Anda di halaman 1dari 38

MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN

DOROTHEA OREM

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Nama : Erika Sherly Damayanti (21122011P)


Fanazira Fahrunnisa (21122012P)
Ferliza Wahyu Amelia (21122013P)
Fira Aulia Ittifaqiyah (21122014P)
Gasia Wiguna (21122015P)

Dosen Pengampu : DR. Suzanna,S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN


TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karuniaNya sehingga makalah tentang “Model Konsep
Dan Teori Keperawatan Dorothea Orem” ini dapat terselesaikan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadi informasi bagi mahasiswa yang lain
bahkan yang dapat menambah ilmu pengetahuan.

Palembang, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah....................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.4 Tujuan...........................................................................................................2
1.5 Manfaat Pembahasan...................................................................................2

Bab II Pembahasan................................................................................................4
2.1 Biografi Dorothea Orem..............................................................................4
2.2 Model Konsep Dorothea Orem...................................................................4
2.3 Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan....................................7
2.4 Pengertian Keperawatan Menurut Orem.....................................................8
2.5 Teori Keperawatan Orem............................................................................8
2.6 Tujuan Keperawatan pada Model Orem...................................................14
2.7 Aplikasi Model Teori Orem.....................................................................15
2.8 Analisa Jurnal............................................................................................17

Bab III Penutup....................................................................................................32


3.1 Kesimpulan...............................................................................................32
3.2 Saran..........................................................................................................32

Daftar Pustaka......................................................................................................34

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi beberapa aspek
realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena,
menjelaskan hubungan-hubungan antar fenomena, memprediksi risiko-
risiko dan menetapkan asuhan keperawatan (Afaf Ibrahim Meleis, 1997).
Di dunia keperawatan banyak fenomena dan masalah yang terjadi yang
sulit untuk dijelaskan dan diselesaikan. Namun, keperawatan memiliki teori-
teori keperawatan yang bisa digunakan untuk menjelaskannya dan memberi
solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan
mengemukakan berbagai solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkup
keperawatan. Teori-teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.
Salah satu ahli teori yang cukup terkenal dan teorinya banyak
digunakan dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah Dorothea Orem.
Dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan
suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan
taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan
bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Teori ini
merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan bukan
menempatkan klien pada posisi bergantung karena self care merupakan
perilaku yang dapat dipelajari.
Teori Dorothea Orem merupakan teori yang cukup menarik untuk dikaji
dan dibahas karena termasuk teori yang cukup banyak digunakan dalam
aplikasi praktik keperawatan dan penulis tertarik untuk menelaah teori ini,
dimana ia hanya berfokus pada lingkup praktik keperawatan.

1
1.2. Pembatasan Makalah
Masalah yang di bahas dalam pembatasan masalah antara lain : biografi
Dorothea Orem, Model Konsep Dorothea Orem , hubungan model dengan
paradigma keperawatan, pengertian keperawatan beserta teori menurut
Dorothea Orem, dan masih banyak lagi yang akan dibahas dalam kelompok
ini.

1.3. Rumusan Masalah


Beberapa pembahasan masalah yang berhubungan dengan Teori Model
Keperawatan Dorothea Orem menghasilkan pokok masalah inti pembahasan
karya tulis ini yaitu :
1.3.1. Apa yang dimaksud dengan pengertian dari Model Konsep
Dorothea Orem ?
1.3.2. Apa yang dimaksud dengan pengertian keperawatan
menurut Dorothea Orem?
1.3.3. Apa saja tujuan Dorothea Orem?

1.4. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1.4.1. Menjelaskan mengenai biografi Dorothea Orem.
1.4.2. Mendiskripsikan Model Konsep Dorothea Orem
1.4.3. Menjelaskan hubungan model dengan paradigma keperawatan
1.4.4. Menjelaskan penegertian keperawatan menurut Dorothea Orem
1.4.5. Mendiskripsikan teori keperawatan Dorothea Orem.
1.4.6. Menyebutkan tujuan teori keperawatan menurut Dorothe Orem.
1.4.7. Menerangkan aplikasi teori Dorothea Orem
1.4.8. Menjelaskan riset keperawatan atas dasar teori Dorothea Orem.

1.5. Manfaat Pembahasan


1.5.1. Mahasiswa dapat mengerti mengenai tentang biografi Dorothea
Orem serta selain itu dapat mengerti mengenai Model Konsep
Dorothea Orem.

2
1.5.2. Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan beserta wawasan
dari makalah yang kami buat ini beserta dapat lebih mengerti
mengenai Teori Model Keperawatan Dorothea Orem.
1.5.3. Selain itu juga di dalam makalah ini dijelaskan secara rinci dan
dengan bahasa yang mudah untuk para pembaca agar lebih faham
tentang isi makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biografi Dorothea Orem


Dorothea Orem adalah salah seorang teoritis keperawatan terkemuka di
Amerika. Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia
memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master
Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja
sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan
administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada tahun
1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di Universitas
Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan
konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempublikasikan ide-idenya
dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada tahun 1971, yang kedua pada
tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.

2.2. Model Konsep Dorothea Orem


Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan Model Self
Care memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan keperawatan
dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang
ditentukan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang
ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan
atas kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
dalam memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai
kesejahteraan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam
pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan, setiap
manusia menghendaki adanya self care dan sebagai bagian dari kebutuhan
dasar manusia, seseorang mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
perawatan diri dan orang lain dalam memelihara kesejahteraan, self care
juga merupakan
4
perubahan tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas
pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal, self care akan
meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam
perubahan konsep diri. Konsep diri merupakan representasi fisik seseorang
individu, pusat inti dari “aku” dimana semua persepsi dan pengalaman
terorganisasi.

Konsep dari Dorothea Orem ada lima komponen yaitu:


2.2.1. Gambaran Diri
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar atau tidak sadar termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran
dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
Gambaran diri ini harus realistis (nyata) karena lebih banyak seseorang
menerima dan menyukai tubuhnya akan lebih aman sehingga harga
dirinya meningkat. Perubahan pada tubuh seperti perkembangan
payudara, perubahan suara, menstruasi. Hal ini merupakan perubahan
yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang.

2.2.2. Ideal Diri


Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar ini dapat
berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi cita-cita nilai
yang di capai. Ideal diri di mulai berkembang pada masa kanak-kanak
yang di pengaruhi oleh orang-orang penting yang memberikan tuntutan
atau harapan. Pada masa remaja, ideal diri akan di bentuk melalui
proses indentifikasi pada orang tua, guru dan teman. Ideal diri
sebaiknya di tetapkan lebih tinggi dari kemampuan individu saat ini tapi
masih dalam batas yang dapat di capai. Ini di perlukan oleh individu
untuk memacu dirinya ketingkat yang lebih tinggi.

2.2.3. Harga Diri


Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai
dengan menganalisa seberapa jauh periluku memenuhi ideal diri. Harga
diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri tanpa syuarat sebagai
individu yang berarti dan penting walaupun salah, gagal atau kalah.
5
Harga diri di peroleh dari penghargaan diri sendiri dan dari orang lain
yaitu perasaan dicintai, dihargai, dan dihormati.

2.2.4. Peran
Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Posisi di
masyarakat dapat menjadikan stressor terhadap peran karena stuktur
sosial yang menimbulkan kesukaran atau tuntutan posisi yang tidak
mungkin dilaksanakan.

2.2.4. Identitas
Identitas adalah kesadaran diri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri
terhadap sebagai suatu kesatuan yang utuh, seseorang yang mempuyai
perasaan indentitas diri yang kuat adalah seseorang yang memandang
dirinya berbeda dengan orang lain termasuk persepsinya terhadap jenis
kelamin, mempuyai otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek
diri mampu dan menguasai diri, mengatur diri sendiri dan menerima
diri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam
pandangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam
kelompok kebutuhan dasar yang terdiri dari pemeliharaan dalam
pengambilan udara (oksigenasi) yang mempunyai tiga tahap dalam
proses oksigenasi yaitu , ventilasi (proses keluar dan masuknya udara
kedalam system pernapasan), perfusi dan difusi. Pemeliharaan dalam
pengambilan air, pemeliharaan dalam pegambilan makanan,
pemeliharaan kebutuhan, proses eliminasi, pemeliharaan keseimbangan
aktivitas dan istirahat, pemeliharaan dalam keseimbangan antara
kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan pencegahan risiko pada
kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan kebutuhan dalam
perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi, pengetahuan dan
keinginan manusia.

6
2.3. Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan
2.3.1. Manusia
Model Orem membahas dengan jelas individu dan berfokus pada
diri dan perawatan diri. Namun demikian, seseorang dianggap paling
ekslusif dalam kontek ini sedangkan kompleksitas perawatan manusia
dan tindakan manusia tidak dipertimbangkan. Dalam hal ini, model
tersebut berada dalam kategori yang didefinisikan sebagai paradigma
total, bahwa manusia dianggap sebagai sejumlah kebutuhan perawatan
diri.

2.3.2. Lingkungan
Lingkungan juga dibahas dengan jelas dalam model ini. Namun,
hal ini terutama dianggap sebagai situasi tempat terjadinya perawatan
diri atau kurangnya perawatan diri.

2.3.3. Sehat dan Sakit


Ide ini juga terdapat dalam model tersebut, namun dibahas dalam
kaitannya dengan perawatan diri. Alasannya bahwa jika individu dalam
keadaan sehat mereka dapat memenuhi sendiri deficit perawatan diri
yang mereka alami. Sebaliknya jika mereka sakit atau cedera, orang
tersebut bergeser dari status agens perawatan diri menjadi status pasien
atau penerima asuhan. Penyamaan sehat dengan perawatan diri dalam
hal ini berarti sehat sakit tidak dibahas dalam konsep yang berbeda.
Akan timbul masalah disini jika orang yang sehat tidak dapat
melakukan perawatan untuk dirinya sendiri.

2.3.4. Keperawatan
Model ini membahas dengan cara yang jelas dan sistematik sifat
dari keperawatan dan kerangka kerja untuk memberikan asuhan
keperawatan. Harus diketahui bahwa hal tersebut ditampilkan dalam
bentuk pendekatan mekanistik berdasarkan pendekatan supportif-
edukatif, kompensasi partial, dan kompensasi total. Pendekatan tersebut
merupakan pendekatan langsung yang dapat ditatalaksanakan.

7
2.4. Pengertian Keperawatan Menurut Orem
Menurutnya pelayanan manusia yang berpusat kepada kebutuhan
manusia untuk mengurus diri bagaimana mengaturnya secara terus-menerus
untuk dapat menunjang kesehatan dan kehidupan, sembuh dari penyakit atau
kecelakaan dan menanggulangi akibat-akibatnya (Orem, 1971).

