Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK HIPOVOLEMIK PADA PEDIATRI

MINGGU I IGD RSUP DR. KARIADI

A. PENGERTIAN
Syok adalah ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan
ketersediaan system vascular bed sehingga menyebabkan terjadinya hipotensi,
penurunan atau pengurangan perfusi jaringan atau organ, hipoksia sel, dan
perubahan metabolism aerob menjadi anaerob. (Manuaba, 2007) Syok
hipovolemik adalah penyebab syok yang sering terjadi pada anak-anak.
Hilangnya volume dapat menurunkan preload yang menyebabkan penurunan
curah jantung, tekanan darah serta gangguan perfusi jaringan (Ramdani B.,
2016).
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravaskular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraselular. Cairan intraselular menempati
hampir dua pertiga dari air tubuh total. Cairan tubuh ekstraselular ditemukan
dalam salah satu kompartemen : intravaskular (di dalam pembuluh darah) dan
interstisial (di sekitar jaringan). Volume cairan interstisial adalah kira kira
tiga sampai empat kali dari cairan intravaskular. Syok hipovolemik terjadi
ketika terjadi penurunan volume intravaskular 15% sampai 25%. Syok
hypovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah
dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan
yang masiv atau kehilangan plasma darah.

B. PATOFISIOLOGI
Syok hipovolemik atau status syok akibat dari kehilangan volume
cairan sirkulasi (penurunan volume darah), dapat diakibatkan oleh berbagai
kondisi yang secara bermakna menguras volume darah normal, plasma, atau
air. Patologi dasar, tanpa memperhatikan tipe kehilangan cairan yang pasti,
dihubungkan dengan defisit volume atau tekanan cairan sirkulasi aktual.
Penurunan volume cairan sirkulasi menurunkan aliran balik vena, yang
mengurangi curah jantung dan karenannya menurunkan tekanan darah.
Penurunan curah jantung disebabkan oleh penurunan volume preload
walaupun terdapat kompensasi peninggian resistansi vaskuler, vasokonstriksi
dan takikardia. (Tambayong,2000)

Kegagalan sirkulasi menyebabkan hantaran oksigen (DO ) ke jaringan


2
2 berkurang diikuti dengan penurunan tekanan 2oksigen parsial (pO ). Pada saat
2
terjadi penurunan pO sampai pada titik kritis, maka fosforilasi oksidatif yang
bergantung pada oksigen akan menggeser metabolisme, dari aerob menjadi
anaerob, sehingga kadar laktat darah meningkat dan menyebabkan
terjadinyaasidosis laktat. Hantaran oksigen dipengaruhi oleh kandungan
oksigen darah arteri (CaO ) dan curah jantung (CO) sesuai dengan persamaan
berikut (Dewi, Rismala. 2013) : Curah jantung pada anak sangat tergantung
pada detak jantung (HR) dibandingkan dengan isi sekuncup (SV) karena
miokard belum matang. Pada saat tubuh kehilangan volume intravaskular
lebih dari 10% akan terlihat beberapa usaha tubuh untuk mengembalikan
fungsi kardiovaskular dan volume darah dengan mekanisme kompensasi yang
melibatkan respon neurohumoral, kemoreseptor, dan endokrin. Berdasarkan
proses patofisiologi tersebut syok terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase
kompensasi, dekompensasi, dan ireversibel.
Gambar 2.1 Mekanisme Kompensasi Syok
Berbeda dengan gambaran klinis pada dewasa, pada anak hipotensi
merupakan keadaan yang sudah terlambat, sehingga sangat diperlukan
kecurigaan yang cukup besar dari para klinisi serta pemeriksaan fisik yang
terarah agar dapat mendiagnosis syok pada fase awal (Dewi, Rismala. 2013).

Berdasarkan penyebabnya, syok hipovolemik dibagi menjadi 2 yaitu


hemoragik (perdarahan masif) dan non hemoragik (kehilangan cairan tubuh)
(Ramdani B., 2016). Kasus-kasus penyebab terjadinya syok hipovolemik
antara lain (Tambayong,2000):

1. Hemoragi

Syok hemoragi terjadi sebagai akibat dari kehilangan darah masif.


Beberapa kondisi yang menimbulkan kehilangan darah drastis mencakup
perdarahan gastrointestinal, hemoragi pascaoperasi, hemofilia, persalinan, dan
trauma. Kehilangan darah minimal, sampai 10% dari volume total, tidak
menimbulkan perubahan nyata pada tekanan darah atau curah jantung.
Kehilangan darah sampai 45% dari volume darah total menurunkan baik curah
jantung maupun tekanan darah sampai nol. Gejala-gejalanya bergantung pada
kehilangan darah aktual dan apakah kehilangan tersebut tiba-tiba atau
bertahap.

2. Dehidrasi

Syok dehidrasi terjadi akibat dari kehilangan cairan tubuh hebat dan
berat. kondisi yang secara klasik menyebabkan dehidrasi adalah berkeringat
berlebihan, kehilangan cairan melalui gastrointestinal berhubungan dengan
diare, muntah, atau pengisapan gastrointestinal atas, diabetes insipidius, asites,
fase deuritik dari gagal ginjal akut, ketoasidosis diabetik, penyakit addison,
hipoaldosteronisme, kekurangan masukan volume adekuat, diuresis osmotik,
dan penggunaan deuritik yang berlebihan.

Mekanisme yang terlibat dalam timbulnya syok dehidrasi serupa


dengan yang terjadi pada syok akibat hemoragi. Kehilangan cairan tubuh
menurunkan volume vaskular, yang menghasilkan arah balik vena. Curah
jantung menurun, tekanan darah menurun, serta perfusi jaringan dan organ
berkurang. Mekanisme adaptif fisiologis dilakukan untuk memperbaiki
tekanan darah, volume cairan, dan akhirnya perfusi. Penggantian cairan dan
pengobatan tertahap penyebab dasar dapat secara cepat memperbaiki tekanan
darah.

3. Luka bakar.

Luka bakar, khususnya luka bakar derajat tiga, sering menyebabkan


syok hipovolemik. Mekanisme yang terjadi pada syok ini tidak terlalu
berhubungan dengan kehilangan cairan melainkan berhubungan dengan
kehilangan protein plasma melalui permukaan yang terbakar. Kehilangan
protein plasma secara bermakna menurunkan tekanan osmotik koloid.
Dalam upaya untuk menurunkan ekuilibrum tekanan koloid dan
hidrostatik, air meninggalkan ruang vaskular dan memasuki interstitium.
Akibatnya, volume intravaskular menurun, aliran balik menurun, curah
jantung tidak adekuat, tekanan darah menurun.

Syok akibat luka bakar mungkin juga disebabkan oleh hemoragi dan
sepsis yang mnyertai. Permukaan luka bakar meningkatkan agregasi trombosit
dan aktivasi faktor XII, yang menimbulkan pembentukan bekuan
intravasikular lokal. Bekuan lokal ini bisa merusak mikrosirkular,
mengakibatkan iskemia dan nekrosis jaringan, dan dapat mengkonsumsi
faktor pembekuan, yang menyebabkan koagulasi intravasikular diseminata
(DIC). Sepsis dapat diakibatkan oleh luka bakar luas karena kehilangan atau
kerusakan barier alamiah, yaitu kulit terhadap invasi bakteri. Selain itu
permukaan yang terbakar melepaskan toksin ke dalam sirkulasi iskemik yang
dapat menciderai kapiler usus, dengan demikian melepaskan bakteri usus dan
endotoksin ke dalam sirkulasi iskemik.

4. Trauma

Trauma dalam bentuk cidera remuk pada otot dan tulang, luka tembak
dan penetrasi pada pembuluh darah, visera atau organ vital lain oleh pisau atau
alat tajam lainnya yang menimbulkan status syok terutama melalui kehilangan
darah tiba-tiba dan hebat. Jumlah kehilangan darah yang tidak terduga karena
trauma dapat tersembunyi dalam jaringan, organ selama variabel waktu
sebelum gejala syok terlihat. Sebagai contoh, otot paha dapat menahan 1000
mL darah akibat fraktur femur atau robekan pada pembuluh darah femoralis
tanpa terlihat peningkatan diameter paha. Kehilangan darah 1 liter
menunjukkan hemoragi serius, khususnya bila berlangsung tanpa terdeteksi
dan tidak ditangani. Karena kehilangan darah masif biasanya dihubungkan
dengan trauma hebat, syok traumatik hampir serupa dengan syok hemoragik
dalam hal mekanisme patologis dan respons adaptifnya.
Pada syok hipovolemik yang dijelaskan diatas bila tindakan untuk
memperbaiki atau menghilangkan penyebab kehilangan volume cairan dapat
dilakukan maka syok tersebut masih dalam tahap non-progresif dan krisis bisa
dicegah atau diatasi. Bila kehilangan volume cairan berlebihan atau tindakan
terapeutik tidak efektif, tahap awal syok dapat berlanjut pada tahap yang
ireversibel.

Penyebab syok hipovolemik yang sering terjadi pada anak meliputi


(Ramdani B., 2016) :
1. Diare (Penyebab paling umum pada anak)
2. Muntah
3. Kehilangan darah internal atau eksternal
4. Luka bakar derajat III (lebih dari 30%)
5. Dehidrasi berat
6. Diuresis osmotik, seperti pada kasus ketoasidosis diabetik
7. Hilang ke rongga ketiga : pergeseran cairan ke ruang interstisial (biasanya
pada kasus ileus obstruktif).

C. TANDA DAN GEJALA


Gambaran klinis pada syok hipovolemik meliputi sebagai berikut (Ramdani B.,
2016):
1. Takipnea : menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk asidosis
metabolik ; pernapasan tanpa bantuan
2. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit,
pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi
3. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak, diaforetik
terutama pada ekstemitas
4. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
5. Oligouria
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kimia Serum seperti elektrolit, BUN dan kreatinin
2. DPL dan profil koagulasi
3. AGD (Analisa Gas Darah) dan Oksimetri nadi
4. Pemeriksaan curah jantung
5. Laktat Serum
6. Urinalisis dengan berat jenis, osmoralitas, dan elektrolit urin
7. EKG
(Nurarif, Amin & Kusuma, Hadi. 2014)

E. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway : pengkajian untuk menilaia kepatenan jalan napas, meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing.
Apabila klien dapat berbicara, maka dianggap jalan napasnya bersih.
Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2. Breathing : Pengkajian meliputi frekuensi napas, kaji adakah
penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, serta adanya
sesak napas. Lakukan palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji
apakah ada trauma pada dada.
3. Circulation : pengkajian meliputi pengukuran banyaknya volume darah
dan cardiac output serta adanya mengkaji adanya perdarahan. Pengkajian
juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, dan menghitung nadi. Pada
pasien dengan perdarahan gastrointestinal, penting untuk mengkaji lebh
lanjut mengenai hematemesis, melena, riwayat minum alkohol,
penggunaan obat anti-inflamasi non steroid yang lama, serta koagulopati
(iatrogenik atau selainnya). Kaji juga tentang kronologi muntah dan
hematemesis.
4. Disability : mengukur tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi
pupil. Gejala-gejala ang mungkin muncul saat syok seperti kelemahan,
penglihatan kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai pada semua pasien
dengan indikasi syok. Keluhan nyeri dada, perut, atau punggung mungkin
menunjukkan gangguan pada pembuluh darah, selain itu bisa jadi akan
muncul tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis adalah nyeri yang
menjalar ke punggung. Aneurisma aorta abdominalis biasanya
menyebabkan nyeri perut, nyeri punggung, atau nyeri panggul.
5. Exposure: pada pasien syok akibat trauma, pengkajian ini menentukan
mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan memperkuat
kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertindih
kemudi kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi akibat
kecelakaan kendaraan lalulintas).

F. PENGKAJIAN SEKUNDER
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ketidakefektifan perfusi jaringn perifer
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Resiko kekurangan volume cairan
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengn penurunan ekspansi paru
dan edema paru
5. Resiko Syok
6. Ansietas
7. Nyeri
(Nurarif, Amin & Kusuma, Hadi. 2014)

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan utama dalam penatalaksanaan syok hipovolemik antara lain (1)
memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan peristiwa sehingga
tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak efektif. (2) meredistribusi
volume cairan, dan (3) memperbaiki penyebab kehilangan cairan tubuh
secepat mungkin. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara
lain (Dewi E & Rahayu S. 2009) :
1. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan
penggantian cairan sesuai order. Pastikan golongan darah untuk
pemberian terapi transfusi
2. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau
respiratory arrest lakukan CPR
3. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan hasil
AGD untuk mengetahui adanya hipoksemia dan mengantisipasi
diperlukannya intubasi dan penggunaan ventilasi mekanik. Atur
posisi semi fowler untuk memaksimalkan ekspansi dada. Jaga pasien
tetap tenang dan nyaman untuk meminimalkan kebutuhan oksigen
4. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara
berkesinambungan. Observasi warna kulit dan cek capillary refill
5. Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan cardiac
output, setiap 15 menit, untuk mengevaluasi respon pasien terhadap
treatment yang sudah dilakukan
6. Monitor intake dan output cairan, pasang dower cateter dan kaji dan
catat urin output setiap jam. Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal
maka cek feses, muntahan, dan gastric drainase. Jika output
kuranng dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse, tetapi
awasi adnya tanda kelebihan cairan seperti peningkatan PAWP. Lapor
dokter jika urin output tidak meningkat
7. Berikan transfuse sesuai dengan kolaborasi dengan sejawat, monitor
Hb secara serial dan HCT
8. Berikan dopamin atau norepineprin I.V., sesuai order untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung dan perfusi renal
9. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat
segera
10. Berikan motivasi dan dukungan emosional untuk mengurangi kecemasan
klien
11. Siapkan pasien dika perlu dilakukan pembedahan.

I. KAJIAN PUSTAKA
1. Dewi E, & Rahayu S. Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Jurnal
Publikasi Ilmiah UMS Vol. 2. Juni 2009; 2:93-96
2. Dewi, Rismala. 2013. Tata Laksana Berbagai Keadaan Gawat Darurat
Pada Anak. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM

3. Nurarif, Amin & Kusuma, Hadi. 2014. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta. Mediaction.
4. Ramdani, B. Syok Hipovolemik pada Anak. 2016.
http://www.pustakadokter.com/2016/11/12/syok-hipovolemik-pada-anak/.
Diakses pada tanggal 29 Juli 2017.
5. Tambayong, Jon. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai