Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH RESIKO BUNUH

DIRI

Untuk Memenuhi Stase Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing Agustina Maunaturrohmah,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di susun oleh :
IKA SARASWATI
KELOMPOK 2

NIM : 206410023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN PADA MASALAH
RESIKO BUN UH DIRI

A. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang
disebabkan karena stres yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah (damaiyanti,2012 dalam (Muhajir, 2016).
Menurut (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar 2000 dalam (Muhajir,
2016), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api
Dengan demikian, yang dimaksud dengan percobaan bunuh diri adalah
upaya untuk membunuh diri sendiri dengan intensi mati tetapi belum berakibat
pada kematian (MUHAJIR, 2016).

B. Jenis-jenis bunuh diri


Menurut Durkheim dalam (MARPAUNG, 2018), bunuh diri dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisikebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu
itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga
dapat menerangkan mengapa merekatidak menikah lebih rentan untuk
melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan merekayang menikah.
2. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karenaindentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia
merasa kelompok tersebut sangatmengharapkannya.
3. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi
antara individu dan masyarakat,sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individukehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya
karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap kebutuhan-
kebutuhannya.

C. Etiologi
Menurut Damaiyanti (Aulia & Sasmita, 2019)
1) Faktor Predisposisi
a) Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh
diri adalah gangguan efektif, penyalagunaan zat, dan skizofrenia.
b) Sifat kepribadian
Tiga tipe keperibadian yang erat hubungannya dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi
c) Lingkungan psikososial
Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-
kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan dan bahkan
perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan
intervensi yang terapiutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
maslah, respon seorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-
lain.
d) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
2) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotonim, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG)
3) Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres yang
berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa
kejadian hidup yang memalukan. Faktur lain yang dapat menjadi pencetus
adalah melihat atau membaca melalui medaia mengenai orang yang
melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunu diri. Bagi individu yang
emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
4) Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukantindakan bunuh diri. Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya.
Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi
stres dan menurunkan angka bunuh diri
5) Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, regressiondan megical thinking. Mekanisme pertahanan diri
yang ada seharusnyatidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif
(MUHAJIR, 2016)
D. Tahap-Tahap bunuh diri
a) Suicidal Ideation
Sebuah metode yang digunakan tanpa melakukan aksi atau tindakan, bahkan
klien pada tahap ini tidak akan menungkapkan idenya apabila tidak di tekan.
b) Suicidal Intent
Pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri
c) Suicidal Threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang
dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
d) Suicidal Gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya, tetapi
sudah oada percobaan untuk melakukan bunuh diri.
e) Suicidal Attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien mempunyai indikasi individu yang
ingin mati dan tidak mau diselamatkan. Misalnya, minum ibat yang
mematikan.

E. Patofisiologis
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang
siapmembunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindakkekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat
untukmelakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1) Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri.Ancaman menunjukkan ambevalensi
seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
2) Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3) Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan.Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak
langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu
individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006 dalam (Anonymous,
2009)

F. Pohon Masalah

Effect Resiko Perilaku Kekerasan {mencederai diri sendiri}

Core problem RESIKO BUNUH DIRI

Causa Upaya bunuh diri, Ancaman bunuh diri

Harga Diri Rendah Kronis


Gambar 2.1 (Sumber:(Marpaung, 2018))

G. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Peningkatan Resiko Destruktif pencederaan bunuh diri
Diri Destruktif diri tidak Diri
langsung

Keterangan rentang respon


1. Peningkatan diri:
seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri
secarawajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
2. Beresiko destruktif:
seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
seharusnyadapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung:
seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat terhadap situasi
yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
4. Pencederaan Diri:
seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diriakibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
5. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang

H. Maninfestasi Klinis
Menurut Fitria (2009), tanda dan gejala dari resiko bunuh diri adalah :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Inpulsif
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian, menayakan tentang
obat dosis mematikan)
8. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah
dan mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental( secara klinis, klien terlihat sebagai orang
depresi, psikosis dan menyalagunakan narkoba)
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau
terminal)
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
mengalami kegagalan dalam karier)
12. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
14. Pekerjaan
15. Konflik interpersonal
16. Latar belakang keluarga
17. Orientasi seksual
18. Sumber-sumber personal

I. Respon Umum Fungsi Adaptif (RUFA)


Pengkajian kegawadaruratan jiwa berdasarkan RUFA (Mahardika,
2013) yaitu :
Tabel 1. RUFA Resiko Bunuh Diri
Skor 1-10 Skala RUFA Skor 11-20 Skala RUFA Skor 21-30 Skala RUFA

Percobaan bunuh diri: Ancaman bunuh diri: Isyarat Bunuh Diri


1. Aktif mencoba 1. Aktif memikirkan 1. Mumgkin sudah
bunuh diri dengan rencana bunuh diri memiliki ide untuk
cara : namun tidak disertai mengakhiri hidupnya.
a) Gantung diri percobaan bunuh diri Namun tidak
b) Minum racun 2. Mengatakan ingin disertai ancaman dan
c) Memotong urat bunuh diri namun percobaan bunuh diri
nadi tanpa rencana yang 2. Mengungkapkan
d) Mencatuhkandiri spesifik perasaan seperti
dari tempat tinggi 3. Menarik diri dari rasa
2. Mengalami depresi pergaulan sosial bersalah/sedih/marah/
3. Mempunyai piutus asah
rencana bunuh diri 3. Mengungkapkan hal-
yang spesifik hal negatif tentang
4. Menyimpan alat sendiri
untuk bunuh diri 4. Mengatakan tolong
(pistol, silet, dan jaga anak-anak
pisau karena saya akan
pergi jauh atau
”segala sesuatu akan
lebih baik tanpa saya”

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Format pengkajian pada Kliendengan Risiko Bunuh Diri (Dalami
E, et al, 2014)
a) Identitas
1) Perawat merawat Klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
Klien tentang: nama Perawat, nama Klien, panggilan Perawat,
panggilan Klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan.
2) Usia dan Nomor Rekam Medis
3) Alamat
4) Pekerjaan
5) Mahasiswa menuliskan sumber data/informan
b) Alasan masuk
Tanyakan kepada Klien/keluarga:
1) Apa yang menyebabkan Klien/keluarga datang kerumah sakit saat ini?
2) Bagaimana gambaran gejala tersebut ?
c) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi
yakni keturunan, endokrin, metbolisme, susunan saraf pusat, dan
kelemahan ego
d) Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan kedangkalan emosi yang mengenai Klien
akan mempengaruhi konsep diri Klien.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun,dan berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan
e) Status mental
1) Penampilan diri
Klien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing
baju tidak tepat, resleting tak terkunci, baju tak diganti,baju terbalik
dengan manifestasi kemunduran kemauan klien.
2) Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis
3) Aktivitas motoric
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan
mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (kataplesia)
4) Emosi
Emosi dangkal
5) Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka
6) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, diam
7) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
8) Proses berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
9) Kesadaran
Kesadaran berubah,kemampuan mengadakan hubungan serta
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu
pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
10) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik,orientasi tempat, waktu, dan
orang.
11) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam
suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas
atau tepat
f) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan
keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran
kemauan.Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun
dalam hal makan, minum, buang air besar/buang air kecil, mandi,
berpkaian, dan istirahat tidur.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Perilaku Kekerasan {mencederai diri sendiri}
2) Resiko bunuh diri

3. Rencana Keperawatan
Keliat, dkk. (2015), kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan pada
Klien dengan Risiko Bunuh Diri adalah:
N Diagnos Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
o. a
Keperaw
atan

1 Risiko TUM 1: 1.Menjawab SP 1 Tindakan keperawatan


Bnuh 1) Melindungi salam klien percobaan bunuh diri.
Diri klien 2.Kontak mata Untuk klien :
TUK 1: 3.Menerima 1. Menemani klien terus
1) Klien tetap perawat menerus sampai ia dapat
aman dan Berjabat dipindahkan ketempat yang
Selamat. tangan aman.
2. Menjauhkan semua benda
yang berbahaya (mis., pisau,
silet, gelas, tali pinggang).
3.Memeriksa apakah klien
benar-benar telah meminum
obatnya, jika klien
mendapatkan
obat.4.Menjelaskan pada
klien bahwa anda
akanmelindungi klien sampai
tidak ada keinginan bunuh
diri.Untuk keluarga klien
:1.Menganjurkan keluarga
untuk ikut mengawasi klien
dan jangan pernah
meninggalkan klien sendirian.
2. Menganjurkan keluarga
untuk membantu perawat
menjahukan barang-barang
berbahaya di sekitar klien.
3. Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak
membiarkan klien melamun
sendiri.
4. Menjelaskan kepada
keluarga pentingnya klien
minum obat secara teratur.
TUM 2 : 1.Menceritaka SP 2
1.Klien mendapat n penderitaan Tindakan keperawatan isyarat
perlindungan dari secara terbuka bunuh diri. Untuk klien :
lingkungannya dan konstruktif 1.Mendiskusikan tentang cara
2.Klien dapat dengan orang mengatasi keinginan bunuh
menggungkapkan lain diri, yaitu dengan meminta
perasaannya bantuan dari keluarga atau
3.Klien dapat teman
meningkatkan 2.Meningkatkan harga diri
harga dirinya klien dengan cara :
4.Klien dapat a. Memberi kesempatan
menggunakan cara klien untuk
penyelesaian mengungkapkan
masalah yang baik perasaannya

b. Memberikan pujian
TUK 2 :
bilaklien dapat
1.Klien dapat
mengatakan perasaan
mengekspresikan
yang positif.
perasaannya
c. Meyakinkan klien
bahwa dirinya
penting.

d. Membicarakan
tentang keadaan yang
sepatutnya disyukuri
oleh klien.

e. Merencanakan
aktivitas yang dapat
klien lakukan.
3.Meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah
dengancara :
a.Mendiskusikan dengan
klien cara menyelesaikan
masalah.
b.Mendiskusikan dengan
klien efektivitas masing-
masing cara penyelesaian
masalah.
c.Mendiskusikan dengan
klien cara menyelesaikan
masalah yang lebih baik.
Untuk Keluarga Klien:
1.Mengajarkan keluarga
tentang tanda dan gejala
bunuh diri
a.Menanyakan keluarga
tentang tanda dan gejala
bunuh diri yang pernah
muncul pada klien
b.Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada klien
risiko bunuh diri
2.Mengajarkan keluarga cara
melindungi klien dari
perilaku bunuh diri
a.Mendiskusikan tentang cara
yang dapat dilakukan
keluarga bila
pasien.memperlihatkan tanda
dan gejala bunuh diri.
b.Menjelaskan tentang cara-
cara Melindungi klien.
3.Mengajarkan keluarga
tentang hal-hal yang dapat
dilakukan apabila klien
melakukan percobaan bunuh
diri, antara lain :
a.Mencari bantuan pada
tetangga sekitar atau pemuka
masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh
diri tersebut.
b.Segera membawa klien ke
rumah sakit atau puskesmas
untuk mendapatkan bantuan
medis.
4.Membantu keluarga
mencari rujukan ke fasilitas
kesehatan yang tersedia bagi
klien
a.Memberikan informasi
tentang nomor telepon darurat
tenaga kesehatan.
b.Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan klien
berobat/kontrol secara teratur
untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya.
c.Menganjurkan keluarga
untuk membantu klien minum
obat sesuai prinsip lima benar
yaitu benar orangnya, benar
obatnya, benar dosisnya,
benar cara penggunaannya,
benar waktu penggunaannya
4. Impementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan Implementasi adalah tahapan ketika
perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005 dalam (Septiani, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Alnuhazi (2015) evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien.
Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi
formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respon pasien pada tujuan yang
telah ditentukan.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut:
1) S: respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
2) O: respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
3) A: analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data
yang kontradiksi terhadap masalah yang ada.
4) P: tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Tinjauan Teori Perilaku Bunuh Diri. 11–66.


Http://Digilib.Unimus.Ac.Id/Files/Disk1/126/Jtptunimus-Gdl-
Nininghaia-6277-2-Babii.Pdf

Aulia, N., & Sasmita, H. (2019). Analisis Hubungan Faktor Risiko Bunuh
Diri Dengan Artikel Riwayat Artikel Abstrak Analysis Of Risk
Factors For Suicide Relationship With The Idea Of Suicide In
Adolescents. Jurnal Keperawatan, 11(4), 307–314.
Http://Journal.Stikeskendal.Ac.Id/Index.Php/Keperawatan/Article/Vie
w/534/385

Marpaung, S. D. (2018). Laporan_Pendahuluan_Bunuh_Diri_.

Muhajir. (2016). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Pada Pasien


Resiko Bunuh Diri Dengan Pemberian Terapi Pendekatan Spritual
Terhadap Penurunan Keinginan Bunuh Diri Di Ruang Elang Rsjd
Atma Husada Mahakam Samarinda. August.

Septiani, S. F. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Isolasi


Sosial.

Anda mungkin juga menyukai