Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI MODEL AGRICULTURAL HEALTH NURSING

( disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Kepererawatan Komunitas )


Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ph. D.

Disusun oleh:
Kelompok 7 / C 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
MAKALAH

TEORI MODEL AGRICULTURAL HEALTH NURSING

( disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Kepererawatan Komunitas )


Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ph. D.

Disusun oleh:
Ulfiatun Hasanah NIM 172310101121
Cristina Esria V. NIM 172310101122
Fidha Pradinna N. NIM 172310101129
Rizky Dewanda NIM 172310101160
Efadatus Zakiyah NIM 172310101163

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas ini dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, saya
ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam pembuatan
makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca supaya saya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca serta dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Jember, 22 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1. LATAR BELAKANG
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3. PEMBAHASAN
BAB 4. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA (buku 10 tahun, jurnal 5 tahun)
LAMPIRAN-LAMPIRAN (gambar, tabel, diagram)
BAB 1. LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Hasil survey BPS Kabupaten Jember didominasi pengguna lahan adalah
kegiatan pertanian yakni seluas 5.099,283 Ha atau 51,47% dari total luas wilayah
(Badan Pusat Statistic, 2014). Pertanian dilihat sebagai suatu yang potensial dalam
kontribusinya terhadap perekonomian di Indonesia dan juga dinilai dapat memiliki
berbagai macam resiko kesehatan dalam pelaksanaan, hal tersebut dikarenakan
pekerjaan petani masih belum memiliki standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) (Susanto dkk, 2016).
Dalam menanggapi beberapa masalah kesehatan yang dapat muncul semakin
banyak, menjadi salah satu hal yang mendukung pentingnya pembangunan
kesehatan demi meningkatkan kesehatan masyarakat. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ernawati dan Tualeka (2013) bahwa terdapat beberapa kecelakaan
kerja yang ada di sawah antara lain 39% terkena sabit, 61% terkena cangkul, 16,7%
terpeleset, 11% tertusuk benda tajam (duri, batu atau ranting), dan 5,5% terkena
sekop saat mengolah lahan pertanian. Selain itu, dari 20 orang petani 95%
diantaranya mengalami penyakit akibat kerja. Sebagian besar penyakit yang
diderita adalah kutu air yang disebabkan dari sumber air parit yang kotor yaitu
sebesar 100%. Penyakit lain yang diderita petani adalah nyeri pada bagian tubuh
seperti pinggang, punggung, bahu, dan lengan sebesar 84,2%; iritasi mata setelah
melakukan penyemprotan pestisida sebesar 31,6%; 15,8% mengalami pusing
setelah menyemprot pestisida, dan 5,3% pernah mengalami keracunan pestisida.
Maka dari itu, perlu adanya risk assessment sebagai pedoman dalam melakukan
upaya pengendalian risiko.
Beberapa insiden yang terjadi diduga diakibatkan dikarenakan pekerja tidak
memakai APD (Alat pelindung diri) sewaktu bekerja serta kondisi lingkungan
yang tidak mendukung para pekerja untuk bekerja secara maksimal dan aman
(Winarto dkk, 2016). Menurut pemaparan diatas, maka akan dibahas lebih lanjut
terkait dengan teori apa saja yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan
berdasarkan agricultural nursing.
1.2 Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik masalah sebagai
berikut.
1) ………………..
2) ………………..
3) ………………..
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Model Agricultural Health Nursing


2.1.1 Pengertian
Pertanian merupakan salah satu sektor pekerjaan yang paling tidak sehat di
Eropa. Hal ini terjadi sebab dapat mempengaruhi kesehatan yang menyebabkan
penyakit akibat kerja dan cedera karena sifat pekerjaan. Kecelakaan yang terjadi
pada sektor pertanian memiliki catatan kecelakaan terburuk dari semua sektor
pekerjaan utama (Coman, et al, 2019). Sektor pertanian menjadi salah satu
populasi yang rentan terpapar pestisida. Hal ini berkaitan dengan paparan risiko,
kemampuan mengontrol pajanan, dan penilaian dan kompetensi masyarakat,
sehingga perlunya perlindungan terhadap paparan tersebut sebab tidak mampu
mengendalikan lingkungan (Shearer, 2016).
Pertanian identik dengan pedesaan, yang mana populasi pedesaan memiliki
populasi manula lebih tinggi dibandingkan dengan populasi usia produktif antara
30 hingga 59 tahun yang dapat menyebabkan menurunnya dukungan sosial
jaringan. Populasi pedesaan juga dikategorikan memiliki tingkat pendidikan yang
lebih rendah dan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perkotaan, yang bila dikombinasikan dengan transportasi dan kesehatan masalah
akses perawatan umum di pedesaan. Namun, pada masyarakat pedesaan memiliki
sosial yang lebih besar daripada perkotaan (Hiebert, 2016).

2.1.2 Paradigma
A. Manusia
Profesi keperawatan memiliki konsep tentang manusia yang memandang
dan mempercayai manusia sebagai makhluk yang unik, sebagai sistem adaptif, dan
sebagai makhluk holistik. Untuk itu, dibedakan karakteristik manusia, antara lain:
1. Manusia sebagai makhluk unik
Manusia sebagai makhluk unik mengandung pengertian tentang manusia
memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu sama lain.
2. Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka
Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka mamandang manusia sebagai sistem
terbuka yang dinamis yang menyediakan berbagai masukan dari subsistem
maupun suprasistem. Subsistem terdiri atas komponen sel, organ, dan sistem
organ (mis. sistem kardiovaskular, dan sistem lainnya).
3. Manusia sebagai makhluk holistik
Keperawatan melihat manusia sebagai makhluk holistik yang bio-psiko-
sosio-spiritual-budaya, hal ini menjadi prinsip keperawatan yang asuhan
keperawatan yang diberikan harus memerhatikan aspek tersebut.
Dalam hal ini, manusia yang dimaksudkan dalam teori adalah petani. Petani
merupakan kelompok kerja terbesar sehingga dianggap sebagai suatu masyarakat
yang tertutup sebab memiliki sifat-sifat dan karakteristik masyarakat yang khas
(Giri, 2016). Menurut McCullagh, et al (2016), petani mengalami keterbatasan
dalam beberapa hal, yaitu keterbatasan keuangan dan pekerjaan, serta praktik
perawatan kesehatan masyarakat yang lebih cenderung memengaruhi penggunaan
sistem perawatan professional. Dalam hal keterbatasan praktik kesehatan
masyarakat ini juga berhubungan dengan budaya yang tertanam pada masyarakat.
Berdasarkan pada survei nasional, sebanyak 70% petani musiman dan migran dari
Indonesia, mayoritas adalah laki-laki dan rata-rata berusia 37 tahun dengan
pendidikan terakhir bangku sekolah menengah pertama, serta kurang dari sepertiga
mampu berbahasa Inggris dengan baik sedangkan sebanyak 40% tidak mampu
berbahasa Inggris (NCFH, 2016).
Tenaga kerja di pertanian membutuhkan aksesibilitas ke layanan kesehatan
sebagai upaya preventif yang komprehensif. Mereka membutuhkan perawat dan
dokter yang memiliki pengetahuan tentang paparan pekerjaan khusus mereka dan
penyakit dan cedera yang dihasilkan, yang mampu membuat diagnosis dan
perawatan yang tepat, dan yang dapat membuat rekomendasi untuk penilaian
bahaya, program pencegahan primer, dan tindakan pencegahan sekunder. Ada juga
kebutuhan bagi individu yang dapat pergi ke pertanian untuk melakukan penilaian
risiko bahaya kesehatan dan keselamatan di lokasi dan mengembangkan rencana
pengurangan risiko.

B. Lingkungan
Konsep lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kawasan (termasuk dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya. Lingkungan
adalah faktor eksternal yang menentukan terhadap perkembangan menusia dan
diselesaikan antara lain, Lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan.
Fokus lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial, budaya dan spiritual.
Lingkungan dalam terdiri dari:
1. Lingkungan fisik (Lingkungan Fisik)
Faktor tersebut memiliki efek terhadap lingkungan fisik yang akan
mempengaruhi pasien di mana dia harus bebas dari debu dan bau-bauan.
Tempat Tidur Pasien harus bersih, hangat, bersih, tidak lembab, bebas dari
bau-bauan. Lingkungan dibuat meyakinkan sehingga memudahkan
perawatan untuk orang lain. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus
mendapatkan penerangan yang cukup. jauh dari perencanaan dan bau
limbah. Posisi pasien di tempat tidur harus diatur selesai.
2. Lingkungan psikologis (Lingkungan Psikologi)
Nightingale melihat bahwa lingkungan negatif dapat menyebabkan stres
fisik dan memengaruhi terhadap pasien. Menerima sinar matahari, makanan
yang menarik dan aktivitas manual dapat mendukung emosinya.
3. Lingkungan sosial
Pengamatan dari lingkungan sosial. Kumpulan data-data yang spesifik
menentang penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan
data observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus khusus data-data yang
ditawarkan pasien pada umumnya. Seperti halnya hubungan masyarakat
dengan lingkungan sosial yang diduga selalu dibahas dalam hubungamn
individu pasien yaitu lingkungan pasien yang lengkap.
4. Lingkungan luar
Lingkungan luar (kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara,
pendidikan suara, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya). Lingkungan
dengan kesehatan sangat mempengaruhi karena dengan cara ini dapat
membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan terhadap penyakit untuk
meningkatkan pola interaksi dengan klien.
Kesehatan lingkungan komunitas pekerja pertanian diperlukan untuk lebih
memahami risiko pekerjaan dan lingkungan yang dihadapi oleh komunitas
pertanian. Setelah dilakukan penelitian tentang persepsi pekerja pertanian terhadap
masalah kesehatan lingkungan dan pekerjaan. Ada beberapa masalah kesehatan
lingkungan dan pekerjaan yakni antara lain keprihatinan yang tinggi tentang
bekerja di cuaca panas, cedera pertanian, pestisida, dan asma pada anak.

C. Kesehatan
Pekerjaan petani musiman dan migran merupakan populasi rentan dan
menjadi masalah sosial yang memerlukan perawatan kesehatan. Paparan pestisida
yang mengenai tubuh akan menjadi racun bagi tubuh dan dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan, misalnya cacat lahir, kanker, gangguan pernapasan,
dan kondisi dermatologi yang cukup serius. Salah satu upaya yang dilakukan
menurut Shearer (2016), dengan cara promosi kesehatan dan praktik kesehatan
masyarakat. Perlindungan pada kelompok rentan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, menilai dan mengkaji masyarakat secara
kritis, mendidik masyarakat agar dapat dilakukan pemberdayaan, dan melakukan
advokasi untuk memastikan keadaan masyarakat. Perlindungan pada kelompok
rentan ini diberikan pada tingkat individu dan populasi. Pada populasi rentan,
secara domain fisiologis dari paparan pestisida terdapat pengaruh antara
individu/komunitas yang rentan dengan agen paparan pestisida. Metabolit
pestisida dalam urin menunjukkan bahwa APD (Alat Pelindung Diri) tidak efektif
terhadap paparan. Paparan pestisida ini akan berbahaya apabila mengenai indera
tubuh.
Pengetahuan menjadi penting terkait adanya informasi keamanan pestisida.
Adanya program perawatan kesehatan masyarakat, salah satunya yaitu program
pelatihan yang dikaitkan dengan penurunan metabolisme urin yang melibatkan
budaya pada pertanian tersebut. Salah satu bentuk budaya pada pertanian yaitu
mencuci tangan dengan air dingin (Quandt, 2013).
Peran Perawat dalam konteks sehat/sakit ini bertujuan dalam membantu
individu meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang
mungkin diraih setiap individu. Peran perawat dalam konteks sehat/sakit adalah
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut,
promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna
membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi
setinggi - tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktivitas keperawatan yang
dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain
pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah
upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman
kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya
mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan
melindungi tubuh dari keberlanjutan pengaruh yang dapat lebih membahayakan.
Perawatan kesehatan primer dalam masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui pendekatan asuhan
keperawatan di komunitas dengan pendekatan pada kelompok khusus pekerja.

D. Keperawatan
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan yang merupakan
bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan. Layanan ini terdiri dari layanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
ditujukan untuk orang indivdu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat
maupun pun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Dalam
agricultural juga terdapat teori yang membahas terkait hal tersebut yang
kaitannya dengan keperawatan.
Falk-Rafael (2001) dalam Shearer (2016), model pertama yang
memberdayakan caring dengan membangun hubungan dan advokasi
pemberdayaan sebagai kesadaran dan perkembangan timbal balik oleh klien dan
perawat kesehatan masyarakat pada bidang pertanian. Keperawatan kesehatan
masyarakat mengatur dalam konteks fisik, lingkungan sosial, ekonomi, dan politik.
Kemudian, keperawatan kesehatan masyarakat ini dihubungkan dengan praktik
petani musiman dan migran. Bailey dan Elliot (2014) dalam Shearer (2016),
menerapkan teori caring transkultural pada pekerja petani dan migran yang
menggambarkan situasi secara spesifik dengan memberdayakan perawat
kesehatan.
Menurut Teori Maskulinitas Connell dalam Hiebert (2016), memberikan
pendekatan yang berguna untuk mengidentifikasi apakah jenis kelamin terutama
laki-laki di pedesaan mempengaruhi sikap kesehatan mereka dan bagaimana sikap
kesehatan tersebut tertanam dalam normal sosial dan budaya pedesaan. Menurut
Susanto, et al (2016), model perawatan kesehatan dan keselamatan kerja yang
berbasis agricultural nursing berkembang dengan didasarkan pada faktor sosial
demografi, gaya hidup, faktor lingkungan fisik, psikososial, dan lingkungan kerja
yang akan dikaji oleh keperawatan komunitas pada kelompok tani.
Pada proses keperawatan dibidang agricultural ini, pendekatan perawatan
kesehatan lebih ditujukan kepada peningkatan pelayanan kesehatan kerja untuk
lebih diarahkan pada partisipasi masyarakat. Pendekatan ini diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan untuk membentuk atau mendirikan unit perawatan
kesehatan primer dalam masyarakat melalui pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui pendekatan asuhan
keperawatan di komunitas dengan pendekatan pada kelompok khusus pekerja.
BAB 3. PEMBAHASAN

BAB 4. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2014. Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th.XV.7 Mei 2012.
[Online].

Coman, M., A. Marcu., dan S. V. D. Broucke. 2019. Farm Safety Education: A Chance
to Improve Safety and Health Literacy Among Agricultural Workers. Health
Literacy Conference.

Dahlan. M. 2017. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Hasil Investigasi


Kecelakaan Kerja Di Pt. Pal Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(1):1-
15.
https://media.neliti.com/media/publications/283663-analisis-penyebab-
kecelakaan-kerja-berda-e83bc46a.pdf Diakses pada tanggal 24 November
2019, Pukul 19.31 WIB].

Ernawati, D., Tualeka, A.R. 2013. Risk Assessment dan Pengendalian Risiko Pada
Sektor Pertanian (Studi Kasus Di Pertanian Bawang Merah Desa Kendalrejo,
Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk). The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. 2(2):154-161.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/k34d391eea72full.pdf [Diakses pada tanggal
24 November 2019, Pukul 19.22 WIB]

Giri, Made Kurnia Widiastuti. 2016. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pertanian di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Jurnal
Widya Laksana, 5(1): 47-51.

Hiebert, B., B. Leipert.,. S. Regan, dan J. Burkell. 2016. Rural Men’s Health, Health
Information Seeking, and Gender Identities: A Conceptual Theoretical Review
of the Literature. American Journal of Men’s Health. 12(4): 863-876.

McCullagh, M. C., M. A. Sanon, dan J. G. Foley. 2015. Cultural Health Practice of


Migrant Seasonal Farmworkers. Summer. 22(2): 64-67.

National Center for Farmworker Health, Inc. (NCFH). 2016. Farmworker Health
Factsheet. http://www.ncfh.org/docs/fs-Migrant%20Demographics.pdf.

Shearer, J. E. 2016. A Critical Caring Theory of Protection for Migrants and Seasonal
Farmworkers. Public Health Nursing. 1-10.
Susanto, T., R. Purwandari, dan E. W. Wuryaningsih. 2016. Model Kesehatan
Keselamatan Kerja berbasis Agricultural Nursing: Studi Analisis Masalah
Kesehatan Petani. Jurnal Ners. 11(1): 45-50.
https://media.neliti.com/media/publications/117465-ID-model-perawatan-
kesehatan-keselamatan-ke.pdf [Diakses pada tanggal 24 November 2019,
Pukul 19.44 WIB]

Winarto, S., Denny, M.H., Kurniawan, B. 2016. Studi Kasus Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Pengeboran Migas Seismic Survey PT. X di Papua Barat. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. 11(1):51-65.
https://ejournal.undip.ac.id [Diakses pada tanggal 24 November 2019, Pukul
19.54 WIB]

Anda mungkin juga menyukai