Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMOTHORAX

A. Definisi
Merupakan suatu keadaan di mana terdapat akumulasi udara ekstrapulmonar
dalam rongga pleura, antara pleura visceral dan parinteral, yang dapat
menyebabkan timbulnya kopals aparu. Pada keadaan normal rongga pleura
tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga
dada. (Rahajoe, 2012).

B. Etiologi
- Infeksi saluran napas
- Adanya rupture ‘bleb’ pleura
- Tarumataik misalnya pada luka tusuk
- Acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dari
bahan kimia
- Penyakit inflamasi paru kaut dan kronis (penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), TB paru, Fibrous paru, abses paru, kanker dan tumor metastase
ke pleura

Pneumothorax dapat diklasifikasikan menjadi spontan dan traumatic.

1. Traumatic dapat dibagi menjadi :


 Pneumothorax latroganik
Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini
dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Pneumothorax traumatik latrogonik aksidental ini terjadi
akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi
tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis
dada, biopsy pleura.
- Pneumothorax traumatik latrogonik artifical (deriberate)
merupakan pneumothorax yang sengaja dilakukan dengan
cara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum
dengan suatu alat Maxwell box.
 Pneumothorax non-latrogenik (accidental)
2. Pneumothorax spontan sapat dibagi lagi menjadi primer (tanpa adanya
penyakit yang mendasarinya) ataupun sekunder (komplikasi dari
penyakit paruu akut atau kronik.

C. Manifestasi Klinis
1. Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri dada pleuritik akut yang
terlokasikasi pada paru yang sakit.
2. Nyeri dada pleuritik biasanya disertai sesak napas, peningkatan kerja
pernapasan dan dispnea.
3. Gerakan dinding dada mungkin tidak sama sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat.
4. Suara napas jauh atau tidak ada.
5. Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan.
6. Takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumothorax
7. Tension pneumothorax
- Hipoksemia
- Ketakutan
- Gawat napas
- Peningkatan tekanan jalan napas puncak dan rerata, penurunan
komplians, dan auto tekanan ekspirasi akhir positif pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanis
- Kolaps kardiovaskuler

Pemeriksaan Penunjang

- Foto thorax : Deviasi mediastinal menunjukkan adanya tegangan


{tension). Umumnya di dapat garis penguncupan paru yang sangat halus
(pleural line).Bila disertai darah atau cairan lainnya akan tampak garis
mendatar yang merupakan batas udara dan cairan (air fluid level).
- Saturasi oksigen harus diukur, biasanya normal kecuali ada penyakit
paru.
- Ultrasonografi atau CT Scan Thorax baik dalam mendeteksi
pneumothorax kecil dan biasanya digunakan setelah biopsi paru
perkutan.

Penatalaksaan ( Reeves, 2001)


Tatalaksanadari kelainan ini bergantung pad atipe, ukuran, manifestasi
klinis, serta penyakit yang menyertainya. Ukuran pneumothorax ditentukan
berdasarkan jarak antara apeks paru dengan kubah ipsilateral rongga thorax,
seperti yang terlihat pada rontgen thorax posisi tegak. Dikatakan
pneumothorax minimal bila jaraknya adalah <3 cm dan besar bila jaraknya
>3 cm.
Pada kelainan yang minimal biasanya tidak membutuhkan adanya
intervensi dan pasien cukup diobservasi kecuali menetapnya udara yang
terkumpul. Tidak dibutuhkan adanya tindakan yang lebih jauh lagi bila pada
pemeriksaan foto rontgen menunjukkan hasil yang sama dalam 24 jam. Pada
pneumothorax yang luas, dibutuhkan tatalaksana rawat inap.
Tatalaksana dari kelainan ini termasuk evakuasi udara dari rongga
pleura dan menutupi kebocoran yang terjadi. Pada keadaan di mana udara
yang terjebak memiliki volume yang cukup besar dan pasien mengalami
kesulitan bernapas, dibutuhkan penusukan selang torakostomi dan
pemberian tekanan negatif dengan menggunkan suction (-20 cm H 2O).
Selang torakostomi ditusukkan pada garis mid aksila sela iga 4-5. Paru
harus mengalami ekspansi secara lambat karena ekspansi secara cepat akibat
evakuasi udara yang terjebak, dapat menimbulkan komplikasi baru, yaitu
udema paru. Pada keadaan pneumothorax yang cukup luas, akan lebih baik
untuk tidak memberikan tekanan negatif secara terburu-buru namun
sebaliknya membiarkan udara yang terjebak untuk keluar secara perlahan-
lahan dan kemudian membaik secra spontan sebelum suction digunakan.
Suction dapat dipertahankan sampai tidak didapatkannya udara pada
rongga thorax. Suction kemudian dapat dilepaskan namun selang WSD
dapat dipertahankan. Jika pada pemantauan selama 24 jam, tidak ditemukan
adanya uadra lagi, maka selang dapat dilepas. Bila udara tetap ditemukan,
maka merupkan tanda adanya kerusakan permukaan lapisan pleura,
parenkim paru atau fistura broncopleura yang membutuhkan tindakan
operasi.

D. Masalah yang Lazim Muncul (Nanda 2015)


1. Ketidakefektifan pola napas b.d ekspansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.
2. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder.
3. Kerusakan integritas kulit b.d trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
4. Risiko infeksi

E. Discharge Planning
1. Biasakan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan
bergizi
2. Istirahat yang cukup
3. Berhenti merokok dan hindari kontaminasi asap rokok
4. Berhenti minum alkohol
5. Kenali tanda gejala penyakit dan kurangi stress
6. Tindakan observasi hanya dilakukan bila luas lesi >15%. Jika pasien
di rumah, jelaskan kepada keluarga dan pasien untuk mengetahui
keadaan emergency pneumothorax supaya cepat dibawa ke RS
terdekat
7. Kontrol foto throrax ulang setelah beberapa hari diperlukan untuk
evaluasi
8. Apabila selama 7 hari pengamatan masih terdapat pneumothorax
maka diperlukan tindakan aspirasi atupun pemasangan WSD.

Untuk tindakan mengukur luasnya pneumothorax dapat digunakan metode


Light dan Rhesa seperti dibawah ini : (Swidarmoko Boedi)

Metode Light (1990) Metode Rhea (1982)


%PNX = 100 – (a × 100%) = ... % b’ Diukur paru yang kolaps pada
Ket. beberapa tempat antar lain di
a : diameter hemitoraks apkes, tengah bawah.
b : diamiter hemitoraks yang kolaps

F. Patofisiologi

Trauma tajam dan


Thorak
tumpul
Risiko infeksi
Akumulasi cairan kerusakan
Pneumotorak integritas kulit
dalam kavum pleura

Diskontinuitas
Ekspansi paru Pemasangan WSD
jaringan

Ketidakefektifan Merangsang
Thoraksdrain
pola napas reseptor nyeri pada
bergetar
periver kulit

Merangsang
reseptor nyeri
Nyeri akut
pada pleura
viseralis dan
parietalis

Anda mungkin juga menyukai