Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN STEMI

KEPERAWATAN MEDIKAL
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas dengan dosen pengajar Ns.
Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.,MB)

Oleh :
Iftitah Rahma Ramadhani
NIM 172310101164
KELAS C 2017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan
Pendahuluan mata kuliah Keperawatan Medikal dengan baik.
Laporan Pendahuluan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Untuk itu, saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam
pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca supaya saya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Harapan saya, semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca serta dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Jember, 27 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
1.1 Definisi ....................................................................................................... 4
1.2 Review Anatomi dan Fisiologi ................................................................... 5
1.3 Epidemiologi .............................................................................................. 11
1.4 Etiologi ....................................................................................................... 11
1.5 Patofisiologi ................................................................................................ 11
1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................... 12
1.7 Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………….12
1.8 Penatalaksanaan Medis…………………………………………………...13
1.8.1 PenatalaksanaanFarmakologis…………………………………….13
1.8.2 Penatalaksanaan NonFarmakologis……………………………….15
1.9 Komplikasi………………………………………………………….........16
1.10 Pathway…………………………………………………………………..17
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI.............19
2.1 Pengkajian .............................................................................................. 19
2.2 Diagnosa................................................................................................. 20
2.3 Intervensi ................................................................................................ 21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 29
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 29
3.2 Analisa data dan masalah ........................................................................ 34
3.3 Diagnosa .................................................................................................. 37
3.4 Intervensi ................................................................................................. 37
3.5 Implementasi ........................................................................................... 42
3.6 Evaluasi ................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 49

3
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan suatu kondisi yang
mengakibatkan kematian sel miosit jantung karena iskhemia yang berkepanjangan akibat
oklusi koroner akut . STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
akibat dari oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan
oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Rochfika, 2019).
Selain itu STEMI terjadi akibat stenosis total pembuluh darah koroner sehingga
menyebabkan nekrosis sel jantung yang bersifat irreversible. ST elevasi terjadi dalam
beberapa menit dan dapat berlangsung hingga lebih dari 2 minggu. Pada infark miokard
dengan elevasi segmen ST, lokasi infark dapat ditentukan dari perubahan EKG. Penentuan
lokasi infark berdasarkan perubahan gambaran EKG.

Lokasi infark miokard berdasarkan perubahan gambaran EKG

No Lokasi Gambaran EKG


1 Anterior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-
V4/V5
2 Anteroseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V3
3 Anterolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V1-V6
dan I dan aVL
4 Lateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di V5-V6
dan inversi gelombang T/elevasi ST/gelombang Q di

4
I dan aVL
5 Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6 Inferior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
dan aVF
7 Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, V1-V3
8 True posterior Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST
depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
9 RV Infraction Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam
pertama infark.

1.2 Review Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi Jantung

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 ruang serambi atau bagian yang
berdinding tipis (atrium), dan 2 bilik atau bagian yang berdinding tebal ( ventrikel )

a. Atrium

Atrium merupakan bagian dari ruang atas jantung, yang berfungsi sebagai
penampungan darah yang selanjutnya akan mengalir menuju ventrikel. Atrium
berkontraksi untuk membantu pengisian ventrikel.

1) Atrium kanan

Dinding atrium kanan memiliki struktur yang tipis, dan memiliki tekanan
yang rendah Sebelum memasuki atrium kanan, darah melewati dua vena yang
bermuara ke atrium kanan yaitu vena kava superior (membawa darah dari
bagian tubuh atas dan ekstremitas atas) serta vena kava inferior (membawa
darah dari ekstremitas bawah dan organ abdomen). Setelah melalui atrium
kanan kemudian melewati katup trikuspid darah menuju ventrikel kanan pada
saat fase relaksasi otot jantung (diastole)

2) Atrium kiri

5
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal dibanding atrium kanan. Darah yang
telah teroksigenisasi memasuki atrium kiri. Selanjutnya darah akan memasuki
ventrikel kiri melewati katup mitral pada saat vase relaksasi otot jantung (
diastole). Fungsi dari atrium kiri adalah sebagai ruang penerima darah yang
telah teroksigenisasi dari paru-paru.

b. Ventrikel

Fungsi ventrikel secara umum adalah memompakan darah ke sistem sirkulasi


sistemik dan sirkulasi pulmonal. Ventrikel kiri mempunyai ketebalan tiga kali dari
yang sebelah kanan, sesuai dengan kerja jantung yang lebih berat.

1) Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan bertekanan rendah. Fungsi dari ventrikel
kanan adalah memompa darah menuju paru-paru. Darah mengalir menuju
arteri pulmonal melewati katup pulmonal, pada saat fase kontraksi/ sistolik.
2) Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memiliki otot yang besar. Tekanan pada ventrikel kiri sangat
tinggi, darah yang masuk berasal dari atrium kiri melalui katub mitral dan
keluar dari ventrikel melalui katub aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah
mengalirkan darah menuju seluruh bagian tubuh yang selanjutnya kembali ke
atrium kanan.

Katub Jantung

Katub jantung yang berjumlah 4 buah berfungsi mengalirkan darah dan


mencegah aliran balik darah. Katup ini membuka dan menutup secara pasif yang
6
merupakan respon dari perubahan tekanan dan perubahan isi dari ruang- ruang
jantung. Secara umum katub jantung dibagi menjadi 2 jenis katub yaitu katub
atrioventrikular dan katub semilunar

a. Katub Atrioventrikular

Katub ini membagi jantung menjadi 2 bagian yaitu atrium dan ventrikel. Katub
atrioventrikular ini menghubungkan aliran darah dari atrium ke ventrikel. Terdiri dari
katub tricuspid dan katup mitral.

1) Katup tricuspid
Tricuspid memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup Trikuspid
memiliki 3 daun katup (anterior, septal, posterior). Daun katub ini disokong
oleh 2 muskulus papilaris yang dihubungkan oleh korda tendinae. Fungsi
tricuspid adalah membantu darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel
kanan selama diastole (daun katup membuka). Saat systole daun katup
menutup sehingga tidak terjadi aliran balik.
2) Katup Mitral/ Bicuspid

Katup mitral memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Terdiri dari 2 daun
katup/ bikuspidalis (anterior dan posterior). Fungsi katup mitral adalah
membantu darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat diastole (daun
katup membuka). Saat systole daun katup menutup sehingga tidak terjadi
aliran balik.

b. Katub Semilunar

Katub semilunar memisahkan ventrikel dari pembuluh darah besar. Dua katup
semilunar ini memilki 3 daun katub yang mengalirkan darah dari ventrikel ke
pulmonary arteri dan aorta. Fungsi katub adalah membiarkan darah mengalir dari
ventrikel ke pembuluh darah besar selama diastole (daun katup terbuka).

