1.1.1 Definisi
Seluruh jenis pneumothorax ini merupakan kondisi gawat darurat yang dapat
mengancam nyawa bila tidak ditangani secara cepat, terutama bila terjadi tension
pneumothorax. Tension pneumothorax merupakan kondisi di mana udara
yang terkumpul pada rongga pleura tidak dapat keluar, tetapi udara dari dinding dada
dan paru-paru terus masuk ke rongga tersebut, sehingga akan menekan bukan hanya
paru-paru, melainkan juga jantung.
1.1.2 Etiologi
Berikut ini adalah beberapa kondisi dan penyakit yang menyebabkan pneumothoraks
adalah:
1. Cidera dada
Cedera tumpul atau tembus ke dada bisa menyebabkan oleh kolaps paru. Beberapa
cedera atau bula paru dapat terjadi akibat cedera misal disebabkan tabrakan mobil,
sementara kasus lain mungkin secara tidak sengaja terjadi saat dilakukan prosedur
medis yang menggunakan jarum ke dalam dada.
2. Penyakit paru-paru
3. Lepuh
Lepuh karena udara kecil (blebs) dapat berkembang di bagian atas paru-paru. Bleb ini
terkadang pecah – memungkinkan udara bocor ke ruang yang mengelilingi paru-paru.
4. Ventilasi mekanis
Jenis pneumotoraks yang parah dapat terjadi pada orang yang membutuhkan
penanganan mekanis untuk bernapas. Ventilator bisa digunakan untuk menciptakan
ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada. Hal yang harus waspadai adalah
paru-paru bisa kolaps sepenuhnya.
1.1.3 WOC
Tindakan dekompressi yaitu membuat hubungan rongga pleura dengan udara luar,ada
beberapa cara :
PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (SPESIFIK)
1. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
2. Tidak ada mediastinal shift3. Pemeriksaan Fisis : bunyi napas menurun,
hyperresonance (perkusi), pengembangan dada menurunPenatalaksanaan :
Water Sealed Drainage (WSD)Pneumotoraks TensionPneumotoraks tension
adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekananintra toraks yang
semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension
ditemukan mekanisme ventil(udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak
dapat keluar).Ciri :
a. Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps
total paru, mediastinalshift (pendorongan mediastinum ke kontralateral),
deviasi trakhea , venous return menurun → hipotensi & respiratory distress
berat.
b. Tanda dan gejala klinis : sesak yang bertambah berat dengan cepat,
takipneu,hipotensi, JVP meningkat, asimetris statis & dinamis.
c. Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu foto Rontgen.
Penatalaksanaan :
1. Dekompresi segera : large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-
klavikula)
2. Water Sealed Drainage (WSD)Open PneumothoraxOpen pneumothorax
terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dadasehingga udara dapat
keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah.Tekanan intra toraks akan
sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagaisucking-wound. Terjadi
kolaps total paru.
Penatalaksanaan :
1.2.1 Pengkajian
Nama : Tn. Q
Umur : 68 Tahun
Suku/Bangsa : Ambon
Agama : ISLAM
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : HILA
Tanggal Masuk RS : 15 Mei 2022
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2022
Catatan Kedatangan : Ambulans
A. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit :
Klien Masuk Rumah Sakit Pada tanggal 15 Mei 2022 pukul 09.00 WIT dengan
keluhan sesak sejak lebih kurang 3 minggu sebelum masuk RS, dan memberat pada 1
hari terakhir, keluhan disertai demam dengan suhu tidak terlalu tinggi yang muncul
pada malam hari, pasien juga mengalami batuk sejak 3 minggu yang lalu disertai
dahak berwarna hijau, tanpa disertai darah, Nyeri dada serta riwayat trauma
disangkal.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Mei 2022 pukul 15.00 WIT,
klien mengatakan merasa sesak, batuk, demam dan nyeri dada.
P : Nyeri terasa semakin berat saat batuk
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk - tusuk
R : Nyeri terasa di dada
S : Skala 6
T : nyeri dirasakan hilang timbul
Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital diketahui TD : 150/90 mmHg, Nadi :
110 x/m, RR :40x/m, Suhu 37,6 0C, SPO2 : 95 %.
Diagnosa Medis : Pneumothorax e.c Tuberkulosis
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami :
Klien mengatakan pernah menderita TBC dua tahun lalu.
Alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi.
Obat-obatan yang pernah digunakan :
Obat-obatan
Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
(Resep/Obat bebas)
Rifampicin 60 mg - 2x1
Ethambutol 400 mg - 2x1
Isoniazid 30 mg - 2x1
Pirazinamid 150 mg - 2x1
Stetomisin - - -
Captopril 12,5 mg - 1x1
4. Pemeriksaan Head to Toe
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E:4 V: 5 M:6
Klien tampak sehat/ Sakit/ Sakit Berat : Sakit
BB : 54 Kg
TB : 160 Kg
2. Tanda – tanda Vital
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 110 x/m
RR : 40x/m,
Suhu : 37,6 0C
SPO2 : 95 %
3. Kulit
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lesi, kulit klien teraba hangat
Kelemabapan : lembab
Turgor Kulit : tidak elastis
Oedema : tidak ada
4. Kepala/Rambut
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut tampak beruban, tidak ada lesi,
ekspresi wajah klien tampak meringis
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan
5. Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva anenemis, sklera anikterik,
dan pupil isokor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran
serumen, telinga tampak bersih
Palpasi : tidak teraba massa
9. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan getah bening
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
10. Thorax atau Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, RR : 40 x/m, tidak ada jejas, irama
pernapasan bradipnea, tampak penggunaan otot bantu napas,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Perkusi : terdengar bunyi redup
Auskultasi : Ronchi
11. Jantung
Inspeksi : Dada klien tampak simetris kiri dan kanan, ictus kordis
tampak jelas, tidak ada lesi, tidak ada oedema.
Palpasi : denyut jantung teraba jelas, tidak teraba adanya
pembengkakan
Perkusi : terdengar bunyi pekak
Auskultasi : terdengar bunyi jantung S1 dan S2
12. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, warna kulit abdomen sama dengan kulit yang
lain
Palpasi : Hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara timpani
Auskultasi : bisisng usus 10 x/m
13. Genetalia
Inspeksi :-
Palpasi :-
14. Rektal
Inspeksi :-
Palpasi :-
15. Ekstremitas
Inspeksi : ekstermitas atas simetris, ekstremitas bawah simetris, tidak
55
ada oedem pada ekstremitas bawah, kekuatan otot
44
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
16. Vaskuler Perifer
CRT : < 2 detik
Clubing : Tidak ada
Perubahan warna : Tidak ada
17. Neurologis
Status Mental/GCS : 15 E : 4 V: 5 M : 6
Motorik : Normal
Sensorik : Normal
Tanda Rangsangan Meningeal
Saraf Kranial :
- N I (alfaktorius)
Pada saat pengkajian dilakukan pemeriksaan klien dapat mencium dan dapat
membedakan bau.
- N II (Optikus)
Klien mampu membuka mata dengan baik , fungsi penglihatan baik.
- N III (Troklearis)
Klien mampu melakukan pergerakan bola mata, klien dapat menggerakan bola
mata kebawah dan kedalam.
- N IV & VI (Okulomotorius dan Abdusen)
Klien mampu melakukan pergerakan lapang pandang, klien mampu
mengankat kelopak mata (mengedipkan mata) keatas, kondisi pupil baik.
- N V (Trigeminus)
Klien mampu mengunyah makanan.
- N VII (Fasialis)
Klien mampu menggerakan otot wajah.
- N VIII (Vestibulocochlearis)
Klien mampu mendengarkan perintah yang disampaikan.
- N IX & X (Glosofaringeal & Vagus)
Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menelan dengan baik
- N XI (Aksesorius)
Klien mampu mengankat bahunya.
- N XII ( Hipoglosus)
Klien mampu menjulurkan lidahnya.
Refleks fisiologis :+
Refleks Patologis :-
5. Pemeriksaan Penunjang
Hari/ Jenis
Hasil Nilai Normal Interprestasi
Tanggal Pemeriksaan
16 Mei Darah
2022 Lengkap
Hb 14,3 g/dl 12,0 – 14,0 g/dl (P) Normal
13,0 – 16,0 g/dl (L)
Hight
Leukosit 15.300/uL 5,000 – 10,000/uL
Eritrosit 4,5 juta/uL 4,0 – 5,0 juta/ul (P) Normal
4,5 – 5,5 juta/ul (L)
Trombosit 347.000/uL 150 – 400 103/uL Normal
6. Penatalaksanaan Pengobatan
KLASIFIKASI DATA
DO :
- irama pernapasan bradipnea
- tampak penggunaan otot bantu napas
- Bunyi napas Ronchi
- RR :40x/m
- SPO2 : 95 %.
1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif berhubungan dengan Hipersekresi Jalan Napas
2. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
4. Hepirtermi berhubungan dengan Proses Penyakit
1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
Waktu Intervensi
Tanggal Keperawatan Hasil
Senin, 16 15.30 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Mei 2022 WIT Napas tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 8 jam 1. Monitor Pola Napas,
dengan diharapkan bersihan bunyi napas, monitor
Hipersekresi Jalan jalan napas meningkat sputum
Napas dengan kriteria hasil : Teraupetik
1. Batuk efektif 2. Posisikan Semi fowler
2. Produksi Sputum 3. Berikan minum hangat
menurun 4. Berikan Oksigen
3. Dispnea menurun Edukasi
4. Frekuensi napas 5. Ajarkan teknik batuk
membaik efektif
5. Pola Napas Kolaborasi
membaik 6. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Senin, 16 15.30 Pola Napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Mei 2022 WIT efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 8 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan Hambatan diharapkan Pola kedalam, upaya napas,
Upaya Napas Napas membaik dan pola napas
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kemampuan
1. Dispnea menurun batuk efektif
2. Penggunaan otot 3. Monitor adanya produksi
bantu napas sputum
menurun 4. Monitor adanya
3. Frekuensi napas sumbatan jalan napas
membaik 5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor hasil x-ray
toraks
Teraupetik
9. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
11. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Senin, 16 15.30 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Mei 2022 WIT berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Agen selama 3 x 8 jam 1. Identifikasi lokasi,
Pencedera diharapkan Nyeri karakteristik, durasi,
Fisiologis menurun dengan frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil : intensitas nyeri.
1. Keluhan Nyeri 2. Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
2. Meringis menurun Teraupetik
3. Berikan teknik
nonfarmakologi untk
mengurangi nyeri
Edukasi
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
Senin, 16 15.30 Hepirtermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Mei 2022 WIT berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Proses selama 3 x 8 jam 1. Monitor suhu tubuh
Penyakit diharapkan suhu 2. Monitor haluaran urine
tubuh membaik Teraupetik
dengan kriteria hasil : 3. Berikan cairan oral
1. Suhu tubuh Edukasi
membaik 4. Anjurkan tirah baring
2. Suhu kulit Kolaborasi
membaik 5. Kolaborasi pemberian
3. Bradikardi cairan dan elektrolit
menurun.
Regulasi Temperatur
Observasi
1. Monitor TTV
2. Monitor warna dan suhu
kulit
Teraupetik
3. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi : -
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No
Hari/ Para Para
. Jam Implementasi Jam Evaluasi (SOAP)
Tgl f f
Dx
Senin 1 16.05 WI 1. Memonitor Pola 19.0 S:
, 16 T Napas, bunyi 0 - Klien
Mei napas, monitor WIT mengatakan
2022
sputum merasa sesak dan
Hasil : RR : 40 batuk
x/m, Bunyi napas
Ronkhi, sputum O:
berwarna hijau, - tampak
jumlah cairan pengeluaran
sputum ± 10 ml sputum berwarna
2. Memposisikan hijau, jumlah
Semi fowler cairan sputum ±
Hasil : Klien 10 ml
berbaring dengan - Bunyi napas
posisi semi fowler Ronchi
3. Memberikan - Pola napas
minum hangat bradipneu
Hasil : Klien - RR :40x/m
diberikan - SPO2 : 95 %.
minuman hangat
4. Memberikan A :Masalah Bersihan
Oksigen Jalan Napas belum
Hasil : O2 nasal teratasi
kanul 2 liter
5. Mengajarkan P : Intervensi
teknik batuk dilanjutkan
efektif 1. monitor Pola
Hasil : Klien dapat Napas, bunyi
melakukan batuk napas,
secara efektif monitor
6. Berkolaborasi sputum
pemberian 2. posisikan
bronkodilator Semi fowler
Hasil : Kolaborasi 3. berikan
disesuaikan minum
dengan indikasi hangat
4. berikan
Oksigen
5. ajarkan
teknik batuk
efektif
6. kolaborasi
pemberian
bronkodilato
r
Senin 2 16.30 1. Memonitor 19.1 S :
, 16 WIT frekuensi, irama, 0 - Klien
Mei kedalam, upaya WIT mengatakan
2022 napas, dan pola merasa sesak
napas O:
Hasil : RR : 40 - irama
x/m, irama napas pernapasan
bradipneu, tampak bradipnea
penggunaan otot - tampak
bantu pernapasan, penggunaan otot
pola napas bantu napas
ireguler. - RR :40x/m
2. Memonitor - SPO2 : 95 %.
kemampuan batuk
efektif A : Masalah Pola
Hasil : Klien dapat Napas belum teratasi
mengeluarkan
P : Intervensi di
sputum lanjutkan
3. Monitor adanya 1. Monitor
produksi sputum frekuensi,
Hasil : Sputum irama,
berwarna hijau, kedalam,
jumlah cairan upaya napas,
sputum ± 10 ml dan pola
4. Memonitor adanya napas
sumbatan jalan 2. Monitor
napas kemampuan
Hasil : tidak ada batuk efektif
5. Mengauskultasi 3. Monitor
bunyi napas adanya
Hasil : suara napas produksi
Ronkhi sputum
6. Memonitor 4. Monitor
saturasi oksigen adanya
Hasil : SPO2 : 95 sumbatan
% jalan napas
7. Memonitor hasil x- 5. Auskultasi
ray toraks bunyi napas
Hasil : 6. Monitor
Pneumothorax e.c saturasi
Tuberculosis paru oksigen
8. Mengatur interval 7. Monitor
pemantauan hasil x-ray
respirasi sesuai toraks
kondisi pasien 8. Atur interval
Hasil : pemantauan pemantauan
klien dilakukan respirasi
setiap 2 jam sekali sesuai
9. Menjelaskan kondisi
tujuan dan pasien
prosedur 9. Informasikan
pemantauan. hasil
Hasil : klien dan pemantauan,
keluarga jika perlu
memahami
tindakan yang
dilakukan
10. Menginnformasika
n hasil pemantauan
Hasil : Hasil
pemantauan di
laporkan pada
keluarga dan
dokter
Senin 3 17.00 1. Mengidentifikasi 19.1 S:
, 16 WIT lokasi, 5 - Klien
Mei karakteristik, WIT mengatakan
2022 merasa nyeri
durasi, frekuensi,
kualitas dan dada
intensitas nyeri. P : Nyeri terasa
Hasil : Klien semakin berat
mengatakan saat batuk
merasa nyeri dada Q : Nyeri
P : Nyeri terasa dirasakan seperti
semakin berat saat tertusuk - tusuk
batuk R : Nyeri terasa
Q : Nyeri dirasakan di dada
seperti tertusuk - S : Skala 6
tusuk T : nyeri
R : Nyeri terasa di dirasakan hilang
dada timbul
S : Skala 6
T : nyeri dirasakan O:
- Ekspresi wajah
hilang timbul
klien tampak
2. Mengidentifikasi meringis
respon nyeri non
verbal A : Masalah Nyeri
Hasil : ekspresi Akut Belum teratasi
wajah klien
tampak meringis P : Intervensi
dilanjutkan
3. Menganjurkan
1. Identifikasi
menggunakan
lokasi,
analgetik secara
karakteristik,
tepat
durasi,
Hasil : Klien
memahami anjuran frekuensi,
yang disampaikan kualitas dan
4. Berkolaborasi intensitas
dalam pemberian nyeri.
analgetik 2. Identifikasi
Hasil : Pemberian respon nyeri
analgetik diberikan non verbal
sesuai indikasi 3. Anjurkan
menggunaka
n analgetik
secara tepat
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik
Senin 4 18.00 1. Memonitor TTV 19.2 A : Masalah
, 16 WIT Hasil : TD : 0 Hipertermi belum
Mei 150/90 mmHg, WIT teratasi
2022 Nadi : 110 x/m
P : Intervensi
RR :40x/m, Suhu dilanjutkan
37,6 0C 1. monitor
2. Memonitor warna TTV
dan suhu kulit 2. monitor
Hasil : suhu kulit warna dan
teraba hangat suhu kulit
3. Memonitor 3. monitor
haluaran urine haluaran
Hasil : ± 1000 cc urine
4. Memberikan 4. berikan
cairan oral cairan oral
Hasil : klien 5. sesuaikan
minum air putih suhu
5. Menyesuaikan lingkungan
suhu lingkungan dengan
dengan kebutuhan kebutuhan
pasien pasien
Hasil : suhu 6. anjurkan
ruangan tirah baring
disesuaikan 7. kolaborasi
dengan keadaan dalam
klien pemberian
6. Menganjurkan cairan dan
tirah baring elektrolit
Hasil : Klien 8. Berkolaboras
tampak tirah i dalam
baring pemberian
7. Berkolaborasi antipiretik,
dalam pemberian jika perlu
cairan dan
elektrolit
Hasil : Cairan IV
RL 16 tpm
8. Berkolaborasi
dalam pemberian
antipiretik
Hasil : PCT
diberikan saat suhu
tubuh > 380C
LITERATUR RIVIEW
DAFTAR PUSTAKA
Tartowo wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta:
salemba medika
Tartowo, wartonah. 2007. Kebutuhan dasar & proses keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika.
Jakarta
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta
Iqbal mubarak SKM, wahit. 2005. Buku kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran ECG
Potter & Perry (2005) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Dan Praktik Edisi : 4 Vol.
2. Jakarta: EGC