OLEH :
2
2. Klasifikasi
a. Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1) Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari
oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga
mendorong seseorang untuk bunuh diri.
2) Bunuh diri altruistik
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan
dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan
tugasnya.
3) Bunuh diri egoistik
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan
faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
b. Pengelompokan bunuh diri
1) Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “Tolong
jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau “segala sesuatu
akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini Klien mungkin sudah
memiliki ide untuk 8 mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan Bunuh Diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus
asa/ tidak berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang menggambarkan risiko bunuh diri.
2) Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umunya diucapkan oleh klien, yang berisi
keinginan untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak
disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini
klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus
3
dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3) Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan klien mencederai atau
melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien
aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman
perilaku destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai
berikut :
1) Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat,
dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya
adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan,
atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting
dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak
sepeti serotinin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut
dapat dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo
Graph (EEG).
b. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian
hidup yang memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah
melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan
bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya
labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
1) Perilaku koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali
orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh
diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik
faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan
bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri.
Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5
2) Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme
koping yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri,
termasuk denial, rasionalization, regression, dan magical thinking.
Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang
tanpa memberikan koping alternatif.
4. Proses Terjadinya
5. Pohon Masalah
Menurut Hidayat (2019), pohon masalah pada pasien dengan risiko
bunuh diri adalah sebagai berikut:
Bunuh Diri Effect
6. Rentang Respon
Menurut Intan (2018), respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.
6
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Keterangan
a. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan,
yakin, dan kesadaran diri meningkat.
b. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang
yang masih normal dialami individu yang mengalami pengembangan
perilaku.
c. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian,
seperti perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat
dalam rekreasi yang beresiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
d. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri
sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk
melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk
melukai dan membakar kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh,
melukai tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit jari.
e. Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsug terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan.
7
c. Impulsif
d. Menunjukan perilaku yang mencurigakan
e. Mendekati orang lain dengan ancaman
f. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
g. Latar belakang keluarga
h. Orientasi seksual.
i. Sumber-sumber personal.
j. Sumber-sumber social.
k. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Keadaan yang mengancam nyawa.
1) Periksa tanda vital.
2) Keadaan umum merurun atau syok: segera berikan infus NaCl
3) Identifikasi cara bunuh diri (racun/obat, bahan peledak, meloncat
dari tempat tinggi, memotong organ tubuh, mengantung diri,
tenggelam) dan tindakan life saving
4) Konsultasi ke dokter spesialis yang sesuai dengan cara bunuh diri.
5) Setelah nyawa pasien tertolong, evaluasi tindakan bunuh diri selama
2 kali 24 jam terutama potensi bunuh diri ulang.
6) Tempatkan pasien pada ruang perawatan yang aman dan jauhkan
dari benda- benda yang dapat dipakai untuk bunuh diri.
7) Awasi secara terus menerus selama 24 jam.
8) Ciptakan dan bina rasa percaya pasien pada petugas kesehatan
9) Berikan bimbingan. pengawasan, perhatian.
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau
dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian
bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan
keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu
tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor
sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan
besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka
8
sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak
adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan
psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga
gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan
terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
b. Konsultasi dan rujukan
Kematian dapat dicegah dan pasien diizínkan pulang. Perawatan
lanjutan dengan berobat jalan ke bagian poliklinik psikiatrik pada RSJ
atau RSU. Perawatan lanjutan ini penting untuk mencegah perilaku
bunuh diri dikemudian hari.
Pasien tidak tertolong (kematian) segera laporkan kepada polisi
atau instalasi kegawatdaruratan dapat segera memberitahu keluarga
pasien.
9
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,
PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,
tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah
rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
2) Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
3) Mata: Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
4) Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
5) Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
6) Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
7) Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
8) Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,
pertumbuhan bulu.
9) Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra,
keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
e. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
f. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
10
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan beribadah.
g. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata,
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
h. Kebutuhan persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
11
i. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
j. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
k. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
l. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK, dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri
12
3. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSIS TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
13
3. Ada kontak mata, mau c. Tanyakan nama lengkap c. Menimbulkan rasa
berjabat tangan klien dan nama panggilan kenyamanan klien saat
4. Mau menyebutkan yang disukai klien. berinteraksi.
nama d. Jelaskan tujuan pertemuan d. Klien mengerti maksud
5. Mau menjawab salam perawat melakukan
6. Mau duduk interaksi dengannya.
berdampingan dengan e. Jujur dan menepati janji e. Menambah rasa percaya
perawat klien kepada perawat.
7. Mau mengutarakan f. Tunjukkan sikap empati dan f. Menimbulkan kenyamanan
masalah yang dihadapi menerima klien apa adanya. klien karena perawat
menerima keadaan mereka.
g. Berikan perhatian kepada g. Dengan memberi perhatian,
klien dan perhatikan klien akan merasa nyaman
kebutuhan dasar saat berinteraksi
TUK 2 : Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu klien mengungkapkan 1. Mengetahui penyebab klien
Klien dapat mengenal keperawatan selama 15 perasaan yang menyebabkan melakukan bunuh diri
penyebab risiko menit dalam 2 x pertemuan klien mempunyai ide serta
perilaku bunuh diri. diharapkan TUK 2 dapat melakukan percobaan bunuh
tercapai dengan kriteria diri
14
hasil klien menceritakan 2. Motivasi klien untuk 2. Klien dapat menceritakan
penyebab perilaku bunuh menceritakan penyebab klien penyebab bunuh diri
diri yang dilakukannya mempunyai ide bunuh diri
3. Dengarkan tanpa menyela atau 3. Agar tumbuh rasa kepercayaan
member penilaian setiap kepada perawat
ungkapan perasaan klien
TUK 3 : Setelah dilakukan asuhan 1. Motivasi klien menceritakan 1. Mengetahui bagaimana
Klien dan keluarga keperawatan selama 15 kondisi emosionalnya kondisi emosional klien
dapat merawat pasien menit dalam 2 x pertemuan 2. Memberikan penyuluhan 2. Sebagai informasi dan
risiko bunuh diri dan diharapkan TUK 3 dapat kepada keluarga tentang cara menambah pengetahuan agar
mengidentifikasi tercapai dengan kriteria merawat pasien dengan risiko bisa menangani saat klien
tanda-tanda perilaku hasil klien menceritakan bunuh diri melakukan percobaan bunuh
bunuh diri. tanda-tanda saat klien diri
berkeinginan untuk bunuh 3. Motivasi klien menceritakan 3. Mengetahui kondisi sosial
diri : kondisi sosialnya klien
- Tanda social : Klien
mengancam akan
melakukan bunuh diri dan
klien melakukan hal yang
15
tidak bisa dilakukan klien.
- Tanda Fisik : Klien
mencederai diri sendiri
seperti menyayat nadi,
minum obat sampai over
dosis, dan lain sebagainya,
tatapan mata klien tampak
menerawang seperti
memikirkan sesuatu.
- Tanda Emosional: Klien
menjadi penyendiri,
pemurung, dan pemarah
TUK 4 : Setelah dilakukan asuhan 1. Motivasi klien menceritakan 1. Mengetahui motivasi klien
Klien dapat keperawatan selama 15 tindakan-tindakan apa saja melakukan bunuh diri
mengidentifikasi menit dalam 2 x pertemuan yang sudah pernah dilakukan
perilaku percobaan diharapkan TUK 4 dapat untuk mengakhiri hidup
bunuh diri yang tercapai dengan kriteria 2. Motivasi klien menceritakan 2. Mengetahui perasaan klien
pernah dilakukan. hasil klien menjelaskan akan perasaan setelah tindakan setelah melakukan tindakan
16
perasaan saat melakukan tersebut tersebut
bunuh diri. 3. Diskusikan apakah dengan 3. Mengetahui apakah tindakan
- Efektivitas percobaan tindakan tersebut masalah yang tersebut masalah klien teratasi
yang dilakukan. dialami klien teratasi
- Tindakan akan yang
sudah pernah dilakukan
untuk mengakhiri hidup
TUK 5 : Setelah dilakukan asuhan Diskusikan dengan klien akibat 1. Agar pasien tahu akibat negatif
Klien dapat keperawatan selama 15 negatif cara yang dilakukan pada: terhadap diri sendiri, orang
mengidentifikasi menit dalam 2 x pertemuan 1. Diri sendiri lain, dan lingkungan
perilaku percobaan diharapkan TUK 5 dapat 2. Orang lain
bunuh diri yang tercapai dengan kriteria 3. Lingkungan
pernah dilakukan. hasil klien menjelaskan
akibat tindakannya
terhadap diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan
17
4. Implementasi Keperawatan
Impelementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi
koping (Nursalam, 2017).
Menurut Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder (2010), perawat
melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam
tahap perencanaan lalu mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat
tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap tindakan yang diberikan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan
evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respons (jangka panjang)
terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap
perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan.
Evaluasi formatif atau disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi
terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan di
lakukan.
Format evaluasi yang digunakan adalah SOAP. S (Subjective) yaitu
pernyataan atau keluhan dari pasien, O (Objective) yaitu data yang
diobservasi oleh perawat atau keluarga, A (Analisys) yaitu kesimpulan dari
objektif dan subjektif, P (Planning) yaitu rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan analisis (Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, &
Tutiany, 2013).
18
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I. W. P., & Erawati, E. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien
Skizofrenia dengan Risiko Bunuh Diri. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(2),
211–216. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/5469/pdf.
Dinarti, R., Aryani, H., Nurhaeni, Chairani, & Tutiany. (2013). Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, Fariz. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien Risiko Bunuh Diri.
Retrieved from
https://lib.akpermpd.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1493&keywor
ds=. Diakses pada 4 November 2020.
Intan, Ediarti Rusdiana. 2018. Analisa Praktik Klinik Keperawatan Jiwa dengan
Intervensi Inovasi Terapi Meditasi Ringan dengan Mind Fullness
terhadap Penurunan Ide-Ide Bunuh Diri. Retrieved from
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/725/KIAN%20FIX
%20INTAN.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses pada 4 November
2020.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik (7th ed). Jakarta: EGC.
Nursalam. (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan (2nd ed.; T. editor S. Medika, ed.). Jakarta: Salemba
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika Aditama.
Yusuf, A., H., et al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
19
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI
DI RUANG MAWAR UPTD RSJ DINKES PROVINSI BALI
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. J (L) Tanggal Dirawat (MRS) : 3 November 2020
Umur : 35 Tahun Tanggal Pengkajian : 4 November 2020
Alamat : Br. Beraban Denpasar
Pendidikan : SLTP
Agama : Hindu Ruang Rawat : Ruang Mawar
Status : Menikah
Pekerjaan : Pengangguran
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 7892020
Pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa DINKES PROVINSI BALI pada tanggal 3
November 2020 pukul 07.30 pagi oleh keluarganya, klien dibawa ke rumah sakit karena
melakukan percobaan bunuh diri dengan cara mencoba gantung diri di kamar tidur karena
frustrasi setelah dipecat oleh bos dan setelah ditinggal pergi oleh istrinya sejak 8 bulan
yang lalu.
2. Pengobatan sebelumnya
❑ Berhasil
❑ Kurang berhasil
❑ Tidak berhasil
3. RIWAYAT TRAUMA
Jelaskan: Klien ditolak untuk bekerja lagi oleh bosnya serta istri klien menolak untuk
melanjutkan hidup bersama dengan klien.
Ya Tidak
Masalah keperawatan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
1. Tanda-Tanda Vital :
TD : 110/75 mm/Hg
N : 85 x/m
S : 36,4⁰ C
P : 26 x/m
2. Ukuran : BB : 67 kg TB : 165 cm
Turun Naik
Jelaskan :
Berat badan klien turun dikarenakan klien stress memikirkan kehidupannya
tanpa seorang istri dan harus mengurus 2 orang anaknya.
3. Keluhan fisik :
Ya Tidak
Jelaskan:
Ada bekas merah melingkar dileher dan bekas sayatan di pergelangan tangan kiri.
1. Genogram :
Keterangan :
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: Ada hubungan
: Klien
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak memiliki saudara dan ditinggali oleh istrinya. Sekarang klien tinggal
bersama anak-anaknya
Masalah keperawatan :
Tidak ada
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan tidak ada lagi yang ia sukai dari dirinya.
b. Identitas :
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai 2 anak.
c. Peran :
Klien mengatakan sebagai kepala keluarga dan mempunyai 2 anak kecil.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan jika setelah sembuh dan pulang ke rumah masih bingung dimana akan
mencari dan mendapatkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan
bagaimana membangun keluarga.
e. Harga diri :
Klien agresif, bermusuhan, implisif, depresi, dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Klien mengatakan keluarga adalah orang yang paling berarti di hidupnya
b. Peranserta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Selama sakit klien mengatakan tidak aktif dalam kegiatan kelompok/kemasyarakatan
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama Hindu dan meyakini adanya Tuhan yaitu Ida Sang Hyang
Widhi Wasa
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan berdoa di pura keluarga
Masalah/Diagnosa Keperawatan:
❑ Distress spiritual
❑ Lain-lain,
Jelaskan
Tidak ada masalah spiritual
Jelaskan:
Klien terlihat kurang rapi dalam berpakaian
Masalah/Diagnosa Keperawatan:
❑ ❑ Sindroma defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
❑❑ Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
❑ ❑ Lain-lain, Jelaskan : ...........................................................................................
2. Pembicaraan
❑ Cepat
❑ Keras
❑ Gagap
❑ Apatis
❑ Lambat
❑ Membisu
❑ Tidak mampu memulai pembicaraan
❑ Lain-lain
Jelaskan:
Klien hanya menjawab pertanyaan jika ditanya oleh perawat
Masalah/Diagnosa Keperawatan:
❑ Kerusakan komunikasi
❑ Kerusakan komunikasi verbal
❑ Lain-lain, Jelaskan : Tidak ada
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
❑ Hipokinesia,hipoaktifitas
❑ Katalepsi
❑ Sub stupor katatonik
❑ Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Klien tampak lesu/tidak banyak bergerak saat diajak bicara seperti tidak ada
gairah untuk hidup
Peningkatan :
❑ Hiperkinesia,hiperaktifitas ❑ Grimace
❑ Gagap ❑ Otomatisma
❑ Stereotipi ❑ Negativisme
❑ Gaduh Gelisah ❑ Reaksi konversi
Katatonik ❑ Tremor
❑ Mannarism ❑ Verbigerasi
❑ Katapleksi ❑ Berjalan kaku/rigid
❑ Tik ❑ Kompulsif
❑ Ekhopraxia
❑ Command automatism
Jelaskan:
Klien tidak banyak bergerak atau merubah posisi saat berkomunikasi dengan perawat
Masalah/Diagnosa Keperawatan :
Jelaskan :
Klien mengatakan sedih, merasa putus asa, dan khawatir karena tidak mempunyai
pekerjaan untuk membiayai keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5. Afek
❑ Datar
❑ Tumpul
❑ Labil
❑
Tidak sesuai
Jelaskan :
Emosi klien tidak sesuai
Jelaskan :
Kontak mata klien kurang fokus selama melakukan wawancara
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
7. Persepsi
Halusinasi :
❑ Pendengaran
❑ Penglihatan
❑ Perabaan
❑ Pengecapan
❑ Penghidu
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak ada gangguan persepsi
8. Proses pikir
❑ Sirkumstansial
❑ Tangensial
❑ Kehilangan asosiasi
❑ Flight of ideas
❑ Blocking
❑ Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :
Saat diberikan pertanyaan oleh perawat, klien menjawab dengan kalimat berbelit-
belit tetapi sampai pada topik pembicaraan
9. Isi Pikir
❑ Obsesi
❑ Depersonalisasi
❑ Fobia
❑
Idea yang terkait
❑ Hipokondria
❑ Pikiran magik
Waham
❑ Agama
❑ Nihilistik
❑ Somatik
❑ Sisip pikir
❑ Kebesaran
❑ Siar piker
❑ Curiga
❑ Kontrol pikir
Jelaskan :
Klien mengatakan punya ide untuk bunuh diri karena masalah ekonomi dan
keluarga
Masalah Keperawatan :
Risiko bunuh diri
Jelaskan :
Klien tampak sadar sedang berada di rumah sakit dan sedang mengalami
pengobatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
11. Memori
❑ Gangguan daya ingat jangka panjang
❑ Gangguan daya ingat saat ini
❑ Gangguan daya ingat jangka pendek
❑ Konfabulasi
Jelaskan :
Klien dapat mengingat nama perawat yang diajak berinteraksi selama 2-3 hari saja
setelah itu lupa
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Jelaskan :
Klien sering tidak fokus saat diajak berbicara dan mudah berganti dari satu objek ke
objek yang lain. Klien juga tidak dapat menghitung dalam jumlah besar.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
Jelaskan :
Klien dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan perawat seperti
memilih mandi terlebih dahulu setelah itu baru makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
2. Defekasi/berkemih
❑ Bantuan minimal
❑ Bantual total
❑
Mandiri
3. Mandi
❑ Bantuan minimal
❑ Bantual total
❑
Mandiri
4. Berpakaian/berhias
❑
Bantuan minimal
❑ Bantual total
❑ Mandiri
6. Penggunaan obat
❑
Bantuan minimal
❑ Bantuan total
❑ Mandiri
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan :
Klien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri walaupun ada beberapa hal
yang memerlukan bantuan minimal dari perawat seperti minum obat.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
ADAPTIF MALADAPTIF
❑ Bicara dengan orang lain ❑ Minum alkohol
❑ Mampu menyelesaikan ❑ Reaksi lambat
masalah ❑ Reaksi berlebih
❑ Teknik relokasi ❑ Bekerja berlebihan
❑ Aktivitas konstruktif ❑ Menghindar
❑ Olah raga ❑
Mencederai diri
❑ Lainnya ❑ Lainnya
Jelaskan :
Klien tampak ingin mencederai diri seperti ingin meggantung leher, menyayat
tangannya, dan memukul kepala dengan benda keras
Masalah Keperawatan :
Risiko bunuh diri
Masalah lainnya
Uraikan : Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada
2. Terapi medik
MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
1. DS : Bunuh diri
Klien mengatakan sempat menggantung
diri di kamar sehingga ada bekas
lingkar merah di lehernya dan bekas
sayatan di tangan kirinya
DO :
Emosi klien tampak tidak sesuai
DO :
Klien tampak sedih, bingung dan
pasrah terhadap hidupnya
DO :
- Kontak mata kurang saat diajak
berbicara
- Klien tampak sedih, merasa putus
asa, dan khawatir karena tidak
mempunyai pekerjaan untuk
membiayai keluarga
POHON MASALAH
4 November 2019
Mahasiswa yang mengkaji
____________________
NIM : ………………….
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko bunuh diri
C. INTERVENSI
TUK 2 : Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu klien mengungkapkan 1. Mengetahui penyebab klien
keperawatan selama 15 perasaan yang menyebabkan melakukan bunuh diri
Klien dapat mengenal
menit dalam 2 x klien mempunyai ide serta
penyebab risiko
pertemuan diharapkan melakukan percobaan bunuh
perilaku bunuh diri. TUK 2 dapat tercapai diri
dengan kriteria hasil klien 2. Motivasi klien untuk 2. Klien dapat menceritakan
menceritakan penyebab menceritakan penyebab klien penyebab bunuh diri
perilaku bunuh diri yang mempunyai ide bunuh diri
dilakukannya 3. Dengarkan tanpa menyela atau 3. Agar tumbuh rasa
member penilaian setiap kepercayaan kepada perawat
ungkapan perasaan klien
5) “Bapak, apa yg lakukan pada pagi 5. “Saya selesai mandi dik, tidak
melakukan apa-apa.”
hari ini? Apakah sudah sarapan pak?”
Hari/tanggal Diagnosa
Evaluasi
/jam Keperawatan
Selasa, Risiko bunuh diri S : Klien mengatakan sudah sedikit lebih rileks setelah bercerita
06/10/2020 dengan perawat
10.00 O : Klien tampak lebih tenang, tetapi masih kepikiran terhadap
pekerjaan dan rumah tangganya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi