Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN

STROKE HEMORAGIK
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 3
Dosen pembimbing: Raden Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep

Disusun oleh :
Siti Julaeha 191FK03032

M. Alfi 191FK03034

Sinta Nursari 191FK03038

Erni Risnaeni 191FK03039

Revita Puspa S 191FK03084

Kamaliyah 191FK03136

Dina Novita 191FK03138

Kelompok 1

Kelas C kecil 2A S1- Keperawatan

FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS UNIVERSITAS
BHAKTI KENCANA BANDUNG 2021
KATA PENGATAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta
beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk
tanggung jawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 3.

Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran
dalam upaya evaluasi diri.

Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan


makalah. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi
penulis, dan pembaca.

Bandung, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 4
2.2 Etiologi 5
2.3 Patofisiologi 6
2.4 Faktor Resiko 7
2.5 Tanda dan Gejala 9
2.6 Klasifikasi 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang 11
2.8 Penatalaksanaan 13
2.9 Komplikasi 14
2.10 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori 15
2.11 Asuhan Keperawatan Berdasar Kasus 24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 22
3.2 Saran 22
Daftar Pustaka 23

ii
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,progresi cepat,


berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik. Bila peredaran darah ke otak ini
berlangsung sementara beberapa detik hingga berapa jam (kebanyakan 10-20
menit), tapi dari 24 jam disebut sebagai seragan iskemia otak sepintar

Stoke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh perdarahan intra


serebral atau perdarahan subrakhniod karena pecahnya pembuluh darah otak
yang area tertentu sehingga darah memenuhi jaringan otak. Perdarahan yang
terjadi dapat menimbulkan gejala neurologik dengan cepat karena tekanan pada
saraf didalam tengkorak yang ditandai dengan penurunan kesadaran,nadi
cepat,pernapasan cepat,pupil mengecil,kaku kuduk, dan hemiplegia.

Pada stroke non hemoragik suplai darah kebagian otak terganggu akibat
aterosklerosis atau bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sedangkan
pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah normal dan menyebabkan darah merembes pada area otak dan
menimbulkan kerusakan. Stroke non hemoragik, penyumbatan bisa terjadi di
sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan
lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri
dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Definisi dari Stroke Hemoragik ?

2. Apakah Etiologi dari Stroke Hemoragik ?

3. Bagaimana Patofisiologi dar Stroke Hemoragik ?

4. Apasajakah Faktor Resiko dari Stroke Hemoragik ?

5. Apasajakah Tanda dan Gejala dari Stroke Hemoragik ?

6. Apasajakah Klasifikasi dari Stroke Hemoragik ?

7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Stroke Hemoragik ?

8. Apasaja Penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik ?

9. Apasaja Komplikasi dari Stroke Hemoragik ?

10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Berdasar Kasus pada Klien Stroke


Hemoragik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah Definisi dari Stroke Hemoragik.

2. Untuk mengetahui apakah Etiologi dari Stroke Hemoragik.

3. Untuk mengetahui bagaimanakah Patofisiologi dari Stroke Hemoragik.

4. Untuk mengetahui apasajakah Faktor Resiko dari Stroke Hemoragik.

5. Untuk mengetahui apasajakah Tanda dan Gejala dari Stroke Hemoragik.

6. Untuk mengetahui apasajakah Klasifikasi dari Stroke Hemoragik.

7. Untuk mengetahui bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Stroke Hemoragik.

2
8. Untuk mengetahui apasaja Penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik.

9. Untuk mengetahui apasaja Komplikasi dari Stroke Hemoragik.

10. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Berdasar Kasus pada


Klien Stroke Hemoragik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Stroke adalah sindrom klinis yang awalnya timbulnya mendadak, progresif,


cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau
lebih langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan perdarahan otak non traumatik (Mansjoer,2010). Stroke/penyakit
serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari
pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak. Stroke
atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh
terhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzar & Bare, 2001).

Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler (Widjaja, 2008). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh
darah otak sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini
menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono,2014)

Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami


ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. (Price & Wilson, 2006). Stroke hemoragi adalah stroke
karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya
(Pudiastuti, 2011).

Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan


subaraknoid. Di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak

4
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin,
2008).

2.2 Etiologi

a. Trombosis serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan odem dan kongesti
di sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan
gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah trombosis. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :

1) Ateroklerosis

2) Hiperkoagulasi pada polisitemia

3) Arterisis ( radang pada arteri )

4) Emboli

b. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang


subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri.Perdarahan ini dapat terjadi
karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.

5
c. Hipoksis umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :

1) Hipertensi yang parah

2) Henti jantung-paru

3) Curah jantung turun akibat aritmia

d. Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :

1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid

2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren

2.3 Patofisiologi

Stroke disebabkan penurunan suplai darah ke otak yang disebabkan oleh


kecelakaan, hipertensi, karena pada intinya stroke hemoragik disebabkan oleh
pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intra kranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK
(Tekanan Intra Kranial) yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke subtansi otak
atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah
otak atau penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang
atau tidak ada, sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

6
Kematian sel-sel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi dan kinerja
otak, otak memiliki dua fungsi yaitu sensorik dan motorik, akibat awal dari
stroke adalah hemiparesis kontralateral (kelumpuhan separuh anggota
ekstremitas atas dan bawah yang bersilangan dengan hemisfer yang terkena).
Akibat yang muncul pertama kali dari hemiparesis kontralateral adalah gangguan
mobilitas fisik atau ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari.

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteri karotis dan system vertebrobasilar
dan semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah kejaringan
otak terputus selama15 samapai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan
infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.

1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dam
thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan

2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau


hiperviskositas darah

3) Gangguan aliran darah akibat bekuan embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium

4) Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid

2.4 Faktor Resiko

Faktor Resiko Menurut Rendi & Margaret, 2012:

1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah:

1) Tekanan darah tinggi

7
2) Diabetes melitus

3) Merokok

4) Penyakit arteri carotis dan perifer

5) Atrial Fibrilation

6) Penyakit jantung ( gagal jantung, kelainan jantung congenital, jantung


koroner, kardiomegali, kardiomyopathy)

7) Transient Ischemic Attack (TIA)

8) Hiperkolesterolemia

9) Sickle Cell Disease

10) Obesitas dan kurang aktivitas

11) Penggunaan alcohol

12) Penggunaan obat – obatan terlarang.

2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah :

1) Usia Semakin bertambah usia, semakin meningkatkan resiko stroke

2) Jenis kelamin Laki-laki mempunyai resiko lebih besar untuk menderita


stroke dibandingkan wanita.

3) Riwayat keluarga

4) Pernah mengalami stroke

8
2.5 Tanda dan Gejala

a. Tanda pada pasien stroke :

1) Kelumpuhan wajah dan anggita badan yang timbul mendadak

2) Gangguan sensibilitas pada sutu atau lebih anggota badan

3) Perubahan mendadak status mental

4) Afasia (bicara tidak lancer, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami


ucapan)

5) Ataksia anggota badan, muntah atau nyeri kepala

6) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala (Manjoer, 2012).

b. Gejala Khusus pada pasien stroke :

1. Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan


mengakibatkan kehilangan control volunter terhadap gerakan motoric, misalnya :

1) Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)

2) Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)

3) Menurunnya tonus otot abnormal

2. Kehilangan komunikasi Fungsi otak yang diperngarui stroke adalah bahasa


dan komunikasi, misalnya :

1) Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjuka dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.

2) Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama


ekspresif/represif.Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang diperlajari sebelumnya.

9
3. Gangguan persepsi

1) Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang


dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralis.

2) Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh


yang sakit dan mengabaikan diri/ ruang yang sakit tersebut.

4. Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan


hubungan dua atau lebih objek dalam area spasil

5. Kehilangan sensori,antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan


bagian tubuh (kehilangan proprisep) sulit menginteroretasikan stimulasi visual,
taktil, auditorius.

2.6 Klasifikasi

MenurutWijaya & Putri, 2002 : Stroke Hemoragik dibagi atas dua yaitu :

1) Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)


terutama karena hypertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
Peningkatan TIK(Tekanan Intra Kranial) yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebral yang disebabkan karena hypertensi sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, pons dan serebelum.

2) Perdarahan Subarachnoid : Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma


berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak
(Juwono, 2010). Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan

10
1asospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi
sensorik,afasia, dll) (Siti Rohani, 2010).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wijaya & Putri, 2002 :

1) Pemeriksaan kekuatan otot

Pemeriksaan kekuatan otot adlah suatu cara yang dilakukan oleh seorang
petugas kesehatan untuk menilai kekuatan otot seseorang yang telah mengalami
stroke. Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: pasien
disuruh menggerakkan ekstremitas atau badannya dan petugas menahan gerakan
pasien tersebut, pasien disuruh menggerakkan ekstremitas atau bagian dari
badannya dan pasien disuruh menahannya selama beberapa waktu

2) Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti pendarahan,


obstruksi, arteri, oklusi/rupture.

3) Elektro encefalograpy

Mengidintifikasi masalah didasarkan pasa gelombang otau taupun mungkin


memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

4) Sinar x tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan


dari masa yang luas, klasifikasi karotis internal terdapat pada trobus serebral.
Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada pendarahan sub arachnoid.

5) Ultrasonography Doppler

11
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri carotid/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis.

6) CT-Scan

Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.

7) MRI

Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada thrombosis, emboli


dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan
hemoragik sub arachnoris/pendarahan intracranial.

8) Pemeriksaan foto thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran


ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan
dari massa yang meluas

9) Pemeriksaan laboratorium

1) Pungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli, dan TIA,
sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjuk adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.

2) Pemeriksaan darah rutin

3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali

12
2.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksaan Umum

1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap apabila hemodinamik stabil.

2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi bila perlu berikan oksigen 1-2
liter/menit bila ada hasil gas darah

3) Kandungan kemih yang penuh dikosongkan kateter

4) Control tekanan darah, dipertahankan normal

5) Suhu tubuh harus dipertahankan

6) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan
pipi NGT

7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi

2. Penatalaksaan Medis

1) Trombolitik (streptokinase)

2) Anti platelet/ anti thrombolitik (asetosol, cilostazol, dipiridamol)

3) Antikoagulan (heparin)

4) Hemarrhagea (pentoxyfilin)

5) Antagonis serotonin (noftidrofuryl)

6) Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)

3. Penatalaksanaan Khusus/ Komplikasi

1) Atasi kejang (antikonvulsan)

13
2) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi monitol, gliserol, furosemide,
intubasi, steroid dll

3) Atasi dekompresi (kraniotomi)

4) Untuk penatalaksanaan faktor resiko:

a. Atasi hipertensi (anti hipertensi)

b. Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)

c. Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)

2.9 Komplikasi

1. Berhubungan dengan immobilisasi

1) Infeksi pernafasan

2) Nyeri yang berhubungan dengan darah yang tertekan

3) Konstipasi

4) Tromboflebitis

2. Berhubungan dengan mobilitas

1) Nyeri pada daerah punggung

2) Dislokasi sendi

3. Berhubungan dengan kerusakan otak

1) Epilepsy

2) Sakit kepala

3) Kraniotomi

14
4) Hidrosefalus

2.10 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien stroke hemoragik adalah sebagai
berikut :
1. Anamnesis
a. Identitas klien
1) Umur
Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering dijumpai
pada populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, risikonya
berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Pada stroke
hemoragik dengan perdarahan intraserebral lebih sering ditemukan
pada usia 45-60 tahun, sedangkan stroke hemoragik dengan
perdarahan subarachnoid lebih sering ditemukan pada usia 20-40
tahun.
2) Jenis Kelamin
Laki-laki lebih cenderung terkena stroke lebih tinggi dibandingkan
wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-
laki dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45
tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena
stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-
laki cenderung terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih
sering menderita stroke hemoragic subarachnoid dan kematiannya
2 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
3) Pekerjaan

15
Stroke dapat menyerang jeis pekerjaan lainnya dan beberapa ahli
menyebutkan bahwa stroke cenderung diderita oleh golongan
dengan sosial ekonomi yang tinggi karena berhubungan dengan
pola hidup, pola makan, istirahat dan aktivitas. Hasil penelitian
menunjukkan sebagaian besar (50%) berpendidikan sarjana, yang
memiliki kecenderungan adanya perubahan gaya dan pola hidup
yang dapat memicu terjadinya stroke.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi, nyeri
kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit
Sekarang Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak pada saat pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain
(Rahmayanti, 2019).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. Selain
itu, pada riwayat penyakit dahulu juga ditemukan riwayat tinggi
kolesterol, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai
hipertensi dan meningkatnya kadar estrogen, dan riwayat konsumsi
alcohol (Khaira, 2018).
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
mellitus atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu (Khaira,
2018).

16
6. Pola Fungsi Kesehatan (Wati, 2019)
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Berkaitan dengan fungsi peran yang tergambar dari penyesuaian atau
pencerminan diri yang tidak adekuat terhadap peran baru setelah
stroke serta masih menerapkan pola tidak sehat yang dapat memicu
serangan stroke berulang. Pengkajian perilaku adaptasi interdependen
pada pasien paska stroke antara lain identifikasi sistem dukungan
sosial pasien baik dari keluarga, teman, maupun masyarakat
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pasien stroke sering mengalami disfagia yang menyebabkan
gangguan intake dan pola nutisi. Respons adaptasi tidak efektif yang
sering ditunjukkan pasien antara lain mual, muntah, penurunan asupan
nutrisi dan perubahan pola nutrisi. Stimulus fokal yang sering
menyebabkan respons adaptasi tidak efektif pada pola nutrisi pasien
stroke yaitu disfagia dan penurunan kemampuan mencerna makanan.
Stimulus konstekstual yaitu kelumpuhan saraf kranial, faktor usia dan
kurangnya pengetahuan tentang cara pemberian makanan pada pasien
stroke yang mengalami disfagia. Stimulus residual yaitu faktor
budaya serta pemahaman pasien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
bagi tubuh.
c. Pola Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi BAB dan BAK, konsistensi feses,
jumlah dan warna urin, inkontinensia urin, inkontinensia bowel, dan
konstipasi. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten
dengan teknik steril. Inkontinensia urin yang berlanjut menunjukkan
kerusakan neurologis luas.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan, gangguan tonus
otot, gangguan tingkat kesadaran.

17
e. Pola Tidur dan Istirahat
Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
f. Pola Hubungan dan Peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara
g. Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Konsep diri merupakan pandangan individu tentang dirinya yang
terbentuk dari persepsi internal dan persepsi berdasarkan reaksi orang
lain terhadap dirinya. Konsep diri terbagai menjadi dua aspek yaitu
fisik diri dan personal diri. Fisik diri adalah pandangan individu
tentang kondisi fisiknya yang meliputi atribut fisik, fungsi tubuh,
seksual, status sehat dan sakit, dan gambaran diri. Personal diri adalah
pandangan individu tentang karakteristik diri, ekspresi, nilai yang
meliputi konsistensi diri, ideal diri, dan moral etika spiritual diri.
h. Pola Sensori dan Kognitif
Sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala, penglihatan berkurang atau
ganda, hilang rasa sensorik kontralateral, afasia motorik, reaksi pupil
tidak sama
i. Pola Penanggulangan Stress
Dalam hubungannya dengan kejadian stroke, keadaan stress dapat
memproduksi hormone kortisol dan adrenalin yang berkonstribusi
pada proses aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh kedua hormon tadi
meningkat jumlah trombosit dan produksi kolestrol. Kortisol dan
adrenalin juga dapat merusak sel yang melapisi arteri, sehingga lebih
mudah bagi jaringan lemak untuk tertimbun di dalam dinding arteri
j. Pola Tata Niai dan Kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang
tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
7. Pemeriksaan Fisik (Amanda, 2018)

18
a. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran menurun karena terjadinya perdarahan yang
menyebabkan kerusakan otak kemudian menekan batang otak.
Evaluasi tingkat kesadaran secara sederhana dapat dibagi atas :
 Compos mentis : kesadaran baik
 Apatis : perhatian kurang
 Samnolen : kesadaran mengantuk
 Stupor : kantuk yang dalam pasien dibangunkan dengan
rangsangan nyeri yang kuat
 Soparokomatus : keadaan tidak ada respon verbal tidak ada respon
sama sekali
b. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : pasien stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah
 dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80 mmHg
 Nadi : pasien stroke nadi terhitung normal
 Pernapasan : pasien stroke mengalami nafas cepat dan terdapat
gangguan
 pada bersihan jalan napas
 Suhu tubuh : pada pasien stroke tidak ada masalah suhu pada
pasien denga
 stroke hemoragik
c. Pemeriksaan Head To Toe
1) Pemeriksaan Kepala
 Kepala : Pada umumnya bentuk kepala pada pasien stroke
normocephalik
 Rambut : Pada umumnya tidak ada kelainan pada rambut pasien
 Wajah : Biasanya pada wajah klien stroke terlihat miring kesalah
satu Sisi

19
2) Pemeriksaan Integumen
 Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan
tampak
 pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek.
 Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry refill
 timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
3) Pemeriksaan Dada
Pada inspeksi biasanya didapatkan klien batuk, peningkatan
produksi sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan
peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi biasanya
terdengar bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada klien dengan
peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk menurun yang
sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat
kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesdaran compos
mentis, pada pengkajian inspeksi biasanya pernafasan tidak ada
kelainan. Palpasi thoraks didapatkan fremitus kiri dan kanan, dan
pada ausklutasi tidak didapatkan bunyi nafas tambahan
4) Pemeriksaan Abdomen
Biasanya pada klien stroke didapatkan distensi pada abdomen,
dapatkan penurunan peristaltik usus, dan kadang-kadang perut klien
terasa kembung.
5) Pemeriksaan Genitalia
Biasanya klien stroke dapat mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi dan ketidakmampuan mengungkapkan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena
kerusakan control motorik dan postural. Kadang- kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril,

20
inkontenesia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6) Pemeriksaan Ekstremitas
 Ekstremitas Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra. CRT biasanya
normal yaitu < 2 detik.Pada pemeriksaan nervus XI
(aksesorius) : biasanya pasien stroke hemoragik tidak dapat
melawan tahanan pada bahu yang diberikan perawat. Pada
pemeriksaan reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon
apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflex bicep (-))
dan pada pemeriksaan tricep respon tidak ada fleksi dan supinasi
(reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan
reflek hoffman tromer biasanya jari tidak mengembang ketika
diberi reflek (reflek Hoffman tromer (+)).
 Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan bluedzensky
I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak
kaki digores biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky
(+)). Pada saat dorsum pedis digores biasanya jari kaki juga tidak
beresponn (reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut
dari atas ke bawah biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi
(reflek openheim (+))
dan pada saat betis diremas dengan kuat biasanya pasien tidak
merasakan apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan
reflek patella biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan
(reflek patella (+)).
7) Pemeriksaan Neurologis
a) Pemeriksaan Nervus Cranialis
 penurunan kemampuan

