Anda di halaman 1dari 84

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN

BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

Proposal Skripsi

Oleh :
YENI SETYAWATI
NIM : 30902100286

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATA UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG
2022
HALAMAN JUDUL

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN


BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

Proposal Skripsi

Oleh :
YENI SETYAWATI
NIM : 30902100286

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATA UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi Berjudul :

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN


BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun Oleh :


Nama : Yeni Setyawati
NIM :30902100286

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 06 September 2022


dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk disetujui oleh:

Penguji I,
Ns. Retno Isroviatiningrum, M.Kep.
NIDN. 0604038901

Penguji II

Ns. Muh. Abdurrouf, M.Kep.


NIDN. 0605057902

Penguji III

Ns. Dyah Wijipuspitasari, M.Kep.


NIDN. 0622078602

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi Berjudul :

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN


BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun Oleh :


Nama : Yeni Setyawati
NIM :30902100286

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 06 September 2022


dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk disahkan oleh:
Penguji I,
Ns. Retno Isroviatiningrum, M.Kep.
NIDN. 0604038901

Penguji II

Ns. Muh. Abdurrouf, M.Kep.


NIDN. 0605057902

Penguji III

Ns. Dyah Wijipuspitasari, M.Kep.


NIDN. 0622078602

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UNISULLA Semarang

Iwan Ardian, SKM., M.Kep.


NIDN. 0622087404

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis

panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Perawat Dengan Budaya

Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang” ini dapat

diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan pada Jurusan Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Islam

Sultan Agung Semarang.

Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Banyak hambatan yang dihadapi dalam penyusunannya,

namun berkat kehendak-Nyalah sehingga penulis berhasil menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, pada

kesempatan ini patutlah kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Gunarto,SH., M. Hum selaku Rektor Universitas Islam Sultan

Agung Semarang.

2. Iwan Ardian, SKM. M. Kep Selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3. Ns. Indra Tri Astuti, M.Kep, Sp.Kep.An Selaku Ketua Prodi Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

4. Kepada Ns. Retno Isroviatiningrum, M.Kep selaku pembimbing I, Ns.

Muh. Abdurrouf, S.Kep. M.Kep selaku pembimbing II, dan Ns. Dyah Wiji

iv
Puspita Sari, S.Kep. M.Kep yang telah membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, September 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................10
A. Latar Belakang.........................................................................................10
B. Perumusan Masalah.................................................................................13
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................14
D. Manfaat Penelitian...................................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................16
A. Tinjauan Teori..........................................................................................16
1. Budaya Keselamatan Pasien...............................................................16
2. Motivasi...............................................................................................22
B. Kerangka Teori........................................................................................29
C. Hipotesa...................................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................30
A. Kerangka Konsep.....................................................................................30
B. Variabel Penelitian...................................................................................30
C. Jenis dan Desain Penelitian......................................................................30
D. Populasi dan Sampel................................................................................31
E. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................32
F. Definisi Operasional................................................................................32
G. Instrumen/Alat Pengumpulan Data..........................................................32
H. Uji Validitas dan Reabilitas.....................................................................36
I. Metode Pengumpulan Data......................................................................37
J. Rencana Analisa Data..............................................................................39
K. Etika Penelitian........................................................................................41
Daftar Pustaka........................................................................................................39

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................18


Gambar 3.12Kerangka Konsep..............................................................................20

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ruang rawat inap dan jumlah populasi dan sampel...............................22
Tabel 3.2 Definisi Operasional..............................................................................23
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Kerja Perawat........................................25
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pertanyaan Budaya Keselamatan Pasien................................26
Tabel 3.5 Panduan interpretasi hasil uji hipotesa berdasarkan kekuatan korelasi,
nilai p, dan arah korelasinya..................................................................................31

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem rumah sakit dalam

membuat asuhan pelayanan pasien lebih aman. Hal ini, meliputi asesmen

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya

risiko serta mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan

akibat melaksanaan suatu tindakan (Kemenkes RI, 2017). Angka kejadian

keselamatan di rumah sakit di berbagai negara dilaporkan setiap tahunnya

dengan detail. National Patient Safety Agency 2017 melaporkan dalam

rentang waktu Januari – Desember tahun 2016 angka kejadian

Keselamatan pasien yang dilaporkan dari negara Inggris sebanyak

1.879.822 kejadian. Ministry Of Health Malaysia 2013 melaporkan angka

insiden keselamatan pasien dalam rentang waktu Januari – Desember 

sebanyak 2.769 kejadian, dan untuk negara Indonesia dalam rentang waktu

2006 – 2011 KPPRS melaporkan terdapat 877  kejadian keselamatan

pasien (RSUDZA, 2017).

Menurut Vaismoradi et al., (2020) prinsip keselamatan pasien

adalah metode untuk mencapai sistem perawatan kesehatan yang dapat

meminimalkan tingkat kejadian/kesakitan pasien dan dampak dari efek

1
samping, serta memaksimalkan pemulihan dari insiden tersebut. Prinsip-

prinsip ini dapat dikategorikan sebagai manajemen risiko, pengendalian

infeksi, manajemen obat-obatan, lingkungan dan peralatan yang aman, tipe

kepemimpinan, kerja tim, dan pelaporan kesalahan praktik. Budaya

keselamatan pasien merupakan 2 hal yang dinamis dan statis. Dinamis

maksudnya bagaimana organisasi mengoperasikan, menciptakan

lingkungan yang kondusif bagi para karyawannya untuk mewujudkan

budaya keselamatan pasien. Sedangkan, statis merupakan keyakinan,

nilai dan persepsi yang dimiliki organisasi yang berhubungan dengan

keselamatan pasien (Hudson, 1999).

Menurut Sahputri (2020), salah satu tenaga kesehatan yang

berperan penting dalam peningkatan keselamatan pasien di rumah sakit

adalah perawat. Dalam memenuhi keselamatan pasien, perawat tidak

hanya melakukan pedoman yang seharusnya, namun keselamatan pasien

merupakan komitmen yang tertuang dalam kode etik perawat dalam

memberikan pelayanan yang aman, sesuai kompetensi, dan berlandaskan

kode etik bagi pasien. Akibat dari luasnya peran perawat dalam

memberikan pelayanan, memungkinkan untuk menemukan dan

mengalami risiko kesalahan pelayanan. Menurut Baljoon et al., (2018)

motivasi kerja perawat sering dipengaruhi oleh beberapa kepribadian dan

faktor-faktor yang sangat menentukan dalam mempengaruhi tingkat

motivasi kerja perawat. McNeese-Smith (1999) menambahkan bahwa

2
motivasi perawat dalam peningkatan keselamatan pasien berbanding lurus

dengan kepuasan pasien dalam pelayanan di rawat inap.

Berdasarkan data mutu keselamatan pasien di RSI Sultan Agung

Semarang tahin 2021 yang peneliti survey melalui laman resmi informasi

data RSI Sultan Agung Semarang pada tanggal 22 Desember 2021 dengan

sampel 605 orang didapatkan hasil tingkat budaya keselamatan pasien baik

dengan kriteria tinggi dengan skoring 75%-100% pada respon terhadap

kesalahan (79%), kepegawaian dan kecepatan kerja (81%), dukungan

pimpinan untuk keselamatan pasien (83%), serah terima atau pertukaran

informasi (81%), dukungan manajemen pada keselamatan (86%),

pembelajaran organisasi dan teamwork (86%), Sedangkan, untuk kriteria

sedang yaitu dengan skoring 55%-74% pada dimensi melaporkan IKP

(insiden keselamatan pasien) (72%) dan keterbukaan informasi (75%)

(Komite Mutu Rumah Sakit RSI Sultan Agung, 2021). Berdasarkan data di

atas budaya keselamatan pasien dikatakan kurang tercapai dengan hasil

pencapaian di bawah 75%.

Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat

mencerminkan perilaku kinerja perawat dan dipengaruhi oleh motivasi

perawat, dengan motivasi yang baik diharapkan perawat dapat menerapkan

budaya keselamatan pasien yang baik (Pasaribu, 2020). Pratama (2017)

dalam Pasaribu (2020) didalam penelitiannya menyebutkan, pengetahuan

berbanding lurus dengan motivasi perawat tentang patient safety, hal ini

dikarenakan jika pengetahuan perawat tentang patient safety kurang akan

3
berpengaruh terhadap motivasi kinerja perawat dalam menerapkan patient

safety di rumah sakit. Hasil penelitian Wulandari et al. (2019) yang

berjudul peningkatan budaya keselamatan pasien melalui peningkatan

motivasi perawat dan optimalisasi peran kepala ruang dengan 49

responden bahwa motivasi perawat yang baik sebanyak 25 orang (51,0%),

sedangkan motivasi yang kurang baik sebanyak 24 orang (49,0%), dan

dapat disimpulkan bahwa proporsi motivasi yang baik tidak beda jauh

dibandingkan yang kurang baik.

Wulandari et al. (2019) dalam penelitiannya menyebutkan hal

yang penting bagi perawat untuk memiliki motivasi tinggi karena dengan

adanya motivasi yang tinggi dapat memberikan asuhan keperawatan secara

optimal dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan

meminimalkan terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Upaya untuk

meningkatkan motivasi yang tinggi dengan cara memberi penghargaan

bagi yang mempunyai kemampuan lebih, memberikan lingkungan kerja

yang nyaman bagi perawat. Motivasi perawat bertujuan untuk

meningkatkan produktivitas kerja, kinerja seorang perawat dipengaruhi

oleh tingginya motivasi yang dimiliki perawat tersebut, semakin tinggi

motivasi yang dimiliki perawat maka akan semakin tinggi pula

kinerjanya sehingga produktivitas perawat pun meningkat dalam

penerapan budaya keselamatan pasien

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

melalui wawancara kepada 10 responden perawat, 1 responden

4
mengatakan tidak melaporkan adanya insiden karena takut disalahkan atas

kejadian, 4 responden beban kerja terlalu tinggi sehingga tidak sempat

membuat laporan dan lupa, 3 responden mengatakan akan berpengaruh

pada penilaian kinerja, 2 responden mengatakan membutuhkan waktu

yang lama untuk mengisi formulir, sehingga merasa bosan membuat

laporan karena setelah dilakukan tindak lanjut kejadian yang sama masih

terulang dan tidak dievaluasi lagi. Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik

untuk mengetahui hubungan antara motivasi perawat dengan budaya

keselamatan pasien di RSI Sultan Agung Semarang sehingga bisa

mendukung peningkatan pencapaian mutu pelayanan rumah sakit.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimana Hubungan motivasi perawat dengan

budaya keselamatan pasien di RSI Sultan Agung Semarang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi

perawat dengan budaya keselamatan pasien.

2. Tujuan khusus

a) Mengidentifikasi motivasi perawat di RS Islam Sultan Agung

Semarang dalam melakukan asuhan keperawatan.

b) Mengidentifikasi budaya keselamatan pasien ruang rawat inap

RSI Sultan Agung Semarang.

5
c) Menganalisis keeratan hubungan motivasi perawat dengan budaya

keselamatan pasien.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa keperawatan

Untuk menambah pemahaman ilmu pengetahuan khususnya

ilmu keperawatan Bagi mahasiswa keperawatan dan diharapkan

penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran serta referensi

dalam menerapkan tindakan keperawatan untuk meningkatkan

keselamatan pasien.

2. Bagi pelayanan Kesehatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan

masukan dan intervensi bagi tenaga kesehatan dalam hal ini

khususnya keperawatan terkait dengan keselamatan pasien.

3. Bagi institusi pendidikan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang motivasi perawat terhadap tingkat keselamatan

pasien dalam memberikan asuhan keperawatan.

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Budaya Keselamatan Pasien

a. Landasan Teori

Nivalinda et al., (2013) dalam penelitiannya

menyebutkan budaya keselamatan merupakan nilai, keyakinan,

perilaku individu dalam suatu organisasi mengenai keselamatan

yang memprioritaskan dan mendukung peningkatan keselamatan.

Budaya keselamatan pasien merupakan nilai, sikap, persepsi,

kompetensi dan pola perilaku individual dan kelompok yang

menentukan komitmen dan cara organisasi dalam keselamatan

pasien. Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat

mencerminkan perilaku kinerja perawat dan dipengaruhi oleh

motivasi perawat, den gan motivasi yang baik diharapkan perawat

dapat menerapkan budaya keselamatan pasien yang baik.

Dalam Permenkes RI No. 1691 Tahun 2011 tentang

Keselamatan Pasien Rumah Sakit, insiden keselamatan pasien

adalah segala sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak

sengaja dengan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk

menimbulkan cidera pada pasien, yang terdiri dari Kejadian tidak

Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian

Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC).


8

Insiden keselamatan pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa

direncanakan yang dapat membahayakan pasien dan tidak

terpenuhinya outcome dalam penyembuhan pasien.

Setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan

sasaran keselamatan pasien (SKP) yang meliputi 6 (enam) hal,

yaitu: mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan

komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan obat-obat yang

perlu diwaspadai (high alert medications), memastikan lokasi

pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan

pasien yang benar, mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan

kesehatan, dan mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Sasaran keselamatan pasien ini wajib diterapkan di semua rumah

sakit untuk mendorong rumah sakit agar melakukan perbaikan

spesifik dalam keselamatan pasien yang diakreditasi oleh Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2019).

Alur penanganan bila terjadi insiden keselamatan pasien

TKP-RS (Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit) sebagai berikut

(RSUDZA, 2017):

1) Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada Tim

Keselamatan Pasien (TKP) dalam waktu paling lambat 2×24

(dua kali dua puluh empat) jam dengan menggunakan format

laporan,
9

2) Laporan diverifikasi oleh TKP-RS untuk memastikan

kebenaran adanya insiden.

3) Melakukan verifikasi laporan TKP – RS

4) Melakukan investigasi dalam bentuk wawancara dan

pemeriksaan dokumen. Berdasarkan hasil investigasi tim

keselamatan pasien menentukan derajat insiden (grading) dan

melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan metode baku

untuk menentukan akar masalah

5) Tim keselamatan pasien harus memberikan rekomendasi

keselamatan pasien kepada pimpinan fasilitas pelayanan

kesehatan berdasarkan hasil Root Cause Analysis (RCA).

Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat

mencerminkan perilaku kinerja perawat dan dipengaruhi oleh

motivasi perawat, salah satu upaya untuk meningkatkan budaya

keselamatan pasien adalah dengan meningkatkan motivasi yang

baik (Sari, 2019). Insiden keselamatan pasien dapat dicegah atau

diminimalkan dengan meningkatkan motivasi seluruh petugas,

menerapkan budaya keselamatan pada pasien, seperti melaporkan

dan belajar dari insiden apa saja yang terjadi. Oleh karena itu

dibutuhkan kesadaran bagi petugas kesehatan untuk belajar dari

kesalahan dan melakukan pelaporan apabila terjadi insiden yang

terjadi (M. Arini, 2020).


10

Budaya keselamatan pasien secara garis besar dipengaruhi

oleh 4 dimensi yaitu: terbuka (open), adil (just) melaporkan

kejadian (reporting), belajar dari kesalahan yang ada (learning)

dengan maksud bersikap terbuka dan adil berarti berbagi

informasi secara terbuka dan bebas, berlaku adil bagi perawat

ketika sebuah kejadian terjadi (National Patient Safety Agency

(NPSA), 2004). Informasi yang akurat membantu dalam

pencegahan terjadinya kejadian yang tidak diingankan dari

kesalamatan pasien (Reason, 2000). Sistem pelaporan digunakan

untuk memberikan informasi kepad pihak rumah sakit terkait

kejadia yang terjadi dan sebagai pembelajaran sehingga kejadian

berikutnya tidak terulang kembali (Carthey & Clarke, 2010).

Insiden dalam keselamatan pasien melibatkan banyak

faktor, diantaranya (National Patient Safety Agency (NPSA),

2004):

1) Kegagalan aktif (Active failure)

Kegagalan aktif merupakan tindakan atau

kelalaian yang disebut dengan tindakan yang tidak aman

(unsafe act). Petugas kesehatan yang langsung

berhubungan dengan pasien sering melakukan tindakan

yang tidak aman. Kegagalan akif meliputi: kekhilafan,

kelalaian, kesalahan prosedur, kebijakan, stress, training


11

yang tidak adekuat, supervisi yang buruk dan beban kerja

yang terlalu banyak.

2) Kondisi laten (laten system condition)

Kondisi laten merupakan pendekatan sistem yang

digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan

utama pada pendekatan sistem adalah setiap manusia

dapat melakukan kesalahan.

3) Pelanggaran (Violations)

Individu atau kelompok yang tidak mengikuti

prosedur atau memilih tidak patuh terhadap prosedur

dengan alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain: tidak

mengetahui prosedur, situasi yang mengakibatkan

penyimpangan tersebut, kebiasaan dari individu atau

kelompok tersebut, prosedur yang ada diyakini tidak dapat

berjalan baik

4) Faktor yang mengkontribusi (Contributory Factor)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

kesalahan, antara lain: pasien, individu, tugas, komunikasi,

tim, pendidikan/pelatihan, peralatan, dan lingkungan kondisi

kerja.

Menurut Farokhzadian et al., (2018) terdapat empat

kategori budaya keselamatan pasien yang tidak memadai,


12

diantaranya: infrastruktur organisasi yang tidak memadai,

efektivitas kepemimpinan yang tidak memadai, upaya yang tidak

memadai untuk mengikuti standar nasional dan internasional, dan

nilai-nilai partisipasi tim yang ditidak memadai.

Budaya dalam keselamatan pasien sejatinya berakar dari

pekerjaan sehari-hari dari seluruh staf di unit pelayanan maupun

non pelayanan (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2019). Agar

peningkatan keselamatan pasien dapat berjalan dengan baik,

direktur rumah sakit, dan para kepala bidang/divisi serta kepala

unit di departemen rumah sakit melakukan beberapa hal,

diantaranya mendorong pelaksanaan program peningkatan mutu

dan keselamatan pasien (PMKP), mendorong terlaksananya

budaya mutu dan keselamatan (quality and safety culture),

proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi,

menggunakan data fokus kepada prioritas isu, berupaya untuk

menunjukkan perbaikan berkelanjutan (Komisi Akreditasi Rumah

Sakit, 2019).

b. Menurut (Carthey & Clarke, 2010) indikator budaya keselamatan

pasien meliputi:

1) Budaya keterbukaan (open culture).

Budaya keterbukaan bila perawat merasa nyaman

berdiskusi tentang kejadian yang terjadi dan isu

keselamatan pasien dengan teman satu tim atau dengan


13

manajer. Perawat merasa yakin bahwa fokus utama dalam

keterbukaan sebagai media pembelajaran bukan mencari

kesalahan dari individu untuk mendapatkan hukuman.

2) Budaya keadilan (just culture)

Perawat dan pasien diperlakukan secara adil

ketika terjadi insiden. Ketika terjadi insiden, tidak

berfokus untuk mencari kesalahan individu tetapi lebih

mempelajari secara sistem yang mengakibatkan terjadinya

kesalahan. Keseimbangan antara kondisi laten yang

mempengaruhi dan dampak dari hukuman yang akan

diberikan kepada individu yang bersalah merupakan aspek

yang perlu mendapatkan perhatian dalam budaya keadilan.

3) Budaya pelaporan (reporting culture)

Pelaporan merupakan unsur yang penting dari

keselamatan pasien. Informasi yang adekuat pada

pelaporan akan dijadikan bahan dalam pembelajaran.

Perawat belajar dari pengalaman sebelumnya dan

mengidentifikasi faktor resiko terjadinya insiden sehingga

dapat mengurangi atau mencegah insiden yang akan

terjadi.

4) Budaya pembelajaran (learning culture)

Setiap lini di dalam organisasi rumah sakit, baik

perawat maupun manajemen menggunakan insiden yang


14

terjadi sebagai proses belajar. Perawat dan manajemen

berkomitmen untuk mempelajari kejadian yang terjadi.

Mengambil tindakan atas kejadian tersebut untuk

diterapkan sehingga dapat mencegah terulangnya

kesalahan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lawati et al.,

(2018) bahwa survey keselamatan pasien merupakan langkah

awal yang paling penting dalam penilaian budaya keselamatan

pasien dalam perawatan dari penyedia layanan kesehatan. Di

berbagai negara bagian Eropa dan Asia Timur Tengah penerapan

HSOPSC (Hospital Survey On Patient Safety Culture) sudah

umum digunakan dalam pelayanan perawatan di klinik maupun di

rumah sakit.

2. Motivasi

a. Pengertian

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin

yaitu movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi

diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang

menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi

sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang

untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan

motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku


15

seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh

keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.

(Bakri, 2017) mengatakan motivasi merupakan bagian

penting dari diri perawatan untuk memberikan perawatan

berkualitas. Secara khusus komunikasi partisipasi kompensasi dan

penghargaan, serta pendelegasian wewenang dan perhatian

fundamental bagi perawat.

Motivasi merupakan suatu proses psikologi yang

mencerminkan antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan kepuasan

yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi sebagai proses

psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang

itu sendiri yang disebut faktor instrinsik dan faktor dari luar yang

disebut faktor ekstrinsik (Yusuf, 2008). Motivasi merupakan

energi yang mendorong seseorang untuk menjalankan tugas

pekerjaan mencapai tugas yang telah ditetapkan. Motivasi kerja

perawat akan berdampak terhadap kinerja perawat yang

ditampilkan (Nivalinda et al., 2013).

b. Teknik Memotivasi Kerja (Yusuf, 2008)

Beberapa teknik untuk memotivasi kerja sebagai berikut :

1) Teknik Pemenuhan Kebutuhan

Pemenuhan kebutuhan merupakan dasar bagi perilaku kerja.

Motivasi kerja akan timbul apabila kebutuhan dipenuhi seperti

dikemukakan oleh Maslow (1970) didalam (Yusuf, 2008)


16

tentang hierarki kebutuhan individu yang dikenal dengan

segitiga Maslow yaitu :

a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan makan, minum, dan

seksual. Kebutuhan ini paling mendasar bagi manusia.

Dalam bekerja, maka kebutuhan karyawan yang harus

dipenuhi adalah gaji / upah yang layak.

b) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari

ancaman bahaya dan lingkungan kerja. Dalam bekerja,

karyawan memerlukan tunjangan kesehatan, asuransi dan

dana pensiun.

c) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan diterima dalam

kelompok dan saling mencintai. Dalam hubungan ini,

karyawan ingin diterima keberadaanya di tempat kerja,

melakukan interaksi kerja yang baik dan harmonis.

d) Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan ini, karyawan

butuh penghargaan dan pengakuan serta tidak diperlakukan

sewenang-wenang.

e) Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk

mengembangkan diri dan potensi. Dalam hubungan ini,

karyawan perlu kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

secara pribadi.

2) Teknik Komunikasi Persuasif


17

Teknik komunikasi persuasif adalah satu teknik

memotivasi kerja yang dilakukan dengan cara mempengaruhi

dari luar diri. Rumus teknik komunikasi persuasif

adalah ADIDAS, yang dirinci sebagai berikut :

A ttention, yaitu perhatian yang penuh

D esire, yaitu hasrat dan keinginan yang membara

I interest, yaitu minat dan kepentingan

D esicion, yaitu keputusan yang tepat

A ction, yaitu tindakan nyata

S atisfaction, yaitu kepuasan atas hasil yang dicapai

3) Tanda-tanda karyawan yang termotivasi dengan baik

Untuk mengetahui apakah seorang karyawan

memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan tugas akan

dapat diketahui dengan mengamati karyawan dengan tanda-

tanda motivasi baik adalah :

a) Bersikap positif terhadap pekerjaannya

b) Menunjukkan perhatian yang tulus terhadap pekerjaan

orang lain dan membantu mereka bekerja lebih baik

c) Selalu menjaga kesimbangan sikap dalam berbagai situasi

d) Suka memberi motivasi kepada orang lain walaupun kadang

tidak berhasil

e) Selalu berpikir positif dari suatu kejadian

4) Tanda-tanda karyawan yang termotivasi dengan buruk


18

Untuk mengetahui apakah seorang karyawan

kehilangan motivasi tidak selalu mudah karena jarang

diungkapkan. Namun hal ini dapat diketahui dari perubahan

sikap yang terjadi pada dirinya yang dapat diamati. Tanda-

tanda sikap karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja, di

antaranya tidak bersedia bekerja sama, tidak mau menjadi

sukarelawan, selalu datang terlambat, pulang awal dan mangkir

tanpa alasan, memperpanjang waktu istirahat dan bermain

game dalam waktu kerja, tidak menepati tenggat waktu tugas,

tidak mengikuti standar yang ditetapkan, selalu mengeluh

tentang hal sepele, saling menyalahkan, tidak mematuhi

peraturan.

5) Mengatasi penurunan motivasi

(Tang & Waheed, 2011) didalam (Hutagalung, 2014)

saat menganalisa kepuasan kerja dengan menggunakan teori

motivasi Herzberg, faktor yang paling signifikan memberi

tekanan terhadap kepuasan kerja adalah faktor hygiene yaitu

kondisi kerja, gaji dan kebijakan perusahaan.

Beberapa pendekatan untuk mengatasi atau

mengurangi kekurangan semangat dan motivasi dalam

melaksanakan pekerjaan adalah dengan pendekatan kuratif dan

pendekatan preventif.
19

a) Pendekatan Kuratif

Pendekatan kuratif atau mengatasi adalah melihat

apakah masalah yang menimbulkan pengaruh pada motivasi

penting atau tidak dalam pekerjaan. Apabila masalahnya

tidak terlalu penting maka kita tidak perlu merasa putus asa.

Tetapi bila ternyata masalah itu penting dalam pekerjaan,

maka bicara secara terbuka dan langsung dengan pihak

yang berwenang untuk mendapatkan kesamaan persepsi

sehingga jalan keluarnya dapat ditemukan, misalnya atasan

atau konselor. Bila pihak yang berwenang tidak dapat

ditemui secara langsung, hubungi melalui surat atau

telepon.

b) Pendekatan Antisipatif

Karyawan sebaiknya bekerja dengan sebaik-

baiknya dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya berusaha menenangkan hati sewaktu bekerja

dan jangan terganggu dengan perasaan gelisah. Bila merasa

gelisah karena hal-hal yang tidak berkaitan dengan

pekerjaan, maka sebaiknya menenagkan diri di luar ruang

kerja dengan cara yang diyakini berhasil, misalnya dengan

berdoa atau yoga. Karyawan disarankan bersikap dan

berpikir positif terhadap pekerjaan.


20

c. Indikator Motivasi Kerja

Menurut Maslow yang dikutip oleh (Hasibuan, 2008)

motivasi kerja pegawai dipengaruhi oleh kebutuhan fisik,

kebutuhan akan keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial,

kebutuhan akan penghargaan diri, dan kebutuhan akan perwujudan

diri. Indikator-indikator untuk mengetahui tingkat motivasi kerja,

yaitu:

1. Kebutuhan fisik dengan: pemberian gaji, pemberian bonus,

uang makan, uang transport, fasilitas perumahaan dan

sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman dan keselamatan, ditunjukan dengan:

fasilitas keamanan dan keselamatan kerja yang diantaranya

jaminan sosial tenaga kerja, dana pensiun, asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan dan perlengkapan keselamatan kerja.

3. Kebutuhan sosial, ditunjukan dengan: melakukan interaksi

dengan orang lain yang diantaranya untuk diterima di

kelompok dan kebutuhan untuk dicintai dan mencintai.

4. Kebutuhan akan penghargaan, ditunjukan dengan: pengakuan

dan penghargaan berdasarkan kemampuan, kebutuhan untuk

dihormati dan dihargai terhadap prestasi kerja.

5. Kebutuhan perwujudan diri, ditujukan dengan sifat pekerjaan

yang menarik dan menantang, dimana pegawai mengerahkan

kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan potensinya. Dalam


21

pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan oleh perusahaan

dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

B. Kerangka Teori
Indikator
Motivator :
Pencapaian
Kemajuan
Sifat pekerjaan yang dilakukan
Pengakuan Faktor penyebab kegagalan dalam
Perkembangan budaya keselamatan pasien:
Hygiene : Kegagalan aktif
Kebijakan organisasi Kondisi laten
Kondisi kerja Pelanggaran
Hubungan dengan karyawan lain Faktor yang mengkontribusi
Gaji
Keamanan kerja
Hubungan dengan supervisor Karakteristik perawat:
Budaya keselamatan
pasien Usia
Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Jenis kelamin
Keterbukaan
Keadilan Masa kerja
Pelaporan Tingkat pendidikan
Pembelajaran Pelatihan

Keterangan:
: diteliti : tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


22

(Tang & Waheed, 2011), (Carthey & Clarke, 2010)

C. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini:

H1 : Ada hubungan antara motivasi kerja perawat terhadap budaya

keselamatan pasien di RSI Sultan Agung Semarang.

H0 : Tidak ada hubungan antara motivasi kerja perawat terhadap

budaya keselamatan pasien di RSI Sultan Agung Semarang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Motivasi Kerja Perawat Budaya keselamatan
pasien

Gambar 3.12Kerangka Konsep

B. Variabel Penelitian

Berdasarkan judul penelitian maka variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variable). Menurut (Nursalam, 2015)

biasanya variabel bebas dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk

diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah motivasi perawat.

2. Variabel terikat (dependent variable). Menurut (Nursalam, 2015)

variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya dan

ditentukan oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah budaya keselamatan pasien.

C. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Desain

penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif korelasi, yang

bertujuan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan motivasi kerja

perawat dengan budaya keselamatan pasien di instalasi rawat inap RSI

Sultan Agung Semarang dan diteliti dalam satu waktu (Nursalam, 2015).

23
24

D. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan objek/ subjek yang memiliki kualitas dan

karakteristik yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah

perawat pelaksana yang berdinas di 6 ruang rawat inap area gedung D ITH

(Islamic Teaching Hospital) RSI Sultan Agung Semarang berjumlah 111

orang.

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti

yang bisa mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2012). Semua populasi

berhak menjadi sampel, namun sampel yang akan diambil hanya sampel

yang memenuhi kriteria. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

dilakukan dengan cara total sampling yang merupakan suatu cara dalam

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

Sugiyono (2014).

Kriteria inklusi penelitian ini adalah :

1. Semua perawat pelaksana

2. Bersedia menjadi responden

Kriteria eklusi antara lain:

1. Perawat yang sedang cuti (cuti hamil, melahirkan, menikah, sakit)

2. Perawat yang sedang masa tugas/izin belajar

3. Perawat yang menjadi anggota tim keselamatan pasien

4. Kepala ruang tiap ruangan


25

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bulan September tahun 2022 di Ruang

Rawat inap RS Islam Sultan Agung dan dilaksanakan selama 2 minggu

yaitu pada minggu ketiga dan minggu keempat bulan September tahun

2022.

F. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur dan Hasil Ukur Skala
Operasional Cara Ukur
Motivasi Persepsi Perawat Kuesioner -Skor antara 29 Ordinal
Kerja RSI Sultan Agung dengan 29 s.d 38
Perawat Semarang terhadap pertanyaan dikategorikan
motivasi dalam dengan skala (motivasi
bekerja yaitu: likert 1,2,3,4 rendah)
Faktor motivator (Sangat Tidak
(meliputi Setuju, Tidak -Skor antara 39
pencapaiandan Setuju, Setuju, s.d. 77 (motivasi
kemajuan kerja), Sangat Setuju) sedang)
dan faktor Hygiene
(Kebijakan Kerja -Skor antara 78
dan reward) s.d. 116
(motivasi
tinggi)
Budaya Persepsi, sikap dan Kuesioner terdiri -Skor antara 42 Ordinal
Keselamatan perilaku perawat dari 42 butir s.d 70
Pasien yang mencerminkan pertanyaan dikategorikan
keterbukaan, menggunakan menjadi :
keadilan, pelaporan skala likert 1-4, Budaya
dan pembelajaran dengan pilihan keselamatan
dalam memberikkan selalu, sering, pasien lemah
pelayanan yang kadang-kadang,
aman dan bebas dari tidak pernah. -Skor antara 71
risiko cidera atau s.d 100
kejadian yang tidak dikategorikan
diharapkan kepada menjadi :
pasien di rumah Budaya
sakit. keselamatan
pasien lemah

-Skor antara 101


s.d 168
dikategorikan
menjadi :
Budaya
keselamatan
pasien kuat
26

G. Instrumen/Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam

bentuk kuesioner untuk mengukur motivasi kerja perawat dengan budaya

keselamatan pasien. Kuesioner merupakan alat ukur yang terdiri dari

beberapa pertanyaan yang mampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia

(Hidayat, 2014). Kuesioner dalam penelitian ini meliputi:

1. Kuesioner Data Demografi

Data demografi responden terdiri usia, jenis kelamin, status

perkawinan, pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.

2. Kuesioner Motivasi Kerja Perawat

Kuesioner motivasi kerja perawat berisi pernyataan tentang

motivasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

peneliti kutip dari Maslow dalam (Hasibuan, 2008) indikator untuk

mengetahui tingkat motivasi kerja, yaitu: Kebutuhan fisik,

Kebutuhan rasa aman dan keselamatan, Kebutuhan sosial,

Kebutuhan akan penghargaan, Kebutuhan perwujudan diri.

Kuesioner motivasi kerja yang digunakan pada penelitian ini

memodifikasi instrument motivasi kerja dari penelitian yang

dilakukan oleh Tang & Waheed (2011) yang memiliki nilai koefisien

cronbach alpha pada uji reliabitasnya adalah 0,70-0,84. Penilaian

dalam kuesioner motivasi kerja ini dengan skala llikert untuk nilai 4

sangat setuju, nilai 3 untuk setuju, nilai 2 untuk tidak setuju dan nilai
27

1 untuk sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan negatif

yaitu nilai 1 untuk sangat setuju, nilai 2 untuk setuju, nilai 3 untuk

tidak setuju dan nilai 4 untuk sangat tidak setuju. Pengkategorian

hasil ukur dalam kuesioner ini terdiri dari empat kategori yaitu

rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Untuk menentukan panjang

kelas (interval) menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat,

2014):

Rentang
P=
Banyak Kelas

P adalah panjang kelas dengan nilai tertinggi dikurangi nilai

terendah sehingga didapat rentang kelas dan banyak kelas adalah 4

kelas. Standar untuk pengukuran motivasi kerja adalah sangat rendah

(29-50), rendah (51-72), tinggi (73-94), dan sangat tinggi (95-116)

(Hutagalung, 2014). Kuesioner motivasi kerja perawat berisi

pernyataan sebanyak pernyataan dengan pengukuran menggunakan

skala likert. Kuesioner motivasi kerja perawat meliputi 11 sub

variabel dengan 25 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Kisi-

kisi kuesioner motivasi kerja perawat dapat dilihat pada table.

Tabel 2.3 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Kerja Perawat.


Jumlah
No. Sub Variabel Nomor Penyataan
Pernyataan
1 Indikator Kebutuhan Fisik 5 1,2,3,4,5
2 Indikator Rasa Aman Dan Keselamatan 3 6,7,8
3 Indikator Penghargaan 2 9,10
4 Indikator Kebutuhan Sosial 9 11,12,13,14,15,16,17,18,19
5 Indikator Perwujudan Diri 10 20,21,22,23,24,25,26,27,28,29
Total 29 29
28

Instrumen The Leader Behaviour Checklist dan instrumen

dari penelitian Tang & Waheed (2011) ini telah diterjemahkan dan

dimodifikasi oleh Hutagalung (2014) dalam penelitiannnya yang

berjudul hubungan perilaku kepemimpinan efektif kepala ruangan

dengan motivasi kerja perawat pelaksana di instalasi rawat inap

RSUD. Dr. Pirggadi Kota Medan dan akan dilakukan uji validitas

oleh peneliti.

3. Kuesioner Budaya Keselamatan Paien

Kuesioner Budaya keselamatan pasien merupakan

instrument penelitian yang dilakukan oleh Nurmalita (2012) dengan

jumlah 50 item pertanyaan, kemudian dilakukan uji validitas terdapat

8 item soal yang tidak valid dan reliabel. Masing-masing pertanyaan

terdiri atas 4 pilihan yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, tidak

pernah. Kuesioner terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.

pernyataan favorable adalah pernyataan yang mengandung nilai

positif dengan rentang nilai 4=selalu, 3=sering, 2=kadang-kadang,

1=tidak pernah. Sedangkan, pernyataan unfavorable merupakan

penyataan yang mengandung nilai negative dengan rentang nilai

1=selalu, 2=sering, 3=kadang-kadang, 4=tidak pernah. Kuesioner

budaya kerja peneliti kutip dari kutip dari (Carthey & Clarke, 2010)

sesuai indikator budaya keselamatan pasien meliputi: Budaya

keterbukaan (open culture), Budaya keadilan (just culture), Budaya

pelaporan (reporting culture), dan Budaya pembelajaran (learning


29

culture) yang setiap point pertanyaan kuesioner sudah mewakili 4

item indikator.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Budaya Keselamatan Pasien.


Nomor Pernyataan Nomor Pernyataan
No Komponen Jumlah
Favorable Unfavorable
Budaya
1 4,5,17,20,27,37 2,14,23,25,31,42 12
keterbukaan
2 Budaya keadilan 18,34 8,15,26,35 6
Budaya 7,9,10,11,21,22,38,39,4
3 12,16,28 12
pelaporan 0
Budaya
4 3,13,19,24,33,36,41 1,6,29,30,32 12
pembelajaran
Total 42

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur

itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018).

Uji validitas digunakan untuk menguji validitas setiap pertanyaan

kuesioner. Teknik penguji dalam penelitian ini menggunakan

rumus korelasi Product Moment. Untuk mengetahui validitas

dengan 40 responden yaitu bila r hitung (r person) ≥ r tabel yang

artinya pertanyaan tersebut valid. Bila r hitung (r person) ≤ r tabel

maka artinya pertanyaan tersebut tidak valid.

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang, yaitu di Ruang Baitul Syifa’ dan

Baitul Ma’ruf pada tanggal 4 Agustus 2022 karena memiliki

kesamaan tipe dan karakteristik responden yang akan dibuat

penelitian. Responden pada uji validitas ini berjumlah 40 orang


30

dengan r-tabel 0,312, untuk kuesioner motivasi kerja dari 29

pertanyaan didapatkan nilai r hitung = 0,361 - 0,955 dan kuesioner

Budaya kerja dari 42 pertanyaan didapatkan nilai r hitung sebesar

= 0,434 – 0,948. Nilai r-hitung dari kedua kuesioner dalam

penelitian ini berjumlah ≥ r-tabel (0,312), sehingga semua

pertanyaan kuesioner valid dan layak digunakan untuk penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan

(Notoatmodjo, 2018). Untuk mengetahui reliabilitas yaitu: bila nilai

lebih ≥ konstanta (0,6), maka pertanyaan realibel. Bila nilai

Cronbach’s alpha lebih < konstanta (0,6), maka pertanyaan tidak

realibel. Teknik uji reliabilitas yangdigunakan dengan koefisien

Reliabilitas Alpha Cronbach.

Hasil uji reliabilitas pada kuesioner Budaya kerja

didapatkan nilai α = 0,994 dan pada kuesioner motivasi kerja nilai

α = 0,986, berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa

kuesioner tersebut dinyatakan reliabel karena nilai alpha cronbach

lebih dari 0,60.

I. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer
31

Data yang didapatkan secara langsung dari responden

melalui kuesioner yang diberikan secara lansung.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari jurnal, literatur, data

pelayanan di RSI Sultan Agung Semarang, dan study kepustakaan

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan juga bantuan

arahan dari dosen pembimbing.

3. Langkah – langkah Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh peneliti sebelum dilakukan penelitian, meliputi :

1) Menentukan masalah penelitian yang didapatkan melalui

studi pustaka untuk menentukan acuan penelitian yang

bersumber dari buku, jurnal dan internet.

2) Melakukan konsultasi dengan pembimbing mengenai judul

penelitian dan menentukan langkah-langkah dalam

penyusunan proposal penelitian.

3) Menyusun jadwal kegiatan penelitian.

4) Melakukan studi pendahuluan.

5) Menyusun proposal penelitian.

6) Mempresentasikan proposal.
32

7) Melakukan perbaikan proposal penelitian.

b. Pelaksanaan Penelitian

1) Peneliti terlebih dahulu mengajukan izin pengambilan data

ke bagian bidang Keperawatan RS Islam Sultan Agung.

2) Peneliti berkoordinasi dengan Ka Instalasi Rawat Inap dan

Kepala Ruangan.

3) Setelah mendapat izin dari kepala ruangan peneliti

melakukan pendekatan kepada perawat pelaksana yang

menjadi responden dengan memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan penelitian serta memberikan lembar

kuesioner.

4) Perawat pelaksana diberi kesempatan untuk membaca

petunjuk dan setelah perawat setuju perawat

menandatangani lembar persetujuan dan mengisi lembar

kuesioner yang disediakan.

5) Dari seluruh sampel di ruang rawat inap, peneliti hanya

mendampingi perawat pelaksana di ruang rawat inap yang

shift siang dalam mengisi lembar kuesioner, selebihnya

perawat pelaksana mengisi sendiri lembar kuesioner.

6) Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner. Pengolahan

atau analisa data dilakukan setelah semua data yang

diperlukan terkumpul. Langkah selanjutnya peneliti

mengolah data dengan program komputer


33

J. Rencana Analisa Data

1. Teknik Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data

melalui beberapa tahap yaitu:

a. Editing, memeriksa kelengkapan identitas dan data responden

serta memastikan bahwa semua jawaban sudah diisi

b. Tabulating, mengklarifikasi data dengan mentabulating data

yang telah dikumpul

c. Processing, pengolahan data dengan menggunakan teknik

komputerisasi.

d. Cleaning, memeriksa atau mencek kembali data yang telah

dimasukkan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan.

Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

teknik komputerisasi.

2. Metode statistik untuk analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah

a. Analisis Univariat

Variabel independen dan dependen dianalisis dengan

menggunakan statistik deskriptif untuk mendapatkan gambaran

tentang distribusi frekuensi dan presentase dari variabel motivasi

kerja, budaya keselamatan pasien dan karakteristik dan rata-rata

hitung (mean), standar deviasi dan range untuk karakteristik

perawat pelaksana (usia, masa kerja).


34

b. Analisis Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur untuk

menganalisis hubungan antar dua variabel. Untuk melihat

hubungan antara motivasi kerja perawat dengan budaya

keselamatan pasien digunakan uji korelasi spearmen karena

kedua jenis variable dengan jenis data kategorik (ordinal). Hasil

dari analisa korelasi ini koefisian korelasi (ρ). Nilai ρ berkisar

antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antar

kedua variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat

hubungan yang signifikan antara kedua variabel, maka

dilakukan pengamatan terhadap nilai signifikan (p) pada hasil

analisa data yaitu p<0.05 dan pengelolaan dengan teknik

komputerisasi. Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik

tersebut lebih lanjut digunakan penfsiran korelasi Spearman

(Dahlan, 2015).

Tabel 3.4 Panduan interpretasi hasil uji hipotesa berdasarkan


kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasinya
No Parameter Nilai Interpretasi
1 Kekuatan korelasi 0,00-0,199 Sangat lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
2 Nilai p P < 0,05 Terdapat korelasi yang bermakna
antara dua variable
P > 0,0 Tidak terdapat korelasi yang
bermakna antara dua variabel
3 Arah korelasi + (positif) Searah, semakin besar nilai suatu
variabel semakin besar pula nilai
variabel lainnya
- (negatif) Berlawanan arah, semakin besar
nilai suatu variabel, semakin kecil
nilai variabel lainnya.
35

K. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

penilitian, oleh karena itu sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih

dahulu meminta izin kebidang keperawatan. Penelitian ini hanya

melibatkan responden yang mau terlibat saja secara sadar bukan adanya

paksaan dan peneliti juga menerapkan prinsip–prinsip etik dalam

melakukan penelitian ini gunanya untuk melindungi responden dari

berbagai kekhawatiran dan dampak yang timbul selama kegiatan penelitian

(Nursalam, 2015) yaitu:

1 Self Determination

Pada penelitian ini responden diberi hak untuk memutuskan

keterlibatannya atau mengundurkan diri dalam penelitian,

penelitian dilakukan secara sukarela tanpa ada paksaan,

responden yang memenuhi kriteria diberi kebebasan untuk mau

berpartisipasi atau menolak penelitian ini.

2 Informed Concent

Kepada responden yang mempunyai kriteria inklusi diberikan

kuesioner persetujuan yang dibuktikan dengan mau mengisinya

sebagai subjek sampel pada penelitian ini.

3 Fair Treatment
36

Responden berhak mendapatkan perlakuan yang adil tanpa

adanya diskriminasi baik selama, setelah maupun sebelum

dilakukan nya penelitian.

4 Privacy

Responden mempunyai hak supaya datanya dirahasiakan, untuk

itu peneliti tidak mencantumkan nama responden (anomity),

tetapi lembar tersebut diberi kode atau inisial dan bersifat rahasia

(convidentiality)
49

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 januari – 20 januari

2023 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang di ruang rawat inap

(Baitul Salam 1, Baitul Salam 2, Baitul Nisa 1, Baitul Nisa 2, Baitul Izzah 1,

dan Baitul Izzah 2). Responden yang didapatkan pada penelitian ini

berjumlah 111 orang, dan semua sampel masuk dalam kriteria inklusi

penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

total sampling. Instrument penelitian motivasi perawat dalam penelitian ini

merupakan modifikasi dari instrumen The Leader Behaviour Checklist dan

instrumen dari penelitian Tang & Waheed (2011) yang telah peneliti

lakukan uji validitas dengan hasil r hitung (0,31-0,955), dan instrument

budaya kerja didapatkan nilai r hitung sebesar = 0,434 – 0,948. Penelitian

dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden secara

langsung. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta

izin kepada Bidang Keperawatan untuk pengambilan data kemudian

memasukan surat permohonan pada Komite Etik dan Bagian Umum, setelah

diberi surat persetujuan oleh komite etik kemudian melapor kebagian Diklat

RSI Sultan Agung Semarang dan Diklat mengeluarkan surat izin penelitian,

setelah itu peneliti melapor ke bagian unit ruangan yang akan diteliti untuk

mendapatkan izin kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada


50

responden. Setelah pengisian kuesioner selesai dilakukan kemudian peneliti

melakukan pengolahan data yang sudah didapat. Hasil penelitian disajikan

dalam bentuk Analisa Univariat.

B. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden dilihat dari jenis

kelamin, pendidikan, dan usia. Hal ini dapat dilihat pada tabel.

Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakterstik Kategori Frekuensi Percentase


Laki-Laki 37 33%
Jenis Kelamin
Perempuan 74 67%
Total 111 100%
D3 67 60%
Pendidikan
Ners 44 40%
Total 111 100%
Dewasa Awal (23-30
57 51%
Tahun)
Dewasa Akhir (31 –
Usia 30 27%
39 Tahun)
Lansia Awal (>40
24 22%
Tahun)
Total 111 100%
Rendah 12 11%
Tingkat Motivasi Sedang 41 37%
Tinggi 58 52%
Total 111 100%
Budaya Lemah 20 18%
Keselamatan Kuat 91 82%
Total 111 100%

Berdasarkan Tabel Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di

atas dapat diketahui bahwa mayoritas perawat jenis kelamin perempuan

lebih banyak dibandingkan jenis kelamin laki-laki sebesar 74 orang (67%),

pendidikan sebagian besar responden D3 sebanyak 67 orang (60%),

sebagian besar usia responden berada pada fase dewasa awal (23-30 tahun)

sebesar 57 orang (51%), perawat dalam merawat pasien memiliki motivasi


51

yang tinggi, yaitu sebanyak 58 orang (52%), serta sebanyak 91 perawat

(82%) budaya kerja untuk keselamatan pasien memiliki hasil yang kuat.

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti jenis kelamin responden

perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebanyak 74 orang (67%).

Faridah et al., (2019) dalam penelitiannya menyebutkan perawat berjenis

kelamin perempuan lebih mendominasi di karenakan dalam sejarahnya

keperawatan muncul sebagai peran care taking (pemberi perawatan) secara

paripurna baik di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Perawat

perempuan cenderung lebih taat dan mematuhi standar yang ada, sehingga

pencegahan infeksi nosokomial lebih baik, serta dalam kepatuhannya dalam

meningkatkan pelayanan pasien perawat wanita lebih patuh daripada

perawat pria sehingga dapat mempengaruhi dalam penerapan budaya

keselamatan pasien.

Hasil penelitian ini usia responden berada pada fase dewasa awal,

yaitu sebesar 57 orang (51%), hal ini dipengaruhi beberapa karyawan

perawat merupakan fresh graduate. Hal ini sejalan dengan pendapat

Hasanah, (2020) pada usia 21-30 tahun merupakan usia produktif di mana

pada umumnya mereka memiliki semangat kerja yang cukup tinggi dan

pada usia ini perawat bisa membuktikan diri untuk diakui keberadaannya.

Faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat pendidikan, dalam penelitian

ini sebagian besar responden adalah D3 keperawatan sebanyak 23

responden (77%), (Yarwin Yari et al., 2021) pendidikan merupakan sebuah

proses dengan berbagai macam metode tertentu yang membuat seseorang


52

memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai

dengan kebutuhan.

Hasil penelitian ini menunjukan perawat dalam merawat pasien

memiliki motivasi yang tinggi, yaitu sebanyak 58 orang (52%). Kesadaran

perawat dalam melakukan tugasnya tentu dipengaruhi oleh motivasinya

dalam bekerja. Motivasi mempunyai arti mendasar sebagai inisiatif

penggerak perilaku secara optimal, karena motivasi merupakan kekuatan

seorang individu melibatkan diri dalam kegiatan yang terarahkan dalam

pekerjaan. Motivasi kerja yang baik akan mempengaruhi pola pikir

seseorang dalam melakukan tanggung jawab kerjanya. Sama halnya seorang

perawat yang memiliki motivasi kerja yang baik akan melakukan tugasnya

dengan baik sesuai dengan kebijakan dari Rumah Sakit (Hasanah, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian nilai budaya keselamatan pasien

berada pada tingkat yang kuat atau baik, yaitu sebanyak 91 perawat (82%)

patuh melaksanakan budaya keselamatan pasien. Menurut Jacobus et al.,

(2022) budaya keselamatan pasien adalah suatu sistem asuhan pasien yang

lebih aman meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan

tindak lanjutnya, serta implementasi untuk meminimalkan timbulnya risiko

dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.

Tabel 4.2 tentang motivasi perawat


53

Table 4.3 tentang budaya keselamatan pasien

C. Analisa Bivariat

Tabel Hubungan Motivasi Perawat dengan Penerapan Budaya

Keselamatan Pasien (Patient Safety Culture) (n=11)

Budaya Keselamatan
Motivasi
Pasien Total Persentase P Value
Perawat
Lemah Kuat
Rendah 11 1 12 11%
Sedang 9 32 41 37%
0,000
Tinggi 0 58 58 52%
Total 20 91 111 100%

Dari tabel di atas menggunakan hasil uji Chi Square didapatkan

nilai p- value 0,000 (α < 0,005) dengan hasil tabel silang antara motivasi

dengan penerapan budaya keselamatan pasien diketahui dari 111

responden, yang menerapkan budaya keselamatan pasien dalam kategori

baik yaitu 58 responden (52%), dari 41 responden yang memiliki motivasi

sedang sebagian besar penerapan budaya keselamatan pasien dalam

kategori kuat 32 responden (37%), sedangkan dari 12 responden yang

memiliki motivasi rendah sebagian besar penerapan budaya keselamatan

pasien dalam kategori lemah 11 responden (11%). Dari hasil uji Chi

Square diperoleh nilai p value 0,000 (α < 0,005) dengan menggunakan

alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada

hubungan antara motivasi perawat dengan penerapan budaya keselamatan

pasien (patient safety culture).


54

BAB V

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 111 perawat rata-

rata berusia umur termuda 23 dan tertua 48 Tahun. Hasil penelian ini

sejalan dengan penelitian Karlien et al., (2022) dimana sebagian besar

responden masuk kategori kelompok dewasa awal dengan umur 26-35

tahun sebanyak 46 orang (37,4%) yang merupakan usia produktif

sehingga pengembangan kemampuan akan potensi diri lebih maksimal.

Menurut Kusumawati dan Frandinata (2015) dalam penelitian (Faridah

et al., 2019), umur berpengaruh terhadap kinerja seseorang karena

kemampuan untuk menyesuaikan diri pada situasi dalam bekerja dan

proses pemahaman serta kematangan dalam bekerja dapat dicapai pada

umur 30- 40 tahun.

Faridah et al., (2019) menambahkan di usia yang masih muda,

proses pembelajaran dalam hal adaptasi terhadap pekerjaan dan

penyesuaian terhadap situasi yang baru masih sangat dirasakan oleh

responden yang masih berada di umur usia muda sehingga

membutuhkan ketekunan dan semangat untuk memperoleh aktualisasi

diri dalam bekerja. Usia dewasa merupakan perkembangan puncak

mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki


55

serta kebiasaan berfikir rasional akan meningkat. Kondisi ini akan

mempengaruhi perawat dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan,

keterampilan dan kreativitas yang dimiliki termasuk dalam menerapkan

budaya keselamatan pasien. Usia menentukan perilaku dan kemampuan

seseorang untuk bekerja, termasuk bagaimana merespons stimulus yang

diberikan individu. Usia responden yang bervariasi ini menimbulkan

respon berbeda tiap individu terhadap perilaku kepemimpinan kepala

ruang sehingga menimbulkan persepsi dukungan kepemimpinan kepala

ruang yang juga berbeda

b. Jenis Kelamin

Dari 111 responden perawat diketahui bahwa sebagian besar

berjenis kelamin perempuan yaitu 74 perawat (67%). Hasil penelitian

ini sejalan dengan Karlien et al., (2022) bahwa mayoritas perawat

berjenis kelamin perempuan sebanyak 93 orang (75,6%). Hal ini terjadi

karena lazimnya profesi keperawatan lebih banyak diminati kaum

perempuan, mengingat profesi keperawatan lebih dekat dengan

masalah-masalah terkait mother instink, meskipun di era globalisasi

misalnya kesetaraan gender.

Faktor kebutuhan juga mempengaruhi jumlah perawat

perempuan di karenakan Rumah Sakit Islam Sultan Agung merupakan

Rumah Sakit berstandar Syariah di mana tindakan keperawatannya

harus berlandaskan sesuai gender atau mungkin juga karena

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka jumlah perawat


56

laki-laki juga mulai dipertimbangkan dan diperhitungkan. Faridah et al.,

(2019) menambahkan, lebih dominannya jumlah perempuan ini dapat

mempengaruhi perilaku kinerja perawat termasuk dalam menerapkan

budaya keselamatan pasien karena tanggung jawab perempuan di

lingkungan keluarga yaitu sebagai ibu yang harus meninggalkan

anaknya di rumah karena bekerja.

c. Pendidikan

Dari 111 responden perawat diketahui bahwa sebagian besar

67 perawat (60%) berpendidikan D3 Keperawatan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan (Karlien et al., 2022) di mana berdasarkan pendidikan

terakhir responden didapatkan hasil bahwa mayoritas perawat memiliki

pendidikan terakhir D-3 sebanyak 66 orang (53,7%). Tingkat

pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap

sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih

rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam

usaha pembaharuan, ia juga akan lebih dapat menyesuaikan diri

terhadap berbagai perubahan.

Faridah et al., (2019) mengatakan pendidikan yang dicapai

seseorang diharapkan menjadi faktor peningkatan produktifitas dalam

menjalankan aktifitas pekerjaanya, antara lain knowledge, skills,

abilities, attitude dan behavior yang cukup. Responden dalam

penelitian sebagian besar adalah Diploma III Keperawatan dimana

tingkat pendidikan ini merupakan standar minimal yang dianggap


57

cukup dalam penerapan budaya keselamatan pasien dalam memberikan

pelayanan kepada pasien rawat inap.

Berdasarkan dari hasil penelitian kualifikasi pendidikan

perawat sudah sesuai dengan ketentuan menurut Undang-Undang

Keperawatan No. 38 Tahun 2014 bahwa minimal pendidikan dalam

bidang keperawatan adalah diploma III sehingga RSI Sultan Agung

Semarang mempunyai sejumlah tenaga kesehatan khususnya tenaga

keperawatan dengan tingkat pendidikan dari setingkat Diploma III

sampai Strata I Keperawatan dalam mengembangkan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor perawat, maka telah dilakukan upaya dengan

memberikan kesempatan kepada perawat berstatus karyawan tetap

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata I Keperawatan

dilanjutkan Profesi Ners. Seorang perawat dengan kualifikasi tingkat

pendidikan keperawatan diploma III yang merupakan tingkatan dalam

pendidikan tinggi maka secara kompetensi baik dari aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor diharapkan mampu untuk melakukan tugas

dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan

kepada pasien sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku

pada lingkungan kerja setempat termasuk penerapan universal

precaution.

d. Tingkat motivasi

Sebanyak 111 responden perawat berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa persepsi perawat tentang motivasi sudah tergolong


58

baik dimana 58 orang perawat (52%) memiliki motivasi tinggi dalam

mewujudkan budaya keselamatan pasien. Persepsi perawat tentang

motivasi perawat sudah tergolong baik dimana keikutsertaan dari

perawat sangat penting. Persepsi yang baik ini ditunjukkan dengan

jawaban responden sebagian besar setuju yaitu pencapaian,

penghargaan, dan kondisi kerja. Iswara, (2020) mengatakan motivasi

adalah karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang, sehingga dengan motivasi seseorang

bisa menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia untuk

suatu tujuan tertentu. Perawat pelaksana yang memiliki motivasi tinggi

merupakan hal yang penting karena dengan adanya motivasi yang

tinggi dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan meminimalkan

terjadinya kesalahan. Upaya untuk meningkatkan motivasi yang tinggi

dengan cara memberi penghargaan bagi yang mempunyai kemampuan

lebih, memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi perawat.

