OLEH :
1. I Gusti Ayu Wintan ( 20.322.1156 )
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul“aplikasi teori keperawatan pada situasi
klinis III orem’s self care deficit theory” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun berdasarkan
ruang lingkupnya sehingga dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan ke giatan pembelajaran.
Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik, rapi, dan berdasarkan
pada sumber yang akurat. Penulis berharap semoga makalah ini bisa menjadi sarana untuk
menambah wawasan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi dipenulisan berikutnya.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang profesional,
bersifat holistik dan komprehensif yang ditunjukkan kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh seorang perawat sangat mempengaruhi mutu asuhan keperawatan yang akan
diterima oleh pasien. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman khusus mengenai proses
keperawatan itu sendiri serta pemahaman mengenai komunikasi terapeutik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
Perawat perlu mengembangkan ilmu serta praktik keperawatan salah satunya melalui
penggunaan model konseptual keperawatan. Dan salah satu model konseptual model
keperawatan itu adalah selfcare oleh Dorothea Orem. Fokus utama dari teori orem ini adalah
kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri sehingga tercapai kemandirian untuk
mempertahankan kesehatan. Orem dalam teori sistem keperawatannya menggaris bawahi
tentang bagaimana kebutuhan self-care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau kedua-
duanya. Sistem keperawatan dirancang oleh perawat berdasarkan kebutuhan self-care dan
kemampuan klien dalam menampilkan aktivitas self-care. Apabila ada self-care deficit, yaitu
defisit antara apa yang bisa dilakukan (self-care agency) dan apa yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan fungsi optimum (self-care demand), disinilah keperawatan diperlukan.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengacu pada teori
Self care berprinsip pada usaha menolong atau membantu pasien individu yang tidak mampu
untuk terlibat dalam tindakan self-care yang memerlukan kemandirian dan ambulasi yang
terkontrol serta pergerakan manipulatif atau penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari
aktivitas-aktivitas, perawat dan klien melakukan tidakan care atau tindakan lain yang bersifat
manipulatif atau ambulasi di mana baik klien maupun perawat mempunyai peran yang besar
dalam pelaksanaan tindakan perawatan, seseorang mampu melaksanakan atau bisa dan harus
belajar untuk melakukan tindakan self-care terapeutik yang diperlukan yang berorientasi
secara eksternal atau internal tapi tidak bisa melakukannya tanpa bantuan.
Hasil akhir dari tindakan keperawatan menurut Orem adalah adanya peran perawat
sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan klien sebagai self-care
agent sehingga diharapkan kemandirian pasien berangsur-angsur dapaat terwujud.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori orem tersebut ?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan self care dalam proses keperawatan?
C. Tujuan
Dapat memahami dan melaksanakan proses keperawatan dengan baik melalui model
konseptual teori orem yang menitik beratkan pada self care (perawatan diri) secara mandiri
guna mempertahankan status kesehatan klien serta dapat berkomunikasi dengan baik dengan
pasien dalam melaksanakan proses keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Konseptual Dorothea E. Orem
2. Filosofi Orem
Orem (2001, dalam Alligood, 2014) menyatakan bahwa keperawatan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada orang yang
benear-benar membutuhkan pelayanan perawatan kesehatan karena memiliki
gangguan kesehatan. Menurutnya keperawatan memiliki karakteristik sosial dan
interpersonal yang mencirikan hubungan saling membutuhkan kepada pelayanan
keperawatan. Awal mulanya, Orem mengakui bahwa keperawatan adalah bidang
keilmuan yang terdepan dalam praktik sehingga membutuhkan tubuh
pengetahuan keperawatan yang terstruktur. Sumber utama munculnya ide-ide
Orem adalah pengalamannya selama di dunia keperawatan.
Orem mampu merefleksi dan mengidentifikasi situasi dan objek keperawatan
dengan tepat. Orem menemukan kondisi dimana manusia membutuhkan perawat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dan ini menjadi objek dan focus
7
Orem dalam menentukan domain dan batas-batas keperawatan dalam bidang
pengetahuan maupun praktik keperawatan. Orem fasih dalam literature dan
pemikiran keperawatan kontemporer sehingga ini mempengaruhi pengembangan
karyanya Self-care Deficit Nursing Theory (SCDNT) Orem adalah system filsafat
realisme moderat dimana mengungkapkan konsistensi antara pandangan orem
mengenai sifat realitas, manusia, lingkungan, dan keperawatan sebagai ilmu yang
terkait. Orem tidak membahas secara khusus sifat realitas, namun pernyataan
yang diungkapkan mencerminkan sebuah pandangan realis moderat. Orem
(2001, dalam Alligood, 2014) ada empat kategori entitas yang membangun
ontology dari SCDNT. Keempat kategori tersebut adalah orang dibatasi oleh
ruang dan waktu, atribut dan karakter dari manusia, gerakan atau perubahan, dan
produk yang dihasilkan.
Hal ini sejalan seperti pendapat Marriner (2001), yang menyatakan bahwa di
tahun 1958, Orem memiliki pandangan spontan mengenai mengapa individu-
individu yang memerlukan dan dapat dibantu melalui perawatan yang
memudahkannya merumuskan dan mengekspresikan konsep keperawatannya,
sehingga Orem melakukan strategi dalam menyusun pengembangan teorinya.
Strateginya dilihat dari pandangan spontan Orem membawanya untuk
memformalkan dan kemudian mengekspresikan suatu konsep umum ilmu
keperawatan. Generalisasi hal itu memungkinkan membuat cara berpikir deduktif
mengenai keperawatan (Mariner, 2001). Pendapat lain menyatakan wawasan
Orem menuntun pada formalisasi awal dan ekspresi berikutnya dari konsep
umum keperawatan. Generalisasi ini kemudian memungkinkan pemikiran
induktif dan deduktif tentang keperawatan (Alligood, 2014)
8
bertahun-tahun memberikan banyak sekali pengalaman belajar. Ia
memandang kerjasamanya dengan mahasiswa-mahasiswa serta
kerjasama dengan kolega-koleganya sebagai usaha yang berharga.
Pemikiran Orem juga dipengaruhi oleh rekannya saat masih bekerja di
CUA dimana Orem membentuk komite dalam pengembangan konsep
(Marriner, 2001).
Orem juga menyebutkan beberapa nama perawat-perawat lain yang
memberikan sumbangan-sumbangan bagi ilmu keperawatan diantaranya
Abdellah, Henderson, Jhonson, King, Levine, Nightingale, Orlando,
Peplau, Riehl, Rogers, Roy, Travelbee dan Wiedenbach (Alligood,
2014). Orem juga menyebutkan sejumlah penulis dari displin ilmu lain,
diantaranya yang paling berpengaruh adalah Arnold (1960) dan
Kotarbinski (1965) tentang pemikirannya mengenai kegiatan manusia
secara normal, parsons (1937, 1951) yang mempengaruhi pemikirannya
tentang actions (kegiatan). Lonergans (1958) juga mempengaruhi
pemikirannya dan masih banyak lagi ilmuwan yang mempengaruhi
dasar pemikiran Orem (Fawcett, 2005).
9
denganefektif maka hal tersebut akan membantu membentuk integritas
struktur dan fungsi manusiadan erat kaitannya dengan perkembangan
manusia.
Self care agencyadalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk
melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self care
dipengaruhi oleh basic conditioning factor sseperti; umur, jenis kelamin,
status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosialbudaya, sistem
perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan, modalitas), sistem
keluarga, polakehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand) adalah
merupakantotalitas dari tindakan self careyang diinisiatifdan dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan self caredengan menggunakan metode yang valid
yangberhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Konsep lain yang berhubungan denganteori self careadalah self care
requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self carerequisite:
a. Universal
Meliputi: udara, air, makanan daneliminasi, aktifitas dan istirahat, privasi,
sosialisi daninteraksi sosial, pencegahan resiko, peningkatan kesehatan,
kesejahteraan dan potensi diri.
b. Developmental
Lebih khusus dari universaldihubungkan dengan kondisi
yangmeningkatkan proses pengembangan sikluskehidupan seperti;
pekerjaan baru, perubahanstruktur tubuh dan kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation)
Berhubungan dengan akibat terjadinyaperubahan struktur normal dan
kerusakanintegritas individu untuk melakukan self careakibat suatu
penyakit atau injury.
2. Teori Self care Deficit
Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem.
Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus
10
ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara
efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak
dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima
metode yang dapat digunakan dalam membantu self care:
a. Tindakan untuk atau lakukan untuk oranglain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkunganyang mendukung pengembangan
personal.
e. Pendidikan.Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan
beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.
3. Teory Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self
caredan kemampuan pasien melakukan self care. Jikaada self care defisit, self
care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan
diberikan. Nursing agencyadalah suatu properti atau atribut yanglengkap
diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat
yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan selfcare terapeutik mereka, melalui pelatihan dan
pengembangan self care agency.Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi
nursing system yaitu:
11
ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat keputusan
yang tepat tentang self carenya.
b. Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan atau
tindakan lain danperawat atau pasien mempunyai peran yang besar untuk
mengukur kemampuan melakukan selfcare.
c. Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk
internal atau externalself care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa
bantuan. Hal ini juga dikenal dengan supportive developmental sistem.
12
3) Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan
untuk kontak dan dibantu perawat.
4) Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung dalam
bentuk keperawatan.
5) Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan
sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta
pelayanan sosial dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
13
f. Memberikan reinforcement positif
g. Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
h. Melakukan kontrak berikutnya
i. Mengakhiri kegiatan dengan baik
j. Berpamitan
14
Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien.
Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan
kemungkinan. Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis,
namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki
kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.
15
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan
yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan
keperawatan tercapai atau belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan
dalam: meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care,
dan menurunkan self care deficitnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Orem sangat mungkin dikembangkan karena masalah keperawatan
semakin kompleks dan bantuan keperawatan sangat dibutuhkan, sehingga klien
diharapkan tidak selalu bergantung pada perawat dalam self care. Terutama dalam
proses keperawatan teori Orem sangat berperan penting dalam membantu pasien
untuk membawa pada pada perawatan mandiri untuk diri pasien sehingga tidak
selalu bergantung pada perawat. Selain itu proses keperawatan yang berlandaskan
pada teori Orem akan mempermudan pasien untuk selanjunya mempertahankan
kesehatannya karena mendapatkan pendidikan pula dari perawat.
B. Saran
Berhati-hatilah dalam melalukan tindakan keperawatan, karena sekecil apapun
yang kita lakukan kalau tindakan tersebut salah maka akan membawa dampak yang
besar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha, R., Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their
Works,Seventh Edition. St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation of
nursing models and theoriest. (2nd ed). Philadelphia: F. A. Davis Company.
Marriner, A. (2001). Teori ilmu keperawatan: Para ahli dan berbagai pandangannya.
(Ismail Ekawijaya & Ridlo Riyono, penerjemah). Jakarta.
Petiprin, A. (2016). Nursing theory.. http://www.nursing- theory.org/nursing-
theorists/Dorothea-E-Orem.php.
17
LAMPIRAN
A. Dialog Roleplay
1. Tujuan Tugas
Mengaplikasikan teori self care dalam proses keperawatan padapasien di
klinik.
2. Kasus
Bapak Aditya saat ini dirawat di rumah sakit karena operasi usus buntu hari
kedua. Saat ini mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, dengan skala nyeri 8.
Dari hasil pengkajian didapatkan data luka bekas operasi masih basah,
sepanjang 10cm, tampak bersih, tidak kemerahan, suhu tubuh 370C.
Prolog : Suatu pagi di rumah sakit A terdapat seorang pasien bernama Bp.
Aditya berusia 35 tahun,dirawat dalam rangka pemulihan post operasi
appendectomy.
3. Tahap Pengkajian
Perawat melakukan kunjungan pada pasien.
Perawat :“Selamat pagi pak. Perkenalkan saya Perawat Ayu dan ini
rekan saya Perawat Novi.”
“Boleh saya tahu nama lengkap dan tanggal lahirnya?”
Pasien : “Aditya, 5 Mei 1983”
Perawat : “Saya lihat gelangnya ya pak.”
Pasien : (mengangguk)
Perawat : “Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya
masih pucat, semalam tidurnya nyenyak atau tidak pak?”
Pasien : “Saya merasa bekas operasinya itu nyeri, tidak nyaman
rasanya, saya itu merasagelisah sekali jadi ya tidurnya tidak
nyenyak, sebentar-sebentar terbangun.”
Perawat :“Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali.Hari ini pak, saya
dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat
bapak sampai jam 2 siang nanti.Nah pak, seperti yang telah
18
kita sepakati sebelumnya pagi ini saya akan meminta waktu
bapak sebentar, sekitar 10 menit saja untuk mengumpulkan
data kondisi kesehatan bapak dengan menanyakan beberapa
pertanyaan dan melakukan beberapa pemeriksaan ringan.”
“Bapak sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau
belum pak?”
Pasien : “Iya saya sudah siap, sudah nyaman juga kok.”
Perawat : “Agar lebih cepat saya mulai sekarang ya pak.Bapak merasa
sulit untuk bernafas atau tidak?”
Pasien : “Iya , saya itu merasa sesak nafas.”
Perawat : “Merasa sesak nafasnya terus menerus atau hanya sesekali
pak?”
Pasien : “Sesekali sih kadang sesak kadang ya lega napasnya.”
(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk
memvalidasi pernyataan pasien)
Perawat : “Bapak sejak semalam sudah minum berapa banyak?”
Istri Pasien : “Ini habis 4 gelas ini”(menunjukkan sebuah gelas
Perawat : “Lalu Bapak tadi sarapannya dihabiskan atau tidak?”
Istri Pasien : “Inicuma dimakan 3 sendok saja”
Perawat : “Aduh kok makannya cuma sedikit, ditambah ya pak
makannya supaya tidak lemas. Sedikit-sedikit saja makannya
tidak apa-apa tapi sering ya. Lalu tadi sayurnya dimakan apa
tidak?”
Istri Pasien : “Dimakan kok, dihabiskan malahan, cuma bapak ini makan
nasinya itu yang susah.
Perawat : “Oh bagus sekali sayurnya dihabiskan nanti siang nasinya
juga di habiskan ya pak.”
Pasien : (tersenyum dan mengangguk)
Perawat : “Bapak muntah atau tidak? Ada rasa mual?”
Istri Pasien : “Muntah tidak, mual juga tidak.”
19
Perawat : “Sejak semalam bapak sudah BAB belum?”
Pasien : “Sudah .”
Perawat : “Berapa kali pak? BAB-nya lancar atau tidak? Banyak atau
sedikit?”
Istri Pasien : “Satu kali, Lancar.”
Pasien : “Seperti biasa BAB-nya seperti sebelum sakit.”
Perawat : “Lalu untuk BAK-nya? Sejak semalam sudah BAK berapa
kali?”
Istri Pasien : “Pipisnya sudah tiga kali.”
Perawat : “Pipisnya banyak atau tidak? Apa ibu memperhatikan warna
urine bapak?”
Istri Pasien : “Pipisnya ya segini ini, warnanya kuning
pekat”(menunjukkan pispot yang berisi urine pasien)
Perawat : “Ini bapak kurang minum pak, minumnya ditambah ya pak
sedikit-sedikit saja kalau tidak bisa banyak yang penting
sering.”
Istri Pasien : “Iya.”
“Tu pak dengar kata perawatnya, bapak minumnya harus
dibanyakin.”
Pasien : (tersenyum simpul)
Perawat : “Lalu apakah ada keluhan lain pak soal BAB dan BAK-nya?”
Pasien :“Setelah operasi saya merasakan sakit tiap pipis”
Perawat : “Sakitnya seperti apa ya pak?”
Pasien : “Seperti terbakar gitu rasanya saat pipis”
Perawat : “Ada lagi yang lain pak?”
Pasien :” Itu saya masih belum bisa kentut semenjak operasi”
Perawat : “Untuk luka operasinya sendiri bagaimana pak? Ada
keluhan?”
Pasien : “Rasanya itu sakit sekali perut saya yang bagian di operasi itu
yang sakit sekali.”
20
Perawat : “Sakitnya itu seperti apa ya pak?”
Pasien : “Nyeri gitu rasanya.”
Perawat :“Permisi ya pak, saya lihat ya pak luka operasinya.”
(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka
masih basah namun tidak kemerahan dan luka operasi tersebut
bersih)
Perawat : “Pak ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga
tidak kemerahan. Hanya belum kering saja.”
Pasien : “Memang lukanya memang keringnya lama?”
Perawat :“Ya semuanya tergantung kondisi bapak juga, kalau kondisi
bapak stabil luka bekas operasinya juga akan cepat kering.Nah
bapak, apakah bapak merasakan gangguan istirahat dan
aktivitas?”
Pasien : “Kalau istirahat ya terganggu, kan saya merasa nyeri jadi
tidak bisa nyenyak tidurnya.”
Perawat : “Lalu untuk aktifitasnya sendiri pak? Bapak sudah bisa
duduk?”
Pasien : “Belum, tiduran saja sakit.”
Perawat : “Oh begitu ya, jadi bapak masih memerlukan bantuan untuk
melakukan aktivitas yang ringan?”
Pasien : “Iya , badan saya masih lemas, apa-apa perlu dibantu. Tapi
kalau hanya menggerakkan tangan dan kaki saya masih bisa
kok.”
Perawat : “Kok hanya ibu yang nungguin pak?”
Istri Pasien : “Anak-anak kan sekolah, tapi nanti adiknya bapak akan
gantikan saya jaga bapak soalnya saya mau bereskan pekerjaan
dirumah. Tidak enak juga nitip anak-anak ke tetangga lama-
lama.”
Perawat : “Oh begitu ya, tu bapak kasihan anak-anaknya ditinggal
dirumah, bapak banyak istirahat dan makan ya dan jangan
21
banyak bergerak dulu supaya lekas pulih kondisinya. Jadi
dapat segera berkumpul dengan anak-anak.”
Pasien : “Iya saya juga tidak mau lama-lama di rumah sakit.”
Perawat : “Nah bapak saya sudah selesai, ada keluhan lain yang ingin
bapak sampaikan atau barangkali ada yang ingin ditanyakan?”
Istri Pasien : “Ini badan suami saya kok rasanya panas ya?”
Pasien : “Iya saya merasa badan agak panas”
Perawat : “Saya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya pak”(perawat
melakukan validasi pernyataan pasien dengan mengukur suhu
tubuh dan tensi pasien)
Istri Pasien : “Bagaimana suhu badan suami saya berapa?Tensinya berapa?”
Perawat : “Suhunya normal kok 370C dan tekanan darahnya juga normal
120/80mmhg.”
“Baik bapak, saya sudah mendapatkan data yang saya
butuhkan. Jadi bapak merasa luka operasinya nyeri dan
lukanya juga masih basah, bapak juga terkadang merasa sesak
nafas ya pak, makannya hanya tiga sendok, minumnya sudah
empat gelas, BAB-nya seperti biasa, sejak selesai opersi
sampai saat ini belum kentut ya, BAK-nya sudah tiga kali
warna urinenya kuning pekat dan bapak merasakan sakit saat
kencing, lalu untuk melakukan aktivitas ringan masih
memerlukan bantuan dan tidurnya belum bisa nyaman ya pak.”
Pasien : “Iya benar.”
Perawat : “Nah bapak sudah bagus sekali bapak mau makan pagi ini
meskipun belum dihabiskan dan bapak juga sudah banyak
minum sejak semalam tapi nanti siang makannya dihabiskan ya
pak dan minumnya ditambah lagi.”
Pasien : “Iya baik”
Perawat : “Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada
perawat lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan
22
perawat yang lainnya untuk menyampaikan diagnosa
keperawatan dari gangguan kesehatan yang bapak alami.“
“Bapak silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas
waktunya, kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya kami
siap membantu bapak, saya permisi dulu ya pak,
bu.”(berpamitan).
4. Tahap Diagnosa
Perawat : “Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya Perawat Feby.”
Benar dengan Bp. Aditya usia 35th? Saya lihat gelangnya ya
pak.”
Istri Pasien : “Iya benar”
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : “Bagaimana pak perasaannya pagi ini?”
Pasien : “Saya merasa bekas oprasinya itu nyeri, tidak nyaman
rasanya, saya itu merasa gelisah sekali jadi ya tidurnya tidak
nyenyak, sebentar-sebentar terbangun.”
Perawat : “Aduh pantas saja wajahnya belum cerah. Hari ini pak, saya
dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat
bapak sampai jam 2 siang nanti, nah pak, seperti yang telah
disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang
akan kemari ya pak untuk menyampaikan diagnosa
keperawatan mengenai gangguan kesehatan yang bapak alami
saat ini.”
“Bapak sudah siap menerima penjelasan dari saya? Posisinya
sekarang sudah nyaman atau belum pak?”
Pasien : “Iya silahkan saya sudah siap, posisi saya sudah nyaman.”
Perawat : “Bapak, berdasarkan data yang telah kami peroleh dan telah
kami kaji kami mendiagnosa bapak mengalami nyeri akut
berhubungan dengan agens cedera atau nyeri yang bapak
23
rasakan disebabkan operasi usus buntu yang baru saja dijalani.
Bapak juga beresiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat atau bapak ada resiko infeksi
karena kekebalan tubuh bapak menurun. Tapi bapak tidak perlu
khawatir infeksi itu hanya resiko dan kami disini berupaya
mencegah resiko tersebut dengan sebaik-baiknya.”
Perawat : “Nah bapak saya sudah selesai menyampaikan diagnosa
keperawatan, ada keluhan yang ingin bapak sampaikan atau
barangkali ada yang ingin ditanyakan?Atau ada penjelasan
saya yang kurang jelas?”
Pasien : “Tidak, saya sudah mengerti.”
Perawat : “Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada
perawat lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan
perawat yang lainnya untuk menyampaikan rencana tindakan
keperawatan yang akan bapak terima selama dirawat disini.
Bapak silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas
waktunya, kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya, saya
permisi dulu ya pak, bu”(berpamitan).
5. Tahap Intervensi
Perawat : “Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya Perawat Widia.
Benar dengan Bp. Aditya usia 35th? Saya lihat gelangnya ya
pak.”
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : “Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya
kurang semangat?”
Pasien : “Ini saya merasa bekas oprasinya itu masih nyeri, tidak nyaman
rasanya, saya itu merasa gelisah sekali jadi saya tidak bisa
nyaman beristirahat.”
Perawat : “oh begitu pak, saya bias mengerti”
24
“Hari ini pak, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan
membantu merawat bapak sampai jam 2 siang nanti.Seperti
yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat
lagi yang akan kemarin ya pak untuk menyampaikan rencana
tindakan keperawatan yang akan bapak terima selama
menjalani perawatan disini.Nah, bapak sudah siap? Posisinya
sekarang sudah nyaman atau belum pak?”
Pasien : “Iya saya sudah siap, dan nyaman seperti ini.”
Perawat : “Tadi kan bapak sudah diberitahu gangguan kesehatan yang
bapak alamai. Kami sudah berkolaborasi dengan Dokter dan
bapak mendapat terapi obat. Ada obat analgesic untuk
diminum dan ada antibiotik yang suntikkan. Obat ini berfungsi
agar nyeri yang bapak rasakan berkurang serta mencegah
infeksi lebih lanjut.Kami juga akan membersihkan luka operasi
bapak secara berkala. Untuk antibiotiknya sendiri harganya
cukup mahal jadi kami minta persetujuan dulu dan perlu tanda
tangan dari pihak keluarga jika setuju.
Istri Pasien : “Memang harga antibiotiknya berapa ya?”
Perawat : “Harganya Rp 200.000,00 tiap suntikan dan satu hari bapak
akan disuntik 2 kali jadi untuk antibiotiknya saja sehari
biayanya Rp 400.000,00.”
Istri Pasien : “Gimana pak, mau tidak?
Pasien : “Mau lah bu, bapak ingin cepat sembuh.”
Istri Pasien : “Baik, saya akan menandatanganinya.”
Perawat : “Silahkan bu tanda tangan disini.Nah bapak saya sudah selesai
menyampaikan rencana tindakan keperawatan yang akan bapak
terima selama menjalani perawatan disini supaya bapak lekas
sembuh, bagaimana bapak sudah jelas atau belum?Perlu saya
ulang pak penjelasannya?”
Pasien : “Sudah cukup saya sudah jelas.”
25
Perawat : “Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada
perawat lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan
perawat yang lainnya untuk melaksanakan rencana tindakan
keperawatan yangbaru saja saya jelaskan kepada bapak. Bapak
silahkan dilanjutkan istirahatnya, jika perlu bantuan silahkan
pencet bel ya pak. Terimakasih atas waktunya, saya permisi
dulu ya pak, bu.”(berpamitan).
6. Tahap Implementasi
Perawat : “Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya PerawatAyu.
Benar dengan Bp. Adityaumur 35th? Saya lihat gelangnya ya
pak.
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : “Bagaimana pak perasaannya pagi ini? Sudah merasa baikan
atau belum?”
Pasien : “Belum saya masih merasa bekas oprasinya itu nyeri, tidak
nyaman rasanya, saya itu merasa gelisah sekali jadi ya tidurnya
tidak nyenyak, sebentar-sebentar terbangun.”
Perawat : “Jadi nyerinya masih terasa sekali ya pak?”
Pasien : “Iya.”
Perawat : “Nah pak, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya
akan lagi yang akan kemari ya pak untuk melaksanakan tindakan
keperawatan yang tadi sudah dijelaskan. Nah, bapak sudah
siap?”
Pasien : “Iya saya sudah siap.”
Perawat : “Permisi pak saya bersihkan dulu ya luka operasinya.
“(perawat membersihkan luka bekas operasi pasien).Nah bapak
ini obatnya yang untuk diminimun, bisa minum obatnya sendiri
kan pak?”
Istri Pasien : “Biar saya saja yangbantuminumkan.”
26
Pasien : “Tidak usah bu, bapak bisa kok minum obatnya sendiri”
Perawat : “Iya pak memang sebaiknya obatnya diminum sendiri, sekalian
bapak latihan bergerak sedikit-sedikit. Saya suntikkan ya
antibiotiknya.” (pasien meminumobat dan perawat menyuntikan
antibiotik)
Perawat : “Baik bapak, saya sudah selesai melaksanakan tindakan
keperawatan untuk bapak.”
Mungkin ada yang ingin ditanyakan? Atau ada keluhan yang
ingin disampaikan?
Pasien : “Tidak terimakasih saya mau istirahat ngantuk rasanya habis
minum obat.”
Perawat : “Iya pak memang seharusnya bapak banyak istirahat supaya
lekas sembuh. Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini
akan ada perawat lagi yang akan kemari, mungkin saya atau
rekan perawat yang lainnya untuk melakukan evaluasi kondisi
kesehatan bapak dari pagi sampai siang ini setelah mendapatkan
serangkaian asuhan keperawatan dari kami. Bapak silahkan
dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, jika perlu
bantuan silahkan pencet belnya ya, saya permisi dulu pak,
bu.”(berpamitan).
7. Tahap Evaluasi
Perawat : “Selamat siang bapak. Perkenalkan saya Perawat Rai dan ini
rekan saya Perawat Nick.”
“Benar dengan Bp. Aditya usia 35th? Saya lihat gelangnya ya
pak.”
Pasien : (Mengangguk)
Perawat : “Bagaimana pak perasaannya siang ini?”
Pasien : “Sudah lebih baik dari pada pagi tadi.”
27
Perawat : “Aduh pantas mukanya sudah lebih cerah.Nah pak, seperti
yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat
lagi yang akan kemari ya pak untuk melihat kondisi bapak
setelah mendapatkan serangkaian tindakan keperawatan dari
kami dari pagi tadi sampai siang ini.Nah saya akanmenanyakan
beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa pemeriksaan
ringan.Nah, bapak sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman
atau belum pak?”
Pasien : “Iya saya sudah siap.”
Perawat : “Apakah sudah merasa baikan atau masih merasakan nyeri di
luka bekas operasinya?”
Pasien : “Sudah lebih baik, ya masih nyeri tapi nyerinya tidak terus
menerus seperti pagi tadi.”
(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka mulai
kering, tidak kemerahan dan luka operasi tersebut bersih)
Perawat : “Pak ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga
tidak kemerahan dan sudah mulai kering.Bapak masih merasa
sesak napas pak?”
Pasien : “Sudah tidak, tidak sama sekali.”
(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk
memvalidasi pernyataan pasien)
Perawat : “Bapak sejak pagi sampai siang ini sudah minum berapa
banyak ?”
Istri Pasien : “Ini habis 2 botol air mineral.”
Perawat : “Lalu Bapak makan siangnya dihabiskan atau tidak?”
Istri Pasien : “Dihabiskan semuanya.”
Perawat : “Oh bagus sekali bapak nafsu makannya sudah kembali.”
Pasien : (tersenyum dan mengangguk).
Perawat : “Bapak muntah atau tidak? Ada rasa mual?”
Istri Pasien : “Muntah tidak, mual juga tidak.”
28
Perawat : “Dari tadi pagi bapak sudah BAB belum?”
Pasien : “Belum.”
Perawat : “Lalu untuk BAK-nya? Dari pagi tadi sudah BAK berapa kali?”
Istri Pasien : “Sudah 2 kali.”
Perawat : “Pipisnya banyak atau tidak? Apa ibu memperhatikan warna
urine bapak?”
Pasien : “Pipisnya seperti biasa warnanya juga seperti bisa sebelum
sakit.”
Perawat : “Lalu apakah bapak sudah bisa kentut?”
Pasien : “Sudah, perut saya rasanya lega sekali.”
Perawat : “Lalu kencingnya masih sakit pak?”
Pasien : “Sudah tidak kok”.
Perawat : “Nah bapak, apakah bapak masih merasakan gangguan istirahat
dan aktivitas?”
Pasien : “Kalau istirahat saya sudah mulai bisa nyenyak tidurnya, kan
nyerinya sudah banyak berkurang.”
Perawat : “Lalu untuk aktifitasnya sendiri pak?”
Pasien : “Saya tadi sempat duduk sebentar dan rasanya badan saya sudah
mulai enak untuk digerakan.”
Perawat : “Sudah mulai bisa duduk ya, nah selanjutnya bapak berlatih
untuk bangun dari tempat tidur ya. Sekarangsaya ukur suhunya
dan sekalian tensinya ya pak. Suhunya normal 370 C dan tekanan
darahnya juga normal 120/80mmHg.Baik bapak, saya sudah
mendapatkan data yang saya butuhkan. Jadi bapak merasa nyeri
luka operasinya sudah berkurang ya, bapak juga sudah tidak
sesak nafas, makan siangnya dihabiskan, minumnya juga
banyak, bapak belum BAB tapi sudah bisa kentut ya pak, BAK-
nya dua kali warna urinenya jernih seperti sebelum sakit dan
bapak sudah tidak merasakan sakit saat kencing, lalu bapak
sudah bisa duduk dan tidurnya sudah mulai nyenyak ya pak.”
29
Pasien : “Iya benar”
Perawat : “Bapak sudah mengalami kemajuan yang cukup baik
dibandingkan kondisi bapak pagi tadi. Dipertahankan ya pak,
juga berlatih bergerak sedikit-sedikit ya pak supaya kondisinya
lekas pulih sepenuhnya.”
Pasien : “Iya baik”
Perawat : “Baik bapak, cukup sekian dari saya, setelah ini bapak akan
dibantu rekan-rekan perawat shift siang untuk melakukan
pengecekan kondisi kesehatan bapak secara berkala, sekalian
saya dan rekan-rekan perawat shift pagi mohon pamit. Jikabapak
butuh bantuan silahkan pencet bel. Silahkan dilanjutkan
istirahatnya, terima kasih atas waktunya, saya permisi dulu ya
pak.”(berpamitan).
30
II. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Sari Ayu
Alamat : Jl. Merpati, Gg. 12 Denpasar.
No Telp : 0821988998999
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungandengan Pasien : Istri
2. Cairan
Pasien menyatakan badannya panas.Pemeriksaan suhu tubuh 37 0C.Pasien
minum 4 gelas air.
3. Nutrisi / Makanan
Pasien makan 3 sendok nasi dari porsi makan yang disediakan RS.Pasien
tidak merasa mual dan tidak muntah.
4. Eliminasi Febal / BAB
Pasien menyatakan sudah 1x BAB dan BAB normal seperti sebelum sakit.
Pasien menyatakan belum bisa buang gas sejak setelah operasi.
5. Eliminasi Urine / BAK
Pasien menyatakan sudah 3x BAK dan merasa sakit seperti terbakar saat
BAK.
Urine pasien berwarna kuning sedikit pekat.
6. Akifitas
Pasien menyatakan badannya masih lemas dan memerlukan bantuan untuk
melakukan aktivitas bahkan aktifitas ringan dan pasien belum dapat
duduk.
7. Istirahat
31
Pasien menyatakan belum dapat beristirahat dengan nyaman dan belum
dapat tidur dengan nyenyak.
