LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN ASUHAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN JIWAJIWA
DENGAN
KASUSPADA KLIEN BUNUH
RBD ( RESIKO Tn.S DIRI )
DIAGNOSIS KEPERAWATAN RENCANA BUNUH DIRI (RBD)
Untuk Memenuhi Tugas DARING
TANGGAL Praktik
28 Maret s/dKeperawatan
1 April 2022Jiwa Profesi Ners
Dosen Pembimbing : Nur Hidayati, SST.,MM
NIM : A3R21037
NAMA
NAMA MAHASISWA : Nurhidayati,SST.,MM
PEMBIMBING : PINILIH FARIDATUL L.
NIM : A3R21037
A. Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak
melakukan tindakan bunuh diri (Yusuf et al., 2015).
Bunuh diri secara umum mudah dimengerti sebagai suatu tindakan aktif
seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara. Bunuh diri adalah
tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck,
2008).
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Azizah et
al., 2016a).
B. Rentang respon
Keterangan
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
c. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk
umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit,
dan menggigit jari.
e. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan (Yusuf et al., 2015).
F. Etiologi
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut
(Azizah et al., 2016b):
a. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.
b. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu: Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil
dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Penyebab terjadinya bunuh diri, dari masing-masing golongan usia (Yusuf et al., 2015):
a. Pada anak
- Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
- Situasi keluarga yang kacau
- Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
- Gagal sekolah
- Takut atau dihina di sekolah
- Kehilangan orang yang dicintai
- Di hukum orang lain
A. Pada remaja
- Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
- Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
- Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
- Perasaan tidak dimengerti orang lain
- Kehilangan orang yang dicintai
- Keadaan fisik
- Masalah dengan orang tua
- Masalah seksual
B. Pada dewasa
- Self-ideal terlalu tinggi
- Cemas akan tugas akademik yang banyak
- Kegagalan akademik
- Kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua
- Kompetisi untuk sukses
C. Pada usia lanjut
- Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
- Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
- Perasaan tidak berarti di masyarakat
- Kesepian dan isolasi sosial
- Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)
- Sumber hidup berkurang
G. Faktor penyebab
Penyebab bunuh diri berdasarkan proses terjadinya sebagai berikut (Azizah et al.,
2016b):
a. Faktor Predisposisi
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian.Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-
lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine.Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Faktor PresipitasiPerilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri.Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku
bunuh diri.Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.
d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
5. Suicide attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang
mematikan .walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen
akan kehidupannya.
6. Suicide
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah didahului oleh
beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya.30% orang yang berhasil melakukan
bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya (Azizah et al., 2016b).
I. Pohon Masalah
Risiko bunuh diri
Perilaku destruktif
Korban
kekerasan fisik
Kehilangan perkerjaan
Masa kecil tidak
menyenangkan
Faktor presipitasi
Faktor predisposisi
J. Diagnosis
1. Resiko Bunuh Diri b/d demografi (status perceraian,duda,ekonomi
rendah,pengangguran) D.0135
K. Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka Anda
dapat melakukan tindakan berikut.
- Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat yang
aman.
- Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang.
- Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.
- Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
b. Tindakan
- Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
- Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya di sekitar pasien.
- Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri.
- Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
(Yusuf et al., 2015).
L. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Resiko Bunuh Diri
SP 1 SP 1
SP 3 SP 3
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN
KASUS RBD ( RESIKO BUNUH DIRI )
NIM : A3R21037
URAIAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S Tanggal Dirawat :28 Maret 2022
Umur : 35 Tahun Tanggal pengkajian :28 Maret 2022
Pendidikan : SMA Ruang Rawat : Melati
Agama : Islam Sumber Informasi : Klien
Status :Menikah
Alamat : Ds.Bandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 10203040
Jelaskan : Pasien mengalami PHK dari tempat kerja dan istri minta gugat
cerai
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan (Bio,Psiko,Sosio,Kultural
dan Spiritual)
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : pasien tampak lemah
2. Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80mm/Hg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 37,2C
Pernafasasn : 24x/mnt
3. Ukur :
Berat Badan 54 kg
Tinggi Badan 168 cm
4. Keluhan Fisik
Jelaskan : badan terasa lemas,
5. Pemeriksaan Fisik : (head to toe)
Jelaskan :
a. Kepala :
Inspeksi : Tampak kotor,rambut agak panjang ,warna hitam, tambut kumel dan
rontok
