2.      Mengawasi
untuk mencerna 3.      Timbang berat masukan kalori
makanan. badan tiap hari. atau kualitas
4.      Berikan makan kekurangan
sedikit dan frekuensi konsumsi
sering dan/atau makanan.
makan diantara 3.      Mengawasi
waktu makan. penurunan berat
5.      Observasi dan badan atau
catat kejadian efektivitas
mual/muntah, flatus intervensi nutrisi.
dan gejala lain yang 4.      Makan sedikit
berhubungan. dapat menurunkan
6.      Berikan dan kelemahan dan
bantu hygiene mulut meningkatkan
yang baik sebelum pemasukan juga
dan sesudah makan, mencegah distensi
gunakan sikat gigi gaster.
halus untuk 5.      Gejala GI dapat
penyikatan yang menunjukkan efek
lembut. Berikan anemia (hipoksia)
pencuci mulut yang pada organ.
diencerkan bila 6.      Meningkatkan
mukosa oral luka. nafsu makan dan
7.      Kolaborasi : pemasukan oral,
1.Berikan obat sesuai menurunkan
indikasi, mis.Vitamin pertumbuhan
dan suplemen bakteri,
mineral, seperti meminimalkan
sianokobalamin kemungkinan
(vitamin B12), asam infeksi. Teknik
folat (Flovite); asam perawatan mulut
askorbat (vitamin C), khusus mungkin
2.Besi dextran diperlukan bila
(IM/IV.) jaringan
rapuh/luka/perda
rahan dan nyeri
berat.
7.      Kolaborasi :
1. Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia
dan/atau adanya
masukan oral yang
buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2.      Diberikan
sampai defisit
diperkirakan
teratasi dan
disimpan untuk
yang tak dapat
diabsorpsi atau
terapi besi oral,
atau bila
kehilangan darah
terlalu cepat untuk
penggantian oral
menjadi efektif.
3. Resiko infeksi Mngidentifikasi 1.      Tingkatkan cuci 1.      Mencegah
berhubungan perilaku untuk
tangan yang baik oleh kontaminasi
dengan pertahanan mencegah/menurunka
tubuh sekunder n resiko infeksi. oemberi perawatan silang.
yang tidak adekuat
dan pasien. 2.      Menurunkan
(mis: penurunan
hemoglobin, 2.      Pertahankan resiko infeksi
eukopenia,
teknik aseptic ketat bakteri.
supresi/penurunan
respon inflamasi). pada prosedur/ 3.       Membantu
perawatan luka. dalam
3.      Tingkatkan pengenceran
masukan cairan secret pernafasan
adekuat. untuk
4.      Pantau suhu, mempermudah
catat adanya pengeluaran dan
menggigil dan mencegah statis
takikardia dengan cairan tubuh.
atau tanpa demam 4.      Adnya proses
5.      Kolaborasi: inflamasi/infeksi
berikan antiseptic
membutuhkan
topical, antibiotic
sistemik. evaluasi/pengobat
an.
5.      Mungkin
digunakan secara
propilaktik untuk
menurunkan
kolonisasi atau
untuk pengobatan
proses infeksi
local.
4. Konstipasi Membuat/kembali pola 1.      Observasi warna 1.   Membantu
berhubungan normal dari fungsi usus.
feses, konsistensi, mengidentifikasi
dengan perubahan
pada pola makan. frekuensi, dan penyebab/ factor
jumlah. pemberat dan
2.      Auskultas bunyi intervensi yang
usus tepat.
3.      Awasi masukan 2.   Bunyi usus
dan haluaran dengan secara umum
perhatian khusus meningkat pada
pada diare dan
makanan/cairan. menurun pada
4.      Kaji kondisi kulit konstipasi.
perianal dengan 3.   Dapat
sering. mengidentifikasi
5.      Kolaborasi: dehidrasi,
berikan obat anti
kehilangan
diare, misalnya:
difenoxsilat berlebihan atau
hidroklorida.
alat dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet.
4.   Mencegah
ekskoriasi kulit
dan kerusakan
kulit.
5.   Menurunkan
multilitas usus bila
diare terjadi.

D.      EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2.   Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola
hidup untuk meningkatkan dan/atau     mempertahankan berat badan yang sesuai.
3.      Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4.      Fungsi usus mulai kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai