Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN ASUHAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN JIWAJIWA
DENGAN
KASUSPADA KLIEN BUNUH
RBD ( RESIKO Tn.S DIRI )
DIAGNOSIS KEPERAWATAN RENCANA BUNUH DIRI (RBD)
Untuk Memenuhi Tugas DARING
TANGGAL Praktik
28 Maret s/dKeperawatan
1 April 2022Jiwa Profesi Ners
Dosen Pembimbing : Nur Hidayati, SST.,MM

NAMA MAHASISWA : PINILIH FARIDATUL L.

NIM : A3R21037
NAMA
NAMA MAHASISWA : Nurhidayati,SST.,MM
PEMBIMBING : PINILIH FARIDATUL L.

NIM : A3R21037

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan perawat yang
tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien tidak
melakukan tindakan bunuh diri (Yusuf et al., 2015).
Bunuh diri secara umum mudah dimengerti sebagai suatu tindakan aktif
seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara. Bunuh diri adalah
tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck,
2008).
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Azizah et
al., 2016a).

B. Rentang respon

Keterangan
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
c. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh. Bentuk
umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi sedikit,
dan menggigit jari.
e. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan (Yusuf et al., 2015).

C. Jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan
yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya (Azizah et al., 2016a).
D. Tanda dan gejala
Menurut (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016b) tanda dan gejala bunuh diri adalah:
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
7. Status emosional (harapan,penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).

E. Pengelompokan bunuh diri


1) Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2) Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan
alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun
dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3) Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi (Yusuf et al., 2015).
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):
1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita
lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya

F. Etiologi
Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai berikut
(Azizah et al., 2016b):
a. Genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko bunuh diri.

b. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu: Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil
dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

Penyebab terjadinya bunuh diri, dari masing-masing golongan usia (Yusuf et al., 2015):
a. Pada anak
- Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
- Situasi keluarga yang kacau
- Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
- Gagal sekolah
- Takut atau dihina di sekolah
- Kehilangan orang yang dicintai
- Di hukum orang lain
A. Pada remaja
- Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
- Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
- Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
- Perasaan tidak dimengerti orang lain
- Kehilangan orang yang dicintai
- Keadaan fisik
- Masalah dengan orang tua
- Masalah seksual
B. Pada dewasa
- Self-ideal terlalu tinggi
- Cemas akan tugas akademik yang banyak
- Kegagalan akademik
- Kehilangan penghargaan dan kasih sayang orang tua
- Kompetisi untuk sukses
C. Pada usia lanjut
- Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan
- Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
- Perasaan tidak berarti di masyarakat
- Kesepian dan isolasi sosial
- Kehilangan ganda (seperti pekerjaan , kesehatan, pasangan)
- Sumber hidup berkurang
G. Faktor penyebab
Penyebab bunuh diri berdasarkan proses terjadinya sebagai berikut (Azizah et al.,
2016b):
a. Faktor Predisposisi
1) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2) Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan
perceraian.Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-
lain.
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine.Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

b. Faktor Presipitasi
Faktor PresipitasiPerilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.

c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih
untuk melakukan tindakan bunuh diri.Perilaku bunuh diri berhubungan dengan
banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku
bunuh diri.Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan
keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam
kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang
melakukan tindakan bunuh diri.

d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

H. Tahapan resiko bunuh diri


1. Suicide Ideation
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda
yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat
perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan
untuk mati
2. Suicide intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri
3. Suicide threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam,
bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .
4. Suicide gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri.Tindakan yang dilakukan pada fase ini
pada umumnya tidak mematikan, Hal ini terjadi karena individu memahami
ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini
masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini
sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help”
sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.

5. Suicide attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang
mematikan .walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen
akan kehidupannya.
6. Suicide
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah didahului oleh
beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya.30% orang yang berhasil melakukan
bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri
sebelumnya (Azizah et al., 2016b).

I. Pohon Masalah
Risiko bunuh diri

Harga diri rendah

Perilaku destruktif

Rasa percaya diri


rendah

Korban
kekerasan fisik

Sering di Stres berlebihan


salahkan

Kehilangan perkerjaan
Masa kecil tidak
menyenangkan

Faktor presipitasi
Faktor predisposisi

J. Diagnosis
1. Resiko Bunuh Diri b/d demografi (status perceraian,duda,ekonomi
rendah,pengangguran) D.0135
K. Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka Anda
dapat melakukan tindakan berikut.
- Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat yang
aman.
- Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang.
- Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.
- Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
b. Tindakan
- Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
- Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya di sekitar pasien.
- Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri.
- Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
(Yusuf et al., 2015).
L. Pembagian Strategi Pelaksanaan Komunikasi Resiko Bunuh Diri

Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk keluarga


Pasien

SP 1 SP 1

1. Identifikasi beratnya masalah 1. Diskusikan masalah yang dirasakan


resiko bunuh diri: isyarat, dalam merawat klien.
ancaman, percobaan (jika 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
percobaan segera rujuk). dan proses terjadinya resiko bunuh diri
2. Identifikasi benda-benda (gunakan booklet).
berbahaya dan mengamankannya 3. Jelaskan cara merawat resiko bunuh diri.
(lingkungan aman untuk pasien). 4. Latih cara memberikan pujian hal positif
3. Latihan cara mengendalikan diri pasien, memberikan dukungan
dari dorongan bunuh diri: buat pencapaian masa depan.
daftar aspek positif dari diri Anjurkan membantu pasien sesuai
sendiri, latihan afirmasi/berpikir jadwal dan memberikan pujian.
aspek positif yang dimiliki.
4. Masukkan pada jadual latihan
berpikir positif 5 kali per hari.
SP 2 SP 2

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


tentang diri sendiri. Beri pujian. memberikan pujian dan penghargaan
Kaji ulang resiko bunuh diri. atas keberhasilan dan aspek positif
2. Latih cara mengendalikan diri dari pasien. Beri pujian.
dorongan bunuh diri: buat daftar 2. Latih cara memberikan penghargaan
aspek positif keluarga dan pada pasien dan menciptakan suasana
lingkungan, latih afirmasi/berpikir positif dalam keluarga, tidak
aspek positif keluarga dan membicarakan keburukan anggota
lingkungan. keluarga.
3. Masukkan pada jadual latihan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
berpikir positif tentang diri, jadual dan memberi pujian.
keluarga dan lingkungan.
Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk keluarga
Pasien

SP 3 SP 3

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


tentang diri, keluarga dan memberikan pujian dan penghargaan
lingkungan. Beri pujian. Kaji pada pasien serta menciptakan suasana
resiko bunuh diri. positif dalam keluarga. Beri pujian.
2. Diskusikan harapan dan masa 2. Bersama keluarga berdiskusi dengan
depan. pasien tentang harapan masa depan serta
3. Diskusikan cara mencapai harapan langkah-langkah mencapainya.
dan masa depan. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Latih cara-cara mencapai harapan jadwal dan memberi pujian.
dan masa depan secara bertahap
(setahap demi setahap).
5. Masukkan pada jadual latihan
berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan dan
tahapan kegiatan yang diplih.
SP 4 SP 4

1. Evaluasi kegiatan berpikir positif 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


tentang diri, keluarga dan memberikan pujian dan penghargaan,
lingkungan serta kegiatan yang menciptakan suasana keluarga yang
dipilih. Beri pujian. positif dan kegiatan awal dalam
2. Latih tahap kedua kegiatan mencapai harapan masa depan. Beri
mencapai masa depan. pujian.
3. Masukkan pada jadual kegiatan 2. Bersama keluarga berdiskusi tentang
latihan berpikir positif tentang diri, langkah dan kegiatan untuk mencapai
keluarga dan lingkungan serta harapan masa depan.
kegiatan yang diplih untuk 3. Jelaskan follow up ke PKM, tanda
mencapai masa depan. kambuh, rujukan.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk keluarga
Pasien

jadual dan memberi pujian.


SP 5 SP 5

1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


peningkatan positif diri, keluarga memberikan pujian, penghargaan,
dan lingkungandan berikan pujian. menciptakan suasana yang positif dan
2. Evaluasi tahapan kegiatan membimbing langkah-langkah dalam
mencapai harapan masa depan. mencapai harapan masa depan. Beri
3. Latih kegiatan harian. pujian.
4. Nilai kemampuan yang telah 2. Nilai kemampuan keluarga merawat
mandiri. pasien.
5. Nilai apakah resiko bunuh diri 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
teratasi. kontrol ke PKM.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN
KASUS RBD ( RESIKO BUNUH DIRI )

Untuk Memenuhi Tugas DARING Praktik Keperawatan Jiwa Profesi Ners

Dosen pembimbing : Nur Hidayati, SST.,MM

NAMA MAHASISWA : PINILIH FARIDATUL L.

NIM : A3R21037

URAIAN KASUS

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


Pada tanggal 28 maret 2022, Tn. S usia 35 tahun dibawa kerumah sakit Dr.Radjiman
STIKES HUTAMA ABDI HUSADA
Wedyodiningrat lawang dengan keluhan keterangan dari keluarga dan pasien mengatakan
TULUNGAGUNG
akibat Tn.S menderita gangguan jiwa karena Tn.S di PHK dari tempat dia bekerja,Tn.S
2021/2022
Selama ini tidak memberi nafkah istrinya dan selama itu Tn.S tidak bekerja dan ditagih
hutang oleh rentenir,lalu Tn.S diceraikan oleh istrinya, pasien hanya diam di kamar, tidak
mau makan kalau tidak di suruh atau di paksa,dan tidak mau keluar rumah.
Tn.S sering berbicara keras dan ingin melukai diri sendiri dan mempunyai rasa ingin
bunuh diri dengan cara meminum pembersih lantai,tidak mau berinteraksi dengan orang
lain,murung , tampak kusut,pandangan kontak mata kosong, Tn.S mengatakan “kenapa harus
terjadi padaku,kenapa aku di PHK dan diceraikan istriku, aku sudah tidak berguna lagi untuk
hidup,aku ingin mati saja”. Setelah diobservasi lebih lanjut Tn.S di diagnose oleh dokter
dengan gangguan jiwa yaitu Rencana bunuh diri, Hasil TTV: TD:110/70
Mmhg,Nadi:88x/Mnt, Suhu:37,20C, Respirasi: 24x/Mnt. Dan mendapat terapi obat Obat anti
depresi : Amitriptyline 50 Mg ( 3x1 tablet ) , Antipsikosis: Phenotizin 50Mg ( 2x1 tablet )
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S Tanggal Dirawat :28 Maret 2022
Umur : 35 Tahun Tanggal pengkajian :28 Maret 2022
Pendidikan : SMA Ruang Rawat : Melati
Agama : Islam Sumber Informasi : Klien
Status :Menikah
Alamat : Ds.Bandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 10203040

II. ALASAN MASUK


Data primer : Menurut keterangan dari pasien dan keluarga mengatakan bahwa
penyebab pasien gangguan akibat istri minta cerai dengan alasan karena suaminnya
tidak menafkai karena di PHK dan malas bekerja ,Tn.S melakukan percobaan bunuh
diri 2 kali dengan cara meminum pembersih lantai namun gagal dilakukan karna
ketahuan keluarga.
Data sekunder : Pasien terlihat murung, dan kusut,suka menyendiri,bicara dengan
nada suara keras

III. FAKTOR PRESIPITASI


Karena pasien baru saja ditagih hutang tiga bulan yang lalu dan istrinya minta cerai
akibat Tn.S belum bekerja. Akhirnya pasien hanya diam di kamar, tidak mau makan
kalau tidak di suruh atau di paksa,dan tidak mau keluar rumah.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Jika ya, Jelaskan : -
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa
2. Pengobatan sebelumnya
Jelaskan :
Pasien belum mendapat pengobatan untuk kejiwaaan
3. Pernah mengalami Penyakit Fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Jelaskan :
Pasien tidak pernah mendapat perlakuan fisik dari orang lain
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
 RIWAYAT TRAUMA

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


1.Aniaya Fisik - - - -
2. Aniaya Seksual - - - -
3. Penolakan 30 Istri Suami Keluarga
4. Kekerasan dalam keluarga - - - -
5. Tindakan kriminal - - - -

Jelaskan : Pasien mengalami PHK dari tempat kerja dan istri minta gugat
cerai
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan (Bio,Psiko,Sosio,Kultural
dan Spiritual)
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang ganguan jiwa ?
Kalau ada : Tidak ada
Hubungan keluarga : Kurang Harmonis
Gejala : Sering menyendiri, terlihat murung,kusut tidak mau makan dan
minum
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : -

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : pasien tampak lemah
2. Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80mm/Hg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 37,2C
Pernafasasn : 24x/mnt
3. Ukur :
Berat Badan 54 kg
Tinggi Badan 168 cm
4. Keluhan Fisik
Jelaskan : badan terasa lemas,
5. Pemeriksaan Fisik : (head to toe)
Jelaskan :
a. Kepala :
Inspeksi : Tampak kotor,rambut agak panjang ,warna hitam, tambut kumel dan
rontok
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata :
Inspeksi : konjungtiva merah muda,sklera putih,penglihatan normal,tidak
kabur,tidak ada peradangan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak ada
polip (Kotor)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
d. Mulut :
Inspeksi : Kotor, terdapat karies gigi, mukosa bibir kering, tidak ada luka, tidak
ada pembesaran tonsil.
e. Telinga
Inspeksi : simetris, kotor, pendengaran tidak terganggu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Leher
Inspeksi : tidak ada luka, JVD tidak ada, tidak kaku kuduk
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : normal chest, tidak ada retraksi intercosta
auskultasi :
RH (-) WZ (-)
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultsasi : bising usus 14 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
i. Genetalia:
• Kotor
• Tidak ada hemoroid
• Tidak ada gangguan pola eliminasi

j. Ekstrimitas
• kekuatan otot 5 5
5 5
• Rentang gerak maksimal
• Tidak ada luka
k. Integumen
• kulit kotor
• kering
• tidak ada lesi
VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram : (gambar)

+ meninggal
perempuan

laki-laki
klien

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : pasien paling menyukai bagian tubuh yaitu rambut
b. Identitas : pasien adalah Tn.S, seorang laki-laki,bekerja sebagai
karyawan
c. Peran : sebagai suami
d. Ideal Diri : pasien tidak nyaman di rumah sakit
e. Harga Diri : pasien merasa malu, karena tidak bekerja Dan diceraikan oleh
istrinya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti/terdekat : istri
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : pasien tidak mampu
bersosial, merasa malu
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : pasien merasa malu,tidak
percaya diri, menarik diri dari lingkungan sekitar
Masalah Keperawatan : ISOS (D.0121)

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam
b. Kegiatan Ibadah : tidak sholat
Masalah Keperawatan :-

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
2. Kontak mata kurang √
3. Kontak mata kurang
1. Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak seperti biasanya
2. Lainnya
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : ISOS (D.0121)

2. Interaksi Selama Wawancara


Bermusuhan Curiga
Tidak kooperatif √ Defensif
√ Mudah tersinggung Lainnya
√ Kontak mata kurang

Jelaskan : saat diajak bicara pasien menunduk dan kadang tidak focus dan
tidak menjawab pertanyaan

3. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Tidak mampu memulai pembicaraan Lainnya sering diam
Jelaskan : pasien hanya diam

4. Aktivitas Motorik
√ Lesu Fleksibilitas seres
Tegang Katatonik
Gelisah
Agitasi
Kompulsif Lainnya

Jelaskan : pasien tampak lesu tidak bersemangat


Masalah keperawatan : ISOS (D.0121)

5. Kesadaran
a. Kuantitatif
√ Composmentis
Apatis
Somnolensia
Sopor
Koma
Jelaskan : pasien sadar tetapi pasien tampak malas berbicara

b. Kualititatif
1. Relasi : A. Diri sendiri√
2. Limitasi (Pembatasan) B. Lingkungan
6. Orientasi
√ Waktu
√ Tempat
√ Orang
Jelaskan :pasien tau waktu sekarang, dimana dia berada dan orang yang sedang
ada didepannya

7. Perasaan
a. Emosi
√ Sedih
Gembira
Takut
Cemas Lainnya

b. Afek
Adequat
Tumpul
Datar
Inadequat
Labil
Lainnya
Jelaskan : pasien tampak sedih
Masalah Kepera watan : -

8. Persepsi – Sensorik
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Lainnya

Jelaskan : pasien tidak mengalami gangguan persepsi


Masalah Keperawatan : -

9. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Koheren
Inkoheren
√ Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Flight of idea
Blocking
Lainnya
Masalah Keperawatan :-

b. Isi Pikir
Obsesif Fobia
Ekstasi Fantasi
√ Pikiran Bunuh Diri Pikiran curiga
Pikiran Isolasi Sosial Pikiran magis
Pikiran Rendah Diri Lainnya
Waham
Agama Sisip pikir
Somatik Siar pikir
Kebesaran Kontrol pikir
Kejar atau curiga Dosa
Nihilistik Lainnya

Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri (D.0135)

c. Bentuk Pikir
Relaistik Non Realistik
Releven Irrelevan
Logik √ Non Logik
Rasioanal Irrasional
Dereistik Lainnya ..............
Otistik

Jelaskan :Pasien ingin mengakiri hidup karena hidupnya tidak berguna lagi
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri (d.0135)

10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1bulan)
√ Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari - 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( <24 jam )
Amnesia Lainnya ..............

Jelaskan : terkadang pasien teringat pada nasibnya yang ditinggal istrinya


Masalah Keperawatan : -
11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Mudah beralih
√ Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : pasien kurang focus diajak bicara

12. Kemampuan Penilaian


√ Gangguan ringan
Gangguan bermakna

Jelaskan : pasien sering slaah menilai sesuatu


Masalah Keperawatan : -

13. Daya Tilik Diri


Mengingkari penyakit yang diderita
√ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : pasien sering mencoba mencederai orang lain


Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan D.0146

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
√ Bantuan Minimal
Bantuan Total

Jelaskan : pasien tidak mau makan kalau tidak dibujuk

2. BAB/BAK
√ Bantuan minimal
Bantuan total

Jelaskan : pasien mampu pergi ke kamar mandi sendiri

3. Mandi
√ Bantuan minimal
Bantuan total

Jelaskan : pasien tidak mau mandi kalau tidak dibujuk sama orang
kepercayaannya.
4. Berpakaian/berhias
√ Bantuan minimal
Bantuan total

Jelaskan : pasien malas berhias atau berganti pakaian setiap hari kalua tidak
dibujuk

5. Istirahat dan Tidur


Tidur Siang, Lama : sewaktu-waktu
Tidur Malam, Lama : sewaktu-waktu
Aktifitas sebelum/sesudah tidur :melamun

6. Penggunaan Obat
√ Bantuan Minimal
Bantuan Total

Jelaskan : saat pasien minum obat harus ditunggu

7. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan √
Sistem Pendukung

8. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan keuangan

9. Aktifitas diluar rumah


Ya Tidak
Belanja √
Transportasi √
Lain-lain

Jelaskan :aktifitas pasien hanya diruangan dan sekitar lingkungan ruangan


IX. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain√ Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan√
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar√
Olah raga Menciderai diri√
Lain-lain ........ Lain-lain.........

Masalah Keperawatan : Mekanisme koping individu tidak efektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya pasien merasa tidak ada yang peduli
dengannya √
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya pasien di PHK dari pekerjaannya √
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga karena tidak punya pekerjaan lagi √
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Masalah lainnya,spesifiknya
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah D.0086 dan ISOS D.0121

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal ?
Penyakit/gangguan jiwa√
Sistem pendukung
Faktor presipitasi√
Mekanisme koping√
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lain-lain, jelaskan

Jelaskan :pasien tidak mengetahui tentang penyakit jiwa


Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit
XII. ASPEK MEDIS
Diagnosis medik : Resiko Bunuh Diri
Terapi medik :-
1) Obat anti depresi : Amitriptyline
2) Obat anti psikosis : Phenotizin
XIII. ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. DS : pasien selalu saja menggumam Resiko Bunuh Diri D.0135


ingin bunuh diri
DO : Pasien selalu berfikiran dan ingin
mencoba bunuh diri

2. DS : pasien selalu merasa tidak ada


yang perduli dengan dirinya Harga Diri Rendah Kronis D.0086
DO :
 pasien dililit oleh hutang piutang
 pasien tidak dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga
karena tidak punya pekerjaan lagi
 istri pasien minta cerai
 Pasien merasa malu dengan
tetangga
 pasien tampak murung sering diam

XIV. POHON MASALAH


Effect Bunuh diri

Core problem Resiko bunuh diri

Causa Harga diri rendah

XV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Resiko Bunuh Diri b/d demografi (status perceraian,duda,ekonomi


rendah,pengangguran) D.0135
2. Harga Diri Rendah Situasional b/d perubahan peran social D.0087

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Bunuh Diri b/d demografi (status perceraian,duda,ekonomi
rendah,pengangguran) D.0135

XV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama :Tn.S Ruang :Melati RM No :10203040

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan

1. Resiko Bunuh Diri Kontrol Diri L.09076 Pencegahan Bunuh Diri 1.14538
b/d Demografi
(status Setelah dilakukan Observasi
perceraian,duda,eko intervensi selama 1x24
jam. kontrol diri 1. Identifikasi gejala resiko bunuh
nomi
meningkat, dengan kriteria diri
rendah,penganggura
n) D.0135 hasil : 2. Monitor lingkungan bebas
1. Perilaku melukai diri bahaya secara rutin
sendiri/oranglain
(menurun) Terapeutik

2. Verbalisasi keinginan 3. Libatkan dalam perencanaan


bunuh diri (menurun) perawatan mandiri
3. Verbalisasi rencana 4. .Libatkan keluarga dalam
bunuh diri.(menurun) perencanaan perawatan
4. Verbalisasi kehilangan 5. Lakukan pendekatan langsung
hubungan yang penting
(menurun) dan tidak menghakimi saat

5. Perilaku merencanakan membahas bunuh diri


bunuh diri (menurun) 6. Berikan lingkungan dengan
pengamanan ketat dan mudah
dipantau
7. Pastikan obat ditelan

Edukasi

8. Latih pencegahan resiko bunuh


diri
Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian obat


antiansietas,atau antipsikotik,
sesuai indikasi
XVI. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Senin, Tgl : 28 Maret 2022

Interaksi ke : 1 (Mengidentifikasi masalah resiko bunuh diri)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
(S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai
(O) Klien tampak lesu, menyendiri.
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: Mengajarkan berfiir positif

Observasi

1. Identifikasi gejala resiko bunuh diri


2. lingkungan bebas bahaya secara rutin

Terapeutik

3. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri


4. .Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
5. Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
6. Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau
7. Pastikan obat ditelan

Edukasi

8. Latih pencegahan resiko bunuh diri

Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,atau antipsikotik, sesuai indikasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat Pinilih
saya yang akan merawat bapak selama disini. Nama bapak siapa? Suka
dipanggil siapa?”
2. Evaluasi/Validasi : “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Semalam
tidurnya apakah nyenyak?sekarang bapak ada keluhan atau tidak?”
3. Kontrak :
 Topik : “Bagaiman kalua kita mendiskusikan masalah Kesehatan
bapak?”
 Waktu : “Bagaimana kalau 15 menit, nanti kalau kurang kita bisa
tambah waktunya pak”
 Tempat : bapak berkenan untuk berdiskusi dimana ? bagaiman jika di
ruang tengah?

B. FASE KERJA
“Sebelumnya karena bapak masih ada keinginan bunuh diri maka saya perlu
memeriksa seluruh isi ruangan bapak. Ini untuk memastikan tidak ada benda-benda
yang membahayakan bapak” . “bapak, apa yang menyebabkan bapak ingin bunuh
diri?  O…karena bapak merasa tidak berguna ya?. Baik kalau demikian,  mari kita
lihat apa saja yang bapak  dapat lakukan. Coba kita tuliskan satu persatu di kertas ini ,
apa saja yang bapak senang/biasa lakukan sehari- hari?  Ya, bagus. Ada lagi..
Terus…. Nah sekarang coba bapak baca satu persatu, ya Bagus. Nah, bagaimana
perasaan bapak setelah membaca daftar tersebut? Ya, bapak berarti berguna ya. Nanti
bila muncul lagi keinginan bunuh diri, maka bapak dapat mengatakan pada diri bapak
saya bisa membereskan tempat tidur dan mengganti pakaian , ini berarti saya
bermanfaat buat orang lain. Katakan itu berulang-ulang sampai keinginan untuk
bunuh diri hilang.”

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara
yang sudah saya ajarkan”
3. Kontrak yang akan datang

 Topik : “Baiklah, bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi tentang


pengalaman bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-
cakap dengan topik tertentu, apakah Bapak bersedia?”.
 Waktu : “Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00 siang?”.
 Tempat: “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 11.00 siang dan kita akan
mengobrol Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum
wr.wb”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Selasa, Tgl : 29 Maret 2022

Interaksi ke : 2 (Mengajarkan cara berfikir positif)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
 (S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai
 (O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: Mengajarkan cara berfikir positif

Observasi

1. Identifikasi gejala resiko bunuh diri


2. lingkungan bebas bahaya secara rutin

Terapeutik

3. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri


4. .Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
5. Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
6. Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau
7. Pastikan obat ditelan

Edukasi

8. Latih pencegahan resiko bunuh diri

Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,atau antipsikotik, sesuai indikasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat pinilih,masih
ingat dengan saya?”
2. Evaluasi/Validasi : “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Semalam tidurnya
apakah nyenyak?sekarang bapak ada keluhan atau tidak?”
3. Kontrak :
 Topik : Bagaiman kalua kita mendiskusikan tentang cara berfikir positif
tentang masalah yang bapak hadapi, apakah bapak bersedia?
 Waktu : “Bagaimana kalua kita mengobrol selama 15 menit pak?, nanti kalau
kurang kita bisa tambah waktunya lagi”
 Tempat : bapak berkenan untuk berdiskusi dimana ? bagaiman jika di ruang
tengah?

C. FASE KERJA
“Sebelumnya karena bapak masih ada keinginan bunuh diri maka saya perlu memeriksa
seluruh isi ruangan bapak. Ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan bapak” . “bapak, apa yang menyebabkan bapak ingin bunuh diri?  O…
karena bapak merasa tidak berguna ya?. Baik kalau demikian,  mari kita lihat apa saja
yang bapak  dapat lakukan. Coba kita tuliskan satu persatu di kertas ini , apa saja yang
bapak senang/biasa lakukan sehari- hari?  Ya, bagus. Ada lagi..
Terus…. Nah sekarang coba bapak baca satu persatu, ya Bagus. Nah, bagaimana
perasaan bapak setelah membaca daftar tersebut? Ya, bapak berarti berguna ya. Nanti
bila muncul lagi keinginan bunuh diri, maka bapak dapat mengatakan pada diri bapak
saya bisa membereskan tempat tidur dab mengganti pakaian , ini berarti saya bermanfaat
buat orang lain. Katakan itu berulang-ulang sampai keinginan untuk bunuh diri hilang”.
Keberadaan bapak akan sangat senangi oleh orang-orang yang menyayangi bapapk
seperti misalkan saudara,anak dan juga keluarga lainnya” saya harap bapak mampu
memahami perasaan mereka juga agar bapak dapat berfikir lebih positif tentang
kehidupan bapak”

D. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara yang
sudah saya ajarkan ”
3. Kontrak yang akan datang

 Topik : “kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
 Waktu : “Bagaimana kalua besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
 Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu, Tgl : 30 Maret 2022

Interaksi ke : 3 (Berlatih bercakap positif dengan orang lain)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
 (S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
 (O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: Mengajarkan cara berfikir positif

Observasi

1. Identifikasi gejala resiko bunuh diri


2. lingkungan bebas bahaya secara rutin

Terapeutik

3. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri


4. .Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
5. Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
6. Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau
7. Pastikan obat ditelan

Edukasi

8. Latih pencegahan resiko bunuh diri

Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,atau antipsikotik, sesuai indikasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat pinilih,masih
ingat dengan saya?”
2. Evaluasi/Validasi : “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Semalam tidurnya
apakah nyenyak?sekarang bapak ada keluhan atau tidak?”
3. Kontrak :
 Topik : Bagaiman kalua kita mendiskusikan tentang cara berfikir positif
dengan teman dekat bapak/dengan teman satu ruangan bapak? Saya akan
membantu bapak,apakah bapak bersedia?”
 Waktu : Bagaimana kalua kita mengobrol selama 15 menit, nanti kalau
kurang kita bisa tambah waktunya
 Tempat : bapak berkenan untuk berdiskusi dimana ? bagaiman jika di ruang
tengah?

B. FASE KERJA
“karena kemarin kita sudah belajar tentang mengenali sisi positif dalam diri bapak
bagaimana kalau kita membahasnya lagi namun dengan teman dekat bapak apakah bapak
bersedia? Apa yang bapak sukai dari diri bapak, bagaimana pandangan orang lain
terhadap bapak,apa yang orang lain suka dari bapak,apakah bapak berguna bagi orang
lain?” jika masih ada keinginan bunuh diri bapak bisa mengobrol dengan teman bapak
dan menceritakan hal-hal baik hingga keinginan itu hilang.

C. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara yang
sudah saya ajarkan ”
3. Kontrak yang akan datang

 Topik : kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
 Waktu :Bagaimana kalua besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
 Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Kamis, Tgl : 31 Maret 2022

Interaksi ke : 4 (Mengevaluasi kegiatan berfikir positif)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
 (S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh diri
dengan meminum pembersih lantai
 (O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: mengajarkan cara berfikir positif
Observasi

1.identifikasi gejala resiko bunuh diri

2. monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin

Terapeutik

3.libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri

4.libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

5.lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri

6.berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau

7.pastikan obat ditelan

Edukasi

8.latih pencegahan resiko bunuh diri

Kolaborasi

9.kolaborasi pemberian obat antiansietas,atau antipsikotik, sesuai indikasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat pinilih,masih
ingat dengan saya?”
2. Evaluasi/Validasi : “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Semalam tidurnya
apakah nyenyak?sekarang bapak ada keluhan atau tidak?”
3. Kontrak :
 Topik : Bagaiman kalua kita melakukan kegiatan positi yang bapak
sukai,membicarakan hobby bapak,teman yang bapak sukai,teman yang dekat
dengan bapak,teman yang tidak dekat dengan bapak dan kenapa bapak tidak
dekat?
 Waktu : Bagaimana kalua kita mengobrol selama 15 menit, nanti kalau
kurang kita bisa tambah waktunya
 Tempat : bapak berkenan untuk berdiskusi dimana ? bagaiman jika di ruang
tengah?

B. FASE KERJA
“karena kemarin kita sudah belajar tentang mengenali sisi positif dalam diri bapak
bagaimana kalau kita membahasnya lagi,bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang
bapak sukai,mengobrol dengan teman bapak yang disukai,siapa teman bapak yang dekat
dengan bapak,kenapa bapak menyukai dan dekat dengan orang tersebut,apa hobby yang
bapak sukai,dan kenapa bapak menyukai hobby tersebut,apakah bapak melakukan hobby
terseut diruangan ini?”

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi Objektif (Perawat)
 “Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara yang
sudah saya ajarkan kemarin”
3. Kontrak yang akan datang

 Topik : “kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
 Waktu :”Bagaimana kalua besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
 Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Jum’at Tgl : 01 April 2022

Interaksi ke : 5 (Mengevaluasi kegiatan latihan positif diri,keluarga,lingkungan)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
 (S) klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
 (O) Klien tampak lesu, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Khusus (TUK) : Klien dapat meningkatkan kontrol diri
4. Tindakan Keperawatan: mengajarkan cara berfikir positif
Observasi
1.identifikasi gejala resiko bunuh diri
2. monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
Terapeutik
3.libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
4.libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
5.lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
6.berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau
7.pastika obat ditelan
Edukasi
8.latih pencegahan resiko bunuh diri
Kolaborasi
9.kolaborasi pemberian obat antiansietas,atau antipsikotik, sesuai indikasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat pinilih,masih
ingat dengan saya?”
2. Evaluasi/Validasi : “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Semalam tidurnya
apakah nyenyak?sekarang bapak ada keluhan atau tidak?”
3. Kontrak :
 Topik : Bagaiman kalau kita melakukan kegiatan positi yang bapak
sukai,membicarakan hobby bapak,teman yang bapak sukai,teman yang dekat
dengan bapak,teman yang tidak dekat dengan bapak dan kenapa bapak tidak
dekat?
 Waktu : Bagaimana kalua kita mengobrol selama 10 menit, nanti kalau
kurang kita bisa tambah waktunya pak?”
 Tempat : bapak berkenan untuk berdiskusi dimana ? bagaiman jika di ruang
tengah?
C. FASE KERJA
“karena kemarin kita sudah belajar tentang mengenali sisi positif dalam diri bapak
bagaimana kalau kita membahasnya lagi,bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang
bapak sukai,mengobrol dengan teman bapak yang disukai,siapa teman bapak yang dekat
dengan bapak,kenapa bapak menyukai dan dekat dengan orang tersebut,apa hobby yang
bapak sukai,dan kenapa bapak menyukai hobby tersebut,apakah bapak melakukan hobby
terseut diruangan ini?

D. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif (Klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi Objektif (Perawat)
“Tolong ceritakan yang sudah kita bicaraakan lagi?”
2. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah pak, nanti kalau bapak merasa ingin bunuh diri tolong praktikkan cara yang
sudah saya ajarkan kemarin”
3. Kontrak yang akan datang

 Topik : “kita akan berbincang tentang pemikiran positif lainnya, hal positif
yang ada dalam diri bapak”
 Waktu :”Bagaimana kalau besok pagi jam 10?” apakah bapak bersedia?”
 Tempat : “Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras
depan? Baiklah, besok saya akan kesini jam 10.00 siang dan kita akan mengobrol
Kembali, sampai jumpa besok, Saya permisi Asssalamualaikum wr.wb”
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama :Tn.S Ruang :Melati RM No :10203040

No Tanggal & Implementasi Keperawatan Evaluasi


Dx Jam
1 28-3-2022 Pencegahan bunuh diri S: klien mengatakan dirinya
Resiko 1.14538 tidak berguna lagi dan ingin
bunuh 10.00 1. Mengidentifikasi gejala mengakiri hidupnya
diri O:
resiko bunuh diri (mis.
D.135 - Klien tampak murung
Gangguan - Kurang focus tidak ada
kontak mata
mood,halusinasi,
- Klien tampak
delusi,panik, berbicara dengan nada
suara keras
menyalahgunakan zat,
- Perilaku agresif
kesedihan, gangguan /mengamuk
- TTV:
kepribadian)
 TD: 100/70
H/:klien merasa tidak mmHg
berguna lagi hidupnya  S: 36,5C
 N: 86x/mnt
karna diceraikan istrinya  RR: 20x/mnt
dan terlilit hutang
A: Klien mampu mengikuti
10.15 banyak. kegiatan,namun masih dengan
bantuan dari perawat
2. Memonitor lingkungan
bebas bahaya secara P:Intervensi dilanjutkan No: 1-
8
rutin (mis. Barang
peibadi, pisau cukur,
jendela)
H/:Tidak ada benda
tajam ataupun benda
10.30
bebahaya didekat klien
3. Melibatkan dalam
10.40 perencanaan perawatan
mandiri
4. .Melibatkan keluarga

10.50 dalam perencanaan


perawatan
5. Melakukan pendekatan
langsung dan tidak
menghakimi saat
11.00 membahas bunuh diri
6. Memberikan lingkungan
dengan pengamanan
ketat dan mudah
dipantau (mis. Tempat
11.15 tidur dekat ruang
11.25
perawatan)
7. Memastikan obat ditelan
8. Melatih pencegahan

11.30 resiko bunuh diri (mis.


Latihan asertif, relaksasi
otot progresif)
9. Mengkolaborasi
pemberian obat
antiansietas,atau
antipsikotik, sesuai
indikasi
2 29-03-2022 1. Mengidentifikasi gejala S: klien mengatakan dirinya
10.00 tidak berguna lagi dan ingin
resiko bunuh diri (mis.
mengakiri hidupnya
Gangguan O:
- Klien tampak murung
mood,halusinasi,
- Kurang focus tidak ada
delusi,panik, kontak mata
- Klien tampak
menyalahgunakan zat,
berbicara dengan suara
kesedihan, gangguan keras
- Perilaku agresif
kepribadian)
/mengamuk
H/:klien merasa tidak - TTV:
berguna lagi hidupnya  TD: 110/80
mmHg
10.07 karna diceraikan istrinya  S: 36,5C
dan terlilit hutang  N: 86x/mnt
 RR: 20x/mnt
banyak.
A: Klien mampu mengikuti
2. Memonitor lingkungan
kegiatan,namun masih dengan
bebas bahaya secara bantuan dari perawat
rutin (mis. Barang P:Intervensi dilanjutkan No:
peibadi, pisau cukur, 2,3,4.5,6,7,8
10.20 jendela)
H/:Tidak ada benda
tajam ataupun benda
10.27
bebahaya didekat klien
3. Melibatkan dalam
10.35
perencanaan perawatan
mandiri
4. .Melibatkan keluarga

10.40 dalam perencanaan


perawatan
5. Melakukan pendekatan
langsung dan tidak
menghakimi saat
10.50 membahas bunuh diri
11.00 6. Memberikan lingkungan
dengan pengamanan
ketat dan mudah
dipantau (mis. Tempat
tidur dekat ruang
perawatan)
7. Memastikan obat ditelan
8. Melatih pencegahan
resiko bunuh diri (mis.
Latihan asertif, relaksasi
otot progresif)

3 30-03-2022 2. Memonitor lingkungan S: klien mengatakan dirinya


10.00 tidak berguna lagi dan ingin
bebas bahaya secara
mengakiri hidupnya namun
rutin (mis. Barang mau mencoba belajar berfikir
positif
peibadi, pisau cukur,
O:
- Klien tampak murung
jendela) menurun
- Kurang focus,kontak
H/:Tidak ada benda
mata kurang
tajam ataupun benda - Klien mau berbicara
10.10 dengan orang lain
bebahaya didekat klien
- Klien tampak
3. Melibatkan dalam berbicara dengan suara
10.20 keras menurun
perencanaan perawatan
- Perilaku agresif
mandiri /mengamuk menurun
10.30 4. .Melibatkan keluarga - TTV:
 TD: 100/80
dalam perencanaan mmHg
perawatan  S: 36,5C
 N: 86x/mnt
5. Melakukan pendekatan  RR: 20x/mnt
10.35
langsung dan tidak
A: Klien mampu mengikuti
menghakimi saat kegiatan dengan baik.
membahas bunuh diri P:Intervensi dilanjutkan
6. Memberikan lingkungan 2,5,6,7,8
dengan pengamanan
10.40
10.50 ketat dan mudah
dipantau (mis. Tempat
tidur dekat ruang
perawatan)
7. Memastikan obat ditelan
8. Melatih pencegahan
resiko bunuh diri (mis.
Latihan asertif, relaksasi
otot progresif)

4 31-03-2022 S: klien mengatakan dirinya


10.00 2. Memonitor lingkungan tidak berguna lagi dan ingin
mengakiri hidupnya namun
bebas bahaya secara saat ini klien sudah bisa
rutin (mis. Barang berfikir positif dalam
melakukan sesuatu hal yang
peibadi, pisau cukur, tidak membuatnya bunuh diri
jendela) dan mengakiri hidupnya
O:
H/:Tidak ada benda - Klien tampak murung
tajam ataupun benda menurun
10.10 bebahaya didekat klien - Kurang focus,kontak
mata kurang
5. Melakukan pendekatan
- Klien mau berbicara
langsung dan tidak dengan orang lain
- Klien tampak
menghakimi saat
berbicara dengan suara
10.15 membahas bunuh diri keras menurun
- Perilaku agresif
6. Memberikan lingkungan
/mengamuk menurun
dengan pengamanan - TTV:
ketat dan mudah  TD: 110/80
mmHg
dipantau (mis. Tempat  S: 36,5C
10.19  N: 86x/mnt
tidur dekat ruang
 RR: 20x/mnt
10.29 perawatan)
A: Klien mampu mengikuti
7. Memastikan obat ditelan
kegiatan dengan baik.
8. Melatih pencegahan
P:Intervensi dilanjutkan 2,6,7,8
resiko bunuh diri (mis.
Latihan asertif, relaksasi
otot progresif)

5 01-04-2022 S: klien mengatakan dirinya


10.00 2. Memonitor lingkungan tidak berguna lagi dan ingin
mengakiri hidupnya namun
bebas bahaya secara saat ini klien sudah bisa
rutin (mis. Barang berfikir positif dalam
melakukan sesuatu hal yang
peibadi, pisau cukur, tidak membuatnya bunuh diri
jendela) dan mengakiri hidupnya
O:
H/:Tidak ada benda - Klien tampak murung
tajam ataupun benda menurun
10.20 - Kurang focus,kontak
bebahaya didekat klien mata kurang
6. Memberikan lingkungan - Klien mau berbicara
dengan orang lain,dan
dengan pengamanan teman satu ruangannya
ketat dan mudah - Klien tampak
berbicara dengan suara
dipantau (mis. Tempat keras menurun
tidur dekat ruang - Perilaku agresif
/mengamuk menurun
perawatan) - TTV:
10.30
10.40 7. Memastikan obat ditelan  TD: 110/90
mmHg
8. Melatih pencegahan  S: 36,5C
 N: 84x/mnt
resiko bunuh diri (mis.
 RR: 20x/mnt
Latihan asertif, relaksasi
A: Klien mampu mengikuti
otot progresif) kegiatan dengan baik.
P:Intervensi dilanjutkan 2,6,8

Anda mungkin juga menyukai