Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

GAGAL GINJAL AKUT

Dosen Pembimbing : Ns.Mutia Dwi Sagita S. Kep., M. Kep.

Mata kuliah : KGD

Oleh:

1. Ridho Rizky (19010010)


2. Sri Bulandari (19010014)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji hanya bagi allah yang telah memberikan rahmat serta
petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan “MAKALAH ASKEP GAGAL GINJAL
AKUT” ini. Asuhan keperawatan ini disusun dengan maksud untuk mempermudah para
pembaca.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun asuhan keperawatan ini,khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah kgd yang
telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa proses penyusunan asuhan keperawatan ini tidaklah mudah
sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam teknik penulisan,tata
bahasa maupun isinya. Oleh karena itu,kami sangat harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun,guna menyempurnakan asuhan keperawatan yang selanjutnya.

Semoga asuhan keperawatan diabetes melitus ini dapat bermanfaat. Akhir kata,kami
sampaikan terimakasih.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
2.1. Penyakit Gagal Ginjal Akut.........................................................................................................3
2.1.1. Pengertian............................................................................................................................3
2.1.2. Etiologi................................................................................................................................3
2.1.3. Patofisiologi.........................................................................................................................4
2.1.4. Perjalanan klinis...................................................................................................................5
2.1.5. Pemeriksaan Laboratorium..................................................................................................6
2.1.6. Pencegahan..........................................................................................................................8
2.1.7. Penatalaksanaan...................................................................................................................8
2.1.8. Pathway Gagal Ginjal Akut...............................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................22
3.1. Hasil Studi Kasus............................................................................................................................22
3.1.1. ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT.......................................................22
3.1.2. Pengkajian.........................................................................................................................22
3.1.3. Diagnosa keperawatan.......................................................................................................27
3.1.4. Rencana Keperawatan........................................................................................................27
3.1.5. Implementasi......................................................................................................................31
3.1.6. Evaluasi.............................................................................................................................35
BAB IV.....................................................................................................................................................40
4.1. Kesimpulan................................................................................................................................40
4.2. Saran..........................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................41

1
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1.1. Latar Belakang


Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicablediseases)
terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik,
sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan
masyarakat utama.
Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga
dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasienmengalami komplikasi
yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner,gagal ginjal, dan penyakit
pembuluh darah perifer.
Gagal ginjal atau acute kidney injury (AKI) yang dulu disebut injury acuterenal
failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba atau parah padafungsi filtrasi
ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasikreatinin serum atau
azotemia (peningkatan konsentrasi BUN (blood Urea Nitrogen).Setelah cedera ginjal terjadi,
tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan
ginjal adalah penurunan produksi urin.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal akut berkisar antara 20-90%.Kematian di
dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar 70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL kreatinin serum
merupakan prognostik penting yang signifikan. Peningkatan kadar kreatinin juga bisa
disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dantrimehoprim) yang menghambat sekresi
tubular ginjal. Peningkatan nilai BUN juga dapat terjadi tanpa disertai kerusakan ginjal,
seperti pada perdarahan mukosa atau saluran pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan
protein. Oleh karena itudiperlukan pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah
seseorang terkena kerusakan ginjal atau tidak.

1
1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Akut

b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan GGA Mahasiswa
mampu menegakkan diagnosa keperawatan
2. Mahasiswa mampu membuat intervensi untuk klien GGA Mahasiswa mampu
mengimplementasikan rencana tindakan yang telah dibuat
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien
dengan GGA

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Penyakit Gagal Ginjal Akut

2.1.1. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal.
Gagal ginjal adalah Suatu syndroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yg nyata dan cepat disertai
terjadinya azotemia . Dapat disertai Oliguria(produksi urine <400 cc/hr atau Non
oliguria. Disebut Nekrosis Tubulus Akut (NTA) secara histologis padahal tidak selalu
ditemukan Nekrosis pada tubulus.. Istilah NTA bisa untuk membedakan bentuk GGA
reversibel yg disebabkan oleh faktor-faktor diluar ginjal ( prerenal / postrenal )

2.1.2. Etiologi
Sampe saat ini para praktisi klinik masih membagi etiologi Gagal Ginja Akut
dengan tiga katagori meliputi: pra renal, renal dan pasca renal. Tiga kategori utama
kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
a. Kondisi Pra Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan
terjadinya hipoperfusi renal adalah :
1) Hipofolemik (perdarahan post partum, luka bakar, kehilangan cairan dari gastro
intestinal, pankreatitis, pemakaian diuritik berlebihan).
2) fasodilatasi (sepsis atau anfilaksis).
3) penurunan curah jantung (distritmia, infak miokardium, gagal jantung konghesif,
shok kardiogenik, emboli paru).
4) obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombopsis).

3
b. Kondisi Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus
ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
1) trauma langsung pada ginjal dan cedra akibat terbakar
2) iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pasca bedah).
3) reaksi transpusi (DIC akibat transfusi tidak cocok).
4) penyakit glumerofaskular ginjal: glumerulunefritis, hipertensi maligna.
5) nefritis interstitial akut: infeksi berat, induksi obat-obat nefrotoksin.
c. Kondisi pascaRenal (obstruksi aliran urin)
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi
sebagai berikut :
1) obstruksi muara pesika urinaria: hipertropi prostat, karsinoma.
2) obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumabatan dari tumor.

Gambar 2.2: etiologi dari Gagal Ginjal Akut

2.1.3. Patofisiologi
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
a. Periode Awal
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
b. Periode Oliguri
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai dengan
peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal

4
(urea, kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama
kalinya gejala uremik muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia
terjadi.
c. Periode Diuresis
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda
perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun.
Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan
masih diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini.
Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
d. Periode Penyembuhan
o Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 - 12 bulan
o Nilai laboratorium akan kembali normal
o Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% - 3%

Gambar 2.3: Gagal Ginjal Akut

2.1.4. Perjalanan klinis


Ada 3 stadium dalam perjalanan klinis pada gagal ginjal akut:
a. stadium Oliguria
b. stadium Diuresis
c. stadium Pemulihan
 Stadium Oliguria
Sering terjadi pada paska operasi biasanya timbul setelah 24-48 jam setelah trauma
oleh sebab nefrotoksik
 Stadium Diuresis

5
Dimana pengeluaran kemih >400 cc /hr – tidak melebihi 4liter/hr berlangsung 2-3
minggu
Penyebab diuresis adalah diuresis osmotik karena tingginya kadar urea darah atau
kegagalan tubulus utk mempertahankan garam dan air yg difiltrasi
 Stadium Penyembuhan
Berlangsung s/d setahun membaik sedkit demi sedikit

2.1.5. Pemeriksaan Laboratorium


a. Urin
1) Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, serta osmolaritas.
2) Urin : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas, dan berat jenis.
3) Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan asam urat.
4) Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
5) Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia, hipernatremia atau
hiponatremia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia.
6) Volume urine biasanya kurang dari 400 ml/24 jam yang terjadi dalam 24 jam
setelah ginjal rusak.
7) Warna urine : kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
Mioglobin, porfirin.
8) Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukan penyakit ginjal, contoh :
glomerulonefritis, piolonefritis dengan kehilangankemampuan untuk
memekatkan; menetap pada 1,010menunjukan kerusakan ginjal berat.
9) PH. Urine : lebih dari 7 ditemukan pada ISK., nekrosis tubular ginjal, dan gagal
ginjal kronik.
10) Osmolaritas urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan ginjal, dan
ratio urine/serum sering 1:1.
11) Klierens kreatinin urine : mungkin secara bermakna menurun sebelum BUN dan
kreatinin serum menunjukan peningkatan bermakna.
12) Natrium Urine : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/L bila ginjal
tidak mampu mengabsorbsi natrium.
13) Bikarbonat urine : Meningkat bila ada asidosis metabolik.

6
14) SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma, tumor, atau peningkatan
GF.
15) Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat menunjukan kerusakan
glomerulus bila SDM dan warna tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah
(1-2+) dan SDM menunjukan infeksi atau nefritis interstisial. Pada NTA biasanya
ada proteinuria minimal.
16) Warna tambahan : Biasanya tanpa penyakit ginjal ataui infeksi. Warna tambahan
selular dengan pigmen kecoklatan dan sejumlah sel epitel tubular ginjal
terdiagnostik pada NTA. Tambahan warna merah diduga nefritis glomular.
b. Darah :
1) Hb. : menurun pada adanya anemia.
2) Sel Darah Merah : Sering menurun mengikuti peningkatan kerapuhan/penurunan
hidup.
3) PH : Asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi karena penurunan
kemampuan ginjal untuk mengeksresikan hidrogen dan hasil akhir metabolisme.
4) BUN/Kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio 10:1
5) Osmolaritas serum : lebih beras dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.
6) Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan selular
( asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
7) Natrium : Biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
8) Ph; kalium, dan bikarbonat menurun.
9) Klorida, fosfat dan magnesium meningkat.
10) Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, dan penurunan
sintesis,karena kekurangan asam amino esensial
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan bila ada kecurigaan adanya sumbatan pada saluran
kemih. EKG mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam/basa Angiografi (pemeriksaan rontgen pada arteri dan vena) dilakukan jika
diduga penyebabnya adalah penyumbatan pembuluh darah.

7
Pemeriksaan lainnya yang bisa membantu adalah CT scan dan MRI. Jika pemeriksaan
tersebut tidak dapat menunjukkan penyebab dari gagal ginjal akut, maka dilakukan
biopsi (pengambilan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopis)

2.1.6. Pencegahan
Untuk mengurangi risiko gagal ginjal kronis, cobalah untuk:
a. Jika anda minum minuman beralkohol maka minumlah dengan tidak berlebihan akan
tetapi sebaiknya anda menghindarinya
b. Jika anda menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas. Ikuti petunjuk yang ada
pada kemasannya. Menggunakan obat dengan dosis yang terlalu tinggi dapat merusak
ginjal. Jika anda memiliki sejarah keluarga dengan penyakit ginjal, tanyalah dokter
anda obat apa yang aman bagi anda
c. Jaga berat badan sehat anda dengan berolahraga rutin.
d. Jangan merokok dan jangan memulai untuk merokok
e. Kontrol kondisi medis anda dengan bantuan dokter jika kondisi tersebut
meningkatkan risiko gagal ginjal.

2.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan harus ditujukan kepada penyakit primer yang menyebabkan
gagal ginjal akut tersebut, dan berdasarkan keadaan klinis yang muncul.
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.

Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses,
drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantian cairan.

b. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :

8
1)Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat
sementara untuk menangani heperkalemia)
2)Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan
bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
3)Pembatasan diit kalium
4)Dialisis
c. Menurunkan laju metabolisme
1) Tirah baring
2) Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
d. Pertimbangan nutrisional
1) Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
2) Tinggi karbohidrat
3) Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi,
maksimal 2 gram/hari
4) Bila perlu nutrisi parenteral
e. Merawat kulit
1) Masase area tonjolan tulang
2) Alih baring dengan sering
3) Mandi dengan air dingin
f. Koreksi asidosis
1) Memantau gas darah arteri
2) Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
3) Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk
mengurangi keasaman
g. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu
penyembuhan luka.

Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera


dilakukan dialisis :

9
Volume overload

1) Kalium > 6 mEq/L


2) Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
3) BUN > 120 mg/dl
4) Perubahan mental signifikan

2.1.1. Pathway Gagal Ginjal Akut

iskemia atau nefrotoksin

penurunan alliran kerusakan sel tubulus kerusakan


darah glumerulus
22
↑ pelepasan NaCL ke obstruksi tubulus kebocoran filtrasi ↓ultrafiltrasi
aliran darah↓ makula densa glumerulus

penurunan GFR

Gagal Ginjal Akut respon psikologis

penurunan produksi urine kecemasan pemenuhan informasi

metaboli pd ajringan ↑ metabolik pada


retansi cairan deurisis ginjal ekskresi kalium ↓
otot↑ gastrointestinal

edema paru DX: defisit vol ketidak seimbangan keram otot↑ mual muntah
cairan elektrolit

DX: pola nafas tdk kelemahan fisik respon intake nutrisi td


PH pd cairan
efektif hiperkalemi nyeri kadekuat
serebro spinal
perfusi serebral
kerusakan hantaran perubahan kondisi nyeri gangguan
ADL DX: pemenuhan
impuls saraf elektrikal jantung
nutrisi ↓

defisit neurologik
risiko tinggi jantung DX: resiko DX:curah jantung ↓
DX: intoleransi aktifitas
aritmia

Arif Muttaqin, dkk. (2011).

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT

1.1.2. Pengkajian
Nama : Tn. KD
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Suku : Timor Leste
Agama : Katholik
Pekerjaan : Petani
Pendidikan Akhir : Sekolah Dasar
Tempat tinggal : Naibonat.

Keluhan utama : Tn. KD mengeluh mual, pusing; Tn. KD mengatakan ia sudah menderita
sakit gagal ginjal sejak bulan Februari tahun 2018 dan sementara melakukan haemodialisa (HD)
2 kali seminggu yaitu setiap hari Selasa dan Jumat. Pada tanggal 12 Juli 2019 saat akan
melakukan HD pasien merasa pusing, mual dan lemah serta gatal – gatal pada daerah perut.
Pasien mengatakan ada bengkak pada punggung kaki kanan, nyeri saat buang air kecil.

Riwayat keluhan utama : mulai timbul keluhan sejak bulan februari, tahun 2018, pasien
didiagnosa CKD stadium V, terdapat oedema pada punggung kaki kanan, keluhan lain yang
menyertai Tn. KD batuk berdahak, sering sesak napas dan gatal – gatal di perut.

Riwayat penyakit sebelumnya : Tn. KD pernah menderita sakit darah tinggi sejak bulan
februari tahun 2018 dan cara mengatasinya berobat jalan di Puskesmas. Pasien alergi makan ikan
segar sejak tahun 1993. Kebiasaan pasien merokok 2 bks/hari sejak usia remaja dan baru
berhenti merokok pada tahun 2018, pasien sering mengkonsumsi alkohol jika diajak teman dan
baru istirahat tahun 2004.

Riwayat kesehatan keluarga : ayah dari Tn. KD adalah penderita hipertensi sampai meninggal.

Pemeriksaan fisik :

TTV : tekanan darah 130/90 mmHg

22
Nadi : 82x/menit

Pernapasan : 20x/menit,

Suhu badan : 37,8°C.

Pada pemeriksaan kepala dan leher

Wajah : terlihat pucat,

Konjungtiva : anemis,

Sklera : tidak ikterik.

Bibir : lembab

Mukosa : merah muda

Pada mulut

Gigi : geraham bawah kiri kanan berlubang

Pada pemeriksaan sistim kardiovaskuler kesadaran

GCS : Compos Mentis.

Sistem respirasi : Mengeluh sering sesak napas.

Sistim pencernaan : Pasien mengeluh mual.

Keadaan abdomen : warna kulit sawo matang.

Pemeriksaan auskultasi : Ada bising usus/peristaltic 10x/menit.

Pada pemeriksaan palpasi : Ada nyeri tekan pada daerah simpisis dengan skala nyeri
2.

Pada sistim persyarafan : tidak ada keluhan,

22
Tingkat kesadaran, GCS (E/M/V) : 4/5/6.

Pemeriksaan Musculoskeletal : ada nyeri otot dan nyeri sendi,

Refleksi sendi : normal,

Kekuatan otot : normal,

Turgor : elastis.

Pada pemeriksaan sistim perkemihan

Perkemihan : Pasien kadang inkontinensia,


pasien tidak menggunakan alat bantu (keteter),
produksi urine 500 – 600 cc/hari, intake cairan : oral 1500 cc/hari,
parenteral 100 cc/hari.
Pola kegiatan sehari – hari :

Sebelum sakit

Pola makan pasien nasi dan sayur dengan frekuensi makan sedang 3x/hari. Makanan
pantangan ikan segar. Banyaknya minuman dalam sehari 1500 – 2000 cc/hari. Berat badan
sebelum sakit 51 kg dan TB 162 cm. Selama sakit penurunan berat badan 6 kg sehingga
berat badan terakhir 45 kg.

Selama sakit

Sistim pencernaan : Pasien mengeluh mual.

Keadaan abdomen : warna kulit sawo matang.

Pemeriksaan auskultasi : Ada bising usus/peristaltic 10x/menit.

Pada pemeriksaan palpasi : Ada nyeri tekan pada daerah simpisis dengan skala nyeri
2.

Pada sistim persyarafan : tidak ada keluhan,

Tingkat kesadaran, GCS (E/M/V) : 4/5/6.

22
Pemeriksaan Musculoskeletal : ada nyeri otot dan nyeri sendi,

Refleksi sendi : normal,

Kekuatan otot : normal,

Turgor : elastis.

Pada pemeriksaan sistim perkemihan

Perkemihan : Pasien kadang inkontinensia,


pasien tidak menggunakan alat bantu (keteter),
produksi urine 500 – 600 cc/hari, intake cairan : oral 1500 cc/hari,
parenteral 100 cc/hari.
Pola kegiatan sehari – hari :

Sebelum sakit

Pola makan pasien nasi dan sayur dengan frekuensi makan sedang 3x/hari. Makanan
pantangan ikan segar. Banyaknya minuman dalam sehari 1500 – 2000 cc/hari. Berat badan
sebelum sakit 51 kg dan TB 162 cm. Selama sakit penurunan berat badan 6 kg sehingga
berat badan terakhir 45 kg.

Selama sakit

Nafsu makan menurun. Pada pola eliminasi pasien KD buang air kecil 3 – 4x/hari, warna
kuning daun te

h, bau amoniak dengan jumlah 1500 cc/hari. Perbahan selama sakit, BAK sedikit, produksi
urine 500 – 600 cc/hari. Pasien istirahat dan tidur malam jam 20.00 Wita, bangun pagi jam
05.00 Wita. Pasien mudah terbangun dan sulit untuk tidur lagi kecuali lingkungan tenang,
dan sehari pasien tidur 8 - 9 jam.

22
Pada pola interaksi sosial

Orang yang terpenting / terdekat adalah istri, jika ada masalah dalam keluarga selalu
diskusi bersama dan anggota keluarga berinteraksi dengan baik. Dalam kegiatan
keagamaan, pasien taat menjalankan ibadah, jika sehat setiap minggu ke gereja.

Keadaan psikologis

Selama sakit, pasien berharap selama pengobatan dan perawatan, ia dapat sembuh dan
pulih kembali dan ingin berkumpul kembali dengan istri dan anak – anaknya. Interaksi
pasien dengan tenaga kesehatan dan lingkungannya : pasien berinteraksi baik dengan
tenaga kesehatan dan lingkungannya.

Pemeriksaan Laboratorium : pada tanggal 15 Juli 2019 jam 10.00 Wita didapati

HB : 7,7 g/dL (nilai normal 13 – 18 g/dL).

Jumlah eritrosit : 2,84/ul (nilai normal 4,50 – 6,20).

Hematocrit : 21,9% (nilai normal 40% – 54%).

Untuk pemeriksaan kimia darah : BUN 24 mg/dL (nilai normal <48mg/dL).

Kreatinin darah : 5,32 mg/dL (nilai normal 0,7 – 1,3mg/dL).

Golongan darah pasien : O.

Pada pemeriksaan foto thorax : terbaca cardiomegaly.

Terapi : Tn. KD mendapat terapi

IVFD NaCL 1 tetes/menit (100cc/24 jam), furosemid NS 100cc, aspar K 3x1 tablet,
micardis 80 mg – 0-0, cloridin 3x0,5 mg, asamfolat 2x1 tablet, Livron B plex 0-1 – 1,
tranfusi darah 1 bag/hari.

Analisa data.

DATA KLIEN MASALAH KEPERAWATAN

24
Data subjektif : Bersihan jalan napas tidak efektif
pasien mengatakan batuk berdahak sejak 1
minggu yang lalu.
Data objektif :
pasien tampak batuk berdahak dan dahak sulit
dikeluarkan.
Data subjektif : Intolarensi aktifitas
pasien mengatakan lemah, pusing, mual dan
nafsu makan menurun.
Data objektif :
pasien tampak pucat pada wajah,
konjungtiva anemis pada pemeriksaan
laboratorium, HB 7,7 gr%.

Data subjektif : Resiko gangguan integritas kulit


pasien mengatakan gatal – gatal pada daerah
perut.
Data objektif :
pasien tampak menggaruk pada daerah perut,
Pasien tampak tidak nyaman serta pada
pemeriksaan fisik terlihat kemerahan pada kulit
di abdomen

1.1.2. Diagnosa keperawatan


1. bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan batuk berdahak
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan oksihaemoglobulin
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis.

1.1.3. Rencana Keperawatan

24
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

1. Bersihan jalan Tujuan : 1. Bersihkan secret dari 1. Mencegah


napas tidak efektif Pasien akan mulut obstruksi
berhubungan mempertahankan 2. Mempertahankan aspirasi.
dengan batuk bersihan jalan napas intake cairan dengan 2. Membantu
berdahak. efektif. minum air hangat. mengencerkan
Kriteria Hasil : 3. Berikan posisi yang secret sehingga
setelah dilakukan nyaman (semi mudah
tindakan keperawatan fowler). dikeluarkan.
dalam jangka waktu 4. Catat kemampuan 3. Meningkatkan
1x24 jam : untuk mengeluarkan ekspansi paruh,
1. Pasien akan secret atau batuk ventilasi
menunjukkan efektif. maksimal dan
keefektifan jalan Ajarkan pasien batuk efektif peningkatan
napas dengan dan napas dalam. gerakan secret
kriteria hasil agar mudah
mengeluarkan dikeluarkan.
secret secara 4. Pengeluaran sulit
efektif. bila secret tebal,
2. Mempunyai jalan akibat kerusakan
napas yang paten. paruh yang
Irama dan frekuensi memerlukan
napas dalam batas evaluasi atau
normal. intervensi lanjut.
5. Membantu
mengeluarkan
secret.

2. Intoleransi aktifitas Tujuan : 1. Observasi TTV 1. Memantau


berhubungan Pasien akan 2. Beri makan sedikit perubahan dan

24
dengan penurunan meningkatkan kadar tapi sering. mengevaluasi
oksihaemoglobulin. haemoglobin dalam 3. Beri minum air intervensi
batas normal. hangat. 2. Memenuhi
Dalam jangka waktu 4. Kolaborasi dengan kebutuhan nutrisi
3x24 jam, pasien akan petugas gizi untuk pasien dan
meningkatkan kadar HB pengaturan diet. meningkatkan
dengan kriteria hasil : 5. Kolaborasi dengan energi.
1. Tidak mual dan medis untuk tranfusi 3. Air hangat dapat
muntah darah. merangsang
2. Tidak lemah dan kenyamanan
lesu perut agar tidak
3. Wajah tidak merasa mual.
pucat 4. Memenuhi
4. Konjungtiva kebutuhan nutrisi
tidak anemis. pasien.
5. Meningkatkan
kadar HB.

3. Risiko ganggan Tujuan : 1. Menasihati pasien 1. Tindakan ini


integritas kulit Pasien akan agar menjaga kulit mencegah agar
berhubungan mempertahankan selalu lembab dan kulit tidak kering
dengan pruritis. integritas kulit yang menjaga kebersihan dan rasa gatal
baik. kulit dengan mandi bisa dikendalikan
Dalam jangka waktu setiap hari. 2. Mengurangi rasa
3x24 jam, pasien akan 2. Kolaborasi dengan gatal
mempertahankan medis untuk 3. Tindakan ini untuk
integritas kulit dengan pengobatan pruritis. mengevaluasi
kriteria hasil : 3. Observasi luas dan intervensi.
1. kulit bersih lokasi pruritis.
tanpa
kemerahan.
2. Gatal – gatal

24
pada kulit
berkurang.
3. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban
kulit.

1.1.6. Implementasi Dan Evaluasi

NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak 1. Mempertahankan intake Pada hari Senin tanggal 15 Juli
efektif cairan dengan 2021 jam 13.00
memberikan minum air S : pasien mengatakan masih
hangat 1 gelas (200cc) batuk berdahak.
2. Membantu pasien O : membantu mengajarkan
membersihkan secret dari pasien untuk membersihkan
mulut pasien. secret dari mulut dengan tisu.
3. Mengatur posisi tidur Memberi pasien air hangat 1
yang nyaman dengan gelas. Posisi tidur semi fowler.
posisi semi fowler. Sekret masih ada, serta batuk
4. Mengajarkan pasien batuk masih berdahak.
efektif dan napas dalam A : masalah belum teratasi.
5. Mencatat kemampuan P : intervensi dilanjutkan.
pasien untuk

24
mengeluarkan secret atau
batuk efektif Pada hari Selasa tanggal 16 Juli
6. Memberikan minum air 2021 jam 13.00
hangat 1 gelas (200cc). S : pasien mengatakan masih
7. Mengatur posisi tidur batuk, pasien juga mengatakan
yang nyaman dengan mengerti dengan apa yang sudah
posisisemi fowler diajarkan perawat yaitu
8. Memberikan minum air mengajarkan batuk efektif dan
hangat 1 gelas (200cc). napas dalam.
O : Memberi pasien air hangat 1
gelas, batuk tanpa lender.
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi dilanjutkan.

Pada hari Rabu tanggal 17 Juli


2021 jam 13.00
S : pasien mengatakan tidak
batuk lagi.
O : keadaan pasien terlihat
tenang.
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan, pasien
pulang tanpa batuk.

2. Intoleransi aktivitas 1. Memberi makan pada Pada hari Senin tanggal 15 Juli
pasien. 2021 jam 13.30
2. Melaksanakan tindakan S : pasien mengatakan masih
kolaborasi dengan mual, pusing dan tidak ada
petugas gizi untuk nafsu makan.
pengaturan diet. O : pasien tampak pucat pada
3. Melaksanakan tindakan wajah, konjungtiva anemis,

24
kolaborasi untuk pasien tampak menghabiskan
persiapan tranfusi darah seperempat porsi makanan
serta menjelaskan kepada dengan diet nasi rendah protein.
pasien tindakan yang Pasien kooperatif dengan apa
akan dilakukan. yang telah disampaikan perawat
4. Melaksanakan tindakan untuk persiapan transfuse darah
kolaborasi untuk (tindakan kolaboratif), tidak ada
persiapan transfuse darah tanda – tanda reaksi alergi.
hari kedua serta A : masalah belum teratasi.
menjelaskan kepada P : Intervensi dilanjutkan.
pasien dan keluarga
tentang rencana tindakan Hari Selasa tanggal 16 Juli 2021
transfuse darah dan jam 13.00
reaksi alergi yang S : pasien mengatakan tidak
mungkin muncul mual lagi, pusing berkurang,
5. Monitoring tanda – tanda pasien sudah bisa menghabiskan
reaksi alergi setengah porsi makanan yang
6. Melaksanakan tindakan disiapkan.
kolaborasi untuk O : Pucat pada wajah berkurang,
persiapan transfuse darah pemeriksaan laboratorium HB
hari ketiga 8,6 gr%, observasi tanda – tanda
7. Monitoring tanda – tanda alergi tidak terlihat, tindakan
reaksi alergi kolaboratif dilaksanakan untuk
hari kedua yaitu pemasangan 1
bag darah golongan O.
A : masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.

Hari Rabu tanggal 17 Juli 2021


jam 13.00
S : tidak ada keluhan.

24
O : pasien tampak
menghabiskan 1 porsi NRP,
pemeriksaan laboratorium HB
9,9 gr%, .
A : masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang.
3. Resiko gangguan integritas 1. Menasihati pasien agar Pada hari Senin tanggal 15 Juli
kulit selalu menjaga 2021 jam 13.30
kebersihan diri dengan S : pasien mengatakan masih
cara mandi dan gatal di area perut, pasien juga
menggunakan baju mengatakan mengerti dengan
(pakaian) yang longgar apa yang sudah disampaikan
dan bersih perawat.
2. Mengobservasi luas dan O : terlihat pasien masih
lokasi pruritis manggaruk pada bagian
3. Melaksanakan tindakan abdomen.
kolaborasi untuk A : masalah belum teratasi.
pengobatan pruritis. P : Intervensi dilanjutkan.
4. Membantu pasien untuk
melaksanakan persiapan Hari Selasa tanggal 16 Juli
HD dengan memonitor 2021jam 14.00
TTV S : pasien mengatakan bahwa
5. Mengantar pasien ke telah siap untuk tindakan
ruang HD kolaboratif yaitu haemodialisa.
6. Mengobservasi luas dan O : Observasi TTV dan timbang
lokasi pruritis berat badan, observasi pruritis
7. Menasihati pasien agar berkurang.
tetap menjaga kebersihan A : masalah teratasi sebagian.
diri danlingkungan jika P : Intervensi dilanjutkan.
pasien pulang

24
Hari Rabu tanggal 17 Juli 2021
jam 14.10
S : pasien mengatakan sudah
tidak gatal – gatal lagi.
O : Luas dan lokasi pruritis
tidak terlihat.
A : masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan, pasien
pulang.

BAB IV
PENUTUP

24
4.1. Kesimpulan
Gagal Ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak mampu mengangkut
sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal.
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal dan disfungsi tubular dan glomerular. Ini
dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin normal.

4.2. Saran
Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan
masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan
keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Bagi perawat dan tenaga medis

Askep Gagal Ginjal ini bisa sebagai acuan dalam melakukan peraktek pada
rumah sakit supaya hasilnya sesuai dengan harapan.

2. Bagi masyarakat

Dengan adanya Askep Gagal Ginjal ini masyarakat dapat mengetahui


tindakan hemodialisa.

3. Bagi mahasiswa

Dengan adanya Askep Gagal Ginjal ini dapat digunakan sebagai


pembanding oleh mahasisiwa kesehatan dalam pembuatan tugas.

DAFTAR PUSTAKA

24
Arif Muttaqin, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba
Medika: Jakarta

Brunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jilid 2, EGC,

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

24

Anda mungkin juga menyukai