Anda di halaman 1dari 5

KEGAWADARURATAN PASIEN DENGAN

SYOK HEMORAGIK

KELOMPOK 10

HERU WIYONO
LENI MARLINA MALIK
DIAN AFRIZAL
TRY VENA KONTESA

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ALJEN C BULUNGAN
SYOK HEMORAGIK

PENDAHULUAN SYOK HEMORAGIK


Syok hemoragik adalah suatu kondisi kehilangan volume intravaskular secara cepat
dan signifikan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga suplai oksigen
dan nutrisi ke jaringan tidak adekuat. Hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen seluler
akan meningkat dan syok akan terjadi apabila kebutuhan oksigen lebih besar daripada
suplai.

Secara umum, syok terbagi menjadi hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, dan distributif.
Syok hemoragik termasuk dalam bagian syok hipovolemik. [1-3]

Etiologi syok hemoragik adalah perdarahan yang dapat bersifat internal dan/atau
eksternal, dengan trauma sebagai penyebab tersering. Etiologi lainnya dapat berupa
perdarahan gastrointestinal, perdarahan pada kasus obstetri seperti perdarahan post,
urologi, iatrogenik, ataupun trauma vaskular. [1,4]

Klinisi harus dapat mengenali keadaan syok agar resusitasi dapat segera dilakukan.
Pada keadaan syok, langkah penegakan diagnosis seperti anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan pencitraan dapat dilakukan
sementara resusitasi dilakukan. [5]

Penatalaksanaan awal pada syok hemoragik adalah menghentikan perdarahan dan


mengganti volume yang hilang dengan pemberian cairan atau transfusi darah. Derajat
perdarahan dan respons terhadap intervensi perlu dinilai sebagai panduan dalam
resusitasi. Selain itu, tindakan pembedahan dapat dilakukan pada beberapa kasus
untuk mengendalikan perdarahan. [1-3]

PATOFISIOLOGI SYOK HEMORAGIK


Patofisiologi syok hemoragik adalah berkurangnya volume intravaskular karena
kehilangan sejumlah darah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen.
Kompensasi Tubuh terhadap Penurunan Volume Intravaskular
Mitokondria tidak dapat mempertahankan metabolisme aerob untuk memproduksi
oksigen dan beralih pada metabolisme yang kurang efektif, yaitu metabolisme anaerob
untuk menghasilkan adenosine triphosphate (ATP) sebagai kebutuhan seluler. [1]
Hasil akhir metabolisme anaerob berupa produksi piruvat yang akan dikonversi menjadi
asam laktat untuk meregenerasi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD +) untuk
mempertahankan respirasi seluler tanpa adanya oksigen. [1]
Secara sistematis, tubuh akan melakukan kompensasi terhadap hilangnya volume
intravaskular secara akut dengan cara meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas
jantung diikuti dengan aktivasi baroreseptor yang mengakibatkan aktivasi sistem saraf
pusat (SSP) dan vasokonstriksi perifer. Aktivasi SSP akan mengalihkan volume
sirkulasi sistem organ nonvital untuk suplai darah ke organ vital seperti jantung dan
otak. [1,3,6]

Demi menyuplai darah ke organ vital, jaringan lain akan semakin mengalami
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan produksi asam laktat berlebih dan asidosis
memburuk. Apabila tidak dikoreksi, asidosis yang memburuk disertai dengan
hipoksemia akan menyebabkan hilangnya vasokonstriksi perifer, pemburukan
kompensasi hemodinamik, bahkan kematian. [1,3]

Bersamaan dengan itu, syok hemoragik juga mengaktifkan beberapa hormon


seperti corticotropin-releasing hormone yang menyebabkan pelepasan
glukokortikoid, beta-endorphin, vasopresin dari hipofisis posterior yang menyebabkan
retensi air di tubulus distal. Renin dilepaskan oleh juxtamedullary
complex menyebabkan peningkatan kadar aldosteron dan penyerapan natrium dan air.
[3]
Selain itu, terjadi peningkatan glukoneogenesis dan glikogenolisis yang diinduksi oleh
glukagon dan peningkatan growth hormone serta katekolamin yang menghambat
pelepasan dan aktivitas insulin. Hal ini menyebabkan peningkatan glukosa plasma atau
hiperglikemia pada syok hemoragik. [3]

Koagulopati yang Diinduksi Trauma


Dalam patofisiologi syok hemoragik, dapat terjadi trauma-induced coagulopathy akibat
beberapa proses, yaitu kehilangan faktor koagulasi melalui perdarahan, hemodilusi
dengan cairan resusitasi, serta disfungsi kaskade koagulasi akibat asidosis dan
hipotermia. Aktivitas faktor koagulasi, jumlah fibrinogen yang berkurang, dan jumlah
trombosit dipengaruhi oleh asidosis. Hipotermia dapat menjadi faktor risiko independen
untuk kematian pada syok hemoragik. [1,3]

ETIOLOGI SYOK HEMORAGIK


Etiologi syok hemoragik dapat berupa eksternal dan/atau internal. Penyebab yang
paling umum terjadi adalah cedera traumatik berupa laserasi, trauma tembus pada
bagian toraks dan abdomen, serta ruptur pembuluh darah. [1,5]

Beberapa hal yang dapat menyebabkan syok hemoragik, antara lain :

 Trauma

Trauma merupakan penyebab tersering perdarahan akut seperti pada laserasi, trauma
tembus pada toraks dan abdomen serta ruptur pada pembuluh darah besar

 Perdarahan Gastrointestinal

Perdarahan pada gastrointestinal dapat berupa varises esofagus, esophagogastric


mucosal tear, kanker kolon, kanker gaster dan esofagus serta gastritis
 Obstetrik/ Ginekologi

Pada kasus obstetrik/ ginekologi yang dapat menyebabkan perdarahan sampai syok hemoragik
seperti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur kehamilan ektopik serta ruptur kista ovarium
 Koagulopati: demam berdarah, disseminated intravascular coagulation (DIC)
 Ruptur Aneurisma

 Terapi Antitrombotik

Terapi antitrombotik seperti antikoagulan (heparin, warfarin dan direct thrombin inhibitors) serta


antiplatelet (aspirin, clopidogrel dan glycoprotein IIb/IIIa receptor antagonists) dapat
menyebabkan perdarahan sampai syok hemoragik
 Pulmonal

Terjadinya emboli pulmonal, kanker paru-paru, penyakit tuberkulosis, aspergillosis


serta Goodpasture's syndrome dapat menyebabkan terjadinya perdarahan akut sampai syok [1,7]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan dan meningkatkan derajat keparahan syok hemoragik,
antara lain :
Usia

Respons terhadap syok hemoragik dapat berbeda, tergantung dari kondisi fisiologis dan usia
pasien. Anak-anak dan lanjut usia lebih rentan mengalami dekompensasi awal setelah kehilangan
volume intravaskular akibat kehilangan darah atau perdarahan akut. [1]

Pada anak-anak, total volume darah lebih kecil sehingga risiko kehilangan persentase darah lebih
besar dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, ginjal pada anak di bawah 2 tahun belum
matur sehingga kemampuan mengkonservasi volume saat terjadi perdarahan tidak seefektif anak
yang lebih tua. Area permukaan tubuh juga meningkat secara relatif terhadap berat badan
sehingga memungkinkan untuk kehilangan panas dengan cepat dan risiko hipotermia dini yang
dapat mengarah ke koagulopati. [1,3,6]

Sedangkan pada individu lanjut usia terjadi perubahan fisiologi dan kondisi medis yang
mempengaruhi kemampuan kompensasi terhadap kehilangan darah akut. Aterosklerosis dan
penurunan elastin menyebabkan penurunan kemampuan kompensasi vaskuler, vasodilatasi
arteriol jantung, infark ketika kebutuhan oksigen miokard meningkat, serta atrofi ginjal terkait
usia menurunkan creatinine clearance. [1,3]
Trauma

Cedera traumatik menjadi penyebab tersering syok hemoragik. Trauma yang terjadi dapat
menyebabkan cedera pembuluh darah, fraktur pada tulang panjang, pelvis, serta ruptur organ
seperti limpa, hepar, renal yang dapat menyebabkan syok hemoragik. Pada fraktur tulang
panjang dapat menyebabkan perdarahan sebesar 1000-2000 ml, pada fraktur pelvis sebesar 1500-
2000 ml serta perdarahan pada kavum abdomen akibat ruptur organ dapat menyebabkan syok
hemoragik dan kematian jika tidak tertangani segera karena kavum abdomen dapat distensi dan
menampung volume darah sebesar 5 liter pada dewasa. [3,6]

Daftar Pustaka

https://www.alomedika.com/penyakit/kegawatdaruratan-medis/syok-hemoragik

Anda mungkin juga menyukai