SYOK HEMORAGIK
Oleh:
Nama : Sari Marlina Sudin
Npm : 18710065
Dokter Pembimbing:
dr. Sylvia Sukma Dewi, Sp.An
2021
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
SYOK HEMORAGIK
Oleh:
Npm : 18710065
Hari :
Tanggal :
Mengetahui:
Dokter Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat dengan Judul: “SYOK HEMORAGIK”. Referat ini
penulis susun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik di SMF Ilmu Bedah RSUD Dr.
Mohammad Saleh Probolinggo.
1. dr. Sylvia Sukma Dewi, Sp.An selaku pembimbing SMF Ilmu Bedah RSUD Dr.
Mohammad Saleh Probolinggo yang memberi bimbingan dan pengarahan dalam
penyelesaian referat ini.
2. Seluruh staf dan karyawan di bagian SMF Ilmu Bedah RSUD Dr. Mohammad
Saleh Probolinggo yang membantu hingga terselesaikannya referat ini.
3. Rekan-rekan dokter muda yang telah membantu dalam memberikan masukan
hingga referat ini terselesaikan dengan baik.
Referat ini jauh dari sempurna sehingga penulis masih mengharapkan saran dan kritik
untuk menyempurnakan tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Judul......................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................................. ii
Kata Pengantar......................................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................................. iv
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
darah yang keluar dari pembuluh darah. Ketika sebagian besar volume darah dalam
sirkulasi hilang, seperti pada trauma masif, penderita dapat sangat cepat meninggal
perdarahan eksternal sama sekali. Ini terjadi jika darah yang keluar dari pembuluh
terkumpul dalam rongga tubuh yang besar seperti rongga pleura atau rongga
peritoneum. Jenis perdarahan internal yang mematikan ini sering sekali terjadi pada
cidera yang berat, yang menyebabkan tulang iga patah dan mengoyak paru atau jika
trauma abdomen mengakibatkan rupture limpa atau hati. Volume perdarahan juga
dapat memberikan pengaruh yang berkaitan dengan laju terjadinya kehilangan darah.
Kehilangan volume darah yang lebih besar dapat ditoleransi lebih baik jika terjadi
sedikit demi sedikit dari pada terjadi secara cepat dalam jumlah yang besar ( Price,
2006).
menyeluruh yang mengakibatkan hipoksia jaringan. Kematian akibat syok terjadi bila
kejadian ini menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel. Syok bersifat
dengan penemuan saat melakukan primary survey dan secondary survey, biasanya
merupakan penyebab syok yang paling sering ditemukan pada penderita trauma
( Price, 2006).
5
Syok hemoragik (hipovolemik): disebabkan kehilangan akut dari darah atau
cairan tubuh. Jumlah darah yang hilang akibat trauma sulit diukur dengan tepat
bahkan pada trauma tumpul sering diperkirakan terlalu rendah. Tindakan utama dari
pengganti cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana sumber perdarahan telah
hemodinamik. Pada syok hemoragik tak terkendali di mana perdarahan itu berhenti
cairan bertujuan untuk pemulihan denyut nadi radial, atau pemulihan kesadaran
(Krausz, 2006).
6
B. TUJUAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Syok hemoragik adalah kehilangan akut volume peredaran darah yang
menyebabkan suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan
inadekuat nya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang
menyebabkan kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam
keadaan syok ( Udeani, 2010 ).
B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik (Gutierrez, 2004) :
Terapi antitrombosis
Koagulopati
Perdarahan saluran pencernaan
o Varises esofagus
o Ulkus peptikum dan duodenum
o Ca gaster dan esofagus
Obstetrik/ginekologi
o Plasenta previa
o Abruptio plasenta
o Ruptur kehamilan ektopik
o Ruptur kista ovarium
Paru
o Emboli pulmonal
o Ca paru
o Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
Ruptur aneurisma
Perdarahan retroperitoneal
Trauma
o Laserasi
8
o Luka tembus pada abdomen dan toraks
o Ruptur pembuluh darah besar
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai akibatnya
akan menurunkan aliran balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung menurun di bawah
normal dan timbul syok.
C. KLASIFIKASI SYOK
Klasifikasi syok yang dibuat berdasarkan penyebabnya menurut Isselbacher, dkk,
(1999,hal 219) :
1. Syok Hipovolemik atau oligemik :
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari
muntah,diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel
tidak adekuat,seperti penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan
volume, dan tekananend diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini yang
menyebabkan syok denganmenimbulkan isi sekuncup (stroke volume) dan
curah jantung yang tidak adekuat.
2. Syok Kardiogenik :
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan arteri
sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8 L/menit/
m2, dantekanan pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien sering tampak
tidak berdaya,pengeluaran urin kurang dari 20 ml/ jam, ekstremitas dingin dan
sianotik.Penyebab paling sering adalah 40% lebih karena miokard
infarkventrikel kiri, yang menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
yangberat, dan kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab lainnya miokarditis
akutdan depresikontraktilitas miokard setelah henti jantung dan
pembedahanjantung yang lama.Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis
ventrikel. Regurgitasi aortaatau mitral akut, biasanya disebabkan oleh
infark miokard akut, dapatmenyebabkan penurunan yang berat pada curah
jantung forward (aliran darahkeluar melalui katub aorta ke dalam sirkulasi
arteri sistemik) dan karenanyamenyebabkan syok kardiogenik.
3. Syok Obstruktif EkstraKardiak :
9
Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi
selamadiastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup (Stroke
Volume) dan berakhirnya curah jantung. Penyebab lain bisa karena emboli
paru masif.
4. Syok Distributif :
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik
yangmenyebabkan ajam pada resistensi vaskuler perifer. Patogenesissyok
septic merupakan gangguan kedua system vaskuler perifer dan jantung.
10
D. PATOFISIOLOGI
Respons tubuh saat kehilangan volum sirkulasi, tubuh secara logis akan
segera memindahkan volume sirkulasinya dari organ non vital dan dengan demikian
fungsi organ vital terjaga karena cukup menerima aliran darah. Saat terjadi perdarahan
akut, curah jantung dan denyut nadi akan turun akibat rangsang ‘baroreseptor’ di
aortik arch dan atrium. Volume sirkulasi turun, yang mengakibatkan teraktivasinya
saraf simpatis di jantung dan organ lain. Akibatnya, denyut jantung meningkat, terjadi
vasokonstriksi dan redistribusi darah dari organ-organ nonvital, seperti di kulit,
saluran cerna, dan ginjal. Secara bersamaan sistem hormonal juga teraktivasi akibat
perdarahan akut ini, dimana akan terjadi pelepasan hormon kortikotropin, yang akan
merangsang pelepasan glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitary posterior
akan melepas vasopressin, yang akan meretensi air di tubulus distalis ginjal.
Kompleks Jukstamedula akan melepas renin, menurunkan MAP (Mean Arterial
Pressure), dan meningkatkan pelepasan aldosteron dimana air dan natrium akan
direabsorpsi kembali. Hiperglikemia sering terjadi saat perdarahan akut, karena proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis yang meningkat akibat pelepasan aldosteron dan
growth hormone ( Udeani, 2010 ).
Katekolamin dilepas ke sirkulasi yang akan menghambat aktifitas dan
produksi insulin sehingga gula darah meningkat. Secara keseluruhan bagian tubuh
yang lain juga akan melakukan perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi
proses autoregulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan aliran darah akan
dipertahankan secara konstan melalui MAP (Mean Arterial Pressure). Ginjal juga
mentoleransi penurunan aliran darah sampai 90% dalam waktu yang cepat dan
pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena mekanisme vasokonstriksi
dari splanknik. Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat
waktu bisa mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam
pertahanan tubuh (Udeani, 2010 ).
11
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis tunggal jarang saat diagnosa syok ditegakkan. Pasien bisa
mengeluh lelah, kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya
aneurisma aorta abdominal). Penting diperoleh data rinci tentang tipe, jumlah dan
lama pendarahan, karena pengambilan keputusan untuk tes diagnostik dan tatalaksana
selanjutnya tergantung jumlah darah yang hilang dan lamanya pendarahan. Bila
pendarahan terjadi di rumah atau di lapangan, maka harus ditaksir jumlah darah yang
hilang.
Untuk pendarahan pada saluran cerna sangatlah penting dicari asal darah dari
rektum atau dari mulut. Karena cukup sulit menduga jumlah darah yang hilang dari
saluran cerna bagian bawah. Semua darah segar yang keluar dari rektum harus diduga
dalam jumlah yang sangat besar dan bisa menjadi penyebab kematian. Perdarahan
trauma eksternal bisa ditaksir secara baik, tapi bisa juga kurang diawasi oleh petugas
emergensi medis. Laserasi kulit kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam
jumlah besar. Fraktur multipel terbuka, juga bisa mengakibatkan kehilangan darah
12
Fr. Pelvis 3 liter
Hemothorax 2 liter
dengan penyebabnya. Asal sumber perdarahan dan perkiraan berat ringannya darah
yang hilang bisa terlihat langsung. Bisa dibedakan perdarahan pada pasien penyakit
dalam dan pasien trauma. Dimana kedua tipe perdarahan ini biasanya ditegakkan dan
Syok umumnya memberi gejala klinis kearah turunnya tanda vital tubuh,
Kumpulan gejala tersebut bukanlah gejala primer tapi hanya gejala sekunder dari
kompensasi tubuh, berkorelasi dengan usia dan penggunaan obat tertentu, kadang
dijumpai pasien syok yang tekanan darah dan nadinya dalam batas normal. Oleh
karena itu pemeriksaan fisik menyeluruh pada pasien dengan dilepas pakaiannya
Gejala umum yang timbul saat syok bisa sangat dramatis. Kulit kering, pucat
dan dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi dan tidak sadar. Pada fase
awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya. Tekanan darah sistolik bisa saja
masih dalam batas normal karena kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang
terdapat pada anemia kronik. Lakukan inspeksi pada hidung dan faring untuk melihat
kemungkinan adanya darah. Auskultasi dan perkusi dada juga dilakukan untuk
13
mengevaluasi apakah terdapat gejala hematothoraks, dimana suara nafas akan turun,
Periksa pasien lebih lanjut dengan teliti dari ujung kepala sampai ujung kaki,
yang dapat mengarahkan kita terhadap kemungkinan adanya luka. Periksa adakah
perdarahan di kulit kepala, apabila dijumpai perdarahan aktif harus segera diatasi
bahkan sebelum pemeriksaan lainnya. Periksa juga apakah ada darah pada mulut dan
faring.
palpitasi, dan perkusi redup. Periksa panggul apakah ada memar/ekimosis yang
kestabilan tulang pelvis, bila ada krepitasi atau instabilitas mengindikasikan terjadinya
fraktus pelvis dan ini dapat mengancam jiwa karena perdarahan terjadi pada rongga
retroperitoneum. Kejadian yang sering dalam klinis adalah pecahnya aneurisma aorta
yang bisa menyebabkan syok tak terdeteksi. Tanda klinis yang bisa mengarahkan kita
nadi femoralis.
14
F. PENATALAKSANAAN
mengetahui tanda-tanda klinisnya. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendiagnosis
syok. Diagnosis awal didasarkan pada gejala dan tanda yang timbul akibat dari perfusi
organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat. Definisi syok sebagai ketidak-
normalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat juga menjadi perangkat untuk diagnosis dan terapi ( steven,
2004).
Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari penyebab
syok, yang untuk penderita trauma berhubungan dengan mekanisme cedera. Kebanyakan
penderita trauma akan mengalami syok hipovolemik. Dokter yang bertanggung jawab
terhadap penatalaksanaan penderita harus mulai dengan mengenal adanya syok. Terapi
harus dimulai sambil mencari kemungkinan penyebab dari keadaan syok tersebut
( steven, 2004).
Diagnosis dan terapi syok harus dilakukan secara simultan. Untuk hampir semua
hipovolemik, kecuali bila ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu
etiologi yang bukan hipovolemia. Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah
15
Prinsip pengelolaan dasar syok hemoragik ialah menghentikan perdarahan dan
Hal penting yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
memungkinkan.
memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan
pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motoric dan sensorik. Informasi ini
ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari
16
mencari cedera. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara penghangatan
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-
anak dan dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat
berlebihan. Distensi lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada pasien
tidak sadar, distensi lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung dan dapat
menjadi suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Darah
pada uretra atau prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh
kepala 5 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu dalam
meningkatkan alir balik vena dan dengan demikian menaikkan curah jantung. Posisi
kepala di bawah ini adalah tindakan pertama dalam pengobatan berbagai macam
syok.2
17
Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini paling baik dilakukan
dengan memasukkan dua kateter intravena ukuran besar sebelum dipertimbangkan jalur
vena sentral.
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah
atau pembuluh darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkinkan penggunaan
pembuluh darah perifer, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-vena femoralis,
jugularis, atau subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan teknik seldinger
atau melakukan vena seksi pada vena safena di kaki. Pada anak di bawah 6 tahun,
teknik penempatan jarum intra oseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena
sentral.
Foto toraks harus diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
berat badan.Volume darah rata-rata pada orang dewasa kira-kira 7% dari berat
badan ideal. Volume darah anak-anak dihitung 8% - 9% dari berat badan (80-90
ml/kg).8
sampai 10% EBV dapat ditolerir dengan baik.Kehilangan 10% - 30% EBV memerlukan
cairan lebih banyak dan lebih cepat.Kehilangan lebih dari 30% - 50% EBV masih dapat
ditunjang untuk sementara dengan cairan sampai darah transfusi tersedia. Total volume
18
cairan yang dibutuhkan pada kehilangan lebih dari 10% EBV berkisar antara 2-4 x
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskular dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskular dengan cara
ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan kedua karena
Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai bolus. Dosis
awal adalah 1-2 liter pada dewasa dan 11 ml/kg pada anak, diberikan dalam 30-60
menit pertama. Jumlah cairan yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada
awal evaluasi penderita. Perhitungan kasar untuk jumlah total volulme kristaloid yang
secara akut diperlukan adalah mengganti setiap millimeter darah yang hilang dengan 3
dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini dikenal sebagai “hukum 3 untuk 1” (“3 for
1 rule”). Namun lebih penting untuk menilai respon penderia kepada resusitasi cairan
dan bukti perfusi dan oksigenasi end-organ yang memadai, misalnya keluar urin, tingkat
19
BAB III
KESIMPULAN
Syok hemoragik adalah suatu kondisi saat perfusi jaringan menurun dan
menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Yang ditandai
dengan penurunan volume darah, akral dingin, pucat, takikardi, hipotensi, dan penurunan
kesadaran.
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume
yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat, dan agresif untuk memulihkan perfusi organ
akan memperkecil kejadian yang tidak di kehendaki sedikit pun. Terdapat beberapa penyulit
pula dalam pemberian cairan resusitasi, sehingga harus berhati-hati terdapat pemberian
cairan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Price S, Wilson L. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6 th ed. Vol. 1.
Jakarta: EGC; 1103.
Surgery A, Rambam Medical Center, and the Technion-Israel Institute of Technology, P.O.B
Udeani John; 2010; Hemorrhagic Shock; New York: Department of Emergency Medicine,
Gutierrez G, Reines HD, Wulf-Gutierrez ME. Clinical review: Hemorrhagic shock. Available
Steven, Parks N; 2004; Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors; Jakarta : Ikatan
Ahli Bedah Indonesia (IKABI).
21