Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

FETAL DISTRESS (GAWAT JANIN)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners Pada
Stase Keperawatan Maternitas

Nama : Lilis Anisa Solihat


Npm : 191 Fk 04029

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2019
1. Pengertian Gawat Janin
Gawat janin adalah Denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per menit atau lebih
dari 180 per menit (Nugroho, 2012). Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2
yang cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi (kronik) dalam
jangka waktu yang lama atau akut. Disebut gawat janin bila ditemukan denyut jantung
janin diatas 160/menit atau dibawah 100/menit, denyut jantung tidak teratur, atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan (Prawirohardjo, 2009). Gawat
janin merupakan suatu reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup
(Dewi.A.h., Cristine.C.P., 2010).

2. Penyebab Gawat Janin


Menurut Prawirohardjo (2007) penyebab gawat janin sebagai berikut :
a. Persalinan berlangsung lama
Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida
dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Nugrahaeni, 2010). Persalinan lama dapat
mengakibatkan ibu menjadi Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi
cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Bandle
Ring, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
b. Induksi persalinan dengan oksitosin
Induksi persalinan yaitu suatu tindakan terhadap ibu hamil belum inpartu baik secara
operatif maupun mesinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga
terjadi persalinan. Akibat pemberian oksitosin yang berlebih-lebihan dalam
persalinan dapat mengakibatkan relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian
plasenta.
c. Ada perdarahan
Perdarahan yang dapat mengakibatkan gawat janin yaitu karena solusio plasenta.
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua
tersebut kemudian terbelah sehingga meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada
miometrium. Sebagai akibatnya, proses tersebut dalam stadium awal akan terdiri dari
pembentukan hematoma desidua yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan
akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
d. Infeksi
Infeksi, yang disebabkan oleh pecahnya ketuban pada partus lama dapat
membahayakan ibu dan janin,karena bakteri didalam amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin. Pneomonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang
terinfeksi, adalah konsekuensi serius lainnya (Prawirohadjo, 2009).
e. Insufisiensi plasenta
a) Insufisiensi uteroplasenter akut
Hal ini terjadi karena akibat berkurangnya aliran darah uterus plasenta dalam
waktu singkat, berupa: aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonika uterus, dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin, hipotensi ibu, kompresi vena kava,
posisi terlentang, perdarahan ibu karena solusio plasenta atau solusio plasenta.
b) Insufisiensi uteroplasenter kronis
Hal ini terjadi karena kurangnya aliran darah dalam uterus plasenta dalam waktu
yang lama. Misalnya : pada ibu dengan riwayat penyakit hipertensi.
f. Kehamilan Postterm
Meningkatnya resiko pada janin postterm adalah bahwa dengan diameter tali pusat
yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat prediktif terhadap gawat janin pada
intrapartum, terutama bila disertai dengan oligohidramnion. Penurunan cairan amnion
biasanya terjadi ketika usia kehamilan telah melewati 42 minggu, mingkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebabnya terbentuknya mekonium kental yang terjadi pada
sindrom aspirasi mekonium.
g. Preeklamsia
Menurut Prawirohardjo (2009), Preeklamsia dapat menyebabkan kegawatan janin
seperti sindroma distres napas. Hal tersebut dapat terjadi karena vasopasme yang
merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas kedalam lapisan otot pembuluh
darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan menyebabkan aliran darah
dalam plasenta menjadi terhambat dan menimbulkan hipoksia pada janin yang akan
menjadian gawat janin.
h. Diabetes Melitus

3. Penilaian Klinik Gawat Janin


Menurut Prawirohardjo (2007) tanda gejala gawat janin dapat diketahui dengan :
1. DJJ Abnormal
Dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal adalah sebagai berikut :
a) Denyut jantung janinirreguller dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat
kembali setelah beberapa watu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi,
hal ini menunjukan adanya hipoksia.
b) Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah
kontraksi menunjukan adanya gawat janin.
c) Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
- Demam pada ibu
- Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat tokolitik).

Bila ibu tidak mengalami takhikardi, DJJ yang lebih dari 160 permenit
menunjukan adanya anval hipoksia. Denyut jantung janin abnormal dapat disebut
juga dengan fetal distress. Fetal distress dibagi menjadi dua yaitu fetal distress
akut dan fetal distress kronis.

4. Faktor –faktor yang mempengaruhi Gawat Janin


Menurut Marmi, Retno A.M.S., Fatmawaty.E (2010) dibawah ini dijelaskan beberapa
faktor yang mempengaruhinya.
a. Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
- Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan uterus dalam
keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi sirkulasi utero plasenta, ketika
kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.
- Kompresi tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus dan dapat
mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada prolapsus, lilitan tali
pusat.
- Kondisi tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini berhubungan dengan kelainan
fetus.
- Depresi pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai akibat pemberian
analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan pada proses kelahiran
menyebabkan hipoksia.
a) Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis
Fetal distress kronis berhubungan dengan faktor sosial yang kompleks
- Status sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status
sosial ekonomi adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga
kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
- Umur maternal
Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun merupakan umur
resiko tinggi
- Merokok
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan
aliran darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi transport
oksigen. Angka mortalitas perinatal meningkat.
- Penyalah gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan berhubungan dengan
banyak komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang
semuanya meningkatkan resiko kematian perinatal.
- Riwayat obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir mati
berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan ini.
- Penyakit maternal
Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat
mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan insufisiensi
aliran darah dalam uterus seperti: Hipertensi yang diinduksi kehamilan,
hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang
mempengaruhi penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle
sel, anemia berat (Hb kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-paru,
penyakit jantung, epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan baik), infeksi
maternal berat. Kondisi tersebut meliputi insufisiensi plasenta, post matur,
perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan pengurangan suplai
oksigen ke fetus.
- Kondisi plasenta
Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan
antepartum yang dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko
ini mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
- Kondisi fetal
Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan incompatibilitas
resus yang meningkatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini
meningkat pada kehamilan ganda.
- Faktor resiko inta partum
Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko
fetal distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran
dengan forcep, SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi
anastesi (meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus
lama.

5. Klasifikasi Gawat Janin


Jenis gawat janin yaitu :
A. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
B. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau
kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan
patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung
janin. Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah :
1) Posisi tidur ibu
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan Vena Kava sehingga
timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisi tidur
menjadi miring ke kiri atau semilateral.
2) Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus
terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan. Hal ini
disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar
kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
3) Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus darah vena, curah
jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia epidural dapat menimbulkan
kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan
dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai
pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
C. Gawat janin sebelum persalinan
1) Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila status
fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
2) Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasi janin.
D. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin
kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi
uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan
pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi,
1994: 211-213).

6. Komplikasi fetal distress (Gawat Janin)


1. Berkurangnya aliran oksigen pada janin dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, sehingga mengakibatkan berat badan lahir rendah. Menyebabkan kematian
janin jika tidak segera ditangani dengan baik.
2. Komplikasi Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi
talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus
talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai oligohidramnion yang
lama menyebabkan terjadinya deformitas janin

7. Diagnosis / Pemeriksaan Penunjang Gawat Janin


Pemeriksaan yang digukankan untuk mendeteksi fetus meliputi:
a. USG untuk menilai pertumbuhan fetus
b. Doppler
Menurut Marmi, Retno A.M.S., Fatmawaty.E (2010) tanda fetal distress dalam
persalinan, sebagai berikut :
1) Denyut jantung
Takikardi diatas 160 kali perdetik atau brakikardi dibawah 120 kali perdetik
- Deselerasi dini
Ketika denyut jantung turun lebih dari 15 kali permenit pada saat kontraksi,
kontraksi deselarasi menggambarkan kontraksi dan biasanya dianggap
masalah serius
- Deselerasi yang berubah-ubah
Deselerasi yang berubah-ubah hal ini sangat sulit dijelaskan Ini dapat terjadi
pada awal atau akhir penurunan denyut jantung dan bentuknya tidak sama.
Hubungan antar peningkatan asidosis fetus dengan dalam dan lamanya
deselerasi adalah adanya abnormalitas denyut jantung janin.
- Deselerasi lambat
Penurunan denyut jantung janin menunjukan tingkat deselerasi paling rendah
tetapi menunjukan kontraksi pada saat tingkat yang paling tinggi. Deselerasi
yang lambat menyebabkan penurunanaliran darah fetus dan pengurangan
transfer oksigen selama kontraksi. Penurunan tersebut mempengaruhi
oksigenasi serebral fetus. Jika pola tersebut terjadi disertai dengan
abnormalitas denyut jantung janin harus dipikirkan untuk ancaman yang
serius dalam kesejahteraan fetus.
- Tidak adanya denyut jantung
Ini mungkin disebabkan oleh karena hipoksia kronis atau berat dimana sistem
syaraf otonom tidak dapat merespon stress.
- Mekonium bercampur air ketuban.
Cairan amnion yang hijau kental menunjukkan bahwa air ketuban jumlahnya
sedikit. Kondisi ini mengharuskan adanya intervensi. Intervensi ini tidak perlu
dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa tanda kegawatan lainnya, atau pada
fase akhir suatu persalinan letak bokong.
c. Cardiotocography (CTG)
Untuk melihat secara berkelanjutan detak jantung janin terhadap pergerakan janin dan
kontraksi rahim.
d. Pemeriksaan air ketuban
Untuk mengetahui volume air ketuban dan melihat adanya meconium atau tinja janin
pada air ketuban.

8. Penatalaksanaan Gawat Janin


a. Gawat janin sebelum persalinan
- Penatalaksanaan didasarkan evaluasi kesehatan janin intra uteri dan maturitas
janin.
- Pemantauan DJJ, jika normal pasien dapat dipulangkan dengan diminta mencatat
gerakan janin pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Jika terdapat penurunan
gerakan janin menetap dianjurkan evaluasi obstetrik ulang.
- Jika janin imatur dan keadaan insufisiensi plasenta kurang tegas, lakukan observasi
tambahan
- Jika janin matur, kejadian insufisiensi plasenta dianjurkan untuk kelahiran.
Persalinan dapat diinduksi jika serviks dan presentasi janin menguntungkan.
Selama induksi, denyut jantung janin harus dipantau secara teliti, serta penentuan
pH kulit kepala.
b. Gawat janin selama persalinan
Prinsip-prinsip umum
- Bebaskan setiap kompresi tali pusat
- Perbaiki aliran darah uteroplasental
- Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi. Rencana elahiran (pervaginam atau perabdominal) didasarkan
pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetrik pasien dan jalannya
persalinan.
c. Langkah-langkah khusus
- Posisi ibu diubah dari posisi terlentang ke posisi lateral sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortakaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah
jantung, dan aliran darah uteroplasental. Perubahan posisi juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.
- Pemberian oksigen melalui masker muka 6 liter per menit sebagai usaha untuk
meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
- Pemberian oksitosin dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervili.
- Terapi untuk hipotensi dengan infus intravena dekstrosa 5 % dalam larutan Ringer
laktat. Tranfusi darah dapat diindikasikan pada syok hemoragik.
- Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan
perjalanan persalinan.
- Pengisapan mekoneum dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi risiko aspirasi
mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari
mekoneum dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus
dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk menyingkirkan
mekoneum dengan pipa endotrakeal.
Menurut Prawirohardjo (2009) penanganan gawat janin saat persalinan adalah sebagai
berikut :
1) Cara pemantauan
Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan :
a. Setiap 15 menit kala I
b. Setiap setelah his kala II
c. Hitung selama satu menit setelah his selesai
2) Kasus resiko tinggi – gunakan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan pemeriksaan pH darah janin disediakan
3) Interpretasi data dan pengelolaan
a. Untuk memperbaiki aliran darah uterus Pasien dibaringkan miring ke kiri,
untuk memperbaiki sirkulasi plasenta
b. Hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan)
c. Berikan oksigen 6-8 L/menit
d. Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anastesi epidural) segera
berikan infus 1 L infus RL
e. Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan untuk
meningkatkan aliran darah dalam arteri uterina.
f. Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus Pasien dibaringkan miring ke kiri,
untuk memperbaiki sirkulasi plasenta.
g. Berikan ibu oksigen 6-8 L/menit

9. Pencegahan Fetal Distress ( Gawat Janin )


Gawat janin merupakan kondisi yang sulit di cegah, pemeriksaan kehamilan secra
rutin dapat membantu memantau kesehatan ibu dan janin selama mas kehamilan,
pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memantau kondisi janin dan mendeteksi ganggan
sejak dini.

10. Pathway Gawat Janin


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT JANIN

A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara
masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
2. Riwayat kesehatan.
a. Keluhan utama : Djj kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang di
alami sekarang seperti djj kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit adanya
mekonimu yang kental pergerakan janin kurang
d. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya
apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama (gawat janin)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (gawat janin).
f. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang gawat janin, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema, yang
menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka inisisi bedah,
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

3. Pemeriksaan fisik   
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis
6) Payudara dan dada
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng usus
atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur, adanya
hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
12) DJJ
- Frekuensi       : kurang dar 100 x/mnt atau lebih dari 180x/mnt
- Irama             : tidak teratur/ ireguler
- Intensitas       : kuat
- Punctum Max : kuadran kanan bawah perut ibu

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d penurunan O2 hipoksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (section caesarea)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post operasi SC,
post anestesi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi
Intervensi

Dx Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan 1. Observasi Tanda-tanda vital ibu 1. mengetahui keadaan umum
asuhan keperawatan 2. Memantau Djj 30 menit sekali ibu
selama 1x24 jam 3. Melakukan kolaborasidengan dokter 2. Mengetahui adanya perubahan
nafas janin terpenuhi dalam pemberian terapi Ekstraksi, Djj
ditandai dengan KH: infus  terpasang (RL 1 kolf + metergin 1 3. Mempermudah proses
DJJ : 145x/menit amp + oxytocin 1 amp) dengan kateter melahirkan
Denyut jantung janin terpasang.
reguller 4.  Memberikan dukungan emosional 4. Ibu semangat dan tidak putus
Nadi 90 pada ibu kepada ibu seperti banyak berdo’a supaya asa
ibu kuat dan lebih bersemangat dalam
melahirkan nanti, ibu terlihat bersemangat.
5. Posisi yang benar dapat
5. 5.   Mengatur ibu dalam posisi yang nyaman, mempermudah proses
melahirkan
ibu dalam posisi dorsal rekumben.
2. 6.   Membimbing ibu meneran disaat ada his 6. Membimbing dalam proses
melahirkan akan mempermudah
dan beristirahat diluar his, ibu dapat
dalam proses melahirkan
mengedan dengan baik.
3.  7.  Melakukan pertolongan
7. pertolongan pertama pada
persalinan  dengan, bayi
bayi akan menolong bayi dalam
bernafas dengan baik

Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (section caesarea)
Tujuan : Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b. Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
c. Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
d. Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
e. TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37°C, TD : 120/80 mmHg, RR : 18-20x/menit,
Nadi : 80-100 x/menit
Tindakan Rasional
1) Kaji tingkat mobilitas dari klien 1) Diharapkan dapat
2) Motivasi klien untuk mempermudah
melakukan mobilitas secara pemberian tindakan
bertahap
Tindakan pengobatan
Rasional
1) Kaji lokasi, sifat dan durasi Menandakan
selanjutnya ketepatan pilihan
3) Pertahankan posisi tubuh yang
nyeri, khususnya saat berhubungan tindakan. Klien yang menunggu
2) Diharapkan dapat
tepat
dengan indikasi kelahiran sesaris. kelahiran sesaria iminen dapat
4) berikandukungan dan bantuan kelu meningkatkan
mengalami berbagai derajat
arga/orang terdekat pada kenyamanan dan
2) Hilangkan factor-faktor yang ketidaknyamanan, tergantung pada
latihan gerak klien. ambulasi.
menghasilkan ansietas (mis; indikasi terhadap prosedur.
3) Dapatkan
kehilangan control), berikan informasi
meningkatkan posisi
akurat, dan anjurkan keberadaan Tingkat toleransi ansietas adalah
fungsional pada tubuh
pasangan. individual dan dipengaruhi oleh
klien.
berbagai faktor. Ansietas berlebihan
4) Memampukan
3) Instruksikan teknik relaksasi; pada respon terhadap situasi darurat
keluarga/orang
posisikan senyaman mungkin. dapat meningkatkan ketidaknyamanan
terdekat untuk aktifita
Gunakan sentuhan terapeutik. karena rasa takut, tegang, dan nyeri
s dalam perawatan
yang saling berhubungan dan merubah
klien perasaan senang
kemampuan klien untuk mengatasi.
dan nyaman pada
klien.
Dapat membantu dalam reduksi
ansietas dan ketegangan dan
meningkatkan kenyamanan.

Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post operasi
SC, post anestesi
Tujuan : Dalam 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil klien mampu
melakukan aktivitasnya secara mandiri
Diagnosa 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi.
Tujuan umum : Sel darah putih, suhu, nadi, tetap dalam batas normal. Penyembuhan insisi
terjadi dengan tujuan pertama ; uterus tetap lembut dan tidak empuk dan lochia bebas dari bau.

Tindakan Rasional
1) Angkat balutan verban 1) Memudahkan insisi untuk
abdomen sesuai indikasi kering dan meningkatkan
2) Bantu sesuai keperluan penyembuhan setelah 24
dengan mengangkat benang jam pertama menjalani
kulit. prosedur pembedahan.
3) Anjurkan klien untuk mandi 2) Insisi biasanya sudah cukup
air hangat setiap hari. sembuh untuk pengangkatan
4) Berikan oxytoksin atau benang pada 4-5 hari setelah
preparat ergometrium, beri prosedur pembedahan.
infuse oksitoksin yang 3) Mandi sering diijinkan
sering dianjurkan secara setelah hari ke-2 menjalani
rutin untuk 4 jam setelah prosedur kelahiran caesarea
prosedur pembedahan. dapat meningkatkan
5) Ambil darah vaginal dan kebersihan dan dapat
kultur urine bila infeksi merangsang sirkulasi dan
dicurigai. penyembuhan luka
6) Berikan infus antibiotik 4) Mempertahankan kontraksi
profilaksis. miometrial oleh karena
menurunya penyebaran
bakteri melalui dinding
uterus, membantu dalam
pengeluaran bekuan dan
selaput.
5) Bekterimial lebih sering
pada ibu yang mengalami
ruptur membrane untuk 6
jam atau lebih lama dari
pada klien yang mempunyai
membran tetap utuh sebelum
menjalani kelahiran
caesarea, pemasangan
kateter tidak tetap,
mempredisposisi klien untuk
kemungkinan infeksi.
6) Menurunkan / mengurangi
kemungkinan endometritis
post partum sebagaimana
halnya dengan komplikasi
seperti abses insisi atau
trombophlebitis pelvis.

Anda mungkin juga menyukai