Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KONDISI NON BENCANA

KELOMPOK 1 :

1. Agustia Wati
2. Alifya Asmiasti
3. Astuti
4. Chessa Angelia
5. Fina Fauziah
6. Mauli Titania
7. Murni Dwi Alpianti
8. Ristina Amelia Putri
9. Sita Nuralisa

STIKES IHCSAN MEDICAL CENTRE BINTARO

Jl. Jombang Raya No.56 Sektor IX Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan-Banten 154
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana
yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Kondisi alam
terseut serta adanya keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia
menyebabkan timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan
kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga kaya akan sumberdaya alam.
Non bencana bencana adalah kelompok kelompok rentan bencana bencana
sering disebut disebut kelompok kelompok dengan kebutuhan khusus, kelompok yang
beresiko, beresiko karena kondisi fisik, psikologis, atau kesehatan sosialsetelah
bencana. Banyak upaya yang telah dilakukan dala  persiapan  persiapan menghadapi
menghadapi bencana, bencana, namun jarang memperhatikan memperhatikan
kebutuhan kebutuhan kelompok kelompok rentan, adapun orang yang disebut sebagai
kelompok rentan adalah orang dengan kebutuhan khusus baik secara baik ataupun
psikologis, wanita, anak-anak, orang tua dan orang dipenjara, SES minoritas dan dan
orang dipenjara, SES minoritas dan orang yang m orang yang mengalami kendala
bahasa.
Menurut Ramli S (2010) menyatakan, selain dari perawat, masyarakat juga
sangat berpengaruh dalam semua proses pada bencana, baik itu pada fase pra bencana,
saat bencana, maupun pasca bencana, aspek pada masyarakat yang dapat berpengaruh
terhadap kesiapan masyarakat terhadap bencana, yaitu perilaku masyarakat terhadap
bencana itu.
Diperlukan kesiapan untuk menghadapi terjadinya bencana, yaitu dengan
pemberian edukasi mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana. Kesiapsiagaan
sebelum bencana adalah suatu tindakan kesiapsiagaan yang dilakukan sebelum suatu
bencana melanda wilayah tersebut. Kesiapsiagaan bertujuan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari terjadinya korban jiwa, kerugian
harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat di kemudian hari (Arif, 2018).
B. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II pada semester VI,
dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang penanganan
pasien dalam situasi non bencana.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien Mampu melakukan
pengkajian keperawatan pada klien dengan non bencana
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan non bencana
3. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan non bencana
4. Mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan keperawatan pada klien
dengan non bencana
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan non bencana.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Non bencana bencana adalah kelompok kelompok rentan bencana bencana
sering disebut disebut kelompok kelompok dengan kebutuhan khusus, kelompok yang
beresiko, beresiko karena kondisi fisik, psikologis, atau kesehatan sosialsetelah
bencana. Non bencana adalah kelompok rentan bencana, kelompok yang beresiko
karena kondisi fisik, psikologis atau kesehatan sosial setelah bencana. Non bencana
adalah kondisi tidak ada bencana pada lokasi rawan bencana.
Banyak upaya yang telah dilakukan dala  persiapan  persiapan menghadapi
menghadapi bencana, bencana, namun jarang memperhatikan memperhatikan
kebutuhan kebutuhan kelompok kelompok rentan, adapun orang yang disebut sebagai
kelompok rentan adalah orang dengan kebutuhan khusus baik secara baik ataupun
psikologis, wanita, anak-anak, orang tua dan orang dipenjara, SES minoritas dan dan
orang dipenjara, SES minoritas dan orang yang m orang yang mengalami kendala
bahasa.
Untuk menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana, dibutuhkan
dukungan berbagai pihak termasuk kererlibatan perawat. Peran perawat dapat dimulai
sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase pre hospital
dan hospital, hingga tahap recovery (Munandar, 2018).
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman
bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Penyuluhan adalah suatu kejadian atau usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut
diharpkan dapat  berpengaruh terhadap perilakunya dengan kata lain, dengan adanya
pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
B. Manajemen Bencana
Manajemen bencana menurut (University British Columbia) ialah proses
pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk
mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan
menghadapi baik bencana potensial maupun akual. Adapun tujuan manajemen
bencana secara umum adalah sebagai berikut :
a. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup
b. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban
c. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman
d. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan
sosial daerah yang terkena bencana
e. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut
f. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

Manajemen Resiko Bencana Menurut Syarief dan Kondoatle (2006) mengutip


Carter (2001), manajemen resiko Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu
ilmu pengetahuan terapan yang mencari dengan melakukan observasi secara
sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan (measure),
terkait dengan pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi), persiapan, prespon
darurat dan pemulihan. Manajemen puncak meliputi perencanaan (planing),
pengorganisasian (coordinating), kepemimpinan (directing), dan pengendalian
(controlling).

C. Tahapan Pencegahan
Ada beberapa pentahapan dalam pelaksanaan pencegahan bencana antara lain:

a. Menerbitkan peta wilayah rawan bencana.

b. Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan diwilayah rawan


bencana

c. Mengembangkan sumber daya manusia satuan pelaksana

d. Mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat

e. Membuat bangunan yang berguna untuk mengurangi dampak bencana


f. Membentuk pos-pos siaga bencana

g. Mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada warga

h. Mengevakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman

Pada bulan Januari tahun 2005 di Kobe-Jepang, diselengkarakan diselengkarakan


Konferensi Konferensi Pengurangan Pengurangan Bencana Bencana Dunia (World
Conference Conference on Disaster Disaster Reduction) Reduction) yang
menghasilkan menghasilkan beberapa beberapa substansi substansi dasar dalam m
dalam mengura ngi kerugian kerugian akibat bencana, bencana, baik kerugian
kerugian jiwa, sosial, sosial, ekonomi ekonomi dan lingkungan. lingkungan. Substansi
dasar tersebut yang selanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005‐
2015 yaitu :

1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun


daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat.
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan
sistem peringatan dini
3. Memanfaatkan Memanfaatkan pengetahuan, pengetahuan, inovasi inovasi dan
pendidikan pendidikan membangun kesadaran membangun kesadaran
kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua
tingkat masyarakat.
4. Mengurangi faktor ‐faktor penyebab risiko bencana.
5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat
agar respons yang dilakukan lebih efektif.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1) Pengkajian inti :
a) Sejarah
Terjadinya wilayah, perkembangan wilayah, sudah berapa lama masyarakat
disana tinggal, apakah ada perubahan terhadap daerah, bagaimana sejarah
daerah tersebut. Dan apakah pernah terjadi bencana di wilayah tersebut.
b) Demografi
Karakteristik penduduk: usia dan jenis kelamin, tipe rumah tangga : keluarga,
bukan keluarga, status perkawinan, kelompok masyarakat apa yang terbanyak
dilihat (anak muda, lansia) apakah diwilayah tersebut ada usia yang rentan
bencana, orang yang tinggal sendirian, apakah populasi homogen, statistik
penting (angka kelahiran, pernahkah ada angka kematian diwilayah tersebut
pada bencana sebelumnya, angka kesakitan/masalah kesehatan, prilaku sehat,
masalah social, angka kekerasan).
c) Etnis
Adakah kelompok etnik tertentu dan tanda–tanda kelompok budaya yang
dilihat dan bagaimana budaya masyarakat dalam menilai bencana.
d) Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang dianut masyarakat, agama (distribusi dan pemimpin
agama), bagaimana pandangan dalam melihat bencana apakah diwilayah
tersebut memiliki sarana ibadah, apakah ada tanda seni, bagaimana
budayanya, bagaimana leluhurnya, dan apakah ada tanda–tanda peninggalan
sejarah.
2) Pengkajian sub-sub sistem
a) Lingkungan
Bagaimana keadaan masyarakat, bagaimana kualitas udara, tumbuh–
tumbuhan, perumahan, pembatasan daerah, jarak, daerah penghijauan,
binatang peliharaan, anggota masyarakat struktur yang dibuat masyarakat,
keindahan alam, iklim, apakah ada peta wilayah dan berapa luas daerah
tersebut serta apakah ada resiko bencana di wilayah tersebut dari faktor alam,
cuaca, topografi wilayah dll.
b) Pelayanan kesehatan dan social
Jenis pelayanan kesehatan yang ada (rumah sakit, klinik, praktek
bersama, agensi perawatan, fasilitas perawatan rumah), pusat kedaruratan
(lokasi, kualitas, catatan pelayanan, kesiapsiagaan, unit kebakaran, pusat
control keracunan, pelayanan gawat darurat professional dan relawan), rumah
jompo, fasilitas pelayanan sosial (pelayanan konseling dan support, intervensi
krisis, pelayanan protektif anak dan remaja, pelayanan populasi special:
imigran,cacat, keterbatasan, sakit mental kronik), biaya pelaksana, sumber
daya, karakteristik pengguna, sumber diluar daerah terebut yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat, akses dari pelayanan kesehatan dan social dan
kepuasan dari pelayanan kesehatan dan sosial, apakah tersedia tenaga
kesehatan dalam penanganan bencana dan apakah sudah memiliki
kemampuan sesuai standar
c) Ekonomi
Apakah merupakan komunitas berkembang atau miskin, tenaga kerja
(jumlah yang bekerja, penganguran, jenis pekerjaan, kelompok pekerja,
kelompok usia pekerja), pendapatan anggota keluarga, dan individual, sumber
penghasilan, perkembangan ekonomi saat ini dan yang akan datang, kondisi
kerja dan lingkungan kerja yang beresiko, jumlah dan rata- rata injury dan
kesakitan akibat kerja, apakah terdapat industri, pertokoan, lapangan kerja,
kemana warga masyarakat belanja.
d) Keamanan
Jenis layanan perlindungan apa yang tersedia, jenis tindakan kriminal
apa yang dipantau, jenis tindakan kriminal apa yang biasa terjadi, apakah
masyarakat merasa aman apabila terjadi bencana.
e) Komunikasi
Apabila terjadi bencana siapakah dan bagaimana mengkomunikasikan kepada
masyarakat.
f) Politik dan pemerintah
Siapakah diwilayah tersebut yang bertanggung jawab apabila terjadi bencana
dan kebijakan benrkaitan bencana.
g) Pendidikan
Apakah sudah ada persiapan untuk menghadapi bencana pada institusi
pendidikan di wilayah tersebut dan bencana apakah institusi pendidikan sudah
menyiapkan berkaitan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana.
B. Diagnose Keperawatan
1. Ansietas
2. Kesiapan peningkatan manajeman kesehatan
C. Intervensi Keperawatan dan Implementasi keperawatan

Tg No Diagnose
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
l dx keperawatan
1 Ansietas TUM : Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat
Ansietas tindakan tingkat ansietas
berkurang atau keperawatan berubah (mis,
hilang selama 3 x 24 jam kondial, waktu,
TUK : diharapkan stresor)
1. Klien dapat ansietas dapat 2. Identifikasi
menjalin dan teratasi dengan kemampuan
membina kriteria hasil : mengambil
hubungan 1. Klien tidak keputusan
saling percaya berperilaku 3. Monitor tanda-
2. Klien dapat gelisah tanda ansietas
mengenali 2. Klien tidak (verbal dan
ansietas berperilaku nonverbal)
3. Klien dapat tegang 4. Ciptakan
memperluas 3. Tingkat suasana
kesadarannya ansietas terapeutik untuk
terhadap menurun menumbuhkan
perkembangan kepercayaan
ansietas 5. Temani pasien
untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
6. Pahami situasi
yang membuat
ansietas
7. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
8. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
9. Anjurkan
mengekspresikan
perasaan
10. Anjurkan
membuat daftar
alternatif
penyelesaikan
masalah
Anjurkan
pengembangan
keterampilan
baru, jika perlu
2 Kesiapan TUM : Setelah dilakukan 1. Bantu pasien
peningkatan Meningkatkan tindakan untuk menerima
manajeman manajemen keperawatan bahwa reaksi
kesehatan kesehatan selama 3 x 24 jam yang
TUK : diharapkan diperlihatkan
1. Meningkatkan kesiapan adalah normal
pengetahuan peningkatan sehingga dapat
2. Menciptakan manajemen mengurangi rasa
masyarakat kesehatan dapat tidak berarti dan
yang mampu teratasi dengan putus asa.
melakukan kriteria hasil : 2. Informasikan
antisipasi 1. Pengetahuan tentang stres
pencegahan meningkat yang alamiah &
bencana 2. Dapat intensitas
melakukan perasaan dapat
tindakan berkurang seiring
untuk dengan berjalan
mengurangi waktu.
factor resiko 3. Lakukan
pertemuan-
pertemuan yang
berisi informasi-
informasi yang
perlu diketahui
korban.
4. Fokuskan pada
kekuatan
kelompok untuk
menghadapi
krisis secara
bersama-sama,
tidak difokuskan
pada reaksi
akibat stres
secara individu.
5. Berikan nomor
kontak yang
dapat di hubungi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
masyarakat. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus
pada masyarakat dan berorientasi pada hasil, sebagaimana yang digambarkan pada
rencana. Implementasi pada keperawatan bencana adalah memberikan program
bencana kepada masyarakat agar masyarakat dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi bencana dan mengurangi resiko dan kemungkinan hal yang tidak
diinginkan.
E. Evaluasi Keperawatan
Efektivitas dari suatu program yang dievaluasi dapat melalui : Survei
mendalam berkaitan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui kuesioner, wawancara
dan test. Hal tersebut dapat dilakukan sebelum dan sesudah program/implemantasi.
Evaluasi hasil: perubahan perilaku masyarakat yang mencakup : respon fisiologis dan
psikologis, keterampilan psikomotor, pengetahuan dan kemampuan (Mubarak, 2009).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Non bencana bencana adalah kelompok kelompok rentan bencana bencana
sering disebut disebut kelompok kelompok dengan kebutuhan khusus, kelompok yang
beresiko, beresiko karena kondisi fisik, psikologis, atau kesehatan sosialsetelah
bencana.
Konsep asuhan keperawatan pada kasus non bencana dengan tahapan-tahapan
proses keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Pengkajian Pengkajian dilakukan terhadap core yaitu
masyarakat dalam komunitas dengan delapan subsistem yang mempengaruhinya yaitu
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan keselamatan, politik dan kebijakan
kesehatan pemerintah, pelayanan sosial dan kesehatan, sistem komunikasi, ekonomi,
dan rekreasi. Pengkajian core meliputi data demografi, gender, pekerjaan, keyakinan,
serta riwayat timbulnya komunitas. Diagnose keperawatan pada kasus non bencana
adalah ansietas dan kesiaan peningkatan manajemen kesehatan. Dalam penyusunan
intervensi keperawatan pada ksus non bencana penulis mengguanakan buku Standar
Intervensi Keperawatan Indinesia dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Implementasi pada keperawatan bencana adalah memberikan program bencana
kepada masyarakat agar masyarakat dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi
bencana dan mengurangi resiko dan kemungkinan hal yang tidak diinginkan. Evaluasi
hasil: perubahan perilaku masyarakat yang mencakup : respon fisiologis dan
psikologis, keterampilan psikomotor, pengetahuan dan kemampuan
B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, mahasiswa dapat mengerti dan memiliki
gambaran tentang bagaimana asuhan keperawatan pada kasus non bencana. Sehingga
mahasiswa bisa berpkir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Hal 1-
22.

http://www.widyagamahusada.ac.id/admin_baru/gambar/jikmh1.1.12artikel09(1).pdf

Kementerian Pertahanan RI dan Badan pendidikan dan pelantikan. 2016. Bahan


Pembelajaran Pencegahan Dan Mitigasi. Jakarta

Mubarak, W. I. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Konsep dan Aplikasi. Jakarta. Salemba
Medika.

Munandar, A. 2018. Kesiapsiagaan Perawat dalam Penatalaksanaan Aspek Psikologis Akibat


Bencana Alam. Vol. 9, No. 2, Hal. 72-81.

Putra, Ardia, dkk. 2015. Peran Dan Kepemimpinan Perawat Dalam Manajemen Bencana
Pada Fase Tanggap Darurat. Idea nursing jurnal : volume 1, no 1, Hal 25-31.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indicator Diagnostic. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai