KEPERAWATAN MEDIKAL
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas dengan dosen pengajar Ns.
Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.,MB)
Oleh :
Iftitah Rahma Ramadhani
NIM 172310101164
KELAS C 2017
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan
Pendahuluan mata kuliah Keperawatan Medikal dengan baik.
Laporan Pendahuluan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Untuk itu, saya ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam
pembuatan Laporan Pendahuluan ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca supaya saya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Harapan saya, semoga Laporan Pendahuluan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca serta dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
1.1 Definisi ....................................................................................................... 4
1.2 Review Anatomi dan Fisiologi ................................................................... 5
1.3 Epidemiologi .............................................................................................. 11
1.4 Etiologi ....................................................................................................... 11
1.5 Patofisiologi ................................................................................................ 11
1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................... 12
1.7 Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………….12
1.8 Penatalaksanaan Medis…………………………………………………...13
1.8.1 PenatalaksanaanFarmakologis…………………………………….13
1.8.2 Penatalaksanaan NonFarmakologis……………………………….15
1.9 Komplikasi………………………………………………………….........16
1.10 Pathway…………………………………………………………………..17
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI.............19
2.1 Pengkajian .............................................................................................. 19
2.2 Diagnosa................................................................................................. 20
2.3 Intervensi ................................................................................................ 21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... 29
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 29
3.2 Analisa data dan masalah ........................................................................ 34
3.3 Diagnosa .................................................................................................. 37
3.4 Intervensi ................................................................................................. 37
3.5 Implementasi ........................................................................................... 42
3.6 Evaluasi ................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 49
3
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI) merupakan suatu kondisi yang
mengakibatkan kematian sel miosit jantung karena iskhemia yang berkepanjangan akibat
oklusi koroner akut . STEMI terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
akibat dari oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan
oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Rochfika, 2019).
Selain itu STEMI terjadi akibat stenosis total pembuluh darah koroner sehingga
menyebabkan nekrosis sel jantung yang bersifat irreversible. ST elevasi terjadi dalam
beberapa menit dan dapat berlangsung hingga lebih dari 2 minggu. Pada infark miokard
dengan elevasi segmen ST, lokasi infark dapat ditentukan dari perubahan EKG. Penentuan
lokasi infark berdasarkan perubahan gambaran EKG.
4
I dan aVL
5 Inferolateral Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
6 Inferior Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
dan aVF
7 Inferoseptal Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II, III,
aVF, V1-V3
8 True posterior Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen ST
depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-V2
9 RV Infraction Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam
pertama infark.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 ruang serambi atau bagian yang
berdinding tipis (atrium), dan 2 bilik atau bagian yang berdinding tebal ( ventrikel )
a. Atrium
Atrium merupakan bagian dari ruang atas jantung, yang berfungsi sebagai
penampungan darah yang selanjutnya akan mengalir menuju ventrikel. Atrium
berkontraksi untuk membantu pengisian ventrikel.
1) Atrium kanan
Dinding atrium kanan memiliki struktur yang tipis, dan memiliki tekanan
yang rendah Sebelum memasuki atrium kanan, darah melewati dua vena yang
bermuara ke atrium kanan yaitu vena kava superior (membawa darah dari
bagian tubuh atas dan ekstremitas atas) serta vena kava inferior (membawa
darah dari ekstremitas bawah dan organ abdomen). Setelah melalui atrium
kanan kemudian melewati katup trikuspid darah menuju ventrikel kanan pada
saat fase relaksasi otot jantung (diastole)
2) Atrium kiri
5
Dinding atrium kiri sedikit lebih tebal dibanding atrium kanan. Darah yang
telah teroksigenisasi memasuki atrium kiri. Selanjutnya darah akan memasuki
ventrikel kiri melewati katup mitral pada saat vase relaksasi otot jantung (
diastole). Fungsi dari atrium kiri adalah sebagai ruang penerima darah yang
telah teroksigenisasi dari paru-paru.
b. Ventrikel
1) Ventrikel kanan
Tebal dinding luarnya 4-5 mm dengan bertekanan rendah. Fungsi dari ventrikel
kanan adalah memompa darah menuju paru-paru. Darah mengalir menuju
arteri pulmonal melewati katup pulmonal, pada saat fase kontraksi/ sistolik.
2) Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memiliki otot yang besar. Tekanan pada ventrikel kiri sangat
tinggi, darah yang masuk berasal dari atrium kiri melalui katub mitral dan
keluar dari ventrikel melalui katub aorta. Fungsi dari ventrikel kiri adalah
mengalirkan darah menuju seluruh bagian tubuh yang selanjutnya kembali ke
atrium kanan.
Katub Jantung
a. Katub Atrioventrikular
Katub ini membagi jantung menjadi 2 bagian yaitu atrium dan ventrikel. Katub
atrioventrikular ini menghubungkan aliran darah dari atrium ke ventrikel. Terdiri dari
katub tricuspid dan katup mitral.
1) Katup tricuspid
Tricuspid memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup Trikuspid
memiliki 3 daun katup (anterior, septal, posterior). Daun katub ini disokong
oleh 2 muskulus papilaris yang dihubungkan oleh korda tendinae. Fungsi
tricuspid adalah membantu darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel
kanan selama diastole (daun katup membuka). Saat systole daun katup
menutup sehingga tidak terjadi aliran balik.
2) Katup Mitral/ Bicuspid
Katup mitral memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Terdiri dari 2 daun
katup/ bikuspidalis (anterior dan posterior). Fungsi katup mitral adalah
membantu darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri saat diastole (daun
katup membuka). Saat systole daun katup menutup sehingga tidak terjadi
aliran balik.
b. Katub Semilunar
Katub semilunar memisahkan ventrikel dari pembuluh darah besar. Dua katup
semilunar ini memilki 3 daun katub yang mengalirkan darah dari ventrikel ke
pulmonary arteri dan aorta. Fungsi katub adalah membiarkan darah mengalir dari
ventrikel ke pembuluh darah besar selama diastole (daun katup terbuka).
1) Katub pulmonal
Katub pulmonal memisahkan ventrikel kanan dan arteri pulmonal, terdiri dari
tiga daun katup (anterior kanan, anterior kiri, dan posterior). Fungsi dari katup
pulmonal adalah membiarkan darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonal selama sistole (daun katub membuka).
2) Katub aorta
7
Katup aorta memisahkan ventrikel kiri dan aorta. Terdiri dari 3 daun katup
(Coroner kiri,coroner kanan,dan non coronary). Fungsi katub ini adalah
membiarkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta selama sistole (daun
katub membuka).
A. Fisiologi Jantung
1. Cardiac Output
Cardiac output atau curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh jantung
selama satu menit (± 4 – 8 L/menit) ketika istirahat. Merupakan hasil dari stroke volume
(Jumlah darah yang dipompakan oleh jantung setiap satu kali kontraksi) dan heart rate.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stroke volume dan cardiac output adalah:
8
2. Sistem Vaskuler
Laju dan volume aliran darah dalam sirkulasi ditentukan oleh dua faktor:
Faktor utama yang mempengaruhi resistensi terhadap aliran darah adalah diameter
pembuluh darah. Apabila diameter pembuluh darah menurun sampai satu setengahnya
akibat vasokonstriksi, maka aliran darah meningkat 16 kali. Konstriksi dan relaksasi
otot-otot arteriol dan spingter prekapiler merupakan bagian yang paling berperan
dalam perubahan diameter pembuluh darah, resistensi vaskuler dan aliran darah
regional. Secara umum, semakin besar resistensi vaskuler, semakin besar pula
potensial untuk menurunkan aliran darah ke jaringan distal dan semakin besar pula
mean arterial pressure yang dibutuhkan untuk menghantarkan darah melalui sirkulasi
tersebut.
3. Sirkulasi
Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas 2 bagian yaitu: sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal.
a. Sirkulasi sistemik
9
3) Kolom hidrostatik panjang
b. Sirkulasi pulmonal
4. Sistem Koroner
Efisiensi jantung sebagai pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup
pada otot jantung oleh sirkulasi koroner. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan
jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial
yang kecil-kecil.
a. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik yang memperdarahi
jantung. Arteri tersebut melintang di permukaan jantung dan mengelilingi jantung.
Terdiri dari Arteri koroner kiri dan arteri koroner kanan.
Mempunyai dua cabang besar, yaitu Left Anterior Descendence (LAD) dan
Left Circumflex (LCx).
Cabang LAD berperan dalam memperdarahi RV, dinding anterior LV, dan
2/3 anterior septum. Cabang LAD juga memperdarahi jaringan konduksi
seperti berkas his, berkas His kiri dan kanan.
LCx Memperdarahi dinding lateral dan posterior ventrikel kiri. Dan pada
sebagian kesil orang LCx memperdarahi AV dan SA node.
10
1.3 Epidemiologi
Indonesia merupakan negara berkembang dimana prevalensi penyakit jantung dari tahun
ke tahun mengalami kenaikan jumlah penderita terutama penyakit infark miokard akut
(IMA). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2013), prevalensi penyakit
IMA tertinggi berada pada wilayah seperti Sulawesi Tengah (0,8%), Sulawesi Utara, DKI
Jakarta dan Aceh yang masing-masing sebanyak 0,7%. Berdasarkan data Jakarta Acute
Coronary Syndrome Registry menyebutkan bahwa pada tahun 2008-2009 terdapat 654
pasien dengan STEMI dan hanya 59% yang mendapat terapi reperfusi. Sejumlah 478.000
pasien di Indonesia terdiagnosis penyakit jantung koroner 2 dan prevalensi infark
miokard akut dengan ST-elevasi meningkat dari 25% ke 40% (Kemkes RI, 2014).
Infark miokard akut (IMA) disebabkan oleh ruptur plak akut dan pembentukan trombus
di arteri koroner yang mengakibatkan gangguan secara tibatiba aliran darah ke otot
jantung dan kematian jaringan jantung. IMA dapat diklasifikasikan ke dalam ST-
Elevation Myocardial Infarction (STEMI) dan nonST Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI), yang membedakan yaitu berdasarkan temuan dari elektrokardiogram
diagnostik (ECG) (Natarajan et al, 2013).
1.4 Etiologi
Umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak ateroskerotik yang sudah ada sebelumnya (Nurarif AH &
Hardhi K, 2013).
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :
1. penyempitan arteri koroner non sklerotik
2. penyempitan aterosklerotik
3. trombus
4. plak aterosklerotik
5. lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak
6. peningkatan kebutuhab oksigen miokardium
7. penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur
1.5 Patofisiologi
STEMI terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara tiba-tiba setelah
oklusi trombotik dari arteri koroner yang sebelumnya mengalami atherosclerosis.
11
STEMI terjadi ketika thrombus pada arteri koroner berkembang secara cepat pada tempat
terjadinya kerusakan vaskuler.
Faktor penyebab kerusakan ini, seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.
STEMI terjadi ketika permukaan plak atherosclerotic mengalami ruptur dan terbentuklah
trombus, sehingga terjadi oklusi pada arteri koroner arteri koroner sering kali mengalami
thrombus yang terdiri dari agregat platelet, dan benang-benang fibrin. Pada sebagian
kecil kasusnya, penyebab lain dari STEMI yaitu karena emboli arteri koroner,
abnormalitas congenital, spasme coroner, dan berbagai penyakit sistemik, terutama
inflamasi (Zainal, 2008).
12
b. Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung.
Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya
jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki
kaitanya dengan PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk
menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat
dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk
mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam
arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri koroner.
f. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang menembus
organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang mengubahnya menjadi data
elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah menjadi tampilan irisan organ-
organ tubuh.
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang
menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi dalam
medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang (irisan)
tubuh.
h. . Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien, kemudian dideteksi
dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola tampilan yang
terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar gamma. (Kabo, 2008).
1.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh STEMI (Farrisa, 2012):
Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk ukuran, dan ketebalan pada
segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini disebut remodelling
ventricular yang sering mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam
hitungan bulan atau tahun pasca infark. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan
yang terjadi dikaitkan dengan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi terbesar pasca
infark pada apeks ventrikel kiri yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang
nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Gangguan Hemodinamik
16
Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama kematian di rumah
sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.
Syok kardiogenik
Syok kardiogenik ditemukan pada saat masuk (10%), sedangkan 90% terjadi selama
perawatan. Biasanya pasien yang berkembang menjadi syok kardiogenik mempunyai
penyakit arteri koroner multivesel.
Infark ventrikel kanan
Infark ventrikel kanan menyebabkan tanda gagal ventrikel kanan yang berat (distensi
vena jugularis, tanda Kussmaul, hepatomegali) dengan atau tanpa hipotensi.
Aritmia paska STEMI
Mekanisme aritmia terkait infark mencakup ketidakseimbangan sistem saraf autonom,
gangguan elektrolit, iskemi, dan perlambatan konduksi di zona iskemi miokard.
Ekstrasistol ventrikel
Depolarisasi prematur ventrikel sporadis terjadi pada hampir semua pasien STEMI
dan tidak memerlukan terapi. Obat penyekat beta efektif dalam mencegah aktivitas
ektopik ventrikel pada pasien STEMI.
Takikardia dan fibrilasi ventrikel
Takikardi dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi tanpa bahaya aritmia sebelumnya dalam
24 jam pertama.
1.10 Pathway
17
Ateroskelosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria, emboli Syok
Gangguan
konduktivitas Perubahan status Gangguan pola
Suplai darah ke kesehatan tidur
jantung inadekuat
Gangguan Ancaman
kehilangan Peningkatan
kontraksi
volume & tekanan
Defisit O2 pada jantung
int.vascular
Mekanisme koping
Curah jantung inadequat
menurun Defisit oksigen dan Tekanan atrium &
nutrisi ke jantung vena pulmonalis
ANSIETAS
Intoleransi
Stimulasi kortex Gangguan
aktivitas
adrenal pertukaran gas
Gangguan fungsi
Aliran darah ke ginjal ventrikel
menurun
Pelepasan
aldosteron
Kurang
informasi
18
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan kepada klien,
meliputi: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik.
A. Aktivtas / Itirahat
Lemah, letih, gangguan istirahat tidur dan istirahat, takikardi dan dispnea pada saat
istirahat atau aktifitas
B. Sirkulasi
Adanya riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
C. Eliminasi
Pola eliminasi cenderung normal, bising usus melemah.
D. Makanan / cairan
mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
E. Neurosensori
Pusing, pening, sakit kepala, nyeri.
F. Nyeri / kenyamanan
Nyeri dada yang timbul mendadak, tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
G. Pernafasan
dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
H. Keamanan
Tidak ada gangguan
I. Seksualitas
Tidak ada gangguan.
Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
19
Biasanya keadaan klien baik atau kompos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
B. Tekanan Darah
Tekanan darah klien biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup.
C. Nadi
Pada keadaan ini nadi akan lemah dan cepat
D. Respirasi
Kemungkinan RR meningkat
E. Suhu
Tidak ada gangguan
F. Berat Badan
Biasanya memiliki berat badan berlebih
G. Kepala dan Rambut
Tidak ada gangguan
H. Wajah
Terkadang Saat terjadi nyeri wajah terlihat pucat
I. Mata
Tidak ada gangguan
J. Hidung
Napas cepat, dangkal
K. Mulut
Tidak ada gangguan
L. Telinga
Tidak ada gangguan
M. Leher
Tidak ada gangguan
N. Payudara
Tidak ada gangguan
O. Kulit
Tidak ada gangguan
2.2 Diagnosa
20
Berdasarkan pengkajian data keperawatan, diagnosa yang mungkin muncul pada
penderita STEMI yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap oklusi
arteri koroner.
2. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru
akut.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi elektri, penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, otot
infark, kerusakan struktural .
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah,
misalnya vasikonstriksi,hipovolemia, dan pembentukan troboemboli .
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dengan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik jaringan miokard,
efek obat depresan jantung .
6. Ansietas berhubungan dengan ketakutan akan kematian.
7. Resiko ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang berhubungan
dengan penolakan terhadap diagnosis miokard infark.
2.3 Intervensi
22
7 Kolaborasi akbibat pemberian
dengan tim narkotik. Dimana
medis dalam keadaan ini dapat
pemberian terapi meningkatkan
farmakologi kerusakan
miokardia pada
adanya kegagalan
ventrikel.
3. untuk
mengetahui adanya
kongesti paru
akibat penurunan
fungsi miokard
4. untuk
menghindari kerja
miokardia,
bradikardi,
peningkatan
frekuensi jantung
5. untuk
mengetahui
perbaikan/perluasa
n infark adanya
hipoksia,
hipokalemia/hiperk
alsemia
24
3. Tanda vital kekuatan nadi statis vena,
dalam batas perifer meningkatkan
normal 3. anjurkan klien aliran balik vena
4. Kesadran untuk latihan dan menurunkan
compos kaki aktif/pasif resiko
mentis 4. Observasi tromboflebitis.
5. Keseimbang adanya tanda
4. Untuk
an Homan, eritema,
mengetahui adanya
pemasukan edema
trombosis vena
dan 5. Pantau
dalam
pengeluaran pemasukan dan
6. Tidak perubahan keluaran 5. Penurunan/mual
edema dan urine terus menerus
nyeri dapat
6. Pantau
megakibatkan
laboratorium,
penurunan volume
kreatinin, elektrolit
sirkulasi, yang
berdampak negatif
pada perfusi dan
fungsi organ
6. Indikator dari
perfusi atau fungsi
organ
25
oksigen miokard aktivitas secara indikasi kerja miokard,
dengan bertahap dengan sehingga
2. Tingkatkan
kebutuhan, kriteria hasil: menurunkan risiko
istirahat, batasi
adanya komplikasi
1. Klien dapat aktivitas pada dasar
iskemia/nekrotik
melakukan nyeri/respon 3. Dengan
jaringan miokard,
peningkatan hemodinamik, mengejan dapat
efek obat
toleransi aktivitas berikan aktivitas mengakibatkan
depresan jantung
yang dapat diukur senggang yang tidak manuver valsava
dengan frekuensi berat sehingga terjadi
jantung/irama bradikardi,
3. Anjurkan pasien
jantung dan TD menurunnya curah
untuk tidak
dalam batas normal jantung, takikardi
mengejan saat
dan peningkatan
2. Kulit teraba defekasi
TD
hangat, merah muda
4. Jelaskan pola
dan kering 4. Aktivitas yang
peningkatan
maju memberikan
bertahap dari tingkat
kontrol jantung,
aktivitas
meningkatkan
5. Observasi gejala regangan dan
yang menunjukkan mencegah aktivitas
tidak toleran berlebihan
terhadap aktivitas
5. Palpitasi, nadi
tidak teratur,
adanya nyeri dada
atau dispnea dapat
mengindikasikan
kebutuhan
perubahan program
oalahraga atau diet
26
berhubungan tindakan kecemasan pasien memberikan
dengan ketakutan keperawatan dan keluarganya informasi
akan kematian diharapkan serta mekanisme mengenai perasaan
kecemasan klien koping Rasional: sehat secara umum
hilang dan psikologis
2. Kaji kebutuhan
sehingga gejala
bimbingan spiritual
pasca terapi dapat
3. Biarkan pasien dibandingkan.
dan keluarganya
2. Jika pasien
mengekspresikan
memerlukan
kecemasan dan
dukungan
ketakutannya
keagamaan,
4. Manfaatkan konseling agama
waktu kunjungan akan membantu
yang fleksibel, yang mengurangi
memungkinkan kecemasan dan rasa
kehadiran keluarga takut.
untuk membantu
3. Kecemasan yang
mengurangi
tidak dapat
kecemasan pasien
dihilangkan
5. Dukung (respons stress)
partisipasi aktif meningkatkan
dalam program konsumsi oksigen
rehabilitasi jantung jantung.
4. Kehadiran
dukungan anggota
keluarga dapat
mengurangi
kecemasan pasien
maupun keluarga.
5. Rehabilitasi
27
jantung yang
diresepkan dapat
membantu
menghilangkan
ketakutan akan
kematian, dapat
meningkatkan
perasaan sehat.
28
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Tn. S usia 50 tahun pergi ke rumah sakit dengan diagnosa medis STEMI.
Saat masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan
dagu terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Dengan skala nyeri 8. Sebelum
MRS pasien merasakan sesak, mual- muntah, dan demam hingga berkeringat
dingin. Pasien dirawat sejak tanggal 23 oktober 2019 jam 12.30 WIB dan pada
tanggal 28 oktober 2019 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik
yang sama. TTV : TD= 100/70 mmHg, suhu tubuh 36,5◦ C, RR= 30x/menit, nadi
100 x/mnt, regular. Pasien memiliki BB 78 kg dan TB 175 kg, BB. Pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, kakinya pun sering
bengkak. Pasien juga menderita diabetes mellitus tapi tidak terkontrol. Pasien
menyangkal pernah stroke, maag, asma dan alergi terhadap makanan. Riwayat
penyakit keturunan disangkal tidak ada oleh pasien dan keluarga. Saat MRS
pasien hanya melakukan pengobatan dan istirahat, pasien dan keluarga menolak
untuk dirawat di ICCU dengan alasan biaya serta menolak melakukan tindakan
medis yang memerlukan biaya terlalu besar seperti bila ada kemungkinan operasi
jantung dan sebagainya. Semenjak MRS pasien merasa sangat cemas tentang
penyakitnya dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada perawat.
3.2 Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : Tn. S
Usia : 50 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : SMA
2) Riwayat Kesehatan
1. Diagnose medis : STEMI
2. Alasan utama MRS :
Pasien mengeluh nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu
terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Keringat dingin, disertai
sesak napas. Sesak napas mulai 3 hari yang lalu sebelum MRS,
memberat, mual, muntah, demam.
3. Keluhan utama :
Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dag uterus
menerus tidak hilang dengan istirahat. Pada perawatan ke 4 tanggal 28
Oktober 2019 terjadi serangan berulang dengan nyeri dan karakteristik
yang sama. Saat pengkajian keluhan utama adalah cemas tentang
penyakit dan kesembuhannya dengan sering bertanya kepada perawat.
4. Upaya yang telah dilakukan :
Istirahat dan berobat ke RS Jember sehat. Saat pengkajian
pasien dan keluarga mengikuti prosedur perawatan yang diberikan,
namun keluarga menolak untuk merawat pasien di ICCU dengan alas
an tidak ada biaya serta menandatangani surat pernyataan tidak akan
menuntut bila terjadi sesuatu pada pasien. Keluarga juga menolak
melakukan tindakan medis yang memerlukan biaya terlalu besar
seperti bila ada kemungkinan operasi jantung dan sebagainya.
5. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami nyeri dada seperti ini. Stroke,
asma, maag disangkal pasien, pasien menderita hipertensi sejak 10
30
tahun yang lalu kakinya sering bengkak, dan diabetes mellitus yang
tidak terkontrol. Alergi terhadap makanan ataupun lainnya disangkal.
6. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien dan keluarga menyangkal memiliki penyakit keturunan.
31
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
- cemas, lesu, wajah pucat, Nampak menahan nyeri.
- Berat badan : 78 kg
- Tinggi badan : 175cm
b. Kesadaran : compos mentis, GCS : E4V5M6
c. TTV
- N : 100 x/mnt
- TD : 100/70 mmHg
0
- T : 36,5 C.
- RR : 30 x/mnt
Pemeriksaan darah
1. Darah Lengkap :
- Hb : 15,2
- Hematokrit : 29,3 (40-49)
- Trombosit : 246 ribu (150-400 ribu)
- Eritrocyt : 3,80 juta (4-5 juta)
- Leucocyt : 9.200 (5-10ribu)
- MCV : 77,1 (82-92)
- MCH : 25 (27-31)
- MCHC : 32,4 (32-36)
2. Kimia Darah :
• Na : 13,8 (13,5 - 47)
•K : 8,6 (8,510,1)
• Mag : 1,9 (1,02,5)
• Ureum darah : 26 (2040)
• Kreatinin darah : 0,5 (0,51,5
32
3. Radiologi:
Hasil CTR > 50 %
Hasil tampak gambaran pneumonia
5. ECG:
Hasil :
SR,QRS rate, 75x/mnt,
normonaksis,
ST↑ di II,III,avf, V7-9
ST↓ di I,avI,V1-3,V5-6
VES +, LVH-, RVH +
33
Tidak ada gangguan
J. Leher
Tidak ada gangguan
K. Payudara
Tidak ada gangguan
L. Kulit
Kulit pasien lembab, akral hangat
M. Pencernaan
Bising usus +, tidak ada benjolan.
N : 100x/mnt kontraktilitas
Pasien berkeringat
dingin Penurunan
curah jantung
34
2019 nyeri dada meningkat
Pukul sebelah kiri
07.00 menjalar hingga asam laktat
ke tangan dan meningkat
ke dagu
• Pasien
mengeluh lemas menyentuh ujung
saraf reseptor
DO
RR 30x/menit
TD 100/70 proses tranduksi,
mmHg persepsi
Nadi
100x/menit
Pasien pucat pelepasan
Pengkajian
nyeri PQRST Nyeri
P: nyeri
mendadak
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: dada kiri
merambat ke
tangan dan dagu
S: skala 8
T: terus
menerus tidak
hilang
35
3 28 DS Gangguan Ketidakefe Ns. T
oktober Pasien konduktivitas ktifan է
ber mengatakan perfusi
2019 lemas jaringan
Pukul Pasien gangguan
07.00 mengeluh kontraksi
sesak
DO
Edema pada kaki curah jantung
TD 100/70
RR 30x/menit
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Intoleransi
aktivitas
36
5. 28 DS : Miokard Infark Gangguan Ns. T
oktober Klien pola tidur
2019 mengeluhkan Sesak napas
pukul susah tidur
07.00 akibat nyeri dan Ketidakefektifan
sesak napas pola napas
DO:
Sesak napas Gangguan pola
Klien tampak tidur
meringis
6. 28 DS : klien sangat Perubahan status Ansietas Ns. T
oktober khawatir dengan kesehatan
2019 kondisinya saat ini
pukul Ancaman
07.00 DO: kehilangan
Pasien
berkeringat Mekanisme
dingin koping inadekuat
Sesak napas
N 100x/menit Ansietas
37
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d penurunan aliran darah d.d
pembengkakan pada kaki
4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d mengeluh Lelah, dyspnea dan
iskemia
5. Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan d.d
ketidakpuasan tidur, dan tidak merasa cukup istirahat.
6. Ansietas b.d ancaman pada status terkini d.d pasien merasa khawatir
dengan kondisinya.
38
kelelahan dan EKG i lingkungan
3. Tidak ada 3. Fasilitasi sehingga
penurunan pasien dan tidak
kesadaran keluarga untuk memperpara
memodifikasi h keadaan
gaya hidup anak
sehat 4.
4. Berikan terapi mempertahan
oksigen untuk kan
mempertahank kepatenan
an saturasi jalan napas
oksigen 5. membantu
5. Kolaborasi pasien dalam
pemberian menjaga
antiaritmia dan kondisi
rujuk ke kesehatannya
program
rehabilitasi
jantung
39
nyeri, mampu penerimaan pasien nyeri yang
menggunakan terhadap nyeri dirasakan
teknik 3. Tentukan akibat 3.
nonfarmakologi dari pengalaman meminima
untuk mengurangi nyeri terhadap lkan
nyeri) kualitas hidup dampak
2. Pasien mampu pasien (misal, dari nyeri
melaporkan bahwa tidur, nafsu 4. agar
nyeri berkurang makan, pengertian, dapat
dengan performa kerja) memberik
menggunakan 4. Bantu keluarga an
manajemen nyeri dalam mencari dan dukungan
3. Pasien mampu menyediakan penuh
mengenali nyeri dukungan kepada
(skala, intensitas, 5. Kendalikan klien
frekuensi, dan tanda faktor lingkungan 5. untuk
nyeri yang dapat menguran
4. Pasien mempengaruhi gi rasa
menyatakan rasa respon pasien tidak
nyaman setelah terhadap nyaman
nyeri berkurang ketidaknyamanan 6.
5. Tanda-tanda vital 6. Kolaborasi Farmakologi
pasien dalam dengan dokter untuk
rentang normal penggunaan mengurangi
analgesik untuk dan
mengurangi nyeri mengontrol
nyeri
40
3 28 Ketidakefekti Setelah dilakukan 1. Observasi 1.Untuk Ns. T
oktober fan perfusi asuhan keperawatan adanya perubahan mengetahui
2019 jaringan b.d selama 3x24 jam tingkat adanya
Pukul penurunan diharapkan Kesadaran penurunan
07.00 aliran darah ketidakefektifan curah jantung
d.d perfusi jaringan 1. Observasi 2.Mengkaji
pembengkaka teratasi adanya tanda
n pada kaki pucat, -tanda
Kriteria hasil : sianosis penurunan
Toleransi Aktivitas suplay
(05047) 2. Monitor oksigen ke
1. tekanan systole TTVdan jaringan
dan diastole dalam CRT perifer
rentang normal 3.Mengkaji
2. Tidak edema status
dan nyeri 4. Observasi sirkuasi
adanya edema 4.Edema
3. Konjungtiva
5. Anjurkan menunjukkan
merah
klien untuk adanya
muda latihan kaki tormbosis
aktif/pasif vena dalam
5.Menurunka
6. kolaborasi n stassi
dalam pemberian vena,
terapi oksigen meningkatka
n alirna 6.
balik vena
dan
menurunkan
resiko
tormbosis
41
6. Memenuhi
suplay
oksigen ke
jaringan
42
3.5 Implementasi
4. Berikan terapi
28 oktober oksigen untuk Pasien bersedia diberikan
2019, 10.15 mempertahankan terapi oksigen dan sudah tidak
saturasi oksigen tampak sesak
43
4. Kolaborasi
28 oktober
pemberian antiaritmia
2019, 10.30
dan rujuk ke program
Pasien bersedia untuk dirujuk
rehabilitasi jantung
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (iskemia) d.d pasien mengeluh nyeri,
frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur
Tanggal.
Implementasi Respon Paraf
Jam
1. Mengkaji nyeri secara
Pasien mengatakan nyeri dada
komprehensif termasuk
28 oktober jiri menjalar hingga ke tangan
lokasi, karakteristik,
2019, 08.00 dan dagu
durasi, frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi.
2. Gunakan strategi Pasien mampu
komunikasi terapeutik mengungkapkan nyeri yang
28 oktober untuk mengetahui dirasa. Pasien tampak
2019, 08.00 pengalaman nyeri dan meringis. Ns.
sampaikan penerimaan T
pasien terhadap nyeri
3. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
28 oktober kualitas hidup pasien Nafsu makan pasien mulai
2019, 08.15 (misal, tidur, nafsu makan, meningkat.
pengertian, performa kerja)
44
4. Bantu keluarga dalam Pasien dan keluarga
28 oktober
mencari dan menyediakan mendapatkan dukungan penuh
2019, 08.30
dukungan dari keluarga besar.
5. Mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
28 oktober Memodifikasi lingkungan
mempengaruhi respon
2019, 09.00 sekitar pasien
pasien terhadap
ketidaknyamanan
6. Kolaborasi dengan Pasien bersedia diberi
28 oktober dokter penggunaan analgesic. Pasien mengatakan
2019, 09.15 analgesik untuk nyeri berkurang, namun
mengurangi nyeri kadang kadang muncul.
45
4. Observasi adanya
28 oktober
edema Kaki pasien tampak edema.
2019, 11.15
5. Anjurkan klien
28 oktober untuk latihan kaki Pasien bersedia untuk latihan
2019, 11.30 aktif/pasif aktif.
4. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring d.d mengeluh Lelah, dyspnea dan iskemia
Tanggal.
Implementasi Respon Paraf
Jam
1. Mengkaji status
fisiologis pasien yang
28 oktober Pasien masih terlihat sedikit
menyebabkan kelelahan
2019, 10.45 lemah.
sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan
2. Bantu untuk
28 oktober mengidentifikasikan Pasien memiliki aktivitas yang
2019, 12.00 aktivitas yang mampu dapat dilakukan selama di RS.
Ns.
dilakukan
T
3. Bantu klien untuk
28 oktober Pasien memiliki jadwal
membuat jadwal latihan di
2019, 12.15 aktivitas.
waktu luang
4. Bantu untuk memilih Pasien mengetahui mengenai
28 oktober aktivitas konsisten yang aktivitas yang sesuai
2019, 12.30 sesuai dengan kemampuan kekuatannya, kemampuannya,
fisik, psikologi, dan sosial dan minatnya.
46
3.6 Evaluasi
No Tanggal,jam Diagnose Catatan ttd
keperawatan perkembangan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan
intervensi, hentikan
intervensi no 3
47
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
3&4.
48
DAFTAR PUSTAKA
49