Anda di halaman 1dari 26

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN

DOROTHEA ELIZABETH OREM :


“SELF CARE DEFICIT NURSING THEORY (SCDNT)”
PADA KEPERAWATAN ANAK

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“ Sains Keperawatan”

DISUSUN OLEH :

IIS NAINI
2017980042

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat


dan Karunia-Nya serta kemudahan yang telah diberikan sehingga dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Sains Keperawatan mengenai “Aplikasi Model
Konseptual Dorothea Elizabeth Orem : Self Care Deficit Nursing Theory pada
Keperawatan Anak”. Literatur utama yang digunakan pada makalah ini adalah buku
Self Care Science, Nursing Theory and Evidence Based Practice karangan Taylor
dan Renpenning.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun telah berusaha seoptimal mungkin
untuk menuangkan pemahaman penyusun dari literatur dan pustaka lain yang
digunakan. Namun berbagai kritikan dan saran yang membangun tetap penyusun
harapkan. Harapan penyusun, makalah ini tidak saja menjadi sumber pemahaman
atau sekedar penggugur tugas mata kuliah Sains Keperawatan, tetapi penyusun juga
berharap makalah ini dapat menggugah para perawat, khususnya penyusun sendiri,
untuk mengaplikasikan teori dan model konseptual keperawatan yang dirumuskan
oleh para ahli keperawatan dalam seluruh tatanan praktik keperawatan.

Jakarta, 9 Nopember 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR……………………………………………….………...... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………................. iii

BAB I LATAR BELAKANG TEORIST …………….…………….……….. 1

BAB II KONSEP TEORI ………………………………………………….. 4

BAB III APLIKASI KONSEP TEORI MODEL DALAM PARADIGMA


KEPERAWATAN ………………………………………………… 10

BAB IV APLIKASI KASUS ………………………………………………. 12

BAB V KELEBIHAN DAN KETERBATASAN ………………………. . 18

BABVI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................iv

iii
BAB I
LATAR BELAKANG DOROTHEA ELIZABETH OREM

15 Juli 1914 – 22 Juni 2007

Dorothea Elizabeth Orem, merupakan salah satu ahli teori keperawatan


terkemuka di Amerika, lahir pada tanggal 15 Juli 1914 di Baltimore, Maryland.
Anak kedua dari dua bersaudara yang keduanya perempuan, ayahnya seorang
pekerja bangunan dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Lulus dari Seton High School Baltimore pada tahun 1931. Terpengaruh
dengan Daughter of Charity of St. Vincent de Paul dan pekerjaan bibinya yang
sebagai perawat ruang operasi di Providence Hospital, Orem melanjutkan ke
Diploma keperawatannya di Providence Hospital School of Nursing di Washingthon
DC dan selesai pada tahun 1934. Orem menerima gelar Sarjana keperawatan
(Bachelor of Science in Nursing Education / BSN.Ed.) pada tahun 1939 dan gelar
Master (Master of Science in Nursing Education/ MSN.Ed) pada tahun 1946 dari
universitas yang sama yaitu Catholic University of America (CUA).
Pengalaman keperawatan Orem dimulai di perawatan ruang operasi, perawat
pribadi (di rumah dan rumah sakit), staf perawatan pada unit penyakit dalam dan
bedah baik anak maupun dewasa, pengawas malam di ruang gawat darurat serta
mengajar ilmu biologi. Orem pernah menjabat Direktur Sekolah Perawat dan Kepala
Departemen Keperawatan di Providence Hospital, Detroit dari tahun 1940 sampai
1949. Setelah meninggalkan Detroit dia menghabiskan 8 tahun (1949 – 1957) di
Indiana bekerja di Divisi Rumah Sakit dan Institusi Pelayanan Dewan Kesehatan

1
Negara Bagian Indiana. Orem bertujuan untuk meningkatkan kualitas keperawatan
di rumah sakit umum di seluruh Negara bagian Amerika. Selama kurun waktu
tersebut, Orem mengembangkan pemahamannya tentang praktik keperawatan
(Orem, 1956).
Pada tahun 1957, Orem pindah ke Washington DC untuk mengambil posisi sebagai
konsultan kurikulum di Kantor Pendidikan Departemen Kesehatan, Pendidikan dan
Kesejahteraan Amerika Serikat. Dari tahun 1958 sampai 1960, dia bekerja pada
sebuah proyek pelatihan untuk meningkatkan kemampuan perawat praktisi. Proyek
itu merangsang keingintahuan untuk menjawab pertanyaan : Apakah masalah pokok
keperawatan itu?. Sebagai upaya menjawabnya, Orem menulis buku dengan judul
“Guides for Developing Curricula for the Education of Practical Nurses”(Orem,
1959). Pada akhir tahun tersebut, Orem menjadi asisten professor pendidikan
keperawatan di CUA. Dia kemudian menjabat sebagai dekan pada sekolah
keperawatan dan sebagai professor pendidikan keperawatan. Dia melanjutkan
mengembangkan konsep keperawatan dan keperawatan diri di CUA. Pematangan
konsep dilakukan sendirian dan kadang bersama orang lain, para anggota Komite
Model Keperawatan (Nursing Model Commitee) di CUA dan Grup Peningkatan
Keperawatan, yang kemudian menjadi Grup Konferensi Pengembangan
Keperawatan (Nursing Development Conference Group/NDCG), semua
berkontribusi untuk pengembangan teori. Orem memberikan kepemimpinan
intelektual dalam seluruh upaya kolaboratif ini.
Pada tahun 1970, Orem mengundurkan diri dari CUA dan mendirikan
perusahaan konsultan sendiri “Orem & Shields” di Chevy Chase, Md. Dia adalah
editor untuk NDCG ketika mereka mempersiapkan dan merevisi “Concept
Formalization in Nursing : Process and Product “(NDCG, 1973, 1979) yang
mengidentifikasi dan menjelaskan struktur konseptual ilmu keperawatan. Pada tahun
2004, cetak ulang dari edisi kedua diproduksi dan didistribusikan oleh International
Orem Society for Nursing Science and Scholarship (IOS).
Buku Orem yang diterbitkan pertama kali adalah “Nursing : Concept of Practice
(Orem, 1971). Orem mengembangkan konsep keperawatannya “self care” pada
buku ini. Edisi berikutnya “Nursing : Concept of Practice” diterbitkan pada tahun
1980, 1985, 1991, 1995 dan edisi keenam yang kemudian dipublikasikan oleh
Mosby pada Januari 2001. Pada edisi pertama fokusnya terhadap individu,
sedangkan edisi keduanya menjadi lebih luas lagi meliputi multi person unit
2
(keluarga, kelompok dan masyarakat). Edisi ketiga, Orem menghadirkan General
Theory keperawatan dan pada edisi keempat, orem memberikan penekanan yang
lebih besar terhadap anak-anak, kelompok dan masyarakat.
Orem pensiun pada tahun 1984 dan terus bekerja, kadang sendirian dan
kadang dengan rekan-rekannya dalam mengembangkan teori keperawatan defisit
keperawatan diri (Self Care Deficit Nursing of Theory /SCDNT).
Banyak presentasi dan makalah yang disampaikan Orem telah memberikan
wawasan tentang pandangannya terhadap praktik keperawatan, pendidikan
keperawatan dan ilmu keperawatan. Beberapa jenis makalah ini sekarang tersedia
untuk sarjana keperawatan dalam sebuah kompilasi yang diedit oleh Renpenning
dan Taylor (2003). Makalah lain dari Orem dan para sarjana yang bekerja dengan dia
dalam pengembangan teori dapat ditemukan di arsip-arsip Orem di The Alan Mason
Chesney Medical Archives of the John Hopkins Medical Institutions.
Georgetown University menganugerahkan gelar kehormatan Doctor of
Science kepada Orem pada tahun 1976. Dia menerima penghargaan Ikatan Alumni
CUA untuk Teori Keperawatan pada tahun 1980. Gelar kehormatan lain yang
diterima termasuk Honorary Doctor of Science, Incarnate Word College, 1980;
Doctor of Humane Lettes, Illinois Wesleyan University, 1988; Linda Richards
Award, Liga nasional untuk Keperawatan, 1991; dan Honorary Fellow dari
American Academy of Nursing, 1992. Dia dianugerahi Doctor of Nursing Honoris
Causa dari University of Missouri pada tahun 1998.
Setelah menjalani masa terbaring di tempat tidur, Dorothea E. Orem
meninggal dunia pada usia 92 tahun sesaat sebelum ulang tahunnya yang ke 93
pada hari jumat tanggal 22 Juni 2007 di kediamannya di Skidaway Island Savannah,
Georgia USA, di mana dia telah menghabiskan 25 tahun terakhir hidupnya sebagai
konsultan dan penulis. Para penolongnya saat itu adalah teman seumur hidupnya
yaitu Walene Shields dari Savannah dan sepupunya Martin Conover dari
Minneapolis, Minnesota.

3
BAB II
KONSEP TEORI DOROTHA ELIZABETH OREM :
SELF CARE DEFICIT NURSING THEORY (SCDNT)

Model konseptual Dorothea E. Orem dalam Alligood dan Tomey (2014)


adalah tentang self care deficit nursing theory (SCDNT) yang terdiri dari tiga
konsep yang saling berhubungan yaitu self care theory, self care deficit theory dan
nursing system theory. Ketiga teori ini tersebut dihubungkan oleh enam konsep
sentral yaitu; self care, self care agency, kebutuhan self care theurapeutik, self care
deficit, nursing agency dan nursing system, serta satu konsep perifer yaitu basic
conditioning factor (faktor kondisi dasar). Orem dalam teori ini menitikberatkan
tentang bagaimana kebutuhan self care dapat dipenuhi oleh pasien, perawat atau
kedua-duanya. Teori inipun memberikan gambaran bagaimana individu mampu
melakukan aktivitas secara mandiri dan tergantung. Perawatan diri tergantung dari
perilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri untuk
memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya.

4
1. Teori Perawatan Diri (self care theory)
Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih dahulu memahami
konsep self care, self care agency, basic conditioning factor dan kebutuhan self
care therapeutic. Self care adalah performance atau praktik kegiatan individu
untuk berinisiatif dan membentuk perilaku mereka dalam memelihara
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk efektif maka hal
tersebut akan membantu membentuk integritas struktur dan fungsi manusia dan
erat kaitannya dengan perkembangan manusia.
Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk
melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self care
dipengaruhi oleh basic conditioning factor seperti umur, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi social budaya, system perawatan
kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola
kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutic (therapeutic self care demand) adalah
merupakan totalitas dari tindakan self care yang diinisiatif dan dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid yang
berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Teori ini menjelaskan mengapa dan bagaimana individu merawat diri mereka
sendiri, menggambarkan kematangan seseorang mengembangkan kemampuan
yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat dan nyata serta dapat diukur
untuk mengatur fungsi dan perkembangan terhadap perubahan lingkungan. Teori
ini juga menjelaskan tentang aktifitas individu untuk menjaga keseimbangan
hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan kesejahteraan.
Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia dan
orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas perawatan diri
mereka. Orem mengklasifikasikan perawatan diri dalam tiga kebutuhan yaitu :
a. Kebutuhan Perawatan Diri Universal (Universal self care requisites)
Kebutuhan yang umumnya dibutuhkan manusia selama siklus kehidupannya
untuk perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian terhadap lingkungan
dan lainnya yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Berikut delapan
kebutuhan perawatan diri untuk dewasa dan anak-anak yang disarankan :
1) Pemeliharaan asupan udara yang cukup,
2) Pemeliharaan asupan makanan yang cukup,
5
3) Pemeliharaan asupan air yang cukup,
4) Penyediaan perawatan yang terkait dengan proses eliminasi dan kotoran,
5) Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
6) Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial,
7) Pencegahan bahaya bagi kehidupan manusia, fungsi manusia dan
kesejahteraan manusia,
8) Promosi fungsi dan perkembangan manusia dalam kelompok-kelompok
sosial sesuai dengan potensi manusia, keterbatasan manusia yang dikenal
dan keinginan manusia untuk menjadi normal. Normal digunakan dalam
arti manusia pada dasarnya dan yang sesuai dengan karakteristik genetic
dan konstitusional serta bakat-bakat individu (Orem, 2001 hal. 225).
b. Kebutuhan Perawatan Diri Perkembangan (Developmental self care
requisites/DSCR)
Kebutuhan perawatan diri perkembangan dipisahkan dari kebutuhan
perawatan diri universal dalam edisi kedua Nursing Concept of Practice
(Orem, 1980). Hal ini berguna untuk meningkatkan proses perkembangan
sepanjang siklus kehidupan.
DSCR diidentifikasi sebagai berikut :
1) Proses perkembangan
2) Proses-proses kehidupan dan pendewasaan (misalnya bayi premature,
kehamilan),
3) Pencegahan dan penanggulangan efek-efek dari kondisi tertentu manusia
dan situasi kehidupan yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia
secara negatif (Orem, 1980, hal. 231)
c. Kebutuhan Perawatan Diri Penyimpangan Kesehatan (Health deviation self
care requisites)
Kebutuhan yang berhubungan dengan kelainan genetik, kelainan bawaan,
kerusakan struktur manusia, kerusakan atau penyimpangan cara, struktur
norma, penyimpangan fungsi atau peran dengan pengaruhnya, diagnosa
medis dan penatalaksanaan terukur beserta pengaruhnya dan integritas yang
dapat mengganggu kemampuan seseorang melakukan perawatan diri.
Berhubungan juga dengan pencarian terhadap bantuan medis, kesadaran
terhadap potensi masalah yang muncul akibat dari pengobatan/perawatan,
penyesuaian gaya hidup yang mendukung status kesehatan (Fawcett, 2005)
6
Tiga jenis kebutuhan tersebut didasarkan oleh beberapa asumsi, yaitu :
a. Human being (kehidupan manusia) oleh alam; memiliki kebutuhan umum
akan pemenuhan beberapa zat (udara, air dan makanan) dan untuk mengelola
kondisi kehidupan yang menyokong proses hidup, pembentukan dan
pemeliharaan integritas struktural serta pemeliharaan dan peningkatan
integritas fungsional,
b. Perkembangan manusia; dari kehidupan di dalam rahim hingga pematangan
ke dewasaan memerlukan pembentukan dan pemeliharaan kondisi yang
meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan di setiap periode
dalam daur hidup.
c. Kerusakan genetik maupun perkembangan dan penyimpangan dari struktur
normal dan integritas fungsional serta kesehatan menimbulkan beberapa
persyaratan / permintaan untuk pencegahan, tindakan pengaturan untuk
mengontrol perluasan dan mengurangi dampaknya.

Teori Ketergantungan Perawatan (dependent care theory)


Teori ini menjelaskan bagaimana anggota keluarga dan / atau teman-teman
memberikan perawatan untuk individu yang ketergantungan secara sosial.
Ketergantungan perawatan mengacu pada perawatan yang diberikan kepada
seseorang yang karena usia atau faktor yang berhubungan, tidak dapat
melakukan perawatan diri sendiri yang diperlukan untuk mempertahankan
hidup, memfungsikan kesehatan, melanjutkan pengembangan pribadi dan
kesejahteraan.

2. Teori Defisit Perawatan Diri (self care deficit theory)


Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem. Dalam
teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus
ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care secara
efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak
dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan.
Teori ini menggambarkan dan menjelaskan mengapa individu membutuhkan
bantuan perawatan. Teori ini merupakan hubungan antara tuntutan perawatan
diri dengan kekuatan agen perawatan dirinya (self care agency) yang tidak
7
adekuat. Kemampuan agen perawatan diri lebih kecil dibandingkan dengan
tuntutan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care demand) sehingga
perawatan diri diri tidak terpenuhi. Kondisi ini menentukan diperlukannya
perawat (nursing agency) melalui sistem perawatan.
Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu
self care :
a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan
c. Memberikan dukungan fisik dan psikologis
d. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
e. Pendidikan kesehatan

Orem mengambarkan hubungan di antara konsep yang telah dikemukakannya.

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan lebih banyak
dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan.

3. Teori Sistem Keperawatan (nursing system theory)


Teori ini menggambarkan dan menjelaskan hubungan yang harus dilakukan
dan dipelihara untuk menghasilkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
pencapaian tuntutan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care demand).
Teori ini menitikberatkan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan
8
dipertahankan oleh perawat untuk melatih atau meningkatkan self agency
individu yang mengalami keterbatasan dalam pemenuhan perawatan diri.
Sistem keperawatan adalah seri dan urutan tindakan praktis perawat yang
disengaja yang dilakukan pada waktu berkoordinasi dengan tindakan pasien
mereka untuk mengetahui dan memnuhi komponen tuntutan perawatan diri
terapeutik pasien dan untuk melindungi mengatur pelaksanaan atau
pengembangan agen perawatan diri pasien (Orem, 2001, hal.519).
Menurut Alligood (2014) ada tiga tingkatan sistem keperawatan yang
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien, yaitu :
a. Wholly compensantory system diberikan tindakan keperawatan secara total
pada pasien dengan ketergantungan tinggi akibat ketidakmampuan pasien,
misalnya pasien yang tidak sadar, pasien yang mengalami fraktur tulang
belakang.
b. Partly compensatory nursing system diberikan pada pasien dengan tingkat
ketergantungan sebagian / partial, tindakan pemenuhan self care sebagian
dilakukan perawat dan sebagian lagi oleh pasien.
c. Supportive educative nursing system diberikan pada pasien dengan
ketergantungan ringan. Tindakan yang diberikan perawat ditujukan untuk
mengembangkan self care agency, sedangkan self care mampu dilakukan
pasien, misalnya dengan memberikan pendidikan kesehatan atau memotivasi
pasien untuk melakukan self care (Tomey & Alligood, 2006; Fawcet, 2005).

Melakukan perawatan diri terapeutik pada


pasien
Tindakan Mengkompensasi ketidak mampuan pasien
perawat untuk terlibat dalam perawatan diri
Mendukung dan melindungi pasien
Whoolly Compensatory System
Melakukan beberapa tindakan perawatan diri
untuk pasien
Mengkompensasi keterbatasan penanganan
Tindakan diri pasien
perawat Memenuhi kebutuhan pasien
Melakukan beberapa tindakan perawatan diri
Tindakan
Mengatur proses perawatan diri pasien
Menerima bantuan dari perawat
Partly Compensatory System
Terpenuhinya perawatan diri
Mengatur pelaksanaan dan pengembangan Tindakan
proses perawatan diri pasien
Supportive Educative System
9
10
BAB III
APLIKASI TEORI “SELF CARE DEFICIT NURSING THEORY”
DALAM PARADIGMA KEPERAWATAN

Orem (1995) dalam Simmons (2009) mengemukakan bahwa manusia


mempunyai kemampuan natural untuk melakukan perawatan diri sehingga asuhan
keperawatan seharusnya berfokus pada kemampuan seseorang dalam melakukan
perawatan diri. Menurut teori Orem, individu yang membutuhkan bantuan lebih
banyak untuk menggunakan kemampuannya dalam perawatan diri disebut dengan
deficit perawatan diri (Isenberg, 2006).
Paradigma keperawatan menurut Dorothea E. Orem terdiri dari manusia,
lingkungan, sehat dan kesehatan serta keperawatan.

1. Manusia
Orem mengemukakan pandangannya tentang manusia dalam kaitannya
dengan teori self care deficit sebagai berikut :
a. Individu sebagai kesatuan unit yang menjalankan fungsi biologis, simbolik
dan sosial dengan melakukan aktifitas perawatan diri untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Secara biologis manusia merupakan
satu kesatuan unit dan merupakan satu sistem yang melakukan fungsi
biologisnya guna terpenuhi kebutuhan perawatan mandirinya.
b. Setiap individu memerlukan self care dan mempunyai hak untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri selama masih mungkin dan pada dasarnya kebutuhan
self care merupakan tanggungjawab individu untuk memenuhinya.
c. Pada keadaan normal dan maturitas yang cukup individu bertindak sebagai
self care untuk dirinya. Pada bayi, orang tua bertindak sebagai agen self care
dan pada individu yang sakit atau cacat, maka keluarga dan perawat menjadi
agen self care bagi mereka.
d. Individu mempunyai kemampuan untuk berkembang dan belajar dalam
memenuhi kebutuhan self carenya. Hal ini dipengaruhi oleh usia
(kematangan) kapasitas mental, sosial, budaya masyarakat dan status emosi
individu.

11
e. Manusia berbeda dari mahluk lainnya dalam kapasitasnya untuk
merefleksikan dirinya dan lingkungannya, mampu mensimbolisasi apa yang
dialami, menggunakan kreasi simbol (ide, kata) dalam berfikir dan
berkomunikasi, membimbing untuk melakukan sesuatu dan membuatnya
berguna untuk dirinya dan orang lain.

2. Lingkungan
Lingkungan menurut Orem berfokus pada bagaimana suatu lingkungan
mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care, dikatakan
lingkungan mendukung (positif) dan lingkungan menghambat (negative)
pemenuhan kebutuhan selfcarenya.

3. Sehat dan Kesehatan


Sehat dan kesehatan menurut orem ditekankan pada fungsi tubuh yang
terintegrasi dalam memenuhi kebutuuhan self care, bila seseorang mampu
memenuhi kebutuhan self care dikatakan sehat dan dapat ditingkatkan menjadi
sejahtera, tetapi bila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhannya dikatakan
oleh Orem disebut kondisi sakit baik fisik maupun mental.

4. Keperawatan
Orem menekankan bahwa keperawatan merupakan bentuk pelayanan
bantuan sukarela yang spesifik dari sekelompok orang yang telah memperoleh
pendidikan keperawatan. Aktifitas perawat merupakan produk dan hasil dari
pemenuhan kebutuhan self care pasien.

12
BAB IV
APLIKASI TEORI “SELF CARE DEFICIT NURSING THEORY”
DALAM PROSES KEPERAWATAN

1. Gambaran Kasus
Anak R, 14 tahun, masuk IGD dengan keluhan diare terus menerus sejak tiga
hari sebelum masuk rumah sakit. BAB cair, warna kuning kehijauan, frekuensi
10 – 15 kali, keluhan disertai demam. Pada hari yang sama pasien kejang dan
diberikan fenitoin dan stesolid di IGD. Saat itu pasien didiagnosa diare akut
dehidrasi ringan sedang dan juga terdiagnosis gagal ginjal kronik tahap lima.
Kemudian pasien dilakukan pemasangan Catheter Double Lumen (CDL) pada
femoral dextra.
Selama perawatan di ruang perawatan pasien mengalami asidosis metabolik
berulang, mendapat terapi CaCO3, calcium glukonas dan biknat secara rutin.
Keluhan utama saat ini pasien mengeluh nyeri pada daerah pemasangan CDL,
badan tampak lemas, kulit kering. Menurut ibu pasien sejak kecil anaknya
senang mengkonsumsi minuman makanan dalam kemasan instan dan jika makan
di gerai fast food minum minuman bersoda.
Tanda vital saat ini tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 100 x/menit,
pernapasan 24 x/menit, sesak, suhu 36,9ºC. pasien bernapas tidak menggunakan
alat bantu pernapasan, suara napas vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing,
tidak ada tarikan dinding dada, posisi pasien fowler, cafillery refill time < 2
detik, pemeriksaan S1 – S2 tunggal, murmur dan gallop tidak ditemukan, nyeri
tekan abdomen tidak ada, tidak ada muntah, terpasang PRC 500 ml, masih
terpasang CDL di femoral dextra. Pasien mengatakan kurang nafsu makan, BB
40 kg, TB : 140 cm, status gizi pasien BB/TB5 = 90,69 (gizi baik), BAK melalui
kateter dan BAB secara normal dilakukan di kamar mandi. Menurut ibu pasien
minum anaknya kurang, aktivitas hanya di atas tempat tidur, tampak pitting
edema pada kaki, ADL dan aktivitas lainnya dibantu orang tua, tingkat
ketergantungan partial compensantory. Kebutuhan istirahat dan tidur menurut
orang tua pasien berkurang karena pasien mengeluh nyeri pada daerah
pemasangan CDL.

13
2. Analisa Kasus
Pendekatan Orem pada proses keperawatan merupakan metode untuk
menjelaskan self care deficit dan menentukan peran perawat untuk menemukan
self care demand.
a. Pengkajian
Perawat mengumpulkan data pada An. R berdasarkan self care deficit
(adanya tuntutan dalam dalam perawatan diri, kekuatan untuk melakukan
perawatan diri, kebutuhan perawatan diri secara umum dan penyimpangan
kebutuhan perawatan diri). Pengkajian dan diagnosa keperawatan menurut
Orem menentukan mengapa perawat dibutuhkan, menganalisa dan
menginterprestasi serta membuat keputusan yang berkaitan dengan
perawatan.
Pada tahap ini perawat melakukan pengkajian dan pengumpulan data
berdasarkan Basic Conditioning Factor / BCF (faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya) yang
ditentukan oleh Orem yaitu umur, jenis kelamin, status kesehatan, status
perkembangan, orientasi sosial kultural, sistem perawatan kesehatan, sistem
keluarga, pola hidup, lingkungan dan sumber-sumber pendukung.
BCF pada kasus di atas adalah : An. R, laki-laki, usia 14 tahun, usia
sekolah, suku sunda, sakit sedang, hidup dengan orang tua.
Pada tahap pertama ini, perawat harus mengajukan beberapa
pertanyaan dan menjawab hal-hal yang berkaitan dengan : apakah kebutuhan
perawatan therapeutic pasien sekarang dan masa yang akan datang, apakah
pasien mempunyai self care demand dan untuk memenuhi therapeutic self
care demandnya, apakah sifat dan alasan hal tersebut, apakah pasien perlu
dibantu untuk menahan diri menggunakan self care, apakah untuk
melindungi perkembangan kemampuan self care dari tujuan terapetik dan
apakah potensi pasien untuk menggunakan self care pada periode yang akan
datang.
Dari data-data yang dikumpulkan lalu dikelompokkan ke dalam area
masing-masing, yaitu :
1) Universal Self Care Requisites / USCR (tindakan yang berhubungan
dengan pemenuhan perawatan diri secara umum).

14
a) Kebutuhan oksigenasi : An. R mengeluh sesak dengan frekuensi 24 x/
menit, suara napas vesikuler, tidak ada ronchi dan wheezing, tidak
menggunakan otot tambahan pernapasan, tidak ada retraksi dada.
b) Kebutuhan cairan dan elektrolit : menurut ibunya minum pasien
kurang, tampak pitting edema di ekstremitas bawah, pengisian kapiler
< 2 detik.
c) Kebutuhan nutrisi atau metabolik : tidak ada muntah, tidak ada nyeri
tekan abdomen, riwayat senang makan makanan minuman instan
dalam kemasan, An. R kurang nafsu makan, BB 40 kg, TB 140 cm,
status gizi BB/TB5 = 90,69 (gizi baik)
d) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi : BAK melalui kateter,
riwayat masuk RS dengan BAB 10-15 x/hari, fses cair dan berwarna
kuning kehijauan.
e) Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat : aktivitas terbatas di
tempat tidur, An. R mengeluh tidak dapat tidur karena nyeri pada area
pemasangan CDL
f) Interaksi sosial : terbatas di tempat tidur, berinteraksi dengan
perawat dan ibunya serta kalau ada teman sekolah atau keluarga yang
berkunjung
g) Pencegahan bahaya : riwayat kejang di IGD, saat ini keadaan umum
lemah.
h) Promosi kesehatan : kebiasaan mengkonsumsi makanan minuman
instan dan bersoda.
2) Developmental Requisites / DR : An. R usia sekolah kelas 3 SMP,
tinggal bersama orang tua.
3) Health Deviation Self Care Requisites / HDSCR : aktual gangguan
sistem perkemihan pada gagal ginjal kronik
4) Medical Problem : Diagnosa medis adalah gagal ginjal kronis tahap 5.
Terpasang CDL di femoral dextra dan menjalani terapi hemodialisa.
Self care deficit : ketergantungan An. R pada ibunya dan perawat karena
kondisi penyakit sehingga An. R tidak mampu dalam memenuhi self care
dan aktivitas lain sesuai usianya.

15
b. Diagnosa Keperawatan
Di dalam diagnosa keperawatan memerlukan telaahan dan pengumpulan
fakta tentang pasien termasuk self care agent dan therapeutic self care
demand dan hubungan keduanya sehingga dapat ditetapkan self care deficit
(Orem, 2001). Orem menegaskan bahwa dalam diagnosa keperawatan
merupakan dasar tujuan untuk memberikan arahan dalam melakukan
tindakan keperawatan dan dalam pengobatan, kemampuan pasien dan minat
keluarga serta bentuk dalam kolaborasi mempengaruhi tindakan keperawatan
yang dilakukan perawat.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada An. R adalah;
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi cairan
isotonik
2) Nyeri akut berhubungan agens cidera akibat luka tindakan pemasangan
CDL
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pembatasan diet dan penurunan nafsu makan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan
energi dengan suplai oksigen
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
6) Gangguan proses keluarga berhubungan dengan anak menderita penyakit
kronis

c. Intervensi dan Implementasi


Perencanaan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan dan
berdasarkan self care demand. Tujuan yang ingin dicapai adalah
meningkatkan pasien An. R dan ibunya sebagai self care agent sehingga
pasien benar-benar dapat memenuhi kebutuhannya. Tahap ini termasuk
mendesain bagaimana peran pasien dan peran perawat dalam melakukan self
care yang dilakukan dalam memenuhi therapeutic self care demand dan
mengatur latihan self care agency, melindungi dan membantu self care
agency.
Perawat menetapkan desain sistem keperawatan apakah pasien
termasuk dalam kategori wholly compensatory (tidak mandiri), partly
compensatory (mandiri sebagian) atau supportive educative (pendidikan dan
16
dukungan). Intervensi yang dilakukan umumnya meliputi guidance
(monitoring dan observasi / membimbing), support (kolaborasi /
mendukung), teach (pendidikan kesehatan), action (melakukan sesuatu) dan
providing developmental environment (pemeliharaan lingkungan dan
dukungan sosial dapat meningkatkan kemampuan individu untuk
mendapatkan informasi baru dan membantu menyelesaikan masalah).
Implementasi yang dilakukan pada An. R adalah :
1) Guidance : memonitor tanda vital terutama sebelum dan sesudah terapi
hemodialisa, memonitor asupan cairan dan keluarga
2) Action : memberikan posisi yang nyaman, mengajar napas dalam,
mengkaji alergi terhadap makanan, menimbang berat badan setiap hari,
menganjurkan pasien untuk makan dalam keadaan hangat, membantu
dan mengajarkan pasien secara bertahap cara melakukan aktivitas di
tempat tidur, menerapkan sleep hygiene pada pasien dan keluarga,
modifikasi lingkungan, mengatur pola tidur pasien untuk tertidur dan
bangun di jam yang sama, menganjurkan anak untuk meminimalkan
penggunaan games, , memantau sleep diary setiap hari.
3) Teach : memberikan pendidikan kesehatan tentang pembatasan cairan,
makanan dan minuman yang boleh dan diperbolehkan, perawatan paska
hemodialisa, menganjurkan pasien untuk menghindari minuman atau
makanan yang mengandung diuretik.
4) Providing developmental environment : Menganjurkan pada ibu An. R
untuk tetap member kesempatan pada teman sekolah dan teman bermain
datang berkunjung ke rumah sakit serta memberikan alat komunikasi
handphone untuk bermain game dan berkomunikasi melalui media social
dengan batasan atau aturan.
5) Support : memantau albumin dan hemoglobin, memantau nilai ureum
dan kreatinin, memantau nilai AGD, memberikan terapi oksigen nasal
kanul 2 liter permenit, pemberian obat-obatan diuretic, biknat dan
antihipertensi.

17
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas
tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan
asuhan keperawatan tercapai atau belum. Evaluasi menghasilkan dan
mengelola sistem keperawatan. Keefektifan tindakan keperawatan yang
diberikan perawat pada An. R dan Ibunya dilihat dari tujuannya yaitu
meningkatkan An. R dan atau ibunya sebagai self care agent, memenuhi
kebutuhan self care dan menurunnya self care deficit.
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari, pasien
mengatakan tidak merasakan nyeri lagi, sudah tampak rileks, mau mengobrol
dengan pasien lain dan perawat, intoleransi aktivitas teratasi sebagian, sesak
berkurang, pasien sudah bertoleransi terhadap aktivitas, tidur siang 1,5 jam,
tidur malam 7 jam, frekuensi bangun di malam hari kurang dari dua kali,
anak terlihat lebih segar ketika bangun tidur.
Evaluasi untuk nursing system design yang semula partly
compensantory nursing system tidak mengalami perubahan tapi aktivitas dan
istirahat anak sudah mengalami kemajuan, anak sudah mampu melakukan
ADL sendiri dengan pengawasan orang tua atau perawat.

18
BAB V
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN
TEORI “SELF CARE DEFICIT NURSING THEORY (SCDNT)”

1. KELEBIHAN
Self care deficit nursing theory (SCDNT) menyediakan dasar yang
komprehensif untuk berbagai tempat praktik keperawatan misalnya ruang
perawatan di rumah sakit, kelompok maupun di komunitas. Teori ini berguna
untuk keperawatan professional di bidang kurikulum keperawatan,
pendidikan keperawatan, administrasi keperawatan dan penelitian
keperawatan. Teori ini menentukan kapan keperawatan dibutuhkan,
kontemporer dengan konsep promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
Teori orem sangat sesuai diterapkan pada pasien anak yang memang
self carenya harus dibantu sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. An.
R (14 tahun) dengan gagal ginjal kronik dan pemasangan CDL pada femoral
dextra serta akan menjalani terapi hemodialisa menurut teori Orem
dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat
dirinya sendiri dalam memnuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
mencapai kesejahteraan. Pasien An. R dapat mencapai sejahtera/kesehatan
yang optimal dengan mengetahui perawatan yang tepat sesuai dengan
kondisi dirinya sendiri.
Kekuatan yang paling utama pada pelaksanaan asuhan keperawatan
pada An. R dilakukan dengan efektif dan efisien karena terlebih dahulu
melihat kemampuan self care yang dimiliki An. R dan ibu An. R sebagai self
care agency.
Perawat dalam merawat An. R menerapkan 5 bantuan yaitu guidance
(monitoring dan observasi / membimbing), support (kolaborasi /
mendukung), teach (pendidikan kesehatan), action (melakukan sesuatu) dan
providing developmental environment (pemeliharaan lingkungan dan
dukungan sosial dapat meningkatkan kemampuan individu untuk
mendapatkan informasi baru dan membantu menyelesaikan masalah).
Dalam teori Orem Orem, hubungan yang lebih ditekankan adalah hubungan
antara perawat dan pasien bukan pada hubungan antara orang sehat dengan

19
perawat, hal ini dapat dilihat dari pernyataan Orem bahwa manfaat
keperawatan adalah mengembalikan / membantu pasien / individu yang
mengalami penurunan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan perawatan
dirinya, sehingga Supportive educative system diberikan juga kepada ibu
anak R yang akan melakukan pemenuhan kebutuhan self care pada anak R.

2. KETERBATASAN
Pada konsep keperawatan Orem menekankan individu untuk
memenuhi kebutuhan perawatan dirinya sendiri tanpa adanya ketergantungan
pada orang lain tetapi ketika individu sakit maka kemampuan keperawatan
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhannya akan berkurang akibatnya
suplai kebutuhan yang harusnya terpenuhi akan tidak optimal. Pada teori
Orem, kesehatan sering dipandang dinamis dan selalu berubah dan teorinya
berorientasi pada penyembuhan penyakit.
Keterbatasan teori Orem yang diterapkan pada anak R, adalah tidak
membahas dampak hospitalisasi pada anak atau efek psikologis pada anak.
Sedangkan an. R adalah usia sekolah memasuki usia remaja di mana pada
usia ini kebutuhan sosialisasi dan berteman sangat dibutuhkan.

20
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. KESIMPULAN
Dalam bidang keperawatan Dorothea E. Orem merupakan salah satu
seorang penting yang mengembangkan pandangan dalam bidang keperawatan.
Tujuan dari asuhan keperawatan menurut Orem adalah adanya pencapaian
asuhan keperawatan mandiri yang optimal di mana memfasilitasi potensi
seseorang untuk mengembangkan self care (perawatan mandiri) sehingga
tercapai penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi dan mempertahankan
keadaan sehat yang optimal. Teori yang dikembangkan oleh Orem sangat
cocok untuk digunakan dalam keperawatan karena lebih memfokuskan pada
aspek preventif dan promotif. Asuhan keperawatan yang diberikan dilakukan
sesuai dengan tingkat ketergantungan atau kebutuhan dan kemampuan
individu.
Orem berpandangan bahwa individu adalah satu kesatuan yang berfungsi
secara biologik, simbolik dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan
asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan. Peran perawat menurut Orem adalah memberikan bantuan
untuk mempengaruhi perkembangan individu dalam mencapai tingkat
asuhan/perawatan mandiri yang optimal. Kesulitan yang dialami dapat dari
semua hal yang mengganggu asuhan/perawatan mandiri oleh seseorang,
obyek, kondisi, peristiwa atau dari beberapa kombinasi unsur-unsur tersebut.
Fokus dari intervensi adalah adanya ketidakmampuan untuk
mempertahankan asuhan/perawatan mandiri. Oleh karena itu perlu cara
intervensi dengan lima bantuan secara umum yaitu membimbing, mendukung,
memberikan lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan mendidik.
Evaluasi dari hal tersebut adalah potensi kesehatan yang maksimal,
utuh dan meningkatkan kompleksitas organisasi. An. R dengan kondisi
seperti gambaran kasus membutuhkan perawatan diri yang bersifat kontinum
atau berkelanjutan.

21
2. REKOMENDASI
Penerapan teori Orem pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
harus terus dikembangkan dan penerapannya disesuaikan dengan kondisi
pasien. Delapan kebutuhan pada teori Orem dapat dikembangkan dan
dihirarkikan sesuai kebutuhan dasar Maslow. Model teori Orem dapat
diaplikasikan pada praktek keperawatan pada semua unit pelayanan
kesehatan baik di rumah sakit, klinik, puskesmas, keluarga, komunitas
maupun jiwa tergantung pada areanya dan sasaran pasiennya.
Pada pemenuhan kebutuhan self care pasien, diperlukan adanya self
care agent yang membantu pasien tidak mampu sehingga perawatan diri
pasien tetap terpenuhi. Perawat sebagai change agent perlu
mensosialisasikan penerapan asuhan keperawatan berdasarkan konsep teori
dalam bentuk leaflet atau booklet pada pasien-pasien yang tingkat
ketergantungan education supportive. Anak R memerlukan supportive
education melalui ibunya tentang perawatan pasien dengan gagal ginjal
kronik dan terapi hemodialisa.
Selain itu perlu adanya pengetahuan dan teknologi keperawatan yang
baik dan terstandarisai guna pelaksanaan teori ini secara komprehensif dan
holistik.

22
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, MA. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Eight Edition. Louis :
Mosby Company

Fawcett, J. (2006). Contemporary Nursing Knowledge ; Analysis and Evaluation of


Nursing Models and Theory. Philadelphia : FA Davis Company

https://en.m.wikipedia.org

https://nurseslabs.com/dorothea-orem/

Taylor, CR.; Lillis, Carol; LeMone, Priscilla; Lynn, Pamela (2011). Fundamentals of
Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.

Taylor, SG; Renpenning, K. (2011). Self Care Science, Nursing Theory, and
Evidence Based Practice, Newyork : Springer Publishing Company

23

Anda mungkin juga menyukai