Anda di halaman 1dari 121

LAPORAN STASE MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUANG PICU ( Pediatic Intensive Care Unit )


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SITI FATIMAH

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Pembimbing Klinik :
Ns. Indah Permata Putry, S.Kep.

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN PELAJARAN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
seminar ini. Makalah ini akan membahas tentang “Laporan Stase Manajemen
Keperawatan Di Ruang Picu (Pediatric Intensive Care Unit) Rumah Sakit Umum
Daerah Siti Fatimah”.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak untuk
perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.

Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermaanfaat bagi yang
membaca khususnya mahasiswa/i IKesT Muhammadiyah Palembang .

Palembang, April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 3
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..................................................... 3
C. Peserta ............................................................................................. 4
D. Metode Pengambilan Data .............................................................. 5
E. Kategori Penilaian ........................................................................... 5
BAB II Hasil Pengkajian
A. Profil dan Gambaran Umum Tentang Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Fatimah Palembang ......................................................................... 6
B. Unsur (Teori Dan Data) Dan Analisis Input ................................... 11
C. Unsur (Teori Dan Data) Dan Analisis Proses..................................
D. Unsur (Teori Dan Data) Dan Analisis Output ................................
BAB III Masalah dan Perencanaan Identifikasi Masalah
A.Identifikasi Masalah .........................................................................
B. Analisa SWOT ................................................................................
C.Skoring .............................................................................................
D. Prioritas Masalah .............................................................................
E. Planning Of Action ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi
dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan
rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Penerapan
manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang
terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing
melalui fungsi manajemen di rumah sakit (Nursalam, 2011).
Keberadaan rumah sakit sebagai suatu lembaga yang
menyediakan pelayanan jasa kesehatan seringkali menimbulkan
tekanan psikologis dan ekonmi bagi konsumennya. Rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat (WHO,
2012). Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (Kuntoro, 2010).
Salah satu tujuan pelayanan asuhan keperawatan adalah
memelihara kesehatan. Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya
ketiadaan penyakit atau kelemahan (WHO, 2012). Sejalan
dengan WHO pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9
tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial,
serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Dan dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992,

4
dimensi kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan),
mental (jiwa), sosial, dan ekonomi (Kemenkes, 2013 dalam
Sitorus dan Panjaitan, 2015).
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Menurut UU No. 38 tahun 2014,
perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui
oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat dalam kaitannya
dengan pelayanan kesehatan yakni memberikan asuhan
keperawatan langsung pada pasien (Depkes RI, 2016).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan di rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena
yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam
pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan
ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat,
dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan
saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas
(Satrianegara dan Siti, 2009).
Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar dapat
menjadikan kepuasan pasien yang tergantung pada kualitas
pelayanan. Pelayanan adalah semua upaya yang dilakukan
karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan jasa
yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baiuk oleh

5
pasien, ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan
bisa memenuhi kebutuhan pasien, dengan menggunakan persepsi
pasien tentang pelayanan yang diterima (memuaskan atau
mengecewakan, juga termasuk lamanya waktu pelayanan)
(Marquis dan Huston, 2009).
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari
pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit.
Pelayanan dibentuk berdasarkan lima prinsip service quality
yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan dan kenyamanan
pelayanan. Dan pelayanan tersebut harus dikelola secara
professional melalui manajemen keperawatan (Nursalam, 2011).
Maka dalam manajemen keperawatan inilah mahasiswa
program porfesi ners IKesT Muhammadiyah Palembang diharapkan
mampu mengaplikasikan pengetahuan managerialnya dan
mengelola ruangan dengan pendekatan proses manajemen
keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 7 Rumah Sakit Umum Daerah
Siti Fatimah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami manajemen keperawatan
baik pengelolaan sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan
klinik

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan kemampuan dalam hal :
a. Melakukan pengkajian di Ruang PICU (Pediatric Intensive Care
Unit) Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
b. Menganalisis dan memprioritaskan masalah di Ruang PICU
(Pediatric Intensive Care Unit) Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
c. Melaksanakan POA
d. Membuat analisis SWOT

6
e. Melakukan pengorganisasian dengan konsep manajemen
keperawatan di Ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Oleh
Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
dilaksanakan di Ruang Rawat PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah dari tanggal 12 April s/d 24
April 2021.

D. Peserta
1. Mahasiswa
Praktik Klinik Keperawatan Stase Manajemen Keperawatan
Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Palembang
terdiri dari 7 mahasiswa yaitu :
a. Nurbayati (21220047)
b. Dika Dwi Saputra ( 212200
c. Fera Chaprialin (212200
d. Arina Ayunani (212200
e. Hikmah Pujiarti (212200
f. Marhama (212200
g. Fahmi Ristayani (212200

2. Pembimbing
Pembimbing akademik dalam stase manajemen keperawatan ini yaitu:
Efroliza, S.Kep., Ns., M.Kep

E. Metode pengambilan Data


Metode pengambilan data yaitu dengan menggunakan metode kuesioner,
observasi, dan wawancara.

7
1. Observasi yaitu dengan melihat dan mengobervasi secara langsung
seluruh kegiatan yang ada diruangan.
2. Metode wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan
wawancara secara lisan kepada narasumber seperti kepala ruangan,
ketua tim, perawat pelaksana, pasien serta keluarga pasien.
3. Study dokumen yaitu pengambilan data dari rekam medik. Kepala
Ruangan

F. Kategori Penilaian
Berdasarkan kesepakatan kelompok, penilaian untuk hasil instrument
dikategorikan menjadi 4 yaitu, sebagai berikut :
1. Sangat Baik : 76 – 100 %
2. Baik : 51 – 75 %
3. Cukup : 26 – 50 %
4. Buruk : 1 – 25 %

8
BAB II
PENGKAJIAN DATA

A. Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Palembang
1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Palembang
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan merupakan Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan yang dibangun atas inisiatif
Gubernur Sumatera Selatan Bapak Ir. H. Alex Noerdin untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya daerah Palembang dan
sekitarnya. Pembangunan rumah sakit menggunakan anggaran Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Rumah sakit ini merupakan milik
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan akan dikelola sebagai badan
layanan umum daerah yang mempunyai kewenangan dalam mengelola
rumah sakit secara mandiri. Sehingga dengan status BLUD tersebut
diharapkan rumah sakit ini dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
profesional dan bermanfaat bagi masyarakat setempat.
Pendirian RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan di Palembang adalah sebuah rencana
yang sangat strategis dan cukup penting untuk mendukung Asian Games
2018 dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Provinsi Sumatera
Selatan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B yang mempunyai
fasilitas lengkap di Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi rumah sakit ini
terletak di Jalan Kol. H. Burlian Km 6.5 Palembang, berdampingan dengan
RS Mata dan RS Gigi Mulut yang berada di luas lahan 14 hektar. Rumah
sakit ini mempunyai 400 kapasitas tempat tidur, yang akan dibuka secara
bertahap dalam rangka persiapan sarana dan prasarana untuk mewujudkan
pelayanan yang berkualitas.
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan memiliki Ruang Rawat
Inap di Lantai 7 Wings A dan Wings B. Penulis melakukan pengkajian di
unit kerja Ruang Rawat Inap Wings A dan B yang terdiri dari 42 bed untuk
pasien, 2 bed untuk pasien kelas 1 di ruang 701 dan 702, 4 bed untuk pasien

9
anak-anak di ruang 703 dan 704, 8 bed untuk pasien maternitas di ruang
705-708, dan 4 bed untuk pasien iso di ruang 710 dan 711, 22 bed untuk
pasien dewasa bedah dan non-bedah diruang 712-723.

Gambar 2.1 RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan

2. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Palembang
a. Motto
“Kami selalu terdepan melayani kesehatan anda”.
b. Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Umum Rujukan Provinsi dan Rumah
Sakit Pendidikan yang mewujudkan pelayanan yang bermutu,
professional, efisien dengan standar pelayanan kelas dunia.
c. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu,
prima, informatif, dan efektif dengan tetap memperhatikan aspek
sosial kemasyarakatan.
2) Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan keramahan,
kecepatan, keselamatan, keamanan, kemudahan, dan kenyamanan.
3) Memberikan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat
rujukan tertinggi dengan menggunakan teknologi modern dan
pelayanan kesehatan secara komprehensif kepada masyarakat.

10
4) Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan yang berkesinambungan
sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
5) Menciptakan SDM yang mempunyai daya saing tinggi dan loyal
terhadap organisasi.
6) Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang
terintegrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
7) Menjalin kerja sama dengan institusi terkait untuk meningkatkan
kinerja.
8) Mewujudkan sistem manajemen Rumah Sakit yang mampu
meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dan menjamin
kepastian hukum secara transparan, akuntabel, dan auditabel.
9) Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekitar.

3. Direksi dan Pegawai


a. Direksi
1) Direktur RSUD :
dr. Syamsuddun Isaac Suryamanggala, Sp. OG (plt)
2) Wakil Direktur Medik dan Keperawatan :
dr. Asep Zainuddin, Sp. PK
3) Wakil Direktur SDM, Humas dan Protokol, Pemasaran dan Kemitraan
: dr. Syamsuddun Isaac Suryamanggala, Sp. OG (plt)
4) Wakil Direktur Umum, Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik
Daerah : MeidiArtata, S.E., Ak., M.Comm
b. Pegawai
Keseluruhan pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah
Palembang pada tahun 2021, pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Fatimah Palembang terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum,
Perawat, Bidan, dan Non-medis.
Di Ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) jumlah perawat
sendiri terdapat 15 perawat beserta kepala ruangan, ketua tim, dan pj
shift.

11
4. Fasilitas dan Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat RSUD
Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan mempunyai pelayanan sebagai
berikut :
a. Fasilitas Umum
1) Bank Sumsel Babel
2) Area Parkir Kendaraan
3) Ruang Tunggu
b. Pelayanan Khusus
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Rawat Inap
4) Instalasi Laboratorium
5) Instalasi Radiologi
6) Medical Check Up

5. Struktur Organisasi

12
Gambaran Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Ruang PICU adalah ruang rawat inap intensif untuk pasien anak-anak
dengan kapasitas 8 tempat tidur. Ruang ini digunakan sebagai ruang rawat
inap anak yang memberikan pelayanan dengan kasus intensif yang
membutuhkn perawatan total. Kapasitas Ruang PICU adalah 8 tempat
tidur dengan 5 bed utama, 2 bed isolasi, dan 1 bed emergency.
Ruang PICU mempunyai 1 Nurse station untuk tempat perawat,
terdapat 1 kamar mandi yang terdiri dari 1 kamar mandi perawat, Di
ruangan PICU terdapat 1 tempat cuci tangan (washtafel), 1 dapur, 1
ruang karu, I ruang sholat (mushola), 1 dirty room, 1 ruang untuk
sandal/sepatu, 1 ruang ganti, 1 ruang linen, 1 ruang obat dan alat
kesehatan, 1 ruang istirahat perawat.

Gambar 2.1 Denah Ruang PICU

13
14
R.
Ruang R. Dokter
Isolasi
R. 1A R. 1B confren R. 2A R. 2B
R.
se
Tindakan
R. 3B

Nurse Station
R. Adm
R.Kepa
&
R. 1C R. 1D la R. 3A
R. Dapur R.
Ruanga
Linen
n

10
B. INPUT
1. Man
a. Kuantitas tenaga perawat
Berdasarkan hasil data di ruangan PICU didapatkan jumlah tenaga
pelaksana diruang PICU sebanyak 15 orang. Dengan perincian 1 orang
kepala ruang, 1 orang katim, serta 13 assosiate nurse (AN). Dari 13
orang tenaga perawat yang ada, dalam pelaksaannnya dibagi 1 tim dan
dibagi 3 shift jaga yaitu :
 Shift pagi : 07.00-14.00 ( 4 orang )
 Shift sore : 14.00-21.00 ( 3 orang )
 Shift malam : 21.00-07.00 ( 3 orang )
 Libur Lepas Malam : 1 orang

Dalam daftar dinas Ruang PICU terbagi menjadi 1 tim d an 2 PJ


shift. Tim 1 terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 3 orang,
selanjutnya shift terdiri dari 1 PJ shift dan 2 perawat pelaksana. Jumlah
tempat tidur diruangan PICU berjumlah 8 tempat tidur. Pendekatan
dalam perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang PICU adalah
sebagai berikut :

1) Menurut Depkes RI
a. Kajian teori
Pedoman cara penghitungan tenaga keperawatan menurut
Direktorat Pelayanan Keperawatan Dirjen Yan-med depkes RI
(2005) adalah dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada
masing masing rumah sakit. Secara garis besar terdapat
pengelompokan unit kerja sebagai berikut : rawat inap dewasa,
anak/perinatal, intensiv, kamar bersalin, kamar operasi. Model
dalam pendekatan perhitungan perhitungan perawat dapat di
klasifikasikan dari : rata rata jumlah klien/hari, jam perawatan yang
diperlukan/hari/klien, jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari,
jam kerja efektif setiap hari.

11
Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan rumus ini
berdasarkan pengkajian pada tanggal 13-16 April 2021 adalah
sebagai berikut :
Jumlah perawatan/hari = jumlah klien x rata-rata perawatan

Kebutuhan tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat
b. Kajian data
Jumlah perawatan/hari = jumlah klien x rata-rata perawatan
=2x6
= 12 jam

Kebutuhan tenaga = jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat
= 12 : 7
= 1,7
= 2 orang
Loss day = ( jumlah hari minggu dalam 3 bulan +cuti + hari besar) x keb.tenaga kerja
Jumlah hari kerja efektif/bulan
= 12 + 2+2 x 2
25
= 18/25
= 4,56 hari jadi 5 hari
Non nursing job = jumlah tenaga keperawatan + lossday x 25
100
= (15 + 5) x 25 = 20 x 25
100 100
=5
Faktor koreksi = loss day + non nursing job
=5+5
= 10

12
Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi ( lossday +
non job nursing)`
= 2+ 5
= 7 orang jadi 7 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan diruang PICU adalah 7 orang.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang PICU analisa
jumlah tenaga kerja diruangan didapatkan hasil seperti tabel 2.1 dibawah
ini :
Tabel 2.1
Analisa jumlah tenaga kerja di Ruang PICU
periode 13-16 April 2021
Rumus Jumlah tenaga yang Jumlah tenaga Keterangan
penyediaan dibutuhkan/hari yang ada saat
tenaga kerja ini
Depkes RI 7 15 Kurang 8
Sumber : observasi mahasiswa profesi IKEST MP 2021
Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan tenaga perawat yang telah dilakukan
dengan menggunakan formula Depkes RI menunjukan bahwa jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 17 orang sedangkan jumlah perawat
yang bertugas diruang PICU berjumlah 13 orang dalam sehari. Jadi dari hasil
perhitungan dan kenyataan dalam ruangan dikatakan kurang.
2) Berdasarkan rumus loka karya Gillies
a. Kajian teori
Metode perhitungan gillies menjelaskan rumus tenaga keperawatan
berdasarkan jam efektif 24 jam sensus harian BOR X TT dan jumlah hari
libur. Jumlah tenaga perawat untuk ruang PICU dengan jumlah tempat tidur
adalah 8 TT dapat dihitung dengan BOR rata-rata dari 3 bulan terakhir adalah
sebagai berikut : Jumlah tenaga perawat untuk ruang PICU dengan jumlah
tempat tidur adalah 8 TT dapat dihitung dengan BOR rata-rata 56%.

Perhitungan tenaga perawat = A X B X 92 ___


(92-c) x Jam kerja/hari

13
Ket :
A: ( jam efektif /24 jam ) = 7 jam
B: sensus harian BOR X TT
C: jumlah hari libur

b. kajian data
Perhitungan tenaga perawat = A X B X 92
(92-c) x Jam kerja/hari
= 7 x 1125 x 92
(92-15) x 7
= 12261/ 539 = 22.7= 23
Untuk mengetahui jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi
dengan hari libur/cuti/hari besar ( lossday )
Loss day =
( jumlah hari minggu dalam 3 bulan +cuti + hari besar) x keb.tenaga kerja
Jumlah hari kerja efektif/bulan
= 12 + 3+2 x 8
25
= 136/25
= 5,4
= 5 hari

Non nursing job = jumlah tenaga keperawatan + lossday x 25


100
= (13 + 5) x 25 = 18 x 25
100 100
= 4,5
Faktor koreksi = loss day + non nursing job
= 5 + 4,5
= 9,5
Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi ( lossday +
non job nursing)

14
= 23 + 9,5
=32 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan diruang PICUadalah 32 orang.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang PICUanalisa
jumlah tenaga kerja diruangan didapatkan hasil seperti tabel 2.2 dibawah ini :

Tabel 2.2
Analisa Jumlah Tenaga Kerja Diruang Penyakit Dalam Periode 02 - 04 April 2020
Rumus Jumlah tenaga Jumlah tenaga Keterangan
penyedian yang yang ada saat
tenaga kerja dibutuhkan/hari ini

Gillies 32 orang 13 orang Kurang 19

Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners IKEST MP 2021


Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan tenaga perawat yang telah dilakukan
dengan menggunakan formula gillies menunjukan bahwa jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam sehari sebanyak 32 orang sedangkan jumlah perawat
yang bertugas diruangan 13 orang dalam sehari, jadi dari hasil perhitungan
dan kenyataan terdapat kekurangan sebanyak 19 orang.

3) Berdasarkan Perhitungan Douglas


a) Kajian teori
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas adalah dengan
melihat ketergantungan klien pada perawat maka dapat di klisifikasikan
dalam 3 kelompok, yaitu kategori satu (safe care/ perawatan mandiri) yaitu
kegiatan sehari-hari dapat dilakukan secara mandiri, penampilan secara
umum baik, tidak ada reaksi emosional, klien memerlukan orientasi waktu,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana. Kategori II
(intermediate care/ perawatan sedang) kegiatan kebutuhan sehari-hari di
bantu, penampilan klien sakit sedang. Kategori III (intesive care/ perawatan

15
total) kebutuhan sehari hari tidak dapat dilaksanakan sendiri, semua dibantu
oleh perawat dan keluarga.

Tabel 2.3
Rumus kebutuhan tenaga perawat berdasarkan teori Douglas
Klasifikasi Shift Dinas Total
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x p 0,14 x p 0,70 x p
Parsial 0,27 x p 0,59 x p 0,10 x p
Total 0,36 x p 0,30 x p 0,20 x p
Jumlah
Keterangan :
P = jumlah pasien
b) Kajian data
Berdasarkan tingkat ketergantungan adalah sebagai berikut,
berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diruang PICU analisa
jumlah tenaga kerja diruangan didapatkan hasil seperti tabel 2.4 :
Tabel 2.4
Kebutuhan tenaga ruangan berdasarkan klasifikasi derajat ketergantungan
pasien periode 13-16 April 2021
Tanggal Pasien Ketergantungan
Minimal Partial Total
14 April 2021 orang 11 3 0
15 April 2021 orang 10 3 0
16 April 2021 orang 10 3 0
Total orang 31 9 0
Rata-Rata 13,3 10 3 0
Sumber : observasi mahasiswa profesi IKEST MP 2021

Analisis
Dari data tabel 2.4 didapatkan hasil bahwa rata-rata pasien yang
memerlukan bantuan minimal yaitu sebanyak 10 orang, yang memerlukan
bantuan partial yaitu sebanyak 3 orang dan yang memerlukan bantuan total
sebanyak 0 orang.

16
Berdasarkan data observasi yang dilakukan selama 3 hari dari 04 s/d 06
April 2021 perhitungan tenaga perawat diruang PICUdapat dilihat tabel 2.5
sebagai berikut :
Tabel 2.5
Perhitungan tenaga perawat menurut douglas
di ruang PICU Periode 13-16 April 2021
Klasifikasi Shift Dinas Total
Pagi Siang Malam
Minimal 0,17 x 10 = 0,14 x 10 = 0,70 x 10= 7 10.1
1.7 1.4
Parsial 0,27 x 3 = 0,59 x 3 = 0,10 x 3 = 0.3 2.88
0.81 1.77
Total 0,36 x 0 = 0 0,30 x 0= 0 0,20 x 0= 0 0
Jumlah 2,51 3,17 7,3 13
Sumber : observasi mahasiswa profesi IKEST MP 2021

Jumlah perawat pagi yang dibutuhkan adalah 3 orang


Jumlah perawat siang yang dibutuhkan 3 orang
Jumlah perawat malam yang dibutuhkan 7 orang
Total perawat yang dibutuhkan dari 3 shift adalah 13 orang

Analisis
Menurut perhitungan douglas yang dibutuhkan sesuai dengan
ketergantungan pasien, tenaga perawat yang dibutuhkan oleh ruangan
PICU adalah 13 orang berdasarkan 3 perhitungan tenaga perawat diatas
dapat dilihat pada tabel 2.6 dibawah ini :

Tabel 2.6
Perhitungan tenaga perawat di Ruang PICU
periode 13-16 April 2021
Rumus Jumlah Jumlah tenaga Keterangan
perawat di perawat yang di
ruangan butuhkan
Depkes RI 13 17 Kurang 4
Gillies 13 32 Kurang 19

17
Douglas 13 13 Cukup
Sumber : observasi mahasiswa profesi IKEST MP 2021
Analisis
Dari tiga perhitungan jumlah tenaga perawat diatas yang paling tepat
digunakan diruangan PICU adalah perhitungan menurut Douglas. Karena,
menurut observasi yang dilakukan dari tanggal 04-06 April 2021 jumlah
tenaga perawat diruangan sudah mencukupi kebutuhan pasien yang ada.

4) Jumlah Perawat menurut Status Pegawai


Tabel 2.7
Distribusi frekuensi jumlah perawat menurut status kepegawaian di
Ruangan PICU Periode 13-16 April 2021
No Status Kepegawaian April %
2021
1 Tetap 11 84,6%
2 Kontrak 2 15,4%
Jumlah 13 100 %
Sumber : observasi mahasiswa profesi IKEST MP 2021
Analisis
Dari data tabel 2.7 diperoleh bahwa status kepegawaian perawat
diruang PICU sebanyak 15 orang ( 84,6%) yang berstatus Pegawai Tetap,
sebanyak 2 orang ( 15,4%) yang berstatus Pegawai Kontrak.

5) Jumlah perawat menurut jenjang pendidikan


Tabel 2.8
Perawat menurut jenjang pendidikan di Ruang PICU
periode 13-16 April 2021

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 D III Keperawatan 13 86,6%
2 SI Keperawatan 1 6,7%
3 Profesi Ners 1 6,7%
Jumlah 15 100
Sumber : observasi mahasiswa profesi IKEST MP 2021
Analisis

18
Dari tabel 2.8 didapatkan hasil bahwa jenjang pendidikan di ruang
PICU yaitu 1 ( 6,7 %) perawat bependidikan S-1 Keperawatan, DIII
keperawatan sebanyak 13 (86,6 %) dan profesi ners sebanyak 1 (6,7%).
Sehingga perawat di ruang PICU mayoritas berpendidikan DIII
keperawatan.
6) Jumlah perawat berdasarkan tingkat usia
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan data
staff karyawan diruang PICUdapat dilihat tabel 2.9.
Tabel 2.9
Distribusi jumlah perawat menurut tingkat usia
periode 13-16 April 2021
No Tingkat Usia April 2021 %
1 ≥30 5 38,5%
2 ≤30 8 61,5%
Jumlah 13 100%

Analisis
Berdasarkan tingkat usia perawat diruang PICU, yang berusia dibawah
30 tahun sebanyak 8 (61,5%) orang dan perawat berusia diatas 30 tahun
sebanyak 5 (38,4%) orang.
7) Jumlah perawat berdasarkan masa kerja di RS
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakuakn didapatkan data staff
karyawan diruang PICU dapat dilihat pada tabel 2.10 dibawah ini
Tabel 2.10
Distrubusi jumlah perawat berdasarkan masa kerja
13-16 April 2021

No Masa Kerja Jumlah %


1 > 5 tahun - -
2 < 5 tahun 15 100%
Jumlah 15 100

Analisis
Berdasarkan hasil dari masa kerja diruang PICU dengan menggunakan
pengisian angket yang bekerja lebih dari 5 tahun sebanyak 0 orang ( 0 %) yang
bekerja kurang dari 5 tahun sebanyak 15 orang (100%).

19
b. Kualitas tenaga keperawatan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan data staff karyawan
diruang PICU dapat dilihat tabel dibawah ini :

20
Tabel 2.11
Pelatihan perawat diruang PICU
periode 13-16 April 2021
N= 15
No Nama Jabatan Pendidikan Pelatihan Seminar

1 Winda Wahyuni Kepala Ruangan S1 Keperawatan - Pelatihan Dasar


ICU
2 Dewi Safitrianti Katim DIII Keperawatan Kemoterapi Dasar
3 Fitri aprianti Associate Nurse Ners BTCLS DN PPGD -
Angela Putri Associate Nurse DIII Keperawatan BTCLS
(AN)
R. Rembulan Eka Yulien Associate Nurse (AN) DIII Keperawatan BTCLS
Afrida Pratiwi Associate Nurse (AN) DIII Keperawatan BTCLS -

Listia annisa putri Associate Nurse (AN) DIII Keperawatan BTCLS

Santi Herliza Associate Nurse (AN) DIII Keperawatan BTCLS


Febriani Cahya Associate Nurse (AN) DIII Keperawatan BTCLS
Diana Puspita Associate Nurse DIII Keperawatan BTCLS
Ferina Indah Permata Associate Nurse DIII Keperawatan BTCLS
Urista Wulandari Associate nurse DIII Keperawatan BTCLS
Netti Sartika Associate Nurse DIII Keperawatan BTCLS

21
Frita amnesia ammalah Associate Nurse DIII Keperawatan BTCLS
Siti Zulaikah Associate Nurse DIII Keperawatan BTCLS
Analisis
Berdasarkan tabel diatas rata-rata perawat di ruang PICU sudah pernah mengikuti beberapa pelatihan. Pelatihan dan seminar yang
telah dilakukan tidak lain untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, dimana semakin banyak pelatihan yang
diikuti maka akan semakin banyak ilmu yang didapatkan sehingga bisa berbagi dengan perawat lain sebagai pembelajaran dan
meningkatkan kualitas karena kualitas seseorang tidak hanya dilihat dari data pendidikannya saja.

22
2. Money
1) Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan
asli daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari
wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu
kegiatan dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang
harus diperbaiiki agar dapat memberikan data dan informasi yang
mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan
rumah sakit.
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian RSUD Siti Fatimah Sumatera
Selatan merupakan rumah pemerintah, yang pembiayaannya
bersumber dari BPJS dan pasien umum.

3. Material
1) Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan
spesifikasi) serta pengelolaannya dalam upaya mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas (Depkes, 2011).
2) Kajian Data
a) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan
jumlah, jenis, dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun
yang memadai untuk mencapai pelayanan keperawatan.

12
Tabel 2.12
Standar Alat Tenun di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Sprei 1:5
2 Taplak meja 1:3
3 Handuk kecil 1:3
4 Sarung bantal 1:6
5 Baju pasien 1:5
6 Perlak 1:5
7 Celana 1:5
Sumber: Depkes, 2012

b) Alat Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi
jumlah, jenis dan spesifikasi menjamin tersedianya alat
keperawatan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan :

Tabel 2.13
Standar Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien alat
1 Stetoskop 2/Ruangan
2 Tensi Meter 2/Ruangan
3 Bak Instrumen Besar 2/Ruangan
4 Bak Instrumen Kecil 2/Ruangan
5 Bengkok 2/Ruangan
6 Standar Infus 1:2
7 Korentang 2/Ruangan
8 Gunting Perban 2/Ruangan
Sumber: Depkes, 2011

c) Alat rumah tangga


Penetapan kebutuhan alat rumah tangga baik dari segi
jumlah, jenis, spesifikasi menjamin tersedianya alat rumah tangga
yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

13
Tabel 2.14
Tabel Standar Alat Rumah Tangga
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Nampan 1-3/ruangan
2 Plato/piring makan 1:1
3 Piring snack 1:1
4 Gelas 1:2
5 Tatakan dan tutup gelas 1:2
6 Sendok 1:2
7 Garpu 1:2
8 Kran air 1:1
9 Baki 5/ruangan
10 Tempat sampah pasien 1:1
11 Senter 2/ruangan
Sumber :Depkes, 2011

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 13-16 April 2021
didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2.15
Inventaris dan Non Inventaris Di Ruang PICU

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Sterilisator 1 Baik
2 Suction 2 Baik
3 Kursi roda 1 Baik
4 Torniquet 1 Baik

14
5 Tensi meter 3 Baik
6 Manometer O2 5 Baik
7 Stetoskop dewasa 2 Baik
8 Stetoskop anak 1 Baik
9 Pinset anatomis 10 Baik
10 Pinset sirurgis 10 Baik
11 Gunting verban 1 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
13 Tong spatel 3 Baik
14 Bak instrumen 2 Baik
15 Kom kecil 10 Baik
16 Kom besar 1 Baik
17 Gunting jaringan 2 Baik
18 Tromol kasa besar 1 Baik
19 Tromol kasa kecil 1 Baik
20 Pot urinal 14 Baik
21 Pispot 10 Baik
22 Standar infus 34 Baik
23 Termometer raksa 1 Baik
24 Termometer digital 1 Baik
25 Brancar 1 Baik
26 Timbangan 1 Baik
27 Bak spuit kecil 1 Baik
28 Dorongan instumen 1 Baik
29 Tensi duduk 1 Baik
30 WWZ 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
32 Gunting heakting 3 Baik
33 Nebu 1 Baik
34 Korentang 2 Baik

Dari hasil observasi yang dilakukan alat medis diruang PICU,


hampir semua peralatan medis tersedia dengan kondisi baik.Semua
fasilitas yang tersedia terkait inventaris alat kesehatan atau medis
sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan sehingga
tidak ada kekurangan jumlah saat digunakan.

Tabel 2.16
Inventaris Linen Bersih Di Ruang PICU

No Nama Barang Jumlah Kondisi

15
1 Sprai 192 Baik
2 Stik laken 36 Baik
3 Perlak 11 Baik
4 Sarung bantal 20 Baik
5 Kasur 38 Baik
6 Kain skern 2 Baik
7 Bantal 38 Baik

Hasil observasi yang dilakukan, didapatkan hasil semua


peralatan linen dalam kondisi baik dan penggunaanya pun sesuai
dengan fungsi dan kegunaannya. Semua fasilitas yang tersedia sudah
mencukupi kebutuhan sehari-hari yang digunakan sehingga tidak ada
kekurangan jumlah saat digunakan, namun tidak menutup
kemungkinan jika barang rusak atau tidak layak pakai akan ditarik
dari pemakainya. Berarti dengan kesimpulan, alat tenun diruang PICU
sesuai standar.
a. Machine
1) Kajian Data
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim
atau mengubah energy untuk melakukan membantu pelaksanaan
tugas manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai
pelatuk, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah
keluaran yang melakukan tugas yang telah di setel, machine atau
mesin digunakan untuk member kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

2) Kajian Data
Tabel 2.17
Inventaris Mesin Yang Ada Di Ruang PICU
No NamaAlat Jumlah Spesifikas Kondisi
i
1 Mesin EKG 1 Btl Baik
2 Mesin Suction 1 Trade Mark Baik
3 Komputer 1 LG Baik
4 Printer 1 Epson Baik
5 Kulkas 1 Shrap Baik

16
6 Kipas Angin 9 LG Baik
7 AC 7 Panasonic Baik
8 AC 3 Sharp TidakBerfungsi
Sumber : Data Inventaris Ruang PICU

Analisa
Berdasarkan table diatas invertaris mesin banyak dalam
kondisi baik dan dapat berfungsi baik. Tapi ada satu AC yang
sedang rusak. Sebaiknya AC diperbaiki dengan segera agar tidak
menganggu kenyamanan.

4. Method
1) Standar Asuhan Keperawatan
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu
tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang
diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur
atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding. Sedangkan
menurut Schroeder (2007) standar adalah nilai atau acuan yang
menentukan level praktek terhadap staf atau suatu kondisi pada
pasien atau sistem yang telah ditetapkan untuk dapat diterima
sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan
keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh
proses keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang
dilakukan oleh perawat dalam memberikan perawatan dan
membentuk dasar pengambilan keputusan klinik (Retnariska,
2012).
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai
pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan

17
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan,
data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi kumpulan
data yang harus menggunakan format yang baku, sistematis,
diisisesuai item yang tersedia, aktualdan valid.
b) Standar II diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
kehidupan pasien, dan diagnose keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien dan menilai hasil
dari setiap tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
f) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau

18
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
PICU mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan
dan SOP ( Standar Operasional Prosedur). Prosedur tetap
keperawatan di Ruangan mengacu pada prosedur tetap yang
diterbitkan oleh RSUD Siti Fatimah. Standar ini diperlukan untuk
menentukan mutu pelayanan, bagaimana kegiatan-kegiatan akan
dikerjakan dan seberapa baik kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.

2) Standar Operasional Prosedur


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang
rawat inap PICU, mempunyai standar operasional prosedur, seperti
SOP Timbang Terima Antar Shift, Komunikasi Terapeutik.

A. PROSES
1. Proses Pelayanan Keperawatan Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (Instrumen A)
b. Kajian Teori
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara
tersirat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang
mencakup sub sistem pelayanan kesehatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat (Depkes RI, 2009).
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan,
dimana selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad

19
21 ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan
kependudukan dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih
berpendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan
semakin kritis terhadap berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk
mengatasi perubahan tersebut maka sistem pelayanan keperawatan
harus dituntut profesional (Kuntoro, 2010).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model
Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet
(PA) serta tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional
adalah kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang
rawat di rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian
asuhan keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan
perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional
bagi pasien. SP2KP ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik
dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur seara professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional
bersifat humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat
(Nursalam, 2011).

1) Kepala ruangan

20
Menurut Terry (2013) manajer adalah orang yang
melakukan kegiatan manajemen.Manajer dalam manajemen
keperawatan terdapat beberapa tingkat dimana kepala ruangan
merupakan firstline manajer dikatakan sebagai manajer operasional
yang merupakan pemimpin langsung mengelola sumber daya di
unit perawatan menghasilkan pelayanan yang bermutu dan penting
dalam keberhasilan layanan pasien Soejitno (2005, dalam verawati,
2014).
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan
profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat
(Depkes, 1994 dalam Hutahaen, 2009).
Bagi perawat diruang rawat inap, kepala ruangan adalah
pemimpin yang dapat menggerakkan perawatnya untuk dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik (Mulyono, 2013).
Peranan kepala ruangan sangat penting dalam menentukan
kualitas pelayanan keperawatan di ruangan.Salah satu peran
manajer ruangan dalam menjalankan tugas dan wewenangnya pada
manajemen pelayanan keperawatan adalah fungsi pengarahan.
Pengarahan atau koordinasi merupakan fungsi manajerial untuk
mengarahkan staf dalam melaksanakan tugas yang telah
direncanakan meliputi kegiatan menciptakan suasana yang
memotivasi, membina komunikasi organisasi, menangani konflik,
memfasilitasi kolaborasi, pendelegasian, dan supervisi (Marquis &
Huston, 2010).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan
baik maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan kemampuan profesional dalam mengatur
terlaksananya pelayanan perawatan dimana manajer atau kepala
ruangan mengatur dan merencanakan manajemen ruangan untuk
pengelolaan pasien yang pada umumnya berhubungan dengan
pelaksanaan fungsi manajemen Arwani & Supriyatno (2006).

21
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari
kepala ruang juga meliputikomponen-komponen yang sama yaitu
planning, organizing, actuating dan contolingterhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey dalam Nursalam, 2009).
Tugas pokok kepala ruangan adalah mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya. Adapun fungsi
manajemen keperawatan kepala ruangan adalah:
a) Perencanaan (Planning)
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi danpersiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukanterhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatanmembimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatandan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah sertamemberikan
informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
8) Membantumengembangkan niat pendidikan dan latihan diri

22
9) Membantu membimbing peserta didikkeperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit

b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan
di ruang rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan/peraturan yang berlaku (bulanan, mingguan,
harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga
keperawatan satu atau tenaga lain yang bekerja di ruang
rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga
perawatan untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai
standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara
bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat,
dan bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan
agar selalu dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris
peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarganya meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata
tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya

23
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non
injeksi, untuk memudah pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat
untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi
selama pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap
pasien/keluarga dalam batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan
terlindungi serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakukan secara tepat dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang
rawat inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala
instansi, dan kepala UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik
antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi
ketenangan.

c) Pergerakan (Actuating)
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan perawat primer mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan

24
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang
ada saat ini.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatandilaksanakan(didokumentasikan),
mendengar laporan dari perawat primer.

d) Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)
bagi pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang
berada di bawah tanggung jawabnya untuk berbagai
kepentingan (naik pangkat/golongan, melanjutkan sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat–obatan secara efektif dan efisien,
mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain
di ruang rawat.

2) Perawat Primer
Perawat primer adalah metode pemberian asuhan
keperawatan dilakukan oleh perawat primer yang
bertanggungjawab selama 24 jam terus menerus terhadap beberapa
pasien, selama pasien dirawat dampai pasien pulang. Ketika
perawat primer tidak hadir, perawat asosiate melaksanakan asuhan
sesuai rencana (Gilies, 2009).
Karakteristik Perawat Primer

25
a) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan
sampai pemulangan.
b) Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan
pasien dan profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana
perawatan, semua ini ada ditangan perawat primer.
c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh
perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan
penyelia.
Keuntungan Keperawatan Primer
a) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab, dan tanggung gugat.
b) Menjamin kontinuitas perawatan sesuai perawat primer
memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
c) Membuat ketersediaan peningkatan pengetahuan psikososial
pasien dan kebutuhan fisik, karena perawat primer melakukan
pengkajian riwayat dan fisik, mengembangkan rencana
perawatan, dan melaksanakannya sebagai kesatuan antara
pasien dan pekerja kesehatan lain.
d) Meningkatkan pelaporan dan kepercayaan antara perawat dan
pasien yang akan memungkinkan pembentukan hubungan
terapeutik.
e) Memperbaiki komunikasi informasi pada dokter.
f) Menghilangkan pembantu perawat dari administrasi perawatan
pasien langsung.
g) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional: untuk menghadapi masalah staf dan
penugasan dan memotivasi serta mendukung staf
Kerugian Keperawatan Primer

26
Keperawatan primer dikatakan memerlukan seluruh staf
menjadi RN, yang meningkatkan pengaturan staf dan biaya.
Sebagai contoh, uang dihemat bila tugas bukan keperawatan
dilakukan oleh kategori personel lain dan tidak diambil alih
oleh RN.
Kelebihan Keperawatan Primer
a) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b) Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan pertanggungjawaban yang jelas.
c) Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.
f) Lebih mencerminkan.
g) Menurunkan dana perawatan
Kekurangan Keperawatan Primer
a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
b) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
c) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehtan maupun kedokteran.
d) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan

3) Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana adalah seorang perawat yang diberi
wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan perawatan
langsung pada klien. Uraian tugas perawat pelaksana adalah
sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih sayang:
1. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah klien

27
2. Melaksanakan tindakan keprawatan sesuai dengan rencana
3. Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan
4. Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon klien pada catatan perawatan
b) Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab:
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan dioperasi
4) Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien
5) Memelihara klien dan lingkungan
6) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman,nyaman dan ketenangan
7) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
c) Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
d) Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya
e) Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
f) Membantu kepala rungan dalam penatalaksanaan ruangan
secara administrative
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian atau formulir
3) Rujukanharian atau formulir
g) Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan
menurut fungsinya supaya siap pakai
h) Menciptakan dan memelihara kebersihan, keaamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
i) Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas

28
j) Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
k) Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara
lisan maupun tulisan
l) Membuat laporan harian klien

4) Meeting Morning
a) Pengertian
Suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum
dimulainya operan tugas jaga antara shift malam ke shift pagi.
b) Tujuan
Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi) Kebijakan :
1) Dilakukan disemua ruang rawat inap/instalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai
dalam memberikan askep yang optimal dan tepat
2) Dilakukan tiap pagi hari sebelum operan jaga. Waktu
pelaksana kurang lebih 15 menit
3) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
pramusaji, tenaga, administrasi ruang dan house keeping
c) Prosedur
1. Persiapan
1) Karu mempersiapkan materi dan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruang tersebut
2) Karu menyiapkan tempat untuk melakukan morning
meeting
3) Mempersiapkan salah satu staf untuk menjadi notulen
4) Morning meeting diikuti oleh seluruh staf yang jaga
pagi dan malam
2. Pelaksanaan
1) Karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan
doa bersama

29
2) Spiritual corner (membacabassmallah dan Quran)
3) Melakukan repetitive magic power (budaya kerja dan
keyakinan dasar) dibacakan oleh salah satu peserta
ditirukan oleh semua peserta meeting morning
4) Karu memberikan informasi dan arahan kepada staf
dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
5) Karu melakukan klasrifikasi apa yang telah
disampaikan kepada staf
6) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan
7) Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah
yang dapat di tempuh
8) Karu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
3. Penutup
a) Karu menutup meeting morning
b) Karu dan peserta meeting morning menandatangani
notulensi
c) Meeting morning dilanjutkan dengan operan jaga

Indikator SP2KP indikator pelayanan manajerial pelayanan


keperawatan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pelayanan
keperawatan 2013 RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan
kepmenkes Nomor 836 tahun 2005 dan modul pelatihan SP2KP
meliputi Pre-onferene dan Post-onferene.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 13-16
April 2021 didapatkan hasil sebagai berikut :

30
Tabel 2.18
Presentase Proses Pelaksanaan Meeting Morning
Di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 5
No Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
1 Karu menyiapkan tempat untuk melakukan
4 4
meeting morning.
2 Karu membuka meeting morning dilanjutkan
8 0
dengan doa bersama
3 Karu memberikan informasi dan arahan kepada
staff serta melakukan klarifikasi apa yang telah 8 0
disampaikan kepada staff.
4 Memberikan kesempatan staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul di 8 0
ruangan.
5 Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
6 2
masalah yang dapat tempuh
6 Karu memberi motivasi dan reinforcement
5 3
kepada staff
7 Karu menutup meeting morning 0 8
8 Karu dan peserta meeting morning
menandatangani notulen, Selanjutnya 0 8
dilanjutkan dengan operan jaga.
Jumlah 39 27
Persentase 60 % 40 %
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners IkesT MP 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat inap
PICU selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan meeting morning di
ruangan rawat inap PICU sudah ada beberapa point variabel yang dinilai
telah terlaksanakan seperti: karu menyiapakan tempat untuk melakukan
meeting morning, karu membuka meeting morning dilanjutkan dengan doa

31
bersama, karu memberikan informasi dan arahan kepada staff serta
melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff,
memberikan kesempatan staff untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan, bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan
masalah yang dapat di tempuh, karu memberi motivasi dan reinforcement
kepada staff. Sehingga didapatkan hasil berdasarkan penilaian dalam
pelaksanaan kegiatan meeting morning diruang PICU sebesar 60%
dikategorikan cukup.

5) Pre conference
Pre conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim
setelah membaca laporan shift sebelumnya untuk menyusun
rencana kegiatan askep shift lanjutannya. Pre-conferene dilakukan
untuk memperjelas rencana yang akan dilakukan dan pembagian
tugas tim keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan yang
diberikan lebih optimal, efesien dan efektif
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka pre conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
d) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
e) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim

32
f) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil pre conference
g) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya

Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses


pelaksaan pre conferencedi PICUdapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 2.19
Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference
diRuang PICU Pada Tanggal 13-16 April 2021
N=5
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
Persiapan
1 PJ menyiapkan ruangan 3 1
2 PJ menyiapkan rekam medic dan buku laporan 3 1
shift pasien dalam tanggung jawabnya
Pelaksanaan
1 PJ membuka pre conference dengan salam dan 4 0
berdoa jika belum dilakukan.
2 PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre 0 4
conference
3 PJ memandu pelaksanaan pre conference 4 0
4 PJ menjelaskan masalah keperawatan pasien, 3 1
keperawatan dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya
5 PJ membagi tugas kepada anggota Tim dengan 2 2
memperhatikan keseimbangan kerja
6 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan 3 1
asuhan pasien/tindakan
7 PJ memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 2 2
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
8 PJ mengklarifikasi kesiapan anggota Tim untuk 3 1
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
9 PJ memberikan reinforcement positif pada
2
anggota Tim 2

33
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
10 PJ menyimpulkan hasil pre conference 3 1
Penutup
11 PJ mengakhiri pre conference 4 0
12 PJ mendokumentasikan pre conference 4 0
Jumlah 37 16
Jumlah Persentase 66% 34%
Presentase 100%
Sumber : observasi mahasiswa profesi Ners IkesT MP 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan rawat inap
PICU selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa
panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan
preconference di ruangan rawat inap PICU sudah ada beberapa point
variabel yang dinilai telah terlaksanakan kecuali seperti: PJ
menyiapkan rekam medic dan buku laporan shift pasien pasien dalam
tanggung, PJ menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference.
Didapatkan hasil penilaian kepala tim pada saat preconference sebesar
66%dan termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini menyatakan
bahwa kepala tim diruangan PICU sudah baik dalam kegiatan pre
confrence.

6) PostConference
Post conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota
tim pada akhir shift atau telah melakukan askep atau mencatat
dibuku laporan untuk disampaikan pada operan shift berikutnya.
Post-conferene dilakukan untuk memperjelas hasil askep yang
dilakukan da evaluasi dari tindakan tugas tim keperawatan
sehingga pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan lebih
optimal, efisien dan efektif.
1. Persiapan
a) Ketua tim menyiapkan ruangan

34
b) Ketua tim menyiapkan rekam medik dan buku laporan shift
pasien dalam tanggung jawabnya
2. Pelaksanaan
a) Ketua tim/PJ membuaka post conference
b) Ketua Tim/PJ menjelaskan tujuan dilakukannya post
conference
c) Anggota Tim menjelaskan tentang hasil tindakan/ hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
d) Ketua Tim/PJ menjelaskan tentang hasil tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan
e) Ketua Tim/PJ mendiskusikan dengan anggota tentang
masalah yang ditemukan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dan mencari upaya penyelesaian
masalah
f) Ketua Tim/PJ memberikan reinforcement positif pada
nggota tim
g) Ketua Tim/PJ menyimpulkan hasil post conference
h) Ketua Tim/PJ mengklarifikasi informasi pasien sebelum
melakukan tindakan operan tugas jaga shift berikutnya
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan post conference di Ruang PICUdapat dilihat tabel di
bawah ini

Tabel 2.20
Presentase Proses Pelaksanaan Post Conference Di Ruang PICU
Pada Tanggal 13-16 April 2021
N=5
Observasi
No Aktivitas
Ya Tidak
A. Persiapan
1. PJ menyiapkan ruangan post conference 3 1
2. PJ menyiapkan rekam medic pasien 3 1
dalam tanggungjawabnya
B. Pelaksanaan

35
1. PJ membuka post conference 3 1
2. PJ menjelaskan tujuan dilaksanakannya 0 4
post conference
3. Anggota Tim menjelaskan tentang hasil 3 1
tindakan/ hasil asuhan keperawatan yang
telah dilakukan.
4. Mendiskusikan masalah yang telah 3 1
ditemukan dalam memberikan ASKEP
pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
5. PJ memberi reinforcement pada Anggota 3 1
Tim
6. PJ menyimpulkan hasil post conference 3
7. PJ mengklarifikasi informasi pasien 3 1
sebelum melakukan operan jaga shift
jaga berikutnya
C. Penutup
11 Mengakhiri post conference dengan doa 3 1
12. Mendokumentasikan post conference 3 1
Jumlah 30 14

Jumlah presentase% 68% 32%

Persentase 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners IKesT MP 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan PICU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan postconference di
ruangan rawat inap PICU sudah ada beberapa point variabel yang
dinilai telah terlaksanakan kecuali seperti: PJ menjelaskan tujuan
dilaksanakannya postconference. Didapatkan hasil penilaian kepala
tim pada saat postconference sebesar 68% dan termasuk dalam
kategori sangat baik, hal ini menyatakan bahwa kepala tim diruangan
PICU sudah baik dalam kegiatan postconfrence.

36
7) Handover
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggungjawab utamadan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang
akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau
handover. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2011). Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat
itu.Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa
operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
1. Tujuan Timbang Terima ( Handover)
Ada beberapa tujuan kenapa timbang terima itu dilakukan
yaitu:
a) Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data
fokus).

37
b) Menyampaikan hal yang sudah /belum dikerjakan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien.
c) Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh perawat dinas berikutnya
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
(Urrahman, 2009).
2. Manfaat Timbang Terima ( Handover)
Menurut Friesen (2008), manfaat Timbang Terima ( Handover)
bagi perawat adalah:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
dilaksanakan secara berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.
Sedangkan bagi pasien, manfaat yang didapat pasien
bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap. Pasien merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan karena setiap perkembangan yang terjadi maupun
tindakan yang akan dilakukan diinformasikan dengan jelas
kepada pasien/keluarga (Notoadmojo, 2005).
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan handoverdi Ruang PICUdapat dilihat tabel di bawah
ini.
Tabel 2.21
Presentase Proses Pelaksanaan Handover
Di Ruang PICU Pada Tanggal 13-16 April 2021
N=8

38
Orientasi
No Variabel Ya Tid
ak

Tahap Persiapan
1. Menyiapkan rekam medis pasien 8

2. Laporan/pencatatan tentang pasien 8


kritis

3 Permintaan tindakan pasien cito 8

Tahap Pelaksanaan
4 Melakukan doa bersama 8

5. Melaporkan

1) jumlah pasien berdasarkan tingkat 8


ketergantungan
a. Minimal care
b. Parsial care
c. Total care
2) Nama pasien kritis (total) beserta 8
diagnosa,intervensi,implementasi,
dan evaluasi
3) Perintah tindakan pasien cito 8
6. PJ shift yang selesai bertugas memberi 8
wewenang secara tertulis tentang
subjektif, Objektif, analisis dan
Planning (SOAP) pasien kritis (Total
Care)

7. PJ Shift yang akan bertugas menerima 8


semua laporan dan kedua PJ shift
menandatangani laporan di dalam buku
registrasi

8 Kedua PJ shift dan anggotanya 8


bersama sama mengunjungi pasien

39
Orientasi
No Variabel Ya Tid
ak

9 Mencuci tangan handrub sebelum 2 6


kontak dengan pasien

10. Mengucapkan salam kepada pasien 2 6


dan keluarga

11. Perawat yang akan bertugas


1). Memperkenalkan diri kepada
pasien, menyebutkan nama panggilan
dan memastikan dia yang akan 6
2
merawat
2) membawa buku catatan pasien
kritis, pasien nyeri berat, pasien risiko 6
2
jatuh
3) Memberikan kesempatan pasien
dan keluarga untuk bertanya

12. Berpamitan kepada pasien 2 6

13. Mengucapkan “Assalamu’alaikum” 2 6

14. Mencuci tangan dengan Hand rub 3 5

15. PJ shift yang akan bertugas bersama 11


anggotanya menelaah rekam medis

16. Edukasi tentang


1) Bantuan Hidup Dasar 11
0
2) Sasaran Keselamatan Pasien 11
3) Hand HygienJalur Evakuasi 11
0
4) SPO 11
0
0
17. Penyampaian Informasi dan masalah 3 8

40
Orientasi
No Variabel Ya Tid
ak

yang terjadi misalnya Alkes dan SDM

18. Ikut dalam penutupan proses timbang 11


terima

Jumlah 120 93

Persentase (%) 56,3% 43,6%

Persentase Total (%) 100%

Sumber :Observasi mahasiswa profesi Ners IkesT MP 2021


Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang PICU
didapatkan hasil handover sebesar 56,3 %, dan termasuk dalam
kategori penilaian cukup baik , hal ini menyatakan bahwa
Handover ruang PICU sudah dilaksanakan dengan cukup baik.

c. Kajian Data
1) Kepala ruang
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepala ruang di
ruangan PICU kami sampaikan pada tabel berikut:

Tabel 2.22
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang
PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N=1

41
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1 Membagi staf ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja
2 Membuat jadwal dinas koordinasi dengan tim 1 0
3 Menyiapkan materi tentang permasalahan pasien 1 0
dan ruangan yang ada pada hari tersebut termasuk
laporan permasalahan dinas malam
4 Kepala ruang melakukan meeting morning untuk 1 0
menindaklanjuti masalah yang ada yang diawali
dan diakhiri dengan doa
5 Membagi pasien ke dalam tim sesuai dengan 1 0
kemampuan dan beban kerja
6 Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas 1 0
ketua tim dan anggota tim
7 Melakukan supervisi dan memberi motivasi 1 0
seluruh staf keperawatan untuk mencapai kinerja
optimal

8 Memberikan reinforcement positif kepada semua 0 1


staf termasuk pada saat mengakhiri meeting
morning kepada dinas malam dan dinas pagi
9 Berperan serta sebagai konsultan 1 0
10 Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf 1 0
melalui daftar hadir yang ada di ruang
Jumlah 9 1
Jumlah Persentase 90% 10%
Presentase 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners IKesT MP 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat inap
PICU selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian
dalam pelaksanaan beberapa uraian tugas kepala ruangan dikategorikan
sudah baik, dengan persentase nilai sebesar 90 %. Dari uraian 10 kegiatan
kepala ruangan hanya ada beberapa hal yang tidak dapat terlaksanakan

42
seperti : Tidak menyiapkan materi tentang permasalahan pasien dan
ruangan yang ada pada hari tersebut, Kepala ruangan sudah memberikan
reinforcement positif kepada semua staf teteapi tidak ada pengakhiran
kegiatan meeting mornig kepada shift malam dan shift pagi, karena
meeting mornig tidak dilakukan selama observasi.

2) Kepala Tim
Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas kepala tim di ruangan
PICU kami sampaikan pada tabel berikut:

Tabel 2.23
Pelaksanaan Uraiann Tugas Kepala Tim
Di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N=1
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
111. Bertugas pada pagi hari 1 0
2 Bersama Perawat Pelaksana 1 0

43
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
menerima operan tugas jaga dari yang
Perawat Pelaksana tugas malam.
3 Bersama Perawat Pelaksana 1 0
melakukan konfirmasi/supervise
tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan tugas jaga malam.
4 Bersama Perawat Pelaksana 1 0
melakukan do’a bersama sebagai awal
dan akhir tugas dilakukan setelah
selesai operan tugas jaga malam.
5 Melakukan pre conference dengan 1 0
semua Perawat Pelaksana yang ada
dalam grupnya setiap awal dinas pagi.
6 Membagi tugas atau pasien kepada 1 0
Perawat Pelaksana sesuai kemapuan
dan beban kerja.
7 Melakukan pengkajian, menetapkan 1 0
masalah atau diagnose dan
perencanaan keperawatan kepada
semua pasien yang menjadi tanggung
jawab ada bukti di rekam
keperawatan.
8 Memonitor dan membimbing tugas 1 0
Perawat Pelaksana.

9 Membantu tugas Perawat Pelaksana 1 0


untuk kelancaran pelaksanaan asuhan
pasien.
10 Mengoreksi, merevisi, dan 1 0
melengkapi catatan asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh
Perawat Pelaksana yang ada di bawah
tanggung jawabnya.
11 Melakukan evaluasi hasil kepada 1 0

44
Observasi
No Variabel Yang Dinilai
Ya Tidak
setiap pasien sesuai tujuan yang ada
dalam perencanaan asuhan
keperawatan dan ada bukti dalam
rekam keperawatan.
12 Melaksanakan post conference pada 1 0
setiap akhir dinas dan menerima
laporan akhir tugas jaga dari perawat
pelaksana untuk persiapan operan
tugas jaga berikutnya.
13 Mendampingi perawat pelaksana 1 0
dalam operan tugas jaga kepada
anggota tim yang tugas jaga
berikutnya.
14 Memperkenalkan perawat pelaksana 1 2
yang ada dalam satu grup atau yang
akan merawat selama pasien dirawat
atau kepada pasien/keluarga baru.
15 Mendelegasikan tugas kepada 1 0
perawat pelaksana pada sore malam
libur.
16 Melaksanakan pendelegasian tugas PJ 1 0
ruang bila pagi hari tidak bertugas.
17 Menyelenggarakan diskusi kasus 0 1
dalam pertemuan dalam rutin
keperawatan di ruangan minimal
sebulan sekali.
18 Melakukan bimbingan klinik 0 1
keperawatan kepada Perawat
Pelaksana minimal seminggu sekali
(ronde keperawatan/bed side
teacshing).
Jumlah 60 2
Jumlah Persentase %
Persentase 100%

45
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners IKesT MP 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan rawat PICU
selama tiga hari dalam 2 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam
pelaksanaan uraian tugas kepala tim dikategorikan sangat baik, dengan
persentase nilai sebesar 93,7%.

3) Perawat Asosiatif (Perawat Pelaksana)


Berdasarkan observasi pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif
diruangan PICU kami sampaikan pada tabel berikut :

Tabel 2.24
Presentase Uraian Tugas Perawat Asosiatif
Di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N = 13
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
1. Mengerjakan semua tugas yang diberikan 9
kepala ruang
2. Menerima sesuai SPO di rumah sakit 9
3. Melakukan pengkajian keperawatan 9
4. Menganalisis data pasien sesuai bio 9
5. Menetapkan diagnose keperawatan 9
berdasarkan masalah yang dirumuskan
6. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan 9
data hasil pengkajian keperawatan

7. Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam 9


menyusun perencanaan keperawatan
8. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan 6 3

46
Observasi
No Variabel yang dinilai
Ya Tidak
SOP
9. Memperkenalkan diri setiap bertemu pasien 5 4
dan mendengarkan setiap keluhan pasien
10. Memberikan penjelasan pada klien sebelum 5 4
melakukan tindakan keperawatan
11. Mengutamakan keselamatan klien dalam 9
memberikan asuhan keperawatan dan
melakukan dokumentasi keperawatan
12. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan 9
berdasarkan tujuan
13. Melakukan discharge planning pada pasien 9
pulang
14. Melakukan operan dengan penanggung jawab 9
shift berikutnya
15 Mengikuti setiap pertemuan yang diadakan 9
ruangan dan bekerjasama serta membantu
sesama rekan kerja
16. Memberikan dukungan terhadap atasan ketika 9
melaksanakan tugas atau pekerjaan
Jumlah 133 11
Jumlah persentase % 92% 8%
Presentase 100%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners IKesT MP 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diruangan PICU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja, didapatkan hasil penilaian dalam
pelaksanaan uraian tugas perawat asosiatif dikategorikan sangat baik,
dengan persentase nilai sebesar 92%. Dari uraian 16 kegiatan perawat
asosiatif, hanya ada beberapa hal yang tidak dapat terlaksanakan
sepenuhnya.

2. Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen B)


a. KajianTeori

47
Standar adalahsuatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Biebing, 2001).Standar praktik keperawatan
adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang
perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai
pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 53, ayat 1: “tenaga kesehatan
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien”. Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) RSUD Siti Fatimah disusun berdasarkan standar
asuhan keperawatan internasional. Standar acuan yang dipakai adalah
Standarized nursing language yaitu SDKI ( Standar Diagnoa
Keperawatan Indonesia ) untuk diagnose keperawatan, SLKI ( Standar
Luaran Keperawatan Indonesia ) untuk tujuan dan outcome yang ingin
dicapai, dan SIKI ( Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk
rencana tindakan/intervensinya.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman
dan instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang
disusun oleh Depkes yaitu :
a. Standart I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara
terus menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
b. Standart II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis

48
dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)
bersifat actual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standart III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d. Standart IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan
dan pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e. Standart V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standart VI dokumentasikeperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.

b. Kajian Data
Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penilaian Asuhan
keperawatan di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah kami sampaikan
dalam tabel berikut

49
Tabel 2.25
Penilaian Asuhan Keperawatan
Di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 13
N
o Aspek yang dinilai Ya Tidak
Pengkajian
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan
1
pedoman pengkajian 9 0
2 Data dikelompokan (Bio-Psiko-sosial-spiritual) 9 0
Data yang dikaji sejak pasien masuk sampai
3
pulang 9 0
Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan
4 antara status kesehatan dengan norma dan pola
fungsi kehidupan 9 0
Diagnosa
Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
1
telah dirumuskan 7 2
2 Diagnosa keperawatan mencerminkan PES 7 2
Merumuskan diagnosa keperawatan
3
aktual/potensial 9 0
Intervensi
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan 9 0
2 Disusun menurut urutan prioritas 9 0
Rumusan tujuan mengandung komponen pasien
3
perubahan perilaku, kondisi pasien atau criteria 9 0
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
4
kalimat perintah, terinci dan jelas 9 0

50
N
o Aspek yang dinilai Ya Tidak

5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan


pasien/keluarga 9 0
Rencana tindakan menggambarkan kerjasama,
6
dengan tim kesehatan lain 9 0
Implemetasi
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
1
keperawatan 9 0
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
2
tindakan keperawatan 7 2
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi 6 3
Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
4
ringkas dan jelas 9 0
Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada tujuan 9 0
2 Hasil evaluasi dicatat 9 0
Catatan Asuhan Keperawatan
1 Menulis pada format yang baku 9 0
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan
2
yang dilaksanakan 9 0
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
3
yang baku dan benar 9 0
Setiap melakukan tindakan, perawat
4 mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal
dilakukannya tindakan. 9 0
Berkas catatan keperawatan di simpan sesuai
5
dengan ketentuan yang baku 9 0
Total 228 9
Presentase 95% 5%
Sumber : Depkes RI, 2015
Analisa
Berdasarkan hasil penilaian evaluasi proses asuhan
keperawatan di ruang Rasyid Thalib sebesar 95% dilakukan. Berarti
asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang PICU sudah dilakukan
dengan sangat baik namun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan

51
lagi. Berdasarkan data yang didapatkan maka dapat dianalisis sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil data, dalam pengangkatan diagnosa
keperawatan di PICU masih ada yang tidak berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan.
2. Selain itu intervensi yang digunakan ada beberapa tidak
berdasarkan diagnosa keperawatan.
3. Untuk urutan intervensi sudah bagus namun ada beberapa
intervensi yang tidak dicantumkan sesuai prioritas yang ada.
4. Dan juga ada beberapa tindakan keperawatan di ruang PICU
yang tidak mengacu pada rencana keperawatan

1) Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Suatu komunikasi yang tidak efektif adalah hal paling sering
disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus sentinel. Suatu
komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan
dimengerti oleh sang penerima informasi. Penelitian menunjukkan bahwa
penundaan dalam menanggapi hasil yang penting dapat mempengaruhi
secara negative hasil akhir pasien. Menerapkan sebuah proses/ prosedur
untuk perintah yang disampaikan melalui telpon (lisan), atau
penyampaian hasil uji klinis penting, yang harus diverifikasi dengan
“mengulang” selengkap-lengkapnya perintah ataupun hasil uji klinis
yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang yang menerima
informasi tersebut.
a. Kajian Data
Selama observasi 2 hari komunikasi yang efektif sudah baik.
Namun masih ada keluarga yang tidak dijelaskan tentang kondisi dan
perkembangan pasien serta kurang tersampainya pendidikan
kesehatan tentang cuci tangan, resiko jatuh ataupun penjelasan obat
yang akan diberikan pada pasien. Observasi yang dilakukan selama 2
hari dari 13-16 April 2021, Komunikasi yang efektif di Ruang PICU
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

52
Tabel 2.26
Pelaksanaan Peningkatan Komunikasi yang Efektif
di Ruang PICU Periode 13-16 April
Tahun 2021
N = 15
No Variabel Ya Tidak
1 Keluarga mendapatkan penjelaskn 14 0
tentang kondisi pasien
2 Keluarga dijelaskan tentang tata 9 5
tertib ruangan
3 Keluarga pasien diberikan 9 5
penjelasan tentang perkembangan
pasien
4 Dokumentasi perawat di R.M 14 0
5 Dokumentasi medis di R.M 14 0
Jumlah 60 10
Persentase (%) 86% 14%
Persentase total (%) 100 %
Sumber : Hasil observasi mahasiswa Ners IKesT MP Tahun 2021
Analisa
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan
persentase komunikasi yang efektif sebesar 86% dengan kategori
sangat baik. Ini menunjukkan bahwa perawat di ruang PICU sudah
sangat baik dalam melakukan komunikasi teraupetik yang efektif
kepada pasien. Komunikasi bagian penting dalam menunjang
keberhasilan proses kesembuhan pasien. Komunikasi yang salah,
berdampak pada kesalahan tindakan yang akan dilakukan dan
memicu terjadinya konflik pasien dan perawat, karena komunikasi
bagian akses informasi yang diperoleh pasien, dan hak pasien yang
harus diperoleh
.
2) Proses Pemberian Obat

53
Perawat harus cermat, terampil dan tepat saat memberikan obat,
tidak sekedar memberikanterapi untuk diminum (oral) atau injeksi
obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat.Perawat memiliki peran yang utama dalam
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan klien dengan
mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian
yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap
obat yang diorder dan turut serta bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan kejelasan resep obat yang diberikan, hitungan dosis
obat yang diberikan tepat/sesuai resep dan selalu menggunakan
prinsip 6 benar.Begitu banyaknya pasien yang berobat ke rumah
sakit, banyaknya petugas kesehatan dari berbagai disiplin ilmu, dan
begitu banyaknya prosedur tindakan, memungkinkan terjadinya
berbagai potensi kesalahan terutama dalam pemberian pengobatan.
Untuk mencegah hal ini, diperlukan beberapa cara, yaitu :
1. Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Look
Alike Sound Alike (LASA) atau istilah bahasa Indonesia, nama
Obat Rupa Ucapan dan Mirip (NORUM).
2. Menerapkan double check dan counter sign setiap distribusi
dan pemberian obat.
3. Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.
4. Perhatikan prinsip 6 benar dalam pemberian obat, yaitu : Benar
obat, Benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara dan
tempat pemberian (route), benar pasien dan benar
dokumentasi.

54
a. Kajian data
Observasi yang dilakukan selama 2 hari, penatalaksanaan
pemberian obat di ruang sangat baik. Namun ada beberapa variable
yang kurang yaitu perawat tidak memberikan nama jenis obat
tambahan yang di driff pada infus pasien. Observasi yang
dilakukan untuk mengetahui pengukuran instrumen pastient safety
dalam hal pemberian obat di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah,
dapat sebagaimana dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.27
Pengukuran Instrument Patient Safety : Pemberian Obat
Di Ruang PICU Periode 13-16 April 2021
N = 11
No Variabel Ya Tidak
1 Tersedianya loker pemisahan obat 11 0
antar pasien
2 Pemberian label nama pasiendan 11 0
dosis pada obat pasien
3 Pemisah obat norum (nama obat, 11 0
rupa dan ucapan mirip)
4 Penyimpan obat sesuai indikasi 11 0
tempat penyimpanan
5 Tersedia obat-obat emergency 11 0
6 6 benar dalam pemberian obat 11 0
(benar obat, dosis, waktu, cara,
pasien, dokumentasi)
7 Pemberian nama obat dan drif pada 11 0
botol infuse.
8 Menjelaskan manfaat obat yang 6 5
diberikan pada pasien
9 Perawat menjelaskan efek samping 2 9
pemberian obat yang telah
diberikan kepada pasien
Jumlah 85 14
Persentase (%) 85 % 13
Persentase total (%) 100%

55
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners IKesT MP Tahun 2021

Analisa
Pemberian obat dengan prinsip 6 benar serta penjelasan
oleh tenaga perawat pada pasien maupun keluarga tentang manfaat
dan efek samping dari obat yg diberikan telah dilakukan dengan
sangat baik, pencapaian persentase keseluruhan dari item penilaian
dalam penatalaksanaan pemberian obat mencapai 87%. Hasil
observasi pada poin (8) didapatkan bahwa sudah sebagian besar
perawat sudah menjelaskan manfaat pemberian obat kepada pasien
tetapi sebagian besar pula perawat tidak memjelaskan efek
samping pemberian obat yang telah diberikan.

3) Resiko Infeksi Nasokomial


Infeksi diartikan sebagai adanya suatu organisme pada
jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal
maupun sistemik. Menurut Karen adams & janet M. Corrigan (2009)
Infeksi nasokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit
adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada ditempat tersebut. Infeksi ini
terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal
atau sistemik.
Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh
penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection)
disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan
dari satu pasien ke pasien lainnya (soeparman, 2006).
Contoh penyebab terjadinya infeksi nasokomial apabila dokter
atau perawat mengelola seorang pasien yang menderita infeksi
karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme

56
dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, pasien kelolaan
lain berpotensi tertular dari perawat dan dokter yang sebelumnya
berkontakan dengan pasien infeksi.
a. Kajian Data
Setelah dilakukan observasi selama tiga hari tentang resiko
infeksi nosokomial di ruang data diperoleh 83% telah tercapai.
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui Pengukuran
Instrument Patient Safety Resiko Jatuh di Ruang PICU RSUD
Siti Fatimah Periode 13-16 April 2021 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.28
Pengukuran Instrument Pasien Safety : Resiko Infeksi
Nosokomial di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N = 14
No Variabel Ya Tidak
1. Perawat dapat melakukan cuci 2 12
tangan 6 langkah dengan benar
2. Perawat mencuci tangan ditempat 2 12
yang sudah disediakan
3. Handsrub tersedia 14 0
4. Handuk / tissue untuk mengelap 14 0
setelah cuci tangan tersedia
5. Mempunyai tempat sampah 14 0
infeksius
6. Mempunyai tempat sampah non 14 0
infeksius
7. Mempunyai tempat kotor linen 14 0
8. Mempunyai tempat pembuangan 14 0
benda tajam
9. Petugas mencuci tangan 6 langkah 3 11
benar sebelum prosedur aseptic
10. Perawat menjelaskan langkah cuci 1 13
tangan kepada keluarga
Jumlah 88 52
Persentase (%) 63 % 37%

57
No Variabel Ya Tidak
Persentase Total (%) 100%
Sumber : Hasil observasi mahasiswa Ners IKesT MP
Tahun 2021

Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan
bahwa pencegahan infeksi nosokomial kurang dengan persentase
63%. Namun mayoritas perawat belum melakukan cuci tangan
dengan cara 6 langkah walaupun sudah ada tempat untuk
melakukan cuci tangan. Kemudian perawat sebagian sudah
menjelaskan langkah cuci tangan kepada keluarga pasien. Hal ini
akan berdampak buruk pada pasien dan perawat itu sendiri, karena
resiko penyebaran mikroorganisme tetap dapat terjadi baik dari
keluarga pasien yang tidak mendapatkan edukasi yang dapat
menularkan infeksi maupun dari tenaga perawat yang tidak benar
dalam mencuci tangan.

1) Resiko Jatuh
Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan
kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.
Besarnya risiko ditentukan olehberbagai faktor, seperti besarnya
paparan, lokasi, pengguna, kuantitif serta kerentanan unsur yang
terlibat.Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat
kurang menyenangkan dari sesuatu perbuatan, usaha, dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2006).
Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang
sering terjadi dan dapat mengakibatkan cedera serius dan
kematian. Pasien jatuh merupakan adverse event kedua terbanyak
dalam institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan
pengobatan/medication erors (AHRQ). Insiden pasien jatuh tidak
hanya berdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak
keuangan yang ditanggung pasien dan rumah sakit (RS).

58
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk
pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak-
anak. Penilaian meliputi berbagai aspek seperti riwayat jatuh,
menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan
berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain-lain.
Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi
resiko jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien
beresiko jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat
diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan
pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh,
merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan
resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.

a. Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruangan PICU
selama 3 hari dari tanggal 13-16 April 2021 didapatkan hasil tentang
pasien safety dengan masalah resiko jatuh yang menunjukkan bahwa
semua perawat mengerti tentang pengkajian resiko jatuh dan pernah
melakukan identifikasi pasien resiko jatuh akan tetapi untuk
mengaplikasikannya masih ada perawat yang
belummengaplikasikannya seperti penangan pasien dengan benar terkait
resiko jatuh dan masih ada yang tidak melakukan pemberian tanda/label
resiko jatuh pada tempat tidur pasien. Hasil observasi tentang resiko
jatuh di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah, dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.29
Pengukuran Instrument Patient Safety Resiko Jatuh
di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N = 15

59
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat mengerti tentang pengkajian 14 0
resiko jatuh (Humpty Dumpty)
2 Perawat sudah pernah melakukan 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
3 Perawat antusias dalam melaksanakan 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
4 Perawat mau mengaplikasikan kembali 14 0
pengidentifikasian resiko jatuh
5 Perawat sudah menjelaskan tentang 5 9
resiko jatuh kepada pasien
6 Perawat sudah menanggani pasien dengan 14 0
benar terkait dengan resiko jatuh
7 Perawat sudah memasang label atau tanda 0 14
resiko jatuh pada pasien
Jumlah 75 23
Persentase (%) 77% 23%
Persentase Total (%) 100 %
Sumber: Hasil Observasi Dan Wawancara Mahasiswa Ners IkesT
MP Tahun 2021

Analisa
Setelah dilakukananalisa dari hasil observasi, didapatkan
persentase pencegahan pasien resiko jatuh sebanyak 100%, angka
tersebut menunjukan bahwa proses penatalaksanaan pasien resiko
jatuh di ruang PICU sangat baik.

4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


a. Kajian Teori
1) APP (Alat Perawatan Peralatan)
a) Tangani peralatan yang tercemar dengan benar untuk
mencegah kontak langsung dengan kulit atau membran
mukosa/ selaput lender.
b) Cegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau
lingkungan

60
c) Cuci dan desinfeksi (pembasmian hama penyakit) peralatan
bekas pakai sebelum di gunakan kembal
2) Linen (perlak)
a) Tangani linen (perlak) kotor dengan menjaga jangan terkena
kulit atau membrane mukosa Jangan merendam/membilas linen
kotor diwilayah ruang perawatan
b) Jangan mengibaskan linen dan melekatkan linen kotor di lantai
c) Segera ganti linen yang tercemar/terkena darah / cairan tubuh
d) Penggantian plastik linen terbagi atas 5 warna :
1. Putih : linen non infeksius
2. Kuning: linen infeksius
3. Hitam : limbah non infeksius
4. Merah : linen pasca digunakan untuk radioaktif
5. Ungu : linen pasca digunakan untuk yang mengandung
cytotoki.
a. Kajian Data
Berdasarkan Hasil Observasi 2 hari pada 13-16 April 2021
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.30
Pengkajian Data Pengendalian Infeksi Periode
PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
n = 10
No Variabel Ya Tidak
Membuang sampah infeksiusdi 9 0
1
tempat sampah berwarna kuning
Membuang sampah non infeksius 9 0
2
di tempat sampah berwarna hitam
Mengumpulkan linen infeksius di 0 0
3
dalam kantong bewarna kuning
4 Mengumpulkan linen non infeksius 0 0
kedalam kantong bewarna
putih/tempat linen kotor non

61
No Variabel Ya Tidak
infeksius
Membuang jarum,vial,ampul ke 9 0
5
dalam tempat sampah tajam
Ketatan pengunjung pada jam 9 0
6 kunjungan (Pagi : jam 10.00-14.00
dan Sore : jam 16.00-21.00 )
Perawat mengajarkan etika batuk 5 4
dan bersin kepada keluarga dan
7
pasien

Jumlah 41 4
Persentase (%) 92 % 8%
Persentase total (%) 100%
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners IKesT MP Tahun 2021
Analisa
Berdasarkan data yang didapat mahasiswa dari hasil
observasi selama tiga hari dengan sampel 15 orang perawat bahwa
pengendalian infeksi masih sangat baik sebanyak 92% tetapi dalam
mengumpulkan linen infeksius dan non infeksius belum ditempatkan
pada kantong yang sesuai dengan tempat yang seharusnya.
a. Kajian Teori
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi anatar
suseptibilitas oejamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan
dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada penjamu
dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi
insiden terjadinya infesi (HAIs), baik pada pasien atau pun pada
petugas kesehatan. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi
terdiri dari :
1) Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi
aktif (vaksinasi hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif
(immunoglobin).
2) Memutus mata rantai penularan
3) Tindakan pencegahan paska pajanan Post Exposure Praphylaxis
(PEP)terhadap petugas kesehatan.

62
Adapun 9 Pilar PPI adalah sebagai berikut :
1) Kebersihan tangan
2) Penggunaan APD
3) Penatalaksanaan strilisasi alat
4) Penatalaksanaan linen
5) Penggolahan sampah
6) Kesehatan Karyawan
7) Etika Batuk
8) Tindakan lumbal fungsi
9) Teknik menyuntuk yang aman

b. Kajian Data
1) Penggunaan APD
Hasil observasi di ruang Perawatan PICU yang dilakukan
pada tanggal 13-16 April 2021 untuk penilaian terhadap
penggunaan APD yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 2.31
Penilaian Terhadap Penggunaan APD di Ruang PICU RSUD Siti
Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N=10
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat memakai APD 3 7
2 Apakah APD tersebut mengganggu 5 5
aktivitas anda
3 Apakah APD tersebut menimbulkan 10 0
bahaya tambahan
4 Apakah di rumah sakit terdapat peraturan 10 0
yang mewajibkan anda untuk
menggunakan APD
5 Jika ada, apakah peraturan itu sudah 10 0
diketahui oleh semua Pekerja
6 Apakah dengan peraturan tersebut 10 0
keselamatan dan kesehatan anda menjadi

63
lebih terjaga
7 Apakah anda perlu menggunakan APD 3 7
pada saat bekerja
Total 51 19
Presentase 82% 18%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners IKesT Muhammadiyah
2021

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa penggunaan APD dilakukan dengan kategori
kurang. Dari hasil observasi sebesar 82% yaitu didapat dari poin
perawat yang sudah melakukan penggunaan APD pada saat
memberikan tindakan keperawatan kepada pasien. Akan tetapi poin
kurang pada instrument perawat memakai APPD.Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian Annishia (2011) bahwa pentingnya ketersediaan APD
yang memadai dan pentingnya ditegakkan suatu peraturan yang sifatnya
mengikat dan harus sehingga mendorong perawat agar berprilaku aman.
2) Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil observasi di ruang PICU yang dilakukan
pada tanggal 13-16 April 2021 untuk penilaian terhadap
pembuangan sampah data yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Tabel 2.32
Penilaian Terhadap Pembuangan Sampah Di Ruang PICU RSUD
Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
No Variabel Ya Tida
k
1 Apakah tersedia tempat sampah di ruangan √ -
2 Apakah tersedia tempat sampah infeksi dengan √ -
kantong warna kuning
3 Apakah tersedia tempat sampah non infeksi √ -
dengan kantong warna hitam
4 Apakah tersedia tempat sampah untuk benda √ -
tajam

64
5 Apakah pembuangan sampah infeksi di √ -
kantong warna kuning
6 Apakah pembuangan sampah non infeksi di √ -
kantong warna hitam
8 Apakah seluruh tempat sampah terdapat label √ -
untuk sampah infeksi atau non infeksi
Total 7 0
Persentase 100% 0%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners IKesT
Muhammadiyah 2021
Analisa :
Berdasarkan tabel diatas.hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa pembuangan sampah di ruang PICU yang
dilakukan pada tanggal 13-16 April 2021 dilakukan dengan baik.
Dari hasil observasi sebesar 100% yaitu didapat dari poin ketepatan
dalampembuangan sampah tajam, infeksi, dan non infeksi dan
pemberian label sampah infeksi dan non infeksi. Hal ini didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2010) bahwa
peningkatan dalam pengolahan sampah akan mencipta lingkungan
RS yang sehat dan meningkatkan citra Rumah Sakit.

3) Lima Momen Kebersihan Tangan


Berdasrakan hasil observasi di ruang PICU yang dilakukan
pada tanggal 13-16 April 2021 untuk penilaian terhadap 5 momen
kebersihan tangan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 2.33
Penilaian Kepatuhan Perawat Terhadap 5 Momen Kebersihan
Tangan
di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N=10
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
sebelum kontak dengan pasien

65
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 8
sebelum melakukan tindakan aseptic
3 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 8 2
terkena cairan tubuh pasien
4 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 7 3
kontak dengan pasien
5 Perawat melakukan kebersihan tangan setelah 2 8
kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Total 21 29
Persentase 42% 58%
Sumber data : Hasil Observasi Mahasiswa Ners IKesT Muhammadiyah
2021
Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil observasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa penatalaksanaan 5 moment kebersihan tangan
di ruang PICU dilakukan dengan kategori kurang. Dari hasil
observasi sebesar 42% yaitu didapat dari poin, perawat masih
kurang patuh terhadap cuci tangan sebelum ke pasien dan sesudah
kontak dengan pasien maupun lingkungan pasien. Menurut teori
centers for disease control (CDC), kebersihan tangan menjadi hal
yang penting karena tangan petugas kesehatan merupakan pelaku
yang paling sering untuk terkena infeksi nasokomial. Hal ini akan
berhasil saat kepatuhan dan kesadaran para tenaga medis dalam
mencuci tangan dilakukan secara optimal.

6. Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Kepuasan Pasien
a. Kajian Teori
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi
setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan
yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar
Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin
setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal,

66
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia (Info Askes,
2010).
Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan di rumah
sakit. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan
fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber
daya manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan
terhadap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien ataupun
keluarga pasien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu
yang tidak lama, rumah sakit akan kehilangan banyak pasien dan
dijauhi oleh keluarga calon pasien. Pasien/keluarga pasien akan
beralih ke Rumah Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien, hal
tersebut dikarenakan pasien merupakan asset yang sangat berharga
dalam mengembangkan industri rumah sakit (Diah, 2009).
Pasien adalah aset utama yang harus mendapat pelayanan
sebuah rumah sakit yang akan mempengaruhi eksistensi rumah sakit
tersebut. Kepuasan keluarga merupakan keadaan dimana keinginan,
harapan dan kebutuhan keluarga terpenuhi oleh rumah sakit.
Kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dapat
dipengaruhi dari komunikasi perawat memberikan pelayanan, sikap
empati, keramahan dan ketanggapan kepada keluarga, komunikasi dan
pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diberikan (Ifada, 2008)
Kepuasan keluarga pasien tergantung pada kualitas
pelayanan. Oleh sebab itu, manajemen suatu pelayanan kesehatan
perlu menganalisis sejauh mana mutu pelayanan yang
diberikan.Seiring dengan banyaknya pelayanan kesehatan yang telah
berdiri dan memberikan berbagai macam alternatif kepada
konsumennya, untuk memilih sesuai dengan harapan yang
menyebabkan persaingan yang ketat.
b. Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 13-16 April
2021, Penilaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang
PICU dapat dilihat dari tabel berikut:

67
Tabel 2.34
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan di PICU
RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N = 15
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat menyambut dengan ramah ketika saudara/i 14 0
datang
2 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien 10 4
3 Perawat menjelaskan sarana dirungan yang dapat 8 4
dimanfaatkan
4 Perawat menjelaskan aturan-aturan yang berlaku 8 4
saat ini selama perawatan
5 Perawat menanyakan masalah-maslah yang 11 3
saudra/i alami terkait dengan kondisi kesehatan
saudara/i
6 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus dilatih 11 3
untuk dilakukan secara mandiri
7 Perawat segera menangggapi keluhan saudara/i 14 0
8 Perawat mendampingi saudara/i ketika dilakukan 13 1
pemeriksaan dokter
9 Perawat menjaga privasi saudara saat melakukan 14 0
tindakan keperawatan
10 Perawat memberikan pengamanan pada bed agar 11 3
tidak jatuh/memberikan tanda resiko jatuh
11 Perawat menggunakan sarung tangan saat 7 7
melakukan tindakan
12 Perawat bersikap sopan 14 0
13 Perawat berpenampilan rapi 14 0
14 Perawat menjelaskan kegiatan yang harus saudara/i 10 4
dilakukan dirumah
15 Perawat menjelaskan obat-obatan yang harus 10 4
diteruskan dirumah
16 Perawat menjelaskan obat yang akan diberikan 9 5
17 Perawat identitas obat sesuai dengan nama dan 12 2
No.kamar saudara/i
18 Perawat menjelaskan obat pada waktu control 14 0
Jumlah 218 44

68
No Pertanyaan Ya Tidak
Prosentase 84,3 % 15,7%
Sumber : Observasi Mahasiswa Profesi Ners IKesT MP 2020

Analisa
Berdasarkan pengkajian yang telah kami lakukan selama 2 hari di
ruang PICU mengenai kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
diruangan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 84,3 %, yang berarti
penilalaian kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan diruang PICU baik.

2) Kepuasan Kerja Perawat


Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan
pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan
dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya
bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang
bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan
termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan
tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan
kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,
sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,
perjanjian psikologis dan motivasi (Robbins & Judge, 2009).
Dalam Nursalam (2009) faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu :
a. Motivasi
Rowland (1997) menyatakan fungsi manager meningkatkan
kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor motivasi yang
meliputi: keinginan untuk peningkatan percaya bahwa gaji
yang diterima sudah mencukupi, memiliki kemampuan

69
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diperlukan,
umpan balik, kesempatan untuk mencoba, instrumen
penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkat
penghasilan.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara prilaku sesorang. Motivasi
adalah subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan
dari perilaku sesorang( Handoko, 2003).
Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan
kunci dalam suatu motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang
bekerja, maka kebutuhan pencapaian prestasi tersebut berubah
sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi:
program pelatihan, pembagian dan jenis tugas yang diberikan,
tipe supervisi yang dilakukan perubahan pola motivasi dan
faktor lain. Seseorang memilih suatu perkaryaan didasarkan
pada kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Motivasi
akan menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan
tugasnya.
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberikan
kesempatan untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari
hasil yang diberikan. Oleh karena itu, penghargaan psikis
sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan serta dibimbing bila melakukan suatu kesalahan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
mendukung motivasi kerja untuk pencapaian kepuasan kerja
yang meliputi: komunikasi, potensial pertumbuhan,
kebijaksanaan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.
c. Peran Manajer

70
Peran dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang
teratur yang timbul karena suatu jabatan tertentu, kepribadian
sesorang juga amat mempengaruhi bagaimana peran harus
dijalankan. Peran timbul karna seorang manajer memahami
bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan
yang setiap saat perlu berinteraksi dengan beraneka ragam
perbedaan yang ada di lingkung sekitarnya tetapi perannya
harus dimainkan dengan tidak membuat perbedaan antara satu
dengan yang lain (Thoha, 2008).
Kepuasan kerja staf dapat juga dilihat dari terpenuhinya
kebutuhan fisik dan psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut
dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan
stafnya.Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan
kepada staf untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Ada dua
belas kunci utama dalam kepuasan kerja, yaitu: input,
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat
kerja, istirahat dan makan yang cukup, diskriminasi, kepuasan
kerja, penghargaan penampilan, klarifiksi kebijakan,
mendapatkan kesempatan, pengambil keputusan dan peran
manajer (Nursalam, 2009).
Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 13-16 April
2021, Kepuasan Kerja Karyawan Di Ruang PICU dapat dilihat dari
tabel berikut :

Tabel 2.35
Kepuasan Kerja Karyawan di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021

71
N = 14
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di 8 6
tempat saya bekerja
Gaji yang terima sesuai dengan tingkat 8 6
pendidikan saya
2 Kondisi Kerja
Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan 14 0
kerja saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan 14 0
nyaman
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasa tidak puas dengan cara rumah 8 6
sakit menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak 12 2
merugikan karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih 14 0
memuaskan saya
Rekan kerja saya di rumah sakit ini 14 0
menyenangkan
5 Supervisi
Komunikasi dengan atasan sangat baik 14 0
Atasan membantu dalam permasalahan yang 14 0
menyangkut pekerjaan
6 Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini 14 0
Saya mendapatkan pengakuan yang 14 0
selayaknya atas prestasi kerja saya
7 Pengakuan
Saya sangat dihargai di tempat kerja 14 0
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja 14 0
saya
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan tidak sesuai 12 2
dengan job descrption
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya 14 0

72
No Pernyataan Obsevasi
Ya Tidak
selama jam kerja
9 Tanggung Jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung 14 0
jawab dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas 14 0
pekerjaan yang diberikan kepada saya
10 Promosi/ Pengembangan Karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang 14 0
sesuai untuk mendukung pelaksanaan
pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai 14 0
dengan adil dengan memperhatikan masa
kerja, kinerja dan kemampuan.
Jumlah 258 22
Persentase 92,1% 7,9%
Sumber Observasi Mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Tahun 2020
Analisa
Dari tabel diatas dapat dilihat setelah kami melakukan
pengkajian selama 2 hari bahwa untuk kepuasan kerja perawat di
rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan perawat yang bekerja di
ruang PICU sebesar 92,1%, yang berarti kepuasan kerja karyawan di
ruang PICU sangat baik.

3) Kepuasan Keluarga
a. Kajian Data
Observasi dilakukan selama 2 hari dari tanggal 13-16 April
2021, Kepuasan Keluarga Pasien Di Ruang PICU dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 2.36
Kepuasan Keluarga Pasien di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N = 10
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Perawat bersikap sopan dan berpenampilan rapi 10 0
2. Perawat menggali informasi dari keluarga 8 2

73
No Pertanyaan Ya Tidak
3. Perawat memberikan informasi mengenai 9 1
masalah yang dihadapi pasien
4. Perawat memberikan informasi mengenai 9 1
tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
(inform consent)

5. Perawat menjelaskan perkembangan pasien 8 2


6. Perawat melakukan penyuluhan kepada keluarga 7 3
mengenai cara perawatan yang harus dilakukan
keluarga dirumah
7. Perawat menyiapkan keperluan pulang pasien 10 0
yang meliputi jadwal kegiatan harian dan sisa
obat
8. Perawat menjelaskan waktu control 10 0
9. Perawat memberikan pesanan pulang yang 10 0
mudah di mengerti
10. Perawat memberikan penjelasan rujukan yang 10 0
bisa digunakan bila ada yang perlu dikonsulkan
1 Perawat membantu keluarga untuk konsul dokter 10 0
1
.
Jumlah 101 9
Presentase 91% 9%
Sumber : Observasi Mahasiswa Co Ners Tahun 2021
Analisa
Berdasarkan tabel diatas setelah kami melakukan
pengkajian selama 2 hari bahwa keluarga pasien merasakan puas
terhadap pelayanan di ruang PICU dengan presentasi 91% (sangat
baik), dalam hal ini keluarga pasien mengatakan puas karena
mendapatkan informasi mengenai masalah yang dihadapi pasien
dan pelayan yang biak terhadap asuhan keperawatan.

3. Standar Operasional Prosedur ( Instrumen C)


a. Kompress Hangat

74
Kompres hangat adalah sepotong balutan kasa yang dilembabkan
dengan cairan hangat yang telah diprogramkan.Panas dapat
meingkatkan vasodilatasi dan evaporasi panas dari permukaan kulit
(Potter & Perry 2007).Setelah dilakukan observasi pada 2 orang
perawat tentang pengompressan hangat didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 2.37
Kompress Hangat
di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
Perawat menyiapkan alat 3 0
Perawat melakukan kebersihan tangan 1 2
Mengucapkan salam 3 0
Memastikan identitas pasien 3 0
Perkenalkan diri 3 0
Menjelaskan prosedur tindakan 3 0
Memakai APD 3 0
Mengukur suhu tubuh pasien 3 0
Membasahi kain pengompres dengan air hangat,3 0
diamkan selama 5 menit (diulangi beberapa kali)
10 Memeras kain pengompres hangat 3 0
11 Membereskan alat 3 0
12 Melakukan salam 3 0
13 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 3 0
14 Dokumentasi 3 0
15 Memperhatikan pasien safety 3 0
Jumlah 43 2
Jumlah Persentase 95% 5%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil
dalam Penatalaksanaan Kompress Hangat didapatkan nilai
presentase sebesar 95% dan termasuk dalam kategori penilaian
sangat baik.

75
a. Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk
memungsi vena secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam
yang kaku dilakukan dengan teknik steril seperti angeocateter atau
dengan jarum yang disambungkan dengan spuit (Eni K, 2016). 
Setelah dilakukan pengkajian tentang Pemasangan Infus didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 2.38
Penatalaksanaan Pemasangan Infus
di PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Mencuci tangan 3 0
2 Persiapan alat dan menggantungkan botol 3 0
cairan pada tiang infuse
3 Mengdesinfeksikan tutup botol dengan 3 0
alcohol swab
4 Menghubungkan infuse set, dan mengalirkan 3 0
cairan kedalam selang infuse, kemudian
selang infuse di klem
5 Mengeluarkan gelembung-gelembung udara 3 0
dari selang infuse
6 Mengatur posisi pasien, dan menentukan 3 0
tempat yang akan dipasang infuse
7 Menggunakan handscoon 2 1
8 Membendung dengan tourniquet bagian 3 0
atasnya. Yang akan dipasang iv catheter
9 Mendesinfektan kulit sekitar yang akan 3 0
dipasang infuse
10 Menusukkan IV Cath kedalam vena dengan 3 0
lubang jarum mengarah keatas, bila darah
mengalir menandakan ajrum masuk kedalam
vena, tourniquet dilepaskan, tekan bagian

76
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
atasnya dari tempat tusukan, menarik jarum iv
kateter
11 Hubungkan infuse set dengan iv kateter, 3 0
kencangkan sambungan kemudian di klem
dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan
12 Fiksasi menggunakan hansaplast di bagian 3 0
tusukan
13 Fiksasi bagian selang infuse dengan plester 3 0
14 Atur tetesan sesuai order dokter 3 0
15 Membuang sampah pada tempatnya 3 0
16 Melepaskan handscoon 3 0
17 Membuang handscoon pada tempatnya 3 0
18 Berpamitan dengan pasien 3 0
19 Mengucapkan salam 2 1
20 Mencuci tangan 2 1
21 Dokumentasi 3 0
Jumlah 54 3
Jumlah Persentase 96,4% 3,6%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemasangan infus didapatkan nilai presentase sebesar
96,4% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.

b. Pemberian Obat Oral


Pemberian Obat Oral adalah suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan berupa memasukkan obat melalui mulut yang bermanfaat
untuk memperbaiki status kesehatan seseorang (Andara,2013).
Berdasarkan hasil pengkajian tentang Pemberian Obat Oral
didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.39
Pemberian Obat Oral di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021

77
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 0 3
2 Perkenalkan diri 1 2
3 Pastikan identitas pasien 2 1
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 0 3
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar 3 0
dosis, benar waktu, benar cara pemberian,
benar indikasi dan dokumentasi
6 Tentukan kemampuan pasien untuk menelan 3 0
sirup/tablet
7 Cek kemampuan interaksi obat dan 3 0
kontraindikasi
8 Catat alergi pada klien sebelum memberikan 3 0
tiap obat
9 Yakinkan bahwa obat yang akan diberikan 3 0
sesuai aturan
10 Cek tanggal kedaluwarsa pada wadah obat 3 0
11 Informasikan pada pasien efek obat yang 3 3
diharapkan dan kemungkinan efek yang tidak
diharapkan
12 Bantu pasien untuk menelan obat 2 1
13 Monitor pasien dari kemungkinan aspirasi dan 3 0
efek terapi
14 Informasikan pasien dan anggota keluarga 1 2
bagaimana cara pemberian obat
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon 3 0
pasien
Jumlah 24 21
Jumlah Persentase 53% 47%
Persentase 100%

Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemberian obat oral didapatkan nilai presentase
sebesar 53% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik.

c. Pemberian Obat IV

78
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh darah vena
melalui port injeksi pada infuse set. Berdasarkan hasil pengkajian tentang
Pemberian Obat melalui injeksi intravena bolus didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2.40
Pemberian Obat Injeksi Intravena Bolus di Ruang PICU RSUD
Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Y Ya Tidak
1 Ucapkan salam 3 3
2 Perkenalkan diri 1 2
3 Pastikan identitas pasien 2 1
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 0 3
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, benar 3 0
dosis, benar waktu, benar cara pemberian,
benar indikasi dan dokumentasi
6 Atur posisi port Injeksi pada daerah yang bebas 1 2
dan aman
7 Bersihkan daerah penyuntikan dengan alcohol 0 3
swab
8 Tusukan jarum kedalam port Injeksi yang telah 0 0
tersedia dalam infuse set (karet khusus)
9 Hentikan aliran infuse dengan cara di klem dan 2 1
lakukan aspirasi, pastikan jalur IV line baik
dengan adanya darah saat dilakukan aspirasi
10 Masukan obat perlahan-lahan sampai habis 1 2
11 Cabut jarum setelah obat masuk semua 3 0
12 Buang spuit dan jarum bekas pada bengkok 1 2
13 Buka klem infuse dan atur kembali tetesan 3 0
infuse
14 Rapikan pasien dan Bereskan alat 2 1
15 Dokumentasikan pemberian obat dan respon 3 0
pasien
Jumlah 25 20
Jumlah Persentase 55% 45%
Persentase 100%

79
Analisa
Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam
Penatalaksanaan pemberian obat melalui injeksi intravena bolus
didapatkan nilai presentase sebesar 55% dan termasuk dalam kategori
penilaian sangat baik.

d. Pengukuran Pernapasan
Pengukuran pernapasan adalah menghitung jumlah pernapasan
(inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.Setelah dilakukan
pengkajian tentang pelaksanaan pengukuran pernafasan hasil sebagai
berikut:

Tabel 2.41
Mengukur Pernafasan di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik 3 0
Buku catatan
2 Melakukan Kebersihan Tangan dan Bismillah 2 1
3 Memperkenalkan diri 3 2
4 Menghitung pernafasan dengan 3 0
memperhatikan irama nafas selama satu menit
5 Melakukan cuci tangan 3
6 Kebersihan tangan 3 0
7 Dokumentasikan hasilnya dalam buku catatan 3 0
dan rekam medik pasien.
Jumlah 20 3
Jumlah Persentase 87% 13%
Persentase 100%

Analisa

80
Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan perhitungan pernafasan diruang Rasyid Thalib cukup
baik dilakukan dengan persentase diruang PICU adalah 87%
e. Pengukuran Nadi
Pengukuran nadi adalah menghitung jumlah denyut nadi (irama,
frekuensi dan kekuatan).Berdasarkan hasil pengkajian tentang
Pengukuran nadi didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.42
Mengukur Nadi di ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
N= 3
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik dan 3 0
Buku catatan
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 2 1
3 Mengucapkan salam 3 0
4 Perkenalkan diri 3 2
5 Memastikan identitas klien 3 0
6 Menjelaskan prosedur tindakan 2 1
7 Hitung denyut nadi dengan menggunakan3 0
arloji
8 Tempelkan jari telunjuk dan jari tengah diatas3 0
arteri klien selama satu menit
9 Membereskan alat 3 0
10 Mengucapkan salam 3 0
11 Melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur 1 2
12 Dokumentasikan hasil perhitungan pada buku3 0
catatan
Jumlah 32 6
Jumlah Persentase 84,2% 15,7%
Persentase 100%

81
Analisa
Berdasarkan tabel yang ada diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan perhitungan nadi diruang Rasyid Thalib cukup baik
dilakukan dengan persentase diruang PICU adalah 84,2%.
B. Output
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan mulai dari instrument A, B,
dan C di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah periode 13-16 April
2021
1. Rentang kendali
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, rentang kendali di
Ruang PICU RSUD Siti Fatimah periode 13-16 April 2021, dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 2.43
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A,B,C)
di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah
Periode 13-16 April 2021
Tercapai Target yang harus di
No Aspek
(%) capai
1 Instrumen A 72,8% >70%
2 Instrumen B 81,8% >70%
3 Instrumen C 76% >70%
Total %
Sumber: Data Observasi Mahasiswa Ners IKesT MP 2020

Analisa
Berdasarkan tabel diatas hasil penilaian mutu pelayanan yang meliputi :
instrument A dengan presentase hasil sebesar 72,8%, yang berarti asuhan
keperawatan yang telah dilakukan di ruang PICU telah memenuhi standar dan
sudah dilakukan dengan sangatbaik. Instrumen B hasil presentasi 81,8% yang
berarti timbal balik tenaga perawat, pasien dan keluarga perawat terhadap
mutu pelayanan sudah sangatbaik, Sedangkan instrumen C didapatkan hasil
presentase sebesar 76%, yang berarti semua tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat sudah termasuk sangat baik sesuai dengan prosedur
atau SOP yang ada di PICU RSUD Siti Fatimah . Jadi dapat disimpulkan

82
bahwa mutu pelayanan yang ada di ruang PICU sudah baik dan telah
memenuhi target standar pelayanan mutu rumah sakit.

1. EfisiensiRuangRawat (BOR, LOS, TOI, BTO)


a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2006), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.

jumla h h ari perawatan diruma h sakit


BOR= × 100 %
( jumla htempat tidur × jumla h h ari dalam satu periode)

1) Kajian Data
Kajian data selama 3 hari
jumla h h ari perawatan diruma h sakit
BOR= × 100 %
( jumla htempat tidur × jumla h h ari dalam satu periode)

1743
BOR= ×100 %=%
8 × 90

b. ALOS ( Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien


dirawat)
1) Kajian Teori
Menurut Depkes RI (2006) ALOS adalah rata-rata lama
rawatseorangpasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari.
jumla h lama dirawat
ALOS=
jumlah pasienkeluar (h idup+mati)

83
2) Kajian Data
Kajian data selama 2 hari
Pada tanggal 13 April 2021 terdapat 2 orang pasien .An.X
pulang dengan lama dirawat 6 hari, An.Ypulang dengan lama hari
perawatan 4 hari
Jumlah lama dirawat 6+4= 10
Pada tanggal 6 April 2021 terdapat 2 orang pasien pulang
An. Hpulangdengan lama dirawat 4 hari, An. Rpulangdengan
lama dirawat 5 hari. Jumlah lama dirawat 4+5= 9
10+ 9 19
ALOS= = =4,7=5 h ari
2+ 2 4

E. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


1) Kajian Teori
Menurut Depkes RI (2006), TOI adalah rata-rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.
( jumla htempat tidur × periode )−h ari perawatan
TOI=
jumla h pasienkeluar (h idup+mati)

2) Kajian Data
Kajian data selama 2 hari
Jumlah hari perawatan tanggal 13-16 April 2021= 23 hari
Jumlah pasien keluar tanggal 13-16 April 2021 = 4 orang
Periode 13-16 April2021 = 2 hari
Jumlah tempat tidur ruang PICU = 8 TT
( 16 ×2 )−6 26
TOI = = =6,5=6 h ari
4 4

Tabel 2.46
Efisiensi Ruang Rawat Inap di Ruang Rasyid Thalib

84
Periode 16-17 Maret 2020
No Indikator Hasil
1 BOR 42 %
2 LOS 5 Hari
3 TOI 6 Hari
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners

Analisa
BOR (Bed Occupancy Rate) pemakaian tempat
tidurruang PICU RSUD Siti Fatimah periode 13-16 April
2021 adalah 42 % dimana untuk pemakaiantempattidak
sesuai denganstandar Depkes yaitu 60%- 85%.
LOSS (Average Length of Stay) lama rata-rata hari
perawatan pasien di ruang PICU sebesar 5 hari, dimana
lama rata-rata hari perawatan tidak sesuai dengan standar
Depkes yaitu 6-9 hari. Hal ini dimungkinkan kebanyakan
pasien diruang PICU yang kebanyakan lama perawatan
hanya 4–5hari di ruangan untuk diobservasi dan kondisi
pasien yang cepat membaik.
TOI (Turn Over Interval) menunjukanwaktu rata-
rata satu tempat tidur kosong di ruang PICU dalah 6 hari,
dimana hal ini tidak sesuai dengan Depkes yaitu 1-3 hari.
Hal ini dapat terjadi karena tidak setiap hari ada pasien yang
harus menjalanioperasi atau terapi lain, jadisecara
berkesinambungan dalam rentang tiga hari ada pasien
pulang dan ada pasien masuk sehingga rata-rata tempat
tidur kosong 6 hari.

C. Identifikasi Masalah
1) Input
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada poin input tidak
ditemukan permasalahan dari man, money, material, machine, metodh.

85
2) Proses
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan ternyata pada tahap
proses ditemukan masalah:
Tabel 2.44
Identifikasi Masalah
No MASALAH C A R L TOTAL RANK
Proses Pelayanan Keperawatan (SP2KP)
1. TugasKepala Ruangan : 90% 3 2 4 3 72 14
2. Tugas Kepala Tim/Pj : 93,7% 4 2 3 3 48 17
3 Tugas Perawatan Sosiatif : 92% 2 2 3 3 36 16
4. Meeting Morning : 60% 2 2 2 2 16 6
5. Pre Conference : 66% 2 3 3 2 36 7
6. Post Conference : 68% 2 3 3 1 18 8
7. Handover : 56,3% 1 2 1 2 4 4
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
7. Pemberian Obat : 87% 2 3 2 2 24 13
8. KomunikasiEfektif : 86% 1 3 3 2 2 12
9 Resiko Jatuh : 77% 4 4 4 4 256 9
10 Resiko Infeksi Nosokomial: 63% 2 2 3 5 20 5
StandarAsuhanKeperawatan (Instrument A)
11 Penilaian Asuhan Keperawatan : 95 % 4 4 4 3 192 18
PencegahanDanPengendalianInfeksi (PPI)
12 PPI Secara Umum : 92% 3 4 5 4 240 16
13 Penggunaan APD : 82% 4 2 1 1 8 10
14 Pembungan Sampah : 100% 5 4 3 3 180 20
17 Lima Momen Cuci Tangan : 42% 2 1 1 1 2 1
Instrument B
KepuasanPasienTerhadapMutuPelayana
18 3 3 4 4 144 9
n : 84,3%
19 Kepuasan Kerja Karyawan : 92,1% 3 3 4 4 144 16
20 Kepuasan Keluarga Pasien : 91% 3 4 4 3 144 15
StandarOperasionalProsedur (SOP)
21 Pemasangan IVFD: 96,4% 4 4 4 4 256 17
22 Kompress Hangat : 95% 5 4 4 3 240 19
23 Pemberian Obat Oral : 53%% 3 2 1 2 12 2
Pemberian Obat IV Bolus : 55%
24 3 2 1 1 6 3
25 Pengukuran Respirasi : 87% 3 3 3 4 108 13
26 Pengukuran Nadi : 84,2% 2 2 4 3 58 11

86
Output
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada poin output tidak
ditemukan permasalahan.
3) Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian data maka ditemukan 3 masalah dengan 5
sub masalah, sehingga di lakukan penyusunan prioritas masalah

87
dilanjutkan dengan planning of actiondan dapat dilihat pada table.
Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability, :
C : Ketersediaan sumberdaya (Dana dan sarana/peralatan)
A : Kemudahan,masalah yang diatasi atau tidak diatasi.
Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan
metode/cara/ teknologi serta penunjang pelaksanaan
: seperti peraturan.
R Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan
: sasaran seperti keahlihan/ kemampuan dan motivasi.
L Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan
rangking atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai
terendah.
Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai
1-5.Kriteria C.A.R.L tersebut mempunyai arti

88
Tabel 2.45
Prioritas Masalah Berdasarkan CARL di Ruang PICU RSUD Siti Fatimah periode 13-16 April 2021

No MASALAH C A R L TOTAL RANK


Lima momen cuci tangan42% 2 1 1 1 2 1
Handover 56,3% 1 2 1 2 4 2
Pemberian Obat IV Bolus 55% 2 2 1 1 6 3
Pemberian Obat Oral 53% 2 2 1 2 12 4

12
BAB III
MASALAH DAN PERENCANAAN IDENTIFIKASI MASALAH
3.1 Analisa Situasi Ruangan
A. Man
1. Pasien
Ruang PICU adalah ruang rawat intensif untuk bayi (sampai usia
28 hari) yang terdiri dari ruang kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan ruang
isolasi dengan kapasitas 8 tempat tidur.
a. Rekapitulasi kunjungan rawat inap di Ruang PICU
Tabel 3.1
Rekapitulasi Kunjungan Rawat Intansif di Ruang PICU
Bulan
No Uraian Total
Februari Maret April

1 Total dirawat 4 8 3 16

2 Hari rawat 1 2 1 4

3 Lama rawat 15 14 3 32

4 Pasien keluar 3 3 1 7

Hidup 1 5 1 7

Mati 1 3 0 4

5 Pasien out 3 3 1 7

b. Efisiensi pelayanan di Ruang PICU


1) BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR Ruang PICU
Berdasarkan rata-rata persentase pemakaian tempat tidur
(BOR) Ruang PICU (55,72%) berada di bawah standar nasional
(75%-85%).
2) LOS (Length Of Stay)
LOS Ruang PICU

13
Berdasarkan rata-rata lamanya perawatan seorang pasien
(LOS) Ruang PICU (3,6 hari) berada di bawah standar nasional
(6-9 hari).
3) TOI (Turn Over Interval)
TOI Ruang PICU
Berdasarkan rata-rata tempat tidur tidak ditempati (TOI)
Ruang PICU (2,7 hari) telah sesuai dengan standar nasional (1-3
hari).
4) BTO (Bed Turn Over)
BTO Ruang PICU
Berdasarkan rata-rata frekuensi pemakaian tempat tidur
(BTO) Ruang PICU telah sesuai dengan standar nasional (4-6
kali).

2. Ketenagaan
a. Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
Tabel 3.2
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan
di Ruang PICU

No Spesifikasi Pekerjaan Jumlah Persen


1 Perawat 15 81,25
2 Klining Servis 1 6,25
3 Administrasi 1 6,25
4 Inventarisasi 1 6,25
Jumlah 18 100

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, sebagian besar (81,25%) ketenagaan


di Ruang PICU adalah tenaga keperawatan.

14
b. Karakteristik ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.3
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Ruang PICU Tahun 2021

No Pendidikan Jumlah Persen


Diploma IV & Strata
1 2 12,5
1
2 Diploma III 13 68,75
3 SLTA 1 18,75
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, sebagian besar (68,75%)


ketenagaan di Ruang PICU berpendidikan Diploma III.

c. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan


Tabel 3.4
Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Ruang PICU

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen


1 D III Keperawatan 13 84,72
2 SI Keperawatan 2 15,28
Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, sebagian besar (84,72%) tenaga


keperawatan di Ruang PICU berpendidikan Diploma III (perawat
terampil).

d. Karakteristik tenaga keperawatan berdasarkan masa kerja

15
Tabel 3.5 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Masa Kerja
di Ruang PICU

No Masa Kerja Jumlah %


1 > 5 tahun 11 69,33
2 < 5 tahun 4 30,67
Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, sebagian besar (69,33%) tenaga


keperawatan di Ruang PICU memiliki pengalaman kerja > 5 tahun.

e. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang PICU


Analisa kebutuhan tenaga perawat di Ruang PICU berdasarkan
Rumus Gillies adalah sebagai berikut :
 Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
 Waktu perawatan langsung
No Kategori Rata-rata Rata-rata Jam Jumlah Jam
Pasien/har Perawatan/hari Perawatan/hari
i
1 Minimal 2 2 4
Care
2 Partial 5 3 15
Care
3 Total 8 4 32
Care
Jumlah 15 51

 Waktu perawatan tak langsung : 38 menit X 15 = 9,34 jam


 Waktu Penyuluhan : 15 menit X 15 = 3,45 jam
 Jumlah jam perawatan perhari = 51 + 9,34 + 3,45 = 63,79

16
 Jumlah kebutuhan tenaga perawat adalah
63,79 X 365 = 23.283
= 11,3
365 – (45+12+14) X 7 2.058
 Antisipasi cuti, sakit dan lain-lain ditambah 25% = 2,9
 Maka jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
= 11,3 + 2,9 + 3 (Karu + 2 Katim) = 17,2
= 17 orang
 Berdasarkan perhitungan di atas, maka Ruang PICU masih
kekurangan tenaga perawat sebanyak 2 orang.
B. Material
1. Denah Ruang PICU

Gambar 3.6 Denah Ruang PICU

R.
Ruang R. Dokter
Isolasi
R. 1A R. 1B confren R. 2A R. 2B
R.
se
Tindakan
R. 3B

Nurse Station
R. Adm
R.Kepa
&
R. 1C R. 1D la R. 3A
R. Dapur R.
Ruanga
Linen
n

Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang PICU


dapat disampaikan bahwa :
 Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup
sinar matahari

17
 Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan
jendela.
 Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
 Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
 Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
 Sarana air bersih : Tersedia
 Pembuangan air limbah : Lancar
 Tempat sampah medis dan non medis terpisah.

2. Kapasitas Ruang Nusa Indah


Ruang PICU memiliki kapasitas 8 tempat tidur dengan klasifikasi :
 2 tempat tidur kelas 1
 2 tempat tidur kelas 2
 2 tempat tidur kelas 3
 2 tempat tidur ruang isolasi

3. Fasilitas Untuk Petugas


 Ruang nurse station
 Ruang pertemuan perawat
 Ruang ganti perawat
 Kamar mandi dan WC
 Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
 Ruang kepala ruangan
 Ruang dokter

4. Fasilitas Alat Tenun


Tabel 3.7 DaftarInventaris Alat Tenun Ruang PICU

No Nama Barang Jumlah Kondisi

1 Sprai 21 Baik

2 Stik laken 8 Baik

18
3 Perlak 18 Baik

4 Sarung bantal 16 Baik

5 Kasur 8 Baik

6 Kain skern 2 Baik

7 Bantal 15 Baik

5. Fasilitas Alat Medis

Tabel 3.8 DaftarInventaris Alat Medis Ruang PICU

No Nama Barang Jumlah Kondisi

1 HME Dewasa 10 Baik

2 HMe Anak/Bayi 10 Baik

Cateter mount Baik


3 10
(ergostar)

Mask bayi disposable Baik


4 5
(no.0)

Mask bayi disposable Baik


5 5
(no.0)

Mask bayi disposable Baik


6 5
(no.0)

7 Headgear biru 10 Baik

8 Sirkuit dewasa dispo 10 Baik

9 Sirkuit anak dispo 2 Baik

10 Sirkuit bayi dispo 2 Baik

Daftar nama BMPH


No. Nama alat jumlah satuan

19
1 Syringe pump 3

2. Nebulizer omron 1

3 Suction bottle set 3

4 Bag valve mask (ambu 1


bag)

5 Mask bipap new (S/M/L) 3

6 Mask Bipap reuse (S/M) 2/1

7 Expiratory valve 2
anak/dewasa

8 Neonatal sensor 1

9 Expiratory sensor 2

10 Nebu reusable anak/dewasa 3

11 Nebu reusable bayi 1

12 Selang suction 4

 Berdasarkan hasil observasi, belum tersedia daftar pasien yang


dirawat di Ruang PICU.

C. Methods
1. Visi dan Misi
a. Motto,Visi dan Misi RSUD Siti Fatimah Provensi Sumatra Selatan
1) Motto
“Kami selalu terdepan melayani kesehatan anda”.
2) Visi
Terwujudnya Rumah Sakit Umum Rujukan Provinsi dan
Rumah Sakit Pendidikan yang mewujudkan pelayanan yang
bermutu, professional, efisien dengan standar pelayanan kelas
dunia.
3) Misi

20
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna,
bermutu, prima, informatif, dan efektif dengan tetap
memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan.
b. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan
keramahan, kecepatan, keselamatan, keamanan, kemudahan,
dan kenyamanan.
c. Memberikan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai
pusat rujukan tertinggi dengan menggunakan teknologi
modern dan pelayanan kesehatan secara komprehensif
kepada masyarakat.
d. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan yang
berkesinambungan sesuai dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
e. Menciptakan SDM yang mempunyai daya saing tinggi dan
loyal terhadap organisasi.
f. Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian yang
terintegrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
g. Menjalin kerja sama dengan institusi terkait untuk
meningkatkan kinerja.
h. Mewujudkan sistem manajemen Rumah Sakit yang
mampu meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan dan
menjamin kepastian hukum secara transparan, akuntabel, dan
auditabel.
i. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sekitar.
2. MPKP
a. Penerapan MPKP
Ruang PICU melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
 Dalam daftar dinas Ruang PICU terbagi menjadi 2 tim. Tim 1
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang, dan Tim 2
terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 5 orang.

21
 Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar
1, 2, 3 dan 4. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab untuk kamar
5, 6 dan Isolasi. Tersedia buku laporan pasien untuk 2 Tim yang
diisi lengkap tiap shift yang berisi keadaan umum, pemenuhan
KDM, terapi tindakan yang sudah dan akan dilakukan pada shift
berikutnya. Juga tersedia buku TPRS, buku therapi dan buku
visite untuk 2 tim.
 Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3
shift, yaitu shift pagi dari jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift
sore dari jam 14.00 WIB -21.00 WIB dan shift malam dari jam
21.00 WIB – 07.00 WIB.

Tabel 3.10 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan


Keperawatan di Ruang PICU

No Aspek Yang Dinilai Nilai (%)

1 Pengkajian 72

2 Diagnosa Keperawatan 47,5

3 Perencanaan 77,14

4 Implementasi 30

5 Evaluasi 45

Berdasarkan tabel 3.10 di atas, seluruh dokumentasi keperawatan pada status


pasien tidak lengkap.

3. Evaluasi Kepuasan Kerja Perawat

Tabel 3.11 Distribusi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang PICU

No Kriteria Jumlah Persen

1 Puas 9 56,25

22
2 Tidak Puas 6 43,75

Jumlah 15 100

Berdasakan tabel 3.11 di atas, sebagian besar (56,25%) tenaga perawat di Ruang
PICU merasa puas dengan kinerjanya.

4. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien


a. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
b. Gambaran kepuasan responden terhadap mutu pelayanan
keperawatan di Ruang PICU

Tabel 3.12 Distribusi Kepuasan Pasien di Ruang PICU

No Kriteria Jumlah Persen

1 Puas 10 62,63

2 Tidak Puas 5 37,37

Jumlah 15 100

Berdasakan tabel 3.14 di atas, sebagian besar (62,63%) responden merasa puas
terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang PICU.

D. Money
 Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung
diperoleh melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
 Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur
permintaan barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.

E. Marketing
 Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti BPJS, in
Health, maupun peserta umum

23
 Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan
dan Rumah Sakit untuk kegiatan praktek klinik mahasiswaadapaun
mahasiswa yang praktik tiga bulan terakhir yaitu program D3
Perawat Poltekes Kemenkes Palembang, Program D3 Perawat
Kesdam Palembang, dan Program profesi ners IKesT MP

3.2 Analisa SWOT


Opportunitie
Strengths Weaknesses s Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan (Ancaman)
)

 Adanya Visi  Visi dan Misi  Adanya  Meningkatny


dan Misi Ruangan tidak kerja sama a sikap kritis
Rumah Sakit tersosialisasikan. yang baik masyarakat
untuk antara terhadap
meningkatkan institusi mutu
kualitas pendidikan pelayanan
pelayanan. kesehatan kesehatan
 Jumlah tenaga dan rumah atau
 Tenaga keperawatan jika sakit dalam keperawatan.
pelaksana dibandingkan kegiatan
keperawatan di dengan hasil praktek
Ruang PICU perhitungan klinik
terdiri dari S1 menurut rumus mahasiswa.
keperawatan Gillies masih
(15,38%) dan kurang.  Adanya
Diploma III kebijakan
keperawatan rumah sakit

24
(84,62%). memberika
 92,31% tenaga n
 69,23% tenaga perawat tidak kesempatan
keperawatan di pernah bagi
Ruang PICU memperoleh perawat
memiliki pendidikan/pelati untuk
pengalaman han tambahan. meningkatk
kerja > 5 tahun. an
 BOR (55,72%) pendidikan.
 Ruangan masih di bawah
bersih, standar nasional
nyaman, (75-85%)
ventilasi cukup
dengan sarana
dan prasara
cukup
 Kurang efektifnya
memadai.
peran kepala
ruangan dalam
 56,25%
fungsi
perawat di
pengendalian
Ruang PICU
(kontroling) (nilai
merasa puas
angket 30%).
dengan
kinerjanya
 Pendokumentasia
n asuhan
keperawatan
kurang efektif dan
62,63% pasien
efisien
merasa puas
dengan mutu
pelayanan
keperawatan di

25
Ruang PICU

 Dilaksanakany
a MPKP
dengan metode
Tim

3.3 Perumusan dan Prioritas Masalah


No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

1 Man

Kurangnya
pendidikan dan
4 3 1 1 1 10 VII
pelatihan tambahan
bagi tenaga perawat

Kurangnya jumlah
tenaga pelaksana 4 4 1 1 1 11 VI
perawatan

Struktur organisasi
belum disesuaikan
3 2 5 3 5 18 I
dengan MPKP
metode Tim

2 Material

Tidak ada daftar


pasien yang dirawat 3 2 5 3 4 17 II
intensif diruang PICU

3 Methods

Visi dan Misi ruangan


belum 3 3 3 3 3 15 V
tersosialisasikan

Belum adanya 4 3 3 3 3 16 III

26
pendelegasian secara
tertulis dari Kepala
Ruangan kepada
kepala Tim, pada saat
kepala ruangan
berhalangan.

Pendokumentasian
asuhan keperawatan 5 3 2 4 2 16 IV
belum optimal

Keterangan :
 Magnitud (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
 Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
 Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
 Nursing Consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
 Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2016. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Direktorat Jendral Pelayanan
Medik. Jakarata

Kuntoro, Agus. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Marquis dan Huston. (2009). Leadership role and management in nursing: theory
and application, Philadelphia: Lippincott

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan  Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Satrianegara, M. Fais dan Siti Saleha. (2009). Buku Ajar Organisasi dan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika

Sitorus, Ratna dan Panjaitan, R. (2015). Manajemen Keperawatan: Manajemen


Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto

28

Anda mungkin juga menyukai