Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : LEVINA HELLEN UMPENAWANY

NPM : 12114201180066

KLS : C

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS PNEUMOTORAK

A. Latar belakang
Pneumotorak merupakan suatu keadaan,dimana terdapat akumulasi udara ekstrapulmoner
dalam rongga pleura,antara pleura visceral dan parenteral,yang dapat menyebabkan
timbulnya kolaps paru.pada keadaan normal rongga pleura,tidak berisi udara,supaya paru
leluasa menggembang terhadap rongga dada.
B. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi melaksanakan,dan merumuskan masalah
keperawatan tentang pneumotoraksn serta dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara baik dan benar.
Tujuan khusus
1.Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien,dengan pneumotoraks
2.Mahasiswa dapat merumuskan diagnose keperawatan pada klien
3.Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
pneumotoraks
4.Mahasiswa mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan pada klien dengan
pneumotoraks
5. mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien
dengan pneumotoraks
6.mahasiswa dpat memahami konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat
C. Manfaat
1. mahasiswa dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan dengan baik dan benar
2.mahasiswa dapat memahami konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat
BAB II

KONSEP MEDIK

A. Anatomi fisiologi
Kerangka dada yang terdiri dari tulang dan tulang rawan.dibatasi oleh:
1.depan :sternum dan tulang iga
2.belakang:12 ruas tulang belakang,
3.samping:Iga-iga beserta otot-otot intercostal
4.bawah:Diafragma
5.atas:dasar leher
Sebelah kanan dan kiri rongga toraks terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus
pleuranya.mediastinum:ruang didalam rongga dada,antara kedua paru-paru .isinya
meliputi jantung dan pembuluh darah besar,oesophagus,aorta desendens,duktus torasika
dan vena kava supprior,saraf vagus dan frenikus serta sejumlah besar kelenjar limfe
B. Pengertian
Pneumotorak merupakan suatu keadaan,dimana terdapat akumulasi udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura,antara pleura visceral dan parenteral,yang dapat
menyebabkan timbulnya kolaps paru.pada keadaan normal rongga pleura,tidak berisi
udara,supaya paru leluasa menggembang terhadap rongga dada.
C. Etiologi
1. Infeksi saluran nafas
2. Adanya repture ‘bleb’pleura
3. Traumatic misakan pada luka tusuk
4. Acute lung injuri yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan kimia.
5. Penyakit imflamasi paru akut, dan kronis[PPOK],TB Paru,fibrosis paru,abses
paru,kanker dan tumor metastase ke pleura.
Pneumotorak dapat diklarifikasikan menjadi spontan dan traumatic
1. Pneumotorak iatroganik
Terjadi karena akibat komplikasi, tindakan medis jenis ini dibedakan:
-pneumotorak traumatic iatrogonik aksidental ini terjadi akibat tindakan
medis akibat kesalahan atau komplikasi tindakan tersebut,misalkan pada
tindakan parasintesis dada,biopsy pleura,biopsy transbronkial,biopsy/aspirasi
paru perkutaneus.
-pneumotorak traumatic iatroginik artificial,merupakan pneumatorak yang
sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara kedalam rongga pleura,melalui
jarum,dengan suatu alat Maxwell box.biasanya untuk terapi
tuberculosis[sebelum era antibiotic]atau untuk menilai permukaan paru.
-pneumotorak non-iatrogenik [accidental]
2. pneumotorak spontan dapat dibagi menjadi primer[tanta adanya penyakit
yang nendasarinya]ataupun sekunder[komplikasi dari penyakit paru
akut/kronik]

D. Tanda dan gejala


1. Ada jejas pada thorak
2. Nyeri pada tempat trauma
3. Pembengkakan local,dan krepitasi pada saat palpasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
5. Dyspnea hemoptesis batuk dan emfisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
E. Patofisiologi

Trauma tajam dan tumpulan Torak

Resiko infeksi kerusakan


Akumulasi cairan dalam kavum
Pneumotora intekritas kulit
pleura
k

Diskontinuitas jaringan
Ekspansi paru Pemasangan WSD
Merangsang reseptor nyeri
Thorakdrains bergeser pada periver kulit
F.
Ketidakefektifan pola nafas
G.

Merangsang reseptor nyeri pada


Nyeri akut
pleura viseralis dan parietalis

F. Manifestasi klinis
1. Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri dada pluritik akut yang terlokalisasi
Pada paru yang sakit
2. Nyeri pada pleuritik biasanya disertai sesak nafas peningkatan kerja pernapasan
,dan dyspnea.
3. Gerakan dinding dada mungkin tidak sama,karena sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat.
4. Suara napas jauh atau tdiak ada
5. Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan
6. Tatikardia sering terjadi,menyertai tipe pneumotoraks
7. Tension pneumotorak
-hiposkemia[tanda awal]
-ketakutan
-gawat napas[takipnea berat]
-peningkatan tekanan jalan nafas,puncak dan rerata peningkatan komplians dan
auto tekanan ekspirasi,akhir positif[auto PEEP]pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanis
-kolaps kardiovaskular[frekuensi jantung >140kali/menit pada setiap hal
berikut:sianosis perifer,hipotensi,aktifitas lintrik tanpa denyut nadi]

G. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada kelaianan ini bergantung pada tipe ,ukuran,manifesasi
klinis,serta penyakit yang menyertainya.ukuran pneumotoraks ditentukan
berdasarkan jarak antara apeks paru dengan kubah ipsilateral rongga toraks,seperti
yang terlihat pada rontgen toraks posisi tegak.dikatakan pneumotorak minimal
apabila jarak, adalah<3cm dab besarnya bila jarak>3csm.
Pada kelainan yang minimal biasanya tidak membutuhkan adanya intervensi dan
pasien cukup diobservasi,kecuali menetapnya udara yang terkumpul.tidak
dibutukan adanya tindakan yang lebih jauh lagi bila pada pemeriksaan foto
rontgen,menunjukan hasil yang sama dalam 24jam.pada pneumotoraks yang
luas,dibutuhkan tatalaksana rawat inap.
Tatalaksana dari kelainan ini termasuk evakuasi udara dari rongga pleura,dan
menutup kebocoran yang terjadi.pada keadaan ini dimana udara yang terjebak
memiliki volume yang cukup besar dan pasien mengalami kesulitan untuk
bernapas.dibutuhkan penutuskan selang torakostomi dan pemberian tekanan
negative dengan menggunakan suction[-2cmH2O].selang torakostomi ditusuk
pada garis mid aksila sela iga 4-5.paru harus mengalami ekspansi secara lambat
karena ekspansi secara cepat,akibat evakuasi udara yang terjebak,dapat
menimbulkan komplikasi baru,yaitu edema paru.pada keadaan pneumotoraks
yang cukup luas,akan lebih baik untuk tidak memberikan tekanan negative secara
terburu-buru namun sebaiknya,membiarkan udara yang terjebak untuk
keluar,secara perlahan-lahan dan kemudian membaik secara spontan sebelum
suction digunakan.
Suction dapat dipertahankan sampai tidak didapatkannya udara pada rongga
toraks .suction kemudian dilepaskan namun selang WSD dapat dipertahankan.jika
pada pemantauan selama 24 jam,tidak ditemukan adanya udara lagi,maka selang
dapat dilepas.bila udara tetap ditemukan,maka hal tersebut merupakan tanda
adanya kerusakan permukaan lapisan pleura,parenkim paru atau fistula
bronkopleura yang membutukan tindakan operasi.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian umum
Klien tampak sakit berat ditandai dengan wajah pucat nafas sesak
2. Pengkajian AUPU[kesadaran]
Untuk menentukan tingkat kesadaran klien,dapat digunakan perhitungan
glassglow coma scale[GCS] untuk klien dengan pneumotoraks biasanya
kesadaran menurun,dapat juga dinilai melalui:
-A=Alert yaitu penderita sadar dan mengalami keberadaan dan
lingkungannya.
-V=verbal yaitu penderita hanya menjawab bereaksi bila dipanggil atau
mendengar suara
-P=pain yaitu penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang
diberikan oleh penolong misalka dicubit ,tekanan pada tulang dada.
-U=unrespon yaitu penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun,yang
diberikan.tidak membuka mata tidak bereaksi,pada rangsang nyeri.
3. Triage
Mengancam jiwa,akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera.harus
didahulukan dan ditandatangani area resusitasi.waktu tunggu 0 menit,maka
dapat digolongkan PI[Emergenci]
4.primary survey
1. airway
a.assesement:
1] perhatikan patensi airway
2]degar suara nafas
3]perhatikan adanya retaksi oto pernapasan dan gerakan dinding dada
b] manajemen
1]inspeksi orofaring,secara cepat dan menyeluruh,lakukan chin-liftdan jaw
thrust,hilangkan benda yang menghalangi jalan napas.
2]Reposisi kepala,pasang collar-neck
3]lakukan cricothyroidotomy atau trahestomy atau intubasi[oral/nasal]
2. Breathing
a] Assement
1]periksa frekuensi napas
2]perhatikan gerakan respirasi
3]palpasi toraks
4]auskultasi dan dengarkan bunyi napas
b] management
1]lakukan bantuan ventilasi bila perlu
2]lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks
3. Circulation
a. assessment
1. periksa frekuensi denyut jantung dan denyut nadi
2. periksa tekanan darah
3. pemeriksaan pulse oxymetri
4. periksa vena leher dan warna kulit[adanya sianosis]
b. management
1. resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
2. torakotomi emergency bila diperlukan
3. operasi eksplorasi vaskuler emergency
4. pemasangan WSD
Pada pneumotorak ventil /tesion pneumotoraks,penderita sering
sesak napas berat,dan keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila
tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan.tekanan interpleura tinggi
bisa terjadi kolaps paru dan pada penekanan mediastinum dan
jantung.himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu
dan ‘venous retum’ juga terganggu.jadi selain menimbulkan
gangguan pada pernapasan,juga menimbulkan gangguan pada
sirkulasi darah [hemodinamik]
5. Secondary survey
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode
SAMPLE ,yaitu sebagai berikut:
S :sign and symptom
Tanda dan gejala terjadi tension pneumotoraks yaitu ada jejas pada
toraks.nyeri pada tempat trauma,bertambah saat
inspirasi,pembengkakan local dan prepitasi pada saat palpasi.pasien
menahan dadamya dan bernafas pendek,dyspnea,hemoptysis,batuk
dan emfisema subkutan,penurunan tekanan darah.
A :Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien,atau keluarga klien.baik alergi
obat-obatan,ataupun kebutuhan akan makan/minum.
M :Medications
[anticoaglulants ,insulin dan kardiovaskular medication
especially].pengobatan yang diberikan kepada klien sebaiknya sesuai
dengan keadaan,klien dan tidak menimbulkan reaksi
alergi.pemberian obat dilakukan sesaai dengan riwayat pengobatan
klien.
P :Previous medical/surgical history
Riwayat pembedahan atau masuk Rumah sakit sebelumnya.
L :last meal[time]
Waktu klien terakhir makan atau minum
E : Events/environment surrounding the injury ,ie.exatly what
happened.
Pengkajian sekunder yang dilakukan dengan cara mengkaji data
kasar klien yang kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas/istirahat
Dyspnea dengan aktfitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tatikardi,frekuensi tak teratur,[disritmia],S3 atau S4.atau irama
jantung gallop nadi apical [PMI]berpindah oleh adanya
penyimpangan mediastinal.tanda homman [bunyi rendah
sehubungan dengan denyut jantung,menunjukan udara dalam
mediastinum].
c. Psikososial
Ketakutan,gelisah
d. Makanan/cairan
Adanya pemasangan Iv vena sentral /infuse tekanan
e. Nyeri/kenyamanan
Perilaku distraksi,mengurutkan wajah nyeri dada unilateral
meningkat karena batuk.timbul tiba-tiba gejala sementara batuk
atau regangan tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh
napas dalam.
f. Pernapasan
Pernapasan menigkat /takipnea,peningkatan kerja
napas,gangguan otot aksesori pernapasan pada dada,ekspirasi
abdominal kuat,bunyi napas menurun/hilang
Auskultasi mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang
dalam rongga pleura.fremitus menurun.
Perkusi dada :hipersonar diatas terisi udara ,observasi dan
palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma
kulit:pucat,,sianosis,berkeringat,mental,ansietas,gelisah,bingung,
pingsan,kesulitan bernapas,batuk,riwayat bedah
dada/trauma:penyakit paru
kronis,inflamasi/infeksiparu[epiema/efusi].keganasan
[mis.obstruksi tumor]
g. Keamanan
Adanya trauma dada,radiasi,kemoterapi untuk keganasan.
6. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST yaitu
sebagai berikut:
P :provokatif.penyebab terjadinya nyeri
Q :Quallity
Kualitas nyeri yang dirasakan ileh klien,untuk menentukan kualitas
nyeri dapat digunakan skala numeric ataupun melihat raut wajah
klien.
R :Region
Dari bagian mana nyeri mulai dirasakan oleh klien dan sampai mana
batas nyeri dirasakan.

S :Skala
Nyeri yang digunakan ditentukan dengan skala,numeric ataupun
melihat raut wajah klien.dari skala dapat ditentukan intensitas atau
kualitas nyeri.
T :Time
Waktu nyeri yang dirasakan klien,apakah nyeri yang dirasakan terus
menerus,timbul hilang atau sewaktu-waktu
7. Pemeriksaan diagnostic
1. Sinar x dada: menyatakan akumulasi udara,atau cairan pada area
pleural,dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal
2. GDA:fariabel tergantung dari derajat fungsi paru yang
dipengaruhi,gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan
mengkompensasi.
3. Torasentesis:menyatakan darah/cairansero saguinosa.
4. Hb:mungkin menurun,menunjukan kehilangan darah
8. Diagnosa keperawatan
1. Pola pernapasan tidak efektif,b/d penurunan ekspansi paru.
[akumulasi udara/cairan] nyeri,ansietas,ditandai dengan
dsspnea,takipnea,perubahan kedalaman pernapasan,hilangnya
suara nafas,pasien tidak cooperative.
2. Resiko tinggi trauma penghentian nafas,b/dkuranya pendidikan
keamanan/pencegahan,ditandai dengan
dyspnea,takipnea,perubahan kedalaman pernapasan,hilangnya
suara nafas,pasien tidak cooperatife.
3. Kuranya pengetahuan mengenai kondisi aturan pengobatan b/d
kurang menerima informasi ditandai dengan kurang menerima
informasi,mengekspresikan masalah,meminta informasi
berulangnya masalah.
4. Infeksi kebersihan jalan nafas,berhubungan dengan peningkatan
selresi,secret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan
keletihan.
5. Perubahan kenyamanan :nyeri akut b/d trauma jaringan dan
reflek spasme,otot sekunder
6. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi,dengan alat eksternal.

Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Pola pernafasan tak Tujuan: setelah dilakukan Mandiri Kesulitan bernafas


efektif b/d penurunan asuhan keperawatan 1x24 jam Awasi kesesuaian pola dengan
ekspansi paru pola pernafasan pasien efektif. pernafasan bila Atau peningkatan
(akumulasi Kriteria Hasil : menggunakan ventilasi tekanan darah
udara/cairan, nyeri, mekanik, catat perubahan diduga terjadi
ansietas) tekanan udara. komplikasi

 Menunjukan pola Auskultasi bunyi nafas Daerah atelektasis


pernafasan normal atau taka da
efektif dengan gas darah Dan Sebagian
dalam rentang normal daerah kolap
bunyinya. Evaluasi
dilakukan untuk
mengetahui
pertukaran dan
memberi data
evaluasi
pneumothoraks.
 Bebas sianosis dan Kaji pasien adanya area Sokongan terhadap
tanda/gejala hipoksida nyeri, nyeri tekan bila batuk. dada abdominal
membuat
Efektif atau
mengurangi
Evaluasi fungsi pernafasan, Distres pernapasan
catat kecepatan/ pernapasan dan
sesak, dispnea, terjadinya Pada vita dapat
sianosis, perubahan tanda terganggu akibat
vital stres fisiologi dan
dapat menunjukan
terjadnya
sehubungan
dengan
Perdarahan.
Catata pengembangan dada Pengembangan
dan posisi trakea dada
Ekspansi baru.
Devisi
Sisi yang sakit
pada
pneumothoraks
Bila dipasang selang dada Tidak adanya
pada pasien, valuasi gelembung
ketidaknormalan atau Menunjukan
kontinuitas gelmbung botol ekspansi
penampung. (normal atau tidak
komplikasi
Kolaborasi Mengidentifikasi
Kaji hasil foto thoraks kesalahan
Sedang
endotrakeal, tidak
Imflamasi baru.
Awasi hasil Gas Darah Mengkaji status
pertukaran
ventilasi
Berikaan oksigen tambahan Untuk
sesuai indikasi menurunkan
Menghilangkan
distress
sianosis

Pemasangan WSD Mengeluarkan


udara atau
Masuk ke rongga
pleumathoraks “
mechanis of
breathing”
2. Resiko tinggi trauma Tujuan :
penghentian nafas Setelah dilakukan asuhan
b/d kurang keperawatan 1 x 24 jam resiko
Pendidikan trauma dapat dicegah.
keamanan
/pencegahan
Kriteria Hasil : Mandiri Menurunkan
- Mencari bantuan untuk Anjurkan pasien untuk resiko
mencegah komplikasi. berbaring atau menarik Atau terlepasnya
selang. selang
- Memberi perawatan Kaji tujuan/ fungsi unit Untuk mengetahui
untuk menghindari drainase dada dengan pasien informasi
lingkungan dan bahaya bagaimana sistem
fisik meberikan
keyakinan
menurunkan
ansietas pasien
Identifikasi perubahan atau Intervensi tepat
situasi yang harus dilaporkan waktu dapat
pada perawat komplikasi serius
Observasi tanda tanda distres Pneumothoraks
pernafasan bila kateterdapat
toraks lepas atau tercabut. Karena
mempengaruhi
pernafasan dan
memerlukan
darurat.
3. Kurang pengetahuan Tujuan : Mandiri Memberikan
mengenai kondisi Setelah dilakukan asuhan Kaji patologi masalah pengetahuan
aturan pengobatan keperawatan 1 x 24 jam klien individu pemahaman
b/d kurang menerima dan keluarga dapat mengerti kondisi
informasi. tentang kondisi Kesehatan klien Pentingnya
Kriteria Hasil : intervasi terapi
 Pasien dapat Identifikasi kemungkinan Untuk
mengidentifikasi tanda terjadi komplikasi jangka menurunkan
atau gejala yang Panjang. potensi
memerlukan evalusi komplikasi.
medik
 Mengikuti program Kaji ulang praktik Mempertahankan
pengobatan dan Kesehatan yang baik contoh Kesehatan
menujukan perubahan nutrisi baik, istirahat dan meningkatnya
pola hudup yang perlu latihan penyembuhan
dicegah agar tidak
menimbulkan

Kaji ulang tanda / gejala Berulangnya


yang memerlukan evaluasi Memerlukan
medis cepat, contoh nyeri intervasi
dada tiba-tiba, dispnea, Mencegah /
distres pernapasan lanjut. menurunkan
komplikasi
a. Menumbulkan masalah Jelaskan klien tentang Pengethuan yang
kegunaan batuk yang efektif dihasilkan
dan mengapa terdapat Membantu
penumpukan ekret di sal. Kepatuhan klien
Pernapasan. terhadap
b. Ajarkan klien tentang teraupetik.
metode yang tepat Batuk yang tidak
pengontrolan batuk terkontaminasi
Melelahkan dan
tidak
Menyebabkan
frustasi
Kriteria Hasil :

3.3 Intervasi
3.4 Implementasi
Pelaksanaan adalah pelaksanaan terhadap rencana Tindakan keperawatan yang telaj
ditetapkan untuk Tindakan perawatan klien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan
rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan
interpersonal, intelektual. Teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah
selesai implemantasi dilakukan evaluasi kemudian didokumentasikan yang meliputi
intevensi yang sudah dilakukan serta bagaimana respon klien.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Dalam dokumentasi dikenal 2 cara yaitu
secara sumatif dan formatif. Biasanya evaluasi menggunakan acuan SOAP atau
SOAPIER sebagai tolak ukur pencapaian imlementasi. Perawat mempunyai tiga
alternatife dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
a. Berhasil : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan pada tujuan.
b. Tercapai Sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukan perilaku yang
diharapkan sesuai dengna pernyataan tujuan.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumothoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam
rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumothoraks dibagi menjadi
Tension Pneumothoraks dan non-tension pneumothoraks. Semakin lama tekanan udara di dalam
rongga pleura akan meningkatkan dan melebihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam
rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas.

Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat dan
keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan Tindakan perbaikan jantung.
Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan “venous return” juga terganggu.
Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi
darah (hemodinamik).

4.2 Saran
Dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas sumber daya perawat dalam usaha pemenuhan
kebutuhan Kesehatan masyerakat. Khususnya dalam pembuatan asuhan keperawatan dan
dalam melakukan Tindakan keperawatan hendaknya dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Maka untuk itu dipandang perlu bimbingan yang optimal dari bapak/ ibu pembimbing guna
peningkatan mutu dari mahasiswa tersebut terlebih dalam bidang gawat darurat.

Anda mungkin juga menyukai