Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“SAINS KEPERAWATAN”

TEORI KEPERAWATAN DORROTHEA E OREM

Disusun Oleh :

Ns. Indra Wadi, S.Kep

Dosen Pengampu :

Dr. Irna Susanti, M.Kep, Sp.Mat

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITTINGI


TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Teori

Keperawatan Dorrothea E Orem” dalam tugas mata kuliah Sains Keperawatan oleh

dosen Pengampu Dr. Irna Susanti, M.Kep, Sp.Mat.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan

makalah ini, namun kami masih mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat

waktu. Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,maka kami

memohon maaf atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari

kesempurnaan. Lebih dan kurangnya di ucapkan Terima Kasih.

Solok, 8 Januari 2024


Penyusun

(Ns.Indra Wadi,S.Kep)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Biagrafi OREM.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Kerangka OREM............................................................................................6
B. Model Konsep OREM....................................................................................7
BAB III INTEGRASI KONSEP TEORI OREM DALAM PARADIGMA
KEPERAWATAN................................................................................................11
A. Hubungan teori Orem dengan paradigma keperawatan...............................11
BAB IV GAMBARAN KASUS.........................................................................12
A. Gambar Kasus..............................................................................................12
BAB V KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI OREM.........................16
A. Kelebihan dan kekurangan Teori Transcultural dari Leininger...................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Biagrafi Orem

Dorothea E. Orem pendidikan sekolah perawatan di rumah sakit Providence di


Washington DC. Lulus Sarjana Muda tahun 1930. Lulus Master tahun 1939
pendidikan keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas Katolik di Amerika
selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat tugas
pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970).
1. Masa Muda
Dorothea Orem lahir pada tanggal 15 Juli 1914, di Baltimore, Maryland.
Ayahnya adalah seorang pekerja konstruksi, dan ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga. Dia adalah anak bungsu dari dua bersaudara.Pada awal tahun
1930-an, beliau
memperoleh diploma keperawatan dari Providence Hospital School of Nursing
di Washington, DC. Beliau menyelesaikan gelar Bachelor of Science in Nursing
pada tahun 1939 dan gelar Master of Science in Nursing pada tahun 1945,
keduanya dari Catholic University of America di Washington. , DC
2. Pendidikan Dorothea Orem bersekolah di Seton High School di Baltimore dan
lulus pada tahun 1931. Ia menerima diploma dari Providence Hospital School of

1
Nursing di Washington, DC, pada tahun 1934. Ia melanjutkan ke Catholic
University of America untuk mendapatkan gelar BS dalam Pendidikan
Keperawatan pada tahun 1939 dan gelar MS dalam Pendidikan Keperawatan pada
tahun 1945. Dia memiliki karir cemerlang di bidang keperawatan. Ia memperoleh
beberapa gelar Doktor Kehormatan. Ia dianugerahi gelar Doktor Kehormatan
Sains dari Universitas Georgetown pada tahun 1976 dan Incarnate Word College
pada tahun 1980. Ia dianugerahi gelar Doktor Kehormatan Sastra Kemanusiaan
dari Universitas Illinois Wesleyan pada tahun 1988 dan gelar Doktor Honoris
Causa dari Universitas Missouri di Kolumbia pada tahun 1998.
3. Janji Dorothea Orem

Dorothea Orem menduduki posisi keperawatan yang penting, seperti direktur


sekolah perawat dan departemen keperawatan di Rumah Sakit Providence,
Detroit, dari tahun 1940 hingga 1949, di mana ia juga mengajar ilmu biologi
dan keperawatan dari tahun 1939 hingga 1941. Di Universitas Katolik Amerika,
Orem menjabat sebagai Asisten Profesor dari tahun 1959 hingga 1964, Profesor
Madya dari tahun 1964 hingga 1970, dan Dekan Fakultas Keperawatan dari
tahun 1965 hingga 1966. Ia juga menjabat sebagai konsultan kurikulum di
Kantor Pendidikan, Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan
Amerika Serikat, Bagian Perawat Praktis pada tahun 1958, 1959, dan 1960,
hingga Divisi Layanan Rumah Sakit dan Kelembagaan, Dewan Kesehatan

2
Negara Bagian Indiana dari tahun 1949 sampai tahun 1957, dan kepada Pusat
Eksperimen dan Pengembangan Keperawatan, Rumah Sakit Johns Hopkins,
1969-1971, dan kepada Direktur Keperawatan, Klinik Wilmer, Rumah Sakit
Johns Hopkins, 1975-1976. Dia adalah sekelompok ahli teori perawat yang
mempresentasikan Pola Manusia Kesatuan (Manusia), kerangka awal diagnosis
keperawatan , kepada Asosiasi Diagnosis Keperawatan Amerika Utara pada
tahun 1982.

4. Karya Dorothea Orem

a. Dorothea Orem membantu menerbitkan “Pedoman Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Perawat Praktis” pada tahun 1959.
b. Pada tahun 1971 Orem menerbitkan Keperawatan: Konsep Praktik, karya di
mana ia menguraikan teori keperawatannya, Teori Defisit Perawatan Diri
dalam Keperawatan. Keberhasilan karya ini dan teori yang dihadirkannya
mengukuhkan Orem sebagai ahli teori terkemuka dalam praktik dan
pendidikan keperawatan.
c. Dia juga menjabat sebagai ketua Kelompok Konferensi Pengembangan
Keperawatan, dan pada tahun 1973 mengedit karya kelompok tersebut dalam
buku Konsep Formalisasi dalam Keperawatan.
d. Dia menulis banyak makalah lain dan, selama tahun 1970an dan 1980an,
berbicara di berbagai konferensi dan lokakarya di seluruh dunia. International
Orem Society didirikan untuk mendorong penelitian dan pengembangan
lanjutan teori keperawatan Orem.
e. Edisi kedua Keperawatan: Konsep Praktik diterbitkan pada tahun 1980. Orem
pensiun pada tahun 1984, namun ia terus mengerjakan edisi ketiga yang
diterbitkan pada tahun 1985; edisi keempat bukunya selesai pada tahun 1991.
Ia terus mengerjakan pengembangan konseptual Teori Keperawatan Defisit
Perawatan Diri.
f. Orem terus aktif dalam pengembangan teori. Dia menyelesaikan edisi ke-6
Keperawatan: Konsep Praktek, yang diterbitkan oleh Mosby pada bulan
Januari 2001.

5. Penghargaan dan penghormatan orem

3
Dorothea Orem juga dianugerahi banyak penghargaan selama karirnya:
Penghargaan Prestasi Alumni Universitas Katolik Amerika untuk Teori
Keperawatan pada tahun 1980, Penghargaan Linda Richards dari Liga Nasional
untuk Keperawatan pada tahun 1991, dan Anggota Kehormatan dari American
Academy of Nursing pada tahun 1992 . Dia juga menerima penghargaan atas
kontribusinya dalam bidang keperawatan, termasuk gelar kehormatan dari
Georgetown University, Incarnate Word College, Illinois Wesleyan University,
dan University of Missouri-Columbia. Dia dilantik ke American Academy of
Nursing dan menerima penghargaan dari National League for Nursing dan
Sigma Theta Tau Nursing Honor Society.

6. Kematian

Dorothea Orem meninggal pada tanggal 22 Juni 2007, di Savannah, Georgia, di


mana dia menghabiskan 25 tahun terakhir hidupnya sebagai konsultan dan
penulis. Dia berusia 92 tahun.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerangka Dorrothea E Orem

5
6
B. Model Konsep Teori Madeleine Leininger
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem's adalah : "Suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit " (Orem's,
1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-
kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebtuhan itu
sendiri, kecuali bila tidak mampu.
Teori ini mengacu kepada bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan
menolong keperawatannya sendiri, maka timbullah teori dari Orem tentang Self
Care Deficit of Nursing. Dari teori ini oleh Orem dijabarkan ke dalam tiga teori
yaitu :
1. Self Care Teori Self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang The
nepeutic sesuai dengan kebutuhan Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah
awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue
sesuai dengan keadaan dan keberadaannya , keadaan kesehatan dan
kesempurnaan. Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari
seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya.
Terjadi hubungan antar pembeli self care dengan penerima self care dalam
hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu :
persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
a. Pemeliharaan intake udara
b. Pemeliharaan intake air
c. Pemeliharaan intake makanan
d. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
e. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
g. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
h. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.

7
2. Self Care Deficit Teori ini merupakan inti dari teori perawatan general Orem,
yang menggambarkan kapan keperawatan di perlukan, oleh karena perencanaan
keperawatan pada saat perawatan yang dibutuhkan. Bila dewasa (pada kasus
ketergantungan, orang tua, pengasuh) tidak mampu atau keterbatasan dalam
melakukan self care yang efektif. Teori self care deficit diterapkan bila :
a. Anak belum dewasa
b. Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
c. Kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang
akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan
kebutuhan. .
3. Nursing system Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien
dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan /
direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk
menjalani aktifitas "Self Care". Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing
System :
a. The Wholly compensatory system Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan
untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan
berespon terhadap rangsangan.
b. The Partly compensantory system Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien
yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
c. The supportive - Educative system Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh
klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan
perawatan mandiri.
d. Metode bantuan Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan
melalui lima metode bantuan yang meliputi :
1) Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
2) Mengajarkan klien
3) Mengarahkan klien
4) Mensupport klien
5) Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
4. Keyakinan dan nilai - nilai Kenyakianan Orem's tentang empat konsep utama
keperawatan adalah :
a. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau

8
trauma atu koping dan efeknya.
b. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care
yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural
fungsi dan perkembangan.
c. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi
dan perkembangan.
5. Tiga kategori self care Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan self
care yang disebutkan sebagai keperluan self care (self care requisite), yaitu :
a. Universal self care requisite ; keperluan self care universal dan ada pada setiap
manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan proses kehidupan,
biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal requisite yang
dimaksudkan adalah :
1) Pemeliaharaan kecukupan intake udara
2) Pemeliharaan kecukupan intake cairan
3) Pemeliaharaan kecukupan makanan
4) Pemeliaharaan keseimabnagn antara aktifitas dan istirahat
5) Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan
kesejahteraan manusia
6) Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses- proses eliminasi.
7) Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan ke dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan
keinginan seseorang untuk menjadi normal.
b. Developmental self care requisite : terjadi berhubungn dengan tingkat
perkembangn individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal yang
berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
c. Health deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat
dan merupakan kebutuhan- kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.
6. Tujuan Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :
a. Meurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat memenuhinya,

9
ini berarti menghilangkan self care deficit.
b. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan
self care.
c. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan
asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care
deficit apapun dihilangkan. Jika ketiganya ditas tidak tercapai perawat secara
langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien. Tujuan
keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek keperawatan
keluarga / komunitas adalah :
1) Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik
2) Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri
3) Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten. Dengan demikian maka fokus
asuhan keperawatan pada model orem's yang diterapkan pada praktek
keperawtan keluaga/komunitas adalah :
a) Aspek interpersonal : hubungan didalam kelurga
b) Aspek sosial : hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
c) Aspek prosedural : melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
d) Aspek tehnis : mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan di rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.

10
BAB III
INTEGRASI KONSEP TEORI MODEL OREM'S DALAM
PARADIGMA KEPERAWATAN
A. Hubungan teori Orem dengan paradigma keperawatan

1. Klien : individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
memperthankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu
koping dan efeknya.

2. Sehat : kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang
berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan
perkembangan.

3. Lingkungan : tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self
care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.

4. Keperawatan : pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan
untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
mempertahankan self care yang mencakup integritas struktural, fungsi dan
perkembangan.

11
BAB IV
GAMBARAN KASUS
A. Gambar Kasus
Tn.S pasca operasi CABGumur 46 tahun, berat badan 70 kg, tinggi badan 170
cm.Kesadaran di bawah pengaruh sedasi, GCS E1M1VETT, ABP 115/65 (89) mmHg
HR 119x/menit RR 14x/menit Temp 36,70C CVP 14 mmHg, terpasang IABP,
ventilator dan drain. Tn. S memiliki riwayat POBA LAD dan pemasangan IABP.
1. Pengkajian KeperawatanPengkajian berdasarkan teori self-care Orem:a.Universal self-
care requisites(kebutuhan perawatan diri secara umum)Pernafasan dan
sirkulasiPengkajian dilakukan 2-4 jam pasca operasi CABG di ruang ICU. Pasien
terintubasi, E1M1VETT, ronkhi (-), wheezing (-) mode ventilator volume control
PEEP 5 FiO2 50%RR 12x/menit, RR pasien 14x/menit (napas spontan 1-2x/menit)
SpO2 100%.Hasil AGD pH: 7.46, pCO2: 38.9, pO2 118.7 HCO3 24.8, BE 2.5 laktat 2
SaO2: 99.8%. ABP 115/65 (89) mmHg HR 119x/menit RR 14x/menit Temp 36,70C
CVP 14 mmHg, murmur (-) gallop (-), dobutamin 5 mcg/kgbb/menit, vascon 0,05
mcg/kgbb/menit, adrenalin 0,05 mcg/kgbb/menit, NTG 0,25 mcg/kgbb/menit, EF pre
operasi 40%, EF pasca operasi dengan TEE: 35% SVR 571 dynes/sec/cm-5 IABP 1:1
augmentasi maksimal 92,CRT<2 detik, akral hangat, edema ektremitas tidak ada. Hasil
lab: Hb 12,3 / Ht 36,3 /Trombosit 430.000 Leukosit10.880 CRP 13 LED 103
PT/APTT 15/35 gds 236 mg/dl.Keseimbangan nutrisi dan cairanTB 170 cm, BB 70 kg
(IMT 24,22 kg/m2, normal). Pasien masih dipuasakan, membranmukosa lembab,
turgor kulit baik. tidak ada edema ekstremitas. Intraoperasi: intake 1000 ml,urine 850
ml, perdarahan 600 ml, Balance cairan -450 ml. EliminasiUrin output
50-100cc/jam(normal >0,5cc/kg/jam). Sebelumnya pasien tidak ada gangguan dalam
eliminasi urin dan BABAktivitas dan istirahatPasien terintubasi, GCS E1M1VETT.
Pada pengukuran Barthel index, pasien berada pada level total care, sehingga semua
kebutuhan dibantu perawat dan keluarga. Nyeri (-) terpasang morphin 20
mcg/kg/jam.Psikososial dan spiritualTidak dapat dikajiRisiko mengancam
kehidupanTidak dapat dikajiDevelopmentself-care requisite(kebutuhan perawatan diri
dan pengembangan)Tidak dapat dikaji
2. Diagnosa
Hasil pengkajian, didapatkan diagnosa utama adalah penurunan curah jantung
(00029) berhubungan dengan penurunan kontraktilitas dan systemic vascular
resistence (SVR) (Herdman & Kamitsuru 2017).

12
3. Rencana Perawatan
Intervensi keperawatan pertama adalah monitor hemodinamik invasive: memantau
dan dokumentasikan tekanan darah arteri (sistolik, diatolik, MAP), cvp, gelombang
hemodinamik, kaliberasi tranduser per 4-12 jam, monitor perfusi perifer dan
kolaborasi pemberian inotropik, dan vasoaktif untuk mempertahankan kestabilan
hemodinamik. Kedua perawatan jantung: monitor EKG, pantau adanya disritmia dan
kolaborasi nilai laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya (Butcher et al,
2018). Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pompa jantung efektif dan
status sirkulasi dalam rentang normal (Moorhead et al., 2018).
4. Evaluasi
Dengan asuhan keperawatan yang diberikan, masalah keperawatan teratasi dengan
kriteria hasil pompa jantung efektif dan status sirkulasi optimal yang ditandai
dengan tekanan darah sistolik, diastolik, MAP, urin output dalam rentang normal,
tidak ada disritmia, nyeri dada, dan edema paru, saturasi oksigen normal, serta
kekuatan denyut nadi perifer, warna dan suhu kulit normal.
5. Pembahasan
Prosedur bedah jantung dan penggunaan CPB menyebabkan perubahan dinamis
pada curah jantung baik fluktuasi volume darah, aliran balik vena (venous return),
dan kontraktilitas. Jika pemberian terapi cairan dan inotropik tidak dapat
mempertahankan fungsi organ maka dukungan sirkulasi mekanis (IABP) dapat
dilakukan. Tn. S terpasang IABP lalu dilakukan urgent CABG dikarenakan keluhan
sesak napas,hipotensi,angina yang tidak berkurang meskipun terapi obat sudah
maksimal.Pasien harus dipantau secara ketat untuk meminimalkan iskemia
ekstremitas. Pada pasien dengan IABP ada 7hal yang perlu dipantau;
a. Pertama,kesesuaian waktu inflasi dan deflasi balonuntuk menilaiketepatan posisi
balon.
b. Kedua, pantau adanyakomplikasi perdarahanakibat pemasangan dan penggunaan
antikoagulan.
c. Ketiga, pengkajian neurologis rutin untuk memantau komplikasi serebro vascular
yaitu stroke dan delirium.
d. Keempat, kebocoran gashelium, bila dicurigai adanya kebocoran pasien diposisikan
trendelenburg dan IABP dimatikan untuk menghentikan gas yang mengalir yang
dapat menyebabkan stroke embolik akut.
e. Keenam,pemeriksaan denyut nadi perifer sangat penting untuk mengidentifikasi

13
komplikasi vascular (iskemia ekstremitas) akibat pemasangan IABP dan
penanganan yang sesuai. Terakhir, kesterilan area penusukan kateter IABP perlu
dijaga untuk mencegah infeksi (Khan & Siddiqui, 2020). Perawatan pascaoperasi
berfokus pada pencapaian atau pemeliharaan stabilitas hemodinamik dan pemulihan
dari anesthesia umum. Perawat dan tim bedah bekerja secara kolaboratif untuk
mencegah komplikasi, mengidentifikasi tanda dan gejala awal komplikasi, dan
penentuan penanganan yang sesuai (Martin & Turkelson, 2006; Hinkle & Cheever,
2018). Pemantauan hemodinamik invasif penting dilakukan pada pasien
pascaoperasi CABG dengan penurunan curah jantung untukmendukung dan
mengevaluasi perkembangan penyakit pasien sehingga membutuhkan keahlian
praktisi yang mumpuni (Magder, 2015). Jika tekanan darah terlalu tinggi dapat
menyebabkan anastomosis graft terganggu dan terjadi perfusi jaringan perifer yang
buruk, tekanan darah yang terlalu rendah juga menyebabkan perfusi darah yang
buruk. Disritmia (atrial fibrilasi) pascaoperasi terjadi sebanyak 10%-65% berakibat
curah jantung menurun dan potensi stroke meningkat. Takikardia dan bradikardia
dapat menyebabkan cardiac index menurun dan hasil akhirnya curah jantung pun
menurun. Gangguan elektrolit cukup sering terjadi pada pasien pascaoperasi
CABG, hal ini merupakan faktor resiko disritmia (Martin & Turkenson, 2006;
Seifert, 2017). Manajemen LCOS cukup kompleks yang bertujuan untuk
meningkatkan oksigen delivery jaringan dan mencegah perburukan disfungsi dan
kegagalan organ dengan memberikan dukungan hemodinamik yang adekuat
(Vincent & De Backer, 2013). Jika penyebabnya teridentifikasi (misal disfungsi
graft, inkompetensi katup, tamponade jantung) harus segera dikoreksi.
Penatalaksanaan LCOS lini pertama adalah status volume optimal,penggunaaan
inotropikdan vasoaktif/vasodilator untuk meningkatkan kontraktilitas, preload dan
afterload. Meskipun agen inotropik dapat meningkatkan curah jantung pada LCOS,
inotropik juga meningkatkan konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan resiko
kematian (Nielsen et al., 2014). Mempertahankan keseimbangan asam-basa,
normotermi, koreksi nilai elektrolit dan manajemen ventilasi dapat meningkatkan
perbaikan LCOS.Terapi obat pada Tn. S yaitu dobutamin 5 mcg/kgbb/menit, vascon
0,05 mcg/kgbb/menit, adrenalin 0,05 mcg/kgbb/menit, NTG 0,25 mcg/kgbb/menit.
Dobutamin merupakan simpatomimetik 1-agonist dengan efek inotropik positif
(meningkatkan kontraktilitas) dan kronotropik (meningkatkan denyut jantung)
(Currie, 2019). Pemberian dobutamin dikarenakan kontraktilitas jantung pasien

14
mengalami penurunan dari EF 40% sebelum operasi menjadi EF 35% setelah
operasi menggunakan transesofageal echocardiografi (TEE). Hal ini sesuai dengan
penelitian Zarragoikoetxea et al. (2019) mengukur efek akut dobutamine pada
pasien bedah jantung dengan sindrom penurunan curah jantung menggunakan
transthoracic ekokardiografi, hemodinamik dan pemantauan biomarker darah. Hasil
penelitian didapatkan peningkatan LVOT (11,7 vs 15,9 cm), CI (1,7 vs 2,7
L/menit/m2), MAP dan urin output, fungsi ventrikel kanan dan kiri, oksigen
delivery, dan penurunan laktat setelah 2 jam pemberian dobutamin infus.Implikasi
keperawatan dalam pemberian dobutamin adalah pasien diobservasi berkelanjutan,
titrasi obat berdasarkan perfusi jaringan adekuat, dan monitor adanya disritmia yang
merupakan efek samping dobutamin (Ignatavicius et al., 2018). Pemantauan
hemodinamik ini sangat penting untuk mencegah dan manajemen komplikasi
pascaoperasi dan berdampak dalam peningkatan kualitas perawatan dan kualitas
hidup.

15
BAB V
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI OEREM

A. Kelebihan dan kekurangan Teori Orem

1. Kelebihan teori orem


a. Kekuatan utama teori Dorothea Orem adalah bahwa teori ini dapat diterapkan
dalam keperawatan oleh praktisi pemula dan dokter tingkat lanjut.
b. Teori Orem memberikan dasar yang komprehensif untuk praktik
keperawatan. Ini memiliki kegunaan untuk keperawatan profesional di bidang
praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan administrasi.
c. Istilah perawatan diri, sistem keperawatan, dan defisit perawatan diri
mudah dipahami oleh mahasiswa perawat pemula dan dapat dieksplorasi lebih
dalam seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman mereka.
d. Dia secara khusus mendefinisikan kapan keperawatan diperlukan:
Keperawatan diperlukan ketika individu tidak dapat mempertahankan jumlah
dan kualitas perawatan diri secara terus menerus yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup dan kesehatan, pulih dari penyakit atau cedera, atau
mengatasi dampaknya.
e. Pendekatan perawatan dirinya kontemporer dengan konsep promosi kesehatan
dan pemeliharaan kesehatan.
f. Tiga sistem keperawatan yang dapat diidentifikasi digambarkan dengan jelas
dan mudah dipahami.
2. Kekurangan teori Orem

a. Teori Orem secara umum dipandang sebagai satu kesatuan, sedangkan Orem
mendefinisikan sistem sebagai satu kesatuan.
b. Teori Orem sederhana namun kompleks. Penggunaan perawatan diri dalam
berbagai istilah, seperti agen perawatan diri, permintaan perawatan diri,
defisit perawatan diri, kebutuhan perawatan diri, dan perawatan diri universal,
bisa sangat membingungkan pembaca.
c. Definisi Orem tentang kesehatan dibatasi pada tiga kondisi statis, yang ia
sebut sebagai “sistem keperawatan konkret”, yang berkonotasi dengan
kekakuan.

16
d. Sepanjang pekerjaannya, pengakuan terhadap kebutuhan emosional individu
masih terbatas.
e. Kesehatan sering dipandang sebagai sesuatu yang dinamis dan selalu berubah.

17
DAFTAR PUSTAKA

“Berita kematian: Dorothea Elizabeth Orem ,” Savannah Morning News, 24 Juni


2007, diambil 17 Juni 2014

Taylor, Carol R.; Lillis, Carol; LeMone, Priscilla; Lynn, Pamela (2011). Dasar-dasar
Keperawatan. Philadelphia: Kesehatan Wolters Kluwer. P. 74. ISBN 978-0-
7817-9383-4.

Orem, D. (1991). Keperawatan: Konsep praktik. (edisi ke-4). Dalam George, J. (Ed.).
Teori keperawatan: dasar praktik keperawatan profesional. Norwalk,
Connecticut: Appleton & Lange.

Orem, D. (1995). Keperawatan: Konsep praktik. (Edisi ke-5). Dalam McEwen, M.


dan Wills, E. (Ed.). Landasan teori keperawatan. AS: Lippincott Williams &
Wilkins.

Orem, D. (2001). Keperawatan: Konsep praktik. (Edisi ke-6). Dalam McEwen, M.


dan Wills, E. (Ed.). Landasan teori keperawatan. AS: Lippincott Williams &
Wilkins.

Taylor, SG (2006). Dorothea E. Orem: Teori keperawatan defisit perawatan diri.

Meleis Ibrahim Afaf (1997), Keperawatan Teoritis: Perkembangan & Kemajuan 3rd
ed. Philadelphia, Lippincott.

18

Anda mungkin juga menyukai