SYOK PERDARAHAN
Oleh:
Shania Diva
011923143027
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.1 Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh yang biasanya
terjadi akibat perdarahan yang massif (Wirjoatmodjo, 2015)
2.2 Epidemiologi
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah
secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab
kematian di negara3negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu
penyebab terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat
kecelakaan. enurut 6H4 cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan
terjadinya + juta kematian diseluruh dunia. 7ngka kematian pada pasien trauma
yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang
lengkap mencapai 89. Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami
syok hipovolemik di rumah sakit dengan peralatan yang kurang memadai
mencapai 89.8 Syok hipovolemik juga terjadi pada anita dengan perdarahan
karena kasus obstetri, angka kematian akibat syok hipovolemik mencapai +00.000
per tahun dan //9 kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagian besar
penderita syok hipovolemik akibat perdarahan meninggal setelah beberapa jam
terjadinya perdarahan karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan
adekuat
2.3 Etiologi
Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik:
• Terapi antitrombosis
• Koagulopati
• Perdarahan saluran pencernaan
o Varises esofagus
o Ulkus peptikum dan duodenum
o Ca gaster dan esofagus
• Obstetrik/ginekologi
o Plasenta previa
o Abruptio plasenta
o Ruptur kehamilan ektopik
o Ruptur kista ovarium
• Paru
o Emboli pulmonal
o Ca paru
o Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
• Rupturaneurisma
• Perdarahan retroperitoneal
• Trauma
o Laserasi
o Luka tembus pada abdomen dan toraks
o Ruptur pembuluh darah besar
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai
akibatnya akan menurunkan aliran balik vena. Sebagai hasilnya, curah jantung
menurun di bawah normal dan timbul syok (Guiterrez, 2016)
2.4 Patofisiologi
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan nadi.
Perubahan ini dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium. Dengan
berkurangnya volume darah yang beredar, terjadi peningkatan rangsang simpatis.
Reaksi ini menimbulkan peningkatan frekuensi nadi, vasokonstriksi, dan
penurunan distribusi aliran darah pada organ-organ nonvital, seperti kulit, saluran
pencernaan, dan ginjal. Pada perdarahan, terjadi respon-respon hormonal.
Corticotropin-releasing hormone terstimulasi secara langsung. Hal ini
menyebabkan pelepasan glukokortikoid dan beta endorphin. Kelenjar pituitari
posterior akan melepas vasopressin, menyebabkan retensi air pada tubulus distal.
Renin dilepaskan oleh kompleks juxta medularis sebagai respon dari penurunan
MAP (Mean Arterial Pressure), sehingga meningkatkan aldosteron dan berujung
resoprsi natrium dan air. Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut
karena glukagon dan growth hormone meningkat pada gluconeogenesis dan
glikogenosis. Peredaran katekolamin menghambat pelepasan dan aktivitas insulin
secara relative sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah. Semakin
memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi peningkatan ventilasi
sebagai usaha kompensasi dan dapat menjadi asidosis metabolik dari karbon
dioksida yang diproduksi. Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan
melakukan perubahan spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses auto
regulasi yang luar biasa di otak dimana pasokan aliran darah akan dipertahankan
secara konstan melalui MAP. Ginjal juga mentoleransi penurunan aliran darah
sampai 90% dalam waktu yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna
akan turun karena mekanisme vasokonstriksi dari splanknik. Pada kondisi tubuh
seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa mencegah kerusakan
organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam pertahanan tubuh.
2.5 Klasifikasi
Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American College of
Surgeon Committee on Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem ini berguna
untuk memastikan tanda-tanda dini syok hemoragik (American College of
Surgeons Committee on Trauma, 2017)
Tabel 2.1. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi
Penderita Semula
2.8 Tatalaksana
Prinsip pengelolaan dasar syok hemoragik ialah menghentikan
perdarahandan menggantikan kehilangan volume darah. Hal penting yang harus
diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
memungkinkan (Wirjoatmodjo, 2015)
• Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
2.10 Komplikasi
Penyulit akibat pemberian cairan dapat terjadi pada jantung, pada proses
metabolisme, atau pada paru. (Wiryoatmodjo, 2015)
a. Dekompensasi jantung
Dekompensasi ditandai oleh kenaikan PCWP (Pulmonary
Capillary Wedge Pressure). Bahaya terjadinya dekompensasi jantung
sangat kecil, kecuali pada jantung yang sudah sakit sebelumnya. Pada
pemberian koloid dapat mengalami kenaikan PCWP 50% yang potensial
akan mengalami dekompensasi jantung.
b. Edema paru
Akibat pengenceran darah, terjadi transient hypoalbuminemia.
Penurunan albumin ini diikuti penurunan tekanan onkotik. Batasan aman
kadar albumin terendah yang masih aman adalah 2,5 mg%. apabila
albumin perlu dinaikkan, pemberian infus albumin 11-25% dapat
diberikan dengan tetesan lambat 2 jam/100 ml. Dosis ini akan menaikkan
kadar 0,25-0,5 mg%.9 Jika terjadi edema paru, berikafurosemide 1-2
mg/kgBB. Gejala sesak napas akan berkurang setelah urin keluar 1-2 L.
Lakukan digitalisasi atau berikan dopamine drip 5- 10 µg/kgBB/menit.
Sebagai terapi simptomatik berikan oksigen.
c. Asidosis asam laktat
Pemberian Ringer Laktat tidak dapat menambah buruk asidosis
asam laktat karena syok. Asam laktat diubah hepar menjadi bikarbonat
yang menetralisir asidosis metabolik pada syok. Perbaikan sirkulasi akibat
pemberian volume justru menurunkan laktat darah karena perbaikan
transport oksigen ke jaringan, metabolismaerobic bertambah.
d. Gangguan hemostasis
Gangguan karena pengenceran ini mungkin terjadi jika hemodilusi
sudah mencapai 1,5 x EBV. Faktor pembekuan yang terganggu adalah
trombosit, pemberian FreshFrozen Plasma tidak berguna karena tidak
mengandung trombosit, sedangkat faktor V dan VIII dibutuhkan dalam
jumlah sedikit. Trombosit dapat diberikan sebagai freshblood, platelet rich
plasma, atau thrombocyteconcentrate dengan masa simpan kurang dari 6
jam pada suhu 4o C. Dextran juga dapat menimbulkan gangguan jika dosis
melebihi 10 ml/kgBB
2.11 Prognosis
Prognosis lebih berhubungan dengan keberhasilan resusitasi saat syok dan
penatalaksanaan trauma atau penyakit yang mendasari dibandingkan dengan
presentasi syok hemoragik (Steven, 2015)
DAFTAR PUSTAKA