1) Katub pulmonal
Katub pulmonal memisahkan ventrikel kanan dan arteri pulmonal, terdiri dari
tiga daun katup (anterior kanan, anterior kiri, dan posterior). Fungsi dari katup
pulmonal adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonal selama sistole (daun katub membuka).
2) Katub aorta

7
Katup aorta memisahkan ventrikel kiri dan aorta. Terdiri dari 3 daun katup
(Coroner kiri,coroner kanan,dan non coronary). Fungsi katub ini adalah
membiarkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta selama sistole (daun
katub membuka).

A. Fisiologi Jantung
1. Cardiac Output
Cardiac output atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh jantung
selama satu menit (± 4 – 8 L/menit) ketika istirahat. Merupakan hasil dari stroke volume
(Jumlah darah yang dipompakan oleh jantung setiap satu kali kontraksi) dan heart rate.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stroke volume dan cardiac output adalah:

a. Preload/ beban awal


Merupakan kekuatan yang meregangkan otot otot ventrikel pada end diastol atau
sesaat sebelum kontraksi, yang digambarkan dengan jumlah volume darah yang
berada di ventrikel pada saat itu. Peningkatan peregangan otot-otot jantung
menyebabkan kontraksi ventrikel dan stroke volume yang lebih kuat. Semakin besar
volume pengisian ventrikel, semakin besar pula stroke volume. Proses ini sesuai
dengan hukum Frank – Starling.
b. Afterload/ beban akhir
Merupakan beban atau tekanan yang harus dihadapi ventrikel ketika berkontraksi.
Afterload ventrikel kiri adalah tekanan diastolik di aorta dan resistensi vaskuler
sistemik (Systemic Vascular Resistance/ SVR). Sedangkan afterload ventrikel kanan
adalah tekanan diastolik arteri pulmonal dan resistensi vaskuler pulmonal (Pulmonary
Vascular Resistance/ PVR) . Afterload mempengaruhi kerja jantung, konsumsi
oksigen miokard dan performa ventrikel.
c. Contractility/ kontraktilitas
Merupakan kekuatan dan velositas pemendekan otot miokard, tergantung pada
preload dan afterload. Stimulus inotropik positif (epinefrin, dopamine) meningkatkan
kekuatan kontraksi, inotropik negatif menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi
(beta bloker, asidosis, hipoksemia)

8
2. Sistem Vaskuler

Laju dan volume aliran darah dalam sirkulasi ditentukan oleh dua faktor:

a. Perbedaan tekanan inflow dan outflow (tekanan ke dalam vs tekanan keluar)


Aliran darah terjadi apabila tekanan pada permulaan sirkulasi lebih besar dari akhir
sirkulasi.
b. Resistensi terhadap aliran darah

Faktor utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah adalah diameter
pembuluh darah. Apabila diameter pembuluh darah menurun sampai satu setengahnya
akibat vasokonstriksi, maka aliran darah meningkat 16 kali. Konstriksi dan relaksasi
otot-otot arteriol dan spingter prekapiler merupakan bagian yang paling berperan
dalam perubahan diameter pembuluh darah, resistensi vaskuler dan aliran darah
regional. Secara umum, semakin besar resistensi vaskuler, semakin besar pula
potensial untuk menurunkan aliran darah ke jaringan distal dan semakin besar pula
mean arterial pressure yang dibutuhkan untuk menghantarkan darah melalui sirkulasi
tersebut.

3. Sirkulasi

Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas 2 bagian yaitu: sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal.

a. Sirkulasi sistemik

1) Mengalirkan darah ke berbagai organ serta memenuhi kebutuhan organ yang


berbeda
2) Memerlukan tekanan permulaan yang besar dan banyak mengalami tahanan

9
3) Kolom hidrostatik panjang

b. Sirkulasi pulmonal

1) Hanya mengalirkan darah ke paru dan berfungsi untuk paru-paru


2) Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
3) Hanya sedikit mengalami tahanan dan kolom hidrostatiknya pendek

4. Sistem Koroner

Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup
pada otot jantung oleh sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial
yang kecil-kecil.

a. Arteri Koroner

Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik yang memperdarahi
jantung. Arteri tersebut melintang di permukaan jantung dan mengelilingi jantung.
Terdiri dari Arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan.

1) Arteri koroner kiri (Left Main Corronary Artery)

Mempunyai dua cabang besar, yaitu Left Anterior Descendence (LAD) dan
Left Circumflex (LCx).

a) LAD (Left Anterior Descendence)

Cabang LAD berperan dalam memperdarahi RV, dinding anterior LV, dan
2/3 anterior septum. Cabang LAD juga memperdarahi jaringan konduksi
seperti berkas his, berkas His kiri dan kanan.

b) LCx (Left Circumflex)

LCx Memperdarahi dinding lateral dan posterior ventrikel kiri. Dan pada
sebagian kesil orang LCx memperdarahi AV dan SA node.

2) Arteri Koroner Kanan (RCA)

Pada umumnya RCA memperdarahi SA dan AV node, juga memperdarahi


berkas his. RCA juga memperdarahi RV, dinding inferior LV dan 1/3 posterior
septum ventrikel

10
1.3 Epidemiologi
Indonesia merupakan negara berkembang dimana prevalensi penyakit jantung dari tahun
ke tahun mengalami kenaikan jumlah penderita terutama penyakit infark miokard akut
(IMA). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013), prevalensi penyakit
IMA tertinggi berada pada wilayah seperti Sulawesi Tengah (0,8%), Sulawesi Utara, DKI
Jakarta dan Aceh yang masing-masing sebanyak 0,7%. Berdasarkan data Jakarta Acute
Coronary Syndrome Registry menyebutkan bahwa pada tahun 2008-2009 terdapat 654
pasien dengan STEMI dan hanya 59% yang mendapat terapi reperfusi. Sejumlah 478.000
pasien di Indonesia terdiagnosis penyakit jantung koroner 2 dan prevalensi infark
miokard akut dengan ST-elevasi meningkat dari 25% ke 40% (Kemkes RI, 2014).
Infark miokard akut (IMA) disebabkan oleh ruptur plak akut dan pembentukan trombus
di arteri koroner yang mengakibatkan gangguan secara tibatiba aliran darah ke otot
jantung dan kematian jaringan jantung. IMA dapat diklasifikasikan ke dalam ST-
Elevation Myocardial Infarction (STEMI) dan nonST Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI), yang membedakan yaitu berdasarkan temuan dari elektrokardiogram
diagnostik (ECG) (Natarajan et al, 2013).

1.4 Etiologi
Umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak ateroskerotik yang sudah ada sebelumnya (Nurarif AH &
Hardhi K, 2013).
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :
1. penyempitan arteri koroner non sklerotik
2. penyempitan aterosklerotik
3. trombus
4. plak aterosklerotik
5. lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak
6. peningkatan kebutuhab oksigen miokardium
7. penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur

1.5 Patofisiologi
STEMI terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara tiba-tiba setelah
oklusi trombotik dari arteri koroner yang sebelumnya mengalami atherosclerosis.
11
STEMI terjadi ketika thrombus pada arteri koroner berkembang secara cepat pada tempat
terjadinya kerusakan vaskuler.

Faktor penyebab kerusakan ini, seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
STEMI terjadi ketika permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur dan terbentuklah
trombus, sehingga terjadi oklusi pada arteri koroner arteri koroner sering kali mengalami
thrombus yang terdiri dari agregat platelet, dan benang-benang fibrin. Pada sebagian
kecil kasusnya, penyebab lain dari STEMI yaitu karena emboli arteri koroner,
abnormalitas congenital, spasme coroner, dan berbagai penyakit sistemik, terutama
inflamasi (Zainal, 2008).

1.6 Manifestasi Klinis


 Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
 Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
 Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
 Bisa atipik:
Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa tanpa
disertai nyeri dada.

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
· CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari).
· CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
· LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
· AST /SGOT : Meningkat
Elektrokardiogram (EKG)

12
b. Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung.
Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya
jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki
kaitanya dengan PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk
menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat
dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk
mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam
arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri koroner.
f. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang menembus
organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang mengubahnya menjadi data
elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-
organ tubuh.
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang
menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi dalam
medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan)
tubuh.
h. . Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien, kemudian dideteksi
dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola tampilan yang
terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar gamma. (Kabo, 2008).

1.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan farmakologis
Menurut American Heart Ascossiastion (2013), penatalaksanaan yang dapat
dilakukan:
13
- Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri
<90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
selama 6 jam pertama.
- Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan
sampai 3 dosis dengan intervensi 5 menit. Selain mengurangi nyeri dada, NTG
juga dapat menurunkan oksigen miokard dengan menurunkan preload dan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh coroner yang
terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri masih terus berlangsung dapat
diberikan NTG intravena.
- Morfin
Nyeri dada dapat dikurangi dengan penggunaan morfin yang merupakan analgesic
pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis
2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg.
- Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar dalam penanganan STEMI dan efektif pada
spectrum sindrm koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorbs aspirin bukkal
dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
- Penyeka Beta
Jika ternyata morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyeka
beta IV, selain nitrat mungkin bias efektif menangani STEMI. Regimen yang
diberikan biasanya adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis,
dengan syarat frekuensi jantung >60 menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg,
interval PR <0,24 detik, dan ronchi tidak lebih dari 10 cm dari diafragma. Lima
belas menit setelah pemberian dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol
oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam dan dilanjutkan 100mg tiap 12 jam.
- Terapi Repefusi
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat
disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI
berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia ventricular yang maligna.
Penatalaksanaan non farmakologis
14
Adapun contoh manajemen nyeri nonfarmakologis adalah
sebagai berikut:
a. Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang
respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respon
tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan
cara memasang elektroda pada pelipis (Macready, 2003)
b. Guided imagery
Guided imagery dilakukan dengan meminta klien berimajinasi membayangkan
hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang
tenang serta konsentrasi dari klien.Jika klien gelisah, tindakan harus
dihentikan.Tindakan ini dilakukan pada saat klien merasa nyaman dan tidak
sedang nyeri akut (Baird & Sands, 2006).
c. Akupresur
Pemberian penekanan pada pusat-pusat nyeri. Akupresur adalah salah satu cara
pengobatan tradisional Cina. Penekanan titik akupunktur dengan tujuan
memperlancar chi sehingga tercapai keseimbangan energi dengan indikasi utama
untuk nyeri dan gangguan neuromuskuler, sedangkan indikasi lainnya adalah sama
dengan akupunktur (Brunner & Suddarth, 2002)
d. Anticipatory guidance
Anticipatory guidance adalah memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri.
Contoh tindakan: sebelum klien menjalani prosedur pembedahan, perawat
memberikan penjelasan/informasi pada klien tentang pembedahan, dengan begitu
klien sudah punya gambaran dan akan lebih siap menghadapi nyeri (Tamsuri, A.
2007).
e. Sentuhan terapeutik
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energi
antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada yang tidak seimbang
energi, dengan memberikan sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi
dari perawat ke klien (Tamsuri, A. 2007).
f. Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang. Distraksi visual dengan melihat TV atau pertandingan bola,
15
distraksi audio dengan mendengar musik, distraksi sentuhan dengan pijatan,
memegang mainan, distraksi intelektual dengan merangkai puzzle, main
catur(Potter & Perry, 2006).
g. Stimulasi kutaneus
Cara kerja sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah cara ini bisa
melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri. Bisa dilakukan
dengan pijatan, mandi air hangat, kompres dengan kantong es dan stimulasi saraf
elektrik transkutan (TENS/ transcutaneus electrical nerve stimulation). TENS
merupakan stimulasi pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang
dihantarkan melalui elektroda luar (Potter & Perry, 2005).
h. Hipnoterapi
Hypnosis merupakan salah satu manajemen nyeri teknik nonfarmakologis
(Wilkinson & Ahern, 2011). Berdasarkan penelitian-penelitian yang banyak
dilakukan di dalam dan luar negri, hypnosis sangat efektif dalam menurunkan skor
nyeri. Meskipun dalam Nursing Intervention Classification (NIC) hypnosis hanya
disebut pada diagnosis nyeri, namun dapat diterapkan pada beberapa diagnosis
keperawatan yang lain. Hipnoterapi berfungsi membantu mengubah persepsi
nyeri melalui pengaruh sugesti positif, sehingga seseorang akan merasakan
nyerinya berkurang karena persepsi tentang nyeri berubah (Nurindra, 2008).

1.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh STEMI (Farrisa, 2012):
 Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan ketebalan pada
segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini disebut remodelling
ventricular yang sering mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam
hitungan bulan atau tahun pasca infark. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan
yang terjadi dikaitkan dengan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar pasca
infark pada apeks ventrikel kiri yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang
nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
 Gangguan Hemodinamik

16
Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian di rumah
sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.
 Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditemukan pada saat masuk (10%), sedangkan 90% terjadi selama
perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik mempunyai
penyakit arteri koroner multivesel.
 Infark ventrikel kanan
Infark ventrikel kanan menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat (distensi
vena jugularis, tanda Kussmaul, hepatomegali) dengan atau tanpa hipotensi.
 Aritmia paska STEMI
Mekanisme aritmia terkait infark mencakup ketidakseimbangan sistem saraf autonom,
gangguan elektrolit, iskemi, dan perlambatan konduksi di zona iskemi miokard.
 Ekstrasistol ventrikel
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis terjadi pada hampir semua pasien STEMI
dan tidak memerlukan terapi. Obat penyekat beta efektif dalam mencegah aktivitas
ektopik ventrikel pada pasien STEMI.
 Takikardia dan fibrilasi ventrikel
Takikardi dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi tanpa bahaya aritmia sebelumnya dalam
24 jam pertama.

1.10 Pathway

17
Ateroskelosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria, emboli Syok

Ketidakefektifan perfusi Jantung


jaringan Aliran darah terhambat mengkompensasi O2
keseluruh tubuh

Gangguan
konduktivitas Perubahan status Gangguan pola
Suplai darah ke kesehatan tidur
jantung inadekuat

Gangguan Ancaman
kehilangan Peningkatan
kontraksi
volume & tekanan
Defisit O2 pada jantung
int.vascular
Mekanisme koping
Curah jantung inadequat
menurun Defisit oksigen dan Tekanan atrium &
nutrisi ke jantung vena pulmonalis
ANSIETAS

CO2 ISKEMIA Aliran darah ke


Menyentuh
menurun paru terganggu
ujung saraf
reseptor

Suplai O2 tidak seimbang Metabolisme anaerob


Pembendungan
dengan kebutuhan tubuh Proses transduksi, pembuluh
modulasi dan persepsi
Asam laktat meningkat
Kelemahan
Difusi alveoli kapiler
NYERI
Asidosis

Intoleransi
Stimulasi kortex Gangguan
aktivitas
adrenal pertukaran gas
Gangguan fungsi
Aliran darah ke ginjal ventrikel
menurun
Pelepasan
aldosteron
Kurang
informasi

Retensi Na dan air,


Kelebihan
Defisiensi eksresi kalium
volume cairan
pengetahuan

18
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan kepada klien,
meliputi: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik.
A. Aktivtas / Itirahat
Lemah, letih, gangguan istirahat tidur dan istirahat, takikardi dan dispnea pada saat
istirahat atau aktifitas
B. Sirkulasi
Adanya riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
C. Eliminasi
Pola eliminasi cenderung normal, bising usus melemah.
D. Makanan / cairan
mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
E. Neurosensori
Pusing, pening, sakit kepala, nyeri.
F. Nyeri / kenyamanan
Nyeri dada yang timbul mendadak, tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
G. Pernafasan
dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
H. Keamanan
Tidak ada gangguan
I. Seksualitas
Tidak ada gangguan.

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum

19
Biasanya keadaan klien baik atau kompos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
B. Tekanan Darah
Tekanan darah klien biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
C. Nadi
Pada keadaan ini nadi akan lemah dan cepat
D. Respirasi
Kemungkinan RR meningkat
E. Suhu
Tidak ada gangguan
F. Berat Badan
Biasanya memiliki berat badan berlebih
G. Kepala dan Rambut
Tidak ada gangguan
H. Wajah
Terkadang Saat terjadi nyeri wajah terlihat pucat
I. Mata
Tidak ada gangguan
J. Hidung
Napas cepat, dangkal
K. Mulut
Tidak ada gangguan
L. Telinga
Tidak ada gangguan
M. Leher
Tidak ada gangguan
N. Payudara
Tidak ada gangguan
O. Kulit
Tidak ada gangguan

2.2 Diagnosa
20
Berdasarkan pengkajian data keperawatan, diagnosa yang mungkin muncul pada
penderita STEMI yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi
arteri koroner.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru
akut.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural .
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah,
misalnya vasikonstriksi,hipovolemia, dan pembentukan troboemboli .
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard,
efek obat depresan jantung .
6. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian.
7. Resiko ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang berhubungan
dengan penolakan terhadap diagnosis miokard infark.
2.3 Intervensi

No. Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut b/d Tujuan : 1. Kaji keluhan 1. data tersebut
iskemia jaringan Setelah dilakukan pasien mengenai membantu
sekunder terhadap tindakan nyeri dada, meliputi menentukan
oklusi arteri keperawatan 1x24 : lokasi, radiasi, penyebab dan efek
koroner jam nyeri berkurang durasi dan faktor nyeri dada serta
dengan kriteria yang merupakan garis
hasil mempengaruhinya dasar untuk
1. nyeri dada hilang membandingkan
1 Berikan istirahat
2. gejala pasca terapi
fisik dengan
mendemonstrasikan
punggung 2. untuk
penggunaan teknik
ditinggikan atau mengurangi rasa
21
relaksasi dalam kursi tidak nyaman serta
3. klien tampak kardiak dispnea dan
rileks, mudah 2 Kaji ulang istirahat fisik juga
bergerak riwayat angina dapat konsumsi
sebelumnya, oksigen jantung
nyeri
3. untuk
menyerupai
membandingkan
angina
nyeri yang ada dari
3 Anjurkan pasien
pola sebelumnya,
untuk
sesuai dengan
melaporkan
identifikasi
nyeri dengan
komplikasi seperti
segera.
meluasnya infark,
4 Berikan
emboli paru, atau
lingkungan yang
pericarditis.
tenang, aktivitas
perlahan, dan 4. untuk memberi
tindakan intervensi secara
nyaman tepat sehingga
5 Bantu mengurangi
melakukan kerusakan jaringan
teknik relaksasi otot jantung yang
(napas lebih lanjut
dalam/perlahan,
5. menurunkan
perilaku
rangsang eksternal
distraksi,
visualisasi, 6. membantu dalam
bimbingan menurunkan
imajinasi) persepsi/respon
6 Periksa tanda nyeri
vital sebelum
7. hipotensi/depresi
dan sesudah
pernapasan dapat
obat narkotik
terjadi sebagai

22
7 Kolaborasi akbibat pemberian
dengan tim narkotik. Dimana
medis dalam keadaan ini dapat
pemberian terapi meningkatkan
farmakologi kerusakan
miokardia pada
adanya kegagalan
ventrikel.

2 Penurunan curah Tujuan : 1. Pantau tanda 1.untuk mengetahui


jantung Setelah dilakukan vital: frekuensi adanya perubahan
berhubungan tindakan jantung, TD, TD, nadi secara
dengan perubahan keperawatan 1x24 nadi dini sehingga
frekuensi, irama, jam curah jantung 2. Evaluasi adanya dalam
konduksi elektri, adekuat dengan bunyi jantung memudahkan
penurunan kriteria hasil S3, S4 dalam melakukan
preload/peningkat 1. TD, curah 3. Auskultasi bunyi intervensi karena
an tahanan jantung napas TD dapat
vaskuler sistemik, dalam batas 4. Berikan meningkatkan
otot infark, normal makanan porsi rangsan simpatis
kerusakan 2. Haluaran makan kecil dan
2. untuk
struktural urine mudah
mengetahui adanya
adekuat dikunyah, batasi
komplikasi pada
3. Tidak ada asupan kafein,
GJK gagal mitral
disritmia coklat, kopi,
untuk S3,
4. Penurunan soda
sedangkan S4
dispnea, 5. Pantau
karena iskemia
angina laboratorium
miokardia,
5. Peningkatan (enzim jantung,
kekakuan ventrikel,
toleransi GDA, elektrolit)
dan hipertensi
terhadap
23
aktivitas pulmonal/sistemik

3. untuk
mengetahui adanya
kongesti paru
akibat penurunan
fungsi miokard

4. untuk
menghindari kerja
miokardia,
bradikardi,
peningkatan
frekuensi jantung

5. untuk
mengetahui
perbaikan/perluasa
n infark adanya
hipoksia,
hipokalemia/hiperk
alsemia

