Dosen pengampu :
KELOMPOK 3
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas berkah dan rahmat-Nya
penulis telah berhasil menyusun makalah tentang Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada
kasus sistem sirkulasi. Makalah ini di buat untuk menunjang proses pembelajaran
keperawatan. Sesuai dengan kurikulum terbaru program S1 keperawatan, yaitu pembelajaran
berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan
kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk mempelajari makalah ini.
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil inti sari dari materi pelajaran
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata pelajaran keperawatan
profesional.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok terdapat bermacam-macam sesuai dengan konteks klinis dan tingkat kedalaman
analisisnya. Secara patofisiologi syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan
sebagai kondisi tidak adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang
diakibatkan oleh gangguan hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat
berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri, berkurangnya darah
balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung. Dengan
demikian syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan dengan melalui berbagai
proses. Secara umum dapat dikelompokkan kepada empat komponen yaitu masalah
penurunan volume plasma intravaskuler, masalah pompa jantung, masalah pada
pembuluh baik arteri, vena, arteriol, venule atupun kapiler, serta sumbatan potensi aliran
baik pada jantung, sirkulasi pulmonal dan sitemik.
Gangguan pada pembuluh dapat terjadi pada berbagai tempat, baik arteri (afterload),
vena (preload), kapiler dan venula. Penurunan hebat tahanan tahanan vaskuler arteri
atau arteriol akan menyebabkan tidak seimbangnya volume cairan intravaskuler dengan
pembuluh tersebut sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi sangat rendah yang
akhirnya juga menyebabkan tidak terpenuhianya perfusi jaringan. Peningkatan tahanan
1
2
arteri juga dapat mengganggu sistim sirkulasi yang mengakibatkan menurunya ejeksi
ventrikel jantung sehingga sirkulasi dan oksigenasin
jaringan menjadi tidak optimal. Begitu juga bila terjadi peningkatan hebat pada tonus
arteriol, yang secara langsung dapat menghambat aliran sirkulasi ke jaringan.
Gangguan pada vena dengan terjadinya penurunan tahanan atau dilatasi yang
berlebihan menyebabkan sistim darah balik menjadi sehingga pengisian jantung menjadi
berkurang pula. Akhirnya menyebabkan volume sekuncup dan curah jantung juga
menurun yang tidak mencukupi untuk oksigenasi dan perfusi ke jaringan. Ganguan pada
kapiler secara langsung seperti terjadinya sumbatan atau kontriksi sistemik secara
langsung menyebabkan terjadinya gangguan perfusi karena area kapiler adalah tempat
terjadinya pertukaran gas antara vaskuler dengan jaringan sel-sel tubuh.
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan mekanisme terjadinya itu syok
dapat dikelompokkan menjadi beberapa empat macam yaitu syok hipovolemik, syok
distributif, syok obstrukttif, dan syok kardiogenik.
Secara global, angka insidensi tahunan syok berdasarkan etiologi apapun adalah 0.3-
0.7 per 1000 penduduk, dengan syok hipovolemik hemoragik merupakan kasus yang
paling sering ditangani di intensive care unit. Untuk Syok hipovolemik nonhemoragik,
tipe ini merupakan tipe syok terbanyak yang diderita oleh anak-anak. Etiologi tersering
adalah dehidrasi akibat diare. Diperkirakan sekitar 760.000 anak me nderita diare setiap
tahunnya.
Berdasarkan data dari the Trauma Registry of the German Trauma Society (Deutsche
Gesellschaft für Unfallchirurgie) untuk tahun 2017 angka insidensi syok hipovolemik
berdasarkan etiologi hemoragik dan nonhemoragik mencapai angka 50.000 pasien per
tahun, dengan 10 000 diantaranya mengalami syok hipovolemik hemoragik.
Mortalitas Masih sedikit studi yang meneliti angka mortalitas pasien syok
hipovolemik secara umum maupun dengan penyebab nonhemoragik. Angka mortalitas
syok hipovolemik dengan perdarahan berkisar pada angka 5 juta per tahun, angka ini
disebabkan oleh gagalnya proses penghentian perdarahan pada pasien trauma.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini adalah apa saja jenis masalah pada sistem sirkulasi.
C. Tujuan
a) Tujuan umum
Tujuan dari penulisan ini mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
gawat darurat pada sistem sirkulasi
b) Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah mahasiswa mampu:
1. Membedakan jenis syok
2. Mengenal tatalaksana syok lanjut
3. Mengetahui pengkajian kegawatdaruratan pada pasien syok
4. Mengetahui analisa data kegawatdaruratan pada pasien syok
5. Mengetahui diagnose keperawatan gawatdarurat pada pasien syok
6. Mengetahui intervensi keperawatan gawatdarurat pada pasien syok
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis danam melakukan
penulisan
c. Hasil penulisan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pengetahuan bagi
adik kelas ataupun masyarakat yang membaca penulisan ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
5
organ organ yang berada di sekitarnya seperti tulang rusuk dan paru paru. Selaput
pembungkus jantung perikardium tersusun atas dua lapis, yaitu:
a. Lamina Parietalis/Parietal Layer
Lapisan perikardium sebelah luar yang disebut sebagai parietal layer adalah
selaput perikardium yang melekat pada tulang rusuk, rongga dada dan organ
paru-paru.
b. Lamina Viseralis/Visceral Layer
Lapisan perikardium sebelah dalam yang melekat pada jantung pada lapisan
epikardium. Bagian ini lah yang disebut lapisan Epikardium Jantung. Diantara
kedua lapisan perikardium ini terdapat ruang perikardium (pericardial cavity)
yang berisi cairan yang disebut cairan serous (serous fluid) yang berfungsi
sebagai bantalan cair pelindung jantung.
Lapisan dinding jantung paling dalam yang bertemu dengan ruang jantung dan
darah, terdiri atas jaringan epitel skuamosa.
5. Ruang Jantung
Jantung manusia mempunyai 4 ruang berongga dibagian tengahnya yang berfungsi
sebagai tempat menampung darah yang masuk ke jantung dan yang kemudian darah
tersebut akan dikeluarkan dari jantung. Ruang-ruang jantung tersebut adalah:
a. Serambi Jantung/Atrium Jantung / Atrium
Terbagi lagi berdasarkan letaknya, yaitu Atrium Kanan (Right Atrium) dan
Atrium Kiri (Left Atrium). Atrium jantung berfungsi menampung darah yang
masuk ke jantung melalui pembuluh darah vena pulmonalis untuk atrium kiri dan
pembuluh darah vena cava untuk atrium kanan.
b. Bilik Jantung/Ventrikel Jantung / Ventricle
Terbagi lagi berdasarkan letaknya, yaitu Ventrikel Kanan (Right Ventricle) dan
Ventrikel Kiri (Left Ventricle). Ventrikel jantung berfungsi menampung darah
yang berasal dari ruang atrium dan kemudian memompanya keluar melalui
pembuluh darah aorta untuk ventrikel kiri dan pembuluh darah arteri pulmonalis
untuk ventrikel kanan.
6. Sekat Jantung
Keempat ruang-ruang jantung yang telah kita pelajari diatas dibatasi oleh beberapa
dinding sekat pembatas atau disebut juga sebagai septum. Sekat ini berfungsi sebagai
dinding pemisah agar darah bersih dan darah kotor yang ada di dalam ruang jantung
tidak bercampur. Terdapat tiga buah sekat dinding pemisah ruang jantung, yaitu:
a. Sekat Atriorum / Septum Atriorum
Sekat jantung yang memisahkan ruang atrium kanan dengan ruang atrium kiri
yang berfungsi memisahkan darah bersih dan darah kotor di dalam jantung.
b. Sekat Interventrikularis / Septum Interventricularis
Sekat jantung yang memisahkan ruang ventrikel kanan dengan ruang ventrikel kiri
yang berfungsi juga memisahkan darah bersih dan darah kotor di dalam jantung.
c. Sekat Atrioventrikularis / Septum Atrioventricularis
Sekat jantung yang memisahkan ruang atrium kanan dan kiri dengan ruang
ventrikel kanan dan kiri. Disekat inilah terdapat dua katup jantung, yaitu katup
mitral di kiri dan katup trikuspidalis di kanan.
7
7. Katup Jantung
Katup jantung atau yang disebut juga sebagai valve dalam bahasa Inggris dan valvula
dalam bahasa Latin medis mempunyai fungsi sebagai pintu pembatas antara ruang-
ruang jantung yang mempunyai kemampuan membuka dan menutup. Terdapat dua
jenis katup jantung di dalam organ jantung manusia, yaitu:
a. Katup Atrioventrikularis (Katup A.V)
Katup Atrioventrikularis adalah katup jantung yang berada diantara ruang atrium
dengan ruang ventrikel. Fungsi Katup A.V adalah mencegah aliran balik darah
dari ventrikel kembali ke atrium selama fase SISTOLE. Katup ini terbagi atas
1) Katup Bikuspidalis /Katup Mitralis / Mitral Valve / Bicuspid Valve
Katup jantung yang mempunyai dua daun katup (Bi = Dua) yang membatasi
ruang atrium kiri dengan ruang ventrikel kiri.
2) Katup Trikuspidalis / Tricuspid Valve
Katup jantung yang mempunyai tiga daun katup (Tri = Tiga) yang membatasi
ruang atrium kanan dengan ruang ventrikel kiri.
b. Katup Semilunaris ( Katup S.L)
Katup Semilunaris adalah katup jantung yang berbentuk seperti bulan sabit (Luna
= Bulan), katup ini berada diantara ruang ventrikel dengan pembuluh darah diluar
jantung. Fungsi katup S.L adalah untuk mencegah aliran balik darah yang sudah
keluar dari jantung kembali ke ruang ventrikel selama fase DIASTOLE. Katup
semilunaris ini terbagi atas:
1) Katup Aorta / Aortic Valve
Katup jantung yang membatasi antara ruang ventrikel kiri dengan pembuluh
aorta yang bertugas mencegah aliran balik darah dari aorta kembali ke
ventrikel kiri.
2) Katup Pulmonalis / Pulmonary Valve
Katup jantung yang membatasi anatara ruang ventrikel kanan dengan
pembuluh arteri pulmonalis yang bertugas mencegah aliran balik darah dari
arteri pulmonalis kembali ke ventrikel kanan.
8
listrik yang menyebabkan sel otot jantung berkontraksi secara teratur dan
independen.
b. Simpul Atrioventrikular / Atrio Ventrikular Node (AV Node)
AV Node adalah sebuah daerah kecil jaringan khusus di dalam dinding di antara
atrium kanan dan ventrikel kanan jantung.
c. Serabut Purkinje (Purkinje Fibers)
Serabut yang merupakan kelanjutan dari AV node yang berada dibagian bawah
jantung. Ketiga jaringan utama tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus,
yaitu:
Otomatisasi, kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
Irama, pembentukan impuls yang teratur.
Daya konduksi, kemampuan untuk menyalurkan impuls.
Daya rangsang, kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan dan teratur, jantung
akan menghasilkan impuls-impuls yang disalurkan melalui sistem hantar untuk
merangsang otot jantung dan bisa menimbulkan kontraksi otot. Siklus
perjalanan impuls dimulai dari nodus SA kemudian menuju nodus AV, sampai
ke serabut Purkinje, lebih lengkapnya terlihat di diagram dibawah ini :
Siklus diatas dikenal sebagai Siklus Jantung yang berlangsung selama 0,8 detik,
dengan perincian, Atrium sistole 0,1 detik, ventrikel sistole 0,3 detik, diastole
0,4 detik dimana sistole mengacu pada kontraksi otot jantung sedangkan
diastole mengacu pada relaksasi otot jantung.
13
Sedangkan dinding dari pembuluh darah kapiler hanya terdiri atas sebuah lapisan
tunggal endothelium dan membran basalis (basement membrane). Atas dasar inilah kenapa
pembuluh darah kapiler mempunyai ukuran lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan
dengan ukuran arteri dan vena.
15
B. Definisi
a. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan atau disebabkan oleh tidak kuatnya
perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri. Syok kardiogenik terjadi
ketika jantung tidak mampu mempertahankan kardiak ourput yang cukup untuk perfusi
jaringan. Hal ini biasanya muncul setelah adanya penyakit infark miokardial
(Manurung, 2016).
b. Syok Obstruktif
Syok obstruktif adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh terhalangnya pembuluh
darah besar atau jantung itu sendiri. Meskipun gejalanya mirip dengan syok
16
kardiogenik, syok obstruktif perlu dibedakan dengan jelas dari syok kardiogenik karena
pengobatannya sangat berbeda (Heller, 2015)
c. Syok Neurogenik
Syok neurogenik bisa dikatakan syok distributive karena adanya vasodilatasi yang
hebat akibat kehilangan output simpatik, ketika mengalami kehilangan respon dari
simpatik maka tubuh tidak bisa mengkompensasi penurunan curah jantung akibat
peningkatan denyut jantung (Theresia et al., 2018)
Syok neurogenic adalah syok spinal yang terjadi akibat vasokomotor karena hilangnya
tonus pada pembuluh darah didalam tubuh maka dapat menyebabkan hipotensi, syok
neurogenic juga bisa disebut dengan sinkop (Nazmudin & Lumbantouruan, 2015).
d. Syok Sepsis
Sepsis merupakan disfungsi organ akibat gangguan regulasi respons tubuh terhadap
terjadinya infeksi. Kondisi sepsis merupakan ganggauan yang menyebabkan kematian,
syok sepsis merupakan abnormalitas sirkulasi dan metaboleisme seluler (Arifin, 2017).
e. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah keadaan yang mengalami kekurangan cairan dalam
pembuluh darah atau jantung yang tidak mampu untuk memprrtahankan peredaran
darah sehingga pasokan oksigen ke organ vital terutama ke otak, jantung dan ginjal
tidak cukup (Krisanty et al. 2016).
C. Etiologi
a. Syok Kardiogenik
Penyebab syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner ,
disebabkan oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh
kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia. Lab/SMF
Anestesiologi FKUA/RSUP Dr. M. Djamil, Padang mengklasifikasikan penyebab syok
kardiogenik sebagai berikut:
a) Penyakit jantung iskemik (IHD)
b) Obat-obatan yang mendepresi jantung
c) Gangguan Irama Jantung.
b. Syok Obstruktif
Gangguan yang melibatkan gangguan pengisian diastolik dan penurunan preload
jantung termasuk sindrom kompresi vena cava, tension pneumothorax, tampon ade
perikardial, dan ventilasi PEEP yang tinggi. Emboli arteri pulmonalis atau massa yang
17
D. Patofisiologi
a. Syok Kardiogenik
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal
jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada
gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organorgan vital. Aliran darah ke
arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada
gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung
untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan. Tanda klasik syok kardiogenik
adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi
dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin
dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada
gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel
kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekananakhir
diastolic ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik
Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang
efektif.
b. Syok Obstruktif
Patofisiologi syok obstruktif dapat diklasifikasikan menurut lokasi obstruksi dalam
sistem vaskular dalam hubungannya dengan jantung
1). Faktor mekanis intra atau ekstravaskular atau luminal
mengurangi aliran darah di pembuluh besar atau aliran keluar
mobil dengan penurunan curah jantung yang kritis dan suplai
oksigen global. Hasilnya adalah keadaan syok dengan hipoksia
jaringan di semua sistem organ. Hal yang umum terjadi pada
semua keadaan obstruktif ini adalah penurunan curah jantung dan
tekanan darah yang cepat dan masif.
c. Syok Neurogenik
Syok neurogenik ditandai dengan penurunan getah bening mendadak menjadi <100
mmHg dan denyut jantung menjadi <60 / menit dengan kesadaran yang hilang (onset
19
cepat pada cedera bulbar) dan, pada pasien dengan cedera medulla spinalis tinggi,
kehilangan refleks spinal (34). Kapasitas sistem vena splanknikus dan otot rangka
meningkat sementara tekanan vena sistemik menurun drastis. Kematian sekitar 20%.
d. Syok Sepsis
Disfungsi endotel, yang menyebabkan disregulasi tonus vaskular yang mengakibatkan
vasodilatasi, gangguan distribusi, dan pergeseran volume di makro dan
mikrosirkulasi, dan peningkatan permeabilitas vaskular (sindrom kebocoran kapiler)
(22 –25). Seringkali, fungsi miokardial biventrikular juga hadir dalam bentuk
kardiomiopati septik (26), yang berkontribusi pada kematian pasien (26, 27). Syok
septik adalah bentuk campuran dari berbagai patologi (hipovolemia, vasodilatasi,
gangguan fungsi jantung, dan disfungsi mitokondria) dan biasanya berhubungan
dengan koagulopati kompleks (22-25).
e. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan
oleh kehilangan cairan intravaskuler. Proses kegagalan perfusi akibat kehilangan
volume intravaskuler terjadi melalui penurunan aliran darah balik ke jantung (venous
return) yang menyebabkan volume sekuncup dan curah jantung berkurang. Penurunan
hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan perfusi jaringan tidak optimal
yang dalam kedaan berat menyebabkan syok. Gejala klinis syok hipovolemik baru
jelas terlihat bila kekurangan volume sirkulasi lebih dari 15% karena pada tahap awal
perdarahan mekanisme kompensasi sisitim kardiovaskuler dan saraf otonom masih
dapat menjaga fungsi sirkulasi dalam kedaan normal. Gejala dan tanda klinis juga
tidak muncul pada waktu bersamaan, seperti perubahan tekanan darah sitolik terjadi
lebih lambat dari adanya perubahan tekanan nadi, frekuensi jantung dan penurunan
produksi urin. Oleh karena itu pemeriksaan dan penatalaksanaan yang cermat harus
dilakukan untuk penatalaksanaan yang tepat, serta penanggulangan segera kasus-
kasus yang beresiko agar tidak jatuh kedalam kondisi syok.
Alur perjalan syok hipovolemik yaitu dimana ada trauma pada jaringan tubuh
disini maksudnya yaitu tubuh mengalami adanya cedera, baik di jaringan kulit
maupun di jaringan tulang, yang sebelumnya mengalami luka maupun fraktur pada
tulang bagian dalam tubuh, seperti halnya luka bakar dan Destruksi kapiler, seperti
halnya Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya
cairan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya volume darah dalam tubuh. Sedangkan
destruksi kapiler apabila kerusakan berawal di membran kapiler, maka akan terjadi
20
pergerakan plasma dan sel darah merah ke ruang interstisium. Sehingga menimbulkan
kehilangan protein melalui sel yang terkelupas di akibatkan dari luka bakar tersebut
sehingga kekurangan cairan merupakan komplikasi yang terjadi ketika tubuh Anda
kehilangan terlalu banyak darah/cairan dari luka bakar. Dan perdarahan dapat terjadi
diakibatkan dari destruksi pada kapiler. Pada saat kebakaran memungkinkan untuk
kehilangan protein plasma disebabakan dari sel yang tekelupas pada luka bakar
tersebut. Sehingga tekanan osmotic pada darah mengalami penurunan yang sangat
dastis pada plasma darah. Perdarahan tadi menyebabkan cairan di iv akan mengalami
output yang berlebihan sehingga memungkinkan untuk terjadi SYOK
HIPOVOLEMIK. Sedangkan pada penderita keringat berlebihan, Diare dan muntah
yang berlebihan justru akan banyak cairan yang keluar dari tubuh sehingga kebutuhan
air dan elektrolit dalam tubuh tidak lah adekuat, sehingga menimbulkan cairan yang
di seluruh kompartemen tubuh termasuk cairan Intravascular akan berkurang
sehinngga dapat menimbulkan volume pada cairan intravascular berkurang dan dapat
terjadi SYOK HIPOVOLEMIK. Setelah itu keruskan pada korteks adrenal ginjal
padahal sangat diperlukan bagi kehidupan sekresi hormone aldosteron memungkinkan
tubuh untuk berdaptasi terhadap gejala stress, tanpa korteks adrenal pada ginjal dan
mengalami keruskan, keadaan stress yang berat dapat mengakibatkan kegagalan
sirkulasi perifer, syok, dan kematian. Kehidupan hanya dapat di pertahankan dengan
terapi nutrisi, elektrolit, serta cairan dan preparat adrenokortikal yang dimana di
sekresikan akan menghasilkan hormone aldosteron. ( Syaifullah Noer, 1995) sehingga
sekresi pada aldosteron menurun yang dimana Aldosteron berperan dalam mengatur
tingkat natrium dan kalium dalam tubuh. Dengan adanya aldosteron, tekanan darah
serta keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah dapat terjaga. Hormon ginjal,
renin, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan aldosteron. Sehingga dapat
menimbulkan kegagalan pada Retensi dan NA+ yang menimbulkan menurunya
volume cairan pada tubuh sehingga terjadi SYOK HIPOVOLEMIK.
Obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi di dalam usus, baik usus
halus maupun usus besar. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan penyerapan
makanan atau cairan, di dalam saluran pencernaan. Bila tidak segera ditangani, bagian
usus yang mengalami sumbatan bisa mati dan menyebabkan komplikasi serius.
Sehingga dapat menyebabkan distensi pada usus halus maupun perut Distensi
abdominal merupakan proses peningkatan tekanan abdominal yang menghasilkan
peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut. Distensi dapat terjadi
21
ringan ataupun berat tergantung dari tekanan yang dihasilakan. Distensi abdominal
dapat terjadi local atau menyeluruh dan dapat secara bertahap atau secara tiba-tiba.
Distensi abdominal akut mungkin merupakan tanda dari peritonitis atau tanda akut
obtruksi pada perut. Sehingga menimbulkan aliran balik ke vena menjadi terhambat di
akibatkan oleh adanya obstruksi tersebut, sehingga tekanan kapiler pada usus halus
mengalami peningkatan kapiler yaitu pembuluh darah terkecil di tubuh, berdiameter
5-10 μm, yang menghubungkan arteriola dan venula, dan memungkinkan pertukaran
air, oksigen, karbon dioksida, serta nutrien dan zat kimia sampah antara darah dan
jaringan di sekitarnya. Dapat menimbulkan cairan keluar dari kapiler dan masuk ke
dinding dan lumen usus. Sehingga dapat memunculkan cairan keluar dari kapiler
masuk ke dinding dan lumnen usus. Sehingga menurunnya volume intravascular
sehingga memicu timbulnya SYOK HIPOVOLEMIK.
22
E. PATHOFLOW SYOK
Trauma tumpul Fraktur, muntah, diare Penyumbatan aliran darah ke SYOK DISTRIBUTIF
berat, luka bakar otot jantung
Penekanan dinding
SYOK KARDIOGENIK
ruang jantung
↓ arus balik vena
SYOK OBSTRUKTIF
O2 diarteri TD arteri ↓ ↓ suplai ↑ volume darah ↑ sistemik vascular resisten Mekanisme kompensasi
oksigen ke pelepasan katekolamin
jaringan tubuh
Ventilasi ↑ Aliran darah ↓
↓ produksi urine
Nyeri dada
Berkurangnya suplai darah ke otak
Perfusi Perifer Tidak v
Efektif Risiko
Nyeri akut
Ketidakseimbangan Perubahan mental (Gelisah, cemas)
Cairan
Ansietas
23
F. Manifestasi klinik
a. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan
gangguan mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang khas
pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah
hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
miokardium.
Gambaran klinis gagal jantung kiri :
a) Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
b) Pernapasan cheyne stokes
c) Batuk-batuk
d) Sianosis
e) Suara serak
f) Ronchi basah, halus tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
g) Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
h) BMR mungkin naik
i) Kelainan pada foto rontgen
b. Syok Obstruktif
Gejala syok obstruktif tidak spesifik dan kondisi ini ditandai dengan respon otonom
kompensasi berupa takikardia, takipnea, oliguria, dan kesadaran yang berubah.
Hipotensi mungkin cukup sederhana pada awalnya dan ini dapat menyebabkan
meremehkan situasi klinis. Untuk diagnosis banding, pemeriksaan klinis yang cermat
sangat penting (auskultasi, perkusi, ultrasonografi termasuk ekokardiografi), tetapi
harus akurat dan cepat, karena kecepatan perkembangan keadaan syok. Obstruksi
aliran darah intratoraks dapat menyebabkan kongesti vena serviks atau untuk denyut
perifer atipikal. Pneumotoraks tegang dapat dikaitkan dengan emfisema subkutan dan
deviasi trakea yang terlihat di leher, sementara diseksi aorta atau sindrom Leriche
dapat menyebabkan nyeri di dada atau perut. Aturan “4 H dan 4 T” tentang penyebab
henti jantung sirkulasi yang reversibel melibatkan tiga penyebab obstruktif: tampon
ade perikardial, pneumotoraks tegangan, dan tromboemboli.
c. Syok Neurogenik
24
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda
tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat
(bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia
atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar,
barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam
arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.
d. Syok Sepsis
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia
menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan
dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme
gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme orang dewasa infeksi saluran
kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi infeksi adalah luka dan kateter
atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah
staphylococcus aureus dan pseudomonas sp Pasien dengan sepsis dan shock sepsis
merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat
meninggal karena sepsis.
Gejala umum adalah:
a) Demam
b) Berkeringat
c) Sakit kepala
d) Nyeri otot.
e. Syok Hipovolemik
Tahap Syok Hipovolemik
1) Tahap I
a) terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b) terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih
dapat dipertahankan.
2) Tahap II
a) terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
b) tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.
3) Tahap III
a) Bila terjadi kehilangan darah lebih dari 25%
b) Terjadi penurunan tekanan darah ,output,PO2, perfusi jaringan secara cepat
25
output jantung. Anggota tim trauma harus mempertimbangkan diagnosis ini pada pasien
dengan luka di atas diafragma.
Shock neurogenic menghasilkan luka yang luas terhadap tulang belakang tenaga
serviks atau atas yang disebabkan oleh hilangnya nada simpatik dan vasodilasi
berikutnya. Shock tidak menghasilkan akibat otak cedera yang terisolasi kecuali basa
otak terlibat, dalam hal ini prognosisnya buruk. Pasien dengan cedera tulang belakang
pada awalnya mungkin hadir dalam kejutan akibat vasodilasi dan hipovolemia, terutama
jika ada banyak luka lain. Sikik septik tidak biasa, namun harus dipertimbangkan pada
pasien yang kedatangannya di fasilitas darurat tertunda selama berjam-jam. Pada orang
tua, alasan mendasar atau mengendalikan penyebab cedera traumatis mungkin
merupakan infeksi yang tidak dikenal, biasanya merupakan infeksi saluran kemih.
Tanggung jawab manajemen pasien mulai dengan mengenali adanya kejutan. Inisiasikan
perawatan segera dan identifikasi penyebab kemungkinan. Tanggapan pasien terhadap
perawatan awal, ditambah dengan temuan survei primer dan sekunder, biasanya
memberikan informasi yang cukup untuk menentukan penyebab kejutan.
Perdarahan adalah penyebab kejutan yang paling umum pada pasien trauma. Ikhtisar
Fisiologi Jantung dan Koordinasi Badan Darah mengalami penting untuk memahami
keadaan kejut. Fasiologi Jantung Fisikologi Jantung Jenderal didefinisikan sebagai
volume darah yang dipompa oleh hati per menit. Nilai ini ditentukan dengan mengalikan
denyut jantung oleh volume stroke (jumlah darah yang menyebabkan hati dengan setiap
kontraksi jantung). Volume stroke ditentukan secara klasik oleh preload, kontraktilitas
miokard, dan afterload.
Preload, volume rumput darah vena ke sisi kiri dan kanan jantung, ditentukan oleh
kapasitansi vena, status volume, dan perbedaan antara tekanan sistemik vena rata-rata
dan tekanan atrium kanan. Diferensial tekanan ini menentukan aliran vena. Sistem vena
dapat dianggap sebagai reservoir, atau kapasitansi, sistem di mana volume darah dibagi
menjadi dua komponen:
1. Komponen pertama mewakili volume darah yang akan tetap dalam rangkaian
kapasitansi jika tekanan pada sistem adalah nol. Komponen ini tidak
berkontribusi pada tekanan vena sistemik yang berarti.
2. Komponen kedua mewakili volume vena yang berkontribusi pada tekanan vena
sistemik yang rata. Hampir 70% dari total volume darah tubuh diperkirakan
berada di sirkuit vena. Kepatuhan sistem vena melibatkan hubungan antara
volume vena dan tekanan vena. Gradien tekanan ini mengusir arus vena dan oleh
27
karena itu volume rena kembali vena ke jantung. Kehilangan darah menurunkan
komponen volume vena ini dan mengurangi gradien tekanan; Akibatnya, renaalah
vena berkurang.
Volume darah vena kembali ke jantung menentukan panjang serat otot mikopit
setelah pengisian ventrikel pada akhir diastole. Menurut hukum Starling, panjang serat
otot terkait dengan sifat kontraksi otot miokard. Kontrak miokard adalah pompa yang
mendorong sistem. Afterload, juga dikenal sebagai perpher vaskular tahan saja Ance,
bersifat sistemik. Cukup dinyatakan, afterload adalah perlawanan terhadap arus darah.
28
a. ALGORITMA SYOK
CASE : seorang pasien mengeluh pusing dan lemas
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Catatan!
29
30
b. Secondary Survey
No Komponen Pertimbangan
1 Observasi umum a. Observasi penampilan pasien perhatikan
postur dan posisi tubuh
b. Periksa apakah pasien menggunakan
pelindung atau tindakan perlindungan diri
c. Tanyaka keluhan umum yang di derita
pasien
d. Bagaimana tingkat kesadaran pasien?
e. Amati perilaku pasien apakah tampak
tenang/ketakutan/gelisah/kooperatif.
f. Kaji apakah pasien mampu melakukan
tindakan sendiri atau tidak.
g. Kaji komunikasi verbal pasien, apakah
bicaranya jelas/bingung/bergumam.
h. Apakah terdapat bau seperti bau
keton/urin/etanol/obat kimiawi yang lain.
i. Apakah ada tanda luka lama, luka baru atau
keduanya.
2 Kepala dan Wajah a. Periksa adanya luka/ perdarahan/bentuk
asimetri.
b. Periksa apakah ukuran dan bentuk pupil
kanan-kiri sama, apakah bereaksi terhadap
cahaya
c. Periksa status visual pasien
d. Palpasi kulit kepala yang mengalami luka
e. Palpasi adanya benjolan pada tulang wajah,
apakah bentuknya simetris/asimetris
f. Periksa adanya pembengkakan, perdarahan
pada hidung.
g. Periksa adanya luka/laserasi/ perdarahan
pada telinga
h. Periksa status hidrasi/warna
32
RIWAYAT KESEHATAN
Untuk mengetahui dan meudahkan mengingat komponen pendataan riwayat maka
digunakan pneumonic SAMPLE yaitu :
Signs and symtomps : Tanda dan gelaja
Allergies : Alergi
Medications : Pengobatan
Pertinent medical history : Riwayat kesehatan terkait
Last meal (or medication or menstrual period) : Terakhir makan/
pengobatan/menstruasi
Events surrounding this incident : Kejadian yang men yertai
34
B. Analisa Data
No Data Etiologic Masalah
1 Data subjektif : Syok obstruktif , Penurunan curah
1. Pasien mengeluh syok hipovolemik, jantung
lelah syok kerdiogenik
2. Dispnea dan syok distribitif
Data Objektif :
1. Edema
2. Distensi vena
jugularis
3. CVP
meningkat/menurun
4. TD
meningkat/menurun
5. Nadi perifer teraba
lemah
6. Oliguria
7. CRT >3 detik
2 Data subjektif : Penurunan curah Pola nafas tidak efektif
1. Dispnea jantug
Data Objektif : ↓
1. Rr 26 x/menit O2 diarteri
2. Ada penarikan otot ↓
banti nafas Ventilasi ↑
3. CRT >2 detik ↓
Takipnea
3 Data subjektif : - Hipoksia Ringan Perfusi perifer tidak
Data Objektif : ↓ efektif
1. Nadi 126 x/menit Perifer
2. TD : 90/70 mmHg ↓
3. CRT > 3 detik Mukosa pucat, akral
4. Mukosa pucat dingin
5. Warna kulit pucat
35
6. Akral dingin
4 Faktor resiko : Resiko
1. Prosedur keridakseimbangan
pembedahan mayor cairan
2. Trauma/ perdarahan
3. Luka bakar
4. Apheresis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pancreas
8. Penyakit ginjal dan
kelenjar
9. Disfungsi intestinal
5 Data subjektif : ↓ suplai oksigen ke Intolereansi aktivitas
1. Mengeluh lelah jaringan tubuh
Data Objektif : ↓
1. Frekuensi jantung ↑ energy
meningkat > 20%
dari kondisi istirahat
6 Data subjektif : - Metabolisme tubuh Nyeri akut
Data Objektif : menjadi an aerob
1. Tampak meringis ↓
kesakitan Menghasilkan 2
2. Skala nyeri 7 ATP + asam laltat
3. Kes : somnolen ↓
4. Td : 130/80 mmHg Asam laktat
5. Pola nafas berubah merangsang
mediator nyeri
↓
Nyeri dada
7 Data subjektif : ↓ perfusi jaringan Ansietas
1. Merasa bingung ↓
2. Merasa khawatir Berkurangnya suplai
36
C. Diagnose Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload dan perubahan
afterload
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri/ vena
4. Resiko keridakseimbangan cairan berhubungan dengan trauma/perdarahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik (trauma)
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose Tujuan & Kriteria
No Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan hasil
1 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
jantung tindakan tanda/gejala primer tanda/gejala primer
berhubungan keperawatan penurunan curah penurunan curah
dengan perubahan selama 3x24 jam jantung (meliputi jantung
preload dan diharapkan dispnea, kelelahan, 2. Mengatahui
perubahan penurunan curah edema, oropnes, tanda/gejala sekunder
afterload jantung teratasi paroxysmal nocturnal penurunan curah
dengan kriteria dyspnea, peningkatan jantung
hasil : CVP) 3. Memantau keluhan
1. Kekuatan nadi 2. identifikasi nyari dada
37
(menurun)
5. Konsentrasi
(membaik)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2017. Definisi dan kriteria syok septic. In : Frans J, Arif M, editors. Penatalaksanaan
sepsis dan syok septic optimalisasi FASHUGSBID. Jakarta.
Guyton A, Hall J. Circulatory Shock And Physiology Of Its Treatment (Chapter 24).
Textbook Of Medical Physiology. 12th Ed. Philadelphia, Pensylvania: Saunders;
2010. P. 273-84.
Kementrian Kesehatan RI. Hasil Utama Riskesdas 2018. 2018. Available From :
Http://Www.Kesmas.Kemkes.Go.Id/Assets/Upload/Dir_519d41d8cd98f00/Files/Hasil
-Riskesdas-2018_1274.Pdf
Kolecki P, Menckh
Krisanty, P. et al. 2016. Asuhan keperawatan gawat darurat. 1st edn. Edition by Jusirman.
Jakarta : CV Trans Info Media.
Kuntoadi, Gama Bagus. 2019. BUKU AJAR ANATOMI FISIOLOGI Untuk Mahasiswa
APIKES – Semester 1. Panca Terra Firma : Jakarta.
Manurug, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : CV.
Trans Info Medika.
iii
Nazmudin, P., & Lubantouruan. 2015. BTCLS DISASTER MANAGEMENT. Medhatama.
Standl, Thomas Et Al. The Nomenclature, Definition And Distinction Of Types Of Shock.
Dtsch Arztebl Int 2018; 115: 757–68. Available From :
Https://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pmc/Articles/PMC6323133/Pdf/Dtsch_Arztebl_Int-
115_0757.Pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indicator Diagnostic. Edisi I, Cetakan III. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Edisi I, Cetakan II. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi I, Cetakan II. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta
Selatan.
iv