Disusun oleh:
NIM. P07220215005
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal Akut”. Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan
terima kasih.
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi
orang yang membacanya. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis
untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom
klinis yang secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan
azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi gromelurus yang menurun
dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5
mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam
beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400
ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-
rata diet orang Amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika
kemampuan pemekatan urine maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka
kehilangan air obligat dalam urine adalah 500 ml. oleh karna itu ,bila keluaran
urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan jat terlarut tidak
bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria
bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru
mengesankan bahwa pada sepertiga hingga separuh kasus ARF, keluaran urine
melebihi 400 ml /Hari dan dapat mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini
disebut ARF keluaran-tinggi atau disebut non-oligurik. ARF menyebabkan
timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal
kronik, yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan
endokrin ginjal. Namun demikian, osteodistrofi ginjal dan anemia bukan
merupakan gambaran yang lazim terdapat pada ARF karena awitannya akut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah yaitu “Bagaimanakan konsep dari asuhan keperawatan pada pasien
gagal ginjal akut?”
1
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi tujuan
penulisan dari makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami serta mampu menjelaskan tentang konsep
penyakit gagal ginjal akut serta asuhan keperawatan gagal ginjal akut.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui definisi dari Gagal Ginjal Akut.
b. Mampu mengetahui etiologi serta patofisiologi dari Gagal Ginjal
Akut.
c. Mampu mengidentifikasi manifestasi klinis dari Gagal Ginjal Akut.
d. Mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan dari Gagal Ginjal Akut.
e. Mampu menyebutkan komplikasi dari Gagal Ginjal Akut.
f. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan Gagal Ginjal Akut
meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
serta evaluasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut
(Muttaqin,arif.2011).
1. Kondisi Pre Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum
yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah :
a. Penipisan volume
b. Hemoragi
c. Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
d. Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang
nasogastrik)
e. Gangguan efisiensi jantung
f. Infark miokard
g. Gagal jantung kongestif
h. Disritmia
i. Syok kardiogenik
j. Vasodilatasi
k. Sepsis
3
l. Anafilaksis
m. Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan
vasodilatasi
C. Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah
renal dan gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah
jantung dan gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius
4
bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri
bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak
secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang
berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dan gagal ginjal
akut, yaitu periode awal, periode oligunia, periode diuresis, dan periode
perbaikan.
1. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam) disertai dengan
peningkatan konsentrasi serum dan substansi yang biasanya diekskresikan
oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation intraseluler-kalium dan
magnesium). Jumlah urine minimal yang diperlukan untuk membersihkan
produk sampah normal tubuh adalah 400 ml. Pada tahap ini gejala uremik
untuk pertama kalinya muncul dan kondisi yang mengancam jiwa seperti
hiperkalemia terjadi.
3. Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine
output mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih
dianggap normal. Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya
dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya
meningkat.
4. Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3-12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal.
5
D. Pathway
Pre renal (Hemoragi, Intrarenal (GNA, iskemik Post renal (batu ginjal,
dehidrasi, sequestrasi, dll renal berat eklamsia aefropati heroin, dll) tumor, obstruksi
kandung kemih
6
E. Manifestasi Klinis
1. Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan
gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-
1,025)
2. Peningkatan BUN, creatinin
3. Kelebihan volume cairan
4. Hiperkalemia
5. Serum calsium menurun, phospat meningkat
6. Asidosis metabolik
7. Anemia
8. Letargi
9. Mual persisten, muntah dan diare
10. Nafas berbau urin
11. Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala,
kedutan otot dan kejang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
2. Arteriogram ginjal
3. Biopsi ginjal
4. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium
serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
5. KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi .
6. Pielografi retrograde
7. Sistouretrogram berkemih
8. Ultrasono ginjal
9. Endoskopi ginjal nefroskopi
10. EKG
7
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara umum adalah:
a. Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus
keseimbangan cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa
konsentrasi natrium urin, volume darah dikoreksi, diberikan diuretik,
dipertimbngkan pemberian inotropik dan dopamin.
b. Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah
kandung kemih penuh, ada pembesaan prostat, gangguan miksi atau
nyeri pinggang. Dicoba memasang kateter urin, selain untuk
mengetahui adanya obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari urin
dan mengambil bahan pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG ginjal.
c. Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi,
mikroskopik urin, dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal,
arteriografi, atau tes lainnya.
8
Dapat pula dideteksi dari kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai
penurunan hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya
ranitidin) diberikan pada pasien sebagai profilaksis.
e. Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum
tinggi, hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh
melebihi 30-40 mmol/L. Secara umum continous haemofiltration dan
dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang intensif, sedangkan
hemodialisis intermitten dengan kateter subklavia ditujukan untuk
pasien lain dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak
adekuat dengan dialisis peritoneal/hemofiltrasi.
H. Komplikasi
1. Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium
2. Gangguan elektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis
3. Neurlogi : iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan
kesadaran, kejang
4. Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum, perdarahaan
gastrointestinal
5. Hematologi : anemia, diathesis hemoragik
6. Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial
9
berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi
miksi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi
penyakit terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat
menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan
apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya
dnegna predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan setelah
melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar nluas, cedera luka bakar,
setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum
obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan
tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab
pasca renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
d. Riwayat psikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis
penyakit yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping
yang maladaptif pada klien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
10
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi.
Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase
oliguri sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut
nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai
dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah terjadi
perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
b. Pemeriksaan Pola Fungsi
1) B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan
pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap
azotemia dan sindrom akut uremia. Klien bernapas dengan bau
urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini. Pada
beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
2) B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan
auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan
tanda khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada
sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah
merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran G1. Adanya
penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung
akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan darah
sering didapatkan adanya peningkatan.
3) B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder akibat
11
gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri
yang berlanjut pada sindrom uremia.
4) B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari,
sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang
menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan
perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
5) B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
6) B6 (Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek
sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipetensi.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
a) Darah : ureum, kreatini, elektrolit, serta osmolaritis.
b) Urin : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritis dan berat jenis.
c) Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan
asam urat.
d) Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
e) Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia,
hipernatremia, atau hiponatremia, hipokalesemia, dan
hiperfosfatemia.
f) Volume urin biasnya kurang dari 400ml/24 jam yang terjadi
dalam 24 jam setelah ginjal rusak.
12
g) Warna urine : kotor,sedimen kecoklatan menunjukan
adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
h) Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit
gagal ginjal, contoh: glimerulonefritis, piolonefritis dengan
kehilangan kemampuan untuk memekatkan; menetap pada
1,010 menunjukkan kerusakan berat.
i) PH Urine : lebih dari ditemukan pada ISK, nekrosis tubular
ginjal, dan gagal ginjal kronik.
j) Osmolarits urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan
kerusakan ginjal, dan retio urine/serum sering 1:1
k) Klirens kreatinin urine: mungkin secara bermakna menurun
sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukn peningkatan
bermakna.
l) Natrium urine : biasanya menurun tetapi dapat lebih lebih
dari 40 mEq/L bila gijal tidak mampu mengabsorbsi
natrium.
m) Bikarbonat urine : meningkat bila ada asidosis metabolik.
n) SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma,
tumor, atau peningkatan GF.
o) Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna
tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan
SDM menunjukan infeksi atau nefritis intersisial. Pada
NTA biasanya ada proteinuria minimal.
p) Warnah tambahan: biasanya tanpa penyakit ginjal atau
infeksi. Warna tambahan seluler dengan pigmen kecoklatan
dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada
NTA. Tabahan warna merah diduga glumerulonefritis.
2) Darah
a) Hb : menurun pada adanya anemia.
13
b) Sel darah merah : sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan / penurunan hidup.
c) PH : asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi
karena penurunan kemampuan ginjal untuk
mengeksresikan hidrogen dn hasil khir metbolisme.
d) BUN / kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio
10:1.
e) Osmolaritas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg; sering
sama dengan urine.
f) Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring
dengan perpindahan selular (asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah merah).
g) Natrium : biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
h) Ph : kalium, dan bikarbonat menurun, klorida, fosfat dan
magnesium meningkat.
i) Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan, dan penurunan sistensi, karena
kekurangan asam amino esensial.
3) CT scan
4) MRI
5) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidak seimbangan
elektrolit dan asam / basa.
4. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan
mencegah komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal
ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan,
14
protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren sulfonat),
secara oral atau melalui retensi enema. Natrium polistriren sulfonat
bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi natrium di saluran
intenstinal.
c. Terapi cairan
d. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
e. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialysis
5. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS: Fase diuresis dari Kelebihan volume
DO: gagal ginjal akut cairan
Perubahan pola
kemih
Warna urin pekat
Penurunan urine
output <400
ml/hari.
DS:- Penurunan ph Aktual/risiko tinggi
DO: pada ciaran pola napas tidak
Pernapasan kussmaul, serebrospinal, efektif
Fetor uremik, perembesan
cairan,
DS:- intake nutrisi Ketidakseimbangan
DO: yang tidak nutrisi kurang dari
Muntah, adekuat sekunder kebutuhan tubuh
Anoreksia, dari anoreksi,
Lemah. mual, muntah
15
DS:- edema Kelelahan
DO:lemah,ada ekstremitas,
edema,terlihat sakit berat. kelemahan fisik
secara umum
6. Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d asidosis metabolik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan katabolisme protein.
c. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik/pembatasan diet, anemia.
7. Intervensi
Rencana keperawatan yang dilakukan bertujuan menurunkan
keluhan klien, menghindari penurunan dari fungsi ginjal, serta
menurunkan risiko komplikasi.
a. Kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
NOC NIC
Electrolit and acid base Fluid balance management :
balance
Fluid balance Pertahankan catatan intake dan
Hydration output yang akurat
Pasang urin kateter jika
Setelah dilakukan tindakan diperlukan
keperawatan selama 3x24 jam Monitor hasil lab yang sesuai
dengan pasien Kelebihan dengan retensi cairan (BUN ,
volume cairan teratasi dengan Hmt , osmolalitas urin )
kriteria hasil: Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles,
16
Terbebas dari edema, efusi, CVP , edema, distensi vena
anaskara leher, asites)
Bunyi nafas bersih, tidak ada Kaji lokasi dan luas edema
dyspneu/ortopneu Monitor masukan makanan /
17
status keseimbangan ciran 3. Atur posisi semi fowler
dengan KH: untuk meningkatkan
Klien tidak sesak ekspansi paru
TTV normal 4. Auskultasi dada untuk
Ureum normal (20-40mg/dl) mendengarkan bunyi napas
skala : 6. Kolaborasi,pemberian
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
18
dapat teratasi dengan kreteria Ajarkan pasien bagaimana
hasil: membuat catatan makanan
harian.
Albumin serum dalam rentang Monitor adanya penurunan
normal BB dan gula darah
Pre albumin serum dalam Monitor lingkungan selama
rentang normal makan
Hematokrit dalam rentang Jadwalkan pengobatan dan
normal tindakan tidak selama jam
Hemoglobin dalam rentang makan
normal Monitor turgor kulit
Total iron binding capacity Monitor kekeringan, rambut
dalam rentang normal kusam, total protein, Hb dan
Jumlah limfosit dalam rentang kadar Ht
normal Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan,
skala : dan kekeringan jaringan
1: tidak pernah menunjukan konjungtiva
2: jarang menunjukan Monitor intake nuntrisi
3: kadang-kadang menunjukan Informasikan pada klien dan
4: sering menunjukan keluarga tentang manfaat
5: menunjukan secara konsisten nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
19
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval.
20
Mempertahankan interaksi Ajarkan tehnik dan
sosial manajemen aktivitas untuk
Mengidentifikasi faktor- mencegah kelelahan
faktor fisik dan psikologis Jelaskan pada pasien
yang menyebabkan kelelahan hubungan kelelahan dengan
Mempertahankan proses penyakit
kemampuan untuk Kolaborasi dengan ahli gizi
konsentrasi tentang cara meningkatkan
intake makanan tinggi energi
skala : Dorong pasien dan keluarga
1: tidak pernah menunjukan mengekspresikan
2: jarang menunjukan perasaannya
3: kadang-kadang menunjukan Catat aktivitas yang dapat
4: sering menunjukan meningkatkan kelelahan
5: menunjukan secara Anjurkan pasien melakukan
konsisten yang meningkatkan relaksasi
(membaca, mendengarkan
musik)
Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
Batasi stimulasi lingkungan
untuk memfasilitasi relaksasi
8. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi adalah
sebagai berikut:
a. Defisit volume cairan teratasi
b. Asupan nutrisi tubuh terpenuhi
c. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
“Tn .A 6O thn dating ke RS dengan keluhan jumlah urine sedikit, dan
berkemih hanya 2-3x sehari, pucat (anemis), mual, muntah, dan tidak nafsu
makan, nafas berat bila banyak minum ,atau melakukan kerja berat, merasa
sangat lemah, Klien mengatakan pernah mengalami luka bakar hingga 50%
tubuhnya 1 tahun yang lalu (derajat 111), setelah dilakukan pemeriksaan fisik
diperoleh tampak penimbunan cairan seluruh tubuh ( oedemanasarka),
konjungtiva pucat,nafas berbau urea, mukosa dan kulit tanpa kering. BB 45kg
sekarang, BB 40kg dahulu, TTV diperoleh TD: 160/100 mmhg, S: 38 C, RR:
2x/i.pemeriksaan laboratorium ditemukan ureum darah 60mg/dl, kreatinin
darah 5mg/dl,HB 10 gr/dl. BUN : 10-20mg/dl, Albumin 1,9 mg/dl
22
B. Pengkajian
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 mei 2013 pukul 09.30 WIB diruang
penyakit dalam No.4 lantai 2 RS Umum Jakarta. Pengkajian dilakukan dengan
teknik wawancara dengan pasien dan keluarga pasien dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien :
1. Identitas Pasien/Biodata
Nama : Tn.A
Umur : 60 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Suku/bangsa : Melayu/indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Lintas timur kec sekernan
Tgl masuk rumah sakit : 13 mei 2013, pukul 07.20 WIB
Dx medis : Gagal ginjal akut
23
3. Keluhan Utama
Jumlah urine sediikit, pucat (anemis), mual, muntah dan tidak nafsu
makan, nafas berat bila banyak minum, atau melakukan kerja berat,
merasa sangat lemah.
7. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Inspeksi : Rambut beruban dan bersih..
Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut tidak kasar
2. Muka
Inspeksi : Wajah oval,edema, bersih,sianosis tidak ada
Palpasi : Wajah oedema
24
3. Mata
Inspeksi : palpebia edema (kiri/kanan), konjungtiva anemis
(kiri/kanan), pupilisokor sclera ikterus (kiri/kanan), reflek cahaya
positif.pengihatan kabur.
4. Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen (kirii/kanan),bentuk simetris
(kiri/kanan)
Palpasi : Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
5. Hidung
Inspeksi : Tidak ada secret, pernafasn menggunakan cuping hidung,
lubang hidung mengembang.
Palpasi: benjlan tidak ada, nyeri tidak ada.
6. Mulut dan faring
Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries (-), lidah agak
putih, nafas bau urea.
7. Leher
Inspeksi:
- Tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi:
- Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
8. Thoraks
Inspeksi : Gerakan simitris (kiri/kanan), tidak ada jejas,
Palpasi : Tidak ada benjolan di thorax (kiri/kanan), vocalfremitus
tidak ada
Perkusi : Resonan (kiri/kanan)
Auskultasi : rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-..
9. Jantung
Inspeksi : ictus cordis
25
Palpasi : Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri,
batas kananics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan, capillary
refill 2 – 3detik.
Perkusi : Dullness.
Auskultasi : Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-).
10 Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan.
Auskultasi : Bising usus 8-15x/i
Palpasi : tdak mengalami nyeri
Perkusi : Tympani
11. Ekstremitas (atas dan bawah)
Inspeksi:
Tangan:
- Terlihat adanya oedem (kiri/kanan)
- Terlihat adnya bekas luka bakar (kiri/kanan)
- Kulit tampak kering (kiri/kanan)
Kaki :
- Terlihat adanya oedem (kiri/kanan)
- Terlihat adnya bekas luka bakar (kiri/kanan)
- Kulit tampak kering (kiri/kanan)
Palpasi:
- Teraba adanya massa, karena adanya penimbunan cairan
8. Eliminasi
Klien mengatakan jumlah urine sedikit 2-3x sehari
Klien mengatakan penurunan haluaran urine
9. Neorosensori
Klien mengatakan Sakit kepala, penglihatan kabur, tonus otot ,
fremor
26
10. Nutrisi
Klien mengatakan Anoreksia, mual, muntah, dan hanya
menghabiskan ¼ porsi makan
11. Interaksi sosial
Klien tidak dapat bekeja dengan berat sebelum dibawa ke rumah sakit,
dan iinteraksi terhadap masyarakat di sekitarnya baik.
12. Pemeriksaan Hematologi:
ureum darah 60mg/dl,
kreatinin darah 5mg/dl,
HB 10 gr/dl.
BUN : 10-20mg/dl,
Albumin 1,9 mg/dl
C. Pengelompokkan data
Data subjektif:
- Klien mengatakan berkemih hanya 2-3x sehari, mual, muntah dan tidak
nafsu makan
- Klien mengatakan nafas berat jika banyak minum, bila melakukan kerja
berat merasa sangat lemah.
- Klien mengatakan pernah mengalami luka bakar hingga 50% tubuhnya
satu tahun yang lalu.
- Klien mengatakan hanya menghabiskan ¼ porsi makan biasanya.
- Klien mengatakan nafasnya berat dan sesak dirasakan.
- Klien mengatakan banyak minum atau melakukan kerja berat nafasnya
sesak.
- Klien mengatakan mengatakan tubuhnya terasa sangat lemah.
Data objektif:
- Tampak penimbunan cairan (eodem anasarka)
- Konjungtifa tampak pucat/anemis
- Mukosa bibir dan kulit tampak kering
27
- BB dahulu 40kg, BB sekarang 45kg
- TTV: TD:130/80mmHg, S 38 C, RR 24X/i,
- Pemeriksaan laboratorium: ditemukan ureum darah 60mg/dl, kreatinin
darah 5 mg/dl, HB 10gr/dl.
- Nafas berbau urea
D. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Penurunana Kelebihan
Klien mengeluh jumlah urine fungsi ginjal volume cairan.
sedikit
Klien mengatakan berkemih hanya
2-3 kali dalam sehari
Klien mengatakan pernah
mengalami luka bakar hingga 50%
tubuhnya.
Do :
Tampak penimbunan cairan pada
tubuh (oedema anasarka)
Konjungtiva Anemis
Mukosa dan kulit tampak kering
BB 45kg sekarang,BB 40kg
dahulu
TD: 160/100 mmhg
S: 38
Ureum darah 60 mg/dl
Kreatinin darah 5mg/dl
28
2. Ds : Anoreksia Perubahan
Klien mengeluh mual, muntah Mual,muntah nutrisi kurang
dan tidak nafsu makan dari kebutuhan
Klien mengatakan hanya tubuh
menghabiskan ¼ porsi makan
biasanya
Klien juga mengatakan tubuhnya
terasa sangat lemah
Do :
Nafas berbau amoniak
Konjungtiva tampak pucat
Mukosa bibir dan kulit tampak
kering
BB 45kg sekarang,BB 40kg
dahulu
TD: 160/100mmhg
S: 380c
HB: 10 gr/dl
Albumin 1,9 mg/dl
ureum darah 60mg/dl,
3. Ds : Asidosis Resiko
Klien mengatakan nafasnya berat Metabolik ketidakefektifan
dan sesak dirasakan pola nafas
Klien mengatakan banyak minum
atau melakukan kerja berat
nafasnya berat
Klien juga mengatakan tubuhnya
terasa sangat lemah
29
Do :
TD: 160/100mmhg
S: 38 c
RR: 28x/i
Kreatinin: 5mg/dl
Ureum:60mg/dl
BUN:10-20mg/dl
30
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan Mandiri:
cairan b.d keperawatan selama 3 x 1. Awasi denyut jantung dan TD
penurunan fungsi 24 jam maka klien akan 2. Kaji input dan output cairan
ginjal menunjukan status 3. Batasi masukan cairan.
Ds : keseimbangan ciran 4. Jelaskan pada klien dan keluarga
Klien dengan KH: alasan dan pembatasan cairan
mengeluh Adanya belence cairan 5. Awasi berat jenis urine
jumlah urine Peningkatan pada 6. Timbang BB setiap hari
sedikit berkemih 7. Kaji kulit,wajah,area tergantung
Klien Edema untuk edema
mengatakan berkurang/hilang 8. Auskultasi paru dan bunyi jantung
berkemih Mukosa dan kulit 9. Kaji tingkat kesadaran ,selidiki
hanya 2-3 kali lembab perubahan mental,adanya gelisah.
dalam sehari TTV normal 10. Kolaborasi : Kolaborasi,berikan
Klien Ureum normal(20- obat sesuai indikasi
mengatakan 40mg/dl)
opernah Kreatinin normal
mengalami (0,5-1,5mg/dl)
luka bakar Hb normal (12,4-
hingga 50% 14,9mg/dl)
tubuhnya satu
tahum yg lalu.
Do :
Tampak
penimnunan
cairan pada
tubuh (oedema
anasarka)
Konjungtiva
anemis
31
Mukosa dan
kulit tampak
kering
BB: 40 kg
dahulu, 45 kg
sekarang
TD: 130/80
mmhg
S: 38 c
RR: 30x/i
Ureum darah
60 mg/dl
Kreatinin darah
5mg/dl
2 Perubahan Setelah dilakukan Mandiri
nutrisi kurang asuhan keperawatan 1. Kaji status nutris
dari kebutuhan selama 2 x 24 jam 2. Identifikasi faktor pencetus
tubuh b/d maka nutrisi klien mual
Anoreksia terpenuhi.KH: 3. Beri makan sedikit tapi sering
mual,muntah d/d Klien tidak mual 4. Berikan porsi makan besar di
DS: muntah siang hari
Klien juga Klien menunjukkan 5. Berikan klien atau orang
mengeluh peningkatan nafsu terdekat daftar makanan atau
mual,muntah makan cairan yang diizinkan dan
dan tidak Klien meningkatkan dorong terlibat pada pilihan
nafsu makan porsi makan menu.
Klien Nafas tidak berbau 6. Tawarkan perawatan mulut
mengatakan urine atau oral higiene.
hanya Ureum normal (20- 7. Timbang BB tiap hari.
menghabiskan 40mg/dl)
¼ porsi
32
makan Kreatinin normal 8. Kolaborasi,awasi pemeriksaan
biasanya (0,5-1,5mg/dl) laboratorium (albumin,dan
Klien juga kalium.
mengatakan 9. Kolaborasi, konsul dengan ahli
tubuhnya gizi dalam pemenuhan nutrisi
terasa sangat
lemah
Do :
Konjungtiva
pucat
Nafas
berbnau urine
Mukosa dan
kulit tampak
kering
BB: 42 KG
HB: 10 gr/dl
3. Resiko Setelah dilakukan Mandiri
ketidakefektifan asuhan keperawatan 8. Kaji status pernafasan setiap 4
pola nafas b.d selama 2 x 24 jam jam
asidosis maka klien akan 9. Bantu dan ajarkan klien
respiratory menunjukan status melakukan nafas dalam setiap
Ds : keseimbangan ciran 1 jam
Klien dengan KH: 10. Atur posisi semi fowler untuk
mengatakan Klien tidak sesak meningkatkan ekspansi paru
nafasnya TTV normal 11. Auskultasi dada untuk
berat dan Ureum normal (20- mendengarkan bunyi napas
40mg/dl) setiap 2 jam
33
sesak Kreatinin normal 12. Pantau tanda vital setiap 4 jam
dirasakan (0,5-1,5mg/dl) 13. Kolaborasi,pemberian
jika klien oksigenasi sesuai indikasi
banyak
minum atau
melakukan
kerja berat
Klien juga
mengatakan
tubuhnya
terasa sangat
lemah
Do :
Nafas berbau
urine
Nafas
kussmaul
S: 38 c
RR: 30x/i
Ureum darah
60mg/dl
Kreatinin
darah 5mg/dl
HB: 10 gr/dl
34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik
yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR)
dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan
eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma
klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai
dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dan gagal
ginjal akut, yaitu periode awal, periode oligunia, periode diuresis, dan
periode perbaikan.
5. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya
oliguria.
6. Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam) disertai
dengan peningkatan konsentrasi serum dan substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation
intraseluler-kalium dan magnesium). Jumlah urine minimal yang
diperlukan untuk membersihkan produk sampah normal tubuh adalah
400 ml. Pada tahap ini gejala uremik untuk pertama kalinya muncul dan
kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
7. Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine
output mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih
dianggap normal. Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya
dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya
meningkat.
8. Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3-12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali
normal.
35
B. Saran
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
penyebab serta upaya pencegahan penyakit Gagal Ginjal Akut agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gagal Ginjal
Akut lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri
dari penyakit Gagal Ginjal Akut.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan Gagal Ginjal Akut sehingga dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang Gagal Ginjal Akut serta
dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
36
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.
37