Anda di halaman 1dari 89

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur dasar kesejahteraan keluarga.

Dalam memperbaiki tingkat sosial ekonomi masyarakat, kesehatan keluarga

merupakan salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi, karena keluarga

sehat akan menghasilkan anak-anak yang tumbuh dan berkembang menjadi

manusia yang berkualitas. Keluarga merupakan suatu unit terkecil dari

masyarakat, terdiri dari kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang

berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena ikatan darah

perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan

berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai

masalah kesehatan/ keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-

anggota keluarga lain, dan keluarga- keluarga yang ada di sekitarnya,

termasuk salah satu penyakit yang mengancam kesehatan keluarga adalah

penyakit TB Paru (Henny, 2010)

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis yang secara khas ditandai oleh

pembentuakan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan, penyakit ini

bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain, (Santa

Manurung, 2008). Dimana fenomena TBC yang terjadi saat ini yaitu keluarga

kurang memahami pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan sehingga


2

penting dilakukan pendidikan kesehatan. Keluarga memiliki peranan penting

dalam mengenali tanda dan gejala penyakit TBC karena keluarga merupakan

support system utama dalam memelihara kesehatannya. Salah satu bentuk

fungsi keluarga adalah fungsi pemeliharaan dan perawatan kesehatan (Henny,

2010)

Berdasarkan dari jurnal penelitian Agustina bahwa keluarga yang

menderita TBC belum sepenuhnya menjalankan tugas dan peran dalam

asuhan keperawatan keluarga. Sebagian besar keluarga tidak terlalu peduli

kepada salah satu anggota keluarga yang menderita TBC karena dianggap

penyakitnya sudah umum dan dari keluarga tersebut tidak memperhatikan

perilaku hidup bersih dan sehat dalam lingkungan keluarga sehingga

penderita biasa meludah dan membuang sputum disembarang tempat. Selain

itu keluarga tidak memperhatikan pencahayaan didalam rumah dan jarang

membuka ventilasi rumah (Agustina, 2015)

Berdasarkan laporan harian 3 bulan terakhir dari Puskesmas

Kedungwaru penderita TBC sebanyak 55 orang dimana bulan Oktober adalah

15 orang (11 orang pasien lama dan 4 orang pasien baru), bulan November

adalah 21 orang (19 orang pasien lama, 2 orang pasien baru) dan bulan

Desember adalah 19 orang pasien lama.

Karena kurang pedulinya keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit dan tidak memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam

lingkungan keluarga sehingga dampak yang ditumbulkan dari kejadian

tersebut adalah anggota keluarga yang sehat memiliki resiko yang besar untuk

tertular penyakit TBC, dikarenakan terpaparnya angota keluarga yang lain


3

terhadap bakteri tuberkulosis dan itu terjadi setiap hari selama kontak dengan

penderita (Wahid, 2013).

Salah satu cara untuk menangani dari resiko penularan penyakit di

dalam lingkup keluarga adalah lebih meningkatkan asuhan keperawatan

keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat, jika berbicara tidak

berhadapan, bila batuk mulut di tutup dan tidak meludah disembarang tempat

(ludah ditutupi tanah atau meludah ke tissue), peralatan makan harus

disendirikan, ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat. Bagi

penderita TBC dalam keluarga diharapkan selalu menjaga Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga karena ini sangat berpengaruh

terhadap resiko terjadinya penularan penyakit dalam keluarga (Wahid, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan studi kasus

dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Yang Anggota Keluarganya

Mengalami TBC Dengan Masalah Resiko Penularan Penyakit”


4

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada kasus ini Asuhan Keperawatan Keluarga Yang

Anggota Keluarganya Mengalami TBC Dengan Masalah Resiko Penularan

Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwaru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam asuhan keperawatan ini adalah bagaimana asuhan

keperawatan keluarga yang anggota keluarganya mengalami TBC dengan

masalah resiko penularan penyakit di wilayah kerja Puskesmas Kedungwaru?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengenali dan mempelajari asuhan keperawatan keluarga yang anggota

keluarganya mengalami TBC dengan masalah resiko penularan penyakit

di wilayah kerja Puskesmas Kedungwaru

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga yang

anggota keluarganya mengalami TBC

b. Merumuskan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan keluarga

yang anggota keluarganya mengalami TBC

c. Menyusun intervensi asuhan keperawatan keluarga yang anggota .

d. keluarganya mengalami TBC


5

e. Melakukan implementasi asuhan keperawatan keluarga yang anggota

keluarganya mengalami TBC

f. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga yang anggota

keluarganya mengalami TBC

g. Melakukan dokumentasi pada asuhan keperawatan keluarga yang

anggota keluarganya mengalami TBC

E. Manfaat Penulisan

1. Teoritis

Menambah referensi bacaan tentang asuhan keperawatan keluarga yang

anggota keluarganya mengalami TBC dengan masalah resiko penularan

penyakit, sehingga akan menambah pengetahuan dan wawasan

mahasiswa keperawatan tentang asuhan keperawatan keluarga TBC

2. Praktis

a. Bagi pemegang program Puskesmas

Sebagai bahan referensi untuk kebijakan asuhan keperawatan keluarga

khususnya untuk keluarga dengan penyakit TBC

b. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam asuhan

keperawatan keluarga khususnya untuk keluarga dengan penyakit

TBC
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Setyowati, 2008).

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal

disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Bakri, 2017)

2. Bentuk dan Type Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe

keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran

serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu

memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.

a. Traditional Nuclear

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, anak yang tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.


7

b. Extended Family

Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari

perkawinan baru.

d. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja

dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karir.

e. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat ditinggal dirumah/diluar rumah.

g. Dual Carrier

Suami istri atau keduanya berkarier tanpa anak

h. Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.


8

i. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

j. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

k. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti

l. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya didalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried Parent And Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

o. Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

pernikahan.

(Mubarok, 2009)
9

3. Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi

keluarga.

b. Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman

bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadiaan anggota keluarga, serta memberikan

identitas pada keluarga.

c. Fungsi sosialisasi yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya.

d. Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

e. Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memeberikan

pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya

sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

(Mubarok, 2009)
10

4. Peran Keluarga dan Peran Perawat Keluarga

a. Peran Formal Keluarga

Peran dasar yang membentuk posisi sosial dengan suami-ayah dan

istri-ibu antara lain sebagai berikut :

1) Peran sebagai Provider atau penyedia

2) Sebagai pengatur rumah tangga

3) Perawatan anak, baik yang sehat maupun sakit

4) Sosialisasi anak

5) Rekreasi

6) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal

dan maternal

7) Peran teraupetik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan)

8) Peran seksual

b. Peran Informal Keluarga

Contoh peran informal yang bersifat adaptif dan merusak

kesejahteraan keluarga diantaranya sebagai berikut.

1) Peran adaptif antara lain :

a) Pendorong

Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi

kegiatan mendorong, memuji, setuju dengan dan menerima

kontribusi dari orang lain.


11

b) Pengharmonis

Pengharmonis yaitu berperan menengahi perbedaan yang

terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan

kembali perbedaan pendapat.

c) Inisiator-kontributor

Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara

mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

d) Pendamai

Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka

konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau

damai.

e) Pencari nafkah

Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orangtua

dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non

material anggota keluarganya.

f) Perawatan keluarga

Perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan terkait

merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.

g) Penghubung keluaraga

Perantara keluarga adalah penghubung, biasanya ibu

mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga,

h) Pionir keluarga

Pionir keluarga yaitu membawa keluarga pindah ke suatu

wilayah asing dan mendapatkan pengalaman baru.


12

i) Sahabat, penghibur dan koordinator

Koordinator keluarga berarti mengorganisasi dan

merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi

mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.

j) Pengikut dan saksi

Saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa hal,

saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak

melibatkan dirinya.

2) Peran merusak antara lain :

a) Penghalang

b) Dominator

Dominator adalah kecenderungan memaksakan kekuasaan

atau superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok

tertentu, membanggakan kekuasaannya, bertindak seakan-

akan ia mengetahui segala-galanya, dan tampil sempurna.

c) Penyalah (suka menyalahkan orang lain)

d) Martir

Martir yaitu tidak menginginkan apa-apa untuk dirinya, ia

hanya berkorban untuk anggota keluarganya.

e) Keras hati

f) Kambing hitam keluarga

Masalah anggota keluarga yang telah diidentifikasi dalam

keluarga sebagai korban atau tempat pelampiasan ketegangan


13

dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak.

Kambing hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.

g) Distraktor dan orang yang tidak relevan

Distraktor bersifat tidak relevan, dengan menunjukan

perilaku yang menarik perhatian, ia membantu keluarga

menghindari atau melupakan persoalan-persoalan yang

menyedihkan dan persoalan-persoalan yang sulit.

c. Peran Perawat Keluarga

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga

antara lain sebagai berikut:

1) Pendidik (educator)

Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga, agar keluarga dapat

melakukan program asuhan keperawatan keluarga secara

mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan

keluarganya.

2) Koordinator (coordinator)

Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang

berkerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit

memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan

koordinasi lanjutan asuhan keperawatan dirumah.

3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota

keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan


14

keluarga, baik dirumah, klinik, maupun dirumah sakit

bertanggungjawab dalam memberikan perawatan langsung atau

mengawasi keluarga memberikan perawatan pada anggota yang

dirawat dirumah sakit, perawat melakukan perawatan langsung

atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan

harapan keluarga mampu melakukannnya dirumah, perawat

dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga untuk

melakukan peran langsung selama dirumah sakit atau dirumah

oleh perawat kesehatan masyarakat.

4) Pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakkukan home visit yang teratur

untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang

kesehatan keluarga.

5) Konsultan atau penasihat

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina

dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat

dipercaya. Dengan demikian, keluarga mau meminta nasihat

kepada perawat tentang masalah yang bersifat pribadi. Pada

situasi ini perawat snagat dipercaya sebagai narasumber untuk

mengatasi masalah kesehatan keluarga.


15

6) Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan

rumah sakit atau anggota tim kesehatan untuk mencapai tahap

kesehatan keluarga yang optimal.

7) Advokasi

Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai

di masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka

telah dirugikan.sebagai advokat klien, perawat berkewajiban

untuk melindungi hak keluarga.

8) Fasilitator

Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan

karena berbagai kendala yang ada. Agar dapat melaksanakan

peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus

mengetahui sistem pelayanan kesehatan.

9) Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak

terjadi ledakan penyakit atau wabah.

10) Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga

tercipta lingkungan yang sehat.

( Mubarok, 2009 )
16

5. Karakteristik Keluarga

a. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka

tetap memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing

mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, kakak dan adik.

d. Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.

( Mubarok, 2009 )

6. Tugas Keluarga

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang didalamnya

terdapat delapan tugas pokok antara lain :

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Berupaya memelihara sumber-sumber daya yang ada didalam

keluarga.

c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan

kedudukannya.

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban

dan kehangatan para anggota keluarga.

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.

f. Memelihara ketertiban anggota keluarga.


17

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

( Mubarok, 2009 )

7. Tugas Kesehatan Keluarga

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Memodifikasi atau memelihara lingkungan yang sehat.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan. Lebih jauh, keluarga mempunyai

tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan

pelayanan yang diberikan oleh para professional perawat kesehatan.

( Davis, 2007 )

8. Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 yaitu

a. Keluarga Baru ( Bergainning familly )

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk keluarga

melalui perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru memiliki tugas

perkembangan untuk membina hubungan intim yang memuaskan

didalam keluarga didalam keluarga, membuat berbagai kesepakatan

untuk mencapai tujuan bersama, termasuk dalam hal merencanakan


18

anak, persiapan menjadi orang tua, dan mencari pengetahuan

prenatal care.

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan ( child bearing )

Keluarga dengan tahap anak pertama adalah masa transisi

pasangan suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai

berusia kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering terjadi konflik

yang dipicu kecemburuan pasangan akan perhatian lebih yang

ditujukan pada anggota keluarga yang baru.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun hingga

5 tahun. Adapun tugas perkembangan yang mesti dilakukan ialah

memenuhi kebutuhan anggota keluarga, membantu anak

bersosialisasi dengan lingkungan, cermat membagi tanggung

jawab, mempertahanka hubungan keluarga, serta mampu mebagi

waktu untuk dirinya sendiri, pasangan dan anak.

d. keluarga dengan anak usia sekolah ( 6- 13 tahun )

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah dasar

samapi memasuki awal remaja. Dalam hal ini sosiali sasi anak

semakin melebar tidak hanya dilingkungan rumah, melainkan juga

disekolah dan lingkungan yang lebih luas lagi.

e. Keluarga dengan anak remaja ( 13 – 20 tahun )

Pada tahap remaja ini orang tua perlu memberikan kebebasan yang

seimbang dan bertanggung jawab selain itu beberapa peraturan juga


19

sudah mulai diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tapi

masih dalam tahap wajar.

f. Keluarga dengan anak dewasa ( anak satu meninggalkan rumah )

Tahap ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah artinya

keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang mulai mandiri.

Dalam hal ini keluarga selalu merelakan anak untuk pergi jauh dari

rumahnya demi tijuan tertentu.

g. Keluarga usia pertengahan ( midle age family )

Tahap ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah dan

salah satu pasangan bersiap meninggal.

h. Keluarga lanjut usia

Masa lanjut usia adalah masa – masa akhir kehidupan manusia.

Maka tugas perkembangan tahap ini adalah beradaptasi dengan

perubahan kehilangan pasangan, kawan, ataupun saudara.

( Duvan, 2013 )

B. Konsep Dasar Tuberkulosis

1. Definisi

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang secara khas ditandai

oleh pembentuakan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan,

penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada

orang lain (Santa Manurung, 2008).


20

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, suatu bakteri aerob tahan asam yang

menginfeksi melalui udara dengan cara inhalasi partikel kecil (diameter

1-5 mm) yang mencapai alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara,

batuk, tertawa, bersin, atau menyanyi (Black &Hawks, 2014)

2. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil

ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar

matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis

yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu

sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil type human bisa

berada dibercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita

TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.

Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri dapat

bertahan hidup dan menyebar ke nodus limafatik lokal. Penyebaran

melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana

infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun.

Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase :

a. Fase 1 (Fase Tuberkulosis Primer)

Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan

reaksi pertahanan tubuh.


21

b. Fase 2

c. Fase 3 (Fase Laten) : fase dengan kuman yang tidur (bertahun-

tahun/seumur) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan

daya tahan tubuh, dan bisa terdapat ditulang panjang, vertebra, tuba

fallopi, otak, kelenjar limf hilus, leher dan ginjal.

d. Fase 4 : dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat

menyebar ke organ yang lain dan yang kedua ke ginjal setelah paru

(Nurarif, 2015)

3. Manifestasi Klinis

Gejala TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan

gejala sistemik :

a. Gejala respiratorik, meliputi :

1) Batuk

2) Batuk darah

3) Sesak nafas

4) Nyeri dada

(Wahid, 2013)
22

b. Gejala sistemik, meliputi :

1) Demam

2) Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan

berat badan serta malaise (Gejala malaise sering ditemukan

berupa: tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot,

dll).

Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu

sampai bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,

sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai

gejala pneumonia.

(Wahid, 2013)
23

4. Patofisologi
Micobacterium tuberkulosis

Droplet infection

Masuk lewat jalan nafas

Mencapai lobus paru

Tuberkulosis paru

Bakteri sampai pada bagian alveoli

Proses peradangan Peradangan Stimulasi sel-sel


goblet & sel mukosa

Aktivitas seluler Peningkatan produksi


Granulasi
meningkat mukus
chemorection

Pengeluaran batuk Akumulasi sekret


Peningkatan suhu pada saluran
droplet meningkat
tubuh pernafasan

Pemecahan KH, Bersihan jalan nafas


hipertermi lemak, protein tidak efektif

Nutrisi kurang Respon batuk


dari kebutuhan

Pengeluaran droplet
Penurunan berat
badan
Kurangnya
pengetahuan keluarga
kelemahan
dalam 5 tugas keluarga

Gangguan ADL
Resiko penularan
Tabel 2.1 Patofisologi TBC (Wahid, 2013)
24

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah

b. Sputum

c. Tes tuberkulin

d. Foto Thoraks

(Wahid, 2013)

6. Komplikasi

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadum lanjut :

a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada

paru.

d. Pneumotorax (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :

kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperto otak, tulang, persendian,

ginjal dan sebagainya.

(Wahid, 2013)
25

7. Penanganan Medik

Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu :

a. Tahap intensif (2-3 bulan)

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap

semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi

tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar

penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)pada

akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif

sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

b. Tahap lanjutan (4-7 bulan)

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan yang

penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat

tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan

rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,

Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah

Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amokisilin + Asam

Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.

(Wahid, 2013)
26

C. Konsep Resiko Penularan

1. Definisi

Resiko penularan adalah keadaan dimana seorang individu beresiko

untuk menyebarkan agen-agen patogen atau oportunistik kepada orang

lain (Nurarif, 2015).

2. Faktor Resiko

a. Peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen

b. Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen

c. Malnutrisi

d. Ketidakadekuatan imunitas

(Nurarif, 2015)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Penularan

a. Genetik

b. Daya tahan tubuh

c. Status gizi

d. Pola hidup

(Wahid, 2013)
27

4. Proses Terjadinya Penyakit Menular

a. Penyebab penyakit (Agent)

b. Reservoir dari penyebab penyakit

c. Tempat keluarnya penyakit, dari penjamu (portal of exit)

d. Cara Penularan (Transmisi)

e. Tempat masuknya penyakit ke penjamu baru

f. Kerentanan penjamu

(Eliez, 2010)

5. Cara Pencegahan Resiko Penularan Penyakit TBC di Rumah

a. Hidup sehat (makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup,

olahraga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stress).

b. Lingkungan sehat

c. Jika berbicara tidak berhadapan

d. Bila batuk mulut di tutup dan tidak meludah disembarang tempat

(ludah ditutupi tanah atau meludah ke tissue)

e. Peralatan makan harus disendirikan

f. Ventilasi dan pencahayaan harus memenuhi syarat

(Wahid, 2013)
28

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Definisi

Asuhan keperawatan merupakan proses teraupetik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga,

atau masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal didalam

memberiksan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan

yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi (Ernawati, 2010).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian

keperawatan yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran

keluarga. Tahapan dari proses keperawatan adalah pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Keperawatan

keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik

keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2010).

2. Langkah-Langkah Persiapan Sebelum Asuhan Keperawatan

Keluarga

a. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta kasus

yang perlu ditindaklanjuti.

b. Menetapkan jadwal kunjungan dan membuat kesepakatan dengan

keluarga

c. Menyiapkan perlengkapan;

1) Mempelajari riwayat penyakit individu & keluarga, rekam

kesehatan keluarga.
29

2) Membuat catatan singkat sebagai tindak lanjut kajian keluarga

3) Kit Primary health nursing (PHN)

4) Alat bantu penyuluhan.

(Bakri, 2017)

3. Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian

Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian atas

permasalahan yang ada. Yaitu tahapan dimana seseorang perawat

harus menggali informasi secara terus menerus dari anggota keluarga

yang dibinanya. (Murwani, 2008)

Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :

1) Data umum

Beberapa data umum yang perlu dikaji dalam tahap ini adalah :

a) Informasi dasar

Dari KK kita akan mendapatkan informasi dasar berupa :

(1) Nama kepala keluarga

(2) Pekerjaan

(3) Pendidikan terakhir kepala keluarga dan anggota

keluarga

(4) Alamat dan Telepon

(5) Komposisi keluarga


30

b) Tipe bangsa

Dari budaya keluarga tersebut, kita akan mengetahui

bagaimana kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

keluarga. Tentu saja tidak semua budaya dikaji, melainkan

hanya yang berhubungan dengan kesehatan.

c) Agama

Semua agama ada bagian tertentu yang mengajarkan

kebersihan dan kesehatan. Akan tetapi bagaimana kadar

pasien dan keluarga menjalankannya. Mengetahui agama

pasien dan keluarganya tidak hanya sebatas nama

agamanya, melainkan bagaimana mereka mengamalkan

ajaran-ajaran agama atau kepercayaannya.

d) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial dan ekonomi cenderung menentukan

bagaimana sebuah keluarga menjaga kesehatan anggota

keluarganya. Bagi yang memiliki pendapatan berkecukupan

tentu anggota keluarga akan memiliki perawatan yang

memadai. Kebutuhan dan pengeluaran juga menjadi

penyebab artinya perawat perlu mengetahui tingkat

konsumsi keluarga beserta anggotanya.

e) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi bisa menentukan kadar stres keluarga sehingga

menimbulkan beban dan pada akhirnya menimbulkan sakit


31

f) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Pola nutrisi : pada penderita TBC biasanya mengalami

nafsu makan menurun. Sehingga dianjurkan diet

Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).

(2) Pola kebersihan diri : kebersihan mempengaruhi

penularan bakteri TBC.

(3) Pola perilaku : perilaku yang baik akan mengurangi

resiko penularan TBC data yang dikaji mencakup

pembuangan dahak, perilaku batuk.

(4) Kebiasaan : kebiasaan yang buruk sehari-hari keluarga

akan memperparah penyakit TBC, data yang dikaji

mencakup kebiasaan merokok.

(Bakri, 2017).

2) Riwayat tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Kondisi paling baru dari keluarga yang berfokus dari

berbagagai sisi mencakup kesehatan dan ekonomi keluarga

b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Keluarga memiliki peran dan tugas masing-masing, dari

tugas itu sebaiknya dibuat daftar. Jika ada tugas belum

terselesaikan tanyakan kendala yang menyebabkannya.

c) Riwayat keluarga inti

Dilihat apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat

beresiko menurun, bagaimana pencegahan penyakit, fasilitas


32

kesehatan apa saja yang digunakan, riwayat pengkajian yang

diderita, serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian

atau pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan.

d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Riwayat keluarga besar dari pihak suami dan istri, hal ini

dikarenakan ada penyakit yang bersifat genetik. Jika hal ini

dapat dideteksi lebih awal, dapat dilakukan berbagai

pencegahan dan antisipasi.

(Bakri, 2017)

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah

Sebuah rumah bisa mempengaruhi kesehatan penghuni. Oleh

sebab itu, perawat membutuhkan data karakteristik rumah

yang dihuni sebuah keluarga dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan dan fungsinya, sirkulasi udara dan

sinar matahari yang masuk, pencahayaan, banyaknya jendela,

tata letak perabotan, penempatan septic tank, jarak sumber air

dengan septic tank, pengelolaan sampah, kebersihan ruang

dan air minum keluarga.

b) Karakteristik tetangga dan RT-RW

Perawat perlu mencari tahu data disekitar rumah yaitu

lingkungan fisik, kebiasaan, kesepakatan atau aturan

penduduk setempat dan budaya yang mempengaruhi

kesehatan.
33

c) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Setiap individu atau keluarga memiliki pergaulannya sendiri

baik komunitas hobi, kantor, sekolah maupun hanya teman

lain. Interaksi itu bisa digunaskan untuk melacak jejak dari

mana penyakit yang didapatkan oleh pasien. Apakah ia

mendapatkan penyakit dari pergaulannya diluar atau bukan.

d) Mobilitas geografi keluarga

Melihat apakah pasien beserta keluarganya sering berpindah

tempat tinggal

e) Sistem pendukung keluarga

Mengkaji fasilitas didalam keluarga yang menyangkut

perabotan yang dimiliki keluarga. Sistem pendukung juga

membutuhkan fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota

keluarga maupun masyarakat setempat.

