Anda di halaman 1dari 9

SOP Injeksi

JUDUL SOP:

PEMBERIAN OBAT MELALUI


INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)

PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT: DITETAPKAN OLEH :


PROSEDUR
TETAP 5 Februari 2016

1. PENGERTIAN Pemberian obat melalui injeksi yang ditusukkan


pada lapisan otot (muskular).
2. TUJUAN Memberikan obat dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan melalui subkutan dan untuk
mendapatkan absorpsi yang lebih cepat
dibandingkan melalui subkutan.
3. INDIKASI Injeksi intramuskular diindikasikan pada :
1. Klien yang tidak bisa mendapatkan medikasi
oral
2. Pemberian obat-obat yang dapat terganggu
absorpsinya oleh cairan lambung atau saluran
cerna
4. KONTRAINDIKASI Injeksi intramuskular dikontraindikasikan pada :
1. Klien dengan gangguan mekanisme
koagulasi
2. Klien yang dengan penyakit sumbatan
pembuluh darah perifer, edema, shock
3. Setelah klien mendapatkan terapi
trombolitik
4. Selama periode infark miokard akut.
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan
indentifikasi klien dengan memeriksa
indentitas klien secara cermat, cek program
pengobatan mencakup “ 6 benar ”.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, kaji riwayat medis dan
riwayat alergi terhadap obat yang sama
sebelumnya,berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan
ruangan, beri privasi kepada klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman
dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT Baki beralas berisi :
1. Spuit (ukuran bervariasi sesuai volume obat
yang diberikan, umumnya 2-5 ml)
2. Jarum sesuai ukuran (dewasa : 21-23 G,
panjang 1-1½ inci; anak : 25-27 G, panjang
½-1 inci)
3. Swab antiseptik (alkohol) dalam tempatnya
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Obat ampul atau vial sesuai instruksi dan
cairan pelarutnya (jika diperlukan)
6. Bak injeksi (bak spuit)
7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Kartu obat atau catatan pemberian obat
7. CARA BEKERJA :
1. Beritahu klien bahwa tindakan segera dimulai
2. Siapkan peralatan dan catatan / kartu obat di dalam ruang pengobatan atau di kereta
obat. Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan teliti dan periksa kembali
perhitungan.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Siapkan dosis obat yang tepat dari vial atau ampul sesuai kebutuhan (instruksi dokter).
Lakukan dengan langkah yang benar. Ingat 3 cek pembacaan obat. Obat yang telah
disiapkan diletakkan dalam bak injeksi.
5. Tentukan area yang akan dilakukan injeksi. Inspeksi area yang akan diinjeksi terhadap
adanya edema, massa atau nyeri tekan. Hindari jaringan parut, memar, abrasi atau
infeksi
6. Palpasi otot untuk menentukan kekerasan dan ukurannya. Apabila injeksi diberikan
dengan sering, lakukan rotasi tempat injeksi.
7. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman dan merelaksasi area sesuai tempat injeksi
yang dipilih
a. Lengan atas (deltoid) : klien duduk atau berbaring dengan lengan bawah fleksi tetapi
rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.
b. Dorsogluteal : klien diatur berbaring menghadap ke bawah dalam posisi pronasi
dengan kedua tangan diatas sisi tempat tidur dan kedua kaki diputar kedalam, klien
juga dapat diatur dalam posisi miring ke samping dan kaki yang atas ditekuk pada
pangkal paha dan lutut serta diletakkan di depan kaki bawah yang diatur lurus.
c. Ventrogluteal : klien berbaring miring, terlentang, atau terlentang dengan lutut dan
panggul fleksi
d. Vastus lateralis (paha) : klien dapat diatur miring atau duduk, atau berbaring
terlentang dengan lutut agak fleksi.
8. Pertahankan selimut atau baju yang menutupi bagian tubuh yang tidak dilakukan
injeksi.
9. Pasang perlak atau pengalas dibawah area yang akan dilakukan injeksi.
10. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik (alkohol). Usap bagian tengah tempat
injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang sekitar 5 cm.
11. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya arah lurus
12. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah dengan tangan dominan
(seperti memegang anak panah), pegang dengan telapak kebawah pada sudut 90 derajat
terhadap tempat injeksi
13. Tempatkan tangan non dominan pada tempat injeksi dan regangkan kulit untuk
membuatnya tegang. Injeksikan jarum secara lembut dan cepat kedalam otot pada sudut
90 derajat.
Jika massa otot kecil, cubit badan otot antara ibu jari dan jari lain.
Jika obat bersifat mengiritasi, gunakan metode Z-track
14. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak
dominan. Lakukan aspirasi. Hindari menggerakkan spuit ketika menarik pangisap
secara perlahan untuk mengaspirasi. Bila tidak ada darah, injeksikan obat perlahan-
lahan (kecepatan 10 detik/ml). Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat
dan spuit, dan ulangi prosedur.
15. Setelah injeksi, tarik jarum spuit dengan lembut tapi cepat dengan sudut yang sama saat
insersi (dimasukkan). Usapkan swab alkohol dengan perlahan di tempat injeksi, lakukan
penekanan perlahan. Jangan memasase kulit. Bila tempat penusukan mengeluarkan
darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti.
Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus lateralis, anjurkan klien menggerak-
gerakan kaki.
16. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum dengan kapnya
atau sebelum dibuang tutup jarum dengan satu tangan dan letakkan pada bengkok
sebelum dibuang di tempat sampah khusus
17. Ambil pengalas
18. Bantu klien kembali pada posisi semula
19. Bereskan peralatan dan lepas sarung tangan
20. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
21. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif dan obyektif)
22. Beri reinforcement positif.
23. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik
24. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan
8. HASIL :
Dokumentasikan :
1. Jenis / nama obat, rute, dosis (jumlah), tanggal dan waktu pemberian obat.
2. Respon klien selama tindakan (respon subyektif dan respon obyektif)
3. Nama dan paraf perawat
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Memasukkan obat intramuskular harus perlahan. Obat yang diinjeksikan terlalu cepat
dapat mempengaruhi absorpsi obat dan menyebabkan nyeri.
2. Otot dorsogluteal tidak boleh digunakan pada anak kecuali otot ini telah berkembang.
Vastus lateralis adalah tempat injeksi yang dipilih untuk anak. Otot deltoid tidak lagi
dianjurkan.
3. Massa otot klien lansia mungkin berkurang. Penting untuk memilih jarum berukuran
tepat. Klien lansia mungkin juga tidak dapat mentoleransi lebih dari 2 ml injeksi
intramuscular
4. Kembali untuk mengevaluasi respon klien terhadap pengobatan dalam 10 sampai 30
menit
JUDUL SOP:

PEMBERIAN OBAT MELALUI


INJEKSI SUBKUTAN (SK)

PSIK
UNIVERSITAS
JEMBER
NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN OLEH :


PROSEDUR
TETAP 5 Februari 2016

1. PENGERTIAN Pemberian obat melalui injeksi yang ditusukkan


pada lapisan jaringan lemak dibawah kulit.
2. TUJUAN Memberikan obat yang memerlukan rute
subkutan dan obat-obat yang memerlukan
absorpsi lambat dibandingkan melalui
intramuskular ataupun intravena.
3. INDIKASI Injeksi subkutan diindikasikan pada :
1. Klien yang dilakukan penyuntikan vaksin
2. Pemberian medikasi pre operasi
3. Klien yang mendapat obat narkotik
4. Pemberian insulin pada klien Diabetes
5. Pemberian heparin (antikoagulan)
4. KONTRAINDIKASI Adanya luka pada kulit atau integritas kulit yang
tidak utuh, nyeri, kemerahan, pruritus dan edema
pada area injeksi merupakan kontraindikasi
injeksi subkutan
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan
indentifikasi klien dengan memeriksa
indentitas klien secara cermat, cek program
pengobatan mencakup “ 6 benar ”.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, kaji riwayat medis dan
riwayat alergi terhadap obat yang sama
sebelumnya,berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan
ruangan, beri privasi kepada klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman
dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT Baki beralas berisi:
1. Spuit (ukuran bervariasi sesuai volume obat
yang diberikan, umumnya 1-3 ml)
2. Jarum sesuai ukuran (25 sampai 27 G),
panjang jarum 3/8 – 5/8 inci
3. Swab antiseptik (alkohol) dalam tempatnya
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Obat ampul atau vial sesuai instruksi dan
cairan pelarutnya (jika diperlukan)
6. Bak injeksi (bak spuit)
7. Bengkok, perlak dan alasnya
8. Kartu obat atau catatan pemberian obat
7. CARA BEKERJA :
1. Beritahu klien bahwa tindakan segera dimulai
2. Siapkan peralatan dan catatan / kartu obat di dalam ruang pengobatan atau di kereta obat.
Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan teliti dan periksa kembali perhitungan.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Siapkan dosis obat yang tepat dari vial atau ampul sesuai kebutuhan (instruksi dokter).
Lakukan dengan langkah yang benar. Ingat 3 cek pembacaan obat. Obat yang telah
disiapkan diletakkan dalam bak injeksi.
1. Tentukan area yang akan dilakukan injeksi. Inspeksi area yang akan diinjeksi terhadap
adanya edema, massa atau nyeri tekan. Hindari jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi.
2. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman dan merelaksasi area sesuai tempat injeksi
yang dipilih. Jika injeksi di lengan, posisi klien duduk atau berdiri; jika di abdomen, klien
duduk atau terlentang; jika di tungkai, klien duduk di tempat tidur atau di kursi. Minta
bantuan perawat lain atau keluarga untuk memegang klien yang tidak kooperatif atau
klien anak kecil (jika perlu)
3. Pertahankan selimut atau baju yang menutupi bagian tubuh yang tidak dilakukan injeksi.
4. Pasang perlak atau pengalas dibawah area yang akan dilakukan injeksi.
5. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik (alkohol). Usap bagian tengah tempat
injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang sekitar 5 cm.
6. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya arah lurus
7. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah dengan tangan dominan
(seperti memegang anak panah)
8. Tusukkan jarum spuit ke area injeksi.
Untuk klien berukuran tubuh rata-rata, gunakan tangan non dominan untuk meregangkan
kulit pada tempat injeksi atau pegang kulit sehingga tercipta suatu gulungan kulit setebal
½ inci. Untuk klien gemuk, cubit kulit di tempat injeksi dan masukkan jarum dibawah
lipatan kulit.
