Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KOMUNITAS 2
“Model Konsep Dan Teori Keperawatan Dorothea Orem”

DISUSUN OLEH :
Nurvina Taurimasari (1211025)
Aris Septiana (1211032)
Adrianus Asa Bereloy (1211….)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA
BLITAR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Model Konsep
Dan Teori Keperawatan Dorothea Orem” ini dapat terselesaikan. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunitas 2. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Blitar, Mei 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................5
1.3 TUJUAN..................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7
2.1 BIOGRAFI DOROTHEA E. OREM.......................................................7
2.2 DEFINISI KEPERAWATAN..................................................................8
2.3 KEYAKINAN DAN NILAI – NILAI......................................................9

2.4 TUJUAN..................................................................................................10
2.5 KONSEP UTAMA...................................................................................11
2.6 ASUMSI DASAR...................................................................................15

2.7 PERNYATAAN – PERNYATAAN TEORITIS.....................................15


2.8 KERANGKA KERJA..............................................................................23
2.9 PROSES KEPERAWATAN MENURUT TEORI
DOROTHEA E. OREM..........................................................................27
2.10 KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI
DOROTHEA E. OREM..........................................................................31
BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN............................................32
3.1 STUDI KASUS........................................................................................32
3.2 PEMBAHASAN......................................................................................32
3.2.1 Pengkajian....................................................................................33
3.2.2 Diagnosa......................................................................................34
3.2.3 Intervensi......................................................................................34
3.2.4 Implementasi................................................................................35
3.2.5 Evaluasi........................................................................................35
BAB IV PENUTUP...........................................................................................36

2
4.1 KESIMPULAN........................................................................................36
4.2 SARAN....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................37

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus
dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian
perawat harus mampu berfikir logis dan kritis dalam menelaah dan
mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan
dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara
lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan
dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam teori keperawatan bila kita perhatikan, kesemua teori tersebut akan
berorientasi pada satu bidang cakupan dalam keperawatan, misalkan Nightingale
menyoroti masalah lingkungan, Henderson lebih pada pemenuhan kebutuhan
dasarnya, selain itu ada juga teori yang berorientasi pada optimalisasi peran klien
dalam proses penyembuhanya. Semua teori tersebut bersinergi dalam membentuk
suatu sistem yang holistik dengan penjelasan masalah yang detail, sehingga
mampu memberikan konstribusi dalam memberikan arah asuhan.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model “self
care” yang diperkenalkan oleh  Dorothea E. Orem. Orem mengembangkan model
konsep keperawatan ini pada awal tahun 1971 dimana dia mempublikasikannya
dengan judul “Nursing Conceps of Practice Self Care”. Model ini pada awalnya
berfokus pada individu kemudian edisi kedua tahun 1980 dikembangkan pada
multiperson’s units (keluarga, kelompok dan komunitas) dan pada edisi ketiga
sebagai lanjutan dari tiga hubungan konstruksi teori yang meliputi : teori self care,
teori self care deficit dan teori nursing system. Dalam pandangan orem, bahwa
setiap orang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
secara mandiri. Tapi pada situasi tertentu kemampuan itu tidak bisa tampil,
disinilah teori orem akan menjelaskan bahwa, kebutuhan manusia apapun

4
kondisinya adalah sama, tergantung bagaimana individu memenuhi kebutuhan itu.
Bila kebutuhanya terpenuhi dengan baik maka tidak akan ditemukan masalah,
berbeda dengan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhanya makan akan
mengalami deficiet.
Orem dengan tegas mencoba mengoptimalkan kemampuan alami setiap
klien dalam memenuhi kebutuhanya. Peran perawat dalam teori merupakan
sebagai agen yang mampu membantu klien dalam mengembalikan peranya
sebagai self care agency. Sistem yang di bangun dari tiga teori utama ini mampu
menghasilkan kolaborasi pelayanan keperwatan yang unik, tidak hanya dari
prosesnya, tapi juga dari hasilnya akan mampu membuat klien mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan penyakitnya.
Teori ini mampu memberikan bentuk asuhan yang harus diberikan pada
klien pada keadaan tertentu. antara klien dan perawat harus memiliki pemahaman
tentang pendangan self-care. Proses yang lebih bertumpu pada pelayanan
terapeutik yang mandiri dengan melibatkan setiap individu agar mampu
melakukannya secara mandiri. 

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Siapa Dorothea Elizabeth Orem?
 Bagaimana Konsep Model Keperawatan Dorothea Elizabeth Orem?
 Apa saja Model Konsep Keperawatan Orem?
 Apa saja teori Keperawatan Orem?
 Bagaimana Teori System Keperawatan Orem?
 Apa tujuan dari Keperawatan model Orem?
 Bagaimana Aplikasi dari Model Keperawatan Orem?

1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memberikan pemahaman tentang Theory “Self Care Defisit” oleh
Dorothea E. Orem dalam lingkup pelayanan keperawatan
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Riwayat hidup Dorothea E. Orem

5
2. Menjelaskan secara umum tentang “Self Care Defisit”
3. Menjelaskan “Theory Self Care Defisit” dalam lingkup
komponen paradigma keperawatan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIOGRAFI DOROTHEA E. OREM


Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore, Maryland.
Orem adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Dorothea E. Orem memulai karir
keperawatannya sejak terdaftar sebagai siswa di Providence di Washington DC.
Lulus Sarjana Muda tahun 1930. Lulus Master tahun 1939 pendidikan
keperawatan. Tahun 1945 bekerja di Universitas Katolik di Amerika sebagai
asisten direktur.
Selama perjalanan kariernya ia telah bekerja sebagai staf perawat, perawat
tugas pribadi, pendidik, administrasi keperawatan dan sebagai konsultan (1970).
Tahun 1958-1959 sebagai konsultan di Departemen kesehatan pada bagian
pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada proyek pelatihan keperawatan.
Tahun 1959 konsep perawatan Orem dipublikasikan pertama kali. Tahun 1965
Orem bergabung dengan Universitas Katolik di Amerika membentuk model teori
keperawatan komunitas. Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi
perkembangan keperawatan, yang menghasilkan kerja sama tentang perawatan
dan disiplin keperawatan. Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa.
Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universitas Katolik
Amerika tentang teori keperawatan. Selanjutnya Orem mengembangkan konsep
keperawatan tentang perawatan diri sendiri dan dipulikasikan dalam keperawatan
(Concept of Pratice tahun 1971). Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang
berisi tentang edisi pertama diperluas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang tiga teori, yaitu :
Theory self care, theory self care deficit, theory system keperawatan.
Dorothea E. Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di kediamannya di
Savannah, USA. Orem meninggal pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah
kehilangan seorang ahli dan dianggap sebagai orang terpenting serta memiliki
wawasan yang sangat luas di bidang keperawatan. Dalam bidang keperawatan

7
dapat dikatakan bahwa ahli Keperawatan dari Amerika, Dorothea E Orem,
termasuk salah seorang yang terpenting diantara orang yang mengembangkan
pandangan dalam bidang Keperawatan.
Beberapa tahun gemilang dalam kehidupan Dorothea Orem:
a. Tahun 1958- 1959 sebagai konsultan di departemen kesehatan pada bagian
pendidikan kesejahteraan dan berpartisipasi pada proyek pelatihan
keperawatan.
b. Tahun1959 konsep perawatan Orem dipublikasikan pertama kali.
c. Tahun 1965 bergabung dengan Universita Katolik di Amerika membentuk
model teori keperawatan komunitas.
d. Tahun 1968 membentuk kelompok konferensi perkembangan keperawatan
yang menghasilkan kerja sama tentang perawatan dan disiplin
keperawatan.
e. Tahun 1976 mendapat gelar Doktor Honoris Causa.
f. Tahun 1980 mendapat gelar penghargaan dari alumni Universita Katolik
Amerika tentang teori keperawatan.
g. Selanjutnya Orem mengembangkan konsep keperawatan tentang
perawatan diri sendiri dan dipublikasikan dalam keperawatan (Concept of
Pratice tahun 1971)
h. Tahun 1980 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang edisi
pertama diperluas pada keluarga, kelompok dan masyarakat.
i. Tahun 1985 mempublikasikan buku kedua yang berisi tentang tiga teori,
yaitu : Theory self care, theory self care deficit, theory system
keperawatan.

2.2 DEFINISI KEPERAWATAN


Dorothea orem (1971) mengembangkan definisi keperawatan yang
menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Orem
menggambarkan filosofi tentang kaperawatan dengan cara seperti berikut :
Keperawatan memiliki perhatian tertentu pada kebutuhan manusia terhadap
tindakan perawatan dirinya sendiri dan kondisi serta penatalaksanaannya secara
terus menerus dalam upaya mempertahankan kehidupan dan kesehatan,

8
penyembuhan dari penyakit, atau cidera, dan mengatasi hendaya yang
ditimbulkannya.
Perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, baik laki-laki
perempuan dan anak-anak. Ketika perawatan diri tidak dapat dipertahankan akan
terjadi kesakitan atau kematian. Keperawatan berupaya mengatur dan
mempertahankan kebutuhan keperawatan diri secara terus menerus bagi mereka
yang secara total tidak mampu melakukannya. Dalam situasi lain, perawat
membantu klien untuk mempertahankan perawatan diri dengan melakukannya
sebagian, tetapi tidak seluruh prosedur, melainkan pengawasan pada orang yang
membantu klien dengan memberikan instuksi dan pengarahamn secara individual
sehingga secara bertahap klien mampu melakukannya sendiri.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan
mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan
dasar yang terdiri dari:
a. Air (udara): pemelihraan dalam pengambian udara.
b. Water (air): pemeliaraan pengambilan air
c. Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
d. Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
e. Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat
dan aktivitas.
f. Solitude and Social Interaction (kesendirian dan interaksi sosial) :
pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial
g. Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko
pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat .
h. Promotion of Normality

2.3 KEYAKINAN DAN NILAI – NILAI


Keyakinan Orem tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
a. Individu/Klien
Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit
atau trauma atu koping dan efeknya.

9
b. Sehat
Kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang
berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural
fungsi dan perkembangan.
c. Lingkungan
Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care
dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan
Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk
membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam
mempertahankan self care yang mencakup, integritas struktural, fungsi dan
perkembangan
Berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s
mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.

2.4 TUJUAN
Tujuan keperawatan pada model Orem"s secara umum adalah :
a. Menurunkan tuntutan self care pada tingkat dimana klien dapat
memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
b. Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi
tuntutan self care.
c. Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk
memberikan asuhan dependen jika self care tidak memungkinkan, oleh
karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
d. Jika ketiganya ditas tidak tercapai perawat secara langsung dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan keperawatan pada model Orem's yang diterapkan kedalam praktek
keperawatan keluarga / komunitas adalah :
a. Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri
secara terapeutik
b. Menolong klien bergerak kearah tidakan-tidakan asuhan mandiri

10
c. Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang
mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada model orem's
yang diterapkan pada praktek keperawtan keluaga/komunitas adalah:
a. Aspek interpersonal :
hubungan didalam kelurga
b. Aspek sosial :
hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya.
c. Aspek prosedural :
melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi
perubahan yang terjadi
d. Aspek tehnis :
mengajarkan kepada keluarga tentang teknik dasar yang dilakukan di
rumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.

2.5 KONSEP UTAMA


a. Universal Self-Care Requisites
Tujuan universally required adalah untuk mencapai perawatan diri atau
kebebasan merawat diri dimana harus memiliki kemampuan untuk
mengenal, memvalidasi dan proses dalam memvalidasi mengenai anatomi
dan fisiologi manusia yang berintegrasi dalam lingkaran kehidupan.
Dibawah ini terdapat 8 teori self care secara umum yaitu :
1. Pemeliharaan kecukupan pemasukan udara
2. Pemeliharaan kecukupan pemasukan makanan
3. Pemeliharaan kecukupan pemasukan cairan
4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan
eksresi
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi social
7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan
manusia.
8. Peningkatan promosi fungsi tubuh dan pengimbangan manusia

11
dalam kelompok social sesuai dengan potensinya
b. Developmental self-care requisites
Berhubungan dengan tingkat perkembangn individu dan lingkungan
dimana tempat mereka tinggal yang berkaitan dengan perubahan hidup
seseorang atau tingkat siklus kehidupan. Tiga hal yang berhubungan
dengan tingkat perkembangan perawatan diri adalah:
1. Situasi yang mendukung perkembangan perawatan diri
2. Terlibat dalam pengembangan diri
3. Mencegah atau mengatasi dampak dari situasi individu dan situasi
kehidupan yang mungkin mempengaruhi perkembangan manusia.
(Orem, 1980,p.231)
c. Health deviation self-care requisites
Istilah perawatan diri ditujukan kepada orang-orang yang sakit atau
trauma, yang mengalami gangguan patologi, termasuk ketidakmampuan
dan penyandang cacat juga yang berada sedang dirawat dan menjalani
terapi. Adanya gangguan kesehatan terjadi sepanjang waktu sehingga
mempengaruhi pengalaman mereka dalam menghadapi kondisi sakit
sepanjang hidupnya.
Penyakit atau trauma tidak hanya pada struktur tubuh, fisiologi
dan psikologi tetapi juga konsep diri seutuhnya. Ketika konsep diri
manusia mengalami gangguan (termasuk retardasi mental atau autisme),
perkembangan individu akan memberikan dampak baik permanen maupun
sementara. Dinegara-negara yang warganya banyak mengalami gangguan
kesehatan, self-care (perawatan diri) digunakan sebagai alat dalam
pengobatan dan terapi kesehatan.
Perawatan diri (self-care) adalah komponen system tindakan
perawatan diri individu yang merupakan langkah-langkah dalam
perawatan ketika terjadi gangguan kesehatan. Kompleksitas dari self-care
atau system dependent-care (ketergantungan perawatan) adalah
meningkatnya jumlah penyakit yang terjadi dalam waktu-waktu tertentu.
d. Therapeutic self-care demand

12
Terapi pemenuhan kebutuhan dasar berisi mengenai suatu program
perawatan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien sesuai
dengan tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh perawat ketika memberikan pemenuhan kebutuhan
dasar pada pasien diantaranya :
1. Mengatur dan mengontrol jenis atau macam kebutuhan dasar yang
dibutuhkan oleh pasien dan cara pemberian ke pasien
2. Meningkatkan kegiatan yang bersifat menunjang pemenuhan
kebutuhan dasar seperti promosi dan pencegahan yang bisa
menunjang dan mendukung pasien untuk memenuhi kebutuhan
dasar pasien sesuai dengan taraf kemandiriannya.
Beberapa pemahaman terkait terapi pemenuhan kebutuhan dasar
diantaranya :
1. Perawat harus mampu mengidentifikasi faktor pada pasien dan
lingkunganya yang mengarah pada gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia
2. Perawat harus mampu melakukan pemilihan alat dan bahan yang
bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien,
memanfaatkan segala sumberdaya yang ada disekitar pasien untuk
memberikan pelyenana pemenuhan kebutuhan dasar pasien
semaksimal mungkin.
e. Self Care Agency
Pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara holistik hanya dapat dilakukan
pada perawat yang memiliki kemampuan komprehensif, memahami
konsep dasar manusia dan perkembangan manusia baik secara holistik
( orem, 2001, p. 514)
f. Agent
Pihak atau prerawat yang bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien adalah perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang
berkompeten dan memiliki kewenangan untuk memberikan pemenuhan
kebutuhan dasar pada pasien secara holistik.
g. Dependent Care Agent

13
Dependent care agency merupakan perawat profesional yang memiliki
tanggung jawab dan tanggung gugat dalam upaya perawatan pemenuhan
kebutuhan dasar pasien termasuk pasien dalam derajat kesehatan yang
masih baik atau masih mampu atau sebagain memenuhi kebutuhan dasar
pada pasien. Pemberian kebutuhan dasar tetap menekankan pada
kemandirian pasien sesuai dengan tingkat kemampuannya. Perawatan
yang diberikan bisa bersifat promoting, prevensi dan lain-lain
h. Self Care Deficit
Perawat membantu pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya, utamanya pada pasien yang dalam perawatan total care.
Perawatan yang dilakukan biasanya kuratif dan rehabilitatif. Pemenuhan
kebutuhan pasien hampir semunay tergantung pada pelayanan
keperawatan yang dilakukan oleh tim tenaga kesehatan utamanya perawat.
i. Nursing Agency
Perawat harus mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuanya
secara terus menerus untuk bisa memberikan pemenuhan kebutuhan dasar
pada pasien secara holistik sehingga mereka mampu membuktikan dirinya
bahwa mereka adalah perawat yang berkompeten untuk bisa memberika
pelayanan profesional untuk memenuhi kebutuhan dasar pasie. Beberapa
ktrempilan selain psikomotor yang juga harus dikuasai perawat adala
komunikasi terapetik, ketrampilan intrapersonal, pemberdayaan
sumberdaya di sekitar lingkungan perawat dan pasien untuk bisa
memberikan pelayanan yang profesional.
j. Nursing Design
Penampilan perawat yang dibutuhkan untuk bisa memberikan asuhan
keperawatan yang bisa memenuhi kebutuhan dasar pasien secara holistik
adalah perawata yang profesioanl, mampu berfikir kritis, memiliki dan
menjalankan standar kerja dll.
k. Sistem Keperawatan
Merupakan serangkaian tindakan praktik keperawatan yang dilakukan
pada satu waktu untuk kordinasi dalam melakukan tindakan keperawatan
pada klien untuk mengetahui dan memenuhi komponen kebutuhan

14
perawatan diri klien yang therapeutic dan untuk melindungi serta
mengetahui perkembangan perawatan diri klien

2.6 ASUMSI DASAR


Orem (2001) mengidentifikasi beberapa hal mendasar dari teori
keperawatan terkait kebutuhan dasar manusia :
a. Kebutuhan dasar manusia bersifat berkelanjutan ,dimana pemenuhannya
dipengaruhi dari faktor dari dalam pasien ataupun dari lingkungan
b. Human agency, pasien yang memiliki tingkatan ketergantungan dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya
c. Pengalaman dan pengetahuan perawat diperlukan untuk bisa memberikan
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar pasien secara profesional

2.7 PERNYATAAN – PERNYATAAN TEORITIS


Self-Care Deficit Theory of Nursing yang dikembangkan oleh Dorothea
Orem terdiri dari tiga teori umum yang saling berkaitan, yaitu :
a. The Theory of Self-Care
Untuk memahami tentang teori perawatan diri, perlu dipahami
terlebih dahulu mengenai konsep dasar perawatan diri (self-care),
kemampuan perawatan diri (self-care agency), faktor yang mempengaruhi
perawatan diri (basic conditioning factors), dan terapi kebutuhan
perawatan diri (therapeutic self-care demand).
Perawatan diri (self-care) adalah pelaksanan aktivitas individu
yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan
hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan
dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam mengembangkan
potensi dirinya. (Orem, 1991)
Kemampuan perawatan diri (self-care agency) adalah kemampuan
individu untuk terlibat dalam proses perawatan diri. Kemampuan ini
berkaitan dengan faktor pengkondisian perawatan diri.
Faktor yang mempengaruhi perawatan diri (basic conditioning
factor) yang terdiri dari faktor usia, jenis kelamin, status kesehatan,

15
orientasi sosial budaya, sistem perawatan kesehatan, kebiasaan keluarga,
pola hidup, faktor lingkungan dan keadaan ekonomi.
Terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic self-care demand),
yaitu tindakan yang dilakukan sebagai bantuan untuk memenuhi syarat
perawatan diri.
Teori self-care tidak terlepas dari syarat perawatan diri (self-care
requisites), yaitu aspek yang menentukan tingkat pemenuhan perawatan
diri. Self-care requisites terdiri dari tiga kategori;
1. Universal self-care requisites
Aspek universal ini berhubungan dengan proses hidup atau
kebutuhan dasar manusia, yaitu :
 Pemeliharaan kebutuhan udara/oksigen,
 Pemeliharaan kebutuhan air,
 Pemeliharaan kebutuhan makanan,
 Perawatan proses eliminasi dan ekskresi,
 Pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan istirahat,
 Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial,
 Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan,
 Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam
hubungan social.
2. Developmental self-care requisites
Berbeda dengan universal self-care requisites, developmental self-
care requisites terbentuk oleh adanya:
 Perbekalan kondisi yang meningkatkan pengembangan,
 Keterlibatan dalam pengembangan diri,
 Pengembangan pencegahan dari efek yang mengancam
kehidupan.
Pengembangan aspek perawatan diri berhubungan dengan pola
hidup individu yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat
tinggalnya.
3. Health deviation self-care requisites

16
Perawatan diri berkaitan dengan penyimpangan kesehatan. Timbul
akibat adanya gangguan kesehatan dan penyakit. Hal ini
menyebabkan perubahan kemampuan individu dalam proses
perawatan diri.

17
b. The Theory of Self-Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori keperawatan Orem. Teori ini
mengambarkan kapan keperawatan dibutuhkan. Keperawatan diperlukan
ketika individu tidak mampu atau mengalami keterbatasan dalam
memenuhi syarat perawatan diri yang efektif. Keperawatan diberikan jika
tingkat kemampuan perawatan diri lebih rendah dibandingkan dengan
kebutuhan perawatan diri atau kemampuan perawatan diri seimbang
dengan kebutuhan namun hubungan deficit dapat terjadi selanjutnya akibat
penurunan kemampuan, peningkatan kualitas dan kuantitas kebutuhan atau
keduanya.

Penjelasan gambar :
Ketika ada kebutuhan untuk merawat diri sendiri dan individu
mampu memenuhi permintaan itu, perawatan diri adalah mungkin.
Jika, di sisi lain, tuntutan lebih besar dari kapasitas individu atau
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan itu, mak akan terjadi
ketidakseimbangan dan hal ini disebut dengan “defisit perawatan
diri”.
Teori self care deficit diterapkan bila anak belum dewasa,
kebutuhan melebihi kemampuan perawatan, kemampuan sebanding
dengan kebutuhan tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang,
kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam
proses penyelesaian masalah, orem memiliki metode untuk proses tersebut
diantaranya; bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing

19
orang lain, memberi support baik secara fisik atau psikologis,
meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi
serta mengajarkan atau memberi pendidikan pada orang lain.
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan
memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf
kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat
ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan
diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam
bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri.
Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan
mengalami penurunan/defisit perawatan diri.
Self care adalah kemampuan individu untuk melakukan perawatan
diri. Perawatan diri dapat mengalami gangguan atau hambatan bila
seseorang jatuh pada kondisi sakit atau kondisi yang melelahkan seperti
stress fisik dan psikologis. Self care deficit terjadi bila agen self care atau
orang yang memberikan perawatan diri baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri individu
dan lebih memberikan self care theraupetic. Nursing agency
menggunakan kegiatan gabungan berarti bahwa kegiatan perawat perlu
dikoordinasi, dilakukan secara serentak atau berhubungan dengan layanan
asuhan keperawatan yang akan diberikan. Seseorang yang melakukan
kegiatan ini harus mempunyai pengetahuan tentang asuhan keperawatan
yang diberikan sehingga dapat mengambil suatu keputusan yang tepat bagi
klien.
c. The Theory of Nursing System
Nursing system adalah bagian dari pertimbangan praktek
keperawatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan koordinasi untuk
mencapai kebutuhan perawatan diri (self-care demand) pasiennya dan
untuk melindungi dan mengontrol latihan/pengembangan dari kemampuan
perawatan diri pasien (self-care agency).

20
Orem (1991) mengidentifikasi tiga klasifikasi dari sistem
keperawatan berdasarkan kemampuan pasien dalam mencapai syarat
pemenuhan perawatan diri.
1. Wholly Compensatory System
Sistem penyeimbang keperawatan menyeluruh merupakan suatu
tindakan keperawatan dengan memberikan kompensasi penuh
kepada pasien disebabkan karena ketidakmampuan pasien dalam
memenuhi tindakan keperawatan secara mandiri.
Sistem penyeimbang keperawatan menyeluruh dibutuhkan ketika
perawat harus menjadi peringan bagi ketidakmampuan total
seorang pasien dalam hubungan kegiatan merawat yang
membutuhkan tindakan penyembuhan dan manipulasi. Perawat
mengambil alih pemenuhan kebutuhan self caresecara menyeluruh
kepada pasien yang tidak mampu, misal: pada pasien koma atau
pasien bayi.
2. Partly Compensatory System
Sistem penyeimbang sebagian yaitu sistem keperawatan dalam
memberikan perawatan diri kepada pasien secara sebagian saja dan
ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal.
Perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat
dilakukan oleh pasien dalam memenuhi kebutuhan self care-nya,
dijalankan pada saat perawat dan pasien menjalankan intervensi
perawatan atau tindakan lain yang melibatkan tugas manipulatif
atau penyembuhan, misal: pasien usia lanjut, pasien stroke dengan
kelumpuhan.
c. Supportive-Educative
System
Sistem yang mendukung/mendidik yaitu tindakan keperawatan
yang bertujuan untuk memberikan dukungan dan pendidikan agar
pasien mampu melakukan perawatan mandiri. Perawat memberikan
pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi
melakukan self care, tetapi yang melakukan self care adalah pasien
21
sendiri, misal: mengajarkan  pasien merawat lukannya,
mengajarkan bagaimana menyuntik insulin. Diperlukan pada
situasi dimana pasien harus belajar untuk menjalankan ketentuan
yang dibutuhkan secara eksternal atau internal yang ditujukan
oleh therapeutic self care,  namun tidak dapat melakukan tanpa
bantuan. Metode bantuan diantaranya: tindakan, panduan,
pelajaran, dukungan dan memberikan lingkungan yang
membangun.

Figure 2.2. Basic nursing systems. (From Orem, D.E.[2001]. Nursing:


Concepts of practice [6th ed., p. 351]. St. Louis: Mosby.)

2.8 KERANGKA KERJA


22
Self care Kategori self care Self care Self care Nursing action
Requisites Requistes agent deficit
Universal  Cairan ( ) Elf care Mandiri :
 Makanan Mandiri agency  Support perawatan
 Proseseliminasi ( ) Parsial < self diri

 Istirahat dan ( ) Total care  Pengaturan latihan


tidur demand dan

 Interaksi sosial Untuk pengembangan


setiap self care agency
 Pencegahan dari
kategori
bahaya
self care Parsial :
 Peningkatan
reguisites Nurse action :
fungsi dan
perkembangan  Menentukan

manusia kebutuhan self


care pasien
 Membantu
keterbatasan self
care pasien
 Membantu pasien
sesuai kebutuhan

Pasien action :
 Mengenali
kebutuhan self
care dirinya
 Meregulasi self
care agency
 Menerima
perawatan dan
bantuan dari
perawat

23
Total
 Memenuhi
kebutuhan
terapetik self care
pasien
 Menkompensasi
ketidakmampuan
paien dalam
pemenuhan
kebutuhan self
care
 Memberikan
support dan
melindungi pasien

Developmental  Mempertahanka Mandiri Mandiri :


n kondisi Partial  Support perawatan
lingkungan Total diri
 Yang  Pengaturan latihan
mendukung dan
perkembangan pengembangan
 Pencegahan dari self care agency
kondisi yang
mengancam Parsial :
perkembangan Nurse action :
normal  Menentukan
kebutuhan self
care pasien
 Membantu
keterbatasan self
care pasien

24
 Membantu pasien
sesuai kebutuhan

Pasien action :
 Mengenali
kebutuhan self
care dirinya
 Meregulasi self
care agency
 Menerima
perawatan dan
bantuan dari
perawat
Total
 Memenuhi
kebutuhan
terapetik self care
pasien
 Menkompensasi
ketidakmampuan
paien dalam
pemenuhan
kebutuhan self
care
 Memberikan
support dan
melindungi pasien

Health  Pencarian Mandiri :


deviation terhadap  Support perawatan
bantuan medis diri

25
 Kesadaran  Pengaturan latihan
terhadap potensi dan
masalah yang pengembangan
muncul akibat self care agency
dari pengobatan
atau perawatan Parsial :
 Modifikasi Nurse action :
konsep atau  Menentukan
gambaran diri kebutuhan self
 Penyesuaian care pasien
gaya hidup yang  Membantu
dapat keterbatasan self
mendukung care pasien
perubahan status  Membantu pasien
kesehatan. sesuai kebutuhan

Pasien action :
 Mengenali
kebutuhan self
care dirinya
 Meregulasi self
care agency
 Menerima
perawatan dan
bantuan dari
perawat
Total
 Memenuhi
kebutuhan
terapetik self care
pasien

26
 Menkompensasi
ketidakmampuan
paien dalam
pemenuhan
kebutuhan self
care
 Memberikan
support dan
melindungi pasien

2.9 PROSES KEPERAWATAN MENURUT TEORI DOROTHEA E.


OREM
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada pasien. Pada pelaksanaan
asuhan keperawatan terdapat pendekatan dan metode utama yang digunakan yaitu
metode memecahkan masalah secara ilmiah yang selanjutnya dikenal sebagai
proses keperawatan (nursing process).
Proses keperawatan yang dijelaskan oleh Orem mempunyai tiga tahap
proses keperawatan yang dikenal sebagai kegiatan proses teknologi dari praktek
keperawatan. Tahapan tersebut meliputi: diagnosa keperawatan dan persepsi,
mendisain sistem keperawatan dan perencanaan, dan memproduksi dan mengatur
sistem keperawatan.
Adapun masing-masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap 1: Diagnosa keperawatan dan persepsi
Pada tahap ini memperjelas mengapa keperawatan dibutuhkan.
Analisa dan interpretasi dalam membuat keputusan mengenai perawatan
merupakan bentuk kegiatan manajemen kasus. Didalam diagnosa
keperawatan memerlukan telaahan dan pengumpulan fakta tentang pasien
termasuk self care agent dan therapeutic self-care demand dan hubungan
keduannya sehingga dapat ditetapkan self-care deficit (Orem, 2001). Orem
menegaskan bahwa dalam diagnosa keperawatan dan merupakan dasar
27
tujuan untuk memberikan arahan dalam melakukan tindakan keperawatan
dan dalam pengobatan, kemampuan pasien dan minat keluarga serta
bentuk dalam kolaborasi mempengaruhi tindakan keperawatan yang
dilakukan perawat.
Pada tahap ini perawat melakukan pengkajian dan pengumpulan
data berdasarkan enam area yang ditentukan oleh Orem yaitu: Status
kesehatan perorangan, persepsi dokter terhadap kesehatan seseorang,
persepsi pasien/individu berkaitan dengan kesehatan dirinya sendiri, tujuan
kesehatan berkaitan dengan konteks riwayat kesehatan, gaya hidup dan
status kesehatan, kebutuhan pasien/individu terhadap self-care dan
integritas/kapasitas pasien/individu melakukan self-care. Dari data-data
dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam area masing-masing, yaitu:
Universal self-care requisites, developmental requisites dan health-
deviation sel-care requisites serta hubungan timbal baliknya. Selain data-
data tersebut penting juga dikumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan
pengetahuan, ketrampilan, motivasi dan orientasi pasien.
Pada tahap pertama ini, asuhan keperawatan pada teori orem dapat
disimpulkan bahwa perawat harus mengajukan beberapa pertanyaan dan
menjawab hal-hal yang berkaitan dengan: Apakah kebutuhan perawatan
therapeutic pasien, sekarang, dan masa yang akan datang, apakah pasien
mempunyai self-care demand dan untuk memenuhi therapeutic self-care
demand-nya, apakah sifat dan alasan hal tersebut, apakah pasien perlu
dibantu untuk menahan diri menggunakan self care, apakah untuk
melindungi perkembagan kemampuan self-care dari tujuan terapetik, dan
apakah potensi pasien untuk menggunakan self-care pada periode yang
akan datang.
b. Tahap 2 : Mendisain sistem keperawatan dan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap dalam memberikan perawatan pada
pasien dan membuat nursing system yang efisien dan efektif dan
menentukan cara-cara yang benar dalam membantu self care pasien. Tahap
ini termasuk mendisain bagaimana peran pasien dan peran perawat dalam
melakukan self care yang dilakukan dalam memenuhi therapeutic self-
28
care demand, dan mengatur latihan self-care agency, melindungi dan
membantu self care agency.
Sedangkan perencanaan merupakan kegiatan mengarahkan dan
cara untuk mengimplementasikan sistem keperawatan dan berhubungan
dengan usaha untuk mendapatkan aktifitas tertentu saat perawat dengan
klien berinteraksi.
c. Tahap 3: Memproduksi dan manajemen sistem keperawatan
Di dalam tahap ketiga ini, perawat bekerja untuk menghasilkan dan
mengatur sistem keperawatan. Perawat selama berinteraksi dengan pasien,
dapat melakukan perencanaan dan kontrol, dan tahap ini mengatur sistem
keperawatan serta menghasilkan kegiatan yang terencana untuk memenuhi
therapeutic self-care demand dan mengatur latihan dan pengembangan
kemampuan akan self-care. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:
membatu, menuntun, mengarahkan, menstimulus minat, mendukung,
meregulasi, mengkoordinasi dan memonitor tugas self-care sehingga
sistem perawatan dapat berjalan dengan optimal.
Perbandingan antara proses keperawatan Orem dengan proses keperawatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Proses Keperawatan Proses Keperawatan Orem
1. Pengkajian - Diagnosis dan resep; menentukan mengapa keperawatan
2.  diperlukan. menganalisis dan menafsirkan-melakukan
penilaian mengenai perawatan
- Desain dari sistem keperawatan dan rencana untuk
pengiriman perawatan
- Produksi dan pengelolaan sistem keperawatan

Langkah – 1 Pengumpulan data di enam area:


1. Status kesehatan seseorang
2. Persepsi dokter tentang status kesehatan
seseorang
3. Persepsi individu tentang status
kesehatannya
29
4. Tujuan kesehatan dalam konteks sejarah
hidup, gaya hidup, dan status kesehatan
5. Kebutuhan untuk perawatan diri
6. Kemampuan individu untuk melakukan
perawatan diri
2. Diagnosa Langkah ke – 2 :
Keperawatan dan - Perawat mendesain sistem yang menyeimbangkan secara
Perencanaan beserta keseluruhan atau sebagian, atau suportif-edukatif.
Rasional - Membawa sebuah organisasi yang baik dari komponen
perawatan diri pasien terapi 'tuntutan
- Pemilihan kombinasi cara untuk membantu yang lebih
efektif dan efisien dalam menyeimbangkan/ mengatasi
defisit perawatan diri pada pasien
3. Implementasi dan Langkah ke – 3 :
Evaluasi - Perawat membantu pasien atau keluarga dalam hal
perawatan diri untuk mencapai kesehatan dan dijelaskan
dan hasil kesehatan yang terkait. mengumpulkan bukti-
bukti dalam hasil evaluasi terhadap hasil yang dicapai
ditentukan dalam desain sistem keperawatan
- Tindakan diarahkan oleh komponen etiologi diagnosis
keperawatan
- Evaluasi

2.10 KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI DOROTHEA E. OREM


a. Kekuatan
1. Menyediakan dasar yang komprehensif untuk praktik keperawatan
2. Memiliki utilitas untuk keperawatan profesional di bidang
kurikulum keperawatan keperawatan praktik, administrasi
keperawatan pendidikan, dan penelitian keperawatan
3. Menentukan saat keperawatan diperlukan
4. Pendekatan perawatan diri nya adalah kontemporer dengan konsep
promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

30
b. Kelemahan/Keterbatasan
1. Dalam teori sistem secara umum, sistem dipandang sebagai satu
kesatuan, sementara Orem mendefinisikan sistem sebagai suatu
keseluruhan, hal.
2. Kesehatan sering dipandang sebagai sesuatu yang dinamis dan
selalu berubah.
3. Teorinya berorientasi pada penyakit.

31
BAB III
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 STUDI KASUS


Ny. X Umur 50 tahun, status janda, suku melayu, agama Islam, pekerjaan
ibu rumah tangga, riwayat pendidikan tidak tamat SD, suami sudah 7 tahun yang
lalu meninggal dunia, Ny. X tinggal dengan anak laki-lakinya yang kebetulan
istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga sementara anak laki-lakinya Ny. X
adalah seorang karyawan swasta salah satu perusahaan. Saat ini Ny. X dirawat di
Ruang K Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Y, sudah 4 hari Ny. X di rawat di
ruang tersebut, menantunya dengan setia dan sabar menjaga ibunya dengan
diagnosa Angina Pectoris.
Kondisi saat masuk kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/100
mmHg, nadi 88 kali / menit, nafas 30 kali / menit, suhu 36,50 C, TB, 156 cm dan
BB 45 kg, klien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri sangat hebat, klien
tampak meringis, berkeringat dingin, klien terpasang kateter urin, dan oksigen 3
liter/menit, obat oral cedocard 3 x 1, antasida 3 x 1, dulcalax 1 x 1, terpasang
infus RL 20 tetes/menit, klien dianjurkan bedrest ditempat tidur, ruang ICCU pada
saat itu penuh sehingga klien di rawat di ruang penyakit dalam.
Kondisi pada hari itu (hari ke empat) klien sudah menunjukan banyak
perubahan seperti nyeri berkurang, tekanan darah 130/80 mmHg, masih terpasang
oksigen kanul 2 liter/menit, terpasang infus RL 20 tetes/menit, pada saat ini Ny. X
tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang berat, untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti mandi, buang air besar harus dibantu oleh perawat
sedangkan makan atau minum klien dibantu keluarga.

3.2 PEMBAHASAN
Penerapan asuhan keperawatan teori self care Orem pada Ny. X
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
32
3.2.1 Pengkajian
Bila mengacu pada teori self care, maka hal-hal yang perlu dikaji adalah
faktor personal, universal self care, development self care, health deviation,
medical problem and plan dan self care deficit, dan data yang dapat dikumpulkan
dari kasus Ny. X, adalah sebagai berikut:
a. Faktor personal: usia 50 tahun, suku melayu, WNI, agama Islam, janda,
pekerjaan ibu rumah tangga, tinggi badan 156 cm dan berat badan 45 kg.
b. Universal self care requisites: Ny. X mengeluh nyeri pada dada sebelah
kiri, nafas sesak dengan frekuensi 30 kali/menit, berkeringat dingin,
wajah tampak meringis, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 88
kali/menit, terpasang oksigen 3 liter/menit, terpasang infus RL 20
tetes/menit, mandi dan BAB di bantu oleh perawat dan keluarga.
c. Development self care requisites: Ny X seorang janda dan tinggal dengan
anak laki-lakinya, keterbatasan melakukan aktivitas karena mengalami
nyeri pada dada sebelah kiri akibat angina pectoris, membutuhkan bantuan
sepenuhnya / total, membutuhkan latihan melakukan aktivitas ringan yang
tidak memberatkan kerja jantung.
d. Health Deviation self care requisites: Aktual gangguan sistem
kardiovaskuler dan tidak dapat melakukan aktivitas berat.
e. Medical problem and plan: diagnosa medik adalah Agina Pectoris.
f. Perencanaan: istirahat, berikan Oksigen 2 liter/menit, Monitor TTV
(tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu), Monitor hasil EKG, membantu
dalam pemenuhan kebutuhan ADL, mengajarkan pasien dan keluarga
secara bertahap tentang perawatan Ny X, relaksasi dengan tarik nafas
dalam pada saat nyeri muncul.
g. Self Care Deficit: ketergantungan pasien dengan keluarga dan perawat
karena kondisi penyakit sehingga pasien tidak mampu dalam memenuhi
self care dan aktivitas lain terutama aktivitas berat.

3.2.2 Diagnosa
33
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data beberapa diagnosa
keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny. X adalah :
a. Tidak efetifnya pola nafas
b. Nyeri akut
c. Self care deficit
d. Intoleransi aktivitas

3.2.3 Intervensi
Perencanaan perawatan yang dapat diberikan pada Ny. X yaitu; menyusun
tujuan, intervensi dan rasionalisasi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
muncul.
Dignosa keperawatan : Tidak efektifnya pola nafas
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola nafas klien
efektif dengan criteria: frekuensi nafas 16 – 20 x/m, irama nafas reguler, tidak terpasang
O2.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan 1. Mempertahankan
oksigen sesuai dengan program oksigen arteri
2. Monitor jumlah
pernafasan, penggunaan otot bantu 2. Mengetahui status
pernafasan, batuk, bunyi paru, tanda pernafasan
vital, warna kulit dan AGD
3. Laksanakan
program pengobatan
4. Posisi pasien 3. Meningkatkan
fowler pernafasan
5. Bantu dalam 4. Meningkatkan
terapi inhalasi pengembangan paru
6. Alat-alat 5. Membantu
emergensi disiapkan dalam kondisi mengeluarkan sekret
baik 6. Kemungkinan
7. Pendidikan terjadi kesulitan bernafas yang akut
34
kesehatan : perubahan gaya hidup, 7. Perlu adaptasi baru
menghindari alergen, tehnik dengan kondisi Sekarang
bernafas, tehnik relaksasi
3.2.4 Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
pada perencanaan berdasarkan 6 area yang dikemukan Orem.
3.2.5 Evaluasi
a. Jalan nafas efektif
b. Nyeri hilang
c. Mampu melakukan perawatan diri
d. Ny. X dapat melakukan aktivitas

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dengan mempelajari model konsep atau teori keperawatan sebagaimana
disampaikan dimuka maka dapat disimpulkan bahwa perawat harus memahami
apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat
memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan dengan
pemilihan model konsep atau teori keperawatan yang sesuai dengan karakteristik
klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan .
Model konsep atau teori keperawatan self care mempunyai makna bahwa
semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka
mempunyai hak untuk memperolehya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan
demikian perawat mengakui potensi pasien untuk berpartisipasi merawat dirinya
sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat
bantuan yang akan diberikan. Untuk dapat menerapkan model konsep atau teori
keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam
terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap
yang therapeutik.

4.2 SARAN
Dengan mengetahui model - model keperawatan yang ada diharapkan
perawat bisa mengetahiu metode mana yang pantas dan harus kita terapkan dalam
keadaan dan situasi tertentu. Jangan sampai salah mengambil metode karena
setiap situasi dan kondisi selalu berubah.

36
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R., & Tomey, A.M. 2006. Nursing theory: utilization and
application. Third edition. St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.
Alligood, M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory: utilization and
application. Third edition. St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.
Hartweg, D.L. 1991. Dorothea Orem: self-care deficit theory. Newbury Park,
California: Sage Publications, Inc.
Orem, Dorothea. 2007. Dorothea Elizabeth Orem Made Nursing Theory.
“Exciting, Realistic, and Usable”. www. Diosav.org. Diunduh 18 Mei
2010
Parker, M.E. 1990. Nursing theories in practice. New York: National League for
Nursing.
Tomey, A,M. 2006. Nursing theorists and their work,6th edition. St, Louis, Missouri;
C.V. Mosby Company

37

Anda mungkin juga menyukai