Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH GAWAT DARURAT UROGENITAL

ASUHAN KEPEAWATAN GAGAL GINJAL AKUT

Disusun oleh:

Agus Imam Kusairi

NIM. P07220215005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gagal Ginjal Akut”. Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga
tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan
terima kasih.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi
orang yang membacanya. Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis
untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.

Samarinda, 01 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3


A. Definisi Gagal Ginjal Akut ..................................................................... 3
B. Etiologi .................................................................................................... 3
C. Patofisiologi ............................................................................................ 4
D. Pathway ................................................................................................... 6
E. Manifestasi Klinis ................................................................................... 6
F. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 7
G. Penatalaksanaan ...................................................................................... 8
H. Komplikasi .............................................................................................. 9
I. Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut ................................... 9

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Kasus....................................................................................................... 22
B. Pengakajian Data Dasar .......................................................................... 23
C. Pengelompokan Data .............................................................................. 27
D. Analisa Data............................................................................................ 28
E. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 30
F. Intervensi ................................................................................................ 31

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 35


A. Kesimpulan ............................................................................................... 35
B. Saran ......................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom
klinis yang secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang menyebabkan
azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi gromelurus yang menurun
dengan cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5
mg/dl/hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam
beberapa hari. ARF biasanya disertai oleh oligurea (keluaran urine < 400
ml/hari). Criteria oliguria tidak mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-
rata diet orang Amerika mengandung sekitar 600 mOsm zat terlarut. Jika
kemampuan pemekatan urine maksimum sekitar 1200 mOsm /L air, maka
kehilangan air obligat dalam urine adalah 500 ml. oleh karna itu ,bila keluaran
urine menurun hingga kurang dari 400 ml/hari, penambahan jat terlarut tidak
bisa dibatasi dengan kadar BUN serta kreatinin meningkat. Namun oliguria
bukan merupakan gambaran penting pada ARF. Bukti penelitian terbaru
mengesankan bahwa pada sepertiga hingga separuh kasus ARF, keluaran urine
melebihi 400 ml /Hari dan dapat mencapai hingga 2L/hari. Bentuk ARF ini
disebut ARF keluaran-tinggi atau disebut non-oligurik. ARF menyebabkan
timbulnya gejala dan tanda menyerupai sindrom uremik pada gagal ginjal
kronik, yang mencerminkan terjadinya kegagalan fungsi regulasi, eksresi, dan
endokrin ginjal. Namun demikian, osteodistrofi ginjal dan anemia bukan
merupakan gambaran yang lazim terdapat pada ARF karena awitannya akut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat membuat rumusan
masalah yaitu “Bagaimanakan konsep dari asuhan keperawatan pada pasien
gagal ginjal akut?”

1
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi tujuan
penulisan dari makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah asuhan keperawatan ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami serta mampu menjelaskan tentang konsep
penyakit gagal ginjal akut serta asuhan keperawatan gagal ginjal akut.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui definisi dari Gagal Ginjal Akut.
b. Mampu mengetahui etiologi serta patofisiologi dari Gagal Ginjal
Akut.
c. Mampu mengidentifikasi manifestasi klinis dari Gagal Ginjal Akut.
d. Mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan dari Gagal Ginjal Akut.
e. Mampu menyebutkan komplikasi dari Gagal Ginjal Akut.
f. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan Gagal Ginjal Akut
meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
serta evaluasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal merupakan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut
(kekambuhan) maupun secara kronis (menahun). Gagal ginjal akut bila
penurunan fungsi ginjal berlangsung secara tiba-tiba, tetapi kemudian dapat
kembali normal setelah penyebabnya segera dapat diatasi. Gagal ginjal kronik
gejala yang muncul secara bertahap, biasanya tidak menimbulkan gejala awal
yang jelas, sehingga penurunan fungsi ginjal tersebut sering dirasakan, tahu-
tahu sudah pada tahap parah dan sulit diobati. (Manado, 2016)

B. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut
(Muttaqin,arif.2011).
1. Kondisi Pre Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum
yang menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah :
a. Penipisan volume
b. Hemoragi
c. Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
d. Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang
nasogastrik)
e. Gangguan efisiensi jantung
f. Infark miokard
g. Gagal jantung kongestif
h. Disritmia
i. Syok kardiogenik
j. Vasodilatasi
k. Sepsis

3
l. Anafilaksis
m. Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan
vasodilatasi

2. Kondisi Intra Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)


Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus
atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
a. Cedera akibat terbakar dan benturan
b. Reaksi transfusi yang parah
c. Agen nefrotoksik
d. Antibiotik aminoglikosida
e. Agen kontras radiopaque
f. Logam berat (timah, merkuri)
g. Obat NSAID
h. Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)
i. Pielonefritis akut
j. glumerulonefritis

3. Kondisi Post Renal (obstruksi aliran urin)


Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan
oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Batu traktus urinarius
b. Tumor
c. BPH
d. Striktur
e. Bekuan darah.

C. Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah
renal dan gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah
jantung dan gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius

4
bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri
bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak
secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang
berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dan gagal ginjal
akut, yaitu periode awal, periode oligunia, periode diuresis, dan periode
perbaikan.
1. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam) disertai dengan
peningkatan konsentrasi serum dan substansi yang biasanya diekskresikan
oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation intraseluler-kalium dan
magnesium). Jumlah urine minimal yang diperlukan untuk membersihkan
produk sampah normal tubuh adalah 400 ml. Pada tahap ini gejala uremik
untuk pertama kalinya muncul dan kondisi yang mengancam jiwa seperti
hiperkalemia terjadi.
3. Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine
output mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih
dianggap normal. Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya
dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya
meningkat.
4. Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3-12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali normal.

5
D. Pathway

WOC GAGAL GINJAL AKUT

Pre renal (Hemoragi, Intrarenal (GNA, iskemik Post renal (batu ginjal,
dehidrasi, sequestrasi, dll renal berat eklamsia aefropati heroin, dll) tumor, obstruksi
kandung kemih

Gangguan fungsi dan struktur


Penurunan sirkulasi Aliran urin dari
dan struktur jaringan ginjal
ginjal menurun

Kerja ginjal terganggu


Penumpukan zat
toksin diginjal

kurang Gagal ginjal Merusak jaringan


pengetahuan akut ginjal

GFR Ketidakmampuan ginjal


menurun mengeksresikan urin

Retensi cairan, Na Penumpukan asam


Kreatinin serum meningkat dan elektrolit organik (H+)
dan ureum meningkat

Cairan tubuh Hipertensi Hiperkalemia Muatan asam (H+)


Penumpukan meningkat
dikulit meningkat, edema

MK : Kelebihan vol Peningkatan Disritmia otot PH darah


Kulit kering cairan tubuh gangguan jantung jantung menurun
Risiko Kerusakan
integritas kulit gatal (pruritus)
Resti gagal Asidosis
jantung metabolik
MK : Gangguan
citra tubuh Suplai O2 ke jaringan
menurun
Pernafasan
kumaul
Fatig, Metabolisme anaerob
MK : Nyeri Nyeri sendi Asam laktat meningkat MK : Perubahan
pola nafas

6
E. Manifestasi Klinis
1. Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan
gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-
1,025)
2. Peningkatan BUN, creatinin
3. Kelebihan volume cairan
4. Hiperkalemia
5. Serum calsium menurun, phospat meningkat
6. Asidosis metabolik
7. Anemia
8. Letargi
9. Mual persisten, muntah dan diare
10. Nafas berbau urin
11. Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala,
kedutan otot dan kejang

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
2. Arteriogram ginjal
3. Biopsi ginjal
4. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium
serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
5. KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi .
6. Pielografi retrograde
7. Sistouretrogram berkemih
8. Ultrasono ginjal
9. Endoskopi ginjal nefroskopi
10. EKG

7
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara umum adalah:
a. Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus
keseimbangan cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa
konsentrasi natrium urin, volume darah dikoreksi, diberikan diuretik,
dipertimbngkan pemberian inotropik dan dopamin.
b. Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah
kandung kemih penuh, ada pembesaan prostat, gangguan miksi atau
nyeri pinggang. Dicoba memasang kateter urin, selain untuk
mengetahui adanya obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari urin
dan mengambil bahan pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG ginjal.
c. Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi,
mikroskopik urin, dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal,
arteriografi, atau tes lainnya.

2. Penatalaksanaan gagal ginjal


a. Mencapai & mempertahankan keseimbangan natrium dan air.
Masukan natrium dibatasi hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup 500
ml/hari di luar kekurangan hari sebelumnya atau 30 mmol/jam di luar
jumlah urin yang dikeluarkan jam sebelumnya. Namun keseimbangan
harus tetap diawasi.
b. Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori
atau hiperalimentaasi intravena. Glukosa dan insulin intravena,
penambahan kalium, pemberian kalsium intravena pada kedaruratan
jantung dan dialisis.
c. Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap
infeksi saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera harus
dideteksi dan diterapi. Kateter harus segera dilepas bila diagnosis
obstruksi kandung kemih dapat disingkirkan.
d. Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses
diperiksa untuk adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi.

8
Dapat pula dideteksi dari kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai
penurunan hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya
ranitidin) diberikan pada pasien sebagai profilaksis.
e. Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum
tinggi, hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh
melebihi 30-40 mmol/L. Secara umum continous haemofiltration dan
dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang intensif, sedangkan
hemodialisis intermitten dengan kateter subklavia ditujukan untuk
pasien lain dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak
adekuat dengan dialisis peritoneal/hemofiltrasi.

H. Komplikasi
1. Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium
2. Gangguan elektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis
3. Neurlogi : iritabilitas neuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguan
kesadaran, kejang
4. Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum, perdarahaan
gastrointestinal
5. Hematologi : anemia, diathesis hemoragik
6. Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial

I. Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut


1. Pengkajian Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas
klien dan identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama,
usia, jenis kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal
Akut dapat menyerang pria maupun wanita dari rentang usia
manapun,khususnya bagi orang yang sedang menderita penyakit
serius,terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia. Pada
pengkajian jenis kelamin, pria disebabkan oleh hipertrofi prostat
sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih yang

9
berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi
miksi.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi
penyakit terutama pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat
menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah urine output dan
apakah penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya
dnegna predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan setelah
melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar nluas, cedera luka bakar,
setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum
obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan
tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab
pasca renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan.
d. Riwayat psikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis
penyakit yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping
yang maladaptif pada klien.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV

10
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi.
Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase
oliguri sering didapatkan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut
nadi mengalami peningkatan dimana frekuensi meningkat sesuai
dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi. tekanan darah terjadi
perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
b. Pemeriksaan Pola Fungsi
1) B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan
pola napas dan jalan napas yang merupakan respons terhadap
azotemia dan sindrom akut uremia. Klien bernapas dengan bau
urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini. Pada
beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis
metabolik sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
2) B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan
auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang merupakan
tanda khas efusi perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada
sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah
merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran G1. Adanya
penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fungsi jantung
akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan darah
sering didapatkan adanya peningkatan.
3) B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidakseimbangan
elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder akibat

11
gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri
yang berlanjut pada sindrom uremia.
4) B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi
penurunan frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari,
sedangkan pada periode diuresis terjadi peningkatan yang
menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan
perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
5) B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia
sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
6) B6 (Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek
sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipetensi.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
a) Darah : ureum, kreatini, elektrolit, serta osmolaritis.
b) Urin : ureum, kreatini, elektrolit, osmolaritis dan berat jenis.
c) Kenaikan sisa metabolisme proteinureum kreatinin dan
asam urat.
d) Gangguan keseimbangan asam basa : asidosis metabolik.
e) Gangguan keseimbangan elektrolit : hiperkalemia,
hipernatremia, atau hiponatremia, hipokalesemia, dan
hiperfosfatemia.
f) Volume urin biasnya kurang dari 400ml/24 jam yang terjadi
dalam 24 jam setelah ginjal rusak.

12
g) Warna urine : kotor,sedimen kecoklatan menunjukan
adanya darah, Hb, Mioglobin, porfirin.
h) Berat jenis urine : kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit
gagal ginjal, contoh: glimerulonefritis, piolonefritis dengan
kehilangan kemampuan untuk memekatkan; menetap pada
1,010 menunjukkan kerusakan berat.
i) PH Urine : lebih dari ditemukan pada ISK, nekrosis tubular
ginjal, dan gagal ginjal kronik.
j) Osmolarits urine : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan
kerusakan ginjal, dan retio urine/serum sering 1:1
k) Klirens kreatinin urine: mungkin secara bermakna menurun
sebelum BUN dan kreatinin serum menunjukn peningkatan
bermakna.
l) Natrium urine : biasanya menurun tetapi dapat lebih lebih
dari 40 mEq/L bila gijal tidak mampu mengabsorbsi
natrium.
m) Bikarbonat urine : meningkat bila ada asidosis metabolik.
n) SDM urine : mungkin ada karena infeksi, batu, trauma,
tumor, atau peningkatan GF.
o) Protein : protenuria derajat tinggi (3-4+) sangat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan warna
tambahan juga ada. Proteinuria derajat rendah (1-2+) dan
SDM menunjukan infeksi atau nefritis intersisial. Pada
NTA biasanya ada proteinuria minimal.
p) Warnah tambahan: biasanya tanpa penyakit ginjal atau
infeksi. Warna tambahan seluler dengan pigmen kecoklatan
dan sejumlah sel epitel tubular ginjal terdiagnostik pada
NTA. Tabahan warna merah diduga glumerulonefritis.
2) Darah
a) Hb : menurun pada adanya anemia.

13
b) Sel darah merah : sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan / penurunan hidup.
c) PH : asidosis metabolik (kurang dari 7,2) dapat terjadi
karena penurunan kemampuan ginjal untuk
mengeksresikan hidrogen dn hasil khir metbolisme.
d) BUN / kreatinin : biasanya meningkat pada proporsi ratio
10:1.
e) Osmolaritas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg; sering
sama dengan urine.
f) Kalium : meningkat sehubungan dengan retensi seiring
dengan perpindahan selular (asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah merah).
g) Natrium : biasanya meningkat tetapi dengan bervariasi.
h) Ph : kalium, dan bikarbonat menurun, klorida, fosfat dan
magnesium meningkat.
i) Protein : penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan,
penurunan pemasukan, dan penurunan sistensi, karena
kekurangan asam amino esensial.
3) CT scan
4) MRI
5) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidak seimbangan
elektrolit dan asam / basa.

4. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan
mencegah komplikasi, yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal
ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan,

14
protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren sulfonat),
secara oral atau melalui retensi enema. Natrium polistriren sulfonat
bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi natrium di saluran
intenstinal.
c. Terapi cairan
d. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
e. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialysis

5. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS: Fase diuresis dari Kelebihan volume
DO: gagal ginjal akut cairan
 Perubahan pola
kemih
 Warna urin pekat
 Penurunan urine
output <400
ml/hari.
DS:- Penurunan ph Aktual/risiko tinggi
DO: pada ciaran pola napas tidak
 Pernapasan kussmaul, serebrospinal, efektif
 Fetor uremik, perembesan
cairan,
DS:- intake nutrisi Ketidakseimbangan
DO: yang tidak nutrisi kurang dari
 Muntah, adekuat sekunder kebutuhan tubuh
 Anoreksia, dari anoreksi,
 Lemah. mual, muntah

15
DS:- edema Kelelahan
DO:lemah,ada ekstremitas,
edema,terlihat sakit berat. kelemahan fisik
secara umum

6. Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d asidosis metabolik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan katabolisme protein.
c. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik/pembatasan diet, anemia.

7. Intervensi
Rencana keperawatan yang dilakukan bertujuan menurunkan
keluhan klien, menghindari penurunan dari fungsi ginjal, serta
menurunkan risiko komplikasi.
a. Kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air.
NOC NIC
 Electrolit and acid base Fluid balance management :
balance
 Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan
 Hydration output yang akurat
 Pasang urin kateter jika
Setelah dilakukan tindakan diperlukan
keperawatan selama 3x24 jam  Monitor hasil lab yang sesuai
dengan pasien Kelebihan dengan retensi cairan (BUN ,
volume cairan teratasi dengan Hmt , osmolalitas urin )
kriteria hasil:  Monitor vital sign
 Monitor indikasi retensi /
kelebihan cairan (cracles,

16
 Terbebas dari edema, efusi, CVP , edema, distensi vena
anaskara leher, asites)
 Bunyi nafas bersih, tidak ada  Kaji lokasi dan luas edema
dyspneu/ortopneu  Monitor masukan makanan /

 Terbebas dari distensi vena cairan


jugularis,  Monitor status nutrisi

 Memelihara tekanan vena  Berikan diuretik sesuai

sentral, tekanan kapiler paru, interuksi

output jantung dan vital sign  Kolaborasi pemberian obat:


DBN ....................................

 Terbebas dari kelelahan,  Monitor berat badan


kecemasan atau bingung  Monitor elektrolit
 Monitor tanda dan gejala dari
skala : odema
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten

b. Ketidakefektifan pola nafas b.d asidosis metabolik


NOC NIC
 Respiratory Status: Mandiri
Ventilation 1. Kaji status pernafasan setiap
 Vital Sign Status 4 jam
2. Bantu dan ajarkan klien
Setelah dilakukan asuhan melakukan nafas dalam
keperawatan selama 2 x 24 jam setiap 1 jam
maka klien akan menunjukan

17
status keseimbangan ciran 3. Atur posisi semi fowler
dengan KH: untuk meningkatkan
 Klien tidak sesak ekspansi paru
 TTV normal 4. Auskultasi dada untuk
 Ureum normal (20-40mg/dl) mendengarkan bunyi napas

 Kreatinin normal (0,5- setiap 2 jam

1,5mg/dl) 5. Pantau tanda vital setiap 4


jam

skala : 6. Kolaborasi,pemberian

1: tidak pernah menunjukan oksigenasi sesuai indikasi

2: jarang menunjukan 7. Kolaborasikan pemberian

3: kadang-kadang menunjukan natrium bikarbonat

4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan katabolisme protein.
NOC NIC
 Nutritional status: Adequacy Nutritional management :
of nutrient
 Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
 Weight Control untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
Setelah dilakukan tindakan dibutuhkan pasien
keperawatan selama 3x24 jam  Yakinkan diet yang dimakan
dengan pasien penyakit mengandung tinggi serat
ketidakseimbangan nutrisi untuk mencegah konstipasi
kurang dari kebutuhan tubuh

18
dapat teratasi dengan kreteria  Ajarkan pasien bagaimana
hasil: membuat catatan makanan
harian.
 Albumin serum dalam rentang  Monitor adanya penurunan
normal BB dan gula darah
 Pre albumin serum dalam  Monitor lingkungan selama
rentang normal makan
 Hematokrit dalam rentang  Jadwalkan pengobatan dan
normal tindakan tidak selama jam
 Hemoglobin dalam rentang makan
normal  Monitor turgor kulit
 Total iron binding capacity  Monitor kekeringan, rambut
dalam rentang normal kusam, total protein, Hb dan
 Jumlah limfosit dalam rentang kadar Ht
normal  Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan,
skala : dan kekeringan jaringan
1: tidak pernah menunjukan konjungtiva
2: jarang menunjukan  Monitor intake nuntrisi
3: kadang-kadang menunjukan  Informasikan pada klien dan
4: sering menunjukan keluarga tentang manfaat
5: menunjukan secara konsisten nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan

19
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval.

d. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik/pembatasan diet, anemia.
NOC NIC
 Activity Tollerance Energy Management :
 Energy Conservation
 Nutritional Status: Energy  Monitor respon
kardiorespirasi terhadap
Setelah dilakukan tindakan aktivitas (takikardi, disritmia,
keperawatan selama 3x24 jam dispneu, diaphoresis, pucat,
dengan penyakit pasien tekanan hemodinamik dan
kelelahan dapat teratasi dengan jumlah respirasi)
kriteria hasil:  Monitor dan catat pola dan
jumlah tidur pasien
 Kemampuan aktivitas  Monitor lokasi
adekuat ketidaknyamanan atau nyeri
 Mempertahankan nutrisi selama bergerak dan aktivitas
adekuat  Monitor intake nutrisi
 Keseimbangan aktivitas dan  Monitor pemberian dan efek
istirahat samping obat depresi
 Menggunakan tehnik energi  Instruksikan pada pasien
konservasi untuk mencatat tanda-tanda
dan gejala kelelahan

20
 Mempertahankan interaksi  Ajarkan tehnik dan
sosial manajemen aktivitas untuk
 Mengidentifikasi faktor- mencegah kelelahan
faktor fisik dan psikologis  Jelaskan pada pasien
yang menyebabkan kelelahan hubungan kelelahan dengan
 Mempertahankan proses penyakit
kemampuan untuk  Kolaborasi dengan ahli gizi
konsentrasi tentang cara meningkatkan
intake makanan tinggi energi
skala :  Dorong pasien dan keluarga
1: tidak pernah menunjukan mengekspresikan
2: jarang menunjukan perasaannya
3: kadang-kadang menunjukan  Catat aktivitas yang dapat
4: sering menunjukan meningkatkan kelelahan
5: menunjukan secara  Anjurkan pasien melakukan
konsisten yang meningkatkan relaksasi
(membaca, mendengarkan
musik)
 Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
  Batasi stimulasi lingkungan
untuk memfasilitasi relaksasi

8. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi adalah
sebagai berikut:
a. Defisit volume cairan teratasi
b. Asupan nutrisi tubuh terpenuhi
c. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
“Tn .A 6O thn dating ke RS dengan keluhan jumlah urine sedikit, dan
berkemih hanya 2-3x sehari, pucat (anemis), mual, muntah, dan tidak nafsu
makan, nafas berat bila banyak minum ,atau melakukan kerja berat, merasa
sangat lemah, Klien mengatakan pernah mengalami luka bakar hingga 50%
tubuhnya 1 tahun yang lalu (derajat 111), setelah dilakukan pemeriksaan fisik
diperoleh tampak penimbunan cairan seluruh tubuh ( oedemanasarka),
konjungtiva pucat,nafas berbau urea, mukosa dan kulit tanpa kering. BB 45kg
sekarang, BB 40kg dahulu, TTV diperoleh TD: 160/100 mmhg, S: 38 C, RR:
2x/i.pemeriksaan laboratorium ditemukan ureum darah 60mg/dl, kreatinin
darah 5mg/dl,HB 10 gr/dl. BUN : 10-20mg/dl, Albumin 1,9 mg/dl

22
B. Pengkajian
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 mei 2013 pukul 09.30 WIB diruang
penyakit dalam No.4 lantai 2 RS Umum Jakarta. Pengkajian dilakukan dengan
teknik wawancara dengan pasien dan keluarga pasien dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien :
1. Identitas Pasien/Biodata
Nama : Tn.A
Umur : 60 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Suku/bangsa : Melayu/indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Lintas timur kec sekernan
Tgl masuk rumah sakit : 13 mei 2013, pukul 07.20 WIB
Dx medis : Gagal ginjal akut

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Nn.z
Umur : 30 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Melayu/indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Yang Hub dengan klien : Anak
No. yang mudah dihub : 081994722061

23
3. Keluhan Utama
Jumlah urine sediikit, pucat (anemis), mual, muntah dan tidak nafsu
makan, nafas berat bila banyak minum, atau melakukan kerja berat,
merasa sangat lemah.

4. Riwayat kesehatan saekarang


Klien mengeluh jumlah urine sedikit, dan berkemi hanya 2-3x
sehari, mual, muntah, dan tidak nafsu makan, nafas berat bila banyak
minum, atau melakukan kerja berat, merasa sangat lemah,klien mengeluh
jumlah urine sedikit, dan berkemih hanya 2-3x sehari, klien juga
mengatakan bahwa nafasnya berat bila banyak minum atau melakukan
kerja berat,dan mersa sangat lemah, klien juga pengalami penimbunan
cairan diseluruh tubuh, dan mengalami luka bakar diseluruh tubuh, klien
berkemih hanya 2-3x sehari.

5. Riwayat kesehatan dahulu


Klien mengtakan bahwa dia pernah mengalami luka bakar 1 tahun yang
lalu dengan luas 50% tubuhnya dan klien dirawat di RS.

6. Riwayat kesehatan keluarga.


Klien mengatakan keluarga tidak mengalami penyakit yang sama

7. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
 Inspeksi : Rambut beruban dan bersih..
 Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut tidak kasar
2. Muka
 Inspeksi : Wajah oval,edema, bersih,sianosis tidak ada
 Palpasi : Wajah oedema

24
3. Mata
 Inspeksi : palpebia edema (kiri/kanan), konjungtiva anemis
(kiri/kanan), pupilisokor sclera ikterus (kiri/kanan), reflek cahaya
positif.pengihatan kabur.
4. Telinga
 Inspeksi : Tidak ada serumen (kirii/kanan),bentuk simetris
(kiri/kanan)
 Palpasi : Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
5. Hidung
 Inspeksi : Tidak ada secret, pernafasn menggunakan cuping hidung,
lubang hidung mengembang.
 Palpasi: benjlan tidak ada, nyeri tidak ada.
6. Mulut dan faring
 Inspeksi : Mukosa bibir kering, gigi lengkap, caries (-), lidah agak
putih, nafas bau urea.
7. Leher
Inspeksi:
- Tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi:
- Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
8. Thoraks
 Inspeksi : Gerakan simitris (kiri/kanan), tidak ada jejas,
 Palpasi : Tidak ada benjolan di thorax (kiri/kanan), vocalfremitus
tidak ada
 Perkusi : Resonan (kiri/kanan)
 Auskultasi : rhonchi +/+ pada basal paru, wheezing -/-..
9. Jantung
 Inspeksi : ictus cordis

25
 Palpasi : Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri,
batas kananics 2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan, capillary
refill 2 – 3detik.
 Perkusi : Dullness.
 Auskultasi : Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-).
10 Abdomen
 Inspeksi : Tidak ada benjolan.
 Auskultasi : Bising usus 8-15x/i
 Palpasi : tdak mengalami nyeri
 Perkusi : Tympani
11. Ekstremitas (atas dan bawah)
Inspeksi:
Tangan:
- Terlihat adanya oedem (kiri/kanan)
- Terlihat adnya bekas luka bakar (kiri/kanan)
- Kulit tampak kering (kiri/kanan)
Kaki :
- Terlihat adanya oedem (kiri/kanan)
- Terlihat adnya bekas luka bakar (kiri/kanan)
- Kulit tampak kering (kiri/kanan)
Palpasi:
- Teraba adanya massa, karena adanya penimbunan cairan

8. Eliminasi
 Klien mengatakan jumlah urine sedikit 2-3x sehari
 Klien mengatakan penurunan haluaran urine

9. Neorosensori
 Klien mengatakan Sakit kepala, penglihatan kabur, tonus otot ,
fremor

26
10. Nutrisi
 Klien mengatakan Anoreksia, mual, muntah, dan hanya
menghabiskan ¼ porsi makan
11. Interaksi sosial
 Klien tidak dapat bekeja dengan berat sebelum dibawa ke rumah sakit,
dan iinteraksi terhadap masyarakat di sekitarnya baik.
12. Pemeriksaan Hematologi:
 ureum darah 60mg/dl,
 kreatinin darah 5mg/dl,
 HB 10 gr/dl.
 BUN : 10-20mg/dl,
 Albumin 1,9 mg/dl

C. Pengelompokkan data
Data subjektif:
- Klien mengatakan berkemih hanya 2-3x sehari, mual, muntah dan tidak
nafsu makan
- Klien mengatakan nafas berat jika banyak minum, bila melakukan kerja
berat merasa sangat lemah.
- Klien mengatakan pernah mengalami luka bakar hingga 50% tubuhnya
satu tahun yang lalu.
- Klien mengatakan hanya menghabiskan ¼ porsi makan biasanya.
- Klien mengatakan nafasnya berat dan sesak dirasakan.
- Klien mengatakan banyak minum atau melakukan kerja berat nafasnya
sesak.
- Klien mengatakan mengatakan tubuhnya terasa sangat lemah.
Data objektif:
- Tampak penimbunan cairan (eodem anasarka)
- Konjungtifa tampak pucat/anemis
- Mukosa bibir dan kulit tampak kering

27
- BB dahulu 40kg, BB sekarang 45kg
- TTV: TD:130/80mmHg, S 38 C, RR 24X/i,
- Pemeriksaan laboratorium: ditemukan ureum darah 60mg/dl, kreatinin
darah 5 mg/dl, HB 10gr/dl.
- Nafas berbau urea

D. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Penurunana Kelebihan
 Klien mengeluh jumlah urine fungsi ginjal volume cairan.
sedikit
 Klien mengatakan berkemih hanya
2-3 kali dalam sehari
 Klien mengatakan pernah
mengalami luka bakar hingga 50%
tubuhnya.

Do :
 Tampak penimbunan cairan pada
tubuh (oedema anasarka)
 Konjungtiva Anemis
 Mukosa dan kulit tampak kering
 BB 45kg sekarang,BB 40kg
dahulu
 TD: 160/100 mmhg
 S: 38
 Ureum darah 60 mg/dl
 Kreatinin darah 5mg/dl

28
2. Ds : Anoreksia Perubahan
 Klien mengeluh mual, muntah Mual,muntah nutrisi kurang
dan tidak nafsu makan dari kebutuhan
 Klien mengatakan hanya tubuh
menghabiskan ¼ porsi makan
biasanya
 Klien juga mengatakan tubuhnya
terasa sangat lemah

Do :
 Nafas berbau amoniak
 Konjungtiva tampak pucat
 Mukosa bibir dan kulit tampak
kering
 BB 45kg sekarang,BB 40kg
dahulu
 TD: 160/100mmhg
 S: 380c
 HB: 10 gr/dl
 Albumin 1,9 mg/dl
 ureum darah 60mg/dl,

3. Ds : Asidosis Resiko
 Klien mengatakan nafasnya berat Metabolik ketidakefektifan
dan sesak dirasakan pola nafas
 Klien mengatakan banyak minum
atau melakukan kerja berat
nafasnya berat
 Klien juga mengatakan tubuhnya
terasa sangat lemah

29
Do :
 TD: 160/100mmhg
 S: 38 c
 RR: 28x/i
 Kreatinin: 5mg/dl
 Ureum:60mg/dl
 BUN:10-20mg/dl

E. Diagnosa yang muncul


1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan fungsi ginjal
2. Perubahan nutrisi b.d Anoreksia mual, muntah
3. Ketidakefektifan pola nafas b.d asidosis respiratory

30
F. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan Mandiri:
cairan b.d keperawatan selama 3 x 1. Awasi denyut jantung dan TD
penurunan fungsi 24 jam maka klien akan 2. Kaji input dan output cairan
ginjal menunjukan status 3. Batasi masukan cairan.
Ds : keseimbangan ciran 4. Jelaskan pada klien dan keluarga
 Klien dengan KH: alasan dan pembatasan cairan
mengeluh  Adanya belence cairan 5. Awasi berat jenis urine
jumlah urine  Peningkatan pada 6. Timbang BB setiap hari
sedikit berkemih 7. Kaji kulit,wajah,area tergantung
 Klien  Edema untuk edema
mengatakan berkurang/hilang 8. Auskultasi paru dan bunyi jantung
berkemih  Mukosa dan kulit 9. Kaji tingkat kesadaran ,selidiki
hanya 2-3 kali lembab perubahan mental,adanya gelisah.
dalam sehari  TTV normal 10. Kolaborasi : Kolaborasi,berikan
 Klien  Ureum normal(20- obat sesuai indikasi
mengatakan 40mg/dl)
opernah  Kreatinin normal
mengalami (0,5-1,5mg/dl)
luka bakar  Hb normal (12,4-
hingga 50% 14,9mg/dl)
tubuhnya satu
tahum yg lalu.
Do :
 Tampak
penimnunan
cairan pada
tubuh (oedema
anasarka)
 Konjungtiva
anemis

31
 Mukosa dan
kulit tampak
kering
 BB: 40 kg
dahulu, 45 kg
sekarang
 TD: 130/80
mmhg
 S: 38 c
 RR: 30x/i
 Ureum darah
60 mg/dl
 Kreatinin darah
5mg/dl
2 Perubahan Setelah dilakukan Mandiri
nutrisi kurang asuhan keperawatan 1. Kaji status nutris
dari kebutuhan selama 2 x 24 jam 2. Identifikasi faktor pencetus
tubuh b/d maka nutrisi klien mual
Anoreksia terpenuhi.KH: 3. Beri makan sedikit tapi sering
mual,muntah d/d  Klien tidak mual 4. Berikan porsi makan besar di
DS: muntah siang hari
 Klien juga  Klien menunjukkan 5. Berikan klien atau orang
mengeluh peningkatan nafsu terdekat daftar makanan atau
mual,muntah makan cairan yang diizinkan dan
dan tidak  Klien meningkatkan dorong terlibat pada pilihan
nafsu makan porsi makan menu.
 Klien  Nafas tidak berbau 6. Tawarkan perawatan mulut
mengatakan urine atau oral higiene.
hanya  Ureum normal (20- 7. Timbang BB tiap hari.
menghabiskan 40mg/dl)
¼ porsi

32
makan  Kreatinin normal 8. Kolaborasi,awasi pemeriksaan
biasanya (0,5-1,5mg/dl) laboratorium (albumin,dan
 Klien juga kalium.
mengatakan 9. Kolaborasi, konsul dengan ahli
tubuhnya gizi dalam pemenuhan nutrisi
terasa sangat
lemah

Do :
 Konjungtiva
pucat
 Nafas
berbnau urine
 Mukosa dan
kulit tampak
kering
 BB: 42 KG
 HB: 10 gr/dl
3. Resiko Setelah dilakukan Mandiri
ketidakefektifan asuhan keperawatan 8. Kaji status pernafasan setiap 4
pola nafas b.d selama 2 x 24 jam jam
asidosis maka klien akan 9. Bantu dan ajarkan klien
respiratory menunjukan status melakukan nafas dalam setiap
Ds : keseimbangan ciran 1 jam
 Klien dengan KH: 10. Atur posisi semi fowler untuk
mengatakan  Klien tidak sesak meningkatkan ekspansi paru
nafasnya  TTV normal 11. Auskultasi dada untuk
berat dan  Ureum normal (20- mendengarkan bunyi napas
40mg/dl) setiap 2 jam

33
sesak  Kreatinin normal 12. Pantau tanda vital setiap 4 jam
dirasakan (0,5-1,5mg/dl) 13. Kolaborasi,pemberian
 jika klien oksigenasi sesuai indikasi
banyak
minum atau
melakukan
kerja berat
 Klien juga
mengatakan
tubuhnya
terasa sangat
lemah
Do :
 Nafas berbau
urine
 Nafas
kussmaul
 S: 38 c
 RR: 30x/i
 Ureum darah
60mg/dl
 Kreatinin
darah 5mg/dl
 HB: 10 gr/dl

34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik
yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR)
dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan
eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma
klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai
dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia.
Menurut Smeltzer (2002) terdapat empat tahapan klinik dan gagal
ginjal akut, yaitu periode awal, periode oligunia, periode diuresis, dan
periode perbaikan.
5. Periode awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya
oliguria.
6. Periode oliguria (volume urine kurang dari 400 ml/24 jam) disertai
dengan peningkatan konsentrasi serum dan substansi yang biasanya
diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, serta kation
intraseluler-kalium dan magnesium). Jumlah urine minimal yang
diperlukan untuk membersihkan produk sampah normal tubuh adalah
400 ml. Pada tahap ini gejala uremik untuk pertama kalinya muncul dan
kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
7. Periode diuresis, pasien menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Meskipun urine
output mencapai kadar normal atau meningkat, fungsi renal masih
dianggap normal. Pasien harus dipantau dengan ketat akan adanya
dehidrasi selama tahap ini, jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya
meningkat.
8. Periode penyembuhan merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan
berlangsung selama 3-12 bulan. Nilai laboratorium akan kembali
normal.

35
B. Saran
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
penyebab serta upaya pencegahan penyakit Gagal Ginjal Akut agar
terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Gagal Ginjal
Akut lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri
dari penyakit Gagal Ginjal Akut.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan Gagal Ginjal Akut sehingga dapat meningkatkan
pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang Gagal Ginjal Akut serta
dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.

36
DAFTAR PUSTAKA

Manado, K. (2016). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Menjalani Terapi Hemodialisa Pada Penyakit Ginjal Kronik Di Ruangan
Dahlia Dan Melati Rsup Prof. Dr. R. D Kandou, 4. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index/jkp/article/viewFile/12873/12463

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.edisi 3,jilid 1. Jakarta :


Salemba Medika

Muttaqin, Arif, Kumala Sari.2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :


Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Wilkinson, Judith M, dkk. 2013. Buku Saku Diagnosis


Keperawatan.NANDA,Intervensi NIC,criteria Hasil NOC,edisi 9.Jakarta
:EGC

37

Anda mungkin juga menyukai