SYOK HIPOVOLEMIK
Disusun oleh:
Pembimbing:
SYOK HIPOVOLEMIK
1. Pendahuluan
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian
pada homeostasis tubuh yang terganggu seperti, perdarahan yang masif, trauma
atau luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli
paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik),
tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun
(syok anafilaktik) [3].
2. Definisi
Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya curah
jantung (Cardiac Output/CO) (dan oxygen delivery) melalui pengurangan preload.
Selain berkurangnya curah jantung, tipe syok ini dicirikan dengan menaiknya
tahanan vaskular sistemik (Systemic Vascular Resistant/SVR) dan menurunnya
tekanan vena sentral (Central Venous Pressure/CVP) yang berhubungan dengan
berkurangnya volume intravaskular. Setiap proses yang menyebabkan penurunan
volume intravaskular dapat menyebabkan syok ini. Syok ini paling sering terjadi
akibat perdarahan (hemoragik) yang eksternal atau internal dan non-hemoragik
seperti dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat [1,6]
3. Epidemiologi
Walaupun Insidensi syok hipovolemik akibat kehilangan cairan ekstraseluler
sulit diukur, diketahui bahwa syok hemoragik paling sering disebabkan oleh
trauma. Dalam sebuah penelitian, 62,2% dari transfusi masif di pusat trauma
tingkat 1 disebabkan oleh cedera traumatis. Dalam penelitian, 75% produk darah
yang digunakan terkait dengan cedera traumatis. Pasien lansia lebih mungkin
mengalami syok hipovolemik karena kehilangan cairan, dikarenakan lansia
memiliki cadangan cairan yang lebih sedikit [2].
4. Etiologi
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
intravaskular yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan yang masif
atau kehilangan plasma darah [3].
5. Patofisiologi
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah rata-rata
(mean arterial pressure/MAP) dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal
inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah di
bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ [3].
1. Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskuler sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi
jantung dan otak. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung
dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan
cadangan energi. Sehingga keduanya sangat bergantung akan ketersediaan
oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk
waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan
arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga ≤ 60 mmHg, maka
perfusi akan turun dan fungsi sel di semua organ akan terganggu [3].
2. Kardiovaskuler
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi)
ventrikel dan kontrakilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume
sekuncup (stroke volume). Curah jantung, penentu utama dalam perfusi
jaringan adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung [1,3].
Keterangan:
CO : Cardiac Output (curah jantung)
HR : Heart Rate (laju atau frekuensi denyut jantung)
SV : Stroke Volume (volume sekuncup)
SVR : Systemic Vascular Resistant (tahanan pembuluh darah sistemik)
Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curah Jantung
Curah jantung mempunyai peranan penting sebagai salah satu faktor untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi atau perfusi kejaringan sebagai tujuan dari
fungsi kardiovaskuler. Kecukupan perfusi jaringan ditentukan oleh kemampuan
fungsi sirkulasi menghantarkan oksigen ke jaringan yang disebut sebagai
oxygen delivery (DO2), dan curah jantung adalah faktor utama yang
menentukan DO2 ini [1].
Keterangan:
DO2 : Oxygen Delivery (kapasitas pengangkutan oksigen ke jaringan)
CO : Cardiac output (curah jantung)
CaO2 : Arterial oxygen content (kandungan oksigen dalam arteri)
PaO2 : Tekanan parsial oksigen arteri
SaO2 : Saturasi oksigen
Gambar 2. Perhitungan Oxygen Delivery dan Hubungannya dengan Curah
Jantung.
3. Ginjal
Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, sistem ginjal merespon perdarahan
dengan menstimulasi peningkatan sekresi renin. Renin mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya diubah menjadi
angiotensin II oleh paru-paru dan hati. Angiotensin II memiliki 2 efek utama,
keduanya membantu membalikkan perdarahan, vasokonstriksi otot polos
arteriol (tahanan arteriol afferen meningkat untuk menahan LFG), dan stimulasi
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Aldosteron bertanggung jawab atas
reabsorpsi natrium dan air yang dimana juga bertanggung jawab terhadap
menurunnya produksi urin [3,5].
4. Neuroendokrin
Sistem neuroendokrin merespons adanya hipovolemia, hipotensi dan hipoksia
dengan menyebabkan peningkatan sirkulasi hormon antidiuretik (ADH). ADH
dilepaskan dari kelenjar pituitari posterior sebagai respons terhadap penurunan
TD (seperti yang dideteksi oleh baroreseptor pada atrium, ventrikel, dan
pembuluh darah paru) dan penurunan konsentrasi natrium (seperti yang
dideteksi oleh osmoreseptor pada hipotalamus anterior, saluran pencernaan
bagian atas dan sistem vena portal). ADH secara tidak langsung menyebabkan
peningkatan reabsorpsi air dan natrium. [3,5,15,16]
5. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi
peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif
yang translokasi di dalam usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta
peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan
depresi jantung [3].
Spektrum perubahan fisiologis pada syok mulai dari tahap awal yang
reversible hingga tahap akhir, yang tidak dapat diubah dengan kegagalan
multiorgan dan kematian. Secara umum, syok memiliki tiga tahapan seperti
berikut:
1. Tahapan Pra-syok atau kompensasi, mekanisme kompensasi tubuh untuk
mempertahankan perfusi jaringan seperti (takikardia, vasokonstriksi perifer, dan
perubahan pada tekanan arah sistemik
2. Tahapan Syok, selama tahap ini, sebagian besar tanda dan gejala klasik syok
muncul karena disfungsi organ awal, akibat progres dari tahapan pra-syok
karena mekanisme kompensasi tidak mencukupi lagi.
3. Tahapan Disfungsi organ akhir, Ini adalah tahap terakhir, yang menyebabkan
disfungsi organ yang tidak dapat disembuhkan, kegagalan multiorgan, dan
kematian [12].
4. Gejala Klinis
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-
perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam
kecepatan timbulnya syok. Respons fisiologis yang normal adalah
mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung sambil memperbaiki volume
darah dalam sirkulasi dengan efektif. Disini akan terjadi peningkatan kerja saraf
simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stres serta
ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan
cairan interstisial, intraselular dan menurunkan produksi urin [3].
Terapi nutrisi
Pada pasien kritis, pemberian nutrisi hendaknya diberikan dini 24-48 jam pertama
dan tidak saat pasien masih berada dalam fase syok/resusitasi. Kebutuhan kalori
diberikan bertahap untuk menjaga toleransi penerimaan usus pada pemberian
nutrisi enteral dan untuk menjaga agar keseimbangan nitrogen tidak terlalu negatif
pada pemberian nutrisi parenteral. Pada hari pertama dapat diberikan 1/3
kebutuhan kalori, hari kedua ½ - 2/3 kalori, dan pada hari ketiga dapat diberikan
nutrisi penuh [14].
8.1 Penulisan Resep
Resep ini ditulis untuk penanganan pasien syok hipovolemik. Pemberian NaCl
0,9 % sebanyak 2 L dalam 30 menit pertama, jika hb ≤10 g/dL atau tidak adanya
perdarahan aktif <7 g/dL perlu penggantian darah dengan transfusi packed red cel
type O dan jika setelah volume darah dicukupi, tapi hipovolemia makin berat
dapat diberikan adrenalin. Bisa diberikan ampisilin antibiotik broad spectrum jika
ada tanda-tanda infeksi.
9. Komplikasi
Kerusakan organ dapat terjadi pada susunan saraf pusat, hati dan ginjal
(komplikasi yang penting) [3].
Disfungsi dan atau gagal multi organ
Sekuele akibat gagal multi organ atau akibat hipoperfusi yang berkepanjangan
[14].
10. Prognosis
Syok hipovolemik dengan perdarahan post trauma yang tidak terkontrol
merupakan penyebab utama kematian 5 juta pasien trauma di seluruh dunia dan
prognosis sangat bergantung pada derajat beratnya kehilangan volume cairan dan
kecepatan diagnosis dan tatalaksana syok [5,14].
Ad vitam: Dubia ad malam
Ad functionam: Dubia ad malam
Ad sanationam: Dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA