Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KASUS SC
(SECTIO CAESAREA)

DI RUANG VERLOS KAMER (VK)


RSIA TRISNA MEDIKA
TULUNGAGUNG

A. DEFINISI

Istilah sectio caesaria berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong atau
menyayat. Dalam ilmu obstetri, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan
yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Lia et
al.,2010).
Persalinan dengan operasi sectio caesaria ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang
terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesari atau bedah
ceasar harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara
normal tidak bisa lagi (Lang,2011).
Sectio secaria merupakan prosedur operatif, yang di lakukan di bawah anestesia
sehingga janin, plasenta dan ketuban di lahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus.
Prosedur ini biasanya di lakukan setelah viabilitas tercapai, misal usia kehamilan lebih
dari 24 minggu (Myles, 2011).
Sectio caesarea elektif adalah operasi yang tidak harus dilakukan segera karena tidak
emergency, dapat defund lebih dari 24jam setelah kejadian
Sectio caesarea cito adalah operasi yang harus dilakukan segera, yang bersifat
emergenci, mengancam nyawa atau mengancam fungsi tubuh arau anggota tubuh
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ eksterna
berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam ovulasi,
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi,
dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin
a. Struktur eksterna

1. Mons Pubis Mons


Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang
lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang diatas simfisis pubis. Mons
pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi Rambut
berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua
tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal pada saat melakukan
hubungan sex.
2. Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons
pubis ke arah bawah mengelilingi labia mayora, meatus urinarius, dan introitus
vagina ( muara vagina ).
3. Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan
mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
4. Klitoris Klitoris
adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak tepat dibawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x
6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif daripada
badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris
membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan
seksualitas.
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021

5. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah menjadi bagian
medial dan lateral.Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk
prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait.Bagian medial menyatu di bagian
bawah klitoris untuk membentuk frenulum.Kadang-kadang prepusium menutupi
klitoris.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara utetra,
kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina
(vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis
dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-
garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
7. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium
vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan
himen.
8. Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus.Perineum membentuk dasar badan perineum. Penggunaan istilah vulva dan
perineum kadang-kadang tertukar,
b. Struktur Intenal

1. Ovarium
ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di belakang tuba falopii.Dua
ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen
lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira
setinggi Krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii proprium. Dua fungsi
ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon.Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial
(primitif).Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
(estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Hormone estrogen adalah
hormone seks yang di produksi oleh rahim untuk merangsangpertumbuhan organ
seks seperti payudara dan rambut pubikserta mengatur sirkulasi
manstrubasi.Hormone estrogen juga menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding
vagina.Hormone ini juga menjaga teksture dan fungsi payudara.pada wanita hamil
LAPORAN PENDAHULUAN
hormone estrogen SECTIO CAESAREA
membuat puting | RUANG VK | IRMAmembesar
payudara SOVIYA AFRILIANA
dan | A3R21021
merangsangpertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat dinding rahim saat terjadi
kontraksi menjelang persalinan. Hormone progesterone berfungsi untuk
menghilangkan pengaruh hormone oksitoksin yang dilepaskan oleh kelenjar
pituteri.Hormone ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel kekebalan tubuh
dimana sel telur yang di buahi menjadi benda asing dalam tubuh ibu.hormon
androgen berfungsi untuk menyeimbangkan antara hormon estrogen dan
progesterone.
2. Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan
mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di
antaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa
paling tipis saat menstruasi.Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan
mukosa uterus dan vagina.
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang tampak mirip
buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil, ringan uterus ialah
60 g. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba
padat. Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa
faktor.Misalnya, uterus mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan dan persalinan.Fungsi-fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak
diperlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.

4. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan luar peritoneum parietalis.
5. LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher.Tempat perlekatan serviks
uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang
dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm
menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh
jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
6. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum
di antara labia minora vulva) sampai serviks. Vagina adalah suatu tuba berdinding
tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks
ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm,
sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm. Ceruk yang terbentuk di
sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan
posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan
progesterone.Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama
masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk
mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia
atas atau bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara laktobasilus vagina dan
glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi
vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

Anatomi Fisiologi
a. Kulit

1. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel yang
menyusunya secara berkesinambungan 10 dibentuk oleh lapisan germinal dalam
epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah permukaan,
tempat kulit terkikis oleh gesekan.Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk,
Jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.
2. Lapisan Dermis
Dermis adalah
LAPORAN lapisan yang terdiri
PENDAHULUAN SECTIOdari kolagen |jaringan
CAESAREA RUANG VKfibrosa dan
| IRMA elastin.Lapisan
SOVIYA AFRILIANA | A3R21021

superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa sejumlah papilla kecil. Lapisan


yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
3. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak pembuluh darah dan
ujung syaraf.Lapisan ini mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang
terdapat dibawahnya.Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah
pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.Organ-organ di
abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.Dalam tindakan SC,
sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai dinding uterus

b. Fascia
Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak yang dangkal,
Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.Fasia profunda terletak pada otot-
otot perut. menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara
Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut.
Di bawah lapisan terdalam otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia
transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum parietalis oleh variabel
lapisan lemak.. Fascias adalah lembar jaringan ikat atau mengikat bersama-sama
meliputi struktur tubuh
c. Otot perut
1. Otot dinding perut anterior dan lateral
Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di
LAPORAN
bagian PENDAHULUAN
bawah. SECTIO
Otot itu disilang CAESAREA
oleh | RUANG
beberapa VK | IRMA
pita fibrosa danSOVIYA
berada AFRILIANA
didalam | A3R21021
selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang pada garis tengah dari
procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculus rectus
abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan transverses adalah otot pipih
yang membentuk dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat externus
berjalan kearah bawah dan atas ; serat obliquus internus berjalan keatas dan kedepan
; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding perut) berjalan transversal
di bagian depan ketiga otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang
menutupi rectus abdominis.
2. Otot dinding perut posterior
Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari
costa keduabelas diatas ke crista iliaca

C. KLASIFIKASI
Menurut Mochtar Rustam (1998) jenis-jenis sectio caesarea adalah :
1. Sectio Caesarea transperitonealis
a. Sectio Caesarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang
10 cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada riperitonearisasi
yang baik
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan
b. Sectio Caesarea ismika (profunda) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-
konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flat baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga periutoneum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang atau
lebih kecil.
Kekurangan :
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat menye-babkan
uterine putus dan terjadi perdarahan hebat.
2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.
2. Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka
kavum abdominal.

D. ETIOLOGI
a. Indikasi untuk ibu :
1. Plasenta previa
2. Distocia serviks
3. Ruptur uteri mengancam
4. Disproporsi cepalo pelviks
5. Pre eklamsi dan eklamsi
6. Tumor
7. Partus lama
b. Indikasi untuk janin
1. Mal presentasi janin
a) Letak lintang
1) Bila ada kesempitan panggul sectio caesarea adalah cara terbaik dalam segala
letak lintang dengan janin hidup.
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
caesarea.
3) Multipara letak lintang dapat lebih dulu dengan cara yang lain
b) Letak bokong Dianjurkan seksio sesaria bila ada Panggul sempit, Primigravida,
Janin besar, Presentasi dahi dan muka bila reposisi dan cara lain tidak berhasil,
Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil, atau Gemeli.
2. Gawat Janin (fetal distress)
Kondisi yang menandakan bahwa janin kekurangan oksigen
Segera lakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian janin, sesuai
dengan indikasi sectio caesarea.
Kontra indikasi
a) Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup kecil.
Dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
b) Janin lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sectio caesarea
ekstra peritoneal tidak ada.
c) Kurangnya pengalaman dokter bedah dan tenaga medis yang kurang memadai

E. LAPORAN
MANIFESTASI PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
KLINIS
Manifestasi klinik yang muncul pada penderita Pre Eklamsi Ringan menurut (Bobak,
Lowdermilk,Jansen 2004) adalah
1. Pre Eklamsi Ringan
a. Bila tekanan sistolik > 140 mmHg kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan
distolik 90 mmHg, kenaikann 40 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan darah yang
meninggi ini sekurangnya diukur 2x dengan jarak 6 jam
b. Proteinuria sebesar 300 mg/dl dalam 25 jam atau > 1 gr/dl secara random dengan
memakai contoh urin siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak 6
jam karena kehilangan protein adalah bervariasi
c. Edema dependent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar.
Edema timbul dengan didahului penambahan ringan badan ½ kg dalam seminggu
atau lebih. Tambahan ringan badan yang banyak ini disebabkan oleh retensi air dalam
jaringan dan kemudian baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.
2. Pre Eklamsi berat
a. Tekanan Darah sistolik >160 mmHg dan diastolik > 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan posisi ibu tirah baring.
b. Proteinuria >5 gram dalam urin 24 jam atau lebih dari +3 pada pemeriksaan
diagnostik setidaknya pada 2x pemeriksaan acak menggunakan contoh urin yang
diperoleh cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam
c. Oliguria < 400 mml dalam 24 jam
d. Gangguan otak atau gangguan penglihatan
e. Nyeri ulu hati
f. Edema paru/ sianosis
3. Eklamsia
a. Kejang – kejang / koma
b. Nyeri pada daerah frontal
c. Nyeri epigastrium
d. Penglihatan semakin kabur
e. Mual, muntah

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemantauan kesehatan janin
meliputi BB, PB, DJJ
2. LAPORAN
Pemantauan ekg PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
harus menunjukkan rekaman yang normal tidak ada gambar aritmia, tegangan rendah,
inversi gelombang T, maupun disritmia.
3. Jdl dengan diferensial
Untuk menentukan adanya anemia, leukopenia, limfositosis. Trombosis darah
menunjukkan kurang dari normal.
4. Elektrolit
Ketidakseimbangan termasuk kalium, natrium, klorida.
5. Hemoglobin/hematokrit
Kadar hb dan ht pada ibu harus dalam rentang normal, HB pada wanita normalnya 12-15
g/Dl, HT normalnya 37.0-47.0%.
6. Golongan darah
sangat diperlukan jika waktu pembedahan pasien mengalami perdarahan
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
Amniosentesis adalah prosedur yang dilakukan saat kehamilan untuk memeriksa sampel
air ketuban. Prosedur ini berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada
janin. Bila diperlukan, amniocentesis akan direkomendasikan kepada ibu hamil saat usia
kehamilan mencapai 15-20 minggu.
9. Ultrasound sesuai indikasi
Pemindaian ultrasound dapat direkomendasikan pada berbagai tahap kehamilan karena
beberapa alasan. Berikut ini beberapa manfaat dari ultrasound scan (USG) tersebut:
1) Untuk mengonfirmasi kehamilan.
2) Untuk melihat apakah ada lebih dari satu janin atau kehamilan kembar.
3) Untuk menetapkan hari perkiraan lahir.
4) Mengetahui apakah terjadi kehamilan ektopik.
5) Untuk menilai risiko janin yang terkena kelainan kromosom tertentu.
6) Mengamati perkembangan fisik janin untuk mengetahui apakah pertumbuhannya
sudah sesuai.
7) Untuk memeriksa jumlah cairan ketuban di sekitar janin di dalam rahim.
8) Untuk menentukan posisi plasenta.
9) Untuk memeriksa posisi janin sebelum melahirkan.

H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan pre operasi Sectio Caesarea
1) Persiapan kamar operasi
a) LAPORAN
Kamar operasi sudah di bersihkan
PENDAHULUAN dan siap untuk
SECTIO CAESAREA dipakai.
| RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021

b) Peralatan dan obat –obatan telah siap semua termasuk kain operasi.
2) Persiapan pasien
a) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
b) Informed concent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
c) Perawat memberi support kepada pasien
d) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan sekitar
abdomen telah dibersihkan dengan antiseptik)
e) Pemeriksaan tanda tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit yang
pernah di derita oleh pasien
f) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
g) Pemeriksaan USG
h) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
2. Perawatan intra operasi sectio caesarea
1) Anestesi pembiusan
secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
2) Prosedur anestesi

a) Pra anestesi

 Asesmen Pra anestesi dan sedasi


 Informed consent anestesi dan sedasi
 Sign In
b) Intra anestesi
 Asesmen pra induksi

 Time out, Sign Out

 Pemantauan durante anestesi/sedasi

c) Pasca anestesi

 Pemantauan di ruang pulih, aldrete score

 Kriteria Pemindahan Pasien pasca Anestesi dan sedasi

3) Monitoring Anestesia Standar


Pemantauan Tanda Vital selama prosedur anestesia :
a) Oksimeter denyut
b) Pengukur tekanan darah invasif atau non invasif
c) Elektrokardiografi kontinyu
d) Kapnograf ( jika menggunakan LMA atau ETT)
e) Anesthetic gas monitor ( bila menggunakan anestesi inhalasi)
3. Perawatan post operasi Sectio Caesarea
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
1) Pemberian analgetik
a) Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti
AsamMefenamat, Ketorolak, Tramadol.

b) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.


c) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain.
2) Tanda tanda vital
Tanda tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi, jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan funfus harus diperiksa.
3) Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output
urine jauh dibawah 30 ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua
4) Vesica urinaria dan usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada keesokan paginya
setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah
pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah dan usus baru aktif kembali
pada hari ketiga
5) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan dapat bangun dari
tempat tidur sebentar, sekurang kurangnya 2x pada hari kedua pasien dapat berjalan
dengan pertolongan.
6) Perawatan luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan
tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat
diangkat setelah hari keempat setelah pembedahan. Paling lambat hari ketiga post
partum, klien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
7) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan
lain yang menunjukkan hipovolemia.
8) Perawatan payudara
Pemberian ASI bisa langsung diberikan setelah operasi pada bayi dengan IMD
terlebih dahulu.
9) Memulangkan pasien dari RS
Memulangkan pasien mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari RS pada
hari ke empat dan kelima post operasi,

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021


I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1. Pada ibu
1) Infeksi puerperal
a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang–cabang
arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
3) Komplikasi–komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru–
paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea
klasik.
2. Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea.
Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal
yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea berkisar antara 4 – 7 %.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pengkajian merupakan tahap paling
menentukan bagi tahap berikutnya.
a) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, golongan
darah, alamat, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose
b) Keluhan utama
Keluhan ketika pasien dirawat sampai dilakukan tindakan sebelum operasi
Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul yaitu nyeri pada luka
operasi.

c) Riwayat persalinan sekarang


meliputi perasaan takut/cemas dan keadaan emosi pasien
Pada pasien post SC kaji riwayat persalinan yang dialami sekarang.
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021
d) Riwayat menstruasi
Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche, siklus haid, lama haid,
apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid yang terakhir.
e) Riwayat perkawinan
Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan, perkawinan keberapa, usia
pertama kali kawin.
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT
untuk menentukan tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah
sudah imunisasi TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir,
jenis kelamin anak, keadaan anak saat lahir.
g) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Tanyakan apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi
yang pernah digunakan, adakah keluhan saat menggunakan alat kontrasepsi,
pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
h) Pengkajian fisik
a) Pola kebutuhan sehati-hari pre sc
1) Pengkajian fisik
pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
2) Sistem integument
apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit di area badan.
3) Sistem kardiovaskuler
apakah ada gangguan pada sisitem cardio, validasi apakah pasien menderita
penyakit jantung, kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi,
kebiasaan merokok, minum akohol, oedema, irama dan frekuensi jantung.
4) Sistem pernafasan
apakah pasien bernafas teratur
5) Sistem abdomen
apakah pasien mengalami jejas dan nyeri pada abdomen
6) Sistem reproduksi
apakah pasien wanita mengalami menstruasi?
7) Sistem saraf,
bagaimana kesadaran?

8) Validasi persiapan fisik pasien

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021


apakah pasien puasa, lavement, kapter, perhiasan, make up, scheren,
pakaian pasien perlengkapan operasi dan validasi apakah pasien alergi
terhadap obat?
b) Pola kebutuhan sehari-hari post sc
1) Bernafas, pada pasien dengan post SC tidak terjadi kesulitan dalam
menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2) Makan dan minum, pada pasien post SC tanyakan berapa kali makan
sehari dan berapa banyak minum dalam satu hari.
3) Eliminasi, pada pasien post SC pasien belum melakukan BAB,
sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di urine
bag.
4) Istirahat dan tidur, pada pasien post SC terjadi gangguan pada pola
istirahat tidur dikarenakan adanya nyeri pasca pembedahan.
5) Gerak dan aktifitas, pada pasien post SC terjadi gangguan gerak dan
aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca pembedahan.
6) Kebersihan diri, pada pasien post SC kebersihan diri dibantu oleh perawat
dikarenakan pasien belum bisa melakukannya secara mandiri.
7) Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian dibantu
oleh perawat.
8) Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami
ketidaknyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
9) Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang atau minder
dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha untuk merawat anaknya.
10) Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan tingkat
ketergantungan ibu terhadap orang lain akan meningkat.
11) Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum
terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan
payudara, kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB,
seksual serta hal-hal yang perlu diperhatikan pasca pembedahan.
Disamping itu perlu ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya,
memandikan bayi, merawat tali pusat dan cara meneteki yang benar.
i) Data fokus pengkajian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, dalam pengkajian ibu post
sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus yang dikaji adalah mengkaji faktor
penyebab mengapa pasien berisiko terjadi infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI
(2016), faktor yang dapat menyebabkan risiko infeksi adalah
1) Efek prosedur invasive
2) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021


3) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah
sebelum waktunya,
4) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : penurunan hemoglobin,
imununosupresi.
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat badan,
tinggi badan, keadaan kulit.
2) Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau tidak.
3) Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
4) Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung.
5) Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya tanda
dimpling/retraksi.
6) Pemeriksaan abdomen :Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat
luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi.
7) Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral,
ekstremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak,
pemeriksaan refleks.
8) Genetalia: Menggunakan dower kateter.
9) Data penunjang
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb),
Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC).

K. KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien,
mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mengambarkan kebutuhan klien dan
keluarga,mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk pembedahan (Arif Muttaqin,
dkk, 2013 ).
a) Perawatan Preoperatif
1. Kelengkapan rekam medis dan status
2. Memeriksa kembali persiapan pasien
3. Informed concent
4. Menilai keadaan umum dan TTV
5. Memastikan pasien dalam keadaan puasa
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama pembedahan
berlangsung, yaitu perawat sebagai instrumentator atau perwat sirkulator.

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021


Perawat instrumentator memberi bahan-bahan yang dibutuhkan selama pembedahan
berlangsung dengan menggunakan teknik aseptic pembedahan yang ketat dan
terbiasa dengan instrumen pembedahan. Sedangkan perawat sirkulator adalah
asisten instrumentator atau dokter bedah.
b) Perawat Intraoperatif
1. Melaksanakan orientasi pada pasien
2. Melakukan fiksasi
3. Mengatur posisi pasien
4. Menyiapkan bahan dan alat
5. Drapping
6. Membantu melaksanakan tindakan pembedahan
7. Memeriksa persiapan instrument
c) Perawatan Post Operasi
Pada fase postoperasi setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi komplek
akibat fisiologis yang mungkin terjadi. Klien yang mendapat anastesi umum
cenderung mendapat komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang mendapat
anastesi lokal. Perawatan postoperative meliputi:
1. Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi kepala.
2. Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu dengan
perawat anastesi
3. Mengukur dan mencatat produksi urine
4. Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
5. Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
6. Mengukur TTV setiap 15 menit sekali

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Op SC
1) Ansietas b/d kurang terpapar informasi dan kekhawatiran mengalami kegagalan d/d
klien merasa bingung, merasa kawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya, tampak
gelisah, tampak tegang, sulit tidur, frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat, suara
bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu. (D. 0080)
2) Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d klien mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif (waspda posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis
(D. 0077)

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA | RUANG VK | IRMA SOVIYA AFRILIANA | A3R21021


2. Intra Op SC
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d efek agen farmakologis (misal anestesi) d/d
batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, sputum berlebih, mengi,
wheezing, dan ronkhi kering, meconium jalan nafas. Klien dispneu, sulit berbicara,
ortopnea, tampak gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi napas berubah,
pola nafas berubah. (D. 0001)
2) Risiko hipotermia perioperatif berhubungan dengan prosedur pembedahan dan suhu
pra operasi rendah <36°C (D. 0141)

3. Post Op SC
1) Risiko hipotermia perioperatif berhubungan dengan prosedur pembedahan dan suhu
pra operasi rendah <36°C (D. 0141)
2) Intoleransi aktivitas b/d tirah baring d/d klien mengeluh Lelah, dispnea sat/ setelah
aktivitas, merasa Lelah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat,
tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat , gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/ setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis(D.
0056
3) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d/d klien mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (waspda posisi menghindari nyeri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,
nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis (D. 0077)
4) Risiko infeksi b/d Efek prosedur invasif (D. 0142)
5) Risiko hypovolemia b/d kehilangan cairan secara aktif, efek agen farmakologis
(D.0034)
N. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi yang telah ditentukan, pada tahap ini
LAPORAN
perawat siap PENDAHULUAN
untuk melakukan SECTIOyang
intervensi CAESAREA | RUANGdalam
telah dicatat VK | IRMA SOVIYA
rencana AFRILIANA | A3R21021
keperawatan
klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi priorotas perawatan klien, kemudian bila perawatan
telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan kesehatan lainya. Kemudian,
dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya.

O. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan
dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti
rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat
mengevaluasi kemampuan pasien kearah pencapaian.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif, konsep proses dan
aplikasi. Cetakan ketiga. Jakarta: Salemba Medika

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans
Info Medika

Lang, J, and Rothman K.J. 2011. Field Test Results of the Motherhood Method to Measure
Maternal Mortality. Indian: J Med Res

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC

Myles. 2011. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.
Jakarta:DPP PPNI

Nanda International, Nursing Diagnosis: Deffintion & Classification 2009-2011.

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.

Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.

Prawirohajo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka.

Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis:
Mosby

Anda mungkin juga menyukai