Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT FLUIDO PNEMOUTHORAX

PADA TN.Q DENGAN PENYAKIT FLUIDO PNEMOUTHORAX

NAMA : Nurmala Sari Sopaliu


NIM :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2022
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT FLUIDO PNEMOTHORAX

1.1 Konsep Penyakit

1.1.1 Definisi

Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga


pleura, yaitu rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru dan
dinding dada. Udara yang terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat adanya
celah yang terbentuk akibat cedera pada dinding dada atau robekan pada jaringan
paru-paru. Akibatnya, udara tersebut dapat menekan paru-paru dan membuat paru-
paru menjadi mengempis (kolaps).Secara umum, pneumothorax terbagi menjadi dua,
yaitu pneumothorax primer dan sekunder. Ketika pneumothorax terjadi pada orang
yang sehat tanpa didahului penyakit paru-paru, kondisi ini disebut pneumothorax
primer. Sebaliknya, pneumothorax yang dialami akibat komplikasi dari penyakit paru-
paru disebut pneumothorax sekunder. Selain itu, berdasarkan penyebabnya,
pneumothorax dapat dibagi menjadi pneumothorax trauma yang disebabkan oleh
cedera pada dinding paru-paru atau dada, serta pneumohorax non trauma yang terjadi
secara spontan tanpa diawali cedera.

Seluruh jenis pneumothorax ini merupakan kondisi gawat darurat yang dapat
mengancam nyawa bila tidak ditangani secara cepat, terutama bila terjadi tension
pneumothorax. Tension pneumothorax merupakan kondisi di mana udara
yang terkumpul pada rongga pleura tidak dapat keluar, tetapi udara dari dinding dada
dan paru-paru terus masuk ke rongga tersebut, sehingga akan menekan bukan hanya
paru-paru, melainkan juga jantung.

1.1.2 Etiologi
Berikut ini adalah beberapa kondisi dan penyakit yang menyebabkan pneumothoraks
adalah:
1. Cidera dada

Cedera tumpul atau tembus ke dada bisa menyebabkan oleh kolaps paru. Beberapa
cedera atau bula paru dapat terjadi akibat cedera misal disebabkan tabrakan mobil,
sementara kasus lain mungkin secara tidak sengaja terjadi saat dilakukan prosedur
medis yang menggunakan jarum ke dalam dada.

2. Penyakit paru-paru

Jaringan paru-paru yang mengalami kerusakan lebih cenderung kolaps. Kerusakan


paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa jenis penyakit, termasuk penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), fibrosis kistik, dan pneumonia.

3. Lepuh

Lepuh karena udara kecil (blebs) dapat berkembang di bagian atas paru-paru. Bleb ini
terkadang pecah – memungkinkan udara bocor ke ruang yang mengelilingi paru-paru.

4. Ventilasi mekanis

Jenis pneumotoraks yang parah dapat terjadi pada orang yang membutuhkan
penanganan mekanis untuk bernapas. Ventilator bisa digunakan untuk menciptakan
ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada. Hal yang harus waspadai adalah
paru-paru bisa kolaps sepenuhnya.
1.1.3 WOC

1.1.4 Manifestasi klinis

Gejala-gejala pneumotoraks traumatik dan spontan hampir tidak ada perbedaan,


tetapi gejala Pneumotoraks Traumatik cenderung muncul pada saat trauma terjadi,
atau tidak lama sesudahnya. Onset gejala untuk Pneumotoraks Spontan biasanya
terjadi saat istirahat. Serangan mendadak nyeri dada sering merupakan gejala
pertama.
Gejala lain mungkin termasuk:

 rasa nyeri persisten di dada.


 sesak nafas, atau dyspnea.
 keluar dengan keringat dingin.
 sensasi tertarik (tightness) di dada.
 membiru, atau sianosis.
 takikardia berat, atau denyut jantung cepat

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Photo toraks (pengembangan paru-paru).
b. Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup)
c. X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
Diagnosis fisik :
1. Bila pneumotoraks < 30% atau hematotorax ringan (300cc) terap simtomatik,
observasi.
2. Bila pneumotoraks > 30% atau hematotorax sedang (300cc) drainase cavum
pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues
suction unit.
3. Pada keadaan pneumotoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
4. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari
800 cc segera thorakotomi

1.1.6 Penatalaksanaan medis


PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (UMUM)

Tindakan dekompressi yaitu membuat hubungan rongga pleura dengan udara luar,ada
beberapa cara :

1. Menusukkan jarum melalui diding dada sampai masuk ke rongga pleura,sehingga


tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil, yaitu dengan :
a. Jarum infus set ditusukkan ke dinding dada sampai masuk ke rongga pleura. 
b. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan ke rongga pleura dan
setelahmandrin dicabut, dihubungkan dengan infus set.
c. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan ke rongga pleura.

PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (SPESIFIK)

Pneumotoraks SimpelPneumotoraks Simpel adalah pneumotoraks yang tidak disertai


peningkatantekanan intra toraks yang progresif.Ciri :

1. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
2. Tidak ada mediastinal shift3. Pemeriksaan Fisis : bunyi napas menurun,
hyperresonance (perkusi), pengembangan dada menurunPenatalaksanaan :
Water Sealed Drainage (WSD)Pneumotoraks TensionPneumotoraks tension
adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekananintra toraks yang
semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension
ditemukan mekanisme ventil(udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak
dapat keluar).Ciri :
a. Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps
total paru, mediastinalshift (pendorongan mediastinum ke kontralateral),
deviasi trakhea , venous return menurun → hipotensi & respiratory distress
berat.
b. Tanda dan gejala klinis : sesak yang bertambah berat dengan cepat,
takipneu,hipotensi, JVP meningkat, asimetris statis & dinamis.
c. Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu foto Rontgen.

Penatalaksanaan :

1. Dekompresi segera : large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-
klavikula)
2. Water Sealed Drainage (WSD)Open PneumothoraxOpen pneumothorax
terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dadasehingga udara dapat
keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah.Tekanan intra toraks akan
sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagaisucking-wound. Terjadi
kolaps total paru.

Penatalaksanaan :

1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)


2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka 
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra
torakslain .Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fluido Pneumothorax

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Q DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PNEUMOTHORAX e.c TUBERKULOSIS

Nama Mahasiswa : Nurmala Sari Sopaliu


NPM :
Tempat Praktek : Puskesmas Hila
Tanggal Praktek :

1.2.1 Pengkajian
Nama : Tn. Q
Umur : 68 Tahun
Suku/Bangsa : Ambon
Agama : ISLAM
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : HILA
Tanggal Masuk RS : 15 Mei 2022
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2022
Catatan Kedatangan : Ambulans

A. Riwayat Kesehatan/Keperawatan
1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit :
Klien Masuk Rumah Sakit Pada tanggal 15 Mei 2022 pukul 09.00 WIT dengan
keluhan sesak sejak lebih kurang 3 minggu sebelum masuk RS, dan memberat pada 1
hari terakhir, keluhan disertai demam dengan suhu tidak terlalu tinggi yang muncul
pada malam hari, pasien juga mengalami batuk sejak 3 minggu yang lalu disertai
dahak berwarna hijau, tanpa disertai darah, Nyeri dada serta riwayat trauma
disangkal.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16 Mei 2022 pukul 15.00 WIT,
klien mengatakan merasa sesak, batuk, demam dan nyeri dada.
P : Nyeri terasa semakin berat saat batuk
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk - tusuk
R : Nyeri terasa di dada
S : Skala 6
T : nyeri dirasakan hilang timbul
Saat dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital diketahui TD : 150/90 mmHg, Nadi :
110 x/m, RR :40x/m, Suhu 37,6 0C, SPO2 : 95 %.
Diagnosa Medis : Pneumothorax e.c Tuberkulosis
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami :
Klien mengatakan pernah menderita TBC dua tahun lalu.
Alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi.
Obat-obatan yang pernah digunakan :
Obat-obatan
Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
(Resep/Obat bebas)
Rifampicin 60 mg - 2x1
Ethambutol 400 mg - 2x1
Isoniazid 30 mg - 2x1
Pirazinamid 150 mg - 2x1
Stetomisin - - -
Captopril 12,5 mg - 1x1
4. Pemeriksaan Head to Toe
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis GCS : 15 E:4 V: 5 M:6
Klien tampak sehat/ Sakit/ Sakit Berat : Sakit
BB : 54 Kg
TB : 160 Kg
2. Tanda – tanda Vital
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 110 x/m
RR : 40x/m,
Suhu : 37,6 0C
SPO2 : 95 %
3. Kulit
Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lesi, kulit klien teraba hangat
Kelemabapan : lembab
Turgor Kulit : tidak elastis
Oedema : tidak ada
4. Kepala/Rambut
Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut tampak beruban, tidak ada lesi,
ekspresi wajah klien tampak meringis
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan
5. Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva anenemis, sklera anikterik,
dan pupil isokor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
6. Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran
serumen, telinga tampak bersih
Palpasi : tidak teraba massa

7. Hidung dan Sinus


Inspeksi : lubang hidung bersih, tidak ada pengeluaran septum, posisi
septum nasi ditengah
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
8. Mulut da Tenggorokan
Inspeksi : mukosa bibir tampak pucat, tampak beberapa gigi yang sudah
tanggal, avula berada ditengah, tampak pengeluaran sputum
berwarna hijau.
Palpasi : Tidak teraba massa

9. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan getah bening
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
10. Thorax atau Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, RR : 40 x/m, tidak ada jejas, irama
pernapasan bradipnea, tampak penggunaan otot bantu napas,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Perkusi : terdengar bunyi redup
Auskultasi : Ronchi
11. Jantung
Inspeksi : Dada klien tampak simetris kiri dan kanan, ictus kordis
tampak jelas, tidak ada lesi, tidak ada oedema.
Palpasi : denyut jantung teraba jelas, tidak teraba adanya
pembengkakan
Perkusi : terdengar bunyi pekak
Auskultasi : terdengar bunyi jantung S1 dan S2
12. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak simetris, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan, warna kulit abdomen sama dengan kulit yang
lain
Palpasi : Hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara timpani
Auskultasi : bisisng usus 10 x/m
13. Genetalia
Inspeksi :-
Palpasi :-
14. Rektal
Inspeksi :-
Palpasi :-
15. Ekstremitas
Inspeksi : ekstermitas atas simetris, ekstremitas bawah simetris, tidak
55
ada oedem pada ekstremitas bawah, kekuatan otot
44
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
16. Vaskuler Perifer
CRT : < 2 detik
Clubing : Tidak ada
Perubahan warna : Tidak ada
17. Neurologis
Status Mental/GCS : 15 E : 4 V: 5 M : 6
Motorik : Normal
Sensorik : Normal
Tanda Rangsangan Meningeal
Saraf Kranial :
- N I (alfaktorius)
Pada saat pengkajian dilakukan pemeriksaan klien dapat mencium dan dapat
membedakan bau.
- N II (Optikus)
Klien mampu membuka mata dengan baik , fungsi penglihatan baik.
- N III (Troklearis)
Klien mampu melakukan pergerakan bola mata, klien dapat menggerakan bola
mata kebawah dan kedalam.
- N IV & VI (Okulomotorius dan Abdusen)
Klien mampu melakukan pergerakan lapang pandang, klien mampu
mengankat kelopak mata (mengedipkan mata) keatas, kondisi pupil baik.
- N V (Trigeminus)
Klien mampu mengunyah makanan.
- N VII (Fasialis)
Klien mampu menggerakan otot wajah.
- N VIII (Vestibulocochlearis)
Klien mampu mendengarkan perintah yang disampaikan.
- N IX & X (Glosofaringeal & Vagus)
Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menelan dengan baik
- N XI (Aksesorius)
Klien mampu mengankat bahunya.
- N XII ( Hipoglosus)
Klien mampu menjulurkan lidahnya.
Refleks fisiologis :+
Refleks Patologis :-

5. Pemeriksaan Penunjang
Hari/ Jenis
Hasil Nilai Normal Interprestasi
Tanggal Pemeriksaan
16 Mei Darah
2022 Lengkap
Hb 14,3 g/dl 12,0 – 14,0 g/dl (P) Normal
13,0 – 16,0 g/dl (L)
Hight
Leukosit 15.300/uL 5,000 – 10,000/uL
Eritrosit 4,5 juta/uL 4,0 – 5,0 juta/ul (P) Normal
4,5 – 5,5 juta/ul (L)
Trombosit 347.000/uL 150 – 400 103/uL Normal

15 Mei Radiografi Pneumothorax e.c - Pneumothorax e.c


2022 Thorax Tuberculosis paru Tuberculosis paru

6. Penatalaksanaan Pengobatan

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

klien mengatakan merasa sesak, batuk, demam TTV :


dan nyeri dada. TD : 150/90 mmHg
P : Nyeri terasa semakin berat saat batuk Nadi : 110 x/m
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk - tusuk RR :40x/m
R : Nyeri terasa di dada Suhu 37,6 0C
S : Skala 6 SPO2 : 95 %.
T : nyeri dirasakan hilang timbul - kulit klien teraba hangat
- ekspresi wajah klien tampak meringis
- mukosa bibir tampak pucat,
- tampak pengeluaran sputum berwarna hijau
- irama pernapasan bradipnea
- tampak penggunaan otot bantu napas
- Bunyi napas Ronchi
Leukosit : 15.300/uL
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
- Klien mengatakan merasa sesak dan batuk Hipersekresi jalan napas Bersihan Jalan Napas
tidak efektif
DO :
- mukosa bibir tampak pucat
- tampak pengeluaran sputum berwarna hijau
- Bunyi napas Ronchi
- TTV
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 110 x/m
RR :40x/m
Suhu 37,6 0C
- SPO2 : 95 %.

DS : Hambatan Upaya Napas Pola Napas tidak


- Klien mengatakan merasa sesak efektif

DO :
- irama pernapasan bradipnea
- tampak penggunaan otot bantu napas
- Bunyi napas Ronchi
- RR :40x/m
- SPO2 : 95 %.

DS : Agen pencedera Nyeri Akut


- Klien mengatakan merasa nyeri dada Fisiologis
P : Nyeri terasa semakin berat saat batuk
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk - tusuk
R : Nyeri terasa di dada
S : Skala 6
T : nyeri dirasakan hilang timbul
DO :
- ekspresi wajah klien tampak meringis

DS : Proses Penyakit Hepirtermi


- Klien mengatakan merasa demam
DO :
- kulit klien teraba hangat
- Suhu 37,6 0C
- Nadi : 110 x/m
- RR :40x/m
- Leukosit : 15.300/uL
1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Napas tidak efektif berhubungan dengan Hipersekresi Jalan Napas
2. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas
3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
4. Hepirtermi berhubungan dengan Proses Penyakit
1.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
Waktu Intervensi
Tanggal Keperawatan Hasil
Senin, 16 15.30 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Mei 2022 WIT Napas tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 8 jam 1. Monitor Pola Napas,
dengan diharapkan bersihan bunyi napas, monitor
Hipersekresi Jalan jalan napas meningkat sputum
Napas dengan kriteria hasil : Teraupetik
1. Batuk efektif 2. Posisikan Semi fowler
2. Produksi Sputum 3. Berikan minum hangat
menurun 4. Berikan Oksigen
3. Dispnea menurun Edukasi
4. Frekuensi napas 5. Ajarkan teknik batuk
membaik efektif
5. Pola Napas Kolaborasi
membaik 6. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Senin, 16 15.30 Pola Napas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Mei 2022 WIT efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 8 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan Hambatan diharapkan Pola kedalam, upaya napas,
Upaya Napas Napas membaik dan pola napas
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kemampuan
1. Dispnea menurun batuk efektif
2. Penggunaan otot 3. Monitor adanya produksi
bantu napas sputum
menurun 4. Monitor adanya
3. Frekuensi napas sumbatan jalan napas
membaik 5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor hasil x-ray
toraks
Teraupetik
9. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
11. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Senin, 16 15.30 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Mei 2022 WIT berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Agen selama 3 x 8 jam 1. Identifikasi lokasi,
Pencedera diharapkan Nyeri karakteristik, durasi,
Fisiologis menurun dengan frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil : intensitas nyeri.
1. Keluhan Nyeri 2. Identifikasi respon nyeri
menurun non verbal
2. Meringis menurun Teraupetik
3. Berikan teknik
nonfarmakologi untk
mengurangi nyeri
Edukasi
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
Senin, 16 15.30 Hepirtermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Mei 2022 WIT berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan Proses selama 3 x 8 jam 1. Monitor suhu tubuh
Penyakit diharapkan suhu 2. Monitor haluaran urine
tubuh membaik Teraupetik
dengan kriteria hasil : 3. Berikan cairan oral
1. Suhu tubuh Edukasi
membaik 4. Anjurkan tirah baring
2. Suhu kulit Kolaborasi
membaik 5. Kolaborasi pemberian
3. Bradikardi cairan dan elektrolit
menurun.
Regulasi Temperatur
Observasi
1. Monitor TTV
2. Monitor warna dan suhu
kulit
Teraupetik
3. Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi : -
Kolaborasi
4. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
No
Hari/ Para Para
. Jam Implementasi Jam Evaluasi (SOAP)
Tgl f f
Dx
Senin 1 16.05 WI 1. Memonitor Pola 19.0 S:
, 16 T Napas, bunyi 0 - Klien
Mei napas, monitor WIT mengatakan
2022
sputum merasa sesak dan
Hasil : RR : 40 batuk
x/m, Bunyi napas
Ronkhi, sputum O:
berwarna hijau, - tampak
jumlah cairan pengeluaran
sputum ± 10 ml sputum berwarna
2. Memposisikan hijau, jumlah
Semi fowler cairan sputum ±
Hasil : Klien 10 ml
berbaring dengan - Bunyi napas
posisi semi fowler Ronchi
3. Memberikan - Pola napas
minum hangat bradipneu
Hasil : Klien - RR :40x/m
diberikan - SPO2 : 95 %.
minuman hangat
4. Memberikan A :Masalah Bersihan
Oksigen Jalan Napas belum
Hasil : O2 nasal teratasi
kanul 2 liter
5. Mengajarkan P : Intervensi
teknik batuk dilanjutkan
efektif 1. monitor Pola
Hasil : Klien dapat Napas, bunyi
melakukan batuk napas,
secara efektif monitor
6. Berkolaborasi sputum
pemberian 2. posisikan
bronkodilator Semi fowler
Hasil : Kolaborasi 3. berikan
disesuaikan minum
dengan indikasi hangat
4. berikan
Oksigen
5. ajarkan
teknik batuk
efektif
6. kolaborasi
pemberian
bronkodilato
r
Senin 2 16.30 1. Memonitor 19.1 S :
, 16 WIT frekuensi, irama, 0 - Klien
Mei kedalam, upaya WIT mengatakan
2022 napas, dan pola merasa sesak
napas O:
Hasil : RR : 40 - irama
x/m, irama napas pernapasan
bradipneu, tampak bradipnea
penggunaan otot - tampak
bantu pernapasan, penggunaan otot
pola napas bantu napas
ireguler. - RR :40x/m
2. Memonitor - SPO2 : 95 %.
kemampuan batuk
efektif A : Masalah Pola
Hasil : Klien dapat Napas belum teratasi
mengeluarkan
P : Intervensi di
sputum lanjutkan
3. Monitor adanya 1. Monitor
produksi sputum frekuensi,
Hasil : Sputum irama,
berwarna hijau, kedalam,
jumlah cairan upaya napas,
sputum ± 10 ml dan pola
4. Memonitor adanya napas
sumbatan jalan 2. Monitor
napas kemampuan
Hasil : tidak ada batuk efektif
5. Mengauskultasi 3. Monitor
bunyi napas adanya
Hasil : suara napas produksi
Ronkhi sputum
6. Memonitor 4. Monitor
saturasi oksigen adanya
Hasil : SPO2 : 95 sumbatan
% jalan napas
7. Memonitor hasil x- 5. Auskultasi
ray toraks bunyi napas
Hasil : 6. Monitor
Pneumothorax e.c saturasi
Tuberculosis paru oksigen
8. Mengatur interval 7. Monitor
pemantauan hasil x-ray
respirasi sesuai toraks
kondisi pasien 8. Atur interval
Hasil : pemantauan pemantauan
klien dilakukan respirasi
setiap 2 jam sekali sesuai
9. Menjelaskan kondisi
tujuan dan pasien
prosedur 9. Informasikan
pemantauan. hasil
Hasil : klien dan pemantauan,
keluarga jika perlu
memahami
tindakan yang
dilakukan
10. Menginnformasika
n hasil pemantauan
Hasil : Hasil
pemantauan di
laporkan pada
keluarga dan
dokter
Senin 3 17.00 1. Mengidentifikasi 19.1 S:
, 16 WIT lokasi, 5 - Klien
Mei karakteristik, WIT mengatakan
2022 merasa nyeri
durasi, frekuensi,
kualitas dan dada
intensitas nyeri. P : Nyeri terasa
Hasil : Klien semakin berat
mengatakan saat batuk
merasa nyeri dada Q : Nyeri
P : Nyeri terasa dirasakan seperti
semakin berat saat tertusuk - tusuk
batuk R : Nyeri terasa
Q : Nyeri dirasakan di dada
seperti tertusuk - S : Skala 6
tusuk T : nyeri
R : Nyeri terasa di dirasakan hilang
dada timbul
S : Skala 6
T : nyeri dirasakan O:
- Ekspresi wajah
hilang timbul
klien tampak
2. Mengidentifikasi meringis
respon nyeri non
verbal A : Masalah Nyeri
Hasil : ekspresi Akut Belum teratasi
wajah klien
tampak meringis P : Intervensi
dilanjutkan
3. Menganjurkan
1. Identifikasi
menggunakan
lokasi,
analgetik secara
karakteristik,
tepat
durasi,
Hasil : Klien
memahami anjuran frekuensi,
yang disampaikan kualitas dan
4. Berkolaborasi intensitas
dalam pemberian nyeri.
analgetik 2. Identifikasi
Hasil : Pemberian respon nyeri
analgetik diberikan non verbal
sesuai indikasi 3. Anjurkan
menggunaka
n analgetik
secara tepat
4. Kolaborasi
pemberian
analgetik
Senin 4 18.00 1. Memonitor TTV 19.2 A : Masalah
, 16 WIT Hasil : TD : 0 Hipertermi belum
Mei 150/90 mmHg, WIT teratasi
2022 Nadi : 110 x/m
P : Intervensi
RR :40x/m, Suhu dilanjutkan
37,6 0C 1. monitor
2. Memonitor warna TTV
dan suhu kulit 2. monitor
Hasil : suhu kulit warna dan
teraba hangat suhu kulit
3. Memonitor 3. monitor
haluaran urine haluaran
Hasil : ± 1000 cc urine
4. Memberikan 4. berikan
cairan oral cairan oral
Hasil : klien 5. sesuaikan
minum air putih suhu
5. Menyesuaikan lingkungan
suhu lingkungan dengan
dengan kebutuhan kebutuhan
pasien pasien
Hasil : suhu 6. anjurkan
ruangan tirah baring
disesuaikan 7. kolaborasi
dengan keadaan dalam
klien pemberian
6. Menganjurkan cairan dan
tirah baring elektrolit
Hasil : Klien 8. Berkolaboras
tampak tirah i dalam
baring pemberian
7. Berkolaborasi antipiretik,
dalam pemberian jika perlu
cairan dan
elektrolit
Hasil : Cairan IV
RL 16 tpm
8. Berkolaborasi
dalam pemberian
antipiretik
Hasil : PCT
diberikan saat suhu
tubuh > 380C

LITERATUR RIVIEW

Judul/ Desain Sampel Variabel Interve Analisis Hasil Penelitian


Penulis/Ta nsi
hun
Hubungan Penelitia Pada Variabel Pemasa Analisis Hubungan antara
rasio n ini pasien independ ngan data nlr dengan lama
neutrofil bersifat pneumot en : rasio water dilakukan pemasangan wsd,
limfosit dan analitik oraks neutrofil seal dengan nilai iss, dan lama
injury korelatif traumati limfosit drainag mengguna rawat inap masing-
severity dengan s di rsup dan e kan ibm masing didapatkan
score desain dr. injury spss or=3,474, 95% ik:
dengan penelitia Sardjito severity statistics 0,295-40,900,
lama n kohort yogyaka score 24 for p.=0,551;
pemasanga retrospe rta Variabel windows. or=3,474, 95%
n water seal ktif. depende ik:0,295-40,900,
drainage Dari n : lama p.=0,551; dan
pada pasien rekam pemasan or=1,500, 95%
pneumotora medis gan water ik:0,125-17.933,
ks diambil seal p.=1,000. Hasil ini
traumatis data drainage menunjukkan tidak
di rsup dr. yang ada hubungan yang
Sardjito diperluk signifikan antara
yogyakarta an nlr dengan lama
periode dalam pemasangan wsd,
2015- penelitia nilai iss, dan lama
2021/rohm n rawat inap.
ad hadi Hubungan
yulianto/20 antarahubungan
21 rasio neutrofil
limfosit dan injury
severity score
dengan lama
pemasangan water
seal drainage pada
pasien
pneumotoraks
traumatis di rsup
dr. Sardjito
yogyakarta periode
2015-2021 rohmad
hadi yulianto, dr.
R. Haryo aribowo,
sp.b, sp.btkv (k) ;
dr. Sumadi lukman
a., m.sc., ph.d.,
sp.b universitas
gadjah mada, 2021
| diunduh dari
http://etd.repository
.ugm.ac.id/ xvi
nilai iss dengan
lama pemasangan
wsd dan lama
rawat inap masing-
masing didapatkan
or=1,375, 95%
ik:0,451-4,190,
p.=0,575 dan
or=4,350, 95%
ik:1,205-15,702,
p.=0,020. Hasil ini
menunjukkan tidak
ada hubungan yang
signifikan antara
nilai iss dengan
lama pemasangan
wsd, namun
terdapat hubungan
yang signifikan
dengan lama rawat
inap.
Penelitia Sebanya Variabel Pengob Selain itu,
Penatalak n k 78 independ atan studi Tube
sanaan retrospe pasien en : termasu radiologi thoracostomy
pneumoto ktif Pneumot k dilakukan dilakukan pada 48
raks untuk oraks pendek secara pasien sedangkan
traumatis memperj traumati atan retrospekt observasi
pada elas s konserv if oleh dilakukan pada 30
strategi atif dan ahli kasus. Tabung dada
trauma
pengoba Variabel penyisi radiologi dimasukkan pada 6
tumpul tan dan
dada depende pan yang sama pasien setelah 24
hasil n: tabung mengguna jam setelah
terisolasi/ pada
murat
Trauma dada kan peristiwa traumatis.
pasien tumpul komputer Sebanyak 8 pasien
sarıçam/2 dengan CT dan yang mengalami
018 dada
diagnosi CT yang kebocoran udara
s sama. berkepanjangan
pneumot Ukuran dan hemothorax
oraks pneumoto sebagai komplikasi
traumati raks menjalani operasi
s dihitung video-assisted
dengan thoracoscopic. Tak
panduan satu pun dari
computer- pasien
aided mengembangkan
volumetry kematian atau
(CAV). morbiditas.
Kesimpulan.
Pneumotoraks
traumatis menuntut
diagnosis dan
pengobatan yang
cepat. Pemantauan
semua pasien
bahkan dengan
ukuran kecil
pneumotoraks
traumatis
setidaknya 24 jam
awal penilaian
mereka dan
menerapkan tabung
dada untuk kasus
yang memiliki
pneumotoraks lebih
besar dari 50%
pada pemeriksaan
pertama harus
menjadi modalitas
yang tepat untuk
pengobatan. Selain
itu, pendekatan
invasif minimal
dari bedah
torakoskopi dengan
bantuan video
bermanfaat untuk
mengatasi
komplikasi trauma
toraks.

Karakteristi desain pasien Variable Penyusun Hasil penelitian


k dan kohort pneumot nya an yang dilakukan
faktor- retrospe oraks adalah literatur Dari 104 pasien
faktor yang ktif yang Identifika pada yang memenuhi
mempengar dirawat si jurnal ini kriteria, ditemukan
uhi inap di masalah terorganis laki-laki sebanyak
kesintasan RSCM pada ir dengan 78 subjek (73,1%)
pasien variabel logis. dengan rerata usia
pneumotora independ Penulisan 39,7 (SB 16,2)
ks di rumah en jurnal tahun. Keluhan
sakit cipto meliputi mengguna respirasi terbanyak
mangunkus asma kan berupa sesak napas
umo, bronkial, analistik (99%) dan kelainan
jakarta / penyakit kritis pada pemeriksaan
Dipdo paru berdasark fisik hipersonor
PWidjaya, obstruktif an (97,1%). Foto
Zulkifli kronik literature polos toraks
Amin, (PPOK), yang ada menunjukkan
Suprayitno, artritis dengan hiperlusen
Rahmi reumatoi membandi avaskular (91,4%).
Afifi, d, ngkan Faktor penyebab
Hamzah pneumon temuan kejadian yang
Shatri / ia, pada terbanyak adalah
2018 tuberkulo penelitian merokok (41,3%),
sis paru, sebelumn pneumonia
keganasa ya dengan (40,3%), dan
n paru, hasil yang tuberculosis
kebiasaan diperoleh (35,5.%). Jenis
merokok, oleh pneumotoraks
faktor penulis. terbanyak adalah
iatrogeni Sehingga pneumotoraks
k, dan memungk spontan sekunder
trauma. inkan (47,1%). Sebagian
Variabel penelitian besar kasus ditata
depende terbaru laksana dengan
n yang akan pemasangan water-
digunaka memberik sealed drainage
n adalah an (WSD), yaitu
kesintasa informasi 94,2%. Keluaran
n pada yang lebih pasien
pasien baru dan pneumotoraks
pneumot yang hidup sebanyak
oraks. mana 66,3%. Penyebab
akan kematian terbanyak
sangat pada pasien
bermanfaa pneumotoraks saat
t bagi perawatan adalah
pembaca gagal napas
dengan (45,8%). Faktor-
pembahar faktor yang
uan- memperburuk
pembahar kesintasan pasien
uan yang pneumotoraks
ada. adalah trauma dada
(HR=3,49; IK95%
1,52-8,04) dan
tuberkulosis paru
(HR=3,33; IK95%
1,39-7,99).

DAFTAR PUSTAKA
Tartowo wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta:
salemba medika

Tartowo, wartonah. 2007. Kebutuhan dasar & proses keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika.
Jakarta

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta

Buku Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 

Iqbal mubarak SKM, wahit. 2005. Buku kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: penerbit Buku
Kedokteran ECG
Potter & Perry (2005) Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Dan Praktik Edisi : 4 Vol.
2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai