TAHUN 2019
Program studi
Keperawatan
Di Susun Oleh
1610105024
ALIFFAH PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Response time merupakan suatu standart pelayanan yang harus dimiliki oleh
Instalasi Gawat Darurat (Widodo, 2015). Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit
menyatakan ada beberapa indikator mutu pelayanan rumah sakit khususnya pada bagian
Instalasi Gawat Darurat salah satunya yaitu waktu tanggap atau respons time. Menteri
Kesehatan pada tahun 2009 telah menetapkan salah satu prinsip umum tentang
penanganan pasien gawat darurat yang harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah
sampai di IGD (Kemenkes, 2009).
Response Time adalah kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang
sampai dilakukan penanganan (Kemenkes, 2011). Waktu tanggap dikatakan tepat waktu
dan tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar
yang ada (Wulan, 2010)
1. Pengertian Triage
Kata triase berasal dari bahasa perancis trier, yang artinya menyusun atau
memilah (Habib dkk, 2016). Tatalaksana awal di IGD adalah proses triase yaitu proses
pemilahan pasien berdasar prioritas kegawatan (Untoro dan Adhitya, 2017). Triase adalah
memilah tingkat kegawatan pasien untuk menentukan prioritas penanganan lebih lanjut
(Kemenkes, 2011).
Penilaian kondisi medis triase tidak hanya melibatkan komponen topangan hidup
dasar yaitu jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation) atau
disebut juga ABC approach, tapi juga melibatkan berbagai keluhan pasien dan tanda-
tanda fisik. Penilaian kondisi ini disebut dengan penilaian berdasarkan kumpulan tanda
dan gejala (syndromic approach). Contoh sindrom yang lazim dijumpai di unit gawat
darurat adalah nyeri perut, nyeri dada, sesak nafas, dan penurunan kesadaran (Habib,
2016).
Triage memiliki fungsi penting di IGD terutama apabila banyak pasien datang
pada saat yang bersamaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar pasien ditangani
berdasarkan urutan kegawatannya untuk keperluan intervensi (Hadi, 2016).
2. Tujuan Triage
3. Prinsip Triage
Salah satu peran dan fungsi perawat gawat darurat adalah melakukan triage,
mengkaji dan menetapkan prioritas dalam spektrum lebih luas terhadap kondisi klinis
pada berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai
kondisi kronis (Faidah dkk, 2013).
Setiap Rumah Sakit memiliki konsep triage yang berbeda- beda. Salah satu
konsep triage yang dapat digunakan yaitu Patient Acuity Category Scale (PACS)
(Kurniasari, 2016).
Terdapat 4 sistem klasifikasi triase yaitu prioritas 1 atau pasien kritis yang
memerlukan resusitasi, prioritas 2 yaitu emergensi mayor atau urgen, prioritas 3 yaitu
emergensi minor atau non urgen dan prioritas 4 yaitu non emergensi atau false
emergency (Untoro & Adhtya, 2017).
3 Minor 60 menit 80% Cedera kepala - sadar, tidak Cedera kepala – sadar, tidak muntah
Emergencies muntah Fraktur colles
(Ambulant) Minor Acute Trauma Fraktur klavikula
Nyeri perut – ringan Sprain ankle
Sakit kepala Sakit Fraktur minor lain
telinga/gangguan pendengaran Migrain dan sakit kepala sejenisnya
akut Otitis media/eksterna
Benda asing pada mata Gastrointestinal
Nyeri ringan – berat Refluks Benda asing pada telinga, hidung,
tenggorokan, mata, dan ekstremitas
Gejala dysmenorrhoea
Diare akut
Vomiting Digigit ular, sengatan serangga
dan hewan lain.
Urtikaria
4 Non-Emergencies 120 menit 75% Trauma lama dengan gejala sisa. Old scars
Sakit tenggorokan tanpa adanya Deformitas tulang, s
masalah pernapasan Penyakit pinal atau anggota tubuh yang lain
pernapasan bagian atas (minor). Kontraktur sendi
Prosedur tindakan bedah non- Tindakan non-urgent:
urgent a. Pengambilan plate metal, screws
Kelemahan tubuh yang b. Old Unreduced Dislocations
berlangsung lama. c. Luka kronik
Penyakit mata non-urgent d. Sprain kronik
Penyakit THT non-urgent Minor e. Benjolan pada tubuh
lll-Defined Conditions f. Kista, bisul
Permintaan tindakan non-urgent g. Tindakan sirkumsisi
Permintaan general check-up h. Patching of Earlobe
dan surat keterangan i. Penghilangan tato
Kasus-kasus ginekologi Masalah j. Penghilangan kutil
kulit non-urgent k. Penghilangan keloids
l. Osteoarthritis pada lutut
Prioritas kegawatan pasien akan menentukan respon time di IGD,
penentuan prioritas ini dikenal dengan sistem triase (Untoro dan Adhitya,2017).
Prioritas Masalah Keperawatan Gawat Darurat: (Kemenkes, 2011).
j. Gangguan termoregulasi
5. Proses Triage
Pengkajian awal dimulai ketika perawat triage memeriksa pasien, perawat harus
memeriksa dengan jelas. Dalam melakukan triage, perawatharus memperhatikan
pengontrolan infeksi dalam situasi apapun di mana kontak dengan darah dan cairan tubuh
bisa terjadi. Membersihkan tangan dengan sabun atau pembersih tangan setiap kali
kontak dengan pasien merupakan langkah penting untuk mengurangi penyebaran infeksi
(Kartika, 2012).
Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan tepat
waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi kecacatan akibat
kerusakan organ. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat (Hamarno, 2016).
Proses pengumpulan data primer dan sekunder terfokus tentang status kesehatan
pasien gawat darurat di rumah sakit secara sitemik, akurat, dan berkesinambungan.
Pengkajian primer dan sekunder terfokus, sistematis, akurat, dan berkesinambungan
memudahkan perawat untuk menetapkan masalah kegawatdaruratan pasien dan rencana
tindakan cepat, tepat, dan cermat sesuai standar. Sistem triage yang dapat digunakan pada
pengkajian keperawatan gawat darurat ialah melakukan pengumpulan data melalui
primary dan secondary survey pada kasus gawat darurat di rumah sakit (Kemenkes,
2011).
a. Primary survey
Primery survey adalah pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan
segera masalah aktual atau resiko tinggi dari kondisi life threatening
(berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup).
Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
jika hal tersebut memungkinkan (Kemenkes, 2011). Dalam penatalaksanaan
survei primer hal-hal yangdiprioritaskan antara lain airway, breathing,
circulation, disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan
resusitasi (Prasetyantoro,2013).
Primary Survey: (Kemenkes, 2011).
A: Airway atau dengan kontrol servikal
B: Breathing dan ventilasi
C: Circulation dengan kontrol perdarahan
D: Dissability pada kasus trauma, “Defibrilation, Drugs, Differential
Diagnosis” pada kasus non trauma
E: Exposure pada kasus trauma, EKG, “Electrolite Imbalance” pada kasus
non trauma.
b. Secondary survey
Secondary survey adalah pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah
airway, breathing dan circulation yang ditentukan pada pengkajian primer
sebelumnya. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian obyektif dan subyektif
dari riwayat keperawatan dan pengkajian head to toe. Pengkajian head to toe
terfokus, adalah pengkajian komprehensif sesuai dengan keluhan utama pasien
(Kemenkes, 2011).
1) Wawancara triage
Pada saat wawancara yang waktunya relatif singkat, perawat
menentukan keluhan utama dan riwayat luka atau sakit saat ini. Perawat
triage melakukan pengkajian yang berfokus pada masalah dan
melakukan pengukuran tanda-tanda vital dan kemudianperawat
menentukan tingkat kedaruratan triage dari keterangan yang didapatkan
(Kartikawati, 2012).
