Anda di halaman 1dari 16

TRAUMA DADA

KELOMPOK 3 :
1. Rizkyka Putri Ananda
2. Atun Anisafitri

Keperawatan Gawat Darurat


PENGERTIAN
 Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001).

 Dapat disimpulkan bahwa Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya
benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan
abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma
dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga
thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi patologis
traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.
MEKANISME TRAUMA DADA
KEJADIAN TRAUMA DADA
01 TUMPUL
 Kejadian
1. Benturan Langsung ( Direct Blow)
2. Cedera Deselerasi ( Tubuh membentur daerah yang diam )
3. Cedera Akibat Kompresi

KEJADIAN TRAUMA DADA TEMBUS


02  Sering akibat trauma tusuk, kelainan yang dapat terjadi :
1. Laserasi/luka paru bag perifer
2. Hemotoraks
3. Pneumotoraks
4. Cedera jantung, pembuluh darah besar/esofagus
ETIOLOGI

1. Trauma thoraks kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan


lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul dinding
thoraks
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui
dinding thoraks
Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
11. Ada jejas pada thorak
12. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi
vena leher
13. Bunyi muffle pada jantung
14. Perfusi jaringan tidak adekuat
15. Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi
dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
1.Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
 Diagnostik :Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
 Terapi :Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat kembali seperti yang
seharusnya.
 Preventive : Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanis of breathing" tetap baik.
3. Dinyatakan berhasil, bila :
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :  Paru sudah mengembang penuh
 Mencegah infeksi di bagian masuknya slang. pada pemeriksaan fisik dan
 Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. radiologi.
 Mendorong berkembangnya paru-paru.  Darah cairan tidak keluar dari
 Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction. WSD / Bullow drainage.
 Suction harus berjalan efektif  Tidak ada pus dari selang WSD.
 Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
FARMOKOLOGI
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan torakosentesis
jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis
dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang
harus segera dilakukan (Hudak dalam Harsismanto, 2018)
a. Konservatif
 Pemberian analgetik
 Pemasangan plak/plester
 Jika perlu antibiotika
 Fisiotherapy
b.Operatif/invasif
 Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
 Pemasangan alat bantu nafas.
 Pemasangan drain.
 Aspirasi (thoracosintesis)
 Operasi (bedah thoraxis)
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1.      Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2.      Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
3.      Pengobatan terakhir.
4.      Pengalaman pembedahan.
5.      Riwayat penyakit dahulu.
6.      Riwayat penyakit sekarang.
7.      Dan Keluhan
2. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk
Terdapat retraksi klavikula/dada
Pengambangan paru tidak simetris
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup)
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
3. Sistem Kardiovaskuler :
 Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
 Takhikardia, lemah
 Pucat, Hb turun /normal
 Hipotensi.
4. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.
5. Sistem Perkemihan : Tidak ada kelainan.
6. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.
7. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
 Kemampuan sendi terbatas
 Ada luka bekas tusukan benda tajam
 Terdapat kelemahan
 Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
8. Sistem Endokrine :
 Terjadi peningkatan metabolisme
 Kelemahan.
9. Sistem Sosial / Interaksi : Tidak ada hambatan.
10. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru
yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma
jaringan dan reflek spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
6. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
organisme sekunder terhadap trauma.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal
karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.

Kriteria hasil :
-Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
-Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
-Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab

Intervensi :
-Berikan posisi yang  nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi
yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
-Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda
vital.
-Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
-Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

Tujuan :  Jalan napas lancar/normal

Kriteria hasil :
-Menunjukkan batuk yang efektif.
-Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
-Klien nyaman.

Intervensi :
-Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
-Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
-Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
-Lakukan pernapasan diafragma.
-Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi  dan fisioterapi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai