DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Contoh Kasus Dilema Etik Dalam Keperawatan Maternitas Dan Pembuatan Keputusan
Secara Etis” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai syarat memenuhi tugas pada
mata kuliah Etika Keperawatan dan Pengembangan Kepribadian.
Tentu saja, makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan mohon maaf jika terjadi
kesalahan dalam penulisan.
Kelompok I
1|TUGAS KELOMPOK I
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 16
4.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA
2|TUGAS KELOMPOK I
BAB I
PENDAHULUAN
3|TUGAS KELOMPOK I
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
4|TUGAS KELOMPOK I
BAB II
LANDASAN TEORI
Etik merupakan prinsip prilaku yang mengarahkan hubungan seseorang dengan orang
lain. Etik merupakan keyakinan dasar tentang nilai- nilai yang benar dan salah
menyediakan sebuah kerangka untuk pengambilan keputusan dan tindakan. Misalnya,
etik menyediakan dasar untuk memutuskan apakah seseorang harus pergi keja atau tidak
dipagi hari. Tidak ada aturan dalam situasi seperti itu sehingga keputusan pribadi harus
seperti itu sehingga keputusan pribadi harus dibuat untuk melakukan apa yang benar.
Seseorang dapat berpura- pura sakit dan tinggal dirumah; namun, rekan sejawat, para
sahabat, akan sepakat bahwa pura- pura sakit adalah tingkah laku yang tidak pantas.
Terlebih lagi, seseorang atasan memiliki hak untuk mencatat bawahannya jika hal seperti
itu terjadi berulang- ulang. Kadang- kala muncul situasi yang mengharuskan
pengambilan keputusan, tetapi tidak ada satupun solusi yang tampaknya benar- benar
memuaskan. Sebuah dilema etik muncul. Muncul lebih dari satu solusi; mungkin solusi
tersebut saling bertentangan. Satu atau seluruh solusi yang mungkin tidak disukai.
Keputusan etik memiliki konsekuensi terhadap diri seseorang dan orang lain (Ellis et al.,
1995).
Ahli filosofi moral telah mengidentifikasi tiga perinsip etik yang mendasari penilaian
moral dan pengambilan keputusan etik. Ketiga prinsip ini adalah beneficience,
menghargai otonom, dankeadilan (Good Et all., 1993; kontak 5-1). Perawat perlu
memprhatikan ketiga perinsip tersebut saat mengambil keputusan etik mengenai
ksejahteraan kliennya.
Etik berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/
kebiasaan yang baik. Etik sendiri adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang
buruk,tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995)
Etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Sedangkan menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etik adalah seperangkat aturan atau
norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi”
5|TUGAS KELOMPOK I
2.2 Fungsi Etik
A. Etik Deskriptif, yaitu etik yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etik Deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
B. Etik Normatif, yaitu etik yang mengajarkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etik Normatif juga
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan dilakukan.
Hukum adalah peraturan perilaku atau tindakan yang dikenal mengikat atau
ditegakkan oleh pihak berwenang, seperti pemerintah lokal, negara bagian, atau nasional.
Hukum dirancang untuk mencegah tindakan satu pihak yang mengganggu pihak- pihak lain.
Seluruh hukum pada dasarnya berasal dari hukum dasar, kecendrungan pembawaan lahir
manusia untuk melakukan hal yang baik dan menghindari hal yang buruk. Pemerintah
Federal Amerika Serikat dan ngara- negara bagiannya memegang konstitusi untuk membuat
dan menegakkan hukum.
Sistem hukum menyusun pedoman, bukan menetapkan peraturan yang kaku untuk
praktik. Semua hukum, tidak peduli asal usulnya, adalah subyek terhadap perubahan dan
interprestasi. Ellis et al. (1995) menyatakan bahwa etik dan hukum dapat berjalan
berdampingan dan saling mendukung. Jika, seseorang individu memilih untuk mencuri uang
dari majikannya, prilaku tersebut bukan saja tidak etis, tetapi juga melanggar hukum. Banyak
hukum ditulisuntuk menyediakan sebuah dasar untuk menegakan prinsip etik yang dianggap
perlu untuk kesejahteraan sebagaian besar masyarakat.
7|TUGAS KELOMPOK I
pengharapan, bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya dihukum penjara
selama-lamanya 4 tahun
Ayat (2) : kalau si tersalah melakukan pekerjaan itu karena mengharapkan
keuntungan dan menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh tabib, bidan atau tukang
pembuat obat, maka hukumnya dapat ditambah 1/3 nya.
ABORSI UUNo.36 / 2009 TENTANG KESEHATAN
Pengecualian :
1. Berdasarkan indikasi medis
2. Akibat perkosaan
Etik mungkin membahas tentang pertanyan yang berbeda dari hukum. Sebagai contoh
datang ketempat kerja sesuai dengan yang diharapkan tidak diperintah oleh hukum walaupun
kebanyakan orang memiliki pandangan yang sama pada situasi seperti ini. Meskipun
demikian, kadang- kadang individu menemukan bahwa hukum dan keyakinan etik mereka
berbeda. Contohnya adalah seseorang tentara yang dituntut membunuh musuhnya dalam
peperangan. Seluruh negara menganggap hal tersebut sah secara hukum, tetapi sebagian
orang memiliki syarat etik dan menetapkan keberatan yang besar jika diberikan kesediaannya
dalam berperang. Individu semacam ini sering sering diberi tugas untuk tidak berperang
walaupun mereka berada dizona perang. Contoh dalam keperawatan adalah seorang perawat
yang menolak membantu aborsi karena merasa tidak etis mengambil nyawa janin. Perawat
semacam ini mungkin diberi tugas lain yang tidak memiliki pertentangan antara etika pribadi
dengan kegiatan dan hukum yang berlaku.
8|TUGAS KELOMPOK I
Para penulis dibidang etik menyimpulkan bahwa tidak semua pilihan atau masalah
bersifat etis (Ellis et al., 1995, Busy et al., 1989). Mereka menguraikan beberapa karakteristik
yang membuat masalah etik menjadi unik :
1. Masalah tidak dapat seluruhnya dipecahkan dari data empiris; misalnya haruskah
orang yang sehat dipaksa untuk mendonorkan organ tubuhnya keseseorang yang akan
mati jika tidak mendapat donor organ tersebut ? jelas, ilmu pengetahuan apapun tidak
akan dapat menjawab pertanyaan ini dengan pasti. Beragam ilmu pengetahuan dan rasa
kemanuasiaan dapat memberikan informasi, tetapi jawabannya berada diluar disiplin
ilmu.
3. Jawaban atas maslah etik akan sangat besar hubungannya dengan bberapa bidang
yang menjadi perhatian manusi. Keputusan tersebut akan sangat luas pengaruhnya pada
persepsi seseorang terhadap orang lain, hubungan sesama manusia, hubungan mereka
dengan masyarakat, dan hubungan berbagai masyarakat dan dunia luas. Jika misalnya,
dibuat keputusan untuk memaksa seseorang mendonorkan bagian salah satu anggota
tubuhnya ke seseorang anggota keluarga, keputusan tersebut berdasarkan pada beberapa
premis dan asumsi (yang mungkin tidak dimiliki oleh seluruh masyarakat): Hak
seseorang akan integritas tubuhnya mungkin dilanggar jika orang lain hendak mengambil
hak orang lain hendak, mengambil keuntungan darinya , hak manusia untuk hidup
mencakup hak untuk mengharuskan orang lain untuk menjalankan operasi yang
menyakitkan dengan hasil kehilangan bagian tubuh secara permanen dan kerusakan
integritas tubuh secara umum, dan profesional kesehatan dan orang lain yang berwenang
dapat mendesak atau memaksa seseoranguntuk mengorbankan integritas tubuhnya demi
kesejahteraan orang lain. Pilihan ini melibatkan konsep hak asasi manusia, batasan- batas
kebajikan, dan kekuasaan dari pihak yang berwenang. Walaupun contoh tersebut
dramatis, isu lain, hak wanita untuk mengkonsumsi obat- obatan dan alkohol pada masa
kehamilan atau berapa lama untuk memperpanjang hidup bayi baru lahir yang
mengalami gangguan yang tidak dapat disembuhkan, adalah kurang jelas. Perawat harus
menggunakan karakteristik tersebut saat menentukan apakah keputusan melibatkan suatu
masalah etik atau tidak.
9|TUGAS KELOMPOK I
BAB III
PEMBAHASAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable
(yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu.
(terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).
Konflik saat ini, antara kelompok pro- pilihan (prochoice) dan pro kehidupan (profile) telah
menyulutkan api yang membangkitkan sekitar topik aborsi. Perawat harus mengerti posisi
etik mereka dalam masalah ini jika ingin memberikan keperawatan yang berkualitas kepada
klien. Perawat terlibat konseling pada klien tentang aborsi dari sudut pandang yang beragam,
ulasan singkat tentang pertimbangan etik dan hukum dijelaskan pada bagian selanjutnya.
1. Perkembangan Etik
10 | T U G A S K E L O M P O K I
Etika dalam masalah aborsi berkisar pada masalah mengakhiri kehidupan janin
dengan cara memindahkan janin dari sistem pendukung kehidupannya. Telah diperdebatkan
bahwa apbila manusia diberika sebuah pilihan, ia akan memilih kesehatan dan tidak akan
mengalami penderitaan. Lebih jauh, perdebatan berlanjut, manusia tudak memiliki hak untuk
membebankan oleh akibat tragis dari penyakit yang terdeteksi pada janin. Dengan
menggugurkan janin yang cacat, “ ketiadaan” terjadi bukan penderiataan karena hidup
dengan abnormalitas. Janin yang rusak dapat diganti dengan yang normal pada kehamilan
berikutnya. Walaupun alasan ini mendukung pengguguran janin yang rusak, alasan ini tidak
mebahas tindaka etika aborsi pada hasil konsepsi yang sehat (atau tidak direncanakan). Hal
ini juga menimbulkan masalah tentang siapa yang menetukan normal atau sehat (cohen, 1990
; Overall, 1990 ; Freda , 1994).
Pendukung kelompok pro- pilihan mengambil sikap bahwa ibu memiliki tanggung
jawab pokok dan kebebasan memilih atas apa yag terjadi pada tbuhnya. Kelompok pro-
pilihan ini bukan kelompok pro- aborsi. Pendukung kelompok pro- pilihan menekankan
penggunaan aborsi hanya untuk sebagai usaha terakhir. Meraka menjunjung tinggi nilai
penggunaan kontasepsi, amniosintesis untuk menentukan defek janin, dan adopsi jika
memungkinkan. Pendukung kelompok pro kehidupan percaya bahwa janin adalah manusia
sejak konsepsi dan karena itu menghancurkan kehidupan manusia adalah pembunuhan dan
tidak dapat dipertahankan secara moral.
2. Pertimbangan Hukum
Pada tahun 1973, dalam kasus bersejarah Ros vs wade, Mahkamah Agung Amerika
Serikat memutuskan bahwa aborsi adalah tindakan yang sah di Amerika serikat. Keputrusan
tersebut membuat hukum- hukum negara bagian yang melarang aborsi menjadi tidak berlaku
karena hukum- hukum semacam itu menyerang privasi ibu (Annas, 1986). Keputusan
tersebut juga menetapkan beberapa point lain sebagai berikut.
a) Negara bagian tidak dapat mencegah sorang wanita untuk melakukan aborsi setiap
saat pada trisemester pertama yang dilakukan oleh dokter yang memiliki izin.
b) Negara bagian dapat mengatur dan bahkan melarang aborsi pada trisemester ke tiga,
kecuali jika kehidupan atau keselamatan ibu terancam.
c) Negara bagian memiliki hak untuk memberi perlindungan terhadap janin pada
trisemester terakhir.
11 | T U G A S K E L O M P O K I
3.3. Contoh Kasus Dilema Etik dalam Keperawatan Maternitas
1. KASUS
Ny. A berusia 27 tahun, ia sedang mengandung anaknya yang pertama. Suami dan
keluarga Ny. A sangat bahagia menyambut kehamilan Ny. A karena sejak pernikahanya
selama 5 tahun baru saat ini dikaruniai anak yang masih dalam kandungan tersebut. Ny. A
dan suami selalu memantau perkembangan dan usia kandungan nyonya A. Dari bulan ke
bulan semua terlihat baik- baik saja, tetapi pada masa kandungan yang ke 4 bulan kondisi
fisik Ny. A menurun, ia sering lemas, nyeri perut dan bahkan hampir pingsan. Tetapi nyonya
A tetap bersikukuh bahwa ia baik baik saja hanya kurang istirahat. Ketika kondisi Ny. A
semakin menurun, maka ia dibawa ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana kondisinya.
2. PEMBUATAN KEPUTUSAN
12 | T U G A S K E L O M P O K I
Di rumah sakit x ruangan maternitas
e. Why
Seorang wanita yang ketika hamil pertamanya mengalami penyakit kandungan
lemah dan disarankan melakukan abortuskarena jika dipertahankan akan
membahayakan nyawa pasie karena kemungkinan besar akan teradi pendarahan.
f. How
Perawat menyadari bahwa setiap leputusan da tindakan akan menimbulkan
pengaruh yang berbeda beda bagi pasien sehingga perawat harus memberikan
keputusan yang terbaik dan bijaksana dalam menangani kasus dilema etik.
13 | T U G A S K E L O M P O K I
a) Perawat membiarkan keinginan pasien untuk tidak dilakukan abortus dan
hanya diberikan perawatan dan obat sesuai dengan keinginan pasien.
b) Perawat tetap memberikan perawatan dan obat setelah memberikan pengertian
atau healt education pada pasien tentang dampak yang mungkin akan timbul.
c) Pasien diberikan informed consent atas penolakan yang dilakukan perawatan
dengan tindakan abortus.
Memberikan advokat dan konselor kepada pasien
Perawat meningkatkan perannya sebagai advokat dan konselor kepada pasien tersebut
dan memberikan informasi secara baik dengan bersikap ramah dan selalu memberikan
semangat kepada pasien tersebut bahwa tindakan yang akan dilakukan ini tindakan
yang terbaik untuk dirinya, dan harus diingat dalam pemberian informasi perawat
diharuskan bersikap sabar dan lemah lembut serta bersikap sopan santun karena
dengan seperti itu maka diharapkan pasien tersebut bisa merubah pikirannya untuk
diberikan perawatan oleh perawat.
4. Mengambil Tindakan
1. Dalam kasus ibu tersebut, perawat melakukan healt education untuk memberikan
informasi dan memberikan perawatan yaitu diberikan obat untuk meminimalisir
terjadinya pendarahan yang mungkin akan terjadi saat proses kehamilan. Tindakan
tersebut dilakukan karena apa yang diinginkan ibu tersebut menolak untuk dilakukan
abortus dan ini membahayakan kondisi ibu tersebut.
2. Perawat membantu mengontrol perkembangan kesehatan ibu pada tahap-tahap
kehamilan.
3. Perawat melakukan perawatan dan memberikan obat. Setelah pemberian obat
terpenuhi dilanjutkan perawatan dan cake up setiap satu minggu sekali dengan
menjalankan prosedur asuhan keperawatan sesuai standart dianggap lebih baik dan
menyelamatkan jiwa pasien. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya pendarahan
saat proses kehamilan.
Dasar hukum yang melindungi perawat jika melakukan tindakan yang terbaik untuk
memperbaiki status kesehatan : Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 56 ayat 1 ”Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secara lengkap”. Sehingga apapun keputusan dari pasien melalui
proses pemberian informasi mengenai akibat dari keputusannya, maka perawat berkewajiban
untuk menjalankan apa yang diinginkan pasien karena mematuhi Undan-Undang Kesehatan.
5. Mengadakan Evaluasi
Pada kasus ibu usia 27 tahun yang di diagnosa Kandungan Lemah yang awalnya
menolak dilakukan abortus sesuai dengan anjuran dokter dengan prosedur asuhan
keperawatan yang tepat, tetapi akhirnya memilih untuk mengambil jalan alternative untuk
melakukan kontrol secara rutin ke dokter spesialis kandungan mengikuti apa yang disarankan
oleh dokter spesialis kandungan dipesan suami dan keluarga, selalu siap siaga bila terjadi
sesuatu segera mencari petugas medis terdekat atau berangakat langsung ke rumah sakit.
14 | T U G A S K E L O M P O K I
Perawat melakukan pemantauan perkembangan kesehatan Bahwa Ny.A dan keluarga siap
siaga melakukan Kontrol rutin ke dokter kandungan.
Setelah rutin minum obat dan kontrol Ibu yang sebelumnya mengalami lemas, nyeri
perut dan bahkan hampir pingsan berangsur-angsur membaik, walaupun harus tetap dalam
pengawasan dan kontrol rutin ibu berusia 27 tahun tersebut bisa melakukan aktifitas yang
ringan. Sehingga perawatan yang dilakukan perawat dinilai telah berhasil.
15 | T U G A S K E L O M P O K I
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Etik berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ‘ethos’ yang berarti adat istiadat/
kebiasaan yang baik. Etika sendiri adalah Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk,tentang
hak dan kewajiban moral. Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup didalam masyarakat
yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan
sangsi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh mentaatinya.
4.2 SARAN
Kesadaran perawat akan pentingnya mempelajari hukum, sangat diperlukan. Tidak hanya
untuk perlindungan untuk perawat itu sendiri dalam melaksanakan tugas, akan tetapi juga
masyarakat pada umunya. Perawat yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan koridor
hokum, akan menjamin keamanan dalam bidang hokum bagi perawat dan juga pasien.
Penting untuk perawat melaksanakan tugasnya sesuai dengan etika keperawatan,
mengetahuai hak dan kewajiban, peran dan fungsi, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujud nyatakan peran perawat
yang legal etis dalam pengambilan keputusan dalam konteks etika keperawatan.
16 | T U G A S K E L O M P O K I
DAFTAR PUSTAKA
http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/08/pertimbangan-etik-dan-hukum-dalam.htm
http://4syamm.wordpress.com/2010/12/01/etika-keperawatan
http://www.aborsi.org/resiko.htm
17 | T U G A S K E L O M P O K I