Oleh :
EFI RULLI GUSWATI
NIM. 40219008
NIM : 40219008
( ) ( )
A. Definisi
Menometroragia adalah perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik
dan dengan darah yang berlebihan (> 80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang
yaitu lebih dari 7 hari (Tyas & Hidayat , 2015).
Menometroragia atau perdarahan antara haid adalah perdarahan uterus yang tidak
teratur diantara siklus ovulatoir dengan penyebab antara lain penyakit servik,
endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan
(Kustini & Oktaviani, 2015).
B. Etiologi
c. Tuba falopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.
2. Sebab – sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic
dinamakan perdarahan disfungsional Penelitian menunjukkan bahwa perdarahan
disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium
diantaranya endometrium jenis sekresi dan nonsekresi yang keduanya memiliki
arti penting dalam membedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang ovulatoar.
3. Perdarahan ovulator
Untuk menegakkan diagnosa perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan
kerokan pada masa mendekati menstruasi. Jika 19 karena perdarahan yang lama
dan tidak teratur siklus menstruasi tidak dikenali lagi, maka kadang -kadang
bentuk kurve suhu basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan
berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus
dipikirkan sebagai etiologinya :
a. Korpus luteum persistens; dijumpai perdarahan yang kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar.
b. Insufisiensi korpus luteum karena kurangnya produksi progesteron disebablan
gangguan LH releasing factor.
c. Apopleksia uteri; wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
d. Kelainan darah; anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah (Laeli, 2016).
C. Patofisiologi
Gangguan perdarahan yang dinamakan metroragia terjadi karena persistensi
folikel yang tidak pecah sehingga terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibat
terjadi hyperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus
menerus.
Secara garis besar kondisi ini dapat terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel
telur atau ovum dari indung telur),tanpa ovulasi maupun keadaan lain,misalnya pada
wanita premenopouse (polikelpersisten). Sekitar 90% perdarahan uterus disfungsional
(perdarahan rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovolation) dan 10% terjadi dalam siklus
ovulasi
Pada siklus ovulasi Perdarahan rahim yang bias terjadi pada pertengahan
menstruasi maupun bersamaan dengan waktu menstruasi.perdarahan ini terjadi karena
rendahnya kadar hormone estrogen sementara hormone progesterone tetap terbentuk pada
siklus tanpa ovulasi (anovalation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopouse dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi,sehingga kadar hormone estrogen
berlebihan sedangkan hormone progesterone rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium). Mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga
(kava pembeluh darah dan kelenjar) yang memadai.kondisi inilah yang menyebabkan
terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh. Di lain pihak
perdarahantidak terjadi bersamaan permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh
lantas diikuti perdarahan. Di permukaan lainnya jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan (baradero mary, SPC,MM dkk,Klien gangguan system reproduksi dan
seksualitas,2005)
D. Komplikasi
Komplikasi pada kehamilan seperti abortus, kehamilan ektopik, infeksi, inflamasi,
trauma, kelainan hemotalotik atau sistemik.
E. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid, dan kadar HCG, FSH, LH, Proglatin
dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada
tampilan yang mengarah kesana
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur
atau wanita muda (<40 tahun) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani
sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin
terlewatkan bahkan saat kuratase. Maka penting untuk melakukan kuratase ulang dan
investigasi yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau
berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan
dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaan pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
4. Uji kehamilan : untuk melihat ada tanda-tanda kehamilan.
5. Pemeriksaan koagulasi : untuk memantau faktor pembekuan darah. (Prof dr. Hanifa
wiknjosastro, DSOG. Ilmu kebidanan:1999)
F. Penatalaksanaan
Bila perdarahan sangat banyak, istirahan baring dan transfusi darah
Bila pemeriksaan gynecologik menunjukkan perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada
abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan
hormon steroid. Dapat diberikan:
1. Estrogen dalam dosis tinggi
Supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan
secara IM di propionasestradiol 2,5 mg, atau benzoas estradi 1,5 mg, atau valeras
estradiol 20 mg. Tetapi apabila suntikan dihentikan perdarahan dapat terjadi lagi.
2. Progesteron
Pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium, dapat
diberikan kaproas hidroksi progesteron 125 mg, secara IM, atau dapat diberikan pes os
seharinirethindrone 15 mg atau asetas medroksi progesteron (provera) 10 m, yang dapat
diulangi berguna dalam masa pubertas.
Terapi hormonal :
Setelah perdarahan teratasi berikan :
Conjugated oestrogen 2,5 mg per oral setiap hari selama 25 hari
Tambahkan 10 mg medroxyprogesteron acetat untuk 10 hari terakhir
Tunggu perdarahan lucut 5-7 hari pasca penghentian terapi
3. Androgen
Propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki umpan balik positif dari
perdarahan uterus akibat hiperplasia endometrium.
Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian estrogen
dan progesteron dalam kombinasi dapat di anjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari
ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari,
mulai hari ke-21 siklus haid. (Astarto, 2011)
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi dan kerokan.
(wiknjosastro, 2010)
Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti,
langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi. (Manuaba, 2008)
G. WOC
H. Asuhan keperawatan secara teori
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
a) Nyeri perut saat haid klien dengan disminore.
b) Keluarnya darah haid berlebihan atau sedikit pada hiperminore dan
hipominore
c) Adanya keluhan haid disiklus menstruasi pada oligominore dan
poliminore dan aminore.
2. Riwayat penyakit sekarang
a) Mual dan Muntah
b) Pusing.
c) Kelelahan
d) Nyeri yang menjalar dari bawah perut sampai punggung belakang
(PQRST)
3. Riwayat penyakit dahulu
a) Pernah hamil atau belum pernah hamil
b) Pernah melakukan oprasi atau pembedahan,DM dll.
4. Riwayat obstetri
a) Riwayat abortus
b) Riwayat siklus haid.
Apakah haid teratur.
Siklus berapa.
Apakah ada masalah dengan haid.
HPHT.
c) Riwayat kehamilan.
Hamil berapa kali
Ada masalah dalam kehamilan
d) Riwayat KB
Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan.
Masalah dengan cara tersebut.
Jenis kontrasepsi yang telah digunakan setelah persalinan.
5. Riwayat psikososial
a) Keadaan yang menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehar-hari
klien.
b) Pendapat klien terhadap penyakit saat ini.
c) Perubahan yang timbul saat haid
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Tekanan darah: 110/70-130/90 mmHg.
Respiratori: 16-24x/mnit
BB
Kesadaran.
Nadi:76-92x/mnit
Suhu:36-37x/mnit.
TB.
b) Mata.
Conjungtiva pucat pada perdarahan banyak (anemis).
c) Dada.
Mammae pada penderita aminore tidah tumbuh.
d) Respiratori.
Jalan nafas.
e) Abdomen
Nodul/pembesaran tmbulnya mioma.
f) Genitalia.
Perinium.
Vesika urinaria.
g) Extrimitas (Integumen)
Turgor kulit (CRT)
Warna kulit.
Kesulitan dalam pergerakan.
7. Data penunjang.
Lab (Urine,Hb)
USG
Terapi
I. Diagnosa keperawatan
1. Resiko pendarahan b.d gangguan menstruasi (perdarahan yang banyak dan lama)
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Nyeri akut b.d agen cidera biologi
4. Ansietas b.d perubahan dalam status kessehatan