Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

NY. B (36thn) DENGAN MENOMETROREGIA DI RUANGAN NIFAS


RSUD MARDI WALUYO BLITAR

Oleh :
EFI RULLI GUSWATI
NIM. 40219008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : EFI RULLI GUSWATI

NIM : 40219008

INSTITUSI: ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KOTA KEDIRI

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING LAHAN

( ) ( )
A. Definisi
Menometroragia adalah perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik
dan dengan darah yang berlebihan (> 80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang
yaitu lebih dari 7 hari (Tyas & Hidayat , 2015).
Menometroragia atau perdarahan antara haid adalah perdarahan uterus yang tidak
teratur diantara siklus ovulatoir dengan penyebab antara lain penyakit servik,
endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan
(Kustini & Oktaviani, 2015).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


menometroragia merupakan perdarahan haid yang diluar siklus menstruasi dengan
durasi yang lama serta jumlah perdarahanya banyak.

B. Etiologi

Menometroragia disebabkan antara lain obesitas (terlalu gemuk), pekerjaan berat


dan stress diduga ikut berperan terjadinya menstruasi berkepanjangan(Tyas &
Hidayat , 2015).Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat
genital atau oleh kelainan fungsional.
1. Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh
kelainan pada:
a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosi, ulkus pada porsio uteri,
karsinoma servisis uteri.
b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.

c. Tuba falopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
2. Sebab – sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic
dinamakan perdarahan disfungsional Penelitian menunjukkan bahwa perdarahan
disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium
diantaranya endometrium jenis sekresi dan nonsekresi yang keduanya memiliki
arti penting dalam membedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang ovulatoar.
3. Perdarahan ovulator
Untuk menegakkan diagnosa perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan
kerokan pada masa mendekati menstruasi. Jika 19 karena perdarahan yang lama
dan tidak teratur siklus menstruasi tidak dikenali lagi, maka kadang -kadang
bentuk kurve suhu basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan
berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus
dipikirkan sebagai etiologinya :
a. Korpus luteum persistens; dijumpai perdarahan yang kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar.
b. Insufisiensi korpus luteum karena kurangnya produksi progesteron disebablan
gangguan LH releasing factor.
c. Apopleksia uteri; wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
d. Kelainan darah; anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah (Laeli, 2016).

C. Patofisiologi
Gangguan perdarahan yang dinamakan metroragia terjadi karena persistensi
folikel yang tidak pecah sehingga terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibat
terjadi hyperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus
menerus.
Secara garis besar kondisi ini dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel
telur atau ovum dari indung telur),tanpa ovulasi maupun keadaan lain,misalnya pada
wanita premenopouse (polikelpersisten). Sekitar 90% perdarahan uterus disfungsional
(perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovolation) dan 10% terjadi dalam siklus
ovulasi
Pada siklus ovulasi Perdarahan rahim yang bias terjadi pada pertengahan
menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi.perdarahan ini terjadi karena
rendahnya kadar hormone estrogen sementara hormone progesterone tetap terbentuk pada
siklus tanpa ovulasi (anovalation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopouse dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,sehingga kadar hormone estrogen
berlebihan sedangkan hormone progesterone rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium). Mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga
(kava pembeluh darah dan kelenjar) yang memadai.kondisi inilah yang menyebabkan
terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak
perdarahantidak terjadi bersamaan permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh
lantas diikuti perdarahan. Di permukaan lainnya jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan (baradero mary, SPC,MM dkk,Klien gangguan system reproduksi dan
seksualitas,2005)

D. Komplikasi
Komplikasi pada kehamilan seperti abortus, kehamilan ektopik, infeksi, inflamasi,
trauma, kelainan hemotalotik atau sistemik.

E. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG, FSH, LH, Proglatin
dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada
tampilan yang mengarah kesana
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda (<40 tahun) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuratase. Maka penting untuk melakukan kuratase ulang dan
investigasi yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
4. Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah. (Prof dr. Hanifa
wiknjosastro, DSOG. Ilmu kebidanan:1999)

F. Penatalaksanaan
Bila perdarahan sangat banyak, istirahan baring dan transfusi darah
Bila pemeriksaan gynecologik menunjukkan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada
abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan
hormon steroid. Dapat diberikan:
1. Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan
secara IM di propionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradi 1,5 mg, atau valeras
estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
2. Progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat
diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan pes os
seharinirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 m, yang dapat
diulangi berguna dalam masa pubertas.
Terapi hormonal :
Setelah perdarahan teratasi berikan :
 Conjugated oestrogen 2,5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
 Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetat untuk 10 hari terakhir
 Tunggu perdarahan lucut 5-7 hari pasca penghentian terapi
3. Androgen
Propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki umpan balik positif dari
perdarahan uterus akibat hiperplasia endometrium.
Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian estrogen
dan progesteron dalam kombinasi dapat di anjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari
ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari,
mulai hari ke-21 siklus haid. (Astarto, 2011)
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi dan kerokan.
(wiknjosastro, 2010)
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti,
langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi. (Manuaba, 2008)

G. WOC
H. Asuhan keperawatan secara teori
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
a) Nyeri perut saat haid klien dengan disminore.
b) Keluarnya darah haid berlebihan atau sedikit pada hiperminore dan
hipominore
c) Adanya keluhan haid disiklus menstruasi pada oligominore dan
poliminore dan aminore.
2. Riwayat penyakit sekarang
a) Mual dan Muntah
b) Pusing.
c) Kelelahan
d) Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang
(PQRST)
3. Riwayat penyakit dahulu
a) Pernah hamil atau belum pernah hamil
b) Pernah melakukan oprasi atau pembedahan,DM dll.
4. Riwayat obstetri
a) Riwayat abortus
b) Riwayat siklus haid.
 Apakah haid teratur.
 Siklus berapa.
 Apakah ada masalah dengan haid.
 HPHT.
c) Riwayat kehamilan.
 Hamil berapa kali
 Ada masalah dalam kehamilan
d) Riwayat KB
 Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan.
 Masalah dengan cara tersebut.
 Jenis kontrasepsi yang telah digunakan setelah persalinan.
5. Riwayat psikososial
a) Keadaan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehar-hari
klien.
b) Pendapat klien terhadap penyakit saat ini.
c) Perubahan yang timbul saat haid
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
 Tekanan darah: 110/70-130/90 mmHg.
 Respiratori: 16-24x/mnit
 BB
 Kesadaran.
 Nadi:76-92x/mnit
 Suhu:36-37x/mnit.
 TB.
b) Mata.
 Conjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).
c) Dada.
 Mammae pada penderita aminore tidah tumbuh.
d) Respiratori.
 Jalan nafas.
e) Abdomen
 Nodul/pembesaran tmbulnya mioma.
f) Genitalia.
 Perinium.
 Vesika urinaria.
g) Extrimitas (Integumen)
 Turgor kulit (CRT)
 Warna kulit.
 Kesulitan dalam pergerakan.
7. Data penunjang.
 Lab (Urine,Hb)
 USG
 Terapi

I. Diagnosa keperawatan
1. Resiko pendarahan b.d gangguan menstruasi (perdarahan yang banyak dan lama)
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
4. Ansietas b.d perubahan dalam status kessehatan

L. Intervensi keperawatan dan Implementasi

No Diagnosa SDKI SLKI

1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan perdarahan


pendarahan tindakan
Observasi
Faktor risiko : keperawatan
a. Komplikasi selama 3x24 jam a. Monitor tanda dan gejala
kehamilan diharapkan tingkat
pendarahan
b. Komplikasi pendarahan
pasca partum menurun dengan b. Monitor nilai
c. Tindakan kriteria hasil :
hematokrit/hemoglobin
pembedahan a. Pemarahan anus
d. Kurang menurun sebelum dan sesudah
terpapar b. Distensi abdomen
kehilangan darah
informasi menurun
c. Perdarahan vagina Terapeutik
menurun
a. Pertahankan bed rest
d. Perdarahan pasca
operasi menurun selama pendarahan
e. Tekanan darah
b. Hindari pengukuran suhu
membaik
f. Denyut nadi apical rektal
membaik
Edukasi
g. Suhu tubuh
membaik a. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
b. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin k
c. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observasi
Penyebab : tindakan keperawatan
1x24 jam respons 1) Identifikasi defisit tingkat
a).Ketidak seimbangan aktivitas
fisiologis terhadap
2) Identifikasi kemampuan
antara suplai dan aktivitas yang
membutuhkan tenaga berpartisipasi dalam
kebutuhan oksigen aktivitas tertentu
meningkat
3) Identifikasi makna
b). Tirah baring
Kriteria hasil : aktivitas secara rutin dan
c). kelemahan waktu luang
1). Kekuatan tubuh bagian
atas dan bawah meningkat Terapeutik
d). imobilitas
2). Kecepatan berjalan 1) Fasilitas memilih
e). Gaya hidup
meningkat aktivitas dan tetapkan
monoton
3). Perasaan lemah 2) tujuan aktivitas yang
menurun konsisten sesuai
4). Tekanan darah kemampuan fisik,
membaik 1) psikologis dan sosial
2) Libatkan keluarga dalam
aktivitas, jika perlu
3) Fasilitasi
mengembangkan motivasi
dan penglihatan diri
4) Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari –
hari
Edukasi
1) Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari – hari, jika
perlu
2) Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3) Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spritual
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan tim
terapis dalam
merencanakan aktivitas

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Managemen nyeri


tindakan keperawatan  Observasi
Penyebab :
a). Agen selama 1x24 jam  Identifikasi lokasi,
pencedera
diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis
b). Agen berkurang frekuensi, kualitas,
pencedera
 Keluhan nyeri intensitas nyeri
kimiawi
c). Agen menurun  Identifikasi respon
pencedera fisik
 Meringis menurun nyeri non verbal
 Sikap protektif  Identifikasi faktor
meningkat yang memperberat dan
 Gelisah menurun memperingan nyeri
Kesulitan tidur  Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas
hidup
 Terapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis.
Hypnosis,akupresur,te
rapi
music,biofeedback,ter
api pijet,teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin,terapi
bermain
 Fasilitas istirahat dan
tidur
 Edukasi
 Jelaskan
penyebab,periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika pelu

4 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas


tindakan  Observasi
Penyebab : keperawatan  Identifikasi saat tingkat
a).Kekhawatiran selama 1x24 agar ansietas beubah
mengalami agar pasien tidak  Identifikasi kemampuan
kegagalan cemas mengambil keputusan
c).Disfungsi  Verbalisasi  Monitor tanda – tanda
sistem keluarga kebingungan ansietas
b).Kurang menurun  Teraupeti
terpapar
 Verbalisasi  Temani pasien untuk
informasi
khawatir akibat mengurangi kecemasan,
kondisi yang bila perlu
dihadapi menurun  Dengarkan dengan penuh
Perilaku gelisah perhatian
menurun
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
 Edukasi
 Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan mengungkapan
perasaan dan persepsi
 Latih teknik relaksasi
 Kolaborasi
Berikan obat antiansietas,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pearce ,Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Jakarta


Tarwoto, Ratna Aryani, Wartonah, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan Jakarta.
Gianti Wijianto; drg. Anastasia L. Juwono; Yasmin Scheiber 2011, Nursing:
Menafsirkan Tnada-Tanda dan Gejala Penyakit: Jakarta
Helen Varney, Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007 Buku Ajar ASUHAN
KEBIDANAN Edisi4 Volume1 Jakarta
Rahayu Widiastuti, Banbang Eko W, Umi Kulsum, 2011 Kamus Keperawatan
Prof dr. Hanifa wiknjosastro, DSOG. 1999 Ilmu kebidanan
Manuaba, chandradinata.dkk. 2004. Gawat-darurat Obstetri-ginekologi & Obsetri
ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC
Baradero,mary,SPC,MM.dkk. 2005. Klien gangguan sistem reproduksi dan
seksualitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai