Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TOTAL KNEE

REPLACEMENT (TKR) DAN TOTAL HIP REPLACEMENT (THR)

MAKALAH

Oleh

Kelompok 4
Kelas D/ 2017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS TOTAL KNEE
REPLACEMENT

MAKALAH

Disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Bedah dengan


dosen pengampu Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh:

Yustika Dian Pawesti NIM 172310101174


Annisa Tribekti Cantika Sari NIM 172310101189
Karinda Evita Sari NIM 172310101190
Muhammad Aldi NIM 172310101199
Ferita Elsa Wulandari NIM 172310101201
Raka Putra Ahmadi NIM 172310101205

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat,
hidayah dan kasih sayangnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Kasus Total Knee Replacement dan Total Hip
Replacement” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih


terdapat banyak kekurangan, baik dari segi bahasa susunan kalimat maupun
substansi dari makalah ini. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati kami
sebagai penyusun makalah menerima segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dmei perbaikan makalah ke depannya.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
ilmu dan bermanfaat bagi orang lain.

Jember, 13 Maret 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi .................................................................................. 4
2.2 Review Anatomi dan Fisiologi .............................................. 7
2.3 Epidemiologi ....................................................................... 13
2.4 Klasifikasi ........................................................................... 14
2.5 Etiologi ................................................................................ 16
2.6 Patofisiologi ......................................................................... 17
2.7 Manifestasi klinis ................................................................ 20
2.8 Pemeriksaan penunjang ..................................................... 22
2.9 Penatalaksanaan ................................................................. 25
2.10 Rehabilitasi ......................................................................... 28
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
SEBELUM TKR
3.1 Pengkajian ................................................................................ 30
3.2 Diagnosa.................................................................................... 32
3.3 Intervensi .................................................................................. 32
3.4 Implementasi ............................................................................ 41
3.5 Evaluasi ..................................................................................... 44

SESUDAH TKR

3.6 Intervensi .................................................................................. 46

iv
3.7 Implementasi ............................................................................ 56
3.8 Evaluasi ..................................................................................... 59
BAB 4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan .............................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Total Knee Replacement atau yang disingkat dengan TKR adalah prosedur
bedah yang dilakukan pada sendi lutut untuk mengganti bantalan tulang rawan pada
sendi lutut dengan bantalan buatan yang terdapat dari besi atau dan plastik
(polyethylene). Tindakan TKR dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan
yang amat berat akibat cedera ataupun radang sendi. Tindakan ini juga bisa diambil
ketika sudah dilakukan pengobatan ataupun penggunakan alat penyangga lutut
namun sudah tidak efektif lagi.
Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang
diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan masyarakat untuk berpikir praktis. Misalnya ketika hendak bepergian
masyarakat tidak lagi berjalan kaki tetapi lebih memilih untuk mengendarai sepeda
motor maupun mobil. Namun di samping adanya keuntungan seperti di atas adanya
kemudahan transportasi juga menimbulkan kerugian salah satunya adalah
terjadinya sifat malas berjalan, kemudian juga terdapat beberapa pekerjaan yang
memerlukan ekstra tenaga otot dan pergerakan sendi seperti kuli bangunan, buruh,
hal hal ini dapat memicu kerusakan sendi terlebih pada dewasa muda, seperti halnya
pada orang tua.
Sehingga, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan
gaya hidup masyarakat sekarang dengan berbagai aktifitas maupun tidak
beraktifitas atau malas bergerak terlebih lagi pada sendi lutut yang dapat
menyebabkan penyakit osteoarthritis. Sendi lutut merupakan salah satu sendi yang
menerima beban berat karena menyangga tubuh. Prevalensi orang yang memiliki
osteoartritis menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun, dan
60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Osteoarthritis menyerang pada semua
jaringan sendi s

1
eperti tulang rawan, sinovial, struktur kapsul serta ligament yang ditandai
dengan degradasi kartilago pada sendi sehingga sendi kehilangan fungsinya dan
abnormalitas bentuk sendi (Aaron, 2013). Gejala yang paling umum terjadi pada
pasien osteoarthritis adalah kekakuan sendi serta nyeri pada sendi. Nyeri menjadi
ciri utama serta penyebab dari berkurangnya kemampuan aktivitas pasien. Rasa
sakit atau nyeri biasanya cenderung memburuk pada saat aktivitas yang
mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan saat melakukan aktivitas (Sinusas,
2012).
Penderita yang mengalami kerusakan pada tulang sendi seperti osteoarthtritis
kini dapat diatasi dengan Total Knee Replacement (TKR). Sebagai tenaga
kesehatan, perawat mengkaji respon pasien yang mengalami nyeri setelah operasi
Total knee replecment dan juga mobilisasi dini. Upaya terapi ini dilakukan untuk
mengatasi keluhan nyeri, serta keluhan keterbatasan gerak atau ketidakmampuan
bergerak pada sendi lutut. Paska terapi ini, diharapkan pasien dapat bergerak tanpa
nyeri. Untuk memiliki kemampuan gerak yang baik, paska operasi pasien akan
menjalani upaya rehabilitasi (Sinusas, 2012).
Total Hip Replacement (THR) adalah suatu tindakan operasi penggantian
sendi hip, setelah terjadi kerusakan pada acettabulum dan caput femur. Menurut
Commonwealth Orthopaedic’s surgeons di Virginia bagian utara, pada tahun 2003
– 2006 ditemukan 2.600 pasien yang melakukan THR. Di United States, tahun 2003
terdapat 200.000 kasus operasi THR, 100.000 partial hip replacement, dan 36.000
revision hip replacement (Chunliu et al, 2007) dan menuut National Institute of
Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases menyatakan bahwa angka kejadian
i
THR pada 2009 berkisar 1:2.266.

Tindakan operasi Total Hip Replacement (THR) kerap memunculkan


komplikasi. Komplikasi yang serius seperti infeksi sendi terjadi sekitar 2% dari
jumlah pasien (AAOS, 2015). Beberapa komplikasi pasca operasi THR yaitu Blood
loss requiring transfusion, Deep vein thrombosit (DVT), Pulmonary embolism,
Excessive joint bleeding, Hematoma, Joint infection, Joint dislocation, S

2
ciatic nerve injury (Beagan et al, 2010).

Operasi penggantian sendi panggul dikaitkan dengan risiko cedera saraf


sekitar 0,6% sampai 1,3% dan risiko meningkat menjadi 3% bahkan sampai 6%
setelah operasi (Marican, 2011). Setelah operasi Total Hip Replacement (THR)
terjadinya Sciatic nerve injury dilaporkan mencapai 0,3% dan 4%. Cedera saraf
sciatic bisa terjadi karena adanya trauma pada saraf, hal ini terjadi selama atau
bahkan pasca operasi. Trauma pada saraf ini terjadi karena adanya traksi atau
tekanan yag berlebihan pada saraf, atau bisa juga terjadi karena benda tajam atau
tumpul yang mengenai saraf secara langsung.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
a. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan kasus TKR dan THR
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari TKR dan THR
b. Mengetahui klasifikasi TKR dan THR
c. Mengetahui penyebab dan faktor risiko dari TKR dan THR
d. Mengetahui patofisiologi dari TKR dan THR
e. Mengetahui tanda dan gejala dari TKR dan THR
f. Mengetahui penatalaksanaan dari TKR dan THR

3
BAB 2. PENDAHULUAN

2.1 Definisi

Sendi lutut merupakan salah satu sendi paling canggih pada tubuh manusia.
Sendi lutut seperti sebuah bantalan besar yang terletak pada tulang kaki bagian
bawah yang terdiri dari dua artikulasi yaitu antara femur dan tibia kemudian antara
femur dan patella (Masourus dkk, 2010). Sendi lutut sangat berpotensi mengalami
kerusakan yang disebabkan karena adanya keausan yang terjadi pada tulang
kartilago, degenerasi tulang, cidera parah atau kecelakaan, dan faktor beban lainnya
(Amirouche dan Solitro, 2011)
Sendi lutut terdiri dari tiga tulang yaitu femur, tibia dan patella.Ketiga tulang
tersebut terhubung satu sama lain, dimana femur distal terletak di bagian ujung
proxsimal tibia yang memungkinkan pergerakan halus dari kaki bagian bawah.
Sedangkan patella terletak di depan lutut dan di antara otot tendon tengah paha.
Ketiga tulang ini diikat oleh ligamen yang kuat untuk menjaga kestabilan lutut.
Sendi lutut tidak hanya menekuk seperti engsel pada pintu, tetapi juga memiliki
mobilitas yang kompleks seperti rotasi dan translasi antar tulang (Jun, 2011).
Tulang yang akan diganti pada operasi Total Knee Replacement adalah femur dan
tibia.

Gambar 1.1 bagian lutut


Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang
femur akan dibuang dan diganti dengan metal shelldan ujung dari tibia juga akan

4
diganti dengan metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik
sebagai peredam gerakan (AAOS, 2015).
Total Knee Replacement (TKR) adalah tindakan pembedahan umum yang
dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang disebabkan
oleh osteoartritis (OA) dan rheumatoid arthritis (RA) (McDonald & Molony, 2004).
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujung-ujung tulang
diganti dengan bahan logam dan plastik (polyethylene). Permukaan tulang rawan
yang rusak di tiga bagian tulang tulang pada sendi lutut akan dibuang, kemudian
permukaan tulang tersebut baru akan dilapisi dengan implant (Jones et al., 2005).
Osteoarthritis (OA) merupakan istilah yang pertama kali dicetuskan oleh John
Spender pada tahun 1886. Arthritis deformans yang dicetuskan oleh Heine
pada tahun 1926, digunakan sebagai sinonim OA di Eropa selama beberapa tahun.
Mereka tidak memberikan informasi tentang proses patologis yang mendasari
kelainan tersebut (Ida Bagus Gede A., 2015).

. OA merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago,


lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
sendi (CDC, 2014). Penyakit ini paling banyak menyebabkan nyeri dan
ketidakmampuan berjalan pada lansia (Bambang, 2003). Osteoarthritis (OA) adalah
penyakit sendi degeneratif umum dari sendi pada bagian tulang rawan yang
diakibatkan perubahan hipertropik di tulang. Osteoarthritis (OA) menyerang pada
semua jaringan sendi seperti tulang rawan, sinovial, struktur kapsul serta ligament
yang ditandai dengan degradasi kartilago pada sendi sehingga sendi kehilangan
fungsinya dan abnormalitas bentuk sendi (Aaron, 2013).
Tindakan TKR dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan yang amat
berat akibat cedera ataupun radang sendi. Tindakan ini dilakukan ketika pengobatan
ataupun penggunakan alat penyangga lutut sudah tidak efektif lagi untuk
membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari selain itu operasi ini juga
dilakuklan pada kerusakan pada sendi lutut yang telah terjadi deformitas atau
perubahan bentuk lutut menjadi tidak normal. Rata-rata usia asien yang menjalani
operasi ini adalah berkisar umur 45 tahun keatas. Dikarenakan pada usia tersebut
usia produktif dimana umur masih berkerja, dan pekerjaan yang berat seperti kuli

5
bangunan, buruh, berlebihan dalam aktifitas juga dapat mempengaruhi kerusakan
sendi lutut. Tindakan TKR dapat menyebabkan keterbatasan gerak sendi pada lutut,
edema, kelemahan, nyeri, dan disability. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakmampuan merawat diri sendiri dan gangguan aktifitas fungsional dalam
melakukan aktifitas sehari-hari seperti berjalan, dan ini menyebabkan pasien
kehilangan kemandirian.
Tujuan Total Knee Replacement yaitu :
a. Untuk menghilangkan rasa nyeri
b. Untuk menggembalikkan rentang gerak (ROM)
c. Untuk menggembalikkan fungsi normal bagi seorang pasien

Gambar 2.2 anatomi lutut

Gambar 2.3 lutut yang sudah dipasang logam


Total Hip Replacement (THR) disebut juga Arthroplasty atau rekonstruksi
sendi yang mengalami penyakit, kerusakan, tau ankilosis dengan cara modifikasi
natural. Etiologi tersering yaitu kelainan panggul pada orang dewasa seperti:
osteoartritis, rheumatoid, artritis, nekrosis avaskular, penyakit degeneratif pada
sendi pasca trauma, kelainan kongenital, dan infeksi dalam sendi atau pada tulang
dan sekitarnya.

6
Total Hip Replacement Surgery adalah suatu operasi pergantian sendi pada
bagian pinggul dengan menggunakan bahan metal dan juga plastik keras sehingga
diharpkan sendi buatan ini mampu mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi dari
pinggul. Namun disetiap operasi THR ini memiliki resiko seperti: penggumpalan
darah, infeksi, patah tulang, dsilokasi, perubahan panjang kaki, dan lain-lain.

Total Hip Replacement adalah penggantian panggul, kaput femur dan


astebulum yang rusak berat dengan sendi buatan melalui pembedahan untuk
memberikan stabilitas dan gerakan yang dilakukan pada penderita penyakit atau
trauma sendi.

Gambar 2.4 anatomi panggul


2.2 Review Anatomi dan Fisiologi
a. Tulang Pembentuk Sendi Lutut
Sendi lutut terbentuk dari 4 buah tulang, yaitu (Suryono, 2008):
1) Tulang femur
Merupakan tulang panjang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke bawah
dengan tulang tibia. Terdiri atas epiphysis proksimal, diaphysis, dan epiphysis
distalis. Bagian tulang femur yang berfungsi dalam persendian lutut adalah
epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan panjang yang disebut
condylous femoralis lateralis dan medialis. Pada bagian proksimal terdapat bulatan
kecil yang disebut epicondilus lateralis dan medialis. Pada tampak depan, terdapat
dataran sendi yang melebar ke lateral disebut juga facies patelar yang bersendi
dengan tulang patella. Bila dilihat dari belakang, antara condylus lateralis dan
medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloideal.

7
Gambar 2.5 anatomi umur

2) Tulang patella
Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia berbentuk segitiga
dan gepeng. Pada permukaan depan, tulang patella terlihat kasar sedangkan pada
permukaan dalam memiliki permukaan sendi yang lebih besar dan facies medial
yang lebih kecil.

Gambar 2.6 anatomi tulang patela


3) Tulang tibia
Merupakan salah satu tulang tungkai bawah. Tibia merupakan tulang yang
menghubungkan femur dan tumit kaki. Tulang tibia dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu bagian ujung proksimal, corpus, dan ujung distal. Bagian tulang tibia yang
membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal, yang diujungnya terdapat
condillus medialis dan tubercullum inter condiloseum lateral. Di depan dan di
belakang eminentia terdapat fossa intercondilodea anterior dan posterior.
4) Tulang fibula
Berbentuk kecil panjang dan terletak di sebelah lateral dari tibia. Terdiri dari
3 bagian, yaitu epiphysis proximal, diaphysis, dan epiphysis distalis. Epiphysis
proximal membulat yang disebut capitulum fibula.

8
Gambar 2.7 anatomi tibia dan fibula
b. Jaringan Lunak Sekitar Sendi Lutut
1) Meniscus
Berupa jaringan lunak yang merupakan struktur fibrokartilago berbentuk baji
dan terletak di antara femoral condyle dan tibial plateau. Meniscus medial
berbentuk “U” yang melingkupi 60% kompartemen medial. Sedangkan meniscus
lateral cenderung berbentuk “C” dengan jarak lebih pendek yang melingkupi 80%
sisi lateral. Jaringan meniscus mengandung air dan serat kolagen tipe I. Meniscus
berfungsi sebagai penyebaran pembebanan, peredam kejut (shock absorber),
mempermudah gerakan rotasi, dan sebagai stabilisator dengan menyerap setiap
penekanan dan meneruskannya ke sendi.
2) Bursa
Berupa kantong berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan
gerakan. Bursa berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Beberapa
bursa yang terdapat pada sendi lutut, yaitu bursa popliteus, bursa supra patellaris,
bursa infra patellaris, bursa subcutan prapatelaris, dan bursa sub patellaris.
3) Otot-otot penggerak sendi
Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut, yaitu:
a) Bagian anterior terdapat otot rektus femoris, otot vastus lateralis, otot
vastus medialis, dan otot vastus intermedialis.
b) Bagian posterior terdapat otot bicep femoris, otot semitendinosis, otot semi
membranosis, dan otot gastrocnemius.
c) Bagian medial terdapat otot sartorius.
d) Bagian lateral terdapat otot tensorfacialatae.
(Suryono, 2008)

9
c. Persendian Pada Sendi Lutut
Persendian pada sendi lutut termasuk dalam jenis sendi synovial, yang
memiliki cairan sinovial untuk membantu pergerakan dua buah tulang yang
bersendi supaya lebih leluasa. Permukaan tulang pada sendi synovial ditutupi oleh
lapisan hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage. Articular
cartilage merupakan bantalan pada persambungan tulang. Di daerah ini terdapat
rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi sebagai pengikat kedua tulang yang
bersendi supaya tulang tetap berada pada tempatnya saat terjadi gerakan. Kapsul
sendi tersebut memiliki 2 lapisan, yaitu (Lumongga. 2004):
1) Fibrous capsul (lapisan luar)
Terdiri dari jaringan connective yang kuat dan tidak teratur, lalu berlanjut
menjadi lapisan fibrous dari periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian
lagi akan menebal dan membentuk ligamentum.
2) Synovial membran (lapisan dalam)
Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective. Pada bagian
dalam membatasi cavum sendi dan pada bagian luar merupakan bagian dari
articular cartilage. Membran ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari
serum darah dan cairan sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan
campuran dari polisakarida protein, lemak, dan sel sel lainnya. Polisakarida ini
mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas cairan synovial
yang berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi mudah
digerakkan.
d. Ligamen Sendi Lutut
Ligamen bersifat cukup lentur dan jaringannya cukup kuat. Berfungsi sebagai
pembatas gerakan dan stabilitas sendi. Terdapat beberapa ligamen sendi lutut, yaitu
(Lumongga, 2004):
1) Ligamentum cruciatum anterior
Dimulai dari depan fossa intercondyloidea anterior menuju permukaan
medial condilus lateralis femoris, yang berfungsi untuk menahan hiperekstensi dan
menahan bergesernya tibia ke depan.
2) Ligamentum cruciatum posterior

10
Dimulai dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju fossa
intercondylodea tibia yang berfungsi untuk menahan pergeseran tibia ke arah
belakang.
3) Ligamentum collateral lateral
Dimulai dari epicondylus lateralis menuju capitulum fibula yang berfungsi
untuk menahan gerakan varus atau samping luar.
4) Ligamentum collateral mediale
Dimulai dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia (epicondylus
medialis tibia) yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam
eksorotasi. Namun secara bersamaan, fungsi ligament collateralle menahan
bergesernya tibia ke depan pada lutut 90°.
5) Ligamentum patella
Merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang dimulai dari
patella ke tuberositas tibia.
6) Ligamentum retinacullum patella lateral dan medial
Berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris menuju tibia.
Ligamen-ligamen ini melekat dengan tuberositas tibia.
7) Ligamentum popliteum articuatum
Berada pada daerah condylus lateralis femoris yang erat hubungannya dengan
M. Popliteum.
8) Ligamentum popliteum oblicum
Dimulai dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju
fascia popliteum dan berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut.
e. Persarafan Sendi Lutut
Persarafan pada sendi lutut melalui cabang-cabang dari nervus yang
mensarafi otot-otot di sekitar sendi yang fungsinya untuk mengatur pergerakan
pada sendi lutut. Sendi lutut disarafi oleh (Lumongga, 2004):
1. Nervus Femoralis
2. Nervus Obturatorius
3. Nervus Peroneus communis
4. Nervus Tibialis

11
f. Tulang pembentuk sendi panggul
Sendi panggul merupakan jenis persendian enarthrosis yang dibentuk oleh
caput ossis femoris dan acetabulum dari os coxae.
1) Caput osis femoris
Terletak tepat di inferior dari 1/3 tengah ligamentum inguinale. Pertengahan
dari dua caput ossis femoris pada dewasa rata-rata adalah 17,5 cm dari masing
masing caput ossis femoris. Caput ossis femoris berbentuk 2/3 dari sebuah bola.
Terdapat suatu cekungan yang prominem terletak sedikit posterior dari pertengahan
capus ossis femoris yang disebut fovea capitis.

Gambar 2.8 anatomi caput femur


2) Acetabulum
Acebulum adalah cekungan yang dalam dan berbentuk cangkir setengah
bulat. Caput ossis femoris kontak dengan acetabulum hanya di sepanjang
permukaan yang berbentuk tapal kuda (facies lunata).

Gambar 2.9 anatomi acetabulum, femoral, dan fefmur


3) Labrum acetabulare
Suatu fibrocartilage utama dan berbentuk cincin yang tidak lengkap
mengelilingi tapi luar acetabulum.

12
Gambar 2.10 anatomi labrum acetabulare
4) Capsula articularis dan ligamenta panggul
Membrana synovialis melapisi permukaan dalam dari capsula articularis
panggul. Membrana synovialis melekat pada tepi dari permukaan sendi pada femur
dan acetabulum, membentuk suatu pembungkus tubuler di sekitar ligamentum
capitis femoris, dan membatasi membrana fibrosum sendi. Mulai dari tempat
perlekatannya sampai pada tepi dari caput ossis femoris, membrana synovialis
membungkus collum ossis femoris sebelum berefleksi menuju membrana fibrosum.
Ligamentum iliofemorale, ligamentum pubofemorale, dan ligamentum
ischiofemorale memperkuat permukaan luar dari capsula articularis. Ketiga
ligamentum tersebut berfungsi menstabilkan sendi dan mengurangi sejumlah
energi otot yang dibutuhkan untuk mempertahankan posisi berdiri.

2.3 Epidemiologi
Prevalensi di Indonesia sebesar 5% pada pria dan 12,7% pada wanita,
berdasarkan pemeriksaan radiologis sendi lutut (Soeroso dkk, 2009). Angka
tersebut cukup tinggi dan diperlukan perhatian khusus, sebab osteoartritis
menyebabkan kecacatan dan gangguan pergerakan pada penderita. Penderita
osteoartritis di Amerika Serikat sebesar 15% dari total populasi, 50% dari jumlah
tersebut adalah penderita berumur diatas 65 tahun dan 85% dari jumlah tersebut
adalah penderita berumur diatas 75 tahun (Hunter, 2009), jadi usia dibawah 65
tahun hanya berkisar 15% saja. Peningkatan angka harapan hidup dan populasi
obesitas di Amerika akan menyebabkan peningkatan jumlah pasien osteoartritis
juga, diperkirakan pada tahun 2020 akan terdapat 11,6 juta penderita osteoartritis

13
(Hunter, 2009). Jadi permasalahan osteoartritris juga terjadi pada negara maju sama
seperti pada negara berkembang seperti Indonesia
Prevalensi THR yang ada di Indonesia ada 71 pasien dengan kisaran usia 33-
99 tahun dengan presentase sekitar 69,5%. Dan pada usia dibawah 45 tahun yaitu
3,2%. Dan diagnosis preoperatif utama adalah osteoarthritis sekitar 49,1% (Lenza,
2013).
2.4 Klasifikasi
Total Knee Replacement terbagi dua macam yaitu
a. Total Knee Replacement
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur bedah umum yang dilakukan
atau dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas
fungsional individu dengan osteoarthritis lutut (Whitney, 2008). Total Knee
Replacement dilakukan dengan mengganti bagian sendi yang rusak menggunakan
sepasang implant sendi buatan yang disebut prosthesis. Material implant standard
(titanium) dengan material implant oxiniumTotal Knee Replacement diberikan
untuk kondisi perkapuran stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan
perubahan bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X (Kisner, 2007).
Berdasarkan hasil dari analisis kesintasan TKR secara luas dianggap sebagai yang
efektif dan sukses stadium akhir prosedur pembedahan untuk menghilangkan rasa
sakit lutut kronis dan cacat fungsional, Total Knee Replacement (TKR) adalah
prosedur pilihan dalam pengelolaan osteoarthritis yang parah pada orang tua
meskipun tanpa cacat jelas. TKR juga dipilih pada pasien yang lebih muda dengan
memburuk lutut karena dalam peradangan arthritis. Dalam kasus tersebut,
konservatif pengobatan tidak memberikan hasil yang diinginkan dibandingkan
dengan TKR, dan juga biaya yang efektif (Rönn, et al., 2011). Total Knee
Replacement ( Operasi pergantian sendi lutut) adalah operasi ortopedik yang tidak
mudah, jika semakin banyak dilakukan operasi penderita yang mengalami
kerusakan pada sendi lutut kini dapat diatasi dengan tindakan Total Knee
Replacement atau sering disebut pergantian sendi lutut (Wijayanto, 2013). Prosedur
TKR itu sendiri yaitu dengan operasi penggantian sendi lutut yang tidak normal
dengan material buatan, ujung dari tulang femur akan dibuang dan diganti dengan

14
metal shell dan ujung dari tibia juga akan diganti metal stem dan diantara keduanya
dihubungkan dengan plastik sebagai peredam gerakan.
b. Partial Knee Replacement
Partial Knee Replacement (PKR) merupakan prosedur bedah sebagian
struktur sendi yang akan diganti dengan bahan buatan. Tindakan ini dilakukan atas
pertimbangan terdapat sebagian kecil dari struktur sendi yang rusak. Pada tahap
awal osteoarthritis, sering terjadi pada satu sisi dari lutut rusak. Hal ini biasanya
bagian dalam lutut meskipun kurang umum, arthritis juga dapat mempengaruhi sisi
luar dari lutut. Penggantian Lutut secara parsial merupakan cara efektif sebelum
penyakit berkembang, serta mencegah osteoarthritis menyebarkan, dan
menghindari tindakan TKR. TKR juga dikenal sebagai penggantian lutut uni-
kompartemen, dengan menggantikan hanya sisi yang rusak lutut dan melestarikan
tulang rawan rusak. Hal ini dapat mengakibatkan dalam sayatan kecil, menjaga
empat ligamen alami dan sendi buatan yang berfungsi lebih seperti gerakan alami
lutut (Chesterfeld et al, 2013)
Partial Knee Repalcement Ini tidak cocok untuk semua orang, prosedurnya
tidak serumit Total Knee Replacement sehingga biasanya lebih cepat dalam
pemulihan dan fungsi yang lebih baik. PKR memberikan tingkat yang sama nyeri
seperti TKR tetapi dengan kurang memar dan jaringan parut. Rentang
pergerakannya sebagus sebelum operasi dan biasanya lebih baik dari pada TKR.
PKR tidak cocok untuk semua orang karena harus memiliki kuat, ligamen sehat
pada lututnya. Kadang-kadang ini tidak akan diketahui sampai saat operasi
(Chesterfeld et al, 2013)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien yang memiliki penggantian
lutut parsial lebih cenderung dilakukan pada lutut yang telah direvisi dibandingkan
pasien yang menjalani TKR sekitar 1 orang di 10 membutuhkan operasi lebih lanjut
setelah 10 tahun. Jika pasien tidak puas dengan PKR lebih mudah untuk merevisi
penggantian parsial untuk melakukan TKR dari pada merevisi TKR akan
menyakitkan. Oleh karena itu PKR adalah pilihan untuk pasien yang lebih muda,
yang lebih cenderung membutuhkan operasi lebih lanjut dalam beberapa kasus.
Tetapi juga dapat digunakan pada beberapa pasien yang lebih tua karena kurang

15
puas saat operasi. Hasil dari operasi, tergantung pada jenis arthritis dan bukan usia
pasien (Chesterfeld et al, 2013).
Menurut Reinardo (2017) klasifikasi THR dibagi menjadi dua bagian pua,
yaitu:
a. Cemented total hip replacement
b. Bahan yang digunkan dalam tindakan Cemented total hip replacement adalah
polymethylmethacrylate yang digunakan untuk memfiksasi prostesis dengan
tulang tanpa sifat perekat.
c. Uncemented total hip replacement
Uncemented total hip arthroplasty dikembangan untuk merespon bahwa yang
paling berperan dalam proses osteolisis dan kelonggaran cemented total hip
arthroplasty adalah partikel dari semen. Pada prinsipnya prostesis yang
dikembangkan dalam tindakan ini adalah fiksasi tanpa semen dengan
mengandalkan pertumbuhan tulang femur itu sendiri.
2.5 Etiologi
Penyebab utama TKR dan THR adalah Osteoartritis, karena adanya
osteoarthritis, tulang rawan sendi menjadi rusak dan tidak lagi mampu menyerap
refleks. Ada banyak faktor risiko eksternal yang dapat menyebabkan osteoarthritis
lutut. Sebagai contoh: kelebihan berat badan, cedera lutut sebelumnya, Penyebab
lainnya adalah rheumatoid arthritis, fraktur dan faktor bawaan.
Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR dan THR antara lain :
a. Pasien yang menderita osteoarthritis berat
b. Pasien yang mengalami sakit lutut dan pinggul setiap hari
c. Pasien yang sakit sampai membatasi pergerakan aktivitas sehari-hari
d. Kekakuan sendi yang signifikan
e. Ketidakstabilan sendi lutut dan panggul saat berjalan
f. Kelainan deformitas yang menonjol, seperti kaki O atau kaki X (TKR)
g. Fraktur kolum femoralis dan acetabulum
h. Kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya, kerusakan prostesis,
osteotomi, penggantian kaput femoris

Kontraindikasi pasien TKR dan THR, adalah sebagai berikut:

16
a. Infeksi Lutut dan panggul
b. Obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg)
c. Quadriceps sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan
lutut karena kelemahan (TKR)
d. Kerusakan atau penyakit pada kulit di sekitar lutut dan sendi
e. Cacat mental yang berat.
f. Aliran darah yang buruk di kaki untuk penyakit pembuluh darah perifer.
Sebuah penyakit, jenis kanker terminal, yang telah menyebar
2.6 Patofisiologi
Tindakan TKR paling sering dilakukan pada pasien dengan penyakit
osteoarthritis tingkat lanjut. Osteoarthritis adalah peradangan sendi yang
disebabkan oleh kerusakan progresif tulang rawan yang mengakibatkan hilangnya
pelapis permukaan tulang sehingga menimbulkan rasa nyeri jika terjadi setuhan
antara tulang dengan tulang. Penghancuran osteoarthritis lutut adalah alasan umum
untuk dilakukannya tindakan TKR dan THR. Hal ini terutama berkaitan dengan
penuaan dan juga beban yang tidak dapat ditahan oleh sendi. Gejala osteoarthritis
biasanya muncul pada usia tua dan pada perempuan lebih berisiko kerena
manapouse.
Pada Oesteoartritis kerusakan awal di mulai dari hylin cartilago sendi lutut,
dimana terjadi pembentukan osteofit pada rawan sendi dan jaringan subchondaral
yang menyebabkan penurunan elastisitas dari sendi, selain permukaan sendi (tulang
rawan sendi), juga mengenai daerah-daerah sekitar sendi seperti tulang
subchondral, capsulligament yang membungkus sendi dan otot-otot yang melekat
dengan sendi. Perubahan-perubahan pada permukaan sendi (hylin cartilago) akan
mempengaruhi perubahan biokimia sehingga kan meningkatkan sintesa timidin dan
glisin sehingga akan mengalami pelunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan
rawan sendi. Hal tersebut dapat menyebabkan pembatasan pada pergerakan sendi
lutut. Jika kerusakan sendi tersebut terus berlanjut maka akan menyebabkan
penyempitan celah sendi dan osteofit, dengan adanya osteofit dapat menyebabkan
iritasi membran sinovialis sehingga timbullah nyeri tekan dan nyeri gerak, apabila
hal tersebut terus dibiarkan akan mengakibatkan kontraktur sehingga lingkup gerak

17
sendi akan menjadi terbatas, untuk memulihkan gerak sendi agar tidak terbatas
dapat dilakukan dengan Total Knee Replacement dan Total Hip Replacement.
Rheumatoid Arthritis (RA) juga merupakan salah satu alasan untuk
dilakukannya tindakan TKR dan THR. RA yang diakibatkan reaksi autoimun dalam
jaringan sinovial yang melibatkan proses fagositosis. Dalam proses ini, dihasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut selanjutkan akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan pada akhirnya
terjadi pembentukan pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang (Smeltzer & Bare, 2002). Sehingga mengakibatkan
hilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu geak sendi dan menimbulkan
nyeri yang diakibatkan serabut otot mengalami perubahan degenaritif dengan
menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot dan kontraksi pada otot, apabila
dibiarkan dan sendi lutut terus digunakan untuk menahan beban dan beraktivat akan
mengalami kecacatan(Pharmascience dkk., 2016).
Osteochondritis Dissecans Tersumbatnya aliran darah menyebabkan tulang
subchondral untuk mati dalam proses yang disebut avascular nekrosis. Tulang
tersebut kemudian diserap kembali oleh tubuh, meninggalkan tulang rawan
artikular sehingga menjadi rentan terhadap kerusakan. Hasilnya adalah fragmentasi
(diseksi) dari kedua tulang rawan dan tulang, dan gerakan bebas dari fragmen
osteokondral ini dalam ruang sendi, menyebabkan rasa sakit ,kaku pada sendi
menjadi tidak seimbang serta menyebabkan kerusakan lebih lanjut (Shea,2013).
Bagian yang sering terkena OA
a) Lutut :
(1) Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial pada rongga sendi.
(2) Kompartemen bagian medial merupakan penyangga tubuh yang utama,
tekanannya lebih besar sehingga hampir selalu menunjukkan penyempitan
paling dini.
b) Tulang belakang :
(1) Terjadi penyempitan rongga diskus.

18
(2) Pembentukan tulang baru (spuring/pembentukan taji) antara vertebra yang
berdekatan sehingga dapat menyebabkan keterlibatan pada akar syaraf atau
kompresi medula spinalis.
(3) Sklerosis dan osteofit pada sendi-sendi apofiseal invertebrata.
c) Panggul :
(1) Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan yang
terlalu berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan asetabular.
(2) Sklerosis dan pembentukan kista subkondral.
(3) Penggantian total sendi panggul menunjukkan OA panggul yang sudah berat.
d) Tangan :
(1) Biasanya mengenai bagian basal metakarpal pertama.
(2) Sendi-sendi interfalang proksimal ( nodus Bouchard ).
(3) Sendi-sendi interfalang distal
( nodus Heberden ) (Patel, 2007).

FAKTOR RISIKO TKR DAN THR

Penurunan Reaksi
metabolisme Trauma
autoimun
(fraktur)

Penurunan jumlah kolagen Fagositosis

Jumlah kondrosis Edema

Fleksibilitas sendi Proliferasi membran sinovial

Pengerasan tulang proliferasi

Osteoarthritis (OA) Erosi tulang

Rheumatoid arthritis

TKR & THR

19
TKR &THR

PRE INTRA
OPERASI OPERASI POST
OPERASI
Ansietas
Hambatan
Risiko Nyeri
Luka mobilitas
nyeri jatuh
fisik
Nyeri

Hambatan
Infeksi
mobilitas
fisik
Risiko harga diri
rendah situasional
Gambar 2.11 pathway TKR dan THR

2.7 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR dan THR biasanya
terjadi pada penderita yang mengalami nyeri lutut kronis atau kecacatan :
a. Osteoarthtritis :
1) kerusakan yang terjadi pada tulang sendi
2) terjadi pada orang yang berusia diatas 50 tahun namun bukan tidak
mungkin terjadi pada usia yang lebih muda.
3) Tulang rawan yang bantal tulangnya melembutkan lutut dan minipis,
kemudian terjadi gesekan antara tulang sehingga menyebabkan nyeri
lutut dan kekakuan.
b. Radang sendi
1) membran sinovial yang mengelilingi sendi mengalami peradangan dan
menebal.
2) dapat merusak tulang rawan sehingga menyebabkan hilangnya tulang
rawan, nyeri dan kekakuan.
c. Osteochondritis Dissecans
1) dapat menyebabkan cidera lutut serius.

20
2) Fraktur tulang sekitar lutut atau air mata ligamen lutut yang lama-
kelamaan dapat merusak tulang rawan artikular.
3) dapat menyebabkan nyeri lutut dan membatasi fungsi lutut

Terdapat beberapa risiko ketika TKR dan THR dilakukan, diantaranya


sebagai berikut :
a. Pembekuan darah
1) Meningkatkan rasa nyeri
2) Meningkatkan pembengkakan
b. Penggumpalan darah telah sampai ke paru-paru
1) Akan terjadi sesak nafas secara tiba-tiba dan nyeri dada
2) Nyeri dada lokal dengan batuk.
c. Infeksi
1) disebabkan oleh bakteri yang memasuki aliran darah.
2) Tandanya adalah demam persisten, menggigil, meningkatnya
kemerahan, nyeri, atau bengkak dari luka lutut, drainase dari luka lutut
3) Hindari terjatuh karena akan merusak lutut dan panggul baru sehingga
memerlukan oprasi lebih lanjut
Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR biasanya adalah:
a. Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit,
distensi, instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri
terjadi ketika melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya
dengan aktifitas minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa
berkurang dengan istirahat.
b. Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari
ketika setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi. - Krepitasi :
sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
c. Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai
nodus Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal

21
d. Interphalangeal (DIP)) atau nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan
sendi Proximal Phalangeal (PIP)). Pembengkakan pada tulang dapat
menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan sendi yang progresif.
e. Deformitas sendi : pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-
lahan mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan,
panggul, dan lutut (Davey, 2006)
2.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan muskoloskeletal, pemeriksaan yang tepat mengenai lutut ini
meliputi observasi, palpasi, dan penilaian dengan menggunakan test manual
tertentu.
a. Observasi
1) Gaya berjalan (Antalgic gait)
Pasien menjadi pincang karena menghindari nyeri karena menahan
beban. Ditandai dengan fase berdiri yang sangat singkat.
2) Knee thrust
Gerakan abnormal dari lutut ke arah medial atau lateral ketika berjalan
dapat mengindikasikan ketidakstabilan dari ligamentum.
3) Trendelenburg gait
Gaya berjalan pasien menjadi miring ke arah pinggul yang menderita
sehingga mengurangi beban pada pinggul dan mengurangi nyeri. Hal ini
dapat menunjukkan adanya kelainan pada sendi pinggul dan kelemahan pada
m. Gluteus medius.
4) Kulit
Perhatikan kulit pada kedua ekstremitas bawah apakah terdapat abrasi,
ulserasi, bengkak, merah, perubahan vaskular atau infeksi yang aktif
merupakan kontraindikasi dilakukan bedah implant. Adanya luka lama atau
sikatrik pada lutut dan panggul perlu diperhatikan. Adanya deformitas yang
kelihatan (contohnya : varus, valgus, rekuvartum, kontrkatur fleksi) perlu
diperhatikan. Adanya deformitas ini perlu dilakukan penilaian secara
radiografi.

22
b. Palpasi
Jika terdapat efusi pada lutut maka dilakukan palpasi. Krepitus patellofemoral
dapat dideteksi dengan menaruh tanagan pada lutut dan secara pasif menggerakkan
kaki. Adanya nyeri pada sendi bagian medial dan lateral sering didapati ada artritis
tetapi juga dapat mengindikasi adanya kelainan meniskus. Pulsasi distal, termasuk
dorsalis pedis dan posterior tibialis harus dinilai. Penilaian harus dilakukan dengan
mengggunkan test manual tertentu, ada berbagai manuver yang digunakan untuk
penilaian preoperatif yaitu :
1) ROM
Menilai refleksi dan ekstensi maksimal lutut secara aktif maupun pasif.
2) Pemeriksaan otot
Kekuatan motorik diperiksa pada ekstremitas bawah secara menyeluruh
dengan perhatian khusus pada mekanisme ekstensor/quadriceps.
3) Periksaan saraf
Dilakukan pemeriksaan pada sensoris dan refleks deep tendon (patella
dan ankle).
4) Pemeriksaan ligamen
Lateral collateral ligament (LCL) dan medial collateral ligament (MCL)
merupakan struktur yang penting pada total knne replacement.
5) Pemeriksaaan panggul dan tulang belakang
Perangsangan nyeri pada lutut dengan mengangkat tungkai yang
diluruskan atau dengan menggerakkan panggul (terutama rotasi internal),
dapat meningkatkan kecurigaan adanya keterlibatan tulang belakang lumbar,
panggul atau keduanya, sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
c. Pemeriksaan Radiologi
Radiologi Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena
osteoartritis, seperti panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan
tangan, dan tulang belakang juga sering terkena. Gambaran radiologi OA
sebagai berikut:
1) Pembentukan osteofit: pertumbuhan tulang baru (semacam taji) yang
terbentuk di tepi sendi.

23
2) Penyempitan rongga sendi : hilangnya kartilago akan menyebabkan
penyempitan rongga sendi yang tidak sama.
3) Badan yang longgar : badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya
kartilago dengan osteofit.
4) Kista subkondral dan sklerosis: peningkatan densitas tulang di sekitar
sendi yang terkena dengan pembentukan kista degeneratif
d. Pemeriksaan Imagin
Berbagai model imaging dapat digunakan untuk membantu penatalaksanaan
lutut yang sakit yaitu:
1) Rontgen polos
Merupakan kunci diagnosa, perencanaan preoperatif dan penilaian
postoperatif dari artritis dan total knee arthropalsty. Pemeriksaan minimum 3 posisi
(foto anteroposterior, foto lateral dan patella sudut tangensial) lebih baik dilakukan.
Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi.

Gambar 2.12 hasil foto rontgen setelah dilakukan THR

Gambar 2.13 hasil foto rontgen pada lutut sebelum dan setelah dilakukan TKR

24
e. MRI
Pada pemeriksaan MRI kurang begitu peka. Walau lebih sensitif
dibandingkan dengan rontgen polos dalam menilai cartilago, seringkali hal itu
disalahartikan dengan adanya kerusakan. MRI ini membantu dalam mengevaluasi
meniskus dan kelainan ligamen yang dikarenakan proses degeneratif lanjut yang
tidak dapat dilihat dalam rontgen polos.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium preoperatif dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan pasien
dan keperluannya, tetapi biasanya meliputi pemeriksaan darah rutin, kimia dasar
dan koagulasi tes (protombine time, INR dan partial thromboplastine time). EKG
dan rontgen dilakuan tergantung pada umur pasien dan kebijakan anastesi.
Urinalisis dan kultur urin juga dilakukan.
2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pre operasi
Tujuan dilakukannya manajemen pre operasi Total Knee Replacement
adalah untuk mengakaji status fungsional klien sebelum dilakukan operasi.
Pengkajian fungsional adalah untuk mengetahui latihan seperti ROM yang
diperlukan sebelum dilakkukannya operasi. Jika pengkajian fungsional klien telah
di lakukan maka selanjutnya dilakukan latihan pre operasi diantaranya adalah
pelatihan pada kontrol postural, latihan tungkai bawah mulai dari fungsional dan
kekuatan serta ketahanan pada kedua ekstremitas bawah. Penatalaksanaan
manajemen pre operasi TKR membantu klien memahami prosedur operasi yang
akan dijalani, memahami prosedur perawatan pasca operasi, serta mampu
mempersiapkan diri untuk menghadapi operasi agar siap secara fisik maupun
psikologis (Huber et all, 2013).
2. Penatalaksanaan post operasi
Penatalaksanaan manajemen post operasi pada kasus Total Knee
Replacement sangat penting dilakukan. Tanpa dilakukannya penatalaksanaan
manajemen post operasi TKR sangat dimungkinkan klien akan mengalami
keterlambatan dalam melakukan mobilisasi dini pasca operasi karena rasa nyeri
yang muncul. Selain itu pelaksanaan manajemen post operasi menekan waktu

25
lamanya di rumah sakit, menurunkan resiko komplikasi pasca operasi yang
mungkin dialami klien, menekan resiko kekakuan lutut, mengurangi resiko
terjadinya trombolisis, dan memepercepat pemulihan klien pasca operasi. Selain itu
penatalaksanaan pasca operasi TKR dan THR bertujuan untuk membantu klien
dalam mengatasi nyeri yang muncul akibat prosedur pembedahan (Canata et all,
2016).
Berikut ini adalah prosedur penatalaksanaan pasca operasi TKR dan THR
(Canata dan Casale, 2016):
a. Penatalaksanaan nyeri pasca pembedahan prosedur TKR :
1) Pendidikan kesehatan bagi klien dalam manajemen nyeri
2) Pemberian anlagesik neuraksial dan epidural
3) Manajemen analgesik secara berlanjut
4) Pemberian suntikan periarticular
5) Pemberian analgesik per oral
6) Pengkajian kepuasan klien terhadap prosedur yang dilakukan
7) Manajemen pencegahan komplikasi
b. Penatalaksanaan mobilisasi dan ROM 0-7 hari pasca operasi :
1) Latihan menggerakkan lutut dan panggul fleksi dan ekstensi ekstensi dari
sudut 0° sampai 100° dengan memperhatikan terjadinya pembengkakan.
Lakukan gerakan fleksi ekstensi dengan frekuensi gerakan mulai dari 10
gerakan sampai 40 kali per hari yang meningkat pada hari ke 2 hingga ke
7.
2) Latihan membungkuk dengan posisi duduk di kursi kemudian
membungkukkan badan ke depan.
3) Jalan kaki ringan dengan bantuan kruk sekitar 5 menit secara teratur.
4) Pengompresan dengan kompres dingin atau es secara teratur dengan
frekuensi 6x/ hari selama 20 menit.
5) Jika rasa sakit dan bengkak mengalami peningkatan anjurkan pasien
untuk mengakhiri latihan dan beristirahat.
c. 8-24 hari pasca operasi :
1) Kontrol pembengkakan pada area pembedahan.

26
2) Lakukan ROM lutut dan panggul mulai sudut 0°-120° .
3) Latihan berjalan santai tanpa menggunakan kruk.
4) Jangan memaksakan untuk berjalan lebih lama dan lebih cepat jika nyeri
muncul.
5) Ayunkan kaki ke tiga arah yakni depan, belakang (TKR)
6) Latihan berdiri tanpa berpegangan dengan intensitas waktu lamanya
berdiri meningkat pada hari berikutnya.
7) Lakukan pengompresan 6x/hari selama 20 menit.
8) Jika nyeri dan pembengkakan meningkat anjurkan klien beristirahat dan
memulai latihan pada esok hari.
d. 1-6 bulan pasca operasi :
1) Latihan ROM dengan intensitast dan frekuensi yang meningkat bertujuan
untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot.
2) Berjalan biasa dan dipercepat tanpa alat bantu untuk membiasakan fungsi
dari pemasangan prototype tulang yang baru tanpa terpincang.
3) Lanjutkan tatihan ROM pada 3 arah yaitu kedepan belakan dan
menyamping dengan rentang pergerakan mulai dari sudut 0°-130°
dengan frekuensi baik waktu dan jumlah set latihan yang meningkat.
4) Lakukan latihan gerakan jongkok, gerakan duduk berdiri, berjalan pada
area menanjak, dan penumpuan pada satu kaki yang dibedah pasca
operasi TKR dan THR.
5) Lakukan aktivitas olahraga bersepeda dengan memperhatikan nyeri. Jika
nyeri muncul segera beristirahat.
6) Lakukan latihan berjalan dengan jarak tempuh lebih dari 1 km setiap satu
minggu sekali.
e. 7-9 bulan pasca operasi :
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas produktif tanpa dibatasi dengan
memperhatikan adanya nyeri. Jika timbul nyeri anjurkan untuk beristirahat.
Apabila nyeri tidak mereda atau malah meninngkat anjurkan untuk
mengunjungi dokter.

27
2.10 Rehabilitasi
Setelah dilakukan tindakan TKR ataupun THR biasanya pasien akan
mengalami kekakuan jika tidak digerakkan. Untuk menghindari hal tersebut
pasien dapat melakukan Range of Motion (ROM) baik pasif maupun aktif.
ROM pasif bisa dilakukan 1 jam setelah selesai dilakukan tindakan operasi
dan menggunakan bantuan alat yang bernama Continous Passive Motion
(CPM). CPM akan membantu pasien dalam menggerakkan lututnya untuk
meminimalkan kekakuan yang akan terjadi seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.14 aktivitas Continous Passive Motion


ROM yang dapat diberikan dan dilakukan oleh pasien TKR dan THR adalah
sebagai berikut:
1. TKR

Gambar 2.15 aktivitas ROM pada pasien TKR

28
Gambar 2.16 aktivitas ROM untuk pasien TKR

Gambar 2.17 aktivitas ROM untuk pasien TKR


2. THR

Gambar 2.18 aktivitas ROM untuk pasien THR

Gambar 2.19 aktivitas ROM untuk pasien THR

29
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama :-
Umur : 45 keatas. (tidak bisa dilakukan pada orang yang usianya
masih terlalu muda karna pemasangan tkr tidak dapat
regenarasi)
Jenis Kelamin : ditemukan lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki (
34% banding 30,9%)
Agama :-
Alamat :-
Pekerjaan : Pekerja bangunan, Buruh tambang (Beresiko rusak
ekstremitas)
Status :-
Tgl MRS :-
Pendidikan : Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan klien
mengenai
tata cara menjaga keseimbangan kesehatan tubuh.
2) Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medis : Osteoartritis (utama), Osteochondritis Dissecans,
Kondromalasia, Artritis Septik, Radang Sendi Remati.
b. Keluhan Utama : Keluhan yang biasa muncul pada pasien sebelum
dilakukan TKR (nyeri, kaki sulit atau tidak bisa digerakkan).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Biasanya pasien merasakan nyeri pada lutut atau panggul saat naik turun
tangga, berjalan dengan jarak yang jauh dan berdiri dari posisi jongkok.
Juga mengeluh tegang otot, wajah tampak meringis menahan sakit,
mengeluh nyeri pada bagian lutut atau panggul.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Pasien pernah mengalami trauma jatuh.
e. Riwayat penyakit keluarga :

30
penyakit ini bukan merupakan penyakit herediter.
f. Riwayat psikososial:
Kaji hubungan psikososial pasien, seperti kecemasan atau ansietas dan
lain-lain.

3) Pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/90 mmHg (Normal)
Nadi : 60-80 x/menit (Normal)
Respirasi : 20 x/menit (Normal)
Suhu : 37,5 0C (Normal)
b. Head to toe
 kepala dan leher
Tidak ada keluhan, pasien tidak mengeluh pusing dan kaku leher.
 Kardiovaskuler
Tidak ada keluhan, pasien tidak mengeluh nyeri dada atau jantung
berdebar-debar.
 respirasi (paru-paru)
Tidak ada keluhan, pasien tidak mengeluh adanya sesak napas atau
batuk-batuk.
 gastrointestinalis
Tidak ada keluhan mual, muntah, BAB terkontrol dan lancar.
 urogenitalis
Tidak ada keluhan, BAK terkontrol dan lancar.
 Musculoskeletal
Biasanya pasien merasakan nyeri pada lutut atau panggul terutama
saat berjalan dengan jarak yang jauh, naik turun tangga dan berdiri
dari posisi jongkok
 Nervorum
Tidak ada keluhan, pasien tidak mengeluh adanya kesemutan pada
tungkai.

31
3.2 Diagnosa
1. Sebelum dilakukan TKR dan THR
00146 Ansietas berhubungan dengan prosedur pergantian lutut (femur distal,
patela, dan tibia proximal) dan pinggul (acetabulum dan caput femur)
00133 Nyeri kronik yang berhubungan dengan permasalahan sendi pada
bagian lutut dan pinggul
00085 Hambatan Mobilitas fIsik berhubungan dengan nyeri pada lutut dan
pinggul
00155 Risiko jatuh akibat kekakuan pada lutut dan pinggul sehingga
mobilisasi terbatas

3.3 Intervensi
No Diagosa Keperawatan NOC NIC
1. Domain 9 1211 5820 Pengurangan
00146 Ansietas Tingkat kecemasan kecemasan
Definisi : perasaan tidak nyaman Definisi : keparahan 1. Gunakan
atau kekahwatiran yang samar dari tanda-tanda pendekatan yang
disertai respon otonom (sumber ketakutan, tenang dan
sering kali tidak spesifik atau tidak ketegangan, atau meyakinkan
diketahui oleh individu), perasaan kegelisahan, yang 2. Jelaskan semua
takut yang disebabkan oleh bersal dari sumber prosedur termasuk
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini yang tidak dapat di sensasi yang akan
merupakan isyarat kewaspadaan identifikasikan dirasakan yang
yang memperingatkan individu 1. Klien yang mungkin dialami
akan adanya bahaya dan sebelumnya tidak klien selama
memampukan individu bertindak dapat beristirahat prosedur tindakan
mengahadapi ancaman dengan skala 1 3. Berikan informasi
Batasan Karakteristik: (berat) menjadi faktual terkait
Perilaku : skala 4 (ringan) diagnosis,
1. Gelisah

32
2. Insomnia 2. Klien merasakan perawatan, dan
3. Mengekspresikan gelisah yang prognosis
kekhawatiran karena sebelumnya 4. Berada disisi klien
perubahan dalam peristiwa dengan skala 1 untuk meningkatkan
hidup (berat) menjadi rasa aman dan
Afektif : skala 4 (ringan) mengurangi
1. Berfokus pada diri sendiri 3. Klien yang ketakutan
2. Gelisah sebelumnya 5. Dorong keluarga
3. Ketakutan menunjukkan untuk mendampingi
4. Sangat khawatir wajah tegang klien dengan cara
5. Distres dengan skala 1 yang tepat
Fisiologis : (berat) menjadi 6040 Terapi relaksasi
1. Wajah tegang skala 4 (ringan) 1. Gambarkan
2. Peningkatan ketegangan 4. Serangan panik rasionalisasi dan
3. Peningkatan keringat yang dialami manfaat relaksasi
Simpatis : klien yang serta jenis relaksasi
1. Wajah memerah sebelumnya yang tersedia
2. Gangguan pernapasan menunjikkan 2. Ciptakan
3. Jantung berdebar-debar skala 1 (berat) lingkungan yang
4. Peningkatan tekanan darah, menjadi skala 4 tenang dan tanpa
denyut nadi, frekuensi (ringan) distraksi lampu
pernapasan, dan reflek 5. klien yang redup dan
Parasimpatis : menyampaikan suhu lingkungan
1. Gangguan pola tidur rasa takut yang yang nyaman jika
2. Mual sebelumya dari memungkinkan
3. Sering berkemih skala 1 (berat) 3. Minta klien untuk
4. Pusing menjadi skala 4 rileks merasakan
Kognitif : (ringan) sensasi yang terjadi
1. Gangguan konsntrasi dan 6. klien 4. Dorong klien untuk
perhatian menyampaikan mengulang praktik
2. Melamun rasa cemas yang

33
3. Penurunan kemampuan sebelumnya skala teknik relaksasi jika
memecahkan masalah 1 (berat) menjadi memungkinkan
skala 4 (ringan)

2. Domain 12 2102 Tingkat Nyeri 2210 Pemberian


00133 Nyeri kronik Definisi: keparahan Analgesik
Definisi: Pengalaman sensorik dari nyeri yang 1. Tentukan lokasi,
dan emosional Tidak diamati atau karakteristik,
menyenangkan dengan kerusakan dilaporkan kualitas, dan
jaringan aktual atau potensial, 1. Klien dapat keparahan nyeri
atau digambarkan sebgai suatu melaporkan nyeri sebelum mengobati
kerusakan (internasional yang dialaminya klien
association for the study of pain); diri sebelumya 2. Cek perintah
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari skala 1 pengobatan (obat,
dari intensitas ringan hingga (deviasi berat dari dosis, frekuensi obat
berat, terjadi konstan atau kisaran normal) analgesik yang
berulang tanpa akhir yang dapat menjadi 4 diresepkan)
di antisipasi atau di prediksi dan (deviasi ringan 3. Cek adanya riwayat
berlangsung labih dari tiga (> 3) dari kisaran alergi obat
bulan. normal) 4. Berikan kebutuhan
2. Panjangnya kenyamanan dan
Batasan Karakteristik: episode nyeri aktivitas lain yang
1. Agen cidera fisik (pasca klien sebelumnya dapat membantu
TKR) menunjukkan dari relaksasi untuk
2. Laporan tentang hambatan skala 1 (deviasi memfasilitasi
kemampuan meneruskan berat dari kisaran penurunan nyeri
aktivitas sebelumnya normal) menjadi 4 5. Kolaborasikan
akibat nyeri (deviasi ringan dengan dokter
3. Keluhan tentang dari kisaran apakah obat, dosis,
karakteristik nyeri normal) rute pemberian, atau
perubahan interval

34
menggunakan standart 3. Klien mengerang dibutuhkan, buat
instrumen nyeri dan menangis rekomendasikan
4. Keluhan tentang intensitas yang sebelumya khusus berdasarkan
menggunakan standart dari skala 1 prinsip analgesik
skala nyeri (deviasi berat dari
5. Perubahan pola tidur kisaran normal) 1400 Manajemen
6. ekspresi wajah nyeri (mis.,
menjadi 5 (tidak Nyeri
mata kurang bercahaya,
ada deviasi dari 1. Gunakan strategi
tampak kacau, gerakan
kisaran normal) komunikasi
mata berpencar atau tetap
4. Ekspresi wajah terapeutik untuk
pada satu fokus, meringis)
klien yang mengetahui
7. Perubahan selera makan
sebelumnya pengalaman nyeri
menunjukkan dan sampaikan
skala 1 (deviasi penerimaan pasien
berat dari kisaran terhadap nyeri
normal) menjadi 4 2. Lakukan
(deviasi ringan pengakajian
dari kisaran komprehen sif yang
normal). meliputi lokasi,
5. Pola istirahat karakteristik, durasi,
klien yang frekuensi, kualitas
sebelumnya intensitas dan faktor
menunjukkan pencetus nyeri
skala 1 (deviasi 3. Tentukan akibat dari
berat dari kisaran pengalaman nyeri
normal) menjadi 4 terhadap kualitas
(deviasi ringan hidup klien ( pola
dari kisaran tidur dan nafsu
normal). makan)
6. Klien yang 4. Berikan informasi
sebelumnya mengenai nyeri

35
mengerinyit dari (penyebab nyeri,
skala 1 (deviasi lama nyeri, dan
berat dari kisaran antisipasi dari
normal) menjadi 5 ketidaknyamanan
(tidak ada deviasi akibat prosedur
dari kisaran 5. Kurangi faktor yang
normal) dapat mencetuskan
7. Ketegangan otot atau meningkatkan
klien yang nyeri (kelelahan)
sebelumnya
menunjukkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal) menjadi 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
8. Kehilangan nafsu
makan klien yang
sebelumnya
menunjukkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal) menjadi 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).

36
3. Domain 4 0200 Ambulasi 0104 Peningkatan
00085 Hambatan mobilitas fisik Definisi : tindakan mekanika tubuh
Definisi : keterbatasan dalam personal untuk 1. Kaji kesadaran
gerakan fisik atau satu atau lebih berjalan dari satu pasien tenang
ekstremitas secara mandiri dan tempat ke tempat lain abnormalitas
terarah secara mandiri muskuloskeletalnya
Batasan Karakteristik : dengan atau tanpa dan efek yang
1. Gangguan sikap berjalan alat bantu mungkin timbul
2. Gerakan lambat 1. Klien berjalan pada jaringan otot
3. Gerakan spastik dengan langkah dan postur
4. Gerakan tidak terkoordinasi yang efektif yang 2. Bantu untuk
5. Kesulitan membolak-balik sebelumnya dari menghindari duduk
posisi skala 1 (sangat dalam posisi yang
6. Keterbatasan rentang gerak terganggu) sama dalam jangka
7. Penurunan waktu reaksi menjadi skala 4 waktu yang yang
8. Penurunan kemampuan (sedikit lama
melakukan ketrampilan terganggu) 3. Bantuan
motorik halus dan kasar 2. Klien berjalan penggunaan
dengan pelan ambulisasi
yang sebelumnya 4. Bantu pasien
dari skala 2 memilih aktivitas
(cukup terganggu) pemanasan sebelum
menjadi skala 4 memulai latihan
(tidak terganggu) atau memulai
3. Klien berjalan pekerjaan yang
dengan kecepatan tidak dilakukan
sedang yang secara rutin
sebelumnya dari sebelumnya
skala 1 ( sangat 5. Bantu pasien
terganggu) melakukan latihan
fleksi untuk

37
menjadi skala 4 memfasilitasi
(tidak terganggu) mobilisasi sesuai
4. Klien yang indikasi
sebelumnya 6. Berikan informasi
berjalan menaiki tentang
tangga dengan kemungkinan posis
skala 1 ( sangat penyebab nyeri otot
terganggu) atau sendi
menjadi skala 4 0224 Terapi latihan :
(tidak terganggu) Mobilitas Sendi
5. Klien yang 1. Tentukan batasan
sebelumnya pergerakan sendi
berjalan menuruni dan efeknya
tangga dengan terhadap fungsi
skala 1 ( sangat sendi
terganggu) 2. Bantu pasien
menjadi skala 4 mendapatkan posisi
(tidak terganggu) tubuh yang optimal
6. Klien berjalan untuk pergerakan
mengelilingi sendi pasif maupun
kamar yang aktif sesuai indikasi
sebelumnya 3. Bantu latihan ROM
menunjukkan pasif atau ROM
skala 1 ( sangat 4. Bantu pergerakan
terganggu) sendi yang ritmitis
menjadi skala 4 dan teratur sesuai
(tidak terganggu) kadar nyeri yang
bisa ditoleransi,
ketahanan, dan
pergerakan sendi

38
5. Dukung ambulasi
jika memungkinkan

4. Domain 11 1913 Keparahan 6486 Manajemen


00155 Resiko jatuh cedera fisik lingkungan :
Definisi : rentan terhadap Definisi : keparahan Keselamatan
peningkatan resiko jatuh yang dari tanda dan gejala 1. Identifikasi hal
dapat menyebabkan bahaya fisik dari cedera tubuh yang
dan gangguan kesehatan 1. Fraktur membahayakan di
Faktor Resiko : ekstermitas yang lingkungan ( bahaya
1. Dewasa : prostesis ekstermitas sebelumnya fisik, biologi, dan
bawah menunjukkan skal kimia)
2. Kognitif : gangguan fungsi 1 (berat) menjadi 2. Singkirkan bahan
kognitif skala 4 (ringan) berbahaya dari
3. Agen farmakologi 2. Gangguan lingkungan jika
4. Fisologis : artritis, gangguan imobilitas yang diperlukan
mobilitas sebelunya modifikasi
menunjukkan lingkungan untuk
skala 1 (berat) meminimalkan
menjadi 4 bahaya dan resiko
(ringan) 3. Sediakan alat untuk
beradaptasi
4. Bantu pasien saat
melakukan

39
perpindahan ke
lingkungan yang
lebih aman
5. Siapkan nomer
telfon emergensi
untuk pasien
6. Edukasi individu
dan kelompok yang
beresiko yang ada
di lingkungan
6490 Pencegahan
jatuh
1. Identifikasi
kekurangan aik
kognitif maupun fisik
dari pasien yang
memungkinkan
potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
2. Monitor gaya
berjalan,
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
dengan ambulasi
3. Bantu ambulasi
individu yang
memiliki
ketidakseimbangan
4. Intruksikan pasien
memanggil bantuan

40
terkait pergerakan
dengan tepat
5. Ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh
untuk meminimalka
cedera
6. Bantu eliminasi
dengan frekuensi dan
interfal terjadwal
7. Sediakan
pencahayaan yang
cukup dalam rangka
meningkatkan
pandangan
8. Lakukan program
latihan fisik rutin
seperti berjalan

3.4 Implementasi
Diagnosa 00146 : Ansietas

5820 Pengurangan kecemasan


a. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Menjelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
yang mungkin dialami klien selama prosedur tindakan
c. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan
prognosis
d. Meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
e. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
6040 Terapi relaksasi

41
a. Menggambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi
yang tersedia
b. Menciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi lampu yang
redup dan suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan
c. Membantu klien untuk rileks merasakan sensasi yang terjadi
d. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengulang praktik teknik
relaksasi jika memungkinkan

Diagnosa 00132: Nyeri Kronik


2210 Pemberian Analgesik
a. Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum
mengobati klien
b. Melakukan mengecekan ulang prosedur pengobatan (obat, dosis,
frekuensi obat analgesik yang diresepkan)
c. Melakukan pengecekan apakah ada riwayat alergi obat
d. Memberikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
e. Melakukan kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasikan
khusus berdasarkan prinsip analgesik

1400 Manajemen Nyeri


a. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
b. Melakukan pengakajian komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas dan faktor pencetus
nyeri
c. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup klien
( pola tidur dan nafsu makan)

42
d. Memberikan informasi mengenai nyeri (penyebab nyeri, lama nyeri, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
e. Mengurangi faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
(kelelahan)

Diagnosa 00085: Hambatan Mobilitas Fisik

0104 Peningkatan mekanika tubuh


a. Melakukan pengkajian terhadap kesadaran pasien tenang abnormalitas
muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot
dan postur
b. Membantu pasien untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
dalam jangka waktu yang yang lama
c. Membantu pasien memilih aktivitas pemanasan sebelum memulai
latihan atau memulai pekerjaan yang tidak dilakukan secara rutin
sebelumnya
d. Membantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi
mobilisasi sesuai indikasi
e. Memberikan informasi tentang kemungkinan posis penyebab nyeri otot
atau sendi
0224 Terapi latihan : Mobilitas Sendi
a. Menentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi
sendi
b. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk
pergerakan sendi pasif maupun aktif sesuai indikasi
c. Membantu latihan ROM pasif atau ROM
d. Membantu pergerakan sendi yang ritmitis dan teratur sesuai kadar nyeri
yang bisa ditoleransi, ketahanan, dan pergerakan sendi
Diagnosa 0055: Resiko Jatuh

6486 Manajemen lingkungan : Keselamatan

43
a. Mengidentifikasi hal yang membahayakan di lingkungan ( bahaya fisik,
biologi, dan kimia)
b. Menyingkirkan bahan berbahaya dari lingkungan jika diperlukan
modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
c. Menyediakan alat untuk beradaptasi
d. Membantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang
lebih aman
e. Menyiapkan nomer telfon emergensi untuk pasien
f. Mengedukasi individu dan kelompok yang beresiko yang ada di
lingkungan
6490 Pencegahan jatuh
a. Mengidentifikasi kekurangan aik kognitif maupun fisik dari pasien yang
memungkinkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu
b. Memonitor gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan
ambulasi
c. Membantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan
d. Memberikan intruksikan pasien memanggil bantuan terkait pergerakan
dengan tepat
e. Mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh untuk meminimalka cedera
f. Membantu eliminasi dengan frekuensi dan interfal terjadwal
g. Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan
pandangan
h. Melakukan program latihan fisik rutin seperti berjalan

3.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Domain 9 1211 Tingkat Kecemasan
00146 Anisietas 1. Klien dapat beristirahat menunjukkan
skala 5
2. Klien tidak merasa gelisah skala 5

44
3. Klien telah merasa tenang skala 5
4. Klien tidak mengalami kepanikan lagi
skala 5
5. Rasa takut yang di sampaikan klien suda
tidak mengganggu skala 5
6. Klien menyampaikan sudah tidak
mengalami cemas skala 5
2 Domain 12 2102 Tingkat Nyeri
00132 Nyeri kronik 1. Klien melaporkan bahwa sudah tidak
menyalami nyeri yang berarti skala 4
2. Panjang nyeri klien dalam batas normal
yaitu skala 4
3. Klien tidak lagi mengerang kesakitan
skala 4 dan 5
4. Ekspersi wajah klien tidak menunjukkan
skala nyeri yang tinggi
5. Pola istirahat klien membaik skala 5
6. Klien yang sebelumnya mengerinyit
sudah tidak lagi skala 5
3 Domain 4 0200 Ambulasi
00085 Hambatan Mobilitas 1. Kalien dapat berjalan dengan langkah
fisik efektif skala 5
2. Klien dapat berjalan pelan skala 5
3. Klien dapat berjalan dengan kecepatan
sedang skala 5
4. Klien dapat berjalan menaiki tangga
dengan skala 5
5. Klien dapat berjalan menuruni tangga
pada skala 5

45
6. Klien berjalan mengelilingi kamar
dengan baik pada skala 5
4 Domain 11 1913 Keparahan cedera fisik
00155 Resiko Jatuh 1. Fraktur ekstremitas membaik
menunjukkan skala 4
2. Gangguan mobilitas sudah berkurang
menunjukkan skala 4

2. Sesudah dilakukan TKR

00146 Ansietas berhubungan dengan dampak dari pergantian sendi lutut dan
panggul
00132 Nyeri Akut yang berhubungan dengan pergantian sendi lutut dan
panggul
00085 Hambatan Mobilitas fIsik berhubungan dengan perubahan sendi dan
penurunan kekuatan otot
00155 Risiko jatuh akibat Artritis
00153 Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan
fungsi dan citra tubuh saat ini

3.6 Intervensi
No Diagosa Keperawatan NOC NIC
1. Domain 9 1211 5820 Pengurangan
00146 Ansietas Tingkat kecemasan kecemasan
Definisi : perasaan tidak nyaman Definisi : keparahan 1. Gunakan pendekatan
atau kekahwatiran yang samar dari tanda-tanda yang tenang dan
disertai respon otonom (sumber ketakutan, meyakinkan
sering kali tidak spesifik atau tidak ketegangan, atau 2. Jelaskan semua
diketahui oleh individu), perasaan kegelisahan, yang prosedur termasuk
takut yang disebabkan oleh bersal dari sumber sensasi yang akan

46
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini yang tidak dapat di dirasakan yang
merupakan isyarat kewaspadaan identifikasikan mungkin dialami
yang memperingatkan individu 1. Klien yang klien selama prosedur
akan adanya bahaya dan sebelumnya tidak tindakan
memampukan individu bertindak dapat beristirahat 3. Berikan informasi
mengahadapi ancaman dengan skala 1 faktual terkait
Batasan Karakteristik: (berat) menjadi diagnosis, perawatan,
Perilaku : skala 4 (ringan) dan prognosis
1. Gelisah 2. Klien merasakan 4. Berada disisi klien
2. Insomnia gelisah yang untuk meningkatkan
3. Mengekspresikan sebelumnya rasa aman dan
kekhawatiran karena dengan skala 1 mengurangi
perubahan dalam peristiwa (berat) menjadi ketakutan
hidup skala 4 (ringan) 5. Dorong keluarga
Afektif : 3. Klien yang untuk mendampingi
1. Berfokus pada diri sendiri sebelumnya klien dengan cara
2. Gelisah menunjukkan yang tepat
3. Ketakutan wajah tegang 6040 Terapi relaksasi
4. Sangat khawatir dengan skala 1 5. Gambarkan
5. Distres (berat) menjadi rasionalisasi dan
Fisiologis : skala 4 (ringan) manfaat relaksasi
1. Wajah tegang 4. Serangan panik serta jenis relaksasi
2. Peningkatan ketegangan yang dialami klien yang tersedia
3. Peningkatan keringat yang sebelumnya 6. Ciptakan
Simpatis : menunjikkan skala lingkungan yang
1. Wajah memerah 1 (berat) menjadi tenang dan tanpa
2. Gangguan pernapasan skala 4 (ringan) distraksi lampu
3. Jantung berdebar-debar 5. klien yang redup dan
4. Peningkatan tekanan darah, menyampaikan suhu lingkungan
denyut nadi, frekuensi rasa takut yang yang nyaman jika
pernapasan, dan reflek sebelumya dari memungkinkan

47
Parasimpatis : skala 1 (berat) 7. Minta klien untuk
1. Gangguan pola tidur menjadi skala 4 rileks merasakan
2. Mual (ringan) sensasi yang terjadi
3. Sering berkemih 6. klien 8. Dorong klien untuk
4. Pusing menyampaikan mengulang praktik
5. Kognitif : rasa cemas yang teknik relaksasi jika
6. Gangguan konsntrasi dan sebelumnya skala memungkinkan
perhatian 1 (berat) menjadi
7. Melamun skala 4 (ringan)
8. Penurunan kemampuan
memecahkan masalah

2. Domain 12 2102 Tingkat Nyeri 2210 Pemberian


00132 Nyeri Akut Definisi: keparahan Analgesik
Definisi: pengalaman sensorik dari nyeri yang 1. Tentukan lokasi,
dan emosional tidak diamati atau karakteristik,
menyenangkan dengan kerusakan dilaporkan kualitas, dan
jaringan aktual atau digambarkan 1. Klien dapat keparahan nyeri
sebagai suatu kerusakan melaporkan nyeri sebelum mengobati
(International Association for the yang dialaminya klien
Study of Pain) awitan yang tiba- diri sebelumya 2. Cek perintah
tiba atau lambat dengan intensitas dari skala 1 pengobatan (obat,
dari ringan hingga berat, terjadi (deviasi berat dari dosis, frekuensi obat
konstan atau berulang tanpa akhir kisaran normal) analgesik yang
yang dapat diantisipasi atau menjadi 4 (deviasi diresepkan)
diprediksi dan berlangsung ringan dari 3. Cek adanya riwayat
kurang dari 6 bulan. kisaran normal) alergi obat
Batasan Karakteristik: 2. Panjangnya 4. Berikan kebutuhan
1. Agen cidera fisik (pasca TKR episode nyeri kenyamanan dan
dan/atau THR) klien sebelumnya aktivitas lain yang

48
2. Sikap melindungi area nyeri menunjukkan dari dapat membantu
3. Perubahan posisi untuk skala 1 (deviasi relaksasi untuk
menghindari nyeri berat dari kisaran memfasilitasi
4. Laporan tentang perilaku nyeri normal) menjadi 4 penurunan nyeri
atau perubahan aktivitas (deviasi ringan 5. Kolaborasikan
misalnya laporan dari keluarga dari kisaran dengan dokter
5. Keluhan tentang karakteristik normal) apakah obat, dosis,
nyeri menggunakan standart 3. Klien mengerang rute pemberian, atau
instrumen nyeri dan menangis perubahan interval
6. Keluhan tentang intensitas yang sebelumya dibutuhkan, buat
menggunakan standart skala dari skala 1 rekomendasikan
nyeri (deviasi berat dari khusus berdasarkan
7. Bukti nyeri dengan kisaran normal) prinsip analgesik
menggunakan standart daftar menjadi 5 (tidak
periksa nyeri untuk pasien ada deviasi dari 1400 Manajemen
yang tidak dapat kisaran normal) Nyeri
menggungkapkan 4. Ekspresi wajah 1. Gunakan strategi
8. Perubahan selera makan klien yang komunikasi
sebelumnya terapeutik untuk
menunjukkan mengetahui
skala 1 (deviasi pengalaman nyeri
berat dari kisaran dan sampaikan
normal) menjadi 4 penerimaan pasien
(deviasi ringan terhadap nyeri
dari kisaran 2. Lakukan pengakajian
normal). komprehensif yang
5. Pola istirahat meliputi lokasi,
klien yang karakteristik, durasi,
sebelumnya frekuensi, kualitas
menunjukkan intensitas dan faktor
skala 1 (deviasi pencetus nyeri

49
berat dari kisaran 3. Tentukan akibat dari
normal) menjadi 4 pengalaman nyeri
(deviasi ringan terhadap kualitas
dari kisaran hidup klien ( pola
normal). tidur dan nafsu
6. Klien yang makan)
sebelumnya 4. Berikan informasi
mengerinyit dari mengenai nyeri
skala 1 (deviasi (penyebab nyeri,
berat dari kisaran lama nyeri, dan
normal) menjadi 5 antisipasi dari
(tidak ada deviasi ketidaknyamanan
dari kisaran akibat prosedur
normal) 5. Kurangi faktor yang
7. Ketegangan otot dapat mencetuskan
klien yang atau meningkatkan
sebelumnya nyeri (kelelahan)
menunjukkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal) menjadi 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
8. Kehilangan nafsu
makan klien yang
sebelumnya
menunjukkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal) menjadi 4

50
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).

3. Domain 4 0200 Ambulasi 0104 Peningkatan


00085 Hambatan mobilitas fisik Definisi : tindakan mekanika tubuh
Definisi : keterbatasan dalam personal untuk 1. Kaji kesadaran
gerakan fisik atau satu atau lebih berjalan dari satu pasien tenang
ekstremitas secara mandiri dan tempat ke tempat lain abnormalitas
terarah secara mandiri muskuloskeletalnya
Batasan Karakteristik : dengan atau tanpa dan efek yang
1. Gangguan sikap berjalan alat bantu mungkin timbul
2. Gerakan lambat 1. Klien berjalan pada jaringan otot
3. Gerakan spastik dengan langkah dan postur
4. Gerakan tidak terkoordinasi yang efektif yang 2. Bantu untuk
5. Kesulitan membolak-balik sebelumnya dari menghindari duduk
posisi skala 1 (sangat dalam posisi yang
6. Keterbatasan rentang gerak terganggu) sama dalam jangka
7. Penurunan waktu reaksi menjadi skala 4 waktu yang yang
8. Penurunan kemampuan (sedikit lama
melakukan ketrampilan terganggu) 3. Bantu pasien
motorik halus dan kasar 2. Klien berjalan memilih aktivitas
dengan pelan pemanasan sebelum
yang sebelumnya memulai latihan
dari skala 2 atau memulai
(cukup terganggu) pekerjaan yang
menjadi skala 4 tidak dilakukan
(tidak terganggu)

51
3. Klien berjalan secara rutin
dengan kecepatan sebelumnya
sedang yang 4. Bantu pasien
sebelumnya dari melakukan latihan
skala 1 ( sangat fleksi untuk
terganggu) memfasilitasi
menjadi skala 4 mobilisasi sesuai
(tidak terganggu) indikasi
4. Klien yang 5. Berikan informasi
sebelumnya tentang
berjalan menaiki kemungkinan posis
tangga dengan penyebab nyeri otot
skala 1 ( sangat atau sendi
terganggu) 0224 Terapi latihan :
menjadi skala 4 Mobilitas Sendi
(tidak terganggu) 1. Tentukan batasan
5. Klien yang pergerakan sendi dan
sebelumnya efeknya terhadap
berjalan menuruni fungsi sendi
tangga dengan 2. Bantu pasien
skala 1 ( sangat mendapatkan posisi
terganggu) tubuh yang optimal
menjadi skala 4 untuk pergerakan
(tidak terganggu) sendi pasif maupun
6. Klien berjalan aktif sesuai indikasi
mengelilingi 3. Bantu latihan ROM
kamar yang pasif atau ROM
sebelumnya 4. Bantu pergerakan
menunjukkan sendi yang ritmitis
skala 1 ( sangat dan teratur sesuai
terganggu) kadar nyeri yang

52
menjadi skala 4 bisa ditoleransi,
(tidak terganggu) ketahanan, dan
pergerakan sendi
5. Dukung ambulasi
jika memungkinkan

4. Domain 11 1913 Keparahan 6486 Manajemen


00155 Resiko jatuh cedera fisik lingkungan :
Definisi : rentan terhadap Definisi : keparahan Keselamatan
peningkatan resiko jatuh yang dari tanda dan gejala 1. Identifikasi hal yang
dapat menyebabkan bahaya fisik dari cedera tubuh membahayakan di
dan gangguan kesehatan 1. Fraktur lingkungan ( bahaya
Faktor Resiko : ekstermitas yang fisik, biologi, dan
1. Dewasa : prostesis ekstermitas sebelumnya kimia)
bawah menunjukkan 2. Singkirkan bahan
2. Kognitif : gangguan fungsi skal 1 (berat) berbahaya dari
kognitif menjadi skala 4 lingkungan jika
3. Agen farmakologi (ringan) diperlukan
4. Fisologis : artritis, gangguan 2. Gangguan modifikasi
mobilitas imobilitas yang lingkungan untuk
sebelunya meminimalkan
menunjukkan bahaya dan resiko
skala 1 (berat) 3. Sediakan alat untuk
menjadi 4 beradaptasi
(ringan) 4. Bantu pasien saat
melakukan
perpindahan ke
lingkungan yang
lebih aman

53
5. Siapkan nomer
telfon emergensi
untuk pasien
6. Edukasi individu
dan kelompok yang
beresiko yang ada di
lingkungan
6490 Pencegahan
jatuh
1. Identifikasi
kekurangan aik
kognitif maupun
fisik dari pasien
yang
memungkinkan
potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
2. Monitor gaya
berjalan,
keseimbangan dan
tingkat kelelahan
dengan ambulasi
3. Bantu ambulasi
individu yang
memiliki
ketidakseimbangan
4. Intruksikan pasien
memanggil bantuan
terkait pergerakan
dengan tepat

54
5. Ajarkan pasien
bagaimana jika jatuh
untuk meminimalka
cedera
6. Bantu eliminasi
dengan frekuensi
dan interfal
terjadwal
7. Sediakan
pencahayaan yang
cukup dalam rangka
meningkatkan
pandangan
8. Lakukan program
latihan fisik rutin
seperti berjalan
5 Domain 6 1200 Citra Tubuh 5270
00153 Risiko harga diri rendah Definisi : persepsi Dukungan Emosional
situasional terhadap penampilan 1. Temani pasien dan
Definisi: rentan terjadi persepsi dan fungsi tubuh berikan jaminan
negatif tentang makna diri sebagai 1. Sikap terhadap keselamatan dan
respons terhadap situasi saat ini menyentuh bagian keamanan selama
Faktor risiko tubuh yang pasien periode cemas
Gangguan citra tubuh terkena (dampak) 2. Dukung penggunaan
Gangguan fungsi dari skala 1 (tidak mekanisme
Gangguan peran sosial pernah) menjadi 4 pertahanan yang
Pola ketidakberdayaan (sering) sesuai
2. Penyesuaian 3. Dengarkan/ dorong
terhadap ekspresi keyakinan
perubahan dan perasaan
tampilan fisik dari

55
skala 1 (tidak
pernah) menjadi 4
(sering)
3. Penyesuaian
terhadap fungsi
tubuh dari skala 1
(tidak pernah)
menjadi 4 (sering)
4.

3.7 Implementasi
Diagnosa 00146 : Ansietas

5820 Pengurangan kecemasan


1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Menjelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
yang mungkin dialami klien selama prosedur tindakan
3. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan
prognosis
4. Meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
5. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
6040 Terapi relaksasi
1. Menggambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi
yang tersedia
2. Menciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi lampu yang
redup dan suhu lingkungan yang nyaman jika memungkinkan
3. Membantu klien untuk rileks merasakan sensasi yang terjadi
4. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengulang praktik teknik
relaksasi jika memungkinkan

56
Diagnosa 00132: Nyeri Akut
2210 Pemberian Analgesik
1. Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum
mengobati klien
2. Melakukan mengecekan ulang prosedur pengobatan (obat, dosis,
frekuensi obat analgesik yang diresepkan)
3. Melakukan pengecekan apakah ada riwayat alergi obat
4. Memberikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
5. Melakukan kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasikan
khusus berdasarkan prinsip analgesik

1400 Manajemen Nyeri


1. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
2. Melakukan pengakajian komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas dan faktor pencetus
nyeri
3. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup klien
( pola tidur dan nafsu makan)
4. Memberikan informasi mengenai nyeri (penyebab nyeri, lama nyeri, dan
antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
5. Mengurangi faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
(kelelahan)

Diagnosa 00085: Hambatan Mobilitas Fisik

0104 Peningkatan mekanika tubuh

57
1. Melakukan pengkajian terhadap kesadaran pasien tenang abnormalitas
muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul pada jaringan otot
dan postur
2. Membantu pasien untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
dalam jangka waktu yang yang lama
3. Membantu pasien memilih aktivitas pemanasan sebelum memulai
latihan atau memulai pekerjaan yang tidak dilakukan secara rutin
sebelumnya
4. Membantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi
mobilisasi sesuai indikasi
a. Memberikan informasi tentang kemungkinan posis penyebab nyeri otot
atau sendi
0224 Terapi latihan : Mobilitas Sendi
1. Menentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi
sendi
2. Membantu pasien mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk
pergerakan sendi pasif maupun aktif sesuai indikasi
3. Membantu pasien untuk bergerak aktif dengan ambulisasi
4. Membantu latihan ROM pasif atau ROM
5. Membantu pergerakan sendi yang ritmitis dan teratur sesuai kadar nyeri
yang bisa ditoleransi, ketahanan, dan pergerakan sendi
Diagnosa 0055: Resiko Jatuh

6486 Manajemen lingkungan : Keselamatan


1. Mengidentifikasi hal yang membahayakan di lingkungan ( bahaya fisik,
biologi, dan kimia)
2. Menyingkirkan bahan berbahaya dari lingkungan jika diperlukan
modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
3. Menyediakan alat untuk beradaptasi
4. Membantu pasien saat melakukan perpindahan ke lingkungan yang
lebih aman

58
5. Menyiapkan nomer telfon emergensi untuk pasien
6. Mengedukasi individu dan kelompok yang beresiko yang ada di
lingkungan
6490 Pencegahan jatuh
1. Mengidentifikasi kekurangan aik kognitif maupun fisik dari pasien yang
memungkinkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu
2. Memonitor gaya berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan
ambulasi
3. Membantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan
4. Memberikan intruksikan pasien memanggil bantuan terkait pergerakan
dengan tepat
5. Mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh untuk meminimalka cedera
6. Membantu eliminasi dengan frekuensi dan interfal terjadwal
7. Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan
pandangan
8. Melakukan program latihan fisik rutin seperti berjalan

Diagnosa 00153: Risiko harga diri rendah situasional

5270ukungan emosional
1. Menemani pasien dan berikan jaminan keselamatan dan keamanan selama
pasien periode cemas
2. Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang sesuai
3. Mendengarkan/ dorong ekspresi keyakinan dan perasaan

3.8 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Domain 9 1211 Tingkat Kecemasan
00146 Anisietas 1. Klien dapat beristirahat menunjukkan
skala 5

59
2. Klien tidak merasa gelisah skala 5
3. Klien telah merasa tenang skala 5
4. Klien tidak mengalami kepanikan lagi
skala 5
5. Rasa takut yang di sampaikan klien suda
tidak mengganggu skala 5
6. Klien menyampaikan sudah tidak
mengalami cemas skala 5
2 Domain 12 2102 Tingkat Nyeri
00132 Nyeri Akut 1. Klien melaporkan bahwa sudah tidak
menyalami nyeri yang berarti skala 4
2. Panjang nyeri klien dalam batas normal
yaitu skala 4
3. Klien tidak lagi mengerang kesakitan
skala 4 dan 5
4. Ekspersi wajah klien tidak menunjukkan
skala nyeri yang tinggi
5. Pola istirahat klien membaik skala 5
6. Klien yang sebelumnya mengerinyit
sudah tidak lagi skala 5
3 Domain 4 0200 Ambulasi
00085 Hambatan Mobilitas 1. Kalien dapat berjalan dengan langkah
fisik efektif skala 5
2. Klien dapat berjalan pelan skala 5
3. Klien dapat berjalan dengan kecepatan
sedang skala 5
4. Klien dapat berjalan menaiki tangga
dengan skala 5
5. Klien dapat berjalan menuruni tangga
pada skala 5

60
6. Klien berjalan mengelilingi kamar
dengan baik pada skala 5
4 Domain 11 1913 Keparahan cedera fisik
00155 Resiko Jatuh 1. Fraktur ekstremitas membaik
menunjukkan skala 4
2. Gangguan mobilitas sudah berkurang
menunjukkan skala 4
5 Domain 6 1200 Citra tubuh
00153 Risiko Harga Diri 1. Sikap terhadap menyentuh bagian tubuh
Rendah: Situasional yang terkena (dampak) menunjukkan
skala 4
2. Penyesuaian terhadap perubahan
tampilan fisik menunjukkan skala 4
3. Penyesuaian terhadap fungsi tubuh dari
menunjukkan skala 4

61
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Total Knee Replacement adalah prosedur bedah umum yang dilakukan
atau dirancang untuk meringankan nyeri lutut dan meningkatkan aktivitas
fungsional pasien dengan kasus Osteochondritis Dissecans, Rheumatoid
Arthritis (RA), Osteoartritis. Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut,
bagian ujung-ujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastik
(polyethylene). Permukaan tulang rawan yang rusak di tiga bagian tulang,
tulang pada sendi lutut akan dibuang, kemudian permukaan tulang tersebut
baru akan dilapisi dengan implant. Rata-rata usia pasien yang menjalani operasi
ini adalah berkisar umur 45 tahun keatas. Dikarenakan pada usia tersebut usia
produktif dimana umur masih berkerja, dan pekerjaan yang berat seperti kuli
bangunan, buruh, berlebihan dalam aktifitas juga dapat mempengaruhi
kerusakan sendi lutut. Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul adalah nyeri
akut, hambata mobilitas fisik, resiko jatuh dari diagnosa tersebut dibutuhkan
upaya profesional perawat dari preventif hingga rehabilitatif, hingga pasien
berangsur normal dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Total Hip Replacement adalah operasi pergantian pada sendi panggul.
Operasi ini di indikasikan ke beberapa penyakit misalnya radang sendi,
arthritis, kanken, fraktur femur proksimal dll. Operasi ini dilakukan apabila
sebuah penyakit sudah tidak bisa ditangani lagi oleh pengobatan non operatif.
Dalam operasi ini permukaan sendi yang rusak akan diangkat dan digantikan
dengan implant buatan yang nantinya sebagai pengganti dari sendi yang telah
diangkat. Dalam hal ini perawat diharapkan mampu memberikan asuhan
keperawatan terbaik bagi klien untuk mengurangi skala nyeri yang dirasakan
oleh klien baik pra maupun post operasi.

62
DAFTAR PUSTAKA

Arimbawa, I Bagus Gede. 2015. Osteoarthritis Lumbal. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana: Denpasar.

Beagan. 2010. Standard of Care: Total Hip Arthroplasty: The Brigham and
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta:
EGC

Diva, Sara R., Alexandra B, Gil., Gustavo J.M, Almeida., Anthony M, Digioia III.,
Timothy J, Levison., G. Kelley, Fitzgerald. A Balance Exercise Program
Appears To
Helmi, Z. N. 2012. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
http://tcomn.com/wp-content/uploads/2015/10/Kelly_Total-Knee-Replacement-
Pre-and-Post-op-Manual_1015.pdf [diakses 29 Maret 2018]
Huber EO, de Bie RA, Roos EM, Bischoff-Ferrari HA. 2013. Effect of pre-
operative neuromuscular training on functional outcome after Total Knee
Replacement: a randomized-controlled trial. BMC Musculoskelet Disord
Kartika dewi,Dkk. 2013. Analisa jam perawat pada pasien bedah.Riau: Program
studi ilmu keperawatan.

Kondisi dan Perawatan Osteatritis.


http://malangsportclinic.com/?prm=article&cat=5&id=31 [diakses 22 Maret
2018]

Kuntono Heru, 2011. Nyeri Secara Umum dan Osteo Arthritis Lutut dari Aspek
Fisioterapi; Surakarta. Perpustakaan Nasional RI
Laskin s, Richad.(1991).Total Knee Replacement.London

Lumongga, Fitriani. 2004. Sendi Lutut. Sumatera Utara. Universitas Sumatera


Utara.
Maghfiroh, N. Lukluatul. 2016. Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien
Osteoarthritits Post Total Knee Replacement Di RSOP Dr. Soeharso
Surakarta. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mukhsith, al. 2017. Anatomi dan Biomekanika Sendi Panggul. Unimal Press : Sulawesi.

Njoto, Ibrahim. EPIDEMIOLOGI, PATOGENESIS DAN FAKTOR RESIKO


OSTEOARTRITIS Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

63
Kusuma .
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=490114&val=10001&ti
tle=EPIDEMIOLOGI,%20PATHOGENESIS%20AND%20RISK%20FAC
TOR%20OF%20OSTEOARTHRITIS [diakses 23 Maret 2018]
Nur Hidayah. Jurnal Kesehatan.Volume 7 No. 2/2014

Nursalam. 2008. Konsep & Metode Keperawatan (ed. 2). Jakarta: Salemba medika.

Nursalam. 2011. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan


professional edisi 3. Jakarta: Salemba medika
Pandey, P.K., Pawar,I., Verma, R.R., and Gupta, J. 2015.Postoperative Total Sciatic
Nerve Palsy After Cemented Bipolar Hemi-arthroplasty:Found Sutured With
Capsule. Jurnal of Dental and Medical Sciences .Vol 14 nomor 3: 07-09.
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus POST OPERASI TOTAL KNEE
REPLACEMENT ET CAUSA OSTEOARTHRITIS Di Rumah Sakit
ORTHOPEDI DR. SOEHARSO SURAKARTA
http://eprints.ums.ac.id/45728/18/naskah%20publikasi_hafis.pdf [diakses 24
Maret 2018]

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA


OPERASI TOTAL KNEE REPLACEMANT SINISTRA DI RSAL.
RAMELAN SURABAYA
http://eprints.ums.ac.id/26515/21/02._NASKAH__PUBLIKASI.pdf
[diakses 23 Maret 2018]

Permana, Yudi. 2010. Total Hip Replacement. Purwokerto: Scribd Journal


Perwiraputra, R.D. 2017. Total Hip Arthoplasty.
http://eprints.undip.ac.id/56173/2/Reinardo_Dafon_Perwiraputra_22010113
130136_Lap.KTI_Bab2.pdf
Raymond H. & Simamor.2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Buku
kedokteran Jakarta : EGC.

Snell, S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi VI, Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
States, U., & C-shaped, T. (2015). .org Total Knee Replacement

64
Subagyo, Sp.B-Sp.OT.2013.TOTAL KNEE REPLACEMENT.Administrator
http://www.ahlibedahorthopedic.com/artikel-172-1-total-knee
replacement.html . [diakses 22 Maret 2018].

Suryono, Edi. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Osteoarthritis Knee Dextra


Di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Total knee arthroplasty.


https://www.physiopedia.com/Total_knee_arthroplasty#cite_note-
Blagojevic_et_al.-4 [diakses 24 Maret 2018]

Total Knee Replacement


http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8435/5.%20BAB%
20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y [diakses 23 Maret 2018]
Wijanto, Eko. 2013. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Pasca Operasi
Total Knee Replacement Sinistra Di RSAL Ramelan Surabaya. Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wijanto, Eko. Naskah Publikasi 2013. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada


Kondisi Pasca Operasi Total Knee Replacement Sinistra Di RSAL Ramelan
Surabaya.
http://eprints.ums.ac.id/26515/21/02._NASKAH__PUBLIKASI.pdf
[diakses 22 Maret 2018]

ii

65

Anda mungkin juga menyukai