Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ANEMIA


APLASTIK
KELOMPOK 5

LATAR BELAKANG
Anemia aplastik merupakan penyakit yang berat dan kasusnya jarang dijumpai. The
International AplasticAnemia and Agranulocytosis Study menemukan insiden
terjadinya anemia aplastik di Eropa sekitar 2 dari 1.000.000 pertahun. Insiden di Asia
2 sampai 3 kali lebih tinggi dibandingkan di Eropa. Di China insiden diperkirakan 7
kasus per 1.000.000 orang dan di Thailand diperkirakan 4 kasus per 1.000.000
orang. Frekwensi tertinggi terjadi pada usia 15 dan 25 tahun, puncak tertinggi kedua
pada usia 65 dan 69 tahun. Perbandingan insidens antara laki-laki dan perempuan
kira-kira 1:1, meskipun dari beberapa data menunjukkan laki-laki sedikit lebih sering
terkena anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan suatu penyakit yang akan
diderita seumur hidup oleh pasien. Perjalanan penyakit atau prognosis dari anemia
aplastik bervariasi, akan tetapi prognosis buruk dapat terjadi apabila tidak ditangani
dengan pengobatan yang baik. Progresifitas anemia aplastik dapat menyebabkan
rata-rata pasien meninggal dalam waktu 3 bulan (10-15% kasus) sedangkan pada
perjalanan penyakit yang kronik dengan remisi dan relapse dapat meninggal dalam 1
tahun (50% kasus) (William,1993 dalam Lismana 2014). Oleh karena itu, untuk
penanganan anemia aplastik diperlukan kerjasama antara tim medis, pasien, serta
keluarga dalam pengelolaan penyakit ini.

TINJAUAN TEORI
DEFINISI
Anemia aplastik merupakan hasil dari kegagalan produksi sel
darah pada sumsum tulangbelakang. Anemia aplastik juga
merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia padadarah tepi
yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam
bentuk aplasiaatau hipoplasia. Karena sumsum tulang pada
sebagian besar kasus bersifat hipoplastik,bukan aplastik total,
maka anemia ini disebut juga sebagai anemia hipoplastik (Bakta,
2006 dalam Laksmi, et al., 2014).

KLASIFIKASI

ETIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PENATALAKSANAAN

KASUS ASKEP
An. M laki-laki usia 10 tahun datang ke rumah sakit RSUD Kita Bersama pada tanggal 1
Desember 2015, dengan keluhan lemah, lesu, mudah capek dan aktivitas menurun.
Pasien mengatakan lebih suka berbaring diatas tempat tidur, karena merasa mudah
lelah. Pasien merasa pusing saat berjalan. BAB dan BAK normal. Pasien tampak pucat
dan

konjungtiva

anemis.

Keluarga

pasien

mengatakan,

nafsu

makan

anaknya

berkurang, hanya menghabiskan 13 piring saat makan. Pasien mengatakan saat makan
rasanya pahit. Pasien dulu juga sering mimisan. Pasien memiliki riwayat opname di
rumah sakit karena hepatitis A.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan TTV, nadi :

90x/menit, suhu : 36,3oC, RR : 21xmenit, BB : 24 kg, TB : 123 cm. Dari hasil


pemeriksaan laboratorium, didapatkan HB : 9,6 g/dl, hematokrit : 29%, leukosit : 2,3
ribuul, trombosit : 69 ribu/ul, eritrosit : 3,15 juta/ul.

ANALISA DATA
N
O
1

DATA FOKUS
DS:
ibu pasien mengatakan nafsu makan
anaknya berkurang makan tersisa 1/3
porsi
Pasien mengatakan makan tidak
terasa enak, pahit
DO:
Konjunctiva anemis, capillary rafill 2
detik
Diet 2000 kkal/ hari
BB: 24 kg
TB 123 cm
HB: 9,6 gr/dl

PROBLEM
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

ETIOLOGI
Ketidakmampuan
mencerna makanan/
absorbsi nutrien
yang diperlukan
untuk pembentukan
sel darah merah

LANJUTAN....
N
O

DATA FOKUS

DS:
Pasien mengatakan setelalah beraktivitas
terasa capek
Pasien mengatakan lebih senang bermain
HP sambil tiduran karena merasa lemas
Ibu pasien mengatakan kekamar mandi dan
beraktivitas lain masih dibantu

DO:
KU: lemah
Kesadaran kompos mentis
N: 90 / mnt
S: 36,5
R: 21 mnt
Pasien tampak lemah dan pucat
Pasien sering terlihat bertiduran di tempat
tidur
Aktivitas harian di bantu keluarga

PROBLEM
Intoleransi aktivitas

ETIOLOGI
Ketidak seimbangan
antara suplai
oksigen dan
kebutuhan

LANJUTAN...
N
O
3

DATA FOKUS
DS:
Ibu pasien mengatakan pasien dulu
pernah mimisan

DO:
konjunctiva anemis
HB 9,6 gr/dl
Hematokrit: 29 %
Trombosit: 69 rb/ui
Eritrosit: 3,15 jt/ui
Leukosit: 2,3 rb/ui
Pasien terpasang stop kock

PROBLEM
Resiko tinggi
terhadap infeksi

ETIOLOGI
Tidak adekuatnya
pertahanan
sekunder
( penurunan hb
leukopenia atau
granulosit )

INTERVENSI
Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mencerna makanan/ absorbsi nutrin yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah
Tujuan ( NOC ) :
1. Nilai lab normal ( hb hematokrit)
2. Mempertahan kan BB
3. Menunjukkanperubahan pola hidup untuk meningkatkan bb yang sesuai
Intervensi :
1. Monitor riwayat nutrisi, makanan yang disukai
2. Monitor asupan makanan pasien
3. Timbang BB
4. Observasi kejadian mual muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan
5. Kolaborasi ahli gizi untuk rencana diet
6. Pantau pemeriksaan lab

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai