Anda di halaman 1dari 18

CONTOH KASUS DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN

MATERNITAS DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN SECARA


ETIS

DISUSUN OLEH :

1. ALI SUSANTO (A1R16001)


2. ANIS FITRIANA D. (A1RI6003)
3. ELI ROHMAH A. (A1R16012)
4. EWIKA NUR A. (A1R16017)
5. INTAN NOFITASARI (A1R16022)
6. JOVI PRADANA (A1R16024)
7. MATSNA CHOIRUL H. (A1R16029)
8. NINA AGUSTINA (A1R16031)
9. PUPUT SETIA RINI. (A1R16040)
10. WATIK NUR AMINAH. (A1R16048)
11. YOGI RISMAWAN (A1R16051)

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG


Jalan dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738
Tulungagung 66224
TAHUN AJARAN 2016/2017
0|TUGAS KELOMPOK I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Contoh Kasus Dilema Etik Dalam Keperawatan Maternitas Dan Pembuatan Keputusan
Secara Etis” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai syarat memenuhi tugas pada
mata kuliah Etika Keperawatan dan Pengembangan Kepribadian.

Tak lupa, kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. H.Sukanto,S.Pd,S.Kep,Ners,M.Kes selaku ketua Stikes Hutama Abdi Husada


Tulungagung.
2. Sri Agustiana, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep selaku dosen mata kuliah Etika
Keperawatan dan Pengembangan Kepribadian. Sekaligus dosen pembimbing
makalah
3. Teman-teman Mahasiswa STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung.

Tentu saja, makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan mohon maaf jika terjadi
kesalahan dalam penulisan.

Tulungagung, 16 Mei 2017

Kelompok I

1|TUGAS KELOMPOK I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Etik 5
2.2 Fungsi Etik 6
2.3 Macam-macam Etik 6
2.4 Pengertian Hukum 7
2.5 Aborsi Menurut Pandangan Islam 8
2.6 Hubungan Antar Etik dan Hukum 8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Abortus 10
3.2 Pertimbangan Etik dan Hukum dalam Aborsi 10
3.3 Contoh Kasus Dilema Etik dalam Keperawatan Maternitas 12

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 16
4.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

2|TUGAS KELOMPOK I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Asuhan keperawatan maternitas sering menimbulkan lebih banyak pertanyaan etik


dan hokum kepada perawat dibandingkan area asuhan keperawatan lain. Perawat maternitas
memberikan pelayanan dan keperawatan yang luas untuk klien diberbagai lingkunga praktik
yang berbeda. Perawat ini dihadapkan dengan isu seputar kelahiran, kehidupan, kematian dan
kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Hal yang penting dalam isu ini adalah
keterlibatan dua klien, ibu dan janin.
Perawat professional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin
mereka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik professional. Kemajuan
dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan social dan hokum telah berperan dalam
peningkatan perhatian terhadap etik.
Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi
keperawatan international, nasional, dan Negara bagian atau provensi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan
dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab
untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien, keperawatan sebagai
suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan yang jelas. Para perawat harus
tahu berbagai konsep hokum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka
mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan professional yang mereka
lakukan.
Secara umum terdapat dua alas an terhadap pentingnya para perawat tahu tentang hokum
yang mengatur praktiknya. Alas an pertama untuk memberikan kepastian bahwa keputusan
dan tindakan perawat yang dilakukan konsisten dengan prinsip hokum. Kedua, untuk
melindungi perawat dari liabilita. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang etik dan
hokum dalam keperawatan.

3|TUGAS KELOMPOK I
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Abortus?


2. Apa itu pertimbangan etik dan hukum aborsi?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian Abortus.


2. Mengetahui pertimbangan etik dan hukum dalam Aborsi.

4|TUGAS KELOMPOK I
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etik

Etik merupakan prinsip prilaku yang mengarahkan hubungan seseorang dengan orang
lain. Etik merupakan keyakinan dasar tentang nilai- nilai yang benar dan salah
menyediakan sebuah kerangka untuk pengambilan keputusan dan tindakan. Misalnya,
etik menyediakan dasar untuk memutuskan apakah seseorang harus pergi keja atau tidak
dipagi hari. Tidak ada aturan dalam situasi seperti itu sehingga keputusan pribadi harus
seperti itu sehingga keputusan pribadi harus dibuat untuk melakukan apa yang benar.

Seseorang dapat berpura- pura sakit dan tinggal dirumah; namun, rekan sejawat, para
sahabat, akan sepakat bahwa pura- pura sakit adalah tingkah laku yang tidak pantas.
Terlebih lagi, seseorang atasan memiliki hak untuk mencatat bawahannya jika hal seperti
itu terjadi berulang- ulang. Kadang- kala muncul situasi yang mengharuskan
pengambilan keputusan, tetapi tidak ada satupun solusi yang tampaknya benar- benar
memuaskan. Sebuah dilema etik muncul. Muncul lebih dari satu solusi; mungkin solusi
tersebut saling bertentangan. Satu atau seluruh solusi yang mungkin tidak disukai.
Keputusan etik memiliki konsekuensi terhadap diri seseorang dan orang lain (Ellis et al.,
1995).

Ahli filosofi moral telah mengidentifikasi tiga perinsip etik yang mendasari penilaian
moral dan pengambilan keputusan etik. Ketiga prinsip ini adalah beneficience,
menghargai otonom, dankeadilan (Good Et all., 1993; kontak 5-1). Perawat perlu
memprhatikan ketiga perinsip tersebut saat mengambil keputusan etik mengenai
ksejahteraan kliennya.

Etik berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/
kebiasaan yang baik. Etik sendiri adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang
buruk,tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Sedangkan menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etik adalah seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi”

5|TUGAS KELOMPOK I
2.2 Fungsi Etik

a. Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas


yang membingungkan.
b. Etik ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis.
c. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikapyang wajar dalam suasana
pluralism

2.3 Macam-Macam Etik

A. Etik Deskriptif, yaitu etik yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etik Deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.

B. Etik Normatif, yaitu etik yang mengajarkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etik Normatif juga
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan dilakukan.

Secara umum etik dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

A. Etik Umum, mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar bagaimana


seharusnya manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis, teori-
teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum
dapat pula dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian
umum dan teori-teori etika.

B. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang


kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana seseorang bersikap dan bertindak
dalam kehidupannya dan kegiatan profesi khusus yang dilandasi dengan etika moral.
Namun, penerapan itu dapat juga berwujud Bagaimana manusia bersikap atau melakukan
tindakan dalam kehidupan terhadap sesama. Etika Khusus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
:

1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap


dirinya sendiri.
2) Etika sosial, yaitu mengenai sikap dan kewajiban, serta pola perilaku manusia
sebagai anggota bermasyarakat. Etika sosial meliputi banyak bidang, antara lain :
a) Sikap terhadap sesama
b) Etika keluarga
c) Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis,dokumentalis,
pialang informasi.
d) Etika politik
e) Etika lingkungan
6|TUGAS KELOMPOK I
f) Etika idiologi adalah filsafat atau pemikiran kritisrasional tentang
ajaran moral sedangka moral adalahajaran baik buruk yang diterima
umum mengenaiperbuatan, sikap, kewajiban dsb. Etika selalu
dikaitkandengan moral serta harus dipahami perbedaan antaraetika
dengan moralitas.

2.4 PENGERTIAN HUKUM

Hukum adalah peraturan perilaku atau tindakan yang dikenal mengikat atau
ditegakkan oleh pihak berwenang, seperti pemerintah lokal, negara bagian, atau nasional.
Hukum dirancang untuk mencegah tindakan satu pihak yang mengganggu pihak- pihak lain.
Seluruh hukum pada dasarnya berasal dari hukum dasar, kecendrungan pembawaan lahir
manusia untuk melakukan hal yang baik dan menghindari hal yang buruk. Pemerintah
Federal Amerika Serikat dan ngara- negara bagiannya memegang konstitusi untuk membuat
dan menegakkan hukum.

Sistem hukum menyusun pedoman, bukan menetapkan peraturan yang kaku untuk
praktik. Semua hukum, tidak peduli asal usulnya, adalah subyek terhadap perubahan dan
interprestasi. Ellis et al. (1995) menyatakan bahwa etik dan hukum dapat berjalan
berdampingan dan saling mendukung. Jika, seseorang individu memilih untuk mencuri uang
dari majikannya, prilaku tersebut bukan saja tidak etis, tetapi juga melanggar hukum. Banyak
hukum ditulisuntuk menyediakan sebuah dasar untuk menegakan prinsip etik yang dianggap
perlu untuk kesejahteraan sebagaian besar masyarakat.

Aborsi Menurut Pandangan Hukum


Pasal 347 KUHP
 Ayat (1) : sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuan, pidana penjara 12 tahun
 Ayat (2) : jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, pidana penjara
15 tahun
Pasal 348 KUHP
 Ayat (1) : sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, pidana penjara 5 tahun
 Ayat (2) : jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut pidana 7 tahun
Pasal 349 KUHP
 “Apabila tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal 346, 347, dan 348 dilakukan
oleh dokter, bidan, juru obat maka pidananya diperberat dengan tambah 1/3 dan dapat
dicabut hak profesinya”
Pasal 299 KUHP
 Ayat (1) : sengaja mengobati seseorang perempuan atau mengerjakan sesuatu
perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan atau menimbulkan

7|TUGAS KELOMPOK I
pengharapan, bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya dihukum penjara
selama-lamanya 4 tahun
 Ayat (2) : kalau si tersalah melakukan pekerjaan itu karena mengharapkan
keuntungan dan menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh tabib, bidan atau tukang
pembuat obat, maka hukumnya dapat ditambah 1/3 nya.
ABORSI UUNo.36 / 2009 TENTANG KESEHATAN
 Pengecualian :
1. Berdasarkan indikasi medis
2. Akibat perkosaan

2.5 Aborsi Menurut Pandangan Islam

Membicarakan aborsi sebenarnya membicarakan perempuan. Hal ini dapat


dibenarkan karena perempuan dipandang sebagai pelaku aborsi, yang secara faktual ini
benar-benar terjadi dan ada di masyarakat. Aborsi yang dilakukan oleh perempuan
sebenarnya beresiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan jiwa, namun tetap menjadi
pilihan mereka dengan alasan aborsi merupakan hak reproduksi atau bentuk otonomi
perempuan atas tubuhnya. Dalam pandangan buku islam aborsi hukumnya haram. Seluruh
ulama sepakat bahwa aborsi setelah kehamilan melewati masa 120 hari adalah haram, karena
pada saat itu janin telah bernyawa. Boleh dilakukan bila kondisi darurat, seperti apabila
membahayakan jiwa si ibu. Sedangkan aborsi pada usia kehamilan dibawah 40 hari
hukumnya makruh. Ini pun dengan syarat adanya keridhaan dari suami dan istri serta adanya
rekomendasi dari 2 orang dokter spesialis bahwa aborsi itu tidak menyebabkan kemudharatan
bagi si ibu. Namun penulis si pendapat dengan Imam Ghozali yang menyatakan bahwa aborsi
adalah tindakan pidana yang haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh atau belum, dengan
argumen bahwa kehidupan telah dimulai sejak pertemuan air sperma dan ovum didalam
rahim perempuan.

2.6 Hubungan Antar Etik dan Hukum

Etik mungkin membahas tentang pertanyan yang berbeda dari hukum. Sebagai contoh
datang ketempat kerja sesuai dengan yang diharapkan tidak diperintah oleh hukum walaupun
kebanyakan orang memiliki pandangan yang sama pada situasi seperti ini. Meskipun
demikian, kadang- kadang individu menemukan bahwa hukum dan keyakinan etik mereka
berbeda. Contohnya adalah seseorang tentara yang dituntut membunuh musuhnya dalam
peperangan. Seluruh negara menganggap hal tersebut sah secara hukum, tetapi sebagian
orang memiliki syarat etik dan menetapkan keberatan yang besar jika diberikan kesediaannya
dalam berperang. Individu semacam ini sering sering diberi tugas untuk tidak berperang
walaupun mereka berada dizona perang. Contoh dalam keperawatan adalah seorang perawat
yang menolak membantu aborsi karena merasa tidak etis mengambil nyawa janin. Perawat
semacam ini mungkin diberi tugas lain yang tidak memiliki pertentangan antara etika pribadi
dengan kegiatan dan hukum yang berlaku.

8|TUGAS KELOMPOK I
Para penulis dibidang etik menyimpulkan bahwa tidak semua pilihan atau masalah
bersifat etis (Ellis et al., 1995, Busy et al., 1989). Mereka menguraikan beberapa karakteristik
yang membuat masalah etik menjadi unik :

1. Masalah tidak dapat seluruhnya dipecahkan dari data empiris; misalnya haruskah
orang yang sehat dipaksa untuk mendonorkan organ tubuhnya keseseorang yang akan
mati jika tidak mendapat donor organ tersebut ? jelas, ilmu pengetahuan apapun tidak
akan dapat menjawab pertanyaan ini dengan pasti. Beragam ilmu pengetahuan dan rasa
kemanuasiaan dapat memberikan informasi, tetapi jawabannya berada diluar disiplin
ilmu.

2. Masalah bersifat membingungkan. Terdapat konfik dan ketidakpastian tentang


jumlah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Jika bayi yang
baru lahir memiliki anomali kongenital mulipel yang dapat diperbaiki, tetapi memiliki
penyimpangan kromosom yang pada akhirnya menyebabkan kematian pada usia dini,
haruskah dilakukan upaya yang agresif untuk membutnya tetap hidup selama mungkin
walaupun upaya tersebut dapat menyebabkan sakit dan penderitaan bagi orang tua dan
bayi tersebut ?

3. Jawaban atas maslah etik akan sangat besar hubungannya dengan bberapa bidang
yang menjadi perhatian manusi. Keputusan tersebut akan sangat luas pengaruhnya pada
persepsi seseorang terhadap orang lain, hubungan sesama manusia, hubungan mereka
dengan masyarakat, dan hubungan berbagai masyarakat dan dunia luas. Jika misalnya,
dibuat keputusan untuk memaksa seseorang mendonorkan bagian salah satu anggota
tubuhnya ke seseorang anggota keluarga, keputusan tersebut berdasarkan pada beberapa
premis dan asumsi (yang mungkin tidak dimiliki oleh seluruh masyarakat): Hak
seseorang akan integritas tubuhnya mungkin dilanggar jika orang lain hendak mengambil
hak orang lain hendak, mengambil keuntungan darinya , hak manusia untuk hidup
mencakup hak untuk mengharuskan orang lain untuk menjalankan operasi yang
menyakitkan dengan hasil kehilangan bagian tubuh secara permanen dan kerusakan
integritas tubuh secara umum, dan profesional kesehatan dan orang lain yang berwenang
dapat mendesak atau memaksa seseoranguntuk mengorbankan integritas tubuhnya demi
kesejahteraan orang lain. Pilihan ini melibatkan konsep hak asasi manusia, batasan- batas
kebajikan, dan kekuasaan dari pihak yang berwenang. Walaupun contoh tersebut
dramatis, isu lain, hak wanita untuk mengkonsumsi obat- obatan dan alkohol pada masa
kehamilan atau berapa lama untuk memperpanjang hidup bayi baru lahir yang
mengalami gangguan yang tidak dapat disembuhkan, adalah kurang jelas. Perawat harus
menggunakan karakteristik tersebut saat menentukan apakah keputusan melibatkan suatu
masalah etik atau tidak.

9|TUGAS KELOMPOK I
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
(yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu.
(terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)

Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi menjadi :

1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu,


tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila
abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama
8 minggu atau lebih.

Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).

Abortus spontan diduga disebabkan oleh :

1. kelainan kromosom (sebagian besar kasus)


2. infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
3. gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
4. oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)

3.2. Pertimbangan Etik dan Hukum dalam Aborsi

Konflik saat ini, antara kelompok pro- pilihan (prochoice) dan pro kehidupan (profile) telah
menyulutkan api yang membangkitkan sekitar topik aborsi. Perawat harus mengerti posisi
etik mereka dalam masalah ini jika ingin memberikan keperawatan yang berkualitas kepada
klien. Perawat terlibat konseling pada klien tentang aborsi dari sudut pandang yang beragam,
ulasan singkat tentang pertimbangan etik dan hukum dijelaskan pada bagian selanjutnya.

1. Perkembangan Etik

10 | T U G A S K E L O M P O K I
Etika dalam masalah aborsi berkisar pada masalah mengakhiri kehidupan janin
dengan cara memindahkan janin dari sistem pendukung kehidupannya. Telah diperdebatkan
bahwa apbila manusia diberika sebuah pilihan, ia akan memilih kesehatan dan tidak akan
mengalami penderitaan. Lebih jauh, perdebatan berlanjut, manusia tudak memiliki hak untuk
membebankan oleh akibat tragis dari penyakit yang terdeteksi pada janin. Dengan
menggugurkan janin yang cacat, “ ketiadaan” terjadi bukan penderiataan karena hidup
dengan abnormalitas. Janin yang rusak dapat diganti dengan yang normal pada kehamilan
berikutnya. Walaupun alasan ini mendukung pengguguran janin yang rusak, alasan ini tidak
mebahas tindaka etika aborsi pada hasil konsepsi yang sehat (atau tidak direncanakan). Hal
ini juga menimbulkan masalah tentang siapa yang menetukan normal atau sehat (cohen, 1990
; Overall, 1990 ; Freda , 1994).

Pendukung kelompok pro- pilihan mengambil sikap bahwa ibu memiliki tanggung
jawab pokok dan kebebasan memilih atas apa yag terjadi pada tbuhnya. Kelompok pro-
pilihan ini bukan kelompok pro- aborsi. Pendukung kelompok pro- pilihan menekankan
penggunaan aborsi hanya untuk sebagai usaha terakhir. Meraka menjunjung tinggi nilai
penggunaan kontasepsi, amniosintesis untuk menentukan defek janin, dan adopsi jika
memungkinkan. Pendukung kelompok pro kehidupan percaya bahwa janin adalah manusia
sejak konsepsi dan karena itu menghancurkan kehidupan manusia adalah pembunuhan dan
tidak dapat dipertahankan secara moral.

2. Pertimbangan Hukum

Pada tahun 1973, dalam kasus bersejarah Ros vs wade, Mahkamah Agung Amerika
Serikat memutuskan bahwa aborsi adalah tindakan yang sah di Amerika serikat. Keputrusan
tersebut membuat hukum- hukum negara bagian yang melarang aborsi menjadi tidak berlaku
karena hukum- hukum semacam itu menyerang privasi ibu (Annas, 1986). Keputusan
tersebut juga menetapkan beberapa point lain sebagai berikut.

a) Negara bagian tidak dapat mencegah sorang wanita untuk melakukan aborsi setiap
saat pada trisemester pertama yang dilakukan oleh dokter yang memiliki izin.
b) Negara bagian dapat mengatur dan bahkan melarang aborsi pada trisemester ke tiga,
kecuali jika kehidupan atau keselamatan ibu terancam.
c) Negara bagian memiliki hak untuk memberi perlindungan terhadap janin pada
trisemester terakhir.

11 | T U G A S K E L O M P O K I
3.3. Contoh Kasus Dilema Etik dalam Keperawatan Maternitas
1. KASUS

Ny. A berusia 27 tahun, ia sedang mengandung anaknya yang pertama. Suami dan
keluarga Ny. A sangat bahagia menyambut kehamilan Ny. A karena sejak pernikahanya
selama 5 tahun baru saat ini dikaruniai anak yang masih dalam kandungan tersebut. Ny. A
dan suami selalu memantau perkembangan dan usia kandungan nyonya A. Dari bulan ke
bulan semua terlihat baik- baik saja, tetapi pada masa kandungan yang ke 4 bulan kondisi
fisik Ny. A menurun, ia sering lemas, nyeri perut dan bahkan hampir pingsan. Tetapi nyonya
A tetap bersikukuh bahwa ia baik baik saja hanya kurang istirahat. Ketika kondisi Ny. A
semakin menurun, maka ia dibawa ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana kondisinya.

Ketika dilakukan pemeriksaan ternyata terdiagnosa bahwa Ny. A menderita


kandungan lemah. Dokter menyarankan untuk melakukan abortus demi keselaatan Ny. A.
Keluarga Ny. A menurut apapun yang dianggap etugas medis merupakan keputussan yang
paling baik. Ketika Ny. A diberi kesempatan untuk berpndapat, ia memilih untuk
mempertahankan kandunganya apapun konsekuensi yang akan dialaminya. Menurutnya bayi
yang ia kandung merupakan makhluk yang bernyawa dan jika diaborsi maka sama saja
melakukan pembunuhan dan hal tersebut dilarang oleh agama, selain itu ia sangat berat hati
ika bayi yang sangat dinanti nantikanya harus berakhir dengan abortus. Perawat tahu bahwa
satu satunya hal yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan atau memulihkan kondisi pasien
adalah dengan abortus, tetapi Ny. A tetap berpegang pada prinsipnya.

2. PEMBUATAN KEPUTUSAN

1. Pengenalan dilema etik keperawatan


Pada kasus diatas, perawat mengalami dilema etik karena dkter telah menyarankan
Ny. A lebih baik abortus karena untuk keselamatan pasien iti sendiri sebab jika
dilanjutkan belum tentu ibu an anaknya akan selamat, mungkin salah satu akan
meninggal.tetapi pasien menolak untuk melakukan abirtus karena menurutnya abortus
sama saja dengan membunuh bayi. Jika perawat menikutu saran dokter, perawat akan
melanggar hak pasien untuk mengambil kebutusan untuk pasien itu sendiri, tetapi jika
perawat mengikuti kemauan pasien maka akan sangat berbahaya bagi kesehata pasien
itu sendiri.
2. Mengumpulkan data yang aktual dan relevan
a. What
Perawat mengalami dilema apakah menuruti saran dokter untuk dilakukan abortus
atau menuruti kemauan pasien yang tetap mempertahankan bayinya.
b. Who
Wanita berumur 27 tahun yang mengalami kandungan lemah yang diketahui pada
bulan ke 4 masa kehamilanya.
c. When
Saat pasien dirawat diruah sakit pada masa kehamilan 4 bulan dibawa ke rumah
sakit pada hari selasa 11 juli 2014
d. Where

12 | T U G A S K E L O M P O K I
Di rumah sakit x ruangan maternitas
e. Why
Seorang wanita yang ketika hamil pertamanya mengalami penyakit kandungan
lemah dan disarankan melakukan abortuskarena jika dipertahankan akan
membahayakan nyawa pasie karena kemungkinan besar akan teradi pendarahan.
f. How
Perawat menyadari bahwa setiap leputusan da tindakan akan menimbulkan
pengaruh yang berbeda beda bagi pasien sehingga perawat harus memberikan
keputusan yang terbaik dan bijaksana dalam menangani kasus dilema etik.

3. Menanalisis dan mencari kejelasan individu yang terlibat


a. Pasien
Wanita yang berumur 27 tahun yang sedang mengandung 4 bulan dan mengalami
kandungan lemah tetapi menolak untuk diabirtus.
b. Suami dan keluarga pasien
Suami dan keluarga pasien menyerahkan seluruhnya kepada tenaga kesehatan
yang diharapkan dapat memberikan keputusan yang terbaik.
c. Dokter
Dokter menyarankan untuk dilakukanya abotus untuk keselamatan pasien
d. Perawat
Perawat adalah salah satu petugas pelaksana yang paling sering berhubungan atau
berkomunikasi dengan pasien. Maka perawat bertugas memberikan masukan
masukan bagi pasien maupun keluarga pasien atas baik buruknya keputusan medis
yang akan diambil pasien dan melaporkan keputusan trsebut kepada dokter

3. Mengonsep Dan Mengevaluasi Argumentasi Untuk Setiap Isu Dan Membuat


Alternatif
 Menjelaskan secara rinci rencana tindakan termasuk dampak setelah dilakukan
tindakan.
 Pada kasus tersebut, kondisi ibu tersebut menjadi pertimbangan tindakan apa yang
harus dilakukan oleh perawat terhadap pasien , jika tahap kehamilan tetap dilanjutkan
sesuai dengan prosedur yang direncanakan akan tetap diberikan maka hendaknya
perawat menyampaikan sejelasnya pada keluarga dan pasien mengenai semua yang
berkaitan dengan rencana tindakan, jika ibu tetap melanjutkan proses kehamilan, ibu
harus mengikuti syarat-syarat tertentu.
 Menjelaskan dengan jelas dan rinci kemungkinan yang akan terjadi bila tidak
dilakukan tindakan.
 Kasus di atas dapat mengancam kehidupan ibu tersebut, karena dia memiliki
kandungan yang lemah sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi pasien, selain itu
ibu juga mengalami pendarahan, jika ibu tidak menjalani prosedur yang telah
ditentukan dengan tepat.
 Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan
serta memberikan alternatif tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga.

13 | T U G A S K E L O M P O K I
a) Perawat membiarkan keinginan pasien untuk tidak dilakukan abortus dan
hanya diberikan perawatan dan obat sesuai dengan keinginan pasien.
b) Perawat tetap memberikan perawatan dan obat setelah memberikan pengertian
atau healt education pada pasien tentang dampak yang mungkin akan timbul.
c) Pasien diberikan informed consent atas penolakan yang dilakukan perawatan
dengan tindakan abortus.
 Memberikan advokat dan konselor kepada pasien
Perawat meningkatkan perannya sebagai advokat dan konselor kepada pasien tersebut
dan memberikan informasi secara baik dengan bersikap ramah dan selalu memberikan
semangat kepada pasien tersebut bahwa tindakan yang akan dilakukan ini tindakan
yang terbaik untuk dirinya, dan harus diingat dalam pemberian informasi perawat
diharuskan bersikap sabar dan lemah lembut serta bersikap sopan santun karena
dengan seperti itu maka diharapkan pasien tersebut bisa merubah pikirannya untuk
diberikan perawatan oleh perawat.

4. Mengambil Tindakan
1. Dalam kasus ibu tersebut, perawat melakukan healt education untuk memberikan
informasi dan memberikan perawatan yaitu diberikan obat untuk meminimalisir
terjadinya pendarahan yang mungkin akan terjadi saat proses kehamilan. Tindakan
tersebut dilakukan karena apa yang diinginkan ibu tersebut menolak untuk dilakukan
abortus dan ini membahayakan kondisi ibu tersebut.
2. Perawat membantu mengontrol perkembangan kesehatan ibu pada tahap-tahap
kehamilan.
3. Perawat melakukan perawatan dan memberikan obat. Setelah pemberian obat
terpenuhi dilanjutkan perawatan dan cake up setiap satu minggu sekali dengan
menjalankan prosedur asuhan keperawatan sesuai standart dianggap lebih baik dan
menyelamatkan jiwa pasien. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya pendarahan
saat proses kehamilan.

Dasar hukum yang melindungi perawat jika melakukan tindakan yang terbaik untuk
memperbaiki status kesehatan : Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 56 ayat 1 ”Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secara lengkap”. Sehingga apapun keputusan dari pasien melalui
proses pemberian informasi mengenai akibat dari keputusannya, maka perawat berkewajiban
untuk menjalankan apa yang diinginkan pasien karena mematuhi Undan-Undang Kesehatan.

5. Mengadakan Evaluasi

Pada kasus ibu usia 27 tahun yang di diagnosa Kandungan Lemah yang awalnya
menolak dilakukan abortus sesuai dengan anjuran dokter dengan prosedur asuhan
keperawatan yang tepat, tetapi akhirnya memilih untuk mengambil jalan alternative untuk
melakukan kontrol secara rutin ke dokter spesialis kandungan mengikuti apa yang disarankan
oleh dokter spesialis kandungan dipesan suami dan keluarga, selalu siap siaga bila terjadi
sesuatu segera mencari petugas medis terdekat atau berangakat langsung ke rumah sakit.

14 | T U G A S K E L O M P O K I
Perawat melakukan pemantauan perkembangan kesehatan Bahwa Ny.A dan keluarga siap
siaga melakukan Kontrol rutin ke dokter kandungan.

Setelah rutin minum obat dan kontrol Ibu yang sebelumnya mengalami lemas, nyeri
perut dan bahkan hampir pingsan berangsur-angsur membaik, walaupun harus tetap dalam
pengawasan dan kontrol rutin ibu berusia 27 tahun tersebut bisa melakukan aktifitas yang
ringan. Sehingga perawatan yang dilakukan perawat dinilai telah berhasil.

15 | T U G A S K E L O M P O K I
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Etik berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/
kebiasaan yang baik. Etika sendiri adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,tentang
hak dan kewajiban moral. Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup didalam masyarakat
yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan
sangsi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh mentaatinya.

Aborsi dapat dibenarkan sccara hukum apabila dilakukan dengan adanya


pertimbangan medis. Tanggung jawab (responsibility) merupakan penerapan ketentuan
hukum terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap
kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai kode etik. Abortus hanya
dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah dan
organisaso-organisasi profesi medis. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang
terdaftar dan memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau
dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.

4.2 SARAN

Kesadaran perawat akan pentingnya mempelajari hukum, sangat diperlukan. Tidak hanya
untuk perlindungan untuk perawat itu sendiri dalam melaksanakan tugas, akan tetapi juga
masyarakat pada umunya. Perawat yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan koridor
hokum, akan menjamin keamanan dalam bidang hokum bagi perawat dan juga pasien.
Penting untuk perawat melaksanakan tugasnya sesuai dengan etika keperawatan,
mengetahuai hak dan kewajiban, peran dan fungsi, tanggung jawab dan tanggung gugat.

Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujud nyatakan peran perawat
yang legal etis dalam pengambilan keputusan dalam konteks etika keperawatan.

16 | T U G A S K E L O M P O K I
DAFTAR PUSTAKA

http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/08/pertimbangan-etik-dan-hukum-dalam.htm

http://4syamm.wordpress.com/2010/12/01/etika-keperawatan

http://www.aborsi.org/resiko.htm

17 | T U G A S K E L O M P O K I

Anda mungkin juga menyukai