Tujuan wawancara triage ini adalah untuk menentukan keluhan
utama, mendapatkan penjelasan dari tanda dan gejala yang terkait,
menggolongkan tingkat kedaruratan pasien dan melakukan perawatan
berdasarkan riwayat. Pertanyaan pertama yang diajukan kepada pasien
adalah tentang alasan mengapa pasien datang ke UGD. Perawat selalu
menggunakan pertanyaan terbuka, seperti “Apa yang Anda keluhkan
saat ini?” atau “Apa yang Anda rasakan saat ini?”. Keluhan utama
sebaiknya dicatat sesuai dengan kata kata pasien. Jika pasien
mengatakan beberapa masalah, perawat triage harus memfokuskan
pasien untuk menentukan alasan utama kedatangannya di UGD. Jika
pasien datang dengan menggunakan ambulans, keterangan tentang
pasien dapat diperoleh dari petugas kesehatan sebelumnya, tetapi
penting untuk dilakukan verifikasi kepada pasien dalam rangka untuk
mencocokkan antara keterangan petugas kesehatan dengan pasien. Hal
ini dilakukan jika pasien dalam keadaan sadar dan kooperatif
(Kartikawati, 2012).
Pada saat mengumpulkan data terkait dengan keluhan
utama pasien, perawat bisa menggunakan beberapa pendekatan
sistematis yang biasa digunakan diruang gawat darurat. Untuk
pasien dengan keluhan nyeri bisa menggunakan singkatan PQRST.
Setelah perawat mendapatkan keterangan yang cukup tentang
keluhan utama, fokus perawat berpindah pada riwayat medis
singkat
Singkatan Pertanyaan
P: Provokes, Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri, apakah ada hal yang
Palliative menyebabkan kondisi memburuk/membaik, apa yang
(penyebab) dilakukan jika sakit/nyeri timbul, apakah ini sampai
mengganggu tidu
Q: Quality Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri, apakah rasanya
(kualitas) tajam, sakit seperti diremas, menekan, membakar, nyeri
berat, kolik, kaku, atau seperti ditusuk. (Biarkan pasien
menjelaskan kondisi ini dengan katakatanya)
R: Radiates Apakah rasa sakitnya menyebar, seperti apa penyebarannya,
(penyebaran) apakah sakitnya menyebar atau berfokus pada satu titik
S: Severity Seperti apa sakitnya, nilai nyeri dalam skala 1-10 dengan 0
(keparahan berarti tidak sakit dan 0 yang paling sakit. (cara lain adalah
dengan menggunakan skala FACES untuk pasien anak-anak
lebih dari 3 tahun atau orang dengan kesulitan bicara)
T: Time (waktu) Kapan sakit mulai muncul, apakah munculnya perlahan atau
tiba-tiba, apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau
kadang-kadang, apakah pasien pernah mengalami nyeri
seperti ini sebelumnya, apabila “iya” apakah nyeri yang
muncul merupakan nyeri yang sama atau berbeda
2) Data Objekti
Perawat triage melakukan pengkajian fisik terfoku berkaitan
dengan keluhan utama pasien. Pemeriksaan fisik dibatas tidak hanya pada
tujuannya tetapi juga waktu, ruangan, da kemungkinan keterbatasan yang
ada. Inspeksi, palpasi, dan terkadang auskultasi dapat digunakan untuk
mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan keluhan utama.
Berikut ini merupakan parameter pengkajian fisik pada saat triage sesuai
dengan keluhan utama (Kartikawati, 2012).
a. Under Triage, di mana pasien menerima kode triase yang lebih rendah
dari tingkat urgensi sebenarnya (sebagaimana ditentukan oleh
indikator klinis dan fisiologis objektif).
b. Keputusan triase yang benar (atau yang diharapkan), di mana pasien
menerima kode triase yang sepadan dengan tingkat urgensi
sebenarnya (sebagaimana ditentukan oleh indikator klinis dan
fisiologis objektif). Keputusan ini mengoptimalkan waktu untuk
intervensi medis bagi pasien dan membatasi risiko keadaan yang
memburuk
c. Over-triase, di mana pasien menerima kode triase yang lebih tinggi
dari tingkat urgensinya yang sesungguhnya. Keputusan ini berpotensi
menghasilkan waktu tunggu yang singkat untuk intervensi medis bagi
pasien, namun risiko tersebut merupakan hasil yang merugikan bagi
pasien lain yang menunggu, karena mereka harus menunggu lebih
lama.
C. Kerangka konseptual
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, dimana penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo,
2010) dengan pendekatan Cross Sectional study. Pengumpulan data variabel independent
dan data dependen dilakukan secara bersamaan, untuk mengidentifikasi fator-faktor yang
berhubungan dengan Respon Time perawat di IDG RS X Kota Padang Tnahun 2019.
Penelitian ini dilaksanakan di RS X Kota Padang. Waktu penelitian pada tahun 2019.
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal tahun 2019
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili atau representative populasi (Notoatmodjo, 2012).
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang ada di SMPN 1
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dan teknik pengambilan sampel dengan cara
proporsional random sampling. Pengambilan sampel yang memperhatikan
pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian yaitu untuk
menentukan sampel pada masing-masing kelas (Swarjana, 2016).
2. Jumlah sampel
Dari populasi yang ada, ukuran sampel minimum diperoleh dengan menggunakan
rumus Slovin dalam Notoadmodjo (2012) yaitu :
N
n
1 N (d ) 2
Keterangan :
n = Ukuran sampel
Berdasarkan rumus diatas, maka ukuran sampel minimum pada populasi penelitian
ini dengan persen kelonggaran karena kesalahan pengambilan sampel sebanyak 10%
adalah sebagai berikut :
20
n
1 20(0,1) 2
n 9,5238095238
n 9orang
Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 10 orang. Pada penelitian tidak temukan
sampel yang drop out. Jadi populasi (N) adalah 20 perawat yang bekerja di IGD RS X
kota Padang.
Cara pengambilan sampel dengan cara acak sederhana dengan mencatat nama
perawat , lalu dilakukan pengundian (lottre) pada masing-masing pearwat tersebut.
b. Kriteria ekslusi adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.Kriteria eksklusi pada
penelitian inisebagai berikut:
Setelah semua data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan data dengan langkah-
langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) meliputi :
Fadhilah, N., Harahap, W. A. and Lestari, Y. (2015) ‘Faktor-faktor yang berhubungan dengan
waktu tanggap pada pelayanan kasus kecelakaan lalu lintas di instalasi gawat darurat rumah sakit
umum pusat Dr . M . Djamil’, Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), pp. 195–201.
Lulie, Y. and Hatmoko, J. T. (2017) ‘Respon Time (Waktu Tanggap) Perawat Dalam
Penanganan Kegawatdaruratan Di Instalasi Gawat Darurat Rsu Pku Muhammadiyah Di
Kabupaten Kebumen’, Interdisciplinary Journal Of Linguistics; University of kashmir ,
Srinagar,J&K,INDIA ,190006., 10, p. ISSN NUMBER-0974-3421/207-210. doi:
10.1590/S1516-18462008000300012.
Sabriyanti, W., Islam, A. and Gaus, S. (2012) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Ketepatan Waktu Tanggap Penanganan Kasus pada Response Time 1 di Ruangan Bedah dan
Non-Bedah IGD RS DR . WAHIDIN SUDIROHUSODO’, Tesis Universitas Hasanuddin, (3),
pp. 1–13. Available at:
http//pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/c4fb91d414809dc2f827bc65613cb9fa.pdf.