Oleh:
T.A 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,segala puji hanya bagi allah yang telah memberikan rahmat serta
petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan “MAKALAH ASKEP GAGAL GINJAL
AKUT” ini. Asuhan keperawatan ini disusun dengan maksud untuk mempermudah para
pembaca.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun asuhan keperawatan ini,khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah kgd yang
telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa proses penyusunan asuhan keperawatan ini tidaklah mudah
sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam teknik penulisan,tata
bahasa maupun isinya. Oleh karena itu,kami sangat harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun,guna menyempurnakan asuhan keperawatan yang selanjutnya.
Semoga asuhan keperawatan diabetes melitus ini dapat bermanfaat. Akhir kata,kami
sampaikan terimakasih.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
2.1. Penyakit Gagal Ginjal Akut.........................................................................................................3
2.1.1. Pengertian............................................................................................................................3
2.1.2. Etiologi................................................................................................................................3
2.1.3. Patofisiologi.........................................................................................................................4
2.1.4. Perjalanan klinis...................................................................................................................5
2.1.5. Pemeriksaan Laboratorium..................................................................................................6
2.1.6. Pencegahan..........................................................................................................................8
2.1.7. Penatalaksanaan...................................................................................................................8
2.1.8. Pathway Gagal Ginjal Akut...............................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................22
3.1. Hasil Studi Kasus............................................................................................................................22
3.1.1. ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT.......................................................22
3.1.2. Pengkajian.........................................................................................................................22
3.1.3. Diagnosa keperawatan.......................................................................................................27
3.1.4. Rencana Keperawatan........................................................................................................27
3.1.5. Implementasi......................................................................................................................31
3.1.6. Evaluasi.............................................................................................................................35
BAB IV.....................................................................................................................................................40
4.1. Kesimpulan................................................................................................................................40
4.2. Saran..........................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Akut
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan GGA Mahasiswa
mampu menegakkan diagnosa keperawatan
2. Mahasiswa mampu membuat intervensi untuk klien GGA Mahasiswa mampu
mengimplementasikan rencana tindakan yang telah dibuat
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien
dengan GGA
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal.
Gagal ginjal adalah Suatu syndroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yg nyata dan cepat disertai
terjadinya azotemia . Dapat disertai Oliguria(produksi urine <400 cc/hr atau Non
oliguria. Disebut Nekrosis Tubulus Akut (NTA) secara histologis padahal tidak selalu
ditemukan Nekrosis pada tubulus.. Istilah NTA bisa untuk membedakan bentuk GGA
reversibel yg disebabkan oleh faktor-faktor diluar ginjal ( prerenal / postrenal )
2.1.2. Etiologi
Sampe saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi Gagal Ginja Akut
dengan tiga katagori meliputi: pra renal, renal dan pasca renal. Tiga kategori utama
kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
a. Kondisi Pra Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan
terjadinya hipoperfusi renal adalah :
1) Hipofolemik (perdarahan post partum, luka bakar, kehilangan cairan dari gastro
intestinal, pankreatitis, pemakaian diuritik berlebihan).
2) fasodilatasi (sepsis atau anfilaksis).
3) penurunan curah jantung (distritmia, infak miokardium, gagal jantung konghesif,
shok kardiogenik, emboli paru).
4) obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombopsis).
3
b. Kondisi Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus
ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1) trauma langsung pada ginjal dan cedra akibat terbakar
2) iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pasca bedah).
3) reaksi transpusi (DIC akibat transfusi tidak cocok).
4) penyakit glumerofaskular ginjal: glumerulunefritis, hipertensi maligna.
5) nefritis interstitial akut: infeksi berat, induksi obat-obat nefrotoksin.
c. Kondisi pascaRenal (obstruksi aliran urin)
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi
sebagai berikut :
1) obstruksi muara pesika urinaria: hipertropi prostat, karsinoma.
2) obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumabatan dari tumor.
2.1.3. Patofisiologi
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
a. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
b. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai dengan
peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal
4
(urea, kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama
kalinya gejala uremik muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia
terjadi.
c. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda
perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun.
Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan
masih diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini.
Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
d. Periode Penyembuhan
o Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 - 12 bulan
o Nilai laboratorium akan kembali normal
o Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% - 3%
5
Dimana pengeluaran kemih >400 cc /hr – tidak melebihi 4liter/hr berlangsung 2-3
minggu
Penyebab diuresis adalah diuresis osmotik karena tingginya kadar urea darah atau
kegagalan tubulus utk mempertahankan garam dan air yg difiltrasi
Stadium Penyembuhan
Berlangsung s/d setahun membaik sedkit demi sedikit
6
14) SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan
GF.
15) Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah
(1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya
ada proteinuria minimal.
16) Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan
selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal
terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
b. Darah :
1) Hb. : menurun pada adanya anemia.
2) Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan
hidup.
3) PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4) BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5) Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6) Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular
( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7) Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8) Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9) Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10) Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan
sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada kecurigaan adanya sumbatan pada saluran
kemih. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan jika
diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah.
7
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika pemeriksaan
tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal akut, maka dilakukan
biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis)
2.1.6. Pencegahan
Untuk mengurangi risiko gagal ginjal kronis, cobalah untuk:
a. Jika anda minum minuman beralkohol maka minumlah dengan tidak berlebihan akan
tetapi sebaiknya anda menghindarinya
b. Jika anda menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas. Ikuti petunjuk yang ada
pada kemasannya. Menggunakan obat dengan dosis yang terlalu tinggi dapat merusak
ginjal. Jika anda memiliki sejarah keluarga dengan penyakit ginjal, tanyalah dokter
anda obat apa yang aman bagi anda
c. Jaga berat badan sehat anda dengan berolahraga rutin.
d. Jangan merokok dan jangan memulai untuk merokok
e. Kontrol kondisi medis anda dengan bantuan dokter jika kondisi tersebut
meningkatkan risiko gagal ginjal.
2.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakit primer yang menyebabkan
gagal ginjal akut tersebut, dan berdasarkan keadaan klinis yang muncul.
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses,
drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantian cairan.
b. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
8
1)Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat
sementara untuk menangani heperkalemia)
2)Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan
bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
3)Pembatasan diit kalium
4)Dialisis
c. Menurunkan laju metabolisme
1) Tirah baring
2) Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
d. Pertimbangan nutrisional
1) Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
2) Tinggi karbohidrat
3) Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi,
maksimal 2 gram/hari
4) Bila perlu nutrisi parenteral
e. Merawat kulit
1) Masase area tonjolan tulang
2) Alih baring dengan sering
3) Mandi dengan air dingin
f. Koreksi asidosis
1) Memantau gas darah arteri
2) Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
3) Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk
mengurangi keasaman
g. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu
penyembuhan luka.
9
Volume overload
penurunan GFR
edema paru DX: defisit vol ketidak seimbangan keram otot↑ mual muntah
cairan elektrolit
defisit neurologik
risiko tinggi jantung DX: resiko DX:curah jantung ↓
DX: intoleransi aktifitas
aritmia
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT
1.1.2. Pengkajian
Nama : Tn. KD
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Suku : Timor Leste
Agama : Katholik
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar
Tempat tinggal : Naibonat.
Keluhan utama : Tn. KD mengeluh mual, pusing; Tn. KD mengatakan ia sudah menderita
sakit gagal ginjal sejak bulan Februari tahun 2018 dan sementara melakukan haemodialisa (HD)
2 kali seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jumat. Pada tanggal 12 Juli 2019 saat akan
melakukan HD pasien merasa pusing, mual dan lemah serta gatal – gatal pada daerah perut.
Pasien mengatakan ada bengkak pada punggung kaki kanan, nyeri saat buang air kecil.
Riwayat keluhan utama : mulai timbul keluhan sejak bulan februari, tahun 2018, pasien
didiagnosa CKD stadium V, terdapat oedema pada punggung kaki kanan, keluhan lain yang
menyertai Tn. KD batuk berdahak, sering sesak napas dan gatal – gatal di perut.
Riwayat penyakit sebelumnya : Tn. KD pernah menderita sakit darah tinggi sejak bulan
februari tahun 2018 dan cara mengatasinya berobat jalan di Puskesmas. Pasien alergi makan ikan
segar sejak tahun 1993. Kebiasaan pasien merokok 2 bks/hari sejak usia remaja dan baru
berhenti merokok pada tahun 2018, pasien sering mengkonsumsi alkohol jika diajak teman dan
baru istirahat tahun 2004.
Riwayat kesehatan keluarga : ayah dari Tn. KD adalah penderita hipertensi sampai meninggal.
Pemeriksaan fisik :
22
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 20x/menit,
Konjungtiva : anemis,
Bibir : lembab
Pada mulut
Pada pemeriksaan palpasi : Ada nyeri tekan pada daerah simpisis dengan skala nyeri
2.
22
Tingkat kesadaran, GCS (E/M/V) : 4/5/6.
Turgor : elastis.
Sebelum sakit
Pola makan pasien nasi dan sayur dengan frekuensi makan sedang 3x/hari. Makanan
pantangan ikan segar. Banyaknya minuman dalam sehari 1500 – 2000 cc/hari. Berat badan
sebelum sakit 51 kg dan TB 162 cm. Selama sakit penurunan berat badan 6 kg sehingga
berat badan terakhir 45 kg.
Selama sakit
Pada pemeriksaan palpasi : Ada nyeri tekan pada daerah simpisis dengan skala nyeri
2.
22
Pemeriksaan Musculoskeletal : ada nyeri otot dan nyeri sendi,
Turgor : elastis.
Sebelum sakit
Pola makan pasien nasi dan sayur dengan frekuensi makan sedang 3x/hari. Makanan
pantangan ikan segar. Banyaknya minuman dalam sehari 1500 – 2000 cc/hari. Berat badan
sebelum sakit 51 kg dan TB 162 cm. Selama sakit penurunan berat badan 6 kg sehingga
berat badan terakhir 45 kg.
Selama sakit
Nafsu makan menurun. Pada pola eliminasi pasien KD buang air kecil 3 – 4x/hari, warna
kuning daun te
h, bau amoniak dengan jumlah 1500 cc/hari. Perbahan selama sakit, BAK sedikit, produksi
urine 500 – 600 cc/hari. Pasien istirahat dan tidur malam jam 20.00 Wita, bangun pagi jam
05.00 Wita. Pasien mudah terbangun dan sulit untuk tidur lagi kecuali lingkungan tenang,
dan sehari pasien tidur 8 - 9 jam.
22
Pada pola interaksi sosial
Orang yang terpenting / terdekat adalah istri, jika ada masalah dalam keluarga selalu
diskusi bersama dan anggota keluarga berinteraksi dengan baik. Dalam kegiatan
keagamaan, pasien taat menjalankan ibadah, jika sehat setiap minggu ke gereja.
Keadaan psikologis
Selama sakit, pasien berharap selama pengobatan dan perawatan, ia dapat sembuh dan
pulih kembali dan ingin berkumpul kembali dengan istri dan anak – anaknya. Interaksi
pasien dengan tenaga kesehatan dan lingkungannya : pasien berinteraksi baik dengan
tenaga kesehatan dan lingkungannya.
Pemeriksaan Laboratorium : pada tanggal 15 Juli 2019 jam 10.00 Wita didapati
IVFD NaCL 1 tetes/menit (100cc/24 jam), furosemid NS 100cc, aspar K 3x1 tablet,
micardis 80 mg – 0-0, cloridin 3x0,5 mg, asamfolat 2x1 tablet, Livron B plex 0-1 – 1,
tranfusi darah 1 bag/hari.
Analisa data.
24
Data subjektif : Bersihan jalan napas tidak efektif
pasien mengatakan batuk berdahak sejak 1
minggu yang lalu.
Data objektif :
pasien tampak batuk berdahak dan dahak sulit
dikeluarkan.
Data subjektif : Intolarensi aktifitas
pasien mengatakan lemah, pusing, mual dan
nafsu makan menurun.
Data objektif :
pasien tampak pucat pada wajah,
konjungtiva anemis pada pemeriksaan
laboratorium, HB 7,7 gr%.
24
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
24
dengan penurunan meningkatkan kadar tapi sering. mengevaluasi
oksihaemoglobulin. haemoglobin dalam 3. Beri minum air intervensi
batas normal. hangat. 2. Memenuhi
Dalam jangka waktu 4. Kolaborasi dengan kebutuhan nutrisi
3x24 jam, pasien akan petugas gizi untuk pasien dan
meningkatkan kadar HB pengaturan diet. meningkatkan
dengan kriteria hasil : 5. Kolaborasi dengan energi.
1. Tidak mual dan medis untuk tranfusi 3. Air hangat dapat
muntah darah. merangsang
2. Tidak lemah dan kenyamanan
lesu perut agar tidak
3. Wajah tidak merasa mual.
pucat 4. Memenuhi
4. Konjungtiva kebutuhan nutrisi
tidak anemis. pasien.
5. Meningkatkan
kadar HB.
24
pada kulit
berkurang.
3. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban
kulit.
24
mengeluarkan secret atau
batuk efektif Pada hari Selasa tanggal 16 Juli
6. Memberikan minum air 2021 jam 13.00
hangat 1 gelas (200cc). S : pasien mengatakan masih
7. Mengatur posisi tidur batuk, pasien juga mengatakan
yang nyaman dengan mengerti dengan apa yang sudah
posisisemi fowler diajarkan perawat yaitu
8. Memberikan minum air mengajarkan batuk efektif dan
hangat 1 gelas (200cc). napas dalam.
O : Memberi pasien air hangat 1
gelas, batuk tanpa lender.
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan.
2. Intoleransi aktivitas 1. Memberi makan pada Pada hari Senin tanggal 15 Juli
pasien. 2021 jam 13.30
2. Melaksanakan tindakan S : pasien mengatakan masih
kolaborasi dengan mual, pusing dan tidak ada
petugas gizi untuk nafsu makan.
pengaturan diet. O : pasien tampak pucat pada
3. Melaksanakan tindakan wajah, konjungtiva anemis,
24
kolaborasi untuk pasien tampak menghabiskan
persiapan tranfusi darah seperempat porsi makanan
serta menjelaskan kepada dengan diet nasi rendah protein.
pasien tindakan yang Pasien kooperatif dengan apa
akan dilakukan. yang telah disampaikan perawat
4. Melaksanakan tindakan untuk persiapan transfuse darah
kolaborasi untuk (tindakan kolaboratif), tidak ada
persiapan transfuse darah tanda – tanda reaksi alergi.
hari kedua serta A : masalah belum teratasi.
menjelaskan kepada P : Intervensi dilanjutkan.
pasien dan keluarga
tentang rencana tindakan Hari Selasa tanggal 16 Juli 2021
transfuse darah dan jam 13.00
reaksi alergi yang S : pasien mengatakan tidak
mungkin muncul mual lagi, pusing berkurang,
5. Monitoring tanda – tanda pasien sudah bisa menghabiskan
reaksi alergi setengah porsi makanan yang
6. Melaksanakan tindakan disiapkan.
kolaborasi untuk O : Pucat pada wajah berkurang,
persiapan transfuse darah pemeriksaan laboratorium HB
hari ketiga 8,6 gr%, observasi tanda – tanda
7. Monitoring tanda – tanda alergi tidak terlihat, tindakan
reaksi alergi kolaboratif dilaksanakan untuk
hari kedua yaitu pemasangan 1
bag darah golongan O.
A : masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
24
O : pasien tampak
menghabiskan 1 porsi NRP,
pemeriksaan laboratorium HB
9,9 gr%, .
A : masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang.
3. Resiko gangguan integritas 1. Menasihati pasien agar Pada hari Senin tanggal 15 Juli
kulit selalu menjaga 2021 jam 13.30
kebersihan diri dengan S : pasien mengatakan masih
cara mandi dan gatal di area perut, pasien juga
menggunakan baju mengatakan mengerti dengan
(pakaian) yang longgar apa yang sudah disampaikan
dan bersih perawat.
2. Mengobservasi luas dan O : terlihat pasien masih
lokasi pruritis manggaruk pada bagian
3. Melaksanakan tindakan abdomen.
kolaborasi untuk A : masalah belum teratasi.
pengobatan pruritis. P : Intervensi dilanjutkan.
4. Membantu pasien untuk
melaksanakan persiapan Hari Selasa tanggal 16 Juli
HD dengan memonitor 2021jam 14.00
TTV S : pasien mengatakan bahwa
5. Mengantar pasien ke telah siap untuk tindakan
ruang HD kolaboratif yaitu haemodialisa.
6. Mengobservasi luas dan O : Observasi TTV dan timbang
lokasi pruritis berat badan, observasi pruritis
7. Menasihati pasien agar berkurang.
tetap menjaga kebersihan A : masalah teratasi sebagian.
diri danlingkungan jika P : Intervensi dilanjutkan.
pasien pulang
24
Hari Rabu tanggal 17 Juli 2021
jam 14.10
S : pasien mengatakan sudah
tidak gatal – gatal lagi.
O : Luas dan lokasi pruritis
tidak terlihat.
A : masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang.
BAB IV
PENUTUP
24
4.1. Kesimpulan
Gagal Ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak mampu mengangkut
sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal.
4.2. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Bagi perawat dan tenaga medis
Askep Gagal Ginjal ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada
rumah sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.
2. Bagi masyarakat
3. Bagi mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
24
Arif Muttaqin, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba
Medika: Jakarta
Brunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jilid 2, EGC,
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
24