Masukkan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45 – 90 derajat. Kemudian lepas
kulit jika dicubit.
9. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak
dominan. Lakukan aspirasi (meskipun penusukan pembuluh darah pada injeksi subkutan
jarang ditemukan). Hindari menggerakkan spuit ketika menarik pangisap secara perlahan
untuk mengaspirasi. Bila tidak ada darah, injeksikan obat perlahan-lahan. Apabila darah
terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur.
10. Setelah injeksi, tarik jarum spuit dengan lembut tapi cepat dengan sudut yang sama saat
insersi (dimasukkan). Usapkan swab alkohol dengan perlahan diatas atau di tempat
injeksi dan beri masase ringan di area injeksi. Bila tempat penusukan mengeluarkan
darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti.
11. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum dengan kapnya
atau sebelum dibuang tutup jarum dengan satu tangan dan letakkan pada bengkok
sebelum dibuang di tempat sampah khusus
12. Ambil pengalas
13. Bantu klien kembali pada posisi semula
14. Bereskan peralatan dan lepas sarung tangan
15. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
16. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif dan obyektif)
17. Beri reinforcement positif.
18. Buat kontrak pertemuan selanjutnya dan akhiri kegiatan dengan baik
19. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan
8. HASIL :
Dokumentasikan :
1. Jenis / nama obat, rute, dosis (jumlah), tanggal dan waktu pemberian obat
2. Respon klien selama tindakan (respon subyektif dan respon obyektif)
3. Nama dan paraf perawat
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Perawat perlu kembali mengevaluasi respon klien terhadap pengobatan dalam 10 sampai
30 menit
2. Jaringan subkutan berisi resptor nyeri, sehingga hanya dosis kecil obat yang larut air dan
tidak mengiritasi, yang boleh diberikan melalui rute ini.
3. Heparin (antikoagulan) dapat menyebabkan perdarahan lokal dan memar bila diinjeksikan
kedalam area seperti lengan dan tungkai yang melibatkan aktivitas muskular. Oleh karena
itu pemberian heparin subkutan sebaiknya menggunakan area abdomen.
4. Klien yang mendapatkan insulin harian berulang dianjurkan untuk melakukan rotasi
injeksi pada area yang berbeda
5. Aspirasi saat menginjeksikan heparin maupun insulin tidak dianjurkan

SOP Terapi O2

JUDUL SOP:

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI

KANUL BINASAL, SUNGKUP MUKA


PSIK

UNIVERSITAS

JEMBER

NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :

TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN OLEH :

PROSEDUR

TETAP 28 Agustus 2007 Ketua PSIK

Universitas Jember
1. PENGERTIAN Teknik pemberian oksigen adalah suatu cara
pemberian gas dengan alat-alat yang berbeda
konsentrasinya

2. TUJUAN Tujuan umum :

Memberikan transpor oksigen yang adekuat


dalam darah sambil menurunkan upaya bernapas
dan mengurangi stres pada miokardium

Kanul binasal:

1. Untuk memberikan oksigen dengan


konsentrasi rendah ketika klien hanya
memerlukan bantuan oksigen minimal
2. Agar pemberian oksigen tidak terganggu
pada saat klien sedang makan/minum
Sungkup muka :

Untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi


sedang hingga tinggi yang tidak dapat diberikan
melalui kanula

3. INDIKASI 1. Kondisi hipokesmia (penurunan tekanan


oksigen dalam darah arteri) yang dapat
disebabkan oleh gangguan pernapasan,
kardiovaskular ataupun gangguan sistem
saraf pusat
2. Klien yang mengalami sianosis, hipoksia,
sesak, penurunan kesadaran
3. Oksigenasi yang kurang cukup sedangkan
paru-paru normal
4. Transportasi oksigen (sirkulasi) yang kurang
cukup
4. KONTRAINDIKASI Pemberian oksigen dikontraindikasikan jika
konsentrasi O2 tidak sesuai kebutuhan

5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan


identifikasi klien dengan memeriksa
identitas klien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan, berikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya dan jawab seluruh
pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan
ruangan, beri privasi kepada klien
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman
dan nyaman
6. PERSIAPAN ALAT 1. Sumber oksigen dengan alat pengukur
aliran oksigen (flowmeter)
2. Alat pelembab (humidifier) yang telah diisi
air steril / air sulingan sebanyak penanda
batas air
3. Kanul binasal dan selang oksigen atau
sungkup muka atau kateter hidung
4. Kassa kecil 2 helai
5. Xylocain jelly
6. Plester (jika perlu)
7. CARA BEKERJA :

1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai


2. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
5. Posisikan klien senyaman mungkin. Posisi klien semi fowler (jika memungkinkan)
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
7. Flowmeter telah tersambung dengan sumber oksigen. Pastikan sambungan rapat. Buka
(hidupkan) aliran oksigen pada sumber oksigen. Lihat alat penunjuk oksigen. Jumlah oksigen
yang tersedia ditunjukkan dengan arah jarum yang naik. Lihat gelembung udara pada air di
flowmeter
8. Pasang alat yang digunakan untuk memberikan oksigen :
A. Kanula binasal :
1) Hubungkan kanula dengan slang oksigen ke humidifier dengan aliran oksigen rendah.
Tes aliran oksigen ke punggung telapak tangan.
2) Beri jelly pada kedua ujung kanula tersebut
3) Pasang kanula ke dalam kedua lubang hidung. Fiksasi slang oksigen. Fiksasi dapat
dilakukan di belakang kepala atau dilewatkan ke belakang telinga dan difiksasi di dagu
klien. Berikan plester jika perlu.
4) Alirkan oksigen sesuai instruksi (kebutuhan)
5) Sisipkan kassa pada bagian kulit yang tertekan tali fiksasi (atas telinga, tulang pipi)
B. Sungkup muka

1) Hubungkan slang oksigen ke humidifier


2) Atur tali pengikat sungkup sehingga sungkup menutup rapat dan nyaman
3) Atur aliran oksigen sesuai instruksi / kebutuhan klien
4) Sisipkan kassa pada area tertekan (atas telinga, tulang pipi)
9. Rapihkan klien ke posisi semula, beritahu bahwa tindakan telah dilakukan
10. Kaji tingkat kecemasan klien akibat pemasangan alat diatas. Beri penjelasan
11. Lepas sarung tangan
12. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela.
13. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
14. Berikan reinforcement positif pada klien dan buat kontrak pertemuan selanjutnya
15. Akhiri kegiatan dengan baik
16. Tempelkan/pasang/gantung peringatan “dilarang merokok”
17. Cuci tangan
8. HASIL:

Dokumentasikan :

Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Metode pemberian oksigen, kecepatan


aliran oksigen, Hasil Yang diperoleh, Respon klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat
Pelaksana.

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Bebaskan jalan napas klien sebelum pemberian terapi oksigen


2. Slang oksigen sebaiknya cukup kendur tidak terlalu kencang
3. Pemberian oksigen harus melalui humidifier untuk melembabkan O2. Pastikan humidifier
terisi air setiap waktu
4. Kecepatan aliran oksigen hendaknya diperiksa setiap 8 jam dan sesuaikan dengan program
dokter atau kondisi klien
5. Observasi klien setipa 15-30 menit atau tergantung kondisi klien. Kaji tanda-tanda vital, pola
napas, warna kulit dan pergerakan dada dan kemungkinan ketidakadekuatan oksigenasi
:gelisah, letargi, diaforesis, pucat, takikardi, hipertensi
6. Awasi kemungkinan terjadinya komplikasi seperti toksisitas oksigen, kelebihan O2
7. Pemeriksaan AGD dapat dilakukan jika perlu
8. Pada pemakaian nasal kanul, kaji area tepi lubang hidung terhadap adanya iritasi atau luka
borok. Berikan lubrikan cair jika perlu.
9. Pada pemakaian face mask, inspeksi kulit muka apakah terlalu lembab/basah, keringkan kulit
muka dengan lembut
10. Jelaskan pada klien dan keluarga bahwa penggunaan oksigen tidak membahayakan selama
peringatan keamanan diperhatikan
11. Pastikan bahwa peringatan keamanan telah diikuti.
12. Jelaskan tentang peringatan keamanan yang harus diperhatikan selama terapi O2

Anda mungkin juga menyukai