Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

SYOK HEMORAGIK

Oleh:
Nama : Sari Marlina Sudin

Npm : 18710065

Dokter Pembimbing:
dr. Sylvia Sukma Dewi, Sp.An

SMF ILMU BEDAH BAGIAN ANESTESI


RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH PROBOLINGGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

SYOK HEMORAGIK

Oleh:

Nama : Sari Marlina Sudin

Npm : 18710065

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui:

Dokter Pembimbing

dr. Sylvia Sukma Dewi, Sp.An

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat dengan Judul: “SYOK HEMORAGIK”. Referat ini
penulis susun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik di SMF Ilmu Bedah RSUD Dr.
Mohammad Saleh Probolinggo.

Selama menyelesaikan referat ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,


pengarahan, dan saran, serta berbagai fasilitas yang membantu hingga akhir dari penulisan
ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Sylvia Sukma Dewi, Sp.An selaku pembimbing SMF Ilmu Bedah RSUD Dr.
Mohammad Saleh Probolinggo yang memberi bimbingan dan pengarahan dalam
penyelesaian referat ini.
2. Seluruh staf dan karyawan di bagian SMF Ilmu Bedah RSUD Dr. Mohammad
Saleh Probolinggo yang membantu hingga terselesaikannya referat ini.
3. Rekan-rekan dokter muda yang telah membantu dalam memberikan masukan
hingga referat ini terselesaikan dengan baik.
Referat ini jauh dari sempurna sehingga penulis masih mengharapkan saran dan kritik
untuk menyempurnakan tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Probolinggo, 22 Mei 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

Judul......................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................................. ii
Kata Pengantar......................................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengaruh sistemik akibat kehilangan darah berkaitan langsung dengan volume

darah yang keluar dari pembuluh darah. Ketika sebagian besar volume darah dalam

sirkulasi hilang, seperti pada trauma masif, penderita dapat sangat cepat meninggal

karena perdarahan. Penderita dapat mengalami perdarahan tanpa ada petunjuk

perdarahan eksternal sama sekali. Ini terjadi jika darah yang keluar dari pembuluh

terkumpul dalam rongga tubuh yang besar seperti rongga pleura atau rongga

peritoneum. Jenis perdarahan internal yang mematikan ini sering sekali terjadi pada

cidera yang berat, yang menyebabkan tulang iga patah dan mengoyak paru atau jika

trauma abdomen mengakibatkan rupture limpa atau hati. Volume perdarahan juga

dapat memberikan pengaruh yang berkaitan dengan laju terjadinya kehilangan darah.

Kehilangan volume darah yang lebih besar dapat ditoleransi lebih baik jika terjadi

sedikit demi sedikit dari pada terjadi secara cepat dalam jumlah yang besar ( Price,

2006).

Syok bukanlah suatu diagnosis. Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi

menyeluruh yang mengakibatkan hipoksia jaringan. Kematian akibat syok terjadi bila

kejadian ini menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel. Syok bersifat

progresif dan terus memburuk. Terapi syok bertujuan memperbaiki gangguan

fisiologis dan menghilangkan faktor penyebab.Respon terhadap terapi awal, digabung

dengan penemuan saat melakukan primary survey dan secondary survey, biasanya

memberikan cukup informasi untuk menentukan penyebab syoknya. Perdarahan

merupakan penyebab syok yang paling sering ditemukan pada penderita trauma

( Price, 2006).

5
Syok hemoragik (hipovolemik): disebabkan kehilangan akut dari darah atau

cairan tubuh. Jumlah darah yang hilang akibat trauma sulit diukur dengan tepat

bahkan pada trauma tumpul sering diperkirakan terlalu rendah. Tindakan utama dari

syok hemoragik adalah mengontrol sumber perdarahan secepat mungkin dan

pengganti cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana sumber perdarahan telah

dihentikan, maka penggantian cairan bertujuan untuk menormalkan parameter

hemodinamik. Pada syok hemoragik tak terkendali di mana perdarahan itu berhenti

sementara karena hipotensi, vasokonstriksi, dan pembentukan pembekuan, terapi

cairan bertujuan untuk pemulihan denyut nadi radial, atau pemulihan kesadaran

(Krausz, 2006).

6
B. TUJUAN

Penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai


Syok Hemoragik meliputi definisi, etiologi, patogenesis, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan terhadap Syok Hemoragik.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang
menyebabkan suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan
inadekuat nya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang
menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam
keadaan syok ( Udeani, 2010 ).

B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik (Gutierrez, 2004) :
 Terapi antitrombosis
 Koagulopati
 Perdarahan saluran pencernaan
o Varises esofagus
o Ulkus peptikum dan duodenum
o Ca gaster dan esofagus
 Obstetrik/ginekologi
o Plasenta previa
o Abruptio plasenta
o Ruptur kehamilan ektopik
o Ruptur kista ovarium
 Paru
o Emboli pulmonal
o Ca paru
o Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
 Ruptur aneurisma
 Perdarahan retroperitoneal
 Trauma
o Laserasi

8
o Luka tembus pada abdomen dan toraks
o Ruptur pembuluh darah besar
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai akibatnya
akan menurunkan aliran balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung menurun di bawah
normal dan timbul syok.

C. KLASIFIKASI SYOK
Klasifikasi syok yang dibuat berdasarkan penyebabnya menurut Isselbacher, dkk,
(1999,hal 219) :
1. Syok Hipovolemik atau oligemik :
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari
muntah,diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel
tidak adekuat,seperti penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan
volume, dan tekananend diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini yang
menyebabkan syok denganmenimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan
curah jantung yang tidak adekuat.
2. Syok Kardiogenik :
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan arteri
sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/
m2, dantekanan pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak
tidak berdaya,pengeluaran urin kurang dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan
sianotik.Penyebab paling sering adalah 40% lebih karena miokard
infarkventrikel kiri, yang menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
yangberat, dan kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab lainnya miokarditis
akutdan depresikontraktilitas miokard setelah henti jantung dan
pembedahanjantung yang lama.Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis
ventrikel. Regurgitasi aortaatau mitral akut, biasanya disebabkan oleh
infark miokard akut, dapatmenyebabkan penurunan yang berat pada curah
jantung forward (aliran darahkeluar melalui katub aorta ke dalam sirkulasi
arteri sistemik) dan karenanyamenyebabkan syok kardiogenik.
3. Syok Obstruktif EkstraKardiak :

9
Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi
selamadiastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup (Stroke
Volume) dan berakhirnya curah jantung. Penyebab lain bisa karena emboli
paru masif.
4. Syok Distributif :
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik
yangmenyebabkan ajam pada resistensi vaskuler perifer. Patogenesissyok
septic merupakan gangguan kedua system vaskuler perifer dan jantung.

Klasifikasi syok hemoragik

KOMPENSASI RINGAN BERAT


SEDANG

Hilang darah (ml) <1000 1000‐1500 1500‐2000 >2000


Denyut nadi (bpm) <100 >100 >120 >140
Tekanandarah Normal Ortostatik Sangat turun Tidak terukur
Pengisiankapiler Normal Mungkin  Sering  Selalu 
terlambat terlambat terlambat

Pernafasan Normal Peningkatan Takipnea Takipnea


ringan sedang nyata/ gagal
nafas

Urine( ml/h) >30 20-30 5-20 Anuria

Status Mental Normal/ agitasi Agitasi Konfusi Latergi, tidak


sadar

10
D. PATOFISIOLOGI
Respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi, tubuh secara logis akan
segera memindahkan volume sirkulasinya dari organ non vital dan dengan demikian
fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi perdarahan
akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat rangsang ‘baroreseptor’ di
aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang mengakibatkan teraktivasinya
saraf simpatis di jantung dan organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi
vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-organ nonvital, seperti di kulit,
saluran cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat
perdarahan akut ini, dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan
merangsang pelepasan glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitary posterior
akan melepas vasopressin, yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal.
Kompleks Jukstamedula akan melepas renin, menurunkan MAP (Mean Arterial
Pressure), dan meningkatkan pelepasan aldosteron dimana air dan natrium akan
direabsorpsi kembali. Hiperglikemia sering terjadi saat perdarahan akut, karena proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat akibat pelepasan aldosteron dan
growth hormone ( Udeani, 2010 ).
Katekolamin dilepas ke sirkulasi yang akan menghambat aktifitas dan
produksi insulin sehingga gula darah meningkat. Secara keseluruhan bagian tubuh
yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi
proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan aliran darah akan
dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean Arterial Pressure). Ginjal juga
mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan
pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokonstriksi
dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat
waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam
pertahanan tubuh (Udeani, 2010 ).

11
E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis tunggal jarang saat diagnosa syok ditegakkan. Pasien bisa

mengeluh lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya

aneurisma aorta abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah dan

lama pendarahan, karena pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana

selanjutnya tergantung jumlah darah yang hilang dan lamanya pendarahan. Bila

pendarahan terjadi di rumah atau di lapangan, maka harus ditaksir jumlah darah yang

hilang.

Untuk pendarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari

rektum atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari

saluran cerna bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rektum harus diduga

adanya perdarahan hebat, sampai dibuktikan sebaliknya.

Pendarahan saat trauma kadang sulit ditaksir jumlahnya. Karena rongga

pleura, kavum abdominalis, mediastinum dan retroperitoneum bisa menampung darah

dalam jumlah yang sangat besar dan bisa menjadi penyebab kematian. Perdarahan

trauma eksternal bisa ditaksir secara baik, tapi bisa juga kurang diawasi oleh petugas

emergensi medis. Laserasi kulit kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam

jumlah besar. Fraktur multipel terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah

yang cukup besar.

Tabel 3. Lokasi & Estimasi Perdarahan

Lokasi Estimasi Perdarahan

Fr. Femur tertutup 1.5-2 liter

Fr.Tibia tertutup 0.5 liter

12
Fr. Pelvis 3 liter

Hemothorax 2 liter

Fr. Iga (tiap satu) 150 ml

Luka sekepal tangan 500 ml

Bekuan darah sekepal 500 ml

Pemeriksaan klinis pasien syok hemoragik dapat segera langsung berhubungan

dengan penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya darah

yang hilang bisa terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada pasien penyakit

dalam dan pasien trauma. Dimana kedua tipe perdarahan ini biasanya ditegakkan dan

ditangani secara bersamaan.

Syok umumnya memberi gejala klinis kearah turunnya tanda vital tubuh,

seperti: hipotensi, takikardia, penurunan urin output dan penurunan kesadaran.

Kumpulan gejala tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari

gagalnya sirkulasi tubuh. Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme

kompensasi tubuh, berkorelasi dengan usia dan penggunaan obat tertentu, kadang

dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan nadinya dalam batas normal. Oleh

karena itu pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien dengan dilepas pakaiannya

harus tetap dilakukan.

Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering, pucat

dan dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi dan tidak sadar. Pada fase

awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan darah sistolik bisa saja

masih dalam batas normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang

terdapat pada anemia kronik. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat

kemungkinan adanya darah. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk

13
mengevaluasi apakah terdapat gejala hematothoraks, dimana suara nafas akan turun,

serta suara perkusi redup di area dekat perdarahan.

Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung kaki,

yang dapat mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka. Periksa adakah

perdarahan di kulit kepala, apabila dijumpai perdarahan aktif harus segera diatasi

bahkan sebelum pemeriksaan lainnya. Periksa juga apakah ada darah pada mulut dan

faring.

Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal, misal: distensi, nyeri

palpitasi, dan perkusi redup. Periksa panggul apakah ada memar/ekimosis yang

mengarah ke perdarahan retroperitoneal. Adanya distensi, nyeri saat palpasi dan

ekimosis mengindikasikan adanya perdarahan intra-abdominal. Palpasi pula

kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitasi atau instabilitas mengindikasikan terjadinya

fraktus pelvis dan ini dapat mengancam jiwa karena perdarahan terjadi pada rongga

retroperitoneum. Kejadian yang sering dalam klinis adalah pecahnya aneurisma aorta

yang bisa menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis yang bisa mengarahkan kita

adalah terabanya masa abdomen yang berdenyut, pembesaran skrotum karena

terperangkapnya darah retroperitoneal, kelumpuhan ekstremitas bawah dan lemahnya

nadi femoralis.

14
F. PENATALAKSANAAN

Langkah awal dalam mengelola syok pada penderita trauma adalah

mengetahui tanda-tanda klinisnya. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendiagnosis

syok. Diagnosis awal didasarkan pada gejala dan tanda yang timbul akibat dari perfusi

organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Definisi syok sebagai ketidak-

normalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi

jaringan yang tidak adekuat juga menjadi perangkat untuk diagnosis dan terapi ( steven,

2004).

Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari penyebab

syok, yang untuk penderita trauma berhubungan dengan mekanisme cedera. Kebanyakan

penderita trauma akan mengalami syok hipovolemik. Dokter yang bertanggung jawab

terhadap penatalaksanaan penderita harus mulai dengan mengenal adanya syok. Terapi

harus dimulai sambil mencari kemungkinan penyebab dari keadaan syok tersebut

( steven, 2004).

Diagnosis dan terapi syok harus dilakukan secara simultan. Untuk hampir semua

penderita trauma, penanganan dilakukan seolah – olah penderita menderita syok

hipovolemik, kecuali bila ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu

etiologi yang bukan hipovolemia. Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah

menghentingan perdarahan dan mengganti kehilangan volume ( steven, 2004).

15
Prinsip pengelolaan dasar syok hemoragik ialah menghentikan perdarahan dan

menggantikan kehilangan volume darah.

3.1. Pemeriksaan jasmani

Hal penting yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat

kesadaran. Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita

memungkinkan.

 Airway dan Breathing

Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya

pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk

mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.

 Circulation – kontrol perdarahan

Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,

memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan

dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan

tekanan langsung pada tempat perdarahan.

 Disability –pemeriksaan neurologi

Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,

pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motoric dan sensorik. Informasi ini

bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi

dan meramalkan pemulihan.

 Exposure – pemeriksaan lengkap

Setelah mengurus prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus

ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari

16
mencari cedera. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara penghangatan

internal maupun eksternal sangat bermanfaat dalam mencegah hipotermia.

 Dilatasi lambung – dekompresi

Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-

anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat

diterangkan, biasanya berupa bradikardia dari stimulasi nervus vagus yang

berlebihan. Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada pasien

tidak sadar, distensi lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung dan dapat

menjadi suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan

dengan memasukkan NGT.

 Pemasangan kateter urin

Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya

hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Darah

pada uretra atau prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh

pada laki-laki merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan kateter uretra

sebelum ada konfirmasi radiografis tentang uretra yang utuh.3

 Pengobatan dengan posisi kepala di bawah. Dengan menempatkan penderita dengan

kepala 5 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu dalam

meningkatkan alir balik vena dan dengan demikian menaikkan curah jantung. Posisi

kepala di bawah ini adalah tindakan pertama dalam pengobatan berbagai macam

syok.2

3.2. Akses pembuluh darah

17
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling baik dilakukan

dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar sebelum dipertimbangkan jalur

vena sentral.

Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah

atau pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkinkan penggunaan

pembuluh darah perifer, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femoralis,

jugularis, atau subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan teknik seldinger

atau melakukan vena seksi pada vena safena di kaki. Pada anak di bawah 6 tahun,

teknik penempatan jarum intra oseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena

sentral.

Foto toraks harus diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena

jugularis interna untuk mengetahui posisinya dan penilaian kemungkinan terjadinya

pneumotoraks atau hematotoraks.3

3.3. Terapi awal cairan

Untuk mengetahui jumlah volume darah seseorang, biasanya digunakan patokan

berat badan.Volume darah rata-rata pada orang dewasa kira-kira 7% dari berat

badan.Bila penderita gemuk maka volume darahnya diperkirakan berdasarkan berat

badan ideal. Volume darah anak-anak dihitung 8% - 9% dari berat badan (80-90

ml/kg).8

Lebih dahulu dihitung EBV (Estimated Blood Volume) penderita.Kehilangan

sampai 10% EBV dapat ditolerir dengan baik.Kehilangan 10% - 30% EBV memerlukan

cairan lebih banyak dan lebih cepat.Kehilangan lebih dari 30% - 50% EBV masih dapat

ditunjang untuk sementara dengan cairan sampai darah transfusi tersedia. Total volume

18
cairan yang dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar antara 2-4 x

volume yang hilang.9

Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi

intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular dengan cara

menggantikan kehilangan cairan ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Larutan

ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua karena

berpotensi menyebabkan terjadinya asidosis hiperkhloremik. Kemungkinan ini

bertambah besar jika fungsi ginjal kurang baik.

Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai bolus. Dosis

awal adalah 1-2 liter pada dewasa dan 11 ml/kg pada anak, diberikan dalam 30-60

menit pertama. Jumlah cairan yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada

awal evaluasi penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volulme kristaloid yang

secara akut diperlukan adalah mengganti setiap millimeter darah yang hilang dengan 3

ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan restitusi volume plasma yang hilang ke

dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini dikenal sebagai “hukum 3 untuk 1” (“3 for

1 rule”). Namun lebih penting untuk menilai respon penderia kepada resusitasi cairan

dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ yang memadai, misalnya keluar urin, tingkat

kesadaran dan perfusi perifer.2,3

19
BAB III
KESIMPULAN

Syok hemoragik adalah suatu kondisi saat perfusi jaringan menurun dan

menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Yang ditandai

dengan penurunan volume darah, akral dingin, pucat, takikardi, hipotensi, dan penurunan

kesadaran.

Penatalaksanaan syok hemoragik meliputi pemeriksaan jasmani, akses pembuluh

darah, terapi cairan, transfusi darah, dan terapi lain.

Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume

yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat, dan agresif untuk memulihkan perfusi organ

akan memperkecil kejadian yang tidak di kehendaki sedikit pun. Terdapat beberapa penyulit

pula dalam pemberian cairan resusitasi, sehingga harus berhati-hati terdapat pemberian

cairan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Price S, Wilson L. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6 th ed. Vol. 1.
Jakarta: EGC; 1103.

Krausz, Michael M; 2006; Initial Resuscitation of Hemorrhagic Shock; Israel : Department of

Surgery A, Rambam Medical Center, and the Technion-Israel Institute of Technology, P.O.B

9602, Haifa 31096;

Udeani John; 2010; Hemorrhagic Shock; New York: Department of Emergency Medicine,

Charles Drew University/ UCLA School of Medicine;

Gutierrez G, Reines HD, Wulf-Gutierrez ME. Clinical review: Hemorrhagic shock. Available

from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1065003/. Published online 2nd April 2004.

Accessed on 3 January 2013.

Steven, Parks N; 2004; Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors; Jakarta : Ikatan
Ahli Bedah Indonesia (IKABI).

21

Anda mungkin juga menyukai