8. Seksualitas
Pasien menyatakan memiliki dua orang anak
9. Privasi dan Interaksi Sosial
Pasien menyatakan berhubungan baik dengan orang-orang disekitarnya
10. Pencegahan Resiko
Pasien menyatakan jarang bergerak setelah operasi
11. Promosi kesehatan
Pasien disarankan untuk lebih banyak beristirahat dan makan.
32
2. Antibiotik (rectal injeksi) 50cc 2kali/hari.
Implementasi
1. Berikan terapi obat analgesik (oral) 125mg 3kali/hari setelah makan. Dan
antibiotik (rectal injeksi) 50cc 2kali/hari.
2. Beri posisi nyaman pada pasien.
3. Periksa dan bersihkan luka post operasi apendictomi 2kali/hari.
4. Periksa TTV pasien tiap 4jam
33
8. Seksualitas
Pasien menyatakan memiliki dua orang anak
9. Privasi dan Interaksi Sosial
Pasien menyatakan berhubungan baik dengan orang-orang disekitarnya
10. Pencegahan Resiko
Pasie menyatakan jarang bergerak setelah operasi
11. Promosi kesehatan
Pasien disarankan untuk mulai belajar turun dari tempat tidur.
34
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS III
PENDER’S HEALTH PROMOTION THEORY
OLEH :
1. I Gusti Ayu Wintan ( 20.322.1156 )
35
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Sejarah Teori Nola J. Pender ....................................................... 6
2.1.2 Promosi Kesehatan ...................................................................... 7
2.1.3 Konsep Mayor Teori Pender ....................................................... 8
2.1.4 Model Konseptual Nola J. Pender............................................... 13
2.1.5 Asumsi Dasar Health Promotion................................................. 15
2.1.6. Analisis Teori Health Promotion Pender……………………… 16
2.1.7.Proposional Model Teori Pender………………………………. 18
2.1.8.Aplikasi Teori Pender dalam Keperawatan…………………… 19
BAB III APLIKASI TEORI
3.1.Role Play ............................................................................................. 23
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
36
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Makalah ini membahas mengenai konsep Keperawatan Health
Promotion Nola J. Pender, makalah ini disusun dengan berbagai kajian pustaka. Kami
ingin berterima kasih kepada pihak yang ikut menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang ada
dalam makalah Konsep Keperawatan Health Promotion Nola J. Pender.Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.Kritik dan saran yang
diharapkan bersifat konstruktif yang dapat menyempurnakan makalah selanjutnya.
Penulis
37
BAB I
PENDAHULUAN
38
Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kea rah
promotif dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Nola.J
Pender dengan menghasilkan karya tentang “Health Promotion Model” atau
model promosi kesehatan.Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai
harapan (expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory)
yang konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan
ekonomis. Makalah ini akan mengemukakan tentang model promosi
kesehatan dari Nola J.Pender serta komponen paradigm keperawatan tentang
model promosi kesehatan.
1.4. Manfaat
Setelah membaca makalah teori keperawatan Nola J. Pender diharapkan
perawat mampu untukmemaha,I serta mengaplikasikan teori promosi
kesehatan secara holistic kepadaindividu, kelompok dan masyarakat luas
padaa umumnya.
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
40
2.2. Promosi Kesehatan
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup
yang lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,
memperkuat tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan
kesehatan dan membangun kebijakan public yang sehat. (Pender,
1997:3).Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan efektifnya
dalam komunitas, linkungan dan masyarakat dimana mereka perlu
hidup.Perawat mengerti dan memikirkan dan memikirkan dan
usahapeningkatan derajat kesehatan. Dunn telah menetapkan skema untuk
upaya peningkatan derajat kesehatan.:
a. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka
sendiri.Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat
membuat keputusan pribadi dan praktek.Setiap derajat peningkatan
harus mempertimbangkan dalam formulasi kesehatan.nasional melalui
usaha peningkatan derajat kesehatan.
b. Kesehatan keluarga.
Keluarga berperan dalarn perkembangan dad kepercayaan kesehatan
dan tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah
karalcter yang berbeda , nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya
orang tua dan lingkungan keluarga dapat memberikan kesehatan atau
sebaliknya.Lebih banyak perhatian harus diberikan kepada
perkembangaan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan
keluarga.
c. Kesehatan Komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik perilaku
mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.
d. Kesehatan lingkungan.
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang balk berefek luaske individu,
keluarga , dan komunitas dapat sampai kepotensi optima! mereka.
Kesehatan lingkungan yang balk adalah manifestasi dalam
1
keharmonisan dan keseimbangan diantara dua manusia dan
disekeliling mereka.
e. Kesehatan masyarakat.
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat
mempunyai standart hidup dan cam dari hidup menemukan kebutuhan
dasar manusia dan mengajak dalam beraktifitas yang cepat kepotensi
mereka. Sebuah masyarakat yang balk anggota masyarakat mau
membantu dan bertanggungung jawab untuk kesehatan.
Teori Pemahaman Untuk Prornosi Kesehatan & Proteksi Kesehatan
a. Theory Of Reasoned Action & Theory Of Planned Behavior
Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah suatu kemauan dibawah
control bukan sebagai hambatan untuk menunjukkan perilaku.
Kepercayaan merupakan class' dari pondasi dalam struktur konseptual,
dengan memperhatikan perilaku. Model ini memperhatikan prediksi
dan bergantian, sehingga perilaku mengikutinya
b. Social Cognitive Theory (Self-Efficacy)
Teori kognitif social adalah sebuah pendekatan teori yang menjelaskan
perilaku manusia. Dengan perspektif individu merupakan adanya suatu
kekuatan pada dirinya bukan control yang otomatis pada stimulus
elcternal. Perilaku manusia menerangkan adanya kejadian secara
timbal balik pada tindakan yang nenentukan adanya interaksi dengan
yang lainnya. Persepsi self-efficacy adalah memprtimbangkan salah
satu kekuatan untuk menyelesaikan sebuah tingkatan penampilan
dalam perilaku yang spesifik.
c. The Theory Of Interpersonal Behavior
Sebuah model perilaku meliputi afektif dan psikologis dalam kekuatan
habit yang menerangkan perilaku ini merupakan factor yang
memberikan perhatian dalam model-model perilaku lainnya.
d. Cognitive Evaluation Theory
Motifasi manusia adalah dasar dari sebuah susunan dalam kebutuhan
psikologisnya : dari penentuan dirinya, kompetensi dan hubungan
interpersonal. Menentukan dirinya dan motivasi intrinsic (IM) adalah
2
konsep utama dalam teori.Motivasi intrinsic adalah energy dalam
kebutuhan dalam dirinya dan hubungan dalam kotnpetensi untuk nilai
perilaku personal.
e. The Interaction Model Of Chen Health Behavior
Model interaksi kesehatan klien berfolcus pada karakteristik dad klien
dan factor eksternal pada klien untuk menyediakan keterangatt secara
komprehensif pada tindakan langsung terhadap pengurangan resiko
dan promosi kesehatan.
3
Yang merupakan bagian dari ini adalah ras, etik, budaya,
pendidikan, dan status ekonomi, perilaku kognitif spesifik
dan efek-efek nya dianggap sebagai motivasi utama yang
signifikan, variabel ini dapat dimotivasi melalui interverensi
keperawatan.
d. Perceived Benefits of Actions
Manfaat tindakan yang dirasakan merupakan tujuan antisipasi positif
yang dihasilkan dari berperilaku hidup sehat.
e. Perceived Barriers to Actions
Tantangan atau hambatan yang dirasakan diantisipasi, digambarkan
atau diblok dan mengusahakan melakukan perilaku tertentu.
f. Perceived self-Efficacy
Kemampuan diri yang dirasakan adalah penilaian kapasitas pribadi
untuk mengorganisasikan dan melaksanakan perilaku promosi
kesehatan.Kemampuan diri yang dirasakan mempengaruhi hambatan
atau rintangan yang dirasakan sehingga semakin tinggi kemampuan
diri dirasakan semakin rendah pula hambatan-hambatan yang
dirasakan dalam berperilaku.
g. Activity –Related Affect
An Activity –Related Affect perasaan positif dan negatif secara
subjektif yang terjadi sebelumnya atau selama aktivitas dan perilaku
berikutnya berdasarkan sifat stimulus perilaku diri. Efek dari
aktivitas mempengaruhi kemampuan diri yang artinya semakin
positif.
h. Interpersonal Influences
Pengaruh ini adalah perilaku-perilaku berdasarkan kognitif,
kepercayaan, dan sikap. Pengaruh-pengaruh interpersonal termasuk
norma (harapan dari orang-orang penting), dukungan sosial (bantuan
dan dukungan emosional) dan contoh/model (pembelajaran melalui
mengobservasi orang lain dengan perilaku khusus). Sumber-sumber
utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya dan
penyedia pelayanan kesehatan.
4
i. Situational Influences
Pengaruh-pengaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan
kognitif dalam suasana tertentu yang bisa memfasilitasi atau
menghalangi perilaku, persepsi yang pada pilihan-pilihan yang
tersedia yang mencangkup karakteristik dari kebutuhan dan bentuk
lingkungan yang membuat berperilaku untuk meningkatkan
kesehatan, pengaruh situasional bisa memberikan pengaruh secara
langsung maupun tidak langsung dalam berperilaku sehat.
j. Commitment to Plan of Action
Komitmen ini menjelaskan konsep keinginan dan mengidetifikasi
strategi yang terencana yang mengarahkan untuk
mengimplementasikan perilaku hidup sehat.
k. Immediate Competing Demands and Preferences
Tuntutan-tuntutan kebutuhan adalah alternatif berperilaku jika
individu tidak memiliki kontrol yang kuat karena kemungkinan
lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung jawab dengan
keluarga.Sesuatu yang disukai adalah alternatif berperilaku yang
mana individu relatif memiliki kontrol yang tinggi seperti pilihan ice
cream atau apel untuk dimakan.
l. Health Promoting Behavior
Perilaku hidup sehat point terakhir atau hasil dari tindakan secara
langsung mempertahankan tujuan kesehatan yang positif seperti
kesehatan atau kesejahteraan yang optimal, pemenuhan kebutuhan
yang personal dan hidup yang produktif.Contohnya adalah diet sehat,
latihan dan olahraga secara teratur, memanajemen stress,
memperoleh istirahat yang cukup, pertumbuhan yang spiritual dan
membangun hubungan yang positif.
Revisi HPM (Health Promotion Model) menambahkan tiga variabel
yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku peningkatan
kesehatan (Pender, 1996).
a. Activity-related affect
b. Commitment to Plan of Action
5
c. Immediate Competing Demands and Preferences
HPM yang direvisi memfokuskan pada 10 kategori dalam
menetapkan perilaku peningkatan kesehatan.The revisi model
mengidentifikasi konsep yang relevan mengenai perilaku peningkatan
kesehatan dan memfasilitasi hipotesis selanjutnya yang diuji (Pender
Murdaugh and parsons 2002).The HPM menyediakan paradigma untuk
mengembangkan instrument. Profil gaya hidup dalam meningkatkan
kesehatan Exercise benefits-Barriers Scale (EBBS), tujuan dari instrument
ini adalah untuk mengukur gaya hidup dalam meningkatkan
kesehatan.Pernyataan teoritis yang diperoleh dari HPM dibuku keempat,
Health Promotions in Nursing Practice (Pender Murdaugh and parsons
2002).
a. Perilaku sebelumnya dan karakeristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan
b. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka
mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
c. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku
nyata.
d. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan.
e. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik
dapat menambah hasil positif.
f. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
g. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.
h. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
6
i. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah
atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku
promosi kesehatan.
j. Komitmen terbesar pada suatu rencana yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama.
k. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan
perilaku yang diharapkan apabila sesorang mempunyai kontrol yang
rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
l. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan
kesehatan.
7
Cognitive-perceptual Modifiying factors
participation in
Health-promotin
behavior
Perceived self-effcacy
Interpersonal Likelihood of
influences enganging in Health
Definition of Health
Promoting Behavior
Situasional factors
Perceived Health Status
Cues to action
Perceived Benefits of
Health- promoting Behavioral factors
behaviors
8
membawa pengaruh kepada individu untuk tertarik dalam perilaku
promosi kesehatan yang merupakan outcome dari HPM (Pender, 1966
dalam Tomey & alligood, 2000) varaibel tersebut antara lain a)
activity- related affect, b) Commitment to a plan of action, c)
Immediatte competing demand and preferences (lihat gambar2)
9
b. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri,
termasuk penilaian mereka terhadap kemampuan yang dimiliki.
c. Pertumbuhan nilai manusia diperlihatkan sebagai bentuk positif dan
usaha untuk mencapai keseimbangan personal yang dapat diterima
antara perubahan dan stabilitas.
d. Individu mengusahakan pengaturan yang efektif terhadap
perilakunya.
e. Individual secara kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan
lingkungan, perubahan lingkungan yang progresif akan terjadi
sepanjang masa.
f. Rekonfigurasi yang dimulai oleh diri sendiri merupakan pola
interaktif antara manusia dan lingkungan sangat esensial untuk
perubahan perilaku.
10
The HPM mudah dimengerti, masing-masing faktor dihubungkan
secara logis dan hubungannya diklarifikasikan dalam pernyataan
teori yang tepat, faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung dan
tidak langsung sangat jelas di diagram visual yang memperlihatkan
hubungannya, faktor-faktor terlihat bebas tetapi susunannya memberi
pengaruh yang mudah dipahami, dengan demikian menampilkan
diagram untuk menjelaskan hubungan antar konsep merupakan
bentuk sederhana dari HPM, karena teori yang bermanfaat
menyediakan pemahaman yang mendalam, teori yang baik adalah
“singkat tetapi lengkap”.
c. Generality (generalisasi/keumuman)
Cakupan dari model ini adalah middle range, ini sangat general
untuk populasi dewasa, riset yang digunakan untuk memperoleh
model berdasarkan laki-laki,perempuan,tua,muda,sehat,dan sakit.
d. Empirical Precision (presisi empiris)
Pender dan yang lainnya telah mendukung model melalui uji coba
empiris seperti kerangka untuk menjelaskan promosi kesehatan,
profil gaya hidup meningkatkan status kesehatan adalah sebuah
instrumen yang digunakan untuk mengkaji perilaku promosi
kesehatan. Model selanjutnya berkembang melalui program
perencanaan riset khususnya studi intervensi, perbaikan model lebih
lanjut.Fokus penelitian berlanjut berdasarkan bukti dan strategi-
strategi promosi kesehatan yang efektif yang melayani individu
dalam konten komunitas, instrumen yang ada dapat menjadi akses
untuk menghubungkan indikator empiris untuk pengujian dan
penggunaan teori untuk menjelaskan aspek praktis dari teori.Teori
HPM memiliki akses untuk sebagai indikator empiris agar konsep
dapat diidentifikasidan untuk dikembangkan sehingga tujuan teori
dapat diperoleh. HPM memiliki menyediakan pengembangan
instrumen yaitu HPHP dan EBBS yang berguna untuk mengukur
gaya hidup untuk meningkatkan status kesehatan.
11
e. Derivable Consequence (komsekuensi yang didapat)
Pender mengidentifikasi promosi kesehatan sebagai tujuan pada abad
ke 20, hanya sebagai pencegahan penyakit adalah tugas dari abad ke-
20.Model menjelaskan interaksi antara perawat dan kostumer ketika
mempertimbangkan lingkungan dalam promosi kesehatan. Pender
merespon politikus, sosialis, dan lingkungan pribadi diwaktunya
untuk mengklarifikasi peran perawat dalam pelayanan-pelayanan
promosi kesehatan yang dilaksanakan, model mengembangkan
pemikiran mengenai kesempatan-kesempatan kedepan dan
mempengaruhi pemakaian perkembangan-perkembangan teknologi
seperti pencatatan kesehatan elektronik sebagai upaya atau alat
mencegah dan meningkatkan status kesehatan, selain itu manfaat
pentingnya HPM dalam bidang keperawatan adalah mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pasien terkait dengan konsep-konsep yang ada
pada HPM baik dari aspek karakteristik individual dan pengalaman,
perilaku kognitif yang spesifik dan pengaruh-pengaruhnya bila ada
kesenjangan maka asuhan keperawatan dapat dilakukan tentunya
dalam perspektif intervensi keperawatan sehingga tercapai tujuan
perilaku untuk meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan
yang optimal.
12
e. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan
pada perilaku kesehatan spesifik.
f. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik
dapat menambah hasil positif.
g. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
h. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.
i. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yag mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
j. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah
atau mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku
promosi kesehatan.
k. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama.
l. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang
menunjukkan perilaku yang diharapkan ketika seseorang mempunyai
kontrol yang sedikit dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
m. Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku
yang diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga
lebih suka pada perilaku yang diharapkan.
n. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan
kesehatan.
13
dua teori yaitu teoriNilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial
dalam teorinya dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya
yang mahal dan perilaku promosi kesehatan adalah ekonomis. Pada
beberapa bagian teorinya memiliki kesamaan pola pandang dengan teori
lain seperti memandang bahwa focus dari perawatan adalah individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat.Teori ini dikemukakan dengan
menampilkan contoh contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi dan
hasil penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan konsep – konsep yang
dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan.Teori Health Promotion
Model dikembangkan berdasarkan atas riset kulitatif dan kuantitatif, baik
di Amerika maupun negara lain. Bahkan teori ini saat ini terlibat dalam
prakarsa kesehatan global dan telah diuji oleh para sarjana dari Jepang,
China, dan Taiwan untuk mempromosikan gaya hidup secara kultural
sesuai dengan negara mereka. Selama perkembangan teori banyak studi
yang behubungan dengan pengaplikasian teori yang dapat dijadikan
sebagai dasar riset.
Riset yang berhungan dengan Health Promotion Model
memberikan konstribusi secara umum bagi pengembangan body of
knowledge dari ilmu keperawatan.Pergeseran paradigma dari kuratif-
rehabilitatif kearah promotive dan preventif. Pender meyakini bahwa
dengan mutu kepedulian terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki
sistem kesehatan secara integral.Peluang untuk melakukan praktek
keperawatan dalam fokus promosi keperawatan kesehatan akan sangat
terbuka. Bagi pender adalah sesuatu yang sangat menggairahkan untuk
membawa praktek keperawatan untuk mengubah perilaku kuratif dan
rehabilitatif.Pender menekankan practical nurse dapat memainkan suatu
peran yang sangat penting dalam partnership antar ilmuan dan konsumen
serta praktisi untuk mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan
spesifikasi populasi.Health Promotion Model, menjadi sumber informasi
penting dan bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa
promosi kesehatan seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan
serta teori kognitif social yang menekankan pada self
14
efficacy.Pengambilan keputusan, tindakan, dan efficacy diri akan
menentukan status kesehatan seseorang. Nola J. Pender telah belajar dari
pengalaman pribadi dan hasil penelitiannya untuk memunculkan teori
ini.Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan tindakan promotive dan preventif.Namun, teori ini memiliki
kelemahan, teori ini tidak dapat dilakukan oleh seseorang dengan cacat
mental dan cacat bawaan.Seseorang cacat mental kemungkinan tidak
mampu memiliki harapan nilai dan kognitif social.Demikian juga dengan
seseorang yang sudah mendapat cacat bawaan sejak lahir seperti
malfungsiTeori ini dikemukakan dengan menampilkan contoh-contoh
yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga dapat
digeneralisasi dan konsep-konsep yang ditemukan dalam teori dapa
diaplikasikan.
Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas
riset kualitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun Negara lain.
Bahkan teori ini saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan
telah diuji oleh para sarjana dari Jepang, China dan Taiwan untuk
mempromosikan gaya hidup secara cultural sesuai dengan Negara
mereka. Selama perkembangan teori banyak studi yang berhubungan
dengan pengaplikasian teori yang berhubungan dengan pengaplikasian
teori yang dapat dijadikan sebagai dasar riset.Riset yang berhubungan
dengan Health Promotion Model memberikan kontribusi secra umum
bagi pengembangan body of knowledge dan ilmu keperawatan.Pergeseran
paradigma dari kuratif rehabilitative kea rah promotif dan preventif.
Pender meyakini bahwa dengan mutu kepedulian terhadap promosi
kesehatan akan memperbaiki sistem kesehatan secara integral.
Peluang untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus
promise kesehatan akan sangat terbuka. Bagi pender adalah sesuatu yang
sangat menggairahkan untuk membawa praktek keperawatan untuk
mengubah prilaku kuratif dan rehabilitatif ke arah perilaku promotif dan
rehabilitative.Pender menekankan practical nurse dapat memainkan suatu
peran yang sangat penting dalam partnership antar ilmuan dan konsemen
15
serta praktisi untuk mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan
spesifikasi populasi.Helath Pomotion Model, menjadi sumber infoormasi
penting dan bermanfaat bagi setip orang yang ingin mengetahui bahwa
promosi kesehatan seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan
serta teori kognitif sosial yang menekan pada self direction, self
regulation dan persepsi terhadap self efficacy. Pengambilan keputusan
tindakan dan efficacy diri akan menentukan status kesehatan seseorang.
Nola J. Pender telah belajar dari pengalaman pribadi dan hasil penelitian
untuk memunculkan teori ini.Teori ini sangat lengkap untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan tindakan promotif dan
preventif.Namun, teori ini memiliki kelemahan, teori ini tidak dapat
dilakukan oleh seseorang dengan cacat mental dan cela bawaan.Seseorang
cacat mental kemungkinan tiak mampu memiliki harapan nilai dan
kognitif sosial.Demikian juga dengan seseorang yang sudah mendapat
cacat bawaan sejak lahir seperti multifungsi sel-sel berperan untuk daya
taahan tubuh.Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan
ekonomi lemah dan tingkat pendidikan yang rendah karena seseorang
dengan sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau cendrung untuk
memnuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi
meningkatkan status kesehatannya.Membutuhkan role mode yang
sempurna untuk mempengaruhi masyarakatdi sekitarnya.Tenaga
kesehatan sendiri apakah telah mengetahui teori ini dan kalau telah
mengetahui apakh telah mengamalkan sehingga bisa memppengaruhi
klien atau masyarakat.Setelah itu, masyarakat masih lebih mempercayai
budayanya sendiri yang menjadi hambatan dalam mensosialissikan dan
mengamalkan teori ini.
16
BAB III
17
Dialog…………………………………………………………………………..
Moderator : Selamat sore kepada bapak dan ibu yang telah hadir diacara
penyuluhan kesehatan ini. Kali kami akan membawakan materi
penyuluhan mengenai Senam Kaki Diabetes, dimana dalam
penyuluhan ini kami memerlukan waktu 45 menit. ( 5 menit
diawali dengan perkenalan, 30 menit penyampaian materi,
dilanjutkan demonstrasi dan terakhir evaluasi). Untuk menghemat
waktu saya persilahkan penyaji untuk memaparkan materi
penyuluhan pada sore hari ini
Penyaji : Selamat sore bapak dan ibu….. terima Kasih atas waktu yang
telah diberikan , baik sebelum saya mulai memaparkan materi. Apakah Bapak dan
Ibu sudah tau atau pernah mendengar apa itu diabetes ?
Penyaji : Nah, kalau begitu saya akan menjelaskan apa itu diabetes terlebih
dahulu. Diabetes itu sama dengan gula darah tinggi. Penjelasan
yang lebih lengkap adalah Diabetes Melllitus adalah suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relative.
…………………………………………
18
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi.
………………………………………………………………………………………
….
Fasilitator : baik, terimaksih telah waktu yang telah diberikan kepada kami,
kami akan mencontohkan mengenai tahapan senam kaki diabetes.
Tolong diperhatikan yaa…. Setelah itu mari kita pergerakan
bersama-sama.
Peserta : Siap…..
…………………………………………………………………………………….
Demonstrasi selesai
19
Moderator : Terimakasih kepada ibu dan bapak yang telah mengikuti gerakan
senam kaki siabetes.
Selanjutnya penyaji akan melakukan evaluasi materi
Penyaji : Baik setelah saya menyampaikan materi senam kaki diabetes,
apakah ada yang ingin ditanyakan ?
Peserta : Saya, ingin bertanya, Bu… “Apakah orang yang tidak diabetes
bisa melakukan senam kaki diabetes?”
Penyaji : Bagus sekali ….., terimakasih atas pertanyaannya
Tentu saja bisa bu, latihan senam kaki diabetes ini ditujukkan
untuk melakukan pencegahan luka diabetes dan untuk
memperlancar sirkulasi darah pada bagian kaki.
Selanjutnya saya minta salah satu dari peserta untuk memeragakan
senam kaki dari langkah pertama hingga selesai
……………………………….
Salah satu peserta memperagakan
Terima kasih bapak dan ibu karna telah mengikuti peyuluhan
dengan baik. Waktu saya persilahkan moderator…
Moderator : Selanjutnya saya persilahkan kepada observer untuk
menyampaikan hasil penyuluhan hari ini…
Observer : Baik acara penyuluhan tentang senam kaki diabetes sudah
berjalan dengan lancer. Dimana ada 1 pertanyaan yang diajukan
oleh peserta dan dijawab oleh penyaji mengenai senam kaki
diabetes.Selanjutnya peserta telah mampu mengikuti langkah-
langkah senam kaki diabetes yang diajarkan oleh fasilitator. Acara
berjalan lancer dimana penyaji mampu untuk memaparkan materi
dengan baik dan peserta dapat memahami materi yang disampaikan
oleh peserta
Moderator : demikianlah penyuluhan dari kami, semoga apa yang kami
berikan bermanfaat untuk bapak dan ibu. Terima kasih
---------------------------------------ooooooooo----------------------------------------------
----
20
Demikianlah roleplay mengenai teori keperawatan Nola J. Pender mengenai
promosi kesehatan.
Kesimpulan :Berdasarkan penjelasan teori sebelumnya dapat ditarik
kesimpulanbahwa Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model
untuk mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua teori
yaitu teori Nilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial dalam teorinya
dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku
promosi kesehatan adalah ekonomis. Diharapkan setelah penyuluhhan ini
masyrakat di Banjar Batur bisa mewaspadai komplikasi diabetes yang tidak
diinginkan salah satunya yaitu dengan cara melakukan senam kaki diabetes.
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Health Pomotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi
kesehatan seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta
teori kognitif sosial yang menekan pada self direction, self regulation dan
persepsi terhadap self efficacy. Pengambilan keputusan tindakan dan
efficacy diri akan menentukan status kesehatan seseorang. Nola J. Pender
telah belajar dari pengalaman pribadi dan hasil penelitian untuk
memunculkan teori ini.Teori ini sangat lengkap untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif.
Berdasarkan penjelasan teori sebelumnya dapat ditarik
kesimpulanbahwa Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion
Model untuk mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan
lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini
menggabungkan dua teori yaitu teori Nilai Pengharapan dan Teori
Pembelajaran Sosial dalam teorinya dengan menekankan bahwa sakit
membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku promosi kesehatan adalah
ekonomis.
4.2. Saran
Kami berharap teori Pender ini bisa diterapkan kedepannya untuk
menguranngi angka morbiditas di kalangan masyarakat. Para tenaga
kesehatan khususnya perawat agar mampu untuk memeberikan promosi
kesehatan baik di lingkungan keluarga maupun komunitas karena lebih
baik mencegah dari pada mengobati.
22
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SENAM KAKI DIABETES
DI BANJAR BATUR, PEGUYANGAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi ini, kemajuan teknologi, tingkat kemakmuran, dan
informasi semakin pesat pula. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan terjadi pergeseran pola konsumsi serta gaya hidup masyarakat.
Pergeseran-pergeseran ini tentu saja berpengaruh terhadap tingkat kesehatan yang
dialai oleh masyarakat.Penyakit yang dahulu banyak disebabkan oleh infeksi
kuman beralih ke munculnya sindroma metabolik salah satunya adalah Diabetes
Mellitus.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suastika, 2008).
Menurut American Diabetes Association/ADA (2006), DM merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena destruksi sel beta dan resistensi insulin.
DM saat ini menjadi penyakit yang sangat populer di kalangan penduduk
dunia.WHO menyebutkan, jumlah penderita DM di dunia pada tahun 2011
mencapai lebih dari 346 juta jiwa. Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua
23
kali lipat pada tahun 2030 tanpa intervensi. Berdasarkan survey WHO pada tahun
2006, jumlah penderita DM di Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari
jumlah penduduk) atau menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan
Amerika Serikat (Prihatno, 2006). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi
Bali, jumlah penderita DM tipe 2 di Bali pada tahun 2009 sebanyak 610 orang dan
peningkatan kasus pada tahun 2010 sebanyak 819 orang.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien perlu belajar mengatur
keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya harus belajar merawat diri
sendiri setiap hari guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa
darah yang mendadak tetapi juga harus memiliki perilaku preventif untuk
mencegah komplikasi diabetes mellitus.Komplikasi yang sering terjadi pada
pasien dengan diabetes mellitus adalah kaki diabetes. Seperti yang diungkapkan
oleh dr. Sapto Adji H, Sp.OT dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit
Internasional Bintaro (RSIB), beliau menyebutkan bahwa komplikasi yang paling
sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki yaitu sebesar 15%
yang kini disebut kaki diabetes.
Strategi pengelolaan pasien dibagi ke dalam tiga bagian.Strategi pertama
adalah diagnosis DM sedini mungkin, diikuti strategi kedua dengan kontrol
glikemik dan perawatan kaki sebaik-baiknya, dan strategi ketiga ditujukan pada
pengendalian keluhan neuropati/nyeri neuropati diabetik.Perawatan kaki yang
dapat dilakukan seperti menjaga kebersihan kulit, hindari trauma kaki seperti
sepatu yang sempit (Subekti, 2006; Setyanto, 2009).Menurut Setyanto (2009)
salah satu perawatan kaki yang baik dilakukan oleh penderita DM adalah latihan
senam kaki diabetes. Latihan senam kaki diabetes ini dapat dilakukan dengan cara
menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki misalnya duduk dengan kedua tumit
diangkat, mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan
menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar keluar atau ke dalam dan
mencengkram pada jari-jari kaki (Soegondo, 2008).
Pada keluarga Tn. M disebutkan bahwa Ny. T menderita DM sejak tahun
1 tahun yang lalu, namun keluarga belum terlalu memahami mengenai penyakit
DM itu sendiri. Hal ini menyebabkan tingginya risiko komplikasi dari
24
penyakit yang diderita Ny. T akibat kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
mengenai penyakit DM dan perawatannya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pendidikan kesehatan mengenai penyakit DM dan perawatan pada pasien DM
pada keluarga Tn. M untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga
dalam perawatan pasien DM khususnya yang dapat dilakukan di rumah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit diharapakan sasaran dapat
mengerti dan memahami mengenai penyakit Diabetes Melitus.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, sasaran dapat:
1) Memahami dan mampu menyebutkan kembali pengertian Diabetes
Mellitus
2) Memahami dan mampu menyebutkan kembali Senam Kaki Diabetik
3) Memahami dan mampu menyebutkan kembali Manfaat Senam Kaki
Diabetik
4) Memahami dan mampu mempraktekkan kembali Gerakan Senam Kaki
Diabetik
C. PESERTA PENYULUHAN
Seluruh warga Banjar Batur di Desa Peguyangan.
D. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan Senam Kaki Diabetik adalah Ni mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan
25
4. Gerakan Senam Kaki Diabetik
F. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
G. STRATEGI PELAKSANAAN
26
I. SETTING TEMPAT
2 2
2 2
Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
J. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Dessy Ardani
K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan dengan
melakukan kontrak sebelumnya dengan keluarga satu hari sebelum
kegiatan. Sarana prasarana seperti leaflet dan materi penyuluhan disiapkan
paling lambat dua hari sebelum pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Peserta yang hadir 50% dari jumlah total peserta
c. Peserta yang aktif bertanya 50% dari total peserta.
3. Evaluasi Hasil
Sasaran penyuluhan mampu :
a. Memahami dan mampu menyebutkan kembali pengertian Diabetes
Mellitus
27
b. Memahami dan mampu menyebutkan kembali pengertian Senam Kaki
Diabetik.
c. Memahami dan mampu menyebutkan kembali Manfaat Senam Kaki
Diabetik.
d. Memahami dan mampu mempratekkan kembali Gerakan Senam Kaki
Diabetik.
L. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Materi
2. Soal
3. Leaflet
28
LAMPIRAN MATERI
SENAM KAKI DIABETIK
29
D. GERAKAN SENAM KAKI DIABETIK
30
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetic Associations. 2007. Diabetes Mellitus, (Online),
(http://www.diabetes.org, diakses 22 Agustus 2012)
Brunner & Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta: EGC.
Setyanto, Purwo. 2009. Senam Kaki untuk Cegah Diabetic Foot di Persatuan
Diabetes Indonesia (PERSADIA) Unit RS Ciremai Cirebon, (Online),
(http://www.kesad.mil.id/content/senam-kaki, diakses 22 Agustus 2012)
Smeltzer, Suzane C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Edisi 8. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing
Waspadji, Sarwono. 2006. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI.
31
32