Iswara, (2020) menambahkan motivasi perawat bertujuan

untuk meningkatkan produktivitas kerja, kinerja seorang perawat

dipengaruhi oleh tingginya motivasi yang dimiliki perawat tersebut,

semakin tinggi motivasi yang dimiliki perawat maka akan semakin

tinggi pula kinerjanya sehingga produktivitas perawat pun meningkat

dalam penerapan budaya keselamatan pasien. Berdasarkan penelitian ini

didapatkan nilai motivasi perawat yang tinggi tidak berbeda jauh


59

dengan sedang maupun rendah. Berarti perawat di ruang rawat inap

rumah sakit harus meningkatkan lagi motivasinya. Upaya

meningkatkan motivasi seorang perawat bisa dengan cara memberikan

penghargaan bagi yang memiliki kemampuan lebih, memberikan pujian

dan memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi perawat.

e. Penerapan budaya keselamatan pasien

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem asuhan pasien

yang lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan

risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau

tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Jacobus et al.,

2022). Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 91 perawat (82%)

menerapkan budaya kesematan pasien yang baik. Faridah et al., (2019)

mengatakan dalam melaksanakan budaya keselamatan pasien

merupakan bentuk dari perbaikan kinerja oleh setiap perawat, seperti

mengakui kesalahan dan mau belajar dari kesalahan tersebut serta mau

mengambil tindakan tepat kedisiplinan, ketaatan terhadap standar,

prosedur dan protokol, bekerja dalam tim, kejujuran, keterbukaan,

saling menghargai adalah nilai dasar yang harus dijunjung tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Yasmi & Thabrany, (2018)

menunjukan bahwa budaya keselamatan pasien di RSKBP masih


60

kurang. Faktor-faktor yang berhubungan dengan budaya keselamatan

pasien di RSKBP adalah umpan balik laporan insiden keselamatan

pasien, budaya tidak menyalahkan, dan budaya belajar. Penelitian yang

dilakukan oleh Dhamanti et al., (2020) menunjukkan analisis hambatan

praktis perbedaan signifikan antara kelompok dalam menganggapi

insiden keselamat pasien yaitu: "tidak tahu bagaimana melaporkan",

"tidak tahu ke mana harus melaporkan", dan "kurangnya umpan balik".

Jawaban “tidak ingin konflik” memberikan perbedaan yang signifikan

dalam hambatan budaya. Jacobus et al., (2022) mengatakan perlu

menumbuhkan budaya patient safety secara merata di Rumah Sakit

dengan mengaktifkan kembali Patient Safety Champion (PSC).

Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien

adalah juga perilaku dari petugas kesehatan dan dukungan dari

manajemen yang belum maksimal.

2. Hubungan motivasi dengan penerapan budaya keselamatan Di Ruang

Kohort RSI Sultan Agung Semarang.

Hasil penelitian menunjukkan antara motivasi dengan penerapan

budaya keselamatan pasien diketahui dari 111 responden, yang menerapkan

budaya keselamatan pasien dengan motivasi tinggi dalam kategori

baik/tinggi yaitu 58 responden (52%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Karlien et al., (2022) didapatkan bahwa budaya keselamatan pasien

mayoritas dalam kategori baik (Skor 61- 80) sebanyak 106 orang (86,2%),

berdasarkan hasil jawaban yang diberikan responden perawat bahwa budaya


61

keselamatan pasien menjadi baik karena karyawan di ruangan saling

mendukung satu sama lain, saling bekerjasama agar pekerjaan cepat selesai,

saling menghargai satu sama lain, supervisor atau manajemen

mempertimbangkan saran dari karyawan untuk keselamatan pasien, rumah

sakit melakukan program dalam peningkatan keselamatan pasien,

keselamatan pasien menjadi prioritas utama Rumah Sakit, prosedur di

Rumah Sakit terlaksana dengan baik dan mencegah hal error atau kesalahan

yang berkaitan dengan keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien

digunakan untuk menilai pendapat staff rumah sakit atau pelayanan

kesehatan mengenai isu terkait keselamatan pasien, medical error dan

pelaporan kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Arini, (2018) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pemberdayaan struktural dengan budaya keselamatan

pasien. Lingkungan kerja perawat yang memberdayakan staffnya akan

meningkatkan pembelajaran klinis perawat ketika berada di lingkungan

kerjanya dengan cara yang positive. Keselamatan pasien merupakan hal

yang menjadi perhatian rumah sakit. Rumah sakit saat ini menggunakan

berbagai macam pengukuran untuk mengetahui keselamatan pasien,

termasuk pedoman, prosedur manual untuk keselamatan pasien, dan

orientasi staff untuk mempertahankan keselamatan pasien. Pengukuran dan

prosedur dalam menjalankan keselamatan pasien akan meningkatkan

kualitas dalam pelayanan yang diberikan oleh perawat.


62

Iswara, (2020) mengatakan motivasi seorang perawat

menunjukkan sejauh mana seorang individu ingin ataupun bersedia

berusaha untuk mencapai kinerja yang baik di pekerjaan. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perawat

dengan motivasi tinggi maka sikap perawat dalam mendukung penerapan

program patient safety akan semakin tinggi pula. Seseorang yang bekerja

untuk memenuhi kebutuhan maka pencapaian prestasi bisa berubah sebagai

dampak faktor dalam organisasi seperti program pelatihan, pembagian dan

jenis tugas yang diberikan, tipe supervisi yang dilakukan. Pencapaian

prestasi ini termasuk penerapan budaya keselamatan pasien yang baik.

Perawat harus menyadari perannya sehingga harus berpartisipasi aktif dalam

mewujudkan keselamatan pasien rumah sakit. Perawat harus memahami

tentang apa yang dimaksud dengan keselamatan pasien rumah sakit (KPRS)

serta dalam pelaksanan pelayanan harus mengetahui enam sasaran

keselamatan pasien yaitu: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan

komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,

kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan

resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, pengurangan resiko jatuh

sehingga perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien

secara aman.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah, (2020)

menunjukan sebagian perawat mempunyai motivasi yang kurang sebesar

73,1%, dan sebagian perawat mempunyai motivasi yang baik sebesar


63

(26,8%). Dari hasil penelitian tersebut ditemukan motivasi perawat, yang

paling dominan perawat menjawab sering yaitu ingin meningkatkan

aktualisasi diri seperti keinginan untuk meraih sukses dan keinginan untuk

menjadi perawat yang profesional. Hal ini membuktikan bahwa perawat

Rumah Sakit memiliki kecenderungan lebih besar motivasi yang tinggi.

Apabila motivasi perawat tinggi akan mempermudah perawat dalam

menjalankan seuatu tindakan. Pada penelitian ini responden perawat yang

mempunyai motivasi yang baik. Pada usia 21-30 tahun merupakan usia

produktif dimana pada umumnya mereka memiliki semangat kerja yang

cukup tinggi dan pada usia ini perawat bisa membuktikan diri untuk diakui

keberadaannya, sehingga terdapat hubungan antara usia perawat dengan

motivasi kerja di rumah sakit dimana seseorang dengan usia semakin lanjut

memiliki tingkat kepuasan kerja yang semakin besar pula, tetapi

kekurangannya adalah memiliki motivasi kerja yang rendah.


39

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh tentang hubungan

motivasi perawat dengan budaya keselamatan pasien di RSI Sultan Agung

Semarang dengan total sampel 111 orang dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sebagian besar perawat yang berdinas di ruang rawat inap mayoritas

perawat jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jenis

kelamin laki-laki sebesar 74 orang (67%), pendidikan sebagian besar

responden D3 sebanyak 67 orang (60%), sebagian besar usia

responden berada pada fase dewasa awal (23-30 tahun) sebesar 57

orang (51%), perawat dalam merawat pasien memiliki motivasi yang

tinggi, yaitu sebanyak 58 orang (52%), serta sebanyak 91 perawat

(82%) budaya kerja untuk keselamatan pasien memiliki hasil yang

kuat.

2. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan motivasi perawat

terhadap budaya keselamatan pasien di RSI Sultan Agung Semarang

dengan nilai p- value 0,000 (α < 0,05).


40

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengemukakan beberapa saran:

1. Bagi perawat yang berdinas di ruang rawat inap RSI Sultan Agung

Semarang

Dari hasil penelitian diharapkan perawat untuk selalu

berfikiran positif terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan resiko

keselamatan pasien diharapkan perawat dapat bekerja dalam tim,

berkomunikasi, serta perilaku tidak saling menyalahkan merupakan

hal-hal yang perlu ditingkatkan dalam bekerjasama agar setiap orang

baik perawat ataupun pasien dapat memberikan laporan mengenai

keselamatan pasien di Rumah Sakit.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit mempunyai sistem yang terintegrasi atau akses pasien

dalam melaporkan suatu insiden. Rumah Sakit wajib menjaga hak-hak

pasien seperti, kerahasiaan, tidak saling menyalahkan, dan berupaya

bersikap profesional.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal, referensi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut, dan bahan mengajar dari hasil

penelitian, serta untuk unit perpustakaan dapat menambah koleksi

literatur terbaru terkait motivasi perawat dan budaya keselamatan

pasien.
41

Daftar Pustaka

Arini, M. (2020). Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident) dan


Klasifikasinya. Mutu Pelayanan Kesehatan.
Arini, T. (2018). Budaya Keselamatan Pasien Berbasis Pemberdayaan Struktural
Dengan Kepuasan Kerja Perawat. Universitas Airlangga.
Bakri, M. H. (2017). Manajemen keperawatan (konsep dan aplikasi dalam
praktik keperawatan profesional). (1st ed.). Pustaka Baru Press.
Baljoon, R., Banjar, H., & Banakhar, M. (2018). Nurses’ Work Motivation and
the Factors Affecting It: A Scoping Review. International Journal of
Nursing & Clinical Practices, 5(1). https://doi.org/10.15344/2394-
4978/2018/277
Carthey, J., & Clarke, J. (2010). Implementing human factor in healthcare: How
to guide. Patient Safety First.
Dahlan, S. (2015). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan (6th ed.). Rineka
Cipta.
Dhamanti, I., Leggat, S., & Barraclough, S. (2020). Practical and cultural barriers
to reporting incidents among health workers in Indonesian public hospitals.
Journal of Multidisciplinary Healthcare, 13, 351–359.
https://doi.org/10.2147/JMDH.S240124
Faridah, I., Ispahani, R., Badriah, E. L., Program, D., Keperawatan, S., Yatsi, S.,
Program, D., Keperawatan, S., Yatsi, S., Program, M., Keperawatan, S.,
Yatsi, S., Tangerang, S. Y., Santika, J. A., Kec, M., & Kota, K. (2019).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN ( PATIENT SAFETY CULTURE ) PADA
PERAWAT DI RAWAT INAP RSU KABUPATEN TANGERANG
Keselamatan pasien atau patient safety merupakan sistem pelayanan rumah
sakit yang pengobatan di rumah sakit . VIII(1).
Farokhzadian, J., Dehghan Nayeri, N., & Borhani, F. (2018). The long way ahead
to achieve an effective patient safety culture: Challenges perceived by nurses.
BMC Health Services Research, 18(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s12913-
018-3467-1
Hasanah, R. (2020). Hubungan Motivasi Dengan Peran Perawat Dalam
Peningkatan Keselamatan Pasien.
https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/x39q2
Hasibuan, M. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.
Salemba Medika.
Hudson, P. (1999). Safety Culture-Theory and Practice.
Hutagalung, S. M. (2014). HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN
EFEKTIF KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT
PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD. Dr. PIRNGADI KOTA
MEDAN. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.
Iswara, A. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Dalam
42

Melaksanakan Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah


Sakit. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Jacobus, D. W. C., Setyaningsih, Y., & Arso, S. P. (2022). ANALISIS
PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN PASIEN, BUDAYA ORGANISASI,
DAN LINGKUNGAN YANG MENDUKUNG TERHADAP MOTIVASI
MELAPORKAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (SYSTEMATIC
RIVIEW). 9(2).
Karlien, B., Nababan, D., Sitorus, M. E. J., Tarigan, F. L., & Brahmana, N. B.
(2022). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PUTRI HIJAU MEDAN. 6.
Kemenkes RI. (2017). Kementerian Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2019). INSTRUMEN SURVEY STANDAR
NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1.1 (cetakan 1).
Komite Mutu Rumah Sakit RSI Sultan Agung. (2021). Survey Budaya
Keselamatan Pasien Sebagai Modal Peningkatan Mutu Dan Keselamatan
Pasien Di RSI Sultan Agung Semarang Tahun 2021.
Lawati, M. H. A., Dennis, S., Short, S. D., & Abdulhadi, N. N. (2018). Seguridad
del paciente y cultura de seguridad en la atención primaria de salud: una
revisión sistemática. BMC Family Practice, 19(1), 104.
McNeese-Smith, D. K. (1999). The relationship between managerial motivation,
leadership, nurse outcomes and patient satisfaction. Journal of
Organizational Behavior, 20(2), 243–259.
https://doi.org/10.1002/(SICI)1099-1379(199903)20:2<243::AID-
JOB888>3.0.CO;2-2
National Patient Safety Agency (NPSA). (2004). Seven step to patient safety: the
full reference guide. National Patient Safety Agency.
Nivalinda, D., Hartini, M., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan
Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah
Di Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(2), 111649.
Notoadmojo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ke-1). Rineka Cipta.
Nurmalita, D. (2012). Pengaruh Program Mentoring Keperawatan Terhadap
Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RSI Sultan
Agung Semarang. Universitas Indonesia.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis.
Pasaribu, Y. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien Oleh Perawat.
Reason, J. (2000). Human error: Models and management. Journal BMJ.
RSUDZA. (2017, December). Pentingnya Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
Di Rumah Sakit. Tabloid RSUDZA LAM HABA.
Sahputri, A. H. (2020). Budaya Keselamatan Pasien Dalam Dunia Keperawatan.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Alfabeta.
Tang, T. H., & Waheed, A. (2011). Herzberg’s motivation-hygiene theory and job
43

satisfaction in the malaysian retail sector: the mediating effect of love of


money. Asian Academy of Management Journal, 16(1), 73–94.
Vaismoradi, M., Tella, S., Logan, P. A., Khakurel, J., & Vizcaya-Moreno, F.
(2020). Nurses’ adherence to patient safety principles: A systematic review.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(6),
1–15. https://doi.org/10.3390/ijerph17062028
Wulandari, M. R., Yulia, S., & Triwijayanti, R. (2019). Peningkatan Budaya
Keselamatan Pasien Melalui Peningkatan Motivasi Perawat dan
Optimalisasi Peran Kepala Ruang. 2(2).
Yarwin Yari, Teti Oktianingsih, Irma gita, Desi Luanda, M.Khalid Fredy, Wawan
Kurniawan, Neneng Ilah Rohilah, Idawati, Deny Alfiansyah, & Ida Farida.
(2021). Deskripsi Tingkat Kecemasan Perawat Saat Bertugas di Ruang
Perawatan Covid-19. Journal of Nursing Education and Practice, 1(01), 5–9.
https://doi.org/10.53801/jnep.v1i01.7
Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor
Tahun 2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(2), 98–109.
https://doi.org/10.7454/arsi.v4i2.2563
Yusuf, A. E. (2008). Pengaruh Motivasi Terhadap Peningkatan Kinerja.

Lampiran
44

Lembar Permohonan Persetujuan Menjadi Responden

Sehubungan dengan penyusunan skripsi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana


Keperawatan UNISSULA Semarang yang berjudul “Hubungan Motivasi
Perawat Dengan Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang”, peneliti mengharapkan kesediaannya untuk menjadi
responden dengan mengisi kuesioner ini secara lengkap dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Mengingat kualitas penelitian ini sangat bergantung
pada saudara/i, maka peneliti berharap saudara/i dapat menjawab dengan
sejujurnya tentang apa yang dirasakan, dilakukan, dan dialami, bukan berdasarkan
kondisi ideal. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam penelitian ini,
45

semua data yang masuk akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan akademis saja.
Maka dari itu saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ..................................................................................
............
Asal Ruangan
: ..............................................................................................
Alamat :...................................................................................
............
Bersedia menjadi responden penelitian yang akan dilakukan oleh
Yeni Setyawati yang berjudul telah disebutkan di atas. Selanjutnya peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan saudara/i
telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kesediaan saudara/i
dalam mengisi kuesioner ini adalah bantuan yang tidak ternilai harganya
bagi peneliti. Akhirnya, peneliti sampaikan terima kasih atas
kerjasamanya.
Semarang, …………………….. 20
Responden

______________________
(Nama dan Tanda Tangan)

Kuesioner A (Data Demografi)


Perkenalkan saya Yeni Setyawati, saya mahasiswi UNISSULLA
Semarang. Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi kuesioner
ini. Kuesioner ini merupakan kuesioner yang penulis susun dalam
rangka pelaksanaan penelitian. Jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan
tidak akan mempengaruhi kedudukan maupun jabatan, mengingat
kerahasiaan identitas Bapak/Ibu/Sdr akan kami jaga.

1. Jenis Kelamin Responden

o Laki-laki
46

o Perempuan

2. Umur............tahun

o < 25 tahun
o 25 - 35 tahun
o 25 - 35 tahun
o 36 - 45 ahun
o > 45 tahun

3. Pendidikan

o Diploma
o Sarjana

4. Penghargaan/pelatihan yang didapat


o Tidak
o Ya, sebutkan ………………………………………………………

5. Lama kerja saudara


o < 1 tahun
o 1 tahun < 3 tahun
o 3 tahun < 5 tahun
o > 5 tahun

6. Status Kepegawaian

o Kontrak/PTT
o Karyawan Tetap
47

Kuesioner B (Kuesioner Budaya Keselamatan Pasien)

A. Petunjuk
1. Bacalah dengan cermat setiap item pertanyaan
2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai
dengan yang anda lakukan dalam bekerja dengan memberikan tanda
check list (√) pada pilihan kotak jawaban yang tersedia di sebelah
kanan
3. Jaawaban anda akan dijaga dan dijamin kerahasiannya, serta tidak
mempengaruhi penilaian kinerja anda
4. Indikator penelian ini adalah 42 s.d. 84 (Budaya kerja lemah) dan 85
s.d. 168 (Budaya kerja kuat) (Mean)

B. Pilihan Jawaban
SL : Selalu

SR : Sering

KD : Kadang-Kadang

TP : Tidak Pernah

No. Pertanyaan SL SR KD TP
Indikator Keterbukaan
1 Saya di unit ini ikut terlibat dalam diskusi mengenai
keselamatan pasien
2 Atasan saya mempertimbangkan secara serius setiap
saran yang menyangkut peningkatan keselamatan
pasien
3 Dalam unit ini mendiskusikan langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk mencegah suatu
kesalahan terjadi lagi
4 Saya memberikan informasi seadanya kepada unit lain
dengan masalah keselamatan pasien
5 Saya bebas mengemukakan pendapat jika melihat
sesuatu yang berdampak negatif bagi keselamatan
pasien
6 Saya merasa bebas bertanya tentang keputusan
maupun tindakan keselamatan pasien di unit ini
7 Hal-hal buruk yang tidak diinginkan (identifikasi
pasien, komunikasi efektif, peningkatan keamanan
48

No. Pertanyaan SL SR KD TP
obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi,
prosedur dan tepat pasien dioperasi, pengurangan
resiko infeksi dan pengurangan pasien jatuh) sering
terjadi ketika memindahkan pasien ke unit lain seperti
ICU, dsb.
8 Mendiskusikan masalah keselamatan pasien membuat
saya takut
9 Saya merasa takut untuk bertanya jika ada sesuatu
yang tidak benar dalam memberikan pelayanan kepada
pasien
10 Saya mendapatkan penyelesaian masalah yang buntu
saat berdiskusi mengenai keselamatan pasien
11 Saya tidak diberikan feedback (umpan balik) mengenai
perubahan yang terjadi berdasarkan laporan kejadian
12 Dalam unit ini, kami memiliki masalah dalam
keselamatan pasien
Indikator Keadilan
13 Saya diberitahukan kesalahan-kesalahan apapun yang
terjadi dalam unit ini
14 Dalam unit ini, setiap karyawan memperlakukan rekan
kerja yang lain dengan baik
15 Saya khawatir bahwa kesalahan (identifikasi pasien,
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan
tepat pasien dioperasi, pengurangan resiko infeksi dan
pengurangan pasien jatuh) yang saya lakukan akan
dicatat di data kepegawaian
16 Saya merasa kurang nyaman (misalnya: dalam
berkomunikasi, pembagian tugas) apabila bekerjasama
dengan unit lain
17 Saya merasa bekerja dengan teman sejawat yang telah
melakukan kesalahan akan mengancam nama baik
saya
18 Di unit tempat saya bekerja mengevaluasi efektifitas
setiap upaya peningkatan keselamatan pasien
Indikator Pelaporan
19 Ketika suatu masalah terjadi, tetap tidak berpotensi
merugikan pasien seberapa sering hal tersebut
dilaporkan?
20 Ketika suatu kesalahan yang berpotensi merugikan
pasien terjadi, tapi kemudian tidak terjadi seberapa
sering hal tersebut dilaporkan?
21 Saya membuat laporan kejadian sesuai prosedur yang
ada di rumah sakit
49

No. Pertanyaan SL SR KD TP
22 Saya melaporkan kejadian (identifikasi pasien,
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan
tepat pasien dioperasi, pengurangan resiko infeksi dan
pengurangan pasien jatuh) hanya pada saat atasan
melakukan supervise
23 Pelaporan kejadian membuat pekerjaan saya terganggu
24 Saya kesulitan dalam membuat laporan kejadian
25 Ketika suatu kejadian (identifikasi pasien, komunikasi
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, kepastian tepat lokasi, prosedur dan tepat
pasien dioperasi, pengurangan resiko infeksi dan
pengurangan pasien jatuh) dilaporkan, hal tersebut
terasa seperti mencatat aib sendiri, daripada mencatat
masalahnya.
26 Saya melaporkan kejadian keselamatan pasien hanya
sewaktu-waktu saat dibutuhkan saja
27 Informasi penting yang berkaitan dengan perawatan
pasien seing hilang disaat pergantian shift kerja
28 Informasi penting yang berkaitan dengan perawatan
pasien sering hilang disaat pergantian shift kerja
29 Pergantian shift menimbulkan masalah bagi pasien di
rumah sakit
30 Sering muncul masalah saat melakukan pertukaran
informasi antar unit
Indikator Pembelajaran
31 Saya mendapatkan pelajaran berharga dari kesalahan
yang saya perbuat
32 Setiap kali muncul tekanan, atasan saya menginginkan
saya bekerja lebih cepat, meskipun tidak
memperlihatkan keselamatan pasien.
33 Atasan saya mengabaikan masalah keselamatan pasien
yang terus terjadi secara berulang
34 Informasi keselamatan pasien membuat saya bekerja
lebih baik lagi
35 Kesalahan-kesalahan yang dilaporkan berperan penting
membawa perubahan yang positif
36 Kesalahan yang saya perbuat membuat saya semangat
bekerja karena saya sudah mendapatkan pembelajaran
untuk kebaikan dari kesalahan tersebut
37 Kesalahan yang diperbuat teman sejawat saya, akan
mempengaruhi kualiats pekerjaan saya
38 Pihak manajemen rumah sakit memperhatikan masalah
keselamatan pasien hanya setelah kejadian yang tidak
50

No. Pertanyaan SL SR KD TP
diinginkan terjadi
39 Hanya suatu kebetulan jika kesalahan serius
(identifikasi pasien, komunikasi efektif, peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat
lokasi, prosedur dan tepat pasien dioperasi,
pengurangan resiko infeksi dan pengurangan pasien
jatuh) tidak terjadi di unit ini
40 Kesalahan-kesalahan yang dilaporkan berperan penting
untuk membawa perubahan yang positif
41 Atasan saya memberikan pujian ketika melihat suatu
pekerjaan dilakukan sesuai prosedur keselamatan
pasien
42 Kami memiliki prosedur dan sistem yang baik untuk
mencegah timbulnya kesalahan apapun
Sumber: Nurmalita (2012)
51

Kuesioner C (Kuesioner Motivasi Kerja Perawat)

Petunjuk :

1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut saudara paling sesuai dengan
kondisi yang saudara rasakan selama saudara bekerja. Caranya dengan
memberikan tanda check list (√) pada kotak yang tersedia.
2. Indikator hasil penilaian kuesioner ini adalah 29 s.d. 38 (motivasi rendah),
39 s.d. 77 (motivasi sedang), 78 s.d. 116 (motivasi tinggi).
3. Pernyataan pada kuesioner dibawah ini mempunyai 4 kriteria jawaban
dengan skala likert.
SS : Sangat Setuju (4)

S : Setuju (3)

TS : Tidak Setuju (2)

STS : Sangat Tidak Setuju (1)

No Pertanyaan STS TS S SS
Indikator Kebutuhan Fisik
1 Kebutuhan pangan dan sandang saya terpenuhi dari
pendapatan/ insentif saya
2 Saya dapat memberikan nafkah pada keluarga dari
pendapatan saya sebagai perawat
3 Saya termotivasi untuk bekerja lebih giat karena gaji
saya
4 Beban kerja saya sebandingkan dengan pendapatan
saya
5 Saya percaya rumah sakit memberikan gaji yang adil
sesuai dengan kinerja saya
Indikator Rasa Aman Dan Keselamatan
6 Saya dapat bekerja dengan aman dirumah sakit ini
7 Saya merasa nyaman bekerja di rumah sakit ini
8 Saya merasa rumah sakit tempat saya bekerja
menyediakan kenyamanan baik dari segi fasilitas dan
lingkungan saya bekerja
Indikator Penghargaan
9 Saya cukup dipercaya untuk melakukan pekerjaan
dengan baik
10 Atasan saya selalu mengucapkan terima kasih atas
pekerjaan yang dilakukan dengan baik
52

No Pertanyaan STS TS S SS
Indikator Kebutuhan Sosial
11 Saya senang bekerja dirumah sakit ini karena
kebijakan rumah sakit tidak merugikan perawat
12 Saya merasa jenjang karir perawat sudah jelas di
rumah sakit ini
13 Saya tidak mampu berkomunikasi dengan tim
kesehatan lain
14 Persatuan diantara perawat di rumah sakit solid dan
kuat
15 Bagi saya rekan sekerja saya adalah penting
16 Hubungan saya dengan profesi lain tidak ada masalah
17 Saya merasa pekerjaan saya menjadi lebih baik karena
arahan dari kepala ruangan saya
18 Hubungan saya dengan kepala ruangan saya diruangan
baik
19 Saya merasa tidak puas bekerja karena hubungan saya
dengan kepala ruangan tidak baik
Indikator Perwujudan Diri
20 Saya senang bekerja di rumah sakit ini karena prestasi
saya dihargai
21 Saya sangat mencintai profesi perawat karena sesuai
dengan keahlian saya
22 Saya merasa telah berperan terhadap rumah sakit
dengan cara yang positif
23 Pekerjaan saya memungkinkan saya untuk
meningkatkan keterampilan
24 Pekerjaan saya menungkinkan saya untuk
meningkatkan kinerja saya
25 Saya tidak dilibatkan dalam melakukan pekerjaan
diruangan saya
26 Saya merasa pekerjaan saya penuh tantangan
27 Pekerjaan saya memungkinkan saya untuk belajar
keterampilan baru dalam kemajuan karir
28 Rumah sakit tidak memberikan kesempatan kepada
perawat untuk melanjutkan pendidikan formal
29 Rumah sakit tidak memberikan kesempatan kepada
perawat untuk pelatihan
Sumber: Tang & Waheed (2011)
53

OLAH DATA

KODIN UMU KODIN KODIN KATEGOR MOTIVAS KATEGOR KODIN


NO JK G R PENDIDIKAN G STATUS G BUDAYA I KODING I I G
1 L 1 30 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
2 P 2 35 D3 1 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
3 P 2 31 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
4 P 2 28 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
5 P 2 29 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
6 L 1 29 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
7 L 1 29 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
8 L 1 29 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
KONTRA
9 L 1 24 D3 1 K 2 kuat 2 sedang 2
KONTRA
10 P 2 26 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
11 P 2 26 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
12 P 2 23 D3 1 K 2 lemah 1 rendah 1
13 L 1 37 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
14 L 1 40 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
15 L 1 42 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
16 L 1 45 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
17 L 1 48 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
54

18 P 2 48 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2


KONTRA
19 P 2 24 D3 1 K 2 kuat 2 sedang 2
KONTRA
20 P 2 23 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
21 P 2 24 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
22 P 2 26 D3 1 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
23 P 2 30 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
24 P 2 40 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
25 P 2 42 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
26 P 2 45 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
27 P 2 48 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
KONTRA
28 P 2 48 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
29 P 2 24 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
30 P 2 27 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
31 P 2 30 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
32 P 2 35 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
33 P 2 31 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
34 P 2 28 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
35 P 2 29 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
36 L 1 29 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
37 L 1 29 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
38 L 1 29 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
55

39 L 1 24 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2


40 P 2 26 D3 1 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
41 P 2 26 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
KONTRA
42 P 2 23 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 sedang 2
KONTRA
43 L 1 27 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 sedang 2
KONTRA
44 L 1 26 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
45 L 1 25 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
46 L 1 30 D3 1 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
47 L 1 35 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
48 P 2 31 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
49 P 2 28 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
50 P 2 29 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
51 P 2 29 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
52 P 2 29 D3 1 K 2 lemah 1 rendah 1
KONTRA
53 P 2 29 S1+NERS 2 K 2 lemah 1 rendah 1
KONTRA
54 P 2 24 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
55 P 2 26 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
56 P 2 26 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
57 P 2 23 D3 1 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
58 P 2 30 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
56

59 L 1 35 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2


KONTRA
60 P 2 31 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
61 P 2 28 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
62 P 2 29 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
63 P 2 45 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
64 L 1 48 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
65 L 1 44 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
66 L 1 48 D3 1 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
67 L 1 48 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
68 P 2 24 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
69 P 2 25 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
70 P 2 25 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
71 L 1 24 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 tinggi 3
72 L 1 40 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
73 L 1 42 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
74 L 1 45 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
75 L 1 48 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
76 P 2 48 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
77 P 2 47 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
KONTRA
78 P 2 30 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
57

KONTRA
79 P 2 35 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
80 P 2 31 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
81 P 2 28 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
82 L 1 29 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
83 P 2 29 D3 1 K 2 kuat 2 sedang 2
84 P 2 29 S1+NERS 2 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
85 P 2 40 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
86 P 2 42 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
87 P 2 45 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
88 P 2 48 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
KONTRA
89 P 2 27 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
90 P 2 34 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
91 P 2 46 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
92 L 1 35 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
93 L 1 36 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
94 L 1 36 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
95 L 1 38 S1+NERS 2 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
KONTRA
96 P 2 28 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 sedang 2
KONTRA
97 P 2 26 S1+NERS 2 K 2 kuat 2 sedang 2
58

KONTRA
98 P 2 25 D3 1 K 2 kuat 2 tinggi 3
99 P 2 39 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
100 P 2 36 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
101 L 1 33 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
102 L 1 34 D3 1 TETAP 1 kuat 2 rendah 1
103 L 1 36 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
104 P 2 34 D3 1 TETAP 1 lemah 1 rendah 1
105 P 2 35 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
106 P 2 36 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
107 P 2 40 D3 1 TETAP 1 kuat 2 tinggi 3
108 P 2 43 D3 1 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
109 P 2 35 D3 1 TETAP 1 lemah 1 sedang 2
110 P 2 42 D3 1 TETAP 1 kuat 2 sedang 2
KONTRA
111 P 2 26 D3 1 K 2 kuat 2 sedang 2
59

Frequencies

Statistics

jenis kelamin Umur pendidikan Tingkat Motivasi Budaya


Keselamatan

Valid 111 111 111 111 111


N
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.67 33.30 1.40 2.41 1.82
Median 2.00 30.00 1.00 3.00 2.00
Mode 2 29 1 3 2
Std. Deviation .474 7.825 .491 .680 .386
Minimum 1 23 1 1 1
Maximum 2 48 2 3 2
Sum 185 3696 155 268 202

Frequency Table

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

laki-laki 37 33.3 33.3 33.3

Valid perempuan 74 66.7 66.7 100.0

Total 111 100.0 100.0

Umur
60

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

23 4 3.6 3.6 3.6

24 8 7.2 7.2 10.8

25 4 3.6 3.6 14.4

26 10 9.0 9.0 23.4

27 3 2.7 2.7 26.1

28 6 5.4 5.4 31.5

29 16 14.4 14.4 45.9

30 6 5.4 5.4 51.4

31 5 4.5 4.5 55.9

33 1 .9 .9 56.8

34 3 2.7 2.7 59.5

35 8 7.2 7.2 66.7

Valid 36 5 4.5 4.5 71.2

37 1 .9 .9 72.1

38 1 .9 .9 73.0

39 1 .9 .9 73.9

40 5 4.5 4.5 78.4

42 5 4.5 4.5 82.9

43 1 .9 .9 83.8

44 1 .9 .9 84.7

45 5 4.5 4.5 89.2

46 1 .9 .9 90.1

47 1 .9 .9 91.0

48 10 9.0 9.0 100.0

Total 111 100.0 100.0

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


61

d3 67 60.4 60.4 60.4

Valid s1 Ners 44 39.6 39.6 100.0

Total 111 100.0 100.0

Tingkat Motivasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

rendah 12 10.8 10.8 10.8

sedang 41 36.9 36.9 47.7


Valid
tinggi 58 52.3 52.3 100.0

Total 111 100.0 100.0

Budaya Keselamatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

lemah 20 18.0 18.0 18.0

Valid kuat 91 82.0 82.0 100.0

Total 111 100.0 100.0


62

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Motivasi * Budaya 111 100.0% 0 0.0% 111 100.0%


Keselamatan

Tingkat Motivasi * Budaya Keselamatan Crosstabulation


Count

Budaya Keselamatan Total

lemah kuat

rendah 11 1 12

Tingkat Motivasi sedang 9 32 41

tinggi 0 58 58
Total 20 91 111

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-


sided)

Pearson Chi-Square 57.241a 2 .000


Likelihood Ratio 54.670 2 .000
Linear-by-Linear Association 49.000 1 .000
N of Valid Cases 111

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
2.16.

Anda mungkin juga menyukai