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata :
Inspeksi : konjungtiva merah muda,sklera putih,penglihatan normal,tidak
kabur,tidak ada peradangan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak ada
polip (Kotor)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
d. Mulut :
Inspeksi : Kotor, terdapat karies gigi, mukosa bibir kering, tidak ada luka, tidak
ada pembesaran tonsil.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, kotor, pendengaran tidak terganggu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada luka, JVD tidak ada, tidak kaku kuduk
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : normal chest, tidak ada retraksi intercosta
auskultasi :
RH (-) WZ (-)
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultsasi : bising usus 14 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
i. Genetalia:
• Kotor
• Tidak ada hemoroid
• Tidak ada gangguan pola eliminasi
j. Ekstrimitas
• kekuatan otot 5 5
5 5
• Rentang gerak maksimal
• Tidak ada luka
k. Integumen
• kulit kotor
• kering
• tidak ada lesi
VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram : (gambar)
+ meninggal
perempuan
laki-laki
klien
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : pasien paling menyukai bagian tubuh yaitu rambut
b. Identitas : pasien adalah Tn.S, seorang laki-laki,bekerja sebagai
karyawan
c. Peran : sebagai suami
d. Ideal Diri : pasien tidak nyaman di rumah sakit
e. Harga Diri : pasien merasa malu, karena tidak bekerja Dan diceraikan oleh
istrinya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti/terdekat : istri
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : pasien tidak mampu
bersosial, merasa malu
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien merasa malu,tidak
percaya diri, menarik diri dari lingkungan sekitar
Masalah Keperawatan : ISOS (D.0121)
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam
b. Kegiatan Ibadah : tidak sholat
Masalah Keperawatan :-
Jelaskan : saat diajak bicara pasien menunduk dan kadang tidak focus dan
tidak menjawab pertanyaan
3. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Tidak mampu memulai pembicaraan Lainnya sering diam
Jelaskan : pasien hanya diam
4. Aktivitas Motorik
√ Lesu Fleksibilitas seres
Tegang Katatonik
Gelisah
Agitasi
Kompulsif Lainnya
5. Kesadaran
a. Kuantitatif
√ Composmentis
Apatis
Somnolensia
Sopor
Koma
Jelaskan : pasien sadar tetapi pasien tampak malas berbicara
b. Kualititatif
1. Relasi : A. Diri sendiri√
2. Limitasi (Pembatasan) B. Lingkungan
6. Orientasi
√ Waktu
√ Tempat
√ Orang
Jelaskan :pasien tau waktu sekarang, dimana dia berada dan orang yang sedang
ada didepannya
7. Perasaan
a. Emosi
√ Sedih
Gembira
Takut
Cemas Lainnya
b. Afek
Adequat
Tumpul
Datar
Inadequat
Labil
Lainnya
Jelaskan : pasien tampak sedih
Masalah Kepera watan : -
8. Persepsi – Sensorik
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Lainnya
9. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Koheren
Inkoheren
√ Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Flight of idea
Blocking
Lainnya
Masalah Keperawatan :-
b. Isi Pikir
Obsesif Fobia
Ekstasi Fantasi
√ Pikiran Bunuh Diri Pikiran curiga
Pikiran Isolasi Sosial Pikiran magis
Pikiran Rendah Diri Lainnya
Waham
Agama Sisip pikir
Somatik Siar pikir
Kebesaran Kontrol pikir
Kejar atau curiga Dosa
Nihilistik Lainnya
c. Bentuk Pikir
Relaistik Non Realistik
Releven Irrelevan
Logik √ Non Logik
Rasioanal Irrasional
Dereistik Lainnya ..............
Otistik
Jelaskan :Pasien ingin mengakiri hidup karena hidupnya tidak berguna lagi
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri (d.0135)
10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1bulan)
√ Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari - 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( <24 jam )
Amnesia Lainnya ..............
2. BAB/BAK
√ Bantuan minimal
Bantuan total
3. Mandi
√ Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan : pasien tidak mau mandi kalau tidak dibujuk sama orang
kepercayaannya.
4. Berpakaian/berhias
√ Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan : pasien malas berhias atau berganti pakaian setiap hari kalua tidak
dibujuk
6. Penggunaan Obat
√ Bantuan Minimal
Bantuan Total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
Sistem Pendukung
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain√ Minum alcohol
√
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan√
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar√
Olah raga Menciderai diri√
Lain-lain ........ Lain-lain.........
1. Resiko Bunuh Diri Kontrol Diri L.09076 Pencegahan Bunuh Diri 1.14538
b/d Demografi
(status Setelah dilakukan Observasi
perceraian,duda,eko intervensi selama 1x24
jam. kontrol diri 1. Identifikasi gejala resiko bunuh
nomi
meningkat, dengan kriteria diri
rendah,penganggura
n) D.0135 hasil : 2. Monitor lingkungan bebas
1. Perilaku melukai diri bahaya secara rutin
sendiri/oranglain
(menurun) Terapeutik
Edukasi
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
(S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai
(O) Klien tampak lesu, menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: Mengajarkan berfiir positif
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
B. FASE KERJA
“Sebelumnya karena bapak masih ada keinginan bunuh diri maka saya perlu
memeriksa seluruh isi ruangan bapak. Ini untuk memastikan tidak ada benda-benda
yang membahayakan bapak” . “bapak, apa yang menyebabkan bapak ingin bunuh
diri? O…karena bapak merasa tidak berguna ya?. Baik kalau demikian, mari kita
lihat apa saja yang bapak dapat lakukan. Coba kita tuliskan satu persatu di kertas ini ,
apa saja yang bapak senang/biasa lakukan sehari- hari? Ya, bagus. Ada lagi..
Terus…. Nah sekarang coba bapak baca satu persatu, ya Bagus. Nah, bagaimana
perasaan bapak setelah membaca daftar tersebut? Ya, bapak berarti berguna ya. Nanti
bila muncul lagi keinginan bunuh diri, maka bapak dapat mengatakan pada diri bapak
saya bisa membereskan tempat tidur dan mengganti pakaian , ini berarti saya
bermanfaat buat orang lain. Katakan itu berulang-ulang sampai keinginan untuk
bunuh diri hilang.”
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara
yang sudah saya ajarkan”
3. Kontrak yang akan datang
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
(S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai
(O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: Mengajarkan cara berfikir positif
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
C. FASE KERJA
“Sebelumnya karena bapak masih ada keinginan bunuh diri maka saya perlu memeriksa
seluruh isi ruangan bapak. Ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan bapak” . “bapak, apa yang menyebabkan bapak ingin bunuh diri? O…
karena bapak merasa tidak berguna ya?. Baik kalau demikian, mari kita lihat apa saja
yang bapak dapat lakukan. Coba kita tuliskan satu persatu di kertas ini , apa saja yang
bapak senang/biasa lakukan sehari- hari? Ya, bagus. Ada lagi..
Terus…. Nah sekarang coba bapak baca satu persatu, ya Bagus. Nah, bagaimana
perasaan bapak setelah membaca daftar tersebut? Ya, bapak berarti berguna ya. Nanti
bila muncul lagi keinginan bunuh diri, maka bapak dapat mengatakan pada diri bapak
saya bisa membereskan tempat tidur dab mengganti pakaian , ini berarti saya bermanfaat
buat orang lain. Katakan itu berulang-ulang sampai keinginan untuk bunuh diri hilang”.
Keberadaan bapak akan sangat senangi oleh orang-orang yang menyayangi bapapk
seperti misalkan saudara,anak dan juga keluarga lainnya” saya harap bapak mampu
memahami perasaan mereka juga agar bapak dapat berfikir lebih positif tentang
kehidupan bapak”
D. FASE TERMINASI
Topik : “kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
Waktu : “Bagaimana kalua besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
(S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
(O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: Mengajarkan cara berfikir positif
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
B. FASE KERJA
“karena kemarin kita sudah belajar tentang mengenali sisi positif dalam diri bapak
bagaimana kalau kita membahasnya lagi namun dengan teman dekat bapak apakah bapak
bersedia? Apa yang bapak sukai dari diri bapak, bagaimana pandangan orang lain
terhadap bapak,apa yang orang lain suka dari bapak,apakah bapak berguna bagi orang
lain?” jika masih ada keinginan bunuh diri bapak bisa mengobrol dengan teman bapak
dan menceritakan hal-hal baik hingga keinginan itu hilang.
C. FASE TERMINASI
Topik : kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
Waktu :Bagaimana kalua besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
(S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai
(O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: mengajarkan cara berfikir positif
Observasi
Terapeutik
5.lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
Edukasi
Kolaborasi
B. FASE KERJA
“karena kemarin kita sudah belajar tentang mengenali sisi positif dalam diri bapak
bagaimana kalau kita membahasnya lagi,bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang
bapak sukai,mengobrol dengan teman bapak yang disukai,siapa teman bapak yang dekat
dengan bapak,kenapa bapak menyukai dan dekat dengan orang tersebut,apa hobby yang
bapak sukai,dan kenapa bapak menyukai hobby tersebut,apakah bapak melakukan hobby
terseut diruangan ini?”
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara yang
sudah saya ajarkan kemarin”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
Waktu :”Bagaimana kalua besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
(S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
(O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: mengajarkan cara berfikir positif
Observasi
1.identifikasi gejala resiko bunuh diri
2. monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
Terapeutik
3.libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
4.libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
5.lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
6.berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau
7.pastika obat ditelan
Edukasi
8.latih pencegahan resiko bunuh diri
Kolaborasi
9.kolaborasi pemberian obat antiansietas,atau antipsikotik, sesuai indikasi
D. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara yang
sudah saya ajarkan kemarin”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
Waktu :”Bagaimana kalau besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI