Bila ibu tidak mengalami takhikardi, DJJ yang lebih dari 160 permenit
menunjukan adanya anval hipoksia. Denyut jantung janin abnormal dapat disebut
juga dengan fetal distress. Fetal distress dibagi menjadi dua yaitu fetal distress
akut dan fetal distress kronis.
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara
masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
2. Riwayat kesehatan.
a. Keluhan utama : Djj kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi kien multipara
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang di
alami sekarang seperti djj kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit adanya
mekonimu yang kental pergerakan janin kurang
d. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang, maksudnya
apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama (gawat janin)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga klien ada juga
mempunyai riwayat persalinan yang sama (gawat janin).
f. Pola fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang gawat janin, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada klien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada klien postpartum sering terjadi adanya perasaan sering / susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema, yang
menimbulkan infeksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
7) Pola penagulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka inisisi bedah,
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
3. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kontribusi rambut, warna
rambut, ada atau tidak adanya edem, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan
kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
3) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
5) Leher
Pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, adanya abstensi vena jugularis
6) Payudara dan dada
Bentuk dada simetris, gerakan dada, bunyi jantung apakah ada bisisng usus
atau tiak ada. Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Ginetelia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur, adanya
hemoroid.
10) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
12) DJJ
- Frekuensi : kurang dar 100 x/mnt atau lebih dari 180x/mnt
- Irama : tidak teratur/ ireguler
- Intensitas : kuat
- Punctum Max : kuadran kanan bawah perut ibu
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d penurunan O2 hipoksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (section caesarea)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post operasi SC,
post anestesi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi
Intervensi
Diagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi (section caesarea)
Tujuan : Klien akan mengungkapkan penurunan nyeri
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b. Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
c. Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
d. Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
e. TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37°C, TD : 120/80 mmHg, RR : 18-20x/menit,
Nadi : 80-100 x/menit
Tindakan Rasional
1) Kaji tingkat mobilitas dari klien 1) Diharapkan dapat
2) Motivasi klien untuk mempermudah
melakukan mobilitas secara pemberian tindakan
bertahap
Tindakan pengobatan
Rasional
1) Kaji lokasi, sifat dan durasi Menandakan
selanjutnya ketepatan pilihan
3) Pertahankan posisi tubuh yang
nyeri, khususnya saat berhubungan tindakan. Klien yang menunggu
2) Diharapkan dapat
tepat
dengan indikasi kelahiran sesaris. kelahiran sesaria iminen dapat
4) berikandukungan dan bantuan kelu meningkatkan
mengalami berbagai derajat
arga/orang terdekat pada kenyamanan dan
2) Hilangkan factor-faktor yang ketidaknyamanan, tergantung pada
latihan gerak klien. ambulasi.
menghasilkan ansietas (mis; indikasi terhadap prosedur.
3) Dapatkan
kehilangan control), berikan informasi
meningkatkan posisi
akurat, dan anjurkan keberadaan Tingkat toleransi ansietas adalah
fungsional pada tubuh
pasangan. individual dan dipengaruhi oleh
klien.
berbagai faktor. Ansietas berlebihan
4) Memampukan
3) Instruksikan teknik relaksasi; pada respon terhadap situasi darurat
keluarga/orang
posisikan senyaman mungkin. dapat meningkatkan ketidaknyamanan
terdekat untuk aktifita
Gunakan sentuhan terapeutik. karena rasa takut, tegang, dan nyeri
s dalam perawatan
yang saling berhubungan dan merubah
klien perasaan senang
kemampuan klien untuk mengatasi.
dan nyaman pada
klien.
Dapat membantu dalam reduksi
ansietas dan ketegangan dan
meningkatkan kenyamanan.
Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada abdomen post operasi
SC, post anestesi
Tujuan : Dalam 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil klien mampu
melakukan aktivitasnya secara mandiri
Diagnosa 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan, luka post operasi.
Tujuan umum : Sel darah putih, suhu, nadi, tetap dalam batas normal. Penyembuhan insisi
terjadi dengan tujuan pertama ; uterus tetap lembut dan tidak empuk dan lochia bebas dari bau.
Tindakan Rasional
1) Angkat balutan verban 1) Memudahkan insisi untuk
abdomen sesuai indikasi kering dan meningkatkan
2) Bantu sesuai keperluan penyembuhan setelah 24
dengan mengangkat benang jam pertama menjalani
kulit. prosedur pembedahan.
3) Anjurkan klien untuk mandi 2) Insisi biasanya sudah cukup
air hangat setiap hari. sembuh untuk pengangkatan
4) Berikan oxytoksin atau benang pada 4-5 hari setelah
preparat ergometrium, beri prosedur pembedahan.
infuse oksitoksin yang 3) Mandi sering diijinkan
sering dianjurkan secara setelah hari ke-2 menjalani
rutin untuk 4 jam setelah prosedur kelahiran caesarea
prosedur pembedahan. dapat meningkatkan
5) Ambil darah vaginal dan kebersihan dan dapat
kultur urine bila infeksi merangsang sirkulasi dan
dicurigai. penyembuhan luka
6) Berikan infus antibiotik 4) Mempertahankan kontraksi
profilaksis. miometrial oleh karena
menurunya penyebaran
bakteri melalui dinding
uterus, membantu dalam
pengeluaran bekuan dan
selaput.
5) Bekterimial lebih sering
pada ibu yang mengalami
ruptur membrane untuk 6
jam atau lebih lama dari
pada klien yang mempunyai
membran tetap utuh sebelum
menjalani kelahiran
caesarea, pemasangan
kateter tidak tetap,
mempredisposisi klien untuk
kemungkinan infeksi.
6) Menurunkan / mengurangi
kemungkinan endometritis
post partum sebagaimana
halnya dengan komplikasi
seperti abses insisi atau
trombophlebitis pelvis.