2.5. Teori Keperawatan Orem


Pandangan Teori Orem adalah tatanan pelayanan keperawatan
ditunjukkan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan
keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep
praktek keperawatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori self care di
antaranya :
2.5.1. Perawatan Diri Sendiri (self care)
Self care (perawatan diri) merupakan suatu kontribusi
berkelenjutan orang dewasa bagi eksistensinya, kesehatannya, dan
kesejahteraannya. Self care ini menggambarkan dan menjelaskan
manfaat perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan, dan
kesejahteraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya perawatan diri
dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan
perkembangan manusia. Kebutuhan perawatan diri, menurut Orem,
meliputi pemeliharaan udara, air/cairan, makanan, proses eliminasi
normal, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, keseimbangan
antara solitid dan interaksi sosial, pencegahan bahaya bagi kehidupan,
fungsi, dan kesejahteraan manusia serta upaya meningkatkan fungsi dan
perkembangan individu dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi,
keterbatasan, dan keinginan untuk normal. Kebutuhan perawatan diri ini
sifatnya umum bagi setiap manusia, berkaitan dengan proses kehidupan
dan pemeliharaan integritas struktur dan fungsi manusia.
Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care
meliputi :
1. Self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari
individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam

8
memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan. Kemampuan individu untuk melakukan
perawatan diri juga merupakan kekuatan atau kemampuan
individu yang berhubungan dengan perkiraan dan esensial
operasi produksi untuk perawatan diri.
2. Self care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh
usia, status perkembangan, pengalaman hidup, sosiokultural,
kesehatan, sumber daya yang tersedia dan lain-lain.
3. Adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri
yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu
tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4. Kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditunjukkan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang
bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan
manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh, self
care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari
(ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar
manusianya. Sifat dari self care selanjutnya adalah untuk
perkembangan kepercayaan diri serta ditunjukkan pada
penyimpangan kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang
diberiakan dalam kondisi sakit atau dalam proses
penyembuhan.
Perawatan diri sendiri memiliki beberapa prinsip, yaitu
1. Perawatan diri dilakukan secara holistik, mencakup delapan
komponen kebutuhan perawatan diri yaitu :
2. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara
3. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan
4. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan
5. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan
eksresi
6. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

9
7. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
8. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan
manusia.
9. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia
dalam kelompok social sesuai dengan potensinya
10. Perawatan diri dilakukan sesuai dengan tahap tumbuh-kembang
manusia.
11. Perawatan diri dilakukan karena adanya masalah kesehatan atau
penyakit dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan.
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care
requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite :
a. Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan
istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan
hidup, kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan dengan
kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus
kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan
kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation)berhubungan dengan
akibat terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan
integritas individu untuk melakukan self care akibat suatu penyakit
atau injury.
2.5.2. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana
segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan
yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya pemikiran penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sarta membantu dalam
proses penyelasaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut
diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing

1
orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan
untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang
lain.
Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan
praktek dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecaha masalah,
menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap keinginan, permintaan, serta
kebutuhan pasien, mempersiapkan bantuan secara teratur bagi pasien dan
mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan
sehari-hari pada pasien dan asuhan keperawatan diperlukan ketika klien
tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan, dan
sosial.
Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau
pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan
self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat
berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem
mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self
care :
1. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
2. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
3. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
4. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
5. Pendidikan. Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan
beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.
Orem menggambarkan hubungan diantara konsep yang telah
dikemukakannya.

1
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan lebih
banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Tindakan-
tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan
pelayanan keperawatan dapat digambarkan sebagi domain keperawatan.
Orem (1991) mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu:
1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan
individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi
perencanaan keperawatan.
2. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan
3. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan
kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
4. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung
dalam bentuk keperawatan.
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika
dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang dibutuhkan
atau yang akan diterima.
5.5.3. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana
kebutuhan perwatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri
yang didasari pada Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan
kebutuhan diri sendiri kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan mandiri. Jika ada self care defisit, self care agency
dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan akan diberikan.
Nursing agencyadalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan
untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang dapat
melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk menemukan
kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan dan
pengembangan self care agency. Dalam pandangan teori sistem ini Orem
memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya.
1. Sistem bantuan secara penuh (Wholly Compensatory System)

1
Merupakan suatu tindaka keperawatan dengan memberikan bantuan
secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam
memenuhi tindakan perawatan secara mandiri yang memerlukan
bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya
manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan
pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja
seperti pada pasien koma pada pasien yang sadar dan mungkin masih
dapat membuat suatu pengamatan dan penilaian tentang cedera atau
masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan tindakan
yang memerlukan ambulasi atau manipulasi gerakan, seperti pada
pasien yang fraktur vetebra dan pada pasien yang tidak mampu
mengurus sendiri, membuat penilaian serta keputusan dalam self care-
nya dan pasien tersebut masih mampu melakukan ambulasi dan
mungkin dapat melakukan beberaapa tindakan self care-nya melalui
bimbingan secara continue seperti pada pasien retardasi mental.
2. Sistem bantuan sebagian (Partially Compensatory System)
Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian
saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara
minimal seperti pada pasien yang post operasi abdomen di mana
pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci
muka akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan
melakukan perawatan luka.
3. Sistem suportif dan edukatif.
Merupakan sistem bantuan yang diberikan kepada pasien yang
membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu
memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar
pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan
pembelajaran. Pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang
memerlukan informasi dalam pengaturan kelahiran.
Dalam pandangan tentang teori dan konsep keperawatan, Orem
mempunyai pandangan bahwa teori dan konsep dilakukan untuk
merefleksikan antara individu dengan lingkungan, menggambarkan apa

1
yang mereka lakukan, menggunakan kreasi dalam berpikir dan
berkomunikasi, serta dalam melakukan perbuatan seharusnya sesuai
dengan diri dan lingkungan sehingga dalam prakteknya Orem
menggunakan langkah dalam proses keperawatan dengan menentukan
diagnosis dan perintah, menentukan mengapa keperawatan dibutuhkan,
menganalisis dan menginterpretasikan dengan membuat keputusan,
merancang sistem perawatan dengan merencanakan perawatan sesuai
dengan sistem perawatan yang dibutujkan, mengusahakan dalam
peraturan dan pengontrolan perawatan yang akan diberikan dalam
memenuhi keterbatasan perawatan diri sendiri, mengatasi masalah
keterbatasan serta mempertahankan dan menjaga kemampuan pasien
dalam perawatan diri.

2.6. Tujuan Keperawatan pada Model Orem


2.6.1. Tujuan keperawatan pada model Orem”s secara umum adalah :
 Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
 Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk
memenuhi tuntutan self care.
 Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan,
oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
Jika ketiganya diatas tidak tercapai perawat secara langsung dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan self care klien.
2.6.2. Tujuan keperawatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek
keperawatan keluarga/ komunitas adalah :
 Menolong klien dalam hal ini keluraga untuk keperawatan mandiri secara
terapeutik
 Menolong klien bergerak kearah tindakan- tindakan asuhan mandiri
 Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluraganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.

1
2.7. Aplikasi Model Teori Orem
Klien dewasa dengan diabetes militus menurut teori self care Orem
dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk merawat
dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan
mencapai kesejahteraan.
Kondisi klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari
faktor internal (dari dalam diri individu) dan eksternal(dari luar diri individu),
faktor internal meliputi usia, tinggi badan, berat badan, budaya/suku, status
perkawinan, agama, pendidikan dan pekerjaan. Adapun faktor luar meliputi
dukungan keluarga dan budaya masyarakan dimana klien tinggal.
Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang
bersifat kontinun atau berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan
mencapai kondisi yang sejahtera. Klien membutuhkan tiga kebutuhan self
care berdasarkan teori Orem yaitu:
1. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri secara
menyeluruh) kondisi yang seimbang.
2. Development self care requisites (kebutuhan perawatan diri
pengembangan) fungsi klien sesuai dengan fungsi perannya. Perubahan
fisik pada klien dengan Diabetes Melitus antara lain menimbulkan
peningkatan dalam rasa haus, peningkatan selera makan, keletihan,
kelemahan, luka pada kulit yang lama penyembuhannya, infeksi vagina
atau pandangan pada mata berakibat mata kabur.
3. Health deviation self care requisites (kebutuhan perawatan diri
penyimpangan kesehatan) penyimpangan kesehatan seperti adanya
Sindrom Hipergilkemik (kumpulan penyakit akibat peningkatan kadar gula
dalam darah) yang dapat menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi), hipotensi (tekanan darah rendah)
,perubahan sensorik (perubahan pada indera perasa), kejang-
kejang, takikardi (frekuensi jantung yang meningkat)
dan hemiparesis (kelumpuhan separu badan). Klien Diabetes Melitus akan
mengalami penurunan pola makan dan adanya komplikasi yang dapat

1
mengurangi kerharmonisan pasangan dalam melakukan hubungan intim
(misal infeksi vagina dan bagian tubuh lainnya).

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang di alami oleh klien
dengan Diabetes Melitus menurut Orem disebut dengan self care-deficit. Menurut
Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu
untuk merawat dirinya sendiri dan mengklasifisikannya sesuai dengan klafisikasi
kemampuan klien.

Contoh kasus :
Tn. J (50 th ) didiagnasis Diabetes Melitus tipe 2 (Diabetes Tidak Tergantung
pada Insulin).Dia memiliki riwayat hipertensi dan seorang perokok berat (30
batang/hari). Perawatan yang dapat diberikan kepada Tn. J berdasarkan model
keperawatan Orem yaitu:
1. Udara (educative/supportif). Perawatan harus mampu memberikan
penjelasan Tn. J (50 tahun) tentang hubungan penyakit Hipertensi dengan
merokok yaitu menghisap udara yang mengandung zat kimia aktif dari
rokok.
2. Air (enducative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan
adanya hydration-rist yang cukup dari polidipsia (sering haus) yang
memicu Hiperglicemia (kadar gula yang tinggi dalam darah).
3. Activity and rest (adecative/supportif). Perawat menginformasikan pada
pasien tentang kegiatan aktivitas yang cocok untuk pasien Diabetes
Melitus.
4. Elimination (educative/supportif) klien membutuhkan monitoring
bagaimana melakukan Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK).
5. Food (portial compensatory). Perawat menganjurkan atau mengatur pola
diet yang cocok untuk pasien dengan Hipertensi dan mengalami Diabetes
Melitus serta mengontrol gula darah setelah makan.
6. Solitudeand social interaction (partial compensatory) interaksi sosial
dengan perawat dapat memberikan perubahan interaksi dengan tingkah
sosial yang mengarah pada perilaku yang adaptif (baik).

1
7. Hazard prevention (partial compensatory). Perawat memberikan
pendidikan pada pasien tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan
yang akan diambil oleh pasien pada penyakit yang dialaminya saat ini.
8. Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat
membantu pasien untuk mengembalikan diri pada kehidupan normal
pasien, sehingga menjadi normal kembali.

2.8. Analisa Jurnal

NO SUB TOPIK ANALISIS


1. Judul Penelitian Penerapan Teori Self Care Orem Pada
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal
2. Tujuan Penelitian Untuk Memberikan Gambaran Penerapan
Asuhan Keperawatanteori Self Care
Orempada Pasien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal
3. Metode Dan Prosedur Penelitian Metode Penelitian Metode penelitianini
menggunakan metode deskriptif eksploratif
dengan populasi dalam penelitian ini adalah
35 pasien yang menjalani perawatan di RS
dengan gangguan sistem muskuloskeletal
yang menjalani rawat inap. Variabel
penelitian ini adalah asuhan keperawatan
berdasarkan teori self care Orem. Sub
variabel penelitian adalah diagnostic
operation, prescriptive
operation,regulation operation, dan control
operation. Metode penarikan sampel
dengan menggunakan kuota sampling
sebanyak 35 pasien. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini menggunakan
Penerapan asuhan keperawatan berdasarkan
teori self care Orem dilakukan dari
pengkajian sampai evaluasi. Pengkajian

1
dilakukan berdasarkan basic conditioning
factor, perumusan diagnosa keperawatan
berdasarkan diagnostic operation, serta
intervensi merujuk pada Nursing
Intervention Classification dimana setiap
aktivitas dalam intervensi dikelompokan
sesuai method of helping.
4. Hasil Dan Pembahasan Penerapan yang dilakukan adalah dengan
menggunakan penerapan asuhan
keperawatan berdasarkan teori self care
Orem dilakukan dari pengkajian sampai
evaluasi. Diagnosa keperawatan ditentukan
berkaitan dengan self care demand.
Penentuan self care demand dilakukan
dengan dasar pengkajian pada basic
conditioning factor yang dilanjutkan
universal, developmental, dan deviation
self care. Refleksi data dilakukan dengan
melihat keadekuatan dari self care sebagai
proses akhir dari tahap ini untuk menetukan
self care deficit (Alligood & Tomay, 2006).
Diagnosa keperawatan menggambarkan
akan ketidakadekuatan pemenuhan self
care terhadap universal self care requisites,
developmental self care requisites, dan
health deviation self care requisites.
Wholly compensatory digunakan Sebagian
besar pada kasus kelolaan pasien pasca
bedah ortopedi dan multipel fraktur.
Nursing system bersifat dinamis dalam
pelayanan keperawatan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan pasien baik
fisiologis maupun psikologis, wholly
compensatory sewajarnya hanya dalam
beberapa hari
(Bromley, 1980; dalam Mentro, 1999).

1
Hambatan untuk meningkatkan
kemampuan pasien adalah kesadaran
pasien dan keluarga. Pasien masih harus
diarahkan untuk melakukan beberapa
kegiatan intervensi. Keluarga masih
membantu pasien walaupun sebenarnya
pasien dapat melakukannya secara mandiri
sehingga bantuan keluarga merupakan
bentuk ketergantungan secara sosial.
Keterbatasan didefinisikan sebagai
ketergantungan secara sosial terhadap
orang lain untuk ketercapaian kehidupan
dan kesehjateraan yang dipengaruhi
persepektif fungsional dan sosial (Orem,
1991 dalam Schmidt, 2008). Theory
nursing system merupakan usulan tindakan
perawatan pada manusia, sistem tindakan
yang ditampilkan (didesain dan dihasilkan)
oleh perawat dimana perawat sebagai agen
untuk melatih seseorang dengan
kesenjangan kesehatan, atau kesehatan
diasosiakan keterbatasan dalam self care
atau dependen care. Nursing system
merupakan rangkaian dari tindakan praktik
secara sengaja/hati-hati sebagai penampilan
perawat dalam suatu waktu saat koordinasi
tindakan pada pasien dengan tujaun untuk
mengetahui dan menemukan komponen
therapeutik self care demand pasien dan
untuk melindungi dan mengatur latihan
atau perkembangan sebagai pasien self care
agency. Nursing system dihasilkan untuk
individu, seseorang dimana merupakan
suatu dependent care unit, anggota
kelompok yang memiliki
therapeutik self care demand dengan

1
komponen atau memiliki keterbatasan yang
sama, sebagai ketentuan dalam self care
atau dependent care atau untuk unit
keluarga atau
multipersonal (Alligood & Tomay, 2007).
5. Kesimpulan Penerapan model Self Care Orem pada
gangguan sistem muskuloskeletal mampu
meningkatkan kemampuan melakukan
asuhan keperawatan terutama dalam hal
meningkatkan kemandirian pasien dengan
memperhatikan unsur fisiologis, psikologis,
dan budaya secara menyeluruh.Model self
care Orem dapat digunakan dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang
dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan
ruangan dengan bentuk yang lebih mudah
dipahami.

NO SUB TOPIK ANALISIS


1. Judul Penelitian Penerapan Model Keperawatan Self Care
Orem Pada Asuhan Keperawatan Ibu
Hamil Yang Mengalami Kontraksi Dini
2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
model keperawatan self care Orem pada
asuhan keperawatan ibu hamil yang
mengalami kontraksi dini
3. Metode Dan Prosedur Penelitian Metode Penelitian Penelitian ini
merupakan penelitian dengan
menggunakan pendekatan studi kasus.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil yang dirawat di RS. Marzoeki Mahdi
Bogor dan RSUP. Ciptomangunkusumo
Jakarta yang mengalami kontraksi dini.
Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah
5 responden.
Teknik pengambilan sampel yang

2
digunakan adalah purposive sampling.
Analisa data yang digunakan adalah
deskriptif sedangkan alat pengumpul data
yang digunakan adalah pedoman
wawancara Prosedur penelitian Prosedur
penelitian ini menggunakan Penerapan
asuhan keperawatan berdasarkan teori self
care Orem dilakukan dari pengkajian
sampai evaluasi.
4. Hasil Dan Pembahasan Terjadinya kontraksi uterus melalui
mekanisme 3 hal yaitu penekanan pada
uterus, aktivasi hypothalamic-
pituitaryadrenal axis (PHA) pada fetus
yang berespon terhadap penurunan aliran
darah uteroplasenta dan hypoksia, reaksi
inflamasi yang menyebabkan peningkatan
cytokine dan produksi prostaglandin
(Haram, Mortensen, & Wollen, 2003).
Infeksi cytokines atau endotoksin bakteri
dapat merangsang pengeluaran
prostaglandin secara langsung atau tidak
langsung dengan menstimulasi pelepasan
corticotropine releasing hormone (CRH)
(Gilbert & Harmon, 2003). Penerapan teori
self care pada klien dengan kontraksi dini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam merawat dirinya sendiri,
memberikan informasi dan meningkatkan
pengetahuan klien tentang penatalaksanaan
yang diberikan sehingga klien diharapkan
dapat mematuhi terapi yang diberikan.
Klien yang mengalami kontraksi dini yang
dirawat di rumah sakit memerlukan
bantuan perawat dalam memenuhi
kebutuhannya. Sistem
pemberian asuhannya meliputi wholly

2
compensatory nursing systems, partially
compensatory nursing systems dan
supportive educative. Orem membagi teori
keperawatan self care deficit secara garis
besar menjadi 3 (tiga) konsep teori yang
saling berhubungan yaitu self care, teori
self care deficit dan teori nursing systems
yang mencakup enam konsep sentral yaitu
self care, self care agency, therapeutic self
care demand, self care deficit, nursing
agency, nursing systems dan conditioning
factor (Orem, 2010; Tomey & Alligood,
2006; Pearson, 2000). Self care adalah
penampilan dari aktivitas individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri dalam
rangka mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraannya. Jika self
care dilakukan secara efektif dan
menyeluruh dapat membantu menjaga
integritas struktur dan fungsi tubuh serta
berkontribusi dalam perkembangan
individu (Parker, 2005; Tomey & Alligood,
2006; Orem, 2010). Self care adalah
kemampuan yang dimiliki oleh individu
dalam perawatan mandiri, terjadi bila
individu dalam kondisi yang normal. Self
care agency dipengaruhi oleh conditioning
factor yang meliputi usia, jenis kelamin,
tahap perkembangan, status kesehatan,
sosiokultural, sistem keluarga, sistem
pelayanan kesehatan, gaya hidup dan
ketersediaan sumber. Pada klien dengan
kontraksi dini conditioning factor yang
mempengaruhi klien untuk melakukan
perawatan mandiri meliputi usia, tahap
perkembangan keluarga, status kesehatan

2
(riwayat obstetri dan ginekologi),
sosiokultural, sistem keluarga, sistem
pelayanan kesehatan, gaya hidup seperti
merokok, minum alkohol. Therapeutic self
care demand adalah kebutuhan individu
sesuai kondisinya, dalam hal ini meliputi
tindakan dan pengobatan untuk
menghentikan kontraksi, bantuan dalam
makan, minum, berpakaian, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, pengobatan,
informasi tentang keputihan dan penjelasan
mengenai pengobatan yang diberikan.
Menurut Orem ada tiga kategori kebutuhan
akan self care meliputi universal,
developmental, dan health deviation self
care requisites (McEwen & Wills, 2007).
Ada 8 (delapan) universal self care yang
meliputi keseimbangan pemasukan udara,
air, makanan, aktivitas dan istirahat,
eliminasi, interaksi sosial, pencegahan
bahaya, serta peran dalam kelompok
(Tomey & Alligood, 2006; Orem, 2010).
Klien yang mengalami kontraksi dini
memerlukan udara karena kemungkinan
terjadi gawat janin, memerlukan air untuk
rehidrasi cairan 2000-2500 ml/hari, dan
aktivitas dibatasi. Developmental self care
requisites adalah kebutuhan self care sesuai
dengan tingkat perkembangan menuju
fungsi yang optimal untuk mencegah
tejadinya kondisi yang dapat menghambat
perkembangan. Peran serta dan dukungan
dari keluarga dibutuhkan oleh klien dengan
kontraksi dini supaya tidak terjadi
hambatan
dalam melakukan tugas perkembangannya.

2
Health deviation self care requisites
meliputi kebutuhan mencari pengobatan
yang tepat dan aman, menyadari akibat
penyakitnya, dapat menerima perubahan
status kesehatannya, belajar hidup dengan
keterbatasannya (Tomey & Alligood, 2006)
5. Kesimpulan Teori self care meyakini bahwa seseorang
dapat atau mampu merawat dirinya sendiri
secara mandiri, merupakan suatu
pendekatan yang dinamis karena perawat
memfasilitasi peningkatan kemampuan
klien dalam merawat dirinya sendiri dan
tidak menempatkan klien pada posisi
ketergantungan. Tindakan yang diberikan
pada klien meliputi wholly compensatory
system, partially compensatory system, dan
supportive educative

NO SUB TOPIK ANALISIS


1. Judul Penelitian Application of Orem Self Care Deficit
Theory on Psychiatric Patient
2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menjelaskan peran
perawat dengan menyebutkan istilah-istilah
seperti sistem keperawatan (wholely
compensatory, part compensatory, support
and educative system) dan lembaga
keperawatan (abilities). Dia mendefinisikan
pasien sakit sebagai defisit perawatan diri
yang memiliki lebih sedikit agensi
(kemampuan) dan lebih banyak tuntutan
(universal, perkembangan, terkait kesehatan
dan terapeutik).

2
3. Metode Dan Prosedur Penelitian Metode Penelitian Penelitian ini
menggunakan studi kasus dengan seorang
pasien berjenis kelamin laki laki yang
berusia 36 tahun dengan diagnose medis
schizoid personality disorder. Prosedur
penelitian Dengan menerapkan teori Orem
dalam skenario yang disebutkan di atas,
pasien membutuhkan perawatan
kompensasi sepenuhnya karena
kemampuannya kurang dan ia tidak dapat
memenuhi aktivitas sehariharinya sendiri.
Perlahan dan bertahap ia mampu merawat
dirinya sendiri dengan sistem yang
suportif dan edukatif. Dalam
terang orem's
4. Hasil Dan Pembahasan Manusia berusaha untuk tetap hidup dan
berfungsi dengan lancar dengan terlibat
dalam komunikasi dan pertukaran yang
berkelanjutan informasi antara dirinya dan
lingkungannya. Pada manusia, kekuatan
tindakan spontan dan disengaja digunakan
untuk mengidentifikasi kebutuhan dasar
mereka dan untuk membuat penilaian yang
tepat [2]. Selanjutnya, manusia merawat
diri sendiri dan orang lain melalui tindakan
pengaturan fungsi untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Agensi manusia
bertanggung jawab untuk menemukan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan
cara untuk mengidentifikasi kebutuhan
individu dan membuat masukan ke dalam
diri sendiri dan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan yang diidentifikasi. Sekelompok
manusia dengan hubungan terstruktur, tugas
cluster dan tugas bertanggung jawab untuk
memberikan perawatan kepada anggota

2
yang membutuhkan. Terutama, mereka
yang memiliki beberapa kebutuhan yang
membutuhkan keputusan yang disengaja
tentang diri sendiri dan orang lain. Teori
umum keperawatan secara tepat disebut
sebagai teori keperawatan defisit perawatan
diri yang mencakup empat teori lainnya.
Ada enam konsep utama dan konsep
periferal dalam Self Care Deficit Nursing
Theory (SCDNT) . konsep tersebut adalah
perawatan diri / perawatan tergantung,
defisit perawatan diri / defisit perawatan
tergantung, agen perawatan diri / agen
perawatan tergantung, permintaan
perawatan diri terapeutik / permintaan
perawatan tergantung, dan dua konsep yang
terkait dengan perawat yaitu sistem
keperawatan dan keperawatan agen.
Perawatan diri adalah inisiasi kegiatan oleh
individu untuk mempertahankan hidupnya
sendiri, mencapai tingkat kesehatan yang
optimal dan meningkatkan kesejahteraan.
Agen perawatan diri adalah kemampuan
individu untuk terlibat dalam perawatan diri
dan dipengaruhi oleh faktor pengkondisian
dasar. Faktor pengkondisian dasar adalah
konsep perifer yang terkait dengan agen
perawatan diri dan juga dengan perawat. Ini
termasuk usia, jenis kelamin,
perkembangan dan status kesehatan,
perawatan kesehatan dan sistem keluarga,
pola hidup, faktor lingkungan dan sosial
budaya, serta ketersediaan dan kecukupan
sumber daya yang dibutuhkan. Tuntutan
perawatan diri
terapeutik adalah tindakan perawatan diri

2
total yang dilakukan untuk beberapa
periode waktu yang bertujuan untuk
memenuhi persyaratan perawatan diri yang
diketahui dengan menggunakan metode
yang tepat dan serangkaian tindakan yang
terkait. Perawatan diri Defisit adalah
keadaan dimana keperawatan diperlukan.
Perawatan diperlukan ketika orang dewasa
(dalam kasus tanggungan misalnya: anak,
orang tua atau kakek-nenek) tidak mampu
atau membatasi perawatan diri sendiri yang
efektif. Agen keperawatan adalah properti
kompleks dari seseorang yang
berpendidikan dan perawat terlatih yang
memungkinkan pasien untuk mengetahui,
mengidentifikasi dan membantu mereka
memenuhi tuntutan perawatan diri
terapeutik mereka dengan mengembangkan
agen perawatan diri mereka sendiri. Sistem
keperawatan meliputi hubungan perawat
dan pasien yang memiliki sistem
kompensasi penuh, sistem kompensasi
sebagian, dan sistem suportif-edukatif.
Sistem ini diaktifkan ketika permintaan
perawatan diri terapeutik klien meningkat
dibandingkan dengan agen perawatan diri
yang tersedia yang menghasilkan kebutuhan
keperawatan. Selain itu, teori perawatan diri
Orem adalah konstituen dari beberapa
syarat. Berikut adalah syarat-syarat
perawatan diri: universal (udara, air,
makanan, istirahat, kesendirian dan
interaksi sosial), perkembangan,
penyimpangan kesehatan dan terapeutik
[4]. Sebuah model
memberikan panduan yang jelas untuk

2
konsep dan hubungan mereka yang
diberikan oleh Orem [5]. Dalam model
tersebut, agen perawatan diri dan
permintaan perawatan diri saling terkait
satu sama lain. Faktor pengkondisian (usia
dan jenis kelamin) berdampak pada agen
perawatan diri (kemampuan). Jika agen
perawatan diri akan lemah maka
permintaan perawatan diri (kebutuhan
individu) akan lebih banyak. Oleh karena
itu, akan ada kebutuhan lembaga
keperawatan atau sistem keperawatan untuk
menjaga individu. Model konseptual
membantu untuk
mengkonseptualisasikan asosiasi dan
hubungan antar komponen (Lihat Lampiran
A). penyimpangan kesehatan dan terapeutik
[4]. Sebuah model memberikan panduan
yang jelas untuk konsep dan hubungan
mereka yang diberikan oleh Orem [5].
Dalam model tersebut, agen perawatan diri
dan permintaan perawatan diri saling terkait
satu sama lain. Faktor pengkondisian (usia
dan jenis kelamin) berdampak pada agen
perawatan diri (kemampuan). Jika agen
perawatan diri akan lemah maka
permintaan perawatan diri (kebutuhan
individu) akan lebih banyak. Oleh karena
itu, akan ada kebutuhan lembaga
keperawatan atau sistem keperawatan untuk
menjaga individu. Model konseptual
membantu untuk
mengkonseptualisasikan asosiasi dan
hubungan antar komponen (Lihat Lampiran
A). penyimpangan kesehatan dan terapeutik
[4]. Sebuah model memberikan panduan
yang jelas untuk konsep dan hubungan
2
mereka yang diberikan oleh Orem [5].
Dalam model tersebut, agen perawatan diri
dan permintaan perawatan diri saling terkait
satu sama lain. Faktor pengkondisian (usia
dan jenis kelamin) berdampak pada agen
perawatan diri (kemampuan). Jika agen
perawatan diri akan lemah maka permintaan
perawatan diri (kebutuhan individu) akan
lebih banyak. Oleh karena itu, akan ada
kebutuhan lembaga keperawatan atau
sistem keperawatan untuk menjaga individu.
Model konseptual membantu untuk
mengkonseptualisasikan asosiasi dan
hubungan antar komponen . Faktor
pengkondisian (usia dan jenis kelamin)
berdampak pada agen perawatan diri
(kemampuan). Jika agen perawatan diri
akan lemah maka permintaan perawatan
diri (kebutuhan individu) akan lebih
banyak. Oleh karena itu, akan ada
kebutuhan lembaga keperawatan atau
sistem keperawatan untuk menjaga individu.
Model konseptual membantu untuk
mengkonseptualisasikan asosiasi dan
hubungan antar komponen.

5. Kesimpulan Dengan menerapkan teori Orem dalam


skenario yang disebutkan di atas, pasien
membutuhkan perawatan kompensasi
sepenuhnya karena kemampuannya kurang
dan ia tidak dapat memenuhi aktivitas
sehariharinya sendiri. Perlahan dan
bertahap ia mampu merawat dirinya sendiri
dengan sistem yang suportif dan edukatif.
Dalam
terang orem's teori kebutuhan pasien

2
diidentifikasi dan kemudian intervensi
direncanakan sesuai. Berbagai strategi
dilakukan seperti menawarkan konseling
dan sesi pengajaran yang memotivasinya
untuk berpikir secara berbeda. Selain itu,
terapi kejuruan juga diatur dan pasien
terlibat dalam terapi kelompok untuk
membuatnya nyaman saat bersosialisasi
dengan orang lain. Intervensi yang berbeda
diterapkan pada pasien seperti sesi
konseling dan pengajaran yang ditawarkan
yang memotivasi dia untuk berpikir secara
berbeda. Selain itu, pasien juga terlibat
dalam terapi kejuruan dan kelompok untuk
membuatnya nyaman saat bersosialisasi. Ini
membantu merawat pasien dengan cara
yang menghasilkan hasil positif pada
pasien. Dia diberi terapi perilaku kognitif
yang membantunya dalam pemecahan
masalah. Pasien pada awalnya terisolasi dan
ingin berada di kamar sendiri. Untuk itu,
sesi sering diatur untuk mendorong pasien
mengungkapkan perasaannya. Intervensi
membantu pasien untuk beralih dari
kompensasi sepenuhnya ke kompensasi
sebagian dan dia mampu melakukan
aktivitasnya sehari-hari dengan bantuan
minimal. Selain itu, beberapa kegiatan
seperti sesi satu lawan satu, terapi
kelompok, berbagi pemikiran pribadi dalam
kelompok, sesi ludo dan fisioterapi diatur
yang secara keseluruhan membantu pasien
untuk memperbaiki kondisinya. Jadi Teori
Dorothea Orem sangat dapat diterapkan
dalam pengaturan klinis dan membantu

3
perawat untuk meningkatkan kesehatan
pasien dengan membuat mereka mandiri.
Seorang perawat dapat membantu dalam
pemulihan cepat pasien dengan
memasukkan konsep-konsep teoritis ke
dalam praktek. Harus ada program bagi
homophile untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan di sana karena ilegal di Pakistan.

3
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada dasarnya teori Dorothea Orem dengan Self-Care Dependent-Care
Nursing, mencoba memberikan pelayanan keperawatan dengan
memunculkan potensi dari tiap klien yang terganggu karena kondisi
sakitnya. Teori Dorothea Orem menjelaskan bahwa proses keperawatan
akan terjadi ketika kemampuan klien dalam memenuhi kondisnya yang
terganggu. Dalam teori ini disebutkan bahwa kemampuan seseorang dalam
memberikan pealayanan terhadap dirinya sendiri itu akan di pengaruhi oleh
kebutuhan dasar yang dependen, artinya kebutuhan dasar manusia akan
tepat porsi kebutuhanya dalam kondisi apapun seorang klien. Selain
kebutuhan self care juga di pengaruhi self care agency, yaitu kekempuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhanya sendiri.
Hal ini tidak bersifat dependen, artinya kemampuan ini akan terganggu
bila keadaan tubuh dari klien terganggu. Misalanya sakit. Bila ini terjadi
maka kemampuan diri sendiri dalam memenuhi kebutuhanya akan
berkurang, akibatnya suplai kebutuhan yang seharsusnya terpenuhi akan
tidak optimal. Keadaan seperti ini yang akan menjadi permasalahan dalam
teori ini. Disaat seperti ini maka yang diperluakan adalah nursing
agency,maksudnya disaat self care agency tidak mampu memenuhi
kebutuhanya maka perawat yang bertindak sebagai nursing Agency harus
mampu memberikan bantuan pada klien tapi lebih pada sisi self care agency
nya, maksudnya tidak langsung diberikan pemenuhan kebutuhanya.

3.2. Saran
Demikian makalah ini kami buat, dan semoga bisa bermanfaat bagi
penulis dan pembaca. Dan semoga kita bisa mengetahui tentang Teori
Model Keperawatan Dorothea Orem. Dengan adanya makalah yang kami
buat ini

3
para pembaca dapat mengerti serta lebih faham mengenai Teori Model
Dorothea Orem. Dan tentunya makalah ini memiliki banyak sekali
kekurangan, dan oleh sebab itu segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

3
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.neliti.com/publications/337480/teori-self-care-dari-orem-dan-
pendekatan-dalam-praktek-keperawatan
2. https://scholar.google.co.id/scholar?q=teori+dan+model+keperawatan&hl=en
&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
3. https://www.google.co.id/books/edition/Teori_dan_Model_Keperawatan/C3g6
EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=teori+model+orem&printsec=frontcover

Anda mungkin juga menyukai