Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR
SURABAYA

Disusun Oleh:
Aridanti Fauziah Rochmah
1120021019

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
Emile Durkheim membagi bunuh diri dalam 3 kategori yaitu: Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok sosial), atruistik (melakukan bunuh diri untuk
kesejahteraan masyarakat) dan anomik (bunuh diri terkait dengan orang lain dan
beradaptası dengan stressor)
a) Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini apa yang menyebabkan diri
merupakan hasil dari kemarahan yang diarahkan pada diri sendiri.
Penyebab masing-masing golongan usia:
a) Pada anak
1) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan,
2) situasi keluarga yang terganggu
3) Perasaan tidak disayang atau selaia dikritik
4) Gagal sekolah
5) Takut atau dihina di sekolah
6) Kehilangan crang yang dicintai
7) Di hukum orang lain
b) Pada remaja
1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
4) Perasaan tidak di mengerti orang lain.
5) Kehilangan orang yang dicintai.
6) Keadaan fisik.
7) Masalah dengan orang tua.
8) Masalah seksual.
c) Pada dewasa
1) Selt-ideal terlalu tinggi.
2) Cemas akan tugas akademik yang banyak.
3) Kegagalan akademik
4) Kehilangan penghargaan dan kasih saying orang tua.
5) Kompetisi untuk sukses.
d) Pada usia lanjut
1) Perubahan status dari mandiri ketergantungan.
2) Penyakit yang murunkan kemampuan berfungsi.
3) Perasaan yang tidak berarti di masyarakat.
4) Kesepian dan isolasi social.
5) Kehilangan ganda (seperti kesahatan, pekerjaan, pasangan.)
6) Sumber hidup berkurang.
Berdasarkan proses terjadinya sebagai berikut :
a) Faktor Predisposisi
1) Diagnosis Psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan efektif, penyalagunaan zat, dan skizofreni.
2) Sifat kepribadian
Tiga tipe keperibadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan dan bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapiutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab maslah, respon seorang
dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5) Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonim,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro enchepalo graph (EEG).
b) Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stres yang berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktur lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca
melalui medaia mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunu diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
1) Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial maupun budaya.
Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stres
dan menurunkan angka bunuh diri.
2) Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression dan megical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
1. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari resiko bunuh diri adalah (Muhajir, 2016):
a) Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d) Inpulsif.
e) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g) Verbal terselubung ( berbicara tentang kematian, menayakan tentang obat dosis
mematikan)
h) Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i) Kesehatan mental( secara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis dan
menyalagunakan narkoba).
j) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal).
k) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l) Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
m) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n) Pekerjaan.
o) Konflik interpersonal.
p) Latar belakang keluarga.
q) Orientasi seksual.
r) Sumber-sumber personal.
2. Rentang Respon Protektif Diri
Respon adaptif Respon maladaptif

Peningkatan Pengambilan Perilaku destruktif pencederaan bunuh


diri resiko yang diri tidak diri diri
meningkatkan langsung
pertumbuhan
Keterangan :
a) Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.
b) Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif
atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri,seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
c) Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat terhadap situasi yang
membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi
tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d) Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada (putus asa)
e) Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
f) Respons adaptif
Merupakan respon atau masalah yang masih dapat ditoleransi atau masih dapat di
selesaikan oleh kita sendiri dalam batas yang normal.
g) Respons maladatif
Merupakan respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya
menyimpang dari norma-norma dan kebudayaan suatu tempat atau dengan kata lain
diluar batas individu tersebut.
3. Tahapan Resiko Bunuh Diri
a) Suicide Ideation
Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metode
yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat
perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikir:n tentang keinginan
untuk mati
b) Suicide intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri 3.
c) Suicide threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keirginan dan hasrat yang dalam,
bahkan ancaman untuk mengakiniri hidupnya.
d) Suicide gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri
sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini
pada umumnya karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan
tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup,
ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini
sering di namakan. "Crying for help" sebab individu ini sedang berjuang dengan
stress yang tidak mampu di selesaikan.
e) Suicide attempt
Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin
mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan .walaupun
demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
f) Suicide
Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah didahului oleh
beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya.30% orang yang berhasil melakukan
bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya.
4. Klasifikasi Resiko Bunuh Diri
a) Jenis Bunuh Diri
1) Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
2) Bunuh diri altruistic
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3) Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu.
b) Pengelompokan Bunuh Diri
1) Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2) Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, yang berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan
alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun
dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3) Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.
5. Pohon Masalah

Bunuh diri

Risiko mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah


kronis
A. Rencana Asuhan Keperawatan pada Risiko Bunuh Diri
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis, Pendidikan dan pekerjaan.
b) Keluhan utama dan alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien dan keluarga dating atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa sikap percobaan bunuh diri, komunikasi dengan keluarga kurang,
tidak mampu berkonsentrasi, merasa gagal, merasa tidak berguna dan merasa tidak
yakin melangsungkan hidup.
c) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d) Aspek fisik atau biologis
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien . apakah ada bekas percobaan bunuh diri pada
leher, pergelangan tangan maupun dibagian tubuh lainnya. Pasien biasanya
mengeluh sakit pada dirinya, pusing ataupun tidak dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya. Pasien mengeluh bahwa dirinya sudah tidak mampu beraktivitas.
e) Aspek psikososial
1) Genogram
a. Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Pasien merasa tidak ada yang ia sukai agi dari dirinya, ada bagian tubuh
pasien yang mengalami penurunan fungsi sehingga pasien tidak bisa
menerima keadaan tubuhnya.
d. Identitas diri
Pasien berstatus sudah menikah ataupun belum, merasa tidak puas dengan
status ataupun pekerjaannya sedang dapat mempengaruhi hibungan social
dengan orang lain.
2) Peran diri
Klien dengan resiko bunuh diri merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau
peranannya baik dalam keluarga, pekerjaan atau dalam kelompok masyarakat.
3) Ideal diri
Pasien merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat mendalam tidak ada
harapan lagi dengan masalah yang menimpanya.
4) Harga diri
Pasien mengatakan hal yang negative tentang dirinya yang menunjukan harga
diri yang rendah, selalu berfikiran negative kepada orang lain bahwa dirinya
tidak lagi dihargai dan dianggap.
f) Hubungan sosial
Pasien dengan resiko bunuh diri cenderung ada gangguan dalam berhubungan
dengan prang lain, mereka tidak dapat berhubungan dengan orang lain, tidak dapat
berperan dikelompok masyarakat sering mengeluh atau curhat ke orang lain yang
dipercayai bahwa ia ingin mengakhiri hidupnya.
g) Status mental
Penampilan pasien tidak rapi, acak-acakan, malas untuk membersikan tubuh,
rambut, kuku.
h) Pembicaraan nya lesu dan topik yang dibicarakan tentang kematian dan penyesalan
hidup.
i) Aktivitas motoric klien lebih mengarah untuk mengakhiri hidupnya missal
membenturkan kepalanya, melukai badannya.
j) Efek dan emosi : perasaan sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan,merasa
berdosa, putus asa.
k) Interaksi selama wawancara: kontak kurang, tidak mau menatap lawan bicara.
Pasien tidak kooperatif, tidak mau mendengarkan pendapat atau saran.
l) Persepsi sensori : adanya halusinasi pendengaran yang menyeluruhnya mengakhiri
hidupnya.
m) Tingkat kesadaran : bingung, seseorang yang ingin melakukan bunuh diri merasa
dirinya bingung karena adanya kejadian-kejadian negative dalam hidupnya.
n) Memori: ingatan yang keliru dan dimanifestasikan dengan pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk
menutupi daya ingatannya. Perilaku bunuh diri biasanya bercerita yang tidak sesuai
dengan kenyataan.
o) Tingkat konsentrasi dan berhitung
1) Mudah berahli : perhatian perilaku bunuh diri mudah berganti dari satu objek ke
objek lain
2) Tidak mampu berkonsentrasi : perilaku bunuh diri tidak mampu untuk
berkonsentrasi dengan baik. Selalu meminta agar pertanyaan diulang atau tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
3) Tidak mampu berhitung: perilaku bunuh diri tidak dapat melakukan
penambahan atau pengurangan pada benda-benda.
p) Kemampuan penilaian
1) Gangguan kemampuan penilaian ringan : dapat mengambil keputusan yang
sederhana dengan bantuan orang lain.
2) Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil
keputusan ealaupun dibantu orang lain.
q) Kebutuhan persiapan pulang
r) Mekanisme koping
s) Masalah psikososial dan lingkungan
Pasien mendapat perilaku yang tidak wajar dari lingkungan seperti pasien diajak
dan direndahkan karena pasien menderita gangguan jiwa.
t) Pengetahuan
Kurang pengetahuan dalam hal mencari bantuan,factor predisposisi, koping
mekanisme dan system pendukung dan system pendukung dan obat-obatan
sehingga penyakit semakin berat.
u) Aspek medic
2. Diagnosa
a) Risiko bunuh diri
b) Harga diri rendah kronis
3. Intervensi
DIAGNOSA
KEPERAW PERENCANAAN
ATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
(TUK/TU EVALUASI
M)
Dx 1 : TUM : Pasien 1.1 BHBS dengan Kepercayaan dari
Resiko Pasien menunjukkan mengemukakan pasien merupakan
bunuh diri : tidak tanda-tanda prinsip komunikasi hal yang akan
Ancaman / mencederai percaya terapeutik : mempermudah
percobaan dirinya kepada a) Mengucapkan perawat dalam
bunuh diri. sendiri/tida perawat,mela salam melakukan
k lui : terapeutik. pendekatan
melakukan a) Ekspresi Sapa pasien keperawatan/inter
bunuh diri. wajah dengan vensi selanjutnya
cerah, ramah,baik terhadap pasien.
TUK 1 : tersenyu verbal maupun
Pasien dapat m. non verbal.
membina b) Mau b) Berjabat
hubungan berkenala tangan dengan
saling n. pasien.
percaya. c) Ada c) Memperkenalk
kontak an diri dengan
mata. sopan.
d) Bersedia d) Tanyakan
mencerita nama lengkap
kan pasien dan
perasaany nama
a. panggilan yang
e) Bersedia disukai pasien.
mengung e) Jelaskan tujuan
kapkan pertemuan.
masalah.
a. Membantu
kontrak
topic,waktu,dan
tempat setiap kali
bertemu pasien.
b. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya.
c. Beri perhatian
kepada pasien dan
perhatian
kebutuhan dasar
pasien.

TUK 2 : Pasien tetap 2.1 Menemani pasien Pasien tidak


Pasien tetap aman,terlindu terus menerus melakukan
aman dan ngi dan sampai dia dapat tindakan
terlindungi. selamat. dipindahkan ke percobaan bunuh
tempat yang aman. diri.
2.2 Menjauhkan
benda-benda yang
berbahaya atau
yang berpotensi
membahayakan
pasien (missal :
pisau, silet, kaca,
gelas, ikat
pinggang).
2.3 Mendapatkan
orang yang dapat
dengan segera
membawa pasien
ke rumah sakit
untuk pengkajian
lebih lanjut dan
kemungkinan
dirawat.
2.2 Memeriksa apakah
pasien benar-benar
meminum
obatnya, jika
pasien
mendapatkan obat.
2.3 Dengan lembut
menjelaskan
kepada pasien
bahwa anda
(perawat) akan
melindungi pasien
sampai tidak ada
keinginan bunuh
diri.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. (Potter &
Perry, 2011)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada ua macam yaitu:
a) Evaluasi proses atau evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan
b) Evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respon
pasien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP yaitu sebagai berikut:


S : respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksakan
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi
terhadap masalah yang ada
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien

Rencana tindak lanjut dapat berupa hal sebagai berikut:


a. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah)
b. Rencana di modifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksakan semua tindakan
tetapi hasil belum memuaskan)
c. Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada)
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Nur, 2019. Analisis Hubungan Faktor Risiko Bunuh Diri dengan Ide Bunuh Diri
pada Remaja. Jurnal Keparawatan 11(4)

Azizah, Lilik Ma’rifatul, Dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
Inomeedia Pustaka

Damayanti, M & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Iyus, Yosep. 2011. Keperawatan jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta
: Buku Kedokteran : EGC

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Buku
Kedokteran : EGC

Stuart. Gail. W, 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Indonesia : Elsever

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta:PPNI

Yusuf, AH Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai