STROKE HEMORAGIK
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 3
Dosen pembimbing: Raden Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep
Disusun oleh :
Siti Julaeha 191FK03032
M. Alfi 191FK03034
Kamaliyah 191FK03136
Kelompok 1
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta
beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk
tanggung jawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 3.
Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran
dalam upaya evaluasi diri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 4
2.2 Etiologi 5
2.3 Patofisiologi 6
2.4 Faktor Resiko 7
2.5 Tanda dan Gejala 9
2.6 Klasifikasi 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang 11
2.8 Penatalaksanaan 13
2.9 Komplikasi 14
2.10 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori 15
2.11 Asuhan Keperawatan Berdasar Kasus 24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22
Daftar Pustaka 23
ii
BAB I
PENDAHULAN
Pada stroke non hemoragik suplai darah kebagian otak terganggu akibat
aterosklerosis atau bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sedangkan
pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah normal dan menyebabkan darah merembes pada area otak dan
menimbulkan kerusakan. Stroke non hemoragik, penyumbatan bisa terjadi di
sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan
lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri
dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
8. Untuk mengetahui apasaja Penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler (Widjaja, 2008). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh
darah otak sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini
menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono,2014)
4
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin,
2008).
2.2 Etiologi
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan odem dan kongesti
di sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan
gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :
1) Ateroklerosis
4) Emboli
b. Hemoragi
5
c. Hipoksis umum
2) Henti jantung-paru
d. Hipoksia setempat
2.3 Patofisiologi
6
Kematian sel-sel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi dan kinerja
otak, otak memiliki dua fungsi yaitu sensorik dan motorik, akibat awal dari
stroke adalah hemiparesis kontralateral (kelumpuhan separuh anggota
ekstremitas atas dan bawah yang bersilangan dengan hemisfer yang terkena).
Akibat yang muncul pertama kali dari hemiparesis kontralateral adalah gangguan
mobilitas fisik atau ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteri karotis dan system vertebrobasilar
dan semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah kejaringan
otak terputus selama15 samapai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan
infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dam
thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan
3) Gangguan aliran darah akibat bekuan embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium
7
2) Diabetes melitus
3) Merokok
5) Atrial Fibrilation
8) Hiperkolesterolemia
3) Riwayat keluarga
8
2.5 Tanda dan Gejala
1) Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjuka dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
9
3. Gangguan persepsi
2.6 Klasifikasi
MenurutWijaya & Putri, 2002 : Stroke Hemoragik dibagi atas dua yaitu :
10
1asospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik,afasia, dll) (Siti Rohani, 2010).
Pemeriksaan kekuatan otot adlah suatu cara yang dilakukan oleh seorang
petugas kesehatan untuk menilai kekuatan otot seseorang yang telah mengalami
stroke. Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: pasien
disuruh menggerakkan ekstremitas atau badannya dan petugas menahan gerakan
pasien tersebut, pasien disuruh menggerakkan ekstremitas atau bagian dari
badannya dan pasien disuruh menahannya selama beberapa waktu
2) Angiografi serebral
3) Elektro encefalograpy
4) Sinar x tengkorak
5) Ultrasonography Doppler
11
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri carotid/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis.
6) CT-Scan
7) MRI
9) Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli, dan TIA,
sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjuk adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali
12
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Umum
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap apabila hemodinamik stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi bila perlu berikan oksigen 1-2
liter/menit bila ada hasil gas darah
6) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan
pipi NGT
2. Penatalaksaan Medis
1) Trombolitik (streptokinase)
3) Antikoagulan (heparin)
4) Hemarrhagea (pentoxyfilin)
13
2) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi monitol, gliserol, furosemide,
intubasi, steroid dll
2.9 Komplikasi
1) Infeksi pernafasan
3) Konstipasi
4) Tromboflebitis
2) Dislokasi sendi
1) Epilepsy
2) Sakit kepala
3) Kraniotomi
14
4) Hidrosefalus
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien stroke hemoragik adalah sebagai
berikut :
1. Anamnesis
a. Identitas klien
1) Umur
Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering dijumpai
pada populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, risikonya
berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Pada stroke
hemoragik dengan perdarahan intraserebral lebih sering ditemukan
pada usia 45-60 tahun, sedangkan stroke hemoragik dengan
perdarahan subarachnoid lebih sering ditemukan pada usia 20-40
tahun.
2) Jenis Kelamin
Laki-laki lebih cenderung terkena stroke lebih tinggi dibandingkan
wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-
laki dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45
tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena
stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-
laki cenderung terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih
sering menderita stroke hemoragic subarachnoid dan kematiannya
2 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
3) Pekerjaan
15
Stroke dapat menyerang jeis pekerjaan lainnya dan beberapa ahli
menyebutkan bahwa stroke cenderung diderita oleh golongan
dengan sosial ekonomi yang tinggi karena berhubungan dengan
pola hidup, pola makan, istirahat dan aktivitas. Hasil penelitian
menunjukkan sebagaian besar (50%) berpendidikan sarjana, yang
memiliki kecenderungan adanya perubahan gaya dan pola hidup
yang dapat memicu terjadinya stroke.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri
kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit
Sekarang Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak pada saat pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain
(Rahmayanti, 2019).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. Selain
itu, pada riwayat penyakit dahulu juga ditemukan riwayat tinggi
kolesterol, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai
hipertensi dan meningkatnya kadar estrogen, dan riwayat konsumsi
alcohol (Khaira, 2018).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu (Khaira,
2018).
16
6. Pola Fungsi Kesehatan (Wati, 2019)
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Berkaitan dengan fungsi peran yang tergambar dari penyesuaian atau
pencerminan diri yang tidak adekuat terhadap peran baru setelah
stroke serta masih menerapkan pola tidak sehat yang dapat memicu
serangan stroke berulang. Pengkajian perilaku adaptasi interdependen
pada pasien paska stroke antara lain identifikasi sistem dukungan
sosial pasien baik dari keluarga, teman, maupun masyarakat
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pasien stroke sering mengalami disfagia yang menyebabkan
gangguan intake dan pola nutisi. Respons adaptasi tidak efektif yang
sering ditunjukkan pasien antara lain mual, muntah, penurunan asupan
nutrisi dan perubahan pola nutrisi. Stimulus fokal yang sering
menyebabkan respons adaptasi tidak efektif pada pola nutrisi pasien
stroke yaitu disfagia dan penurunan kemampuan mencerna makanan.
Stimulus konstekstual yaitu kelumpuhan saraf kranial, faktor usia dan
kurangnya pengetahuan tentang cara pemberian makanan pada pasien
stroke yang mengalami disfagia. Stimulus residual yaitu faktor
budaya serta pemahaman pasien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
bagi tubuh.
c. Pola Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi BAB dan BAK, konsistensi feses,
jumlah dan warna urin, inkontinensia urin, inkontinensia bowel, dan
konstipasi. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten
dengan teknik steril. Inkontinensia urin yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan, gangguan tonus
otot, gangguan tingkat kesadaran.
17
e. Pola Tidur dan Istirahat
Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
f. Pola Hubungan dan Peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara
g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Konsep diri merupakan pandangan individu tentang dirinya yang
terbentuk dari persepsi internal dan persepsi berdasarkan reaksi orang
lain terhadap dirinya. Konsep diri terbagai menjadi dua aspek yaitu
fisik diri dan personal diri. Fisik diri adalah pandangan individu
tentang kondisi fisiknya yang meliputi atribut fisik, fungsi tubuh,
seksual, status sehat dan sakit, dan gambaran diri. Personal diri adalah
pandangan individu tentang karakteristik diri, ekspresi, nilai yang
meliputi konsistensi diri, ideal diri, dan moral etika spiritual diri.
h. Pola Sensori dan Kognitif
Sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala, penglihatan berkurang atau
ganda, hilang rasa sensorik kontralateral, afasia motorik, reaksi pupil
tidak sama
i. Pola Penanggulangan Stress
Dalam hubungannya dengan kejadian stroke, keadaan stress dapat
memproduksi hormone kortisol dan adrenalin yang berkonstribusi
pada proses aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh kedua hormon tadi
meningkat jumlah trombosit dan produksi kolestrol. Kortisol dan
adrenalin juga dapat merusak sel yang melapisi arteri, sehingga lebih
mudah bagi jaringan lemak untuk tertimbun di dalam dinding arteri
j. Pola Tata Niai dan Kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
7. Pemeriksaan Fisik (Amanda, 2018)
18
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran menurun karena terjadinya perdarahan yang
menyebabkan kerusakan otak kemudian menekan batang otak.
Evaluasi tingkat kesadaran secara sederhana dapat dibagi atas :
Compos mentis : kesadaran baik
Apatis : perhatian kurang
Samnolen : kesadaran mengantuk
Stupor : kantuk yang dalam pasien dibangunkan dengan
rangsangan nyeri yang kuat
Soparokomatus : keadaan tidak ada respon verbal tidak ada respon
sama sekali
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : pasien stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah
dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80 mmHg
Nadi : pasien stroke nadi terhitung normal
Pernapasan : pasien stroke mengalami nafas cepat dan terdapat
gangguan
pada bersihan jalan napas
Suhu tubuh : pada pasien stroke tidak ada masalah suhu pada
pasien denga
stroke hemoragik
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Pemeriksaan Kepala
Kepala : Pada umumnya bentuk kepala pada pasien stroke
normocephalik
Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien
Wajah : Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring kesalah
satu Sisi
19
2) Pemeriksaan Integumen
Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan
tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek.
Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry refill
timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
3) Pemeriksaan Dada
Pada inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi biasanya
terdengar bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada klien dengan
peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesdaran compos
mentis, pada pengkajian inspeksi biasanya pernafasan tidak ada
kelainan. Palpasi thoraks didapatkan fremitus kiri dan kanan, dan
pada ausklutasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan
4) Pemeriksaan Abdomen
Biasanya pada klien stroke didapatkan distensi pada abdomen,
dapatkan penurunan peristaltik usus, dan kadang-kadang perut klien
terasa kembung.
5) Pemeriksaan Genitalia
Biasanya klien stroke dapat mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi dan ketidakmampuan mengungkapkan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan control motorik dan postural. Kadang- kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril,
20
inkontenesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6) Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya
normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI
(aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat
melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada
pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon
apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflex bicep (-))
dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi
(reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan
reflek hoffman tromer biasanya jari tidak mengembang ketika
diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky
I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak
kaki digores biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky
(+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak
beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut
dari atas ke bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi
(reflek openheim (+))
dan pada saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak
merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan
reflek patella biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan
(reflek patella (+)).
7) Pemeriksaan Neurologis
a) Pemeriksaan Nervus Cranialis
penurunan kemampuan
21
menelan dan kesulitan membuka mulut.
Nervus XI (Aksesoris). Biasanya tidak ada atrofi otot
sternokleisomastoideus dan trapezius
Nervus XII (hipoglosus). Biasanya lidah simetris, terdapat deviasi
pada satu sisi dan fasikulasi serta indra pengecapan normal.
2) Pemeriksaan Motorik
Biasanya didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparise atau kelemahan salah
satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Juga biasanya mengalami
gangguan keseimbangan dan koordinasi Nervus I (Olfaktorius).
Biasanya pada klien stroke tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman
Nervus II (Optikus). Disfungsi persepsi visual karena gangguan
jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual.
Gangguan hubungan visual-spasial biasanya sering terlihat pada klien
hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke
bagian tubuh.
Nervus III (Okulomotoris), IV(Troklearis), dan VI (Abdusen).
Pemeriksaan ini diperiksa secara bersamaan, karena saraf ini
bekerjasama dalam mengatur otot-otot ekstraokular. Jika akibat
stroke menyebabkan paralisis, pada satu sisi okularis biasanaya
didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi
yang sakit.
Nervus V (Trigeminus). Pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi
ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi pterigoideus internus dan
eksternus.
22
Nervus VII (Fasialis). Pada keadaan stroke biasanya persepsi
pengecapan dalam batas normal, namun wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
Nervus VIII (Vestibulokoklearis/Akustikus). Biasanya tidak
ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Nervus IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus). Secara anatomi dan
fisisologi berhubungan erat karena glosofaringeus mempunyai
bagian sensori yang mengantarkan rangsangan pengecapan,
mempersyarafi sinus karotikus dan korpus karotikus, dan mengatur
sensasi faring. Bagian dari faring dipersarafi oleh saraf vagus.
Biasanya pada klien stroke mengalami karena hemiplegia dan
hemiparese. Pada penilaian dengan menggunakan kekuatan otot,
tingkat kekuatan otot pada sisi yang sakit adalah 0.
3) Pemeriksaan Refleks
Pada pemerikasaan refleks patologis. Biasanya pada fase akut reflek
fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan reflek
patologis
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien
Stroke
Hemoragik adalah sebagai berikut
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, kelemahan anggota gerak
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark
jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas, reflek batuk yang tidak adekuat
23
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan
Kasus
24
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn.X
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
Tanggal Pengkajian : 07 Juni
b. Identitas Penanggung Jawab
-
c. Riwayat Kesehatan
25
-
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
a. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1) Nutrisi
-
2) Eliminasi
BAK : Keluaran urin sedikit, protein urine +++, warna urine
kuning pekat
BAB : Klien mengatakan Konstipasi
b. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
-
2) Pemeriksaan Antropemetri
TB: -
BB: -
3) Tingkat Kesadaran
Klien mengalami penurunan kesadaran
4) Tanda-Tanda Vital
TD : 170/100 mmHg
HR : 88 x/menit,
RR : 24 x/menit
S : - 0C
5) Kepala
-
26
-
7) Mata
Klien bisa membuka mata dengan stimulus nyeri
Pupil anisokor, reflek kornea -/-
8) Hidung
Klien terpasang oksigen melalui nasal canule 2L/menit
9) Mulut
Klien tidak bisa berkomunikasi, hanya merintih saja
10) Telinga
-
11) Dada
-
12) Abdomen
Klien mendapatkan intervensi bilas lambung karena mengalami stress
ulcer
13) Genitalia
-
14) Ekstremitas
Klien menekuk dan memutar bahu saat diberikan ransang
nyeri
Klien mengalami hemiplegi pada ekstremitas kanannya.
Reflek patella -/+
27
Reflek biceps dan triceps -/+
Ketika dikaji kekuatan otot , ekstremitas kanan tidak mampu
menahan grafitasi
c. Data Psikologis
1. Status emosi
-
2. Kecemasan
-
3. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
-
4. Pola koping
-
5. Gaya komunikasi
-
6. Konsep diri
-
d. Data Sosial
-
e. Data Spiritual
-
f. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil
Pemeriksaan
Hemoglobin 11 g/dl
Na + 130 meq/L
K+ 7 mEq/L
GDS 140 mg/dl
g. Program dan Rencana Pengobatan
1. Terpasang oksigen nasal canule 2L
28
2. Terpasang NGT
3. Bilas lambung
4. CT Scan
B. ANALISA DATA
29
- klien bisa mobilitas fisik
membuka mata Peningkatan TIK
dengan stimulus
nyeri, klien Vasospasme pembuluh darah
menekuk dan serebral
memutar bahu
saat diberikan Disfungsi otak lokal
ransang nyeri
Hemiparasis
DO:
Hambatan mobilitas fisik
- Klien mengalami
hemiplegi pada
ekstremitas
kanannya.
- Reflek patella -/
+,
- reflek biceps dan
triceps -/+.
- Ketika dikaji
kekuatan otot ,
ekstremitas
kanan tidak
mampu menahan
grafitasi.
30
- Klien
mendapatkan Vasospasme pembuluh darah
intervensi bilas serebral
lambung
Disfungsi otak global
DO :
- Na+ : 11 mg/dl
- K+ : 7 mEq/L Kesadaran menurun
- GDS : 140 mg/dl
Hasil pemeriksaan Resiko aspirasi
CT Scan : Terdapat
pecah pembuluh
darah
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Observasi
perfusi jaringan tindakan 1. Monitor TTV setiap 1
b.d peningkatan keperawatan jam
31
tekanan intra diharapkan perfusi 2. Kaji tingkat kesadaran
kranial (TIK) jaringan serebral klien
klien menjadi efektif 3. Kaji status neurologic
dengan kriteria setiap jam
hasil : Terapeutik
-Tanda-tanda vital 1. Anjurkan klien agar tidak
normal menekuk lutut/fleksi, batuk,
-Status sirkulasi bersin, feses yang keras atau
lancar mengedan
2. Pertahankan suhu normal
Edukasi
1. Berikan informasi
mengenai penyakit dan
kondisi klien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat sesuai program dan
monitor efek samping
32
mobilitas fisik b.d tindakan 1. Kaji kemampuan motorik
kelemahan keperawatan 2. Observasi daerah yang
anggota gerak diharapkan mobilitas tertekan, termasuk warna,
fisik tidak terganggu edema atau tanda lain
dengan kriteria gangguan sirkulasi
hasil : Terapeutik
-Tidak ada 1. Anjurkan klien untuk
kontraktur otot melakukan ROM minimal
-Tidak terjadi 4x/hari bila mungkin
penyusutan otot Edukasi
-Peningkatan 1. Lakukan massage pada
mobilitas fisik daerah tekanan
2. Berikan informasi sesuai
kondisi klien
Kolaborasi
1. Konsultasikan dengan
ahli fisioterapi
2. Kolaborasi stimulasi
elektrik
3. Kolaborasi dalam
penggunaan tempat tiidur
anti dekubitus
33
b.d penurunan tindakan 1. Monitor pola nafas klien
kesadaran keperawatan 2. Kaji bunyi nafas
diharapkan resiko tambahan
aspirasi teratasi Terapeutik
dengan kriteria 1. Posisikan semi fowler
hasil : 2. lakukan fisioterapi dada,
-Tingkat kesadaran jika diperlukan
klien meningkat Edukasi
-Kekuatan otot 1.
meningkat
-TTV dalam batas
normal
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler (Widjaja, 2008). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh
darah otak sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini
menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono,2014)
3.2 Saran
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun.
35
Daftar Pustaka
36