3 Ketidakefektifan Tujuan : 1. Observasi 1. untuk


perfusi jaringan Setelah dilakukan adanya mengetahui adanya
berhubungan tindakan perubahan penurunan curah
dengan keperawatan 3x24 tingkat jantung
penurunan aliran jam perfusi jaringan kesadaran secara
2. vasokontriksi
darah, misalnya efektif dengan tiba-tiba
sistemik
vasikonstriksi, kriteria hasil: 2. Observasi
diakibatkan oleh
hipovolemia, dan 1. Kulit hangat adanya pucat,
penurunan curah
pembentukan dan kering sianosis, kulit
jantung
tromboemboli 2. Nadi perifer dingin/lembab
kuat dan raba 3. menurunkan

24
3. Tanda vital kekuatan nadi statis vena,
dalam batas perifer meningkatkan
normal 3. anjurkan klien aliran balik vena
4. Kesadran untuk latihan dan menurunkan
compos kaki aktif/pasif resiko
mentis 4. Observasi tromboflebitis.
5. Keseimbang adanya tanda
4. Untuk
an Homan, eritema,
mengetahui adanya
pemasukan edema
trombosis vena
dan 5. Pantau
dalam
pengeluaran pemasukan dan
6. Tidak perubahan keluaran 5. Penurunan/mual
edema dan urine terus menerus
nyeri dapat
6. Pantau
megakibatkan
laboratorium,
penurunan volume
kreatinin, elektrolit
sirkulasi, yang
berdampak negatif
pada perfusi dan
fungsi organ

6. Indikator dari
perfusi atau fungsi
organ

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi 1. Untuk


aktivitas tindakan jantung, irama, dan menentukan tingkat
berhubungan keperawatan selama perubahan TD aktivitas klien yang
dengan 3x24 jam klien sebelum, selama, tidak memberatkan
ketidakseimbanga menunjukkan dan sesudah curah jantung
n antara suplai peningkatan beraktivitas sesuai
2. Menurunkan

25
oksigen miokard aktivitas secara indikasi kerja miokard,
dengan bertahap dengan sehingga
2. Tingkatkan
kebutuhan, kriteria hasil: menurunkan risiko
istirahat, batasi
adanya komplikasi
1. Klien dapat aktivitas pada dasar
iskemia/nekrotik
melakukan nyeri/respon 3. Dengan
jaringan miokard,
peningkatan hemodinamik, mengejan dapat
efek obat
toleransi aktivitas berikan aktivitas mengakibatkan
depresan jantung
yang dapat diukur senggang yang tidak manuver valsava
dengan frekuensi berat sehingga terjadi
jantung/irama bradikardi,
3. Anjurkan pasien
jantung dan TD menurunnya curah
untuk tidak
dalam batas normal jantung, takikardi
mengejan saat
dan peningkatan
2. Kulit teraba defekasi
TD
hangat, merah muda
4. Jelaskan pola
dan kering 4. Aktivitas yang
peningkatan
maju memberikan
bertahap dari tingkat
kontrol jantung,
aktivitas
meningkatkan
5. Observasi gejala regangan dan
yang menunjukkan mencegah aktivitas
tidak toleran berlebihan
terhadap aktivitas
5. Palpitasi, nadi
tidak teratur,
adanya nyeri dada
atau dispnea dapat
mengindikasikan
kebutuhan
perubahan program
oalahraga atau diet

5 Ansietas yang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Data tersebut

26
berhubungan tindakan kecemasan pasien memberikan
dengan ketakutan keperawatan dan keluarganya informasi
akan kematian diharapkan serta mekanisme mengenai perasaan
kecemasan klien koping Rasional: sehat secara umum
hilang dan psikologis
2. Kaji kebutuhan
sehingga gejala
bimbingan spiritual
pasca terapi dapat
3. Biarkan pasien dibandingkan.
dan keluarganya
2. Jika pasien
mengekspresikan
memerlukan
kecemasan dan
dukungan
ketakutannya
keagamaan,
4. Manfaatkan konseling agama
waktu kunjungan akan membantu
yang fleksibel, yang mengurangi
memungkinkan kecemasan dan rasa
kehadiran keluarga takut.
untuk membantu
3. Kecemasan yang
mengurangi
tidak dapat
kecemasan pasien
dihilangkan
5. Dukung (respons stress)
partisipasi aktif meningkatkan
dalam program konsumsi oksigen
rehabilitasi jantung jantung.

4. Kehadiran
dukungan anggota
keluarga dapat
mengurangi
kecemasan pasien
maupun keluarga.

5. Rehabilitasi

27
jantung yang
diresepkan dapat
membantu
menghilangkan
ketakutan akan
kematian, dapat
meningkatkan
perasaan sehat.

28
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Tn. S usia 50 tahun pergi ke rumah sakit dengan diagnosa medis STEMI.
Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan
dagu terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Dengan skala nyeri 8. Sebelum
MRS pasien merasakan sesak, mual- muntah, dan demam hingga berkeringat
dingin. Pasien dirawat sejak tanggal 23 oktober 2019 jam 12.30 WIB dan pada
tanggal 28 oktober 2019 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik
yang sama. TTV : TD= 100/70 mmHg, suhu tubuh 36,5◦ C, RR= 30x/menit, nadi
100 x/mnt, regular. Pasien memiliki BB 78 kg dan TB 175 kg, BB. Pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kakinya pun sering
bengkak. Pasien juga menderita diabetes mellitus tapi tidak terkontrol. Pasien
menyangkal pernah stroke, maag, asma dan alergi terhadap makanan. Riwayat
penyakit keturunan disangkal tidak ada oleh pasien dan keluarga. Saat MRS
pasien hanya melakukan pengobatan dan istirahat, pasien dan keluarga menolak
untuk dirawat di ICCU dengan alasan biaya serta menolak melakukan tindakan
medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila ada kemungkinan operasi
jantung dan sebagainya. Semenjak MRS pasien merasa sangat cemas tentang
penyakitnya dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada perawat.

3.2 Pengkajian

1) Identitas Klien

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 50 Tahun

Alamat : Jalan Jawa 2B no 7C, Sumbersari, Jember

Agama : Islam

Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : SMA

Tanggal MRS : 23 Oktober 2019

Tanggal pengkajian : 28 Oktober 2019

Sumber informasi : keluarga dan klien

2) Riwayat Kesehatan
1. Diagnose medis : STEMI
2. Alasan utama MRS :
Pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu
terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, disertai
sesak napas. Sesak napas mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS,
memberat, mual, muntah, demam.
3. Keluhan utama :
Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dag uterus
menerus tidak hilang dengan istirahat. Pada perawatan ke 4 tanggal 28
Oktober 2019 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik
yang sama. Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang
penyakit dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada perawat.
4. Upaya yang telah dilakukan :
Istirahat dan berobat ke RS Jember sehat. Saat pengkajian
pasien dan keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan,
namun keluarga menolak untuk merawat pasien di ICCU dengan alas
an tidak ada biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan
menuntut bila terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak
melakukan tindakan medis yang memerlukan biaya terlalu besar
seperti bila ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya.
5. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke,
asma, maag disangkal pasien, pasien menderita hipertensi sejak 10

30
tahun yang lalu kakinya sering bengkak, dan diabetes mellitus yang
tidak terkontrol. Alergi terhadap makanan ataupun lainnya disangkal.
6. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan.

Pengkajian Fungsional Kesehatan (Pola Fungsional Gordon)


a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
Klien merasa sangat khawatir dengan kondisinya saat ini.
b. Nutrisi-metabolik
Pasien merasa mual dan muntah.
c. Eliminasi
Tidak ada masalah.
d. Aktivitas-latihan
Pasien merasa lemas.
e. Istirahat-tidur
Terdapat gangguan pada pola tidur akibat sering merasakan nyeri
dada dan sesak napas. Klien tidur 4-5 jam sehari dan sering
terbangun.
f. Persepsi-kognitif
Pasien sudah paham dengan penyakitnya, dan terus berusaha untuk
mencari bantuan pelayanan kesehatan.
g. Fungsi dan keadaan indera
Tidak ada masalah.
h. Persepsi diri-konsep diri
Pasien merasa cemas.
i. Pola peran hubungan
Pada kasus tidak dijelaskan.
j. Seksualitas-reproduksi
Pada kasus tidak dijelaskan

31
Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum
- cemas, lesu, wajah pucat, Nampak menahan nyeri.
- Berat badan : 78 kg
- Tinggi badan : 175cm
b. Kesadaran : compos mentis, GCS : E4V5M6
c. TTV
- N : 100 x/mnt
- TD : 100/70 mmHg
0
- T : 36,5 C.
- RR : 30 x/mnt

Pemeriksaan darah
1. Darah Lengkap :
- Hb : 15,2
- Hematokrit : 29,3 (40-49)
- Trombosit : 246 ribu (150-400 ribu)
- Eritrocyt : 3,80 juta (4-5 juta)
- Leucocyt : 9.200 (5-10ribu)
- MCV : 77,1 (82-92)
- MCH : 25 (27-31)
- MCHC : 32,4 (32-36)
2. Kimia Darah :
• Na : 13,8 (13,5 - 47)
•K : 8,6 (8,510,1)
• Mag : 1,9 (1,02,5)
• Ureum darah : 26 (2040)
• Kreatinin darah : 0,5 (0,51,5

32
3. Radiologi:
 Hasil CTR > 50 %
 Hasil tampak gambaran pneumonia
5. ECG:
Hasil :
 SR,QRS rate, 75x/mnt,
 normonaksis,
 ST↑ di II,III,avf, V7-9
 ST↓ di I,avI,V1-3,V5-6
 VES +, LVH-, RVH +

Pemeriksaan Head to toe


A. Respirasi
RR meningkat, pasien Nampak menggunakan bantuan otot pernapasan.
B. Suhu
Tidak ada gangguan.
C. Berat Badan
Tidak ada gangguan.
D. Kepala dan Rambut
Tidak ada gangguan
E. Wajah
Simetris, tidak ada edema, otot muka dan rahang kekuatan normal,
muka tanpak pucat, tampak meringis
F. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjungtiva anemis, pupil isokor, sclera
tidak ikterus, reflek cahaya positif. Penglihatan dalam batas normal.
G. Hidung
Napas cepat, dangkal, obstruksi tidak ada.
H. Mulut
Tidak ada gangguan
I. Telinga

33
Tidak ada gangguan
J. Leher
Tidak ada gangguan
K. Payudara
Tidak ada gangguan
L. Kulit
Kulit pasien lembab, akral hangat
M. Pencernaan
Bising usus +, tidak ada benjolan.

3.2 Analisa Data


Hari/
Paraf &
No Tangga Data Penunjang Etiologi Masalah
Nama
l/Jam
1 28 DS: ateroskelosis Penurunan Ns. T
oktober  Klien mengeluh curah է
2019 sesak nafas SMRS jantung
Pukul Iskemik
07.00 DO : .
 TD 100/70 mmHg
 RR 30x/menit perubahan

 N : 100x/mnt kontraktilitas

 Pasien berkeringat
dingin Penurunan
curah jantung

2 28 Ds metabolisme Nyeri Ns. T


oktober • Klien mengeluh anaerob է

34
2019 nyeri dada meningkat
Pukul sebelah kiri
07.00 menjalar hingga asam laktat
ke tangan dan meningkat
ke dagu
• Pasien
mengeluh lemas menyentuh ujung
saraf reseptor
DO
 RR 30x/menit
 TD 100/70 proses tranduksi,
mmHg persepsi
 Nadi
100x/menit
 Pasien pucat pelepasan

 Sulit tidur mediator nyeri

Pengkajian
nyeri PQRST Nyeri

P: nyeri
mendadak
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: dada kiri
merambat ke
tangan dan dagu
S: skala 8
T: terus
menerus tidak
hilang

35
3 28 DS Gangguan Ketidakefe Ns. T
oktober  Pasien konduktivitas ktifan է
ber mengatakan perfusi
2019 lemas jaringan
Pukul  Pasien gangguan
07.00 mengeluh kontraksi
sesak
DO
 Edema pada kaki curah jantung

 Berkeringat dingin menurun

 TD 100/70
 RR 30x/menit
Ketidakefektifan
perfusi jaringan

4. 28 DS : Curah jantung Intoleransi


oktober  Klien mengeluh menurun aktivitas
2019 lemah
Pukul DO :
07.00  TD:100/70 CO2 menurun
mmHg
 RR 30x/menit Suplai O2 tidak

 N : 100x/menit seimbang dengan

 Pasien bedrest kebutuhan tubuh

 CRT 2-3 detik


kelemahan

Intoleransi
aktivitas

36
5. 28 DS : Miokard Infark Gangguan Ns. T
oktober  Klien pola tidur
2019 mengeluhkan Sesak napas
pukul susah tidur
07.00 akibat nyeri dan Ketidakefektifan
sesak napas pola napas
DO:
 Sesak napas Gangguan pola
 Klien tampak tidur
meringis
6. 28 DS : klien sangat Perubahan status Ansietas Ns. T
oktober khawatir dengan kesehatan
2019 kondisinya saat ini
pukul Ancaman
07.00 DO: kehilangan
 Pasien
berkeringat Mekanisme
dingin koping inadekuat
 Sesak napas
 N 100x/menit Ansietas

3.3 Diagnosa Keperawatan


Dari permasalahan di atas, sehingga dapat diangkat diagnosa keperawatan
sebagai berikut.
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas d.d iskemik,
takikardia, Lelah dan dispneue
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d pasien
mengeluh nyeri, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur

37
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah d.d
pembengkakan pada kaki
4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d mengeluh Lelah, dyspnea dan
iskemia
5. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan d.d
ketidakpuasan tidur, dan tidak merasa cukup istirahat.
6. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d pasien merasa khawatir
dengan kondisinya.

3.4 Intervensi Keperawatan


Hari/ Diagnosa Tujuan Dan Paraf
Intervensi
No Tanggal Keperawata Kriteria Hasil Rasional &
(NIC)
/Jam n (NOC) Nama
1. 28 Penurunan Setelah dilakukan Perawatan 1. Ns. T.
oktober curah jantung asuhan keperawatan jantung Mengetahui
2019 b.d perubahan selama 2x24 jam 1. Identifikasi masalah
Pukul kontraksilitas pasien diharapkan : tanda/gejala Tanda-tanda
07.00 d.d iskemik, primer gejala lebih
takikardia, Kriteria Hasil: (dyspnea, detail
Lelah dan Curah Jantung kelelahan) dan 2.
dispneue (2008) sekunder mengevaluas
1. Tanda vital (distensi vena i tekanan
dalam rentang jugularis, darah dan
normal (TD, Nadi, batuk) gambar hasil
RR) penurunan EKG
2. Dapat curah jantung 3. Agar
mentoleransi 2. Monitor mampu
aktivitas, tidak ada tekanan darah memodifikas

38
kelelahan dan EKG i lingkungan
3. Tidak ada 3. Fasilitasi sehingga
penurunan pasien dan tidak
kesadaran keluarga untuk memperpara
memodifikasi h keadaan
gaya hidup anak
sehat 4.
4. Berikan terapi mempertahan
oksigen untuk kan
mempertahank kepatenan
an saturasi jalan napas
oksigen 5. membantu
5. Kolaborasi pasien dalam
pemberian menjaga
antiaritmia dan kondisi
rujuk ke kesehatannya
program
rehabilitasi
jantung

2 28 Nyeri akut Setelah 2x24 jam Manajemen nyeri 1. Data Ns. T


oktober b.d agen diharapkan nyeri 1. Lakukan tersebut
2019 pencedera dapat berkurang pengkajian nyeri membantu
Pukul fisiologis dan pasien dapat komprehensif menentukan
07.00 (iskemia) d.d mengontrol serta 2. Gunakan penyebab,
pasien menunjukkan strategi durasi, dan
mengeluh tingkat nyeri. komunikasi lokasi nyeri
nyeri, Kriteria Hasil: terapeutik untuk 2. pasien
frekuensi nadi 1. Pasien mampu mengetahui dapat
meningkat mengontrol nyeri pengalaman nyeri mengungk
dan sulit tidur (tahu penyebab dan sampaikan apkan

39
nyeri, mampu penerimaan pasien nyeri yang
menggunakan terhadap nyeri dirasakan
teknik 3. Tentukan akibat 3.
nonfarmakologi dari pengalaman meminima
untuk mengurangi nyeri terhadap lkan
nyeri) kualitas hidup dampak
2. Pasien mampu pasien (misal, dari nyeri
melaporkan bahwa tidur, nafsu 4. agar
nyeri berkurang makan, pengertian, dapat
dengan performa kerja) memberik
menggunakan 4. Bantu keluarga an
manajemen nyeri dalam mencari dan dukungan
3. Pasien mampu menyediakan penuh
mengenali nyeri dukungan kepada
(skala, intensitas, 5. Kendalikan klien
frekuensi, dan tanda faktor lingkungan 5. untuk
nyeri yang dapat menguran
4. Pasien mempengaruhi gi rasa
menyatakan rasa respon pasien tidak
nyaman setelah terhadap nyaman
nyeri berkurang ketidaknyamanan 6.
5. Tanda-tanda vital 6. Kolaborasi Farmakologi
pasien dalam dengan dokter untuk
rentang normal penggunaan mengurangi
analgesik untuk dan
mengurangi nyeri mengontrol
nyeri

40
3 28 Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Observasi 1.Untuk Ns. T
oktober fan perfusi asuhan keperawatan adanya perubahan mengetahui
2019 jaringan b.d selama 3x24 jam tingkat adanya
Pukul penurunan diharapkan Kesadaran penurunan
07.00 aliran darah ketidakefektifan curah jantung
d.d perfusi jaringan 1. Observasi 2.Mengkaji
pembengkaka teratasi adanya tanda
n pada kaki pucat, -tanda
Kriteria hasil : sianosis penurunan
Toleransi Aktivitas suplay
(05047) 2. Monitor oksigen ke
1. tekanan systole TTVdan jaringan
dan diastole dalam CRT perifer
rentang normal 3.Mengkaji
2. Tidak edema status
dan nyeri 4. Observasi sirkuasi
adanya edema 4.Edema
3. Konjungtiva
5. Anjurkan menunjukkan
merah
klien untuk adanya
muda latihan kaki tormbosis
aktif/pasif vena dalam
5.Menurunka
6. kolaborasi n stassi
dalam pemberian vena,
terapi oksigen meningkatka
n alirna 6.
balik vena
dan
menurunkan
resiko
tormbosis

41
6. Memenuhi
suplay
oksigen ke
jaringan

4. 28 Intoleransi Setelah dilakukan Terapi Aktivitas Ns. T


Oktober aktivitas b.d tindakan 1. Mengkaji status 1.membantu
2019 tirah baring keperawatan selama fisiologis pasien pasien
Pukul d.d mengeluh 3x24 jam klien yang mengetahui
07.00 Lelah, mampu membatasi menyebabkan status
dyspnea dan aktivitas yang kelelahan sesuai fisiologisnya.
iskemia melelahkan dengan konteks 2. pasien
Kriteria Hasil : usia dan memiliki
1. Tanda vital perkembangan aktivitas
dalam rentang 2. Bantu untuk yang dapat
normal (TD, Nadi, mengidentifikasik dilakukan
RR) an aktivitas yang selama di
2. Dapat mampu dilakukan RS.
mentoleransi 3. Bantu klien 3. pasien
aktivitas, tidak ada untuk membuat memiliki
kelelahan jadwal latihan di jadwal
3. Tidak ada waktu luang aktivitas.
penurunan 4. Bantu untuk 4. pasien
kesadaran memilih aktivitas dapat
konsisten yang beraktivitas
sesuai dengan sesuai minat
kemampuan fisik, dan
psikologi, dan kemampuann
sosial ya.

42
3.5 Implementasi

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas d.d iskemik,


takikardia, Lelah dan dispneue
Tanggal.
Implementasi Respon Paraf
Jam
Perawatan jantung
1.Mengidentifikasi
tanda/gejala primer
(dyspnea, kelelahan)
28 oktober Pasien terlihat sesak dan
dan sekunder (distensi
2019, 09.30 berkeringat dingin
vena jugularis, batuk)
penurunan curah
jantung

2. Monitor tekanan Tekanan darah : 110/80


28 oktober darah dan EKG mmHg, Nadi : 80 x/ menit, RR
2019, 09.45 : 25x/menit, Suhu : 36o C. Ns.
T

3. Fasilitasi pasien dan


keluarga untuk
28 oktober
memodifikasi gaya Memodifikasi lingkungan.
2019, 10.00
hidup sehat

4. Berikan terapi
28 oktober oksigen untuk Pasien bersedia diberikan
2019, 10.15 mempertahankan terapi oksigen dan sudah tidak
saturasi oksigen tampak sesak

43
4. Kolaborasi
28 oktober
pemberian antiaritmia
2019, 10.30
dan rujuk ke program
Pasien bersedia untuk dirujuk
rehabilitasi jantung

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d pasien mengeluh nyeri,
frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur
Tanggal.
Implementasi Respon Paraf
Jam
1. Mengkaji nyeri secara
Pasien mengatakan nyeri dada
komprehensif termasuk
28 oktober jiri menjalar hingga ke tangan
lokasi, karakteristik,
2019, 08.00 dan dagu
durasi, frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi.
2. Gunakan strategi Pasien mampu
komunikasi terapeutik mengungkapkan nyeri yang
28 oktober untuk mengetahui dirasa. Pasien tampak
2019, 08.00 pengalaman nyeri dan meringis. Ns.
sampaikan penerimaan T
pasien terhadap nyeri
3. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
28 oktober kualitas hidup pasien Nafsu makan pasien mulai
2019, 08.15 (misal, tidur, nafsu makan, meningkat.
pengertian, performa kerja)

44
4. Bantu keluarga dalam Pasien dan keluarga
28 oktober
mencari dan menyediakan mendapatkan dukungan penuh
2019, 08.30
dukungan dari keluarga besar.

5. Mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
28 oktober Memodifikasi lingkungan
mempengaruhi respon
2019, 09.00 sekitar pasien
pasien terhadap
ketidaknyamanan
6. Kolaborasi dengan Pasien bersedia diberi
28 oktober dokter penggunaan analgesic. Pasien mengatakan
2019, 09.15 analgesik untuk nyeri berkurang, namun
mengurangi nyeri kadang kadang muncul.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah d.d pembengkakan


pada kaki
Tanggal.
Implementasi Respon Paraf
Jam

1. Observasi adanya Kesadaran pasien


28 oktober
perubahan tingkat komposmentis.
2019, 10.30
Kesadaran

2. Observasi adanya Pasien tampak pucat.


28 oktober Ns.
pucat, sianosis
2019, 10.45 T

Tekanan darah : 110/80


3. Monitor TTVdan
28 oktober mmHg, Nadi : 80 x/ menit, RR
CRT
2019, 11.00 : 25x/menit, Suhu : 36o C.
CRT < 2 detik

45
4. Observasi adanya
28 oktober
edema Kaki pasien tampak edema.
2019, 11.15

5. Anjurkan klien
28 oktober untuk latihan kaki Pasien bersedia untuk latihan
2019, 11.30 aktif/pasif aktif.

28 oktober 6. kolaborasi dalam


Pasien tidak Nampak sesak.
2019, 11.45 pemberian terapi oksigen

4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d mengeluh Lelah, dyspnea dan iskemia
Tanggal.
Implementasi Respon Paraf
Jam
1. Mengkaji status
fisiologis pasien yang
28 oktober Pasien masih terlihat sedikit
menyebabkan kelelahan
2019, 10.45 lemah.
sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan
2. Bantu untuk
28 oktober mengidentifikasikan Pasien memiliki aktivitas yang
2019, 12.00 aktivitas yang mampu dapat dilakukan selama di RS.
Ns.
dilakukan
T
3. Bantu klien untuk
28 oktober Pasien memiliki jadwal
membuat jadwal latihan di
2019, 12.15 aktivitas.
waktu luang
4. Bantu untuk memilih Pasien mengetahui mengenai
28 oktober aktivitas konsisten yang aktivitas yang sesuai
2019, 12.30 sesuai dengan kemampuan kekuatannya, kemampuannya,
fisik, psikologi, dan sosial dan minatnya.

46
3.6 Evaluasi
No Tanggal,jam Diagnose Catatan ttd
keperawatan perkembangan

1. 28 oktober 2019 Penurunan curah


12.25 jantung b.d
S : Pasien mengatakan Ns.
perubahan
rasa lemas sudah T
kontraksilitas d.d
berkurang.
iskemik, takikardia,
Lelah dan dispneue O : Tekanan darah :
110/80 mmHg, Nadi :
80 x/ menit, RR :
25x/menit, Suhu : 36o
Mukosa lembab, turgor
kulit normal, CRT < 2
detik.

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan
intervensi, hentikan
intervensi no 3

2. 28 oktober 2019, Nyeri akut b.d agen S : Pasien mengatakan


12.30 pencedera nyeri berkurang namun
Ns.
fisiologis (iskemia) kadang kadang mucul
T
d.d pasien lagi. Pasien tidak
mengeluh nyeri, terlihat meringis.
frekuensi nadi
O : Tekanan darah :
meningkat dan sulit
110/80 mmHg, Nadi :
tidur
80 x/ menit, RR :
25x/menit, Suhu : 36o

47
A : Masalah teratasi
sebagian.

P : Intervensi
dilanjutkan.

3. Jumat, 28 oktober Ketidakefektifan S : Pasien mengatakan


2019, 12.30 perfusi jaringan b.d bengkak di kaki tampak
Ns.
penurunan aliran mengempis.
T
darah d.d
O : Tekanan darah :
pembengkakan
110/80 mmHg, Nadi :
pada kaki
80 x/ menit, RR :
25x/menit, Suhu : 36o C
CRT < 2 detik

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan.

4. Jumat, 28 oktober Intoleransi aktivitas S : Pasien mengatakan


2019, 12.30 b.d tirah baring d.d ada peningkatan dalam
Ns.
mengeluh Lelah, aktivitas.
T
dyspnea dan
O : pasien mampu
iskemia
mobilisasi di tempat
tidur sendiri.

A : Masalah teratasi
sebagian.

P : Lanjutkan intervensi
3&4.

48
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2013, Guidelines for the Early Management of


Patient With Acute Ischemic Stroke A Guideline for Healthcare
Professionals. Stroke, Publikasi online 1 Januari 2013.
Farissa PI (2012). Komplikasi pada pasien infark miokard akut st-elevasi
(STEMI) yang mendapat maupun tidak mendapat terapi reperfusi.
Semarang. Universitas Diponegoro. Skripsi.
Kemenkes RI. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
kesehatan RI. 2014; (Hipertensi):1-7.
Natarajan, p., Thangathiruphati, A., et al. 2013. Preliminary Study of Antidiabetic
Activity of Methanolic Extract of Papetta Indica Linn in Diabetic Rats.
Asian journal of Pharmaceutical and Clinical Research 6 (01): 131-133.
Nurarif, A.H., & Hardhi, K. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA (NIC-NOC). Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta :
Media Action Publishing.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Perki. 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta : Perhimpunan
Spesialis Kedokteran Kardiovaskular Indonesia
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas).2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses pada 3 November 2019.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf.
Rochfika. 2019. Percutanius Coronary Intervention. Ponorogo : Uwais Inspirasi
Indonesia.

49

Anda mungkin juga menyukai