21
 menelan dan kesulitan membuka mulut.
 Nervus XI (Aksesoris). Biasanya tidak ada atrofi otot
sternokleisomastoideus dan trapezius
 Nervus XII (hipoglosus). Biasanya lidah simetris, terdapat deviasi
 pada satu sisi dan fasikulasi serta indra pengecapan normal.
2) Pemeriksaan Motorik
Biasanya didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparise atau kelemahan salah
satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Juga biasanya mengalami
 gangguan keseimbangan dan koordinasi Nervus I (Olfaktorius).
Biasanya pada klien stroke tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman
 Nervus II (Optikus). Disfungsi persepsi visual karena gangguan
jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual.
Gangguan hubungan visual-spasial biasanya sering terlihat pada klien
hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke
bagian tubuh.
 Nervus III (Okulomotoris), IV(Troklearis), dan VI (Abdusen).
Pemeriksaan ini diperiksa secara bersamaan, karena saraf ini
bekerjasama dalam mengatur otot-otot ekstraokular. Jika akibat
stroke menyebabkan paralisis, pada satu sisi okularis biasanaya
didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral disisi
yang sakit.
 Nervus V (Trigeminus). Pada beberapa keadaan stroke
menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi
ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi pterigoideus internus dan
eksternus.

22
 Nervus VII (Fasialis). Pada keadaan stroke biasanya persepsi
pengecapan dalam batas normal, namun wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
 Nervus VIII (Vestibulokoklearis/Akustikus). Biasanya tidak
ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
 Nervus IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus). Secara anatomi dan
fisisologi berhubungan erat karena glosofaringeus mempunyai
bagian sensori yang mengantarkan rangsangan pengecapan,
mempersyarafi sinus karotikus dan korpus karotikus, dan mengatur
sensasi faring. Bagian dari faring dipersarafi oleh saraf vagus.
Biasanya pada klien stroke mengalami karena hemiplegia dan
hemiparese. Pada penilaian dengan menggunakan kekuatan otot,
tingkat kekuatan otot pada sisi yang sakit adalah 0.
3) Pemeriksaan Refleks
Pada pemerikasaan refleks patologis. Biasanya pada fase akut reflek
fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan reflek
patologis

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015) diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien
Stroke
Hemoragik adalah sebagai berikut
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, kelemahan anggota gerak
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark
jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas, reflek batuk yang tidak adekuat

23
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan

2.11 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus pada Klien Stroke Hemoragik

Kasus

Tn. X, 60 tahun di bawa ke RS karena mengalami penurunan kesadaran setelah


jatuh di kamar mandi. Hari ini adalah hari ke3 klien dirawat di ruang rawat
inap. Hasil pengkajian hari ini klien bisa membuka mata dengan stimulus
nyeri, klien tidak bisa berkomunikasi hanya rintihan saja, klien menekuk dan
memutar bahu saat diberikan ransang nyeri . Tanda-tanda vital adalah TD
170/100 mmHg, Nadi 88x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit terpasang
oksigen melalui nasal canule 2 L/menit dengan suara nafas ngorok. Pupil
anisokor, reflek kornea -/-. Pasien terpasang NGT . klien mendapatkan
intervensi bilas lambung karena mengalami stress ulcer. Klien mengalami
hemiplegi pada ekstremitas kanannya. Reflek patella -/+, reflek biceps dan
triceps -/+. Ketika dikaji kekuatan otot , ekstremitas kanan tidak mampu
menahan grafitasi. Hasil laboratorium : Hb 11 mg/dl, Na+ 130 mEq/L, K+ 7
mEq/L, GDS 140 mg/dl. Hasil CT Scan terdapat pecah pembuluh darah.

24
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn.X
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
Tanggal Pengkajian : 07 Juni
b. Identitas Penanggung Jawab
-
c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang


a) Keluhan Utama
-
b) Keluhan Saat Masuk RS
Tn. X, 60 tahun di bawa ke RS karena mengalami penurunan
kesadaran setelah jatuh di kamar mandi. Hari ini adalah hari ke3
klien dirawat di ruang rawat inap. Hasil pengkajian hari ini klien
bisa membuka mata dengan stimulus nyeri, klien tidak bisa
berkomunikasi hanya rintihan saja, klien menekuk dan memutar
bahu saat diberikan ransang nyeri
c) Keluhan utama saat dikaji
-

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

25
-
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
a. Pola Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1) Nutrisi
-
2) Eliminasi
BAK : Keluaran urin sedikit, protein urine +++, warna urine
kuning pekat
BAB : Klien mengatakan Konstipasi
b. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum
-
2) Pemeriksaan Antropemetri
TB: -
BB: -

3) Tingkat Kesadaran
Klien mengalami penurunan kesadaran

4) Tanda-Tanda Vital
TD : 170/100 mmHg
HR : 88 x/menit,
RR : 24 x/menit
S : - 0C
5) Kepala
-

6) Wajah dan Leher

26
-

7) Mata
Klien bisa membuka mata dengan stimulus nyeri
Pupil anisokor, reflek kornea -/-

8) Hidung
Klien terpasang oksigen melalui nasal canule 2L/menit

9) Mulut
Klien tidak bisa berkomunikasi, hanya merintih saja

10) Telinga
-

11) Dada
-

12) Abdomen
Klien mendapatkan intervensi bilas lambung karena mengalami stress
ulcer

13) Genitalia
-
14) Ekstremitas
Klien menekuk dan memutar bahu saat diberikan ransang
nyeri
Klien mengalami hemiplegi pada ekstremitas kanannya.
Reflek patella -/+

27
Reflek biceps dan triceps -/+
Ketika dikaji kekuatan otot , ekstremitas kanan tidak mampu
menahan grafitasi
c. Data Psikologis
1. Status emosi
-
2. Kecemasan
-
3. Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
-
4. Pola koping
-
5. Gaya komunikasi
-
6. Konsep diri
-
d. Data Sosial
-
e. Data Spiritual
-
f. Data Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil
Pemeriksaan
Hemoglobin 11 g/dl
Na + 130 meq/L
K+ 7 mEq/L
GDS 140 mg/dl
g. Program dan Rencana Pengobatan
1. Terpasang oksigen nasal canule 2L

28
2. Terpasang NGT
3. Bilas lambung
4. CT Scan

B. ANALISA DATA

DATA SENJANG ETOLOGI MASALAH


DS: Perdarahan arakhnoid Ketidakefektifan
- Klien mengalami perfusi jaringan
penurunan Hematoma cerebral serebral
kesadaran
setelah jatuh di Suplai darah ke otak menurun
kamar mandi.
Perfusi cerebral tidak adekuat

Iskemik, infark jaringan cerebral


DO:
- TD : 170/100
Ketidakefektifan perfusi jaringan
mmHg
serebral
- HR : 88 x/menit,
- RR : 24 x/menit
- Terpasang
oksigen 2L
- Hemiplegia

DS: Hematoma cerebral Hambatan

29
- klien bisa mobilitas fisik
membuka mata Peningkatan TIK
dengan stimulus
nyeri, klien Vasospasme pembuluh darah
menekuk dan serebral
memutar bahu
saat diberikan Disfungsi otak lokal
ransang nyeri
Hemiparasis

DO:
Hambatan mobilitas fisik
- Klien mengalami
hemiplegi pada
ekstremitas
kanannya.
- Reflek patella -/
+,
- reflek biceps dan
triceps -/+.
- Ketika dikaji
kekuatan otot ,
ekstremitas
kanan tidak
mampu menahan
grafitasi.

DS : Perdarahan subrakhnoid Resiko aspirasi


- Klien terpasang
NGT Peningkatan TIK

30
- Klien
mendapatkan Vasospasme pembuluh darah
intervensi bilas serebral
lambung
Disfungsi otak global
DO :
- Na+ : 11 mg/dl
- K+ : 7 mEq/L Kesadaran menurun
- GDS : 140 mg/dl
Hasil pemeriksaan Resiko aspirasi
CT Scan : Terdapat
pecah pembuluh
darah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Observasi
perfusi jaringan tindakan 1. Monitor TTV setiap 1
b.d peningkatan keperawatan jam

31
tekanan intra diharapkan perfusi 2. Kaji tingkat kesadaran
kranial (TIK) jaringan serebral klien
klien menjadi efektif 3. Kaji status neurologic
dengan kriteria setiap jam
hasil : Terapeutik
-Tanda-tanda vital 1. Anjurkan klien agar tidak
normal menekuk lutut/fleksi, batuk,
-Status sirkulasi bersin, feses yang keras atau
lancar mengedan
2. Pertahankan suhu normal
Edukasi
1. Berikan informasi
mengenai penyakit dan
kondisi klien
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat sesuai program dan
monitor efek samping

2 Hambatan Setelah dilakukan Observasi

32
mobilitas fisik b.d tindakan 1. Kaji kemampuan motorik
kelemahan keperawatan 2. Observasi daerah yang
anggota gerak diharapkan mobilitas tertekan, termasuk warna,
fisik tidak terganggu edema atau tanda lain
dengan kriteria gangguan sirkulasi
hasil : Terapeutik
-Tidak ada 1. Anjurkan klien untuk
kontraktur otot melakukan ROM minimal
-Tidak terjadi 4x/hari bila mungkin
penyusutan otot Edukasi
-Peningkatan 1. Lakukan massage pada
mobilitas fisik daerah tekanan
2. Berikan informasi sesuai
kondisi klien
Kolaborasi
1. Konsultasikan dengan
ahli fisioterapi
2. Kolaborasi stimulasi
elektrik
3. Kolaborasi dalam
penggunaan tempat tiidur
anti dekubitus

3 Resiko aspirasi Setelah dilakukan Observasi

33
b.d penurunan tindakan 1. Monitor pola nafas klien
kesadaran keperawatan 2. Kaji bunyi nafas
diharapkan resiko tambahan
aspirasi teratasi Terapeutik
dengan kriteria 1. Posisikan semi fowler
hasil : 2. lakukan fisioterapi dada,
-Tingkat kesadaran jika diperlukan
klien meningkat Edukasi
-Kekuatan otot 1.
meningkat
-TTV dalam batas
normal

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan
oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh
karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler (Widjaja, 2008). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh
darah otak sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini
menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono,2014)

Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami


ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. (Price & Wilson, 2006). Stroke hemoragi adalah stroke
karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya
(Pudiastuti, 2011).

3.2 Saran

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan.

Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada


sumber yang dipertanggungjawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun.

35
Daftar Pustaka

(Purwanta, 2017)Purwanta, A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan


Stroke Hemoragik Di Ruang Cempaka Bawah Rsud Sukoharjoasuhan
Keperawatan Pada Ny. M Dengan Stroke Hemoragik Di Ruang Cempaka
Bawah Rsud Sukoharjoasuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Stroke
Hemoragik Di Ruang Cempaka Ba.

(Samita, 2018)Samita, L. (2018). Asuhan keperawatan pada klien dengan stroke


iskemik di wilayah kerja puskesmas surantih kabupaten pesisir selatan sumatera
barat.

NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-


2017, edisi 10. Jakarta: EGC
(Wasena, 2019)Wasena, K. A. C. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M
DENGAN STROKE ISKEMIK DI RUANG RAWAT INAP NEUROLOGI RSUD
Dr ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019. 1–122.

36

Anda mungkin juga menyukai