(Bakri, 2017)

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi keluarga

Perawat melakukan observasi terhadap seluruh anggota

keluarga dalam berhubungan satu sama lain. Apakah

komunikasi dalam keluarga berfungsi dengan baik atau

sebaliknya?

b) Struktur kekuatan keluarga

Kekuatan keluarga diukur dari peran dominan anggota

keluarga. Oleh sebab itu perawat membutuhkan data tentang


34

siapa yang dominan dalam mengambil keputusan untuk

keluarga, mengelola anggaran, tempat tinggal, tempat kerja,

mendidik anak dan lain sebagainya.

c) Struktur peran keluarga

Setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing.

Akan tetapi jika peran ini tidak berjalan dengan baik maka

akan mengganggu anggota keluarga yang lainnya.

(Bakri, 2017)

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

(1) Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responsinya?

(2) Bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan

dengan anggota keluarga?

(3) Bagaimana anggota keluarga saling mempercayai,

memberikan perhatian dan saling mendukung satu sama

lain?

b) Fungsi sosial

(1) Bagaimana keluarga membesarkan anak? Siapa yang

paling bertanggung jawab ?

(2) Apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapatkan

masalah dalam membesarkan anak?

(3) Apakah lingkungan memberikan dukungan dalam

perkembangan anak?
35

c) Fungsi reproduksi

(1) Berapa jumlah anak?

(2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak?

(3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam

pengendalian jumlah anak?

(Bakri, 2017)

6) Stres dan koping keluarga

Seorang perawat harus mengetahui bagaimana keluarga

menghadapi dan merespons stressor, strategi apa yang

digunakan untuk menghadapi dan menyelesaikannya.

(Bakri, 2017)

7) Pemeriksaan kesehatan anggota keluarga

a) Pemeriksaan fisik

(1) Tanda tanda vital

Tanda-tanda vital yang harus diperiksa adalah suhu

badan, nadi pernafasan, dan tekanan darah.

(2) Antropometri

Pemeriksaan ini meliputi tinggi badan, berat badan,

lingkar perut, lingkar kepala dan lingkar lengan.

(3) Pernafasan

Pernafasan yang diperiksa meliputi pola pernafasan,

bentuk dada saat bernafas, dan apakah ada bunyi

abnormal
36

(4) Cardiovaskuler

Pemeriksaan cardiovaskuler biasanya tidak ditemukan

adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah

(5) Pencernaan

Pemeriksaan pencernaan untuk mengetahui gejala mual

dan muntah, peristaltik usus, mukosa bibir dan mulut,

anoreksia dan buang air besar

(6) Perkemihan

Perawat mencari tahu tentang volume diuresis, apakah

mengalami penurunan atau peningkatan.

(7) Muskuloskeletal

Dari pemeriksaan ini perawat akan mengetahui apakah

ada output yang berlebih sehingga membuat fisik

menjadi lemah.

(8) Penginderaan

Indera yang perlu diperiksa utamanya mata, hidung dan

telinga, dilihat normal dan kelainannya.

(9) Reproduksi

Apakah reproduksi masih berfungsi dengan baik atau

sebaliknya.

(10) Neurologis

Bagaimana kesadaran pasien selama menjalani masa

pengobatannya?

(Bakri, 2017)
37

b. Perumusan Masalah

Setelah dilakukan pengkajian, maka dapat dirumuskan masalah

kesehatan dalam keperawatn keluarga. Rumusan masalah kesehatan

keluarga yang dibuat harus menggambarkan keadaan kesehatan dan

status kesehatan keluarga (Effendy, 2008).

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, kita

harus mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.

Berikut tipolgi masalah kesehatan keluarga yang dikelompokkan

menjadi 3 kelompok :

1) Ancaman kesehatan

Ancaman keshatan antara lain sebagai berikut :

a) Penyakit keturunan

b) Keluarga/anggota keluarga penderita penyakit menular

c) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai

kemampuan

d) Resiko tinggi terjadinya kecelakaan dalam keluarga

e) Kekurangan atau kelebiahan gizi dari masing-masing

anggota keluarga

f) Sanitasi lingkungan buruk

(1) Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik

(2) Tempat pembuangan sampah tidak standar

(3) Sumber air tercemari oleh sampah

(4) Tempat pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat

(5) Kebisingan
38

(6) Udara tercemar

g) Kebiasaan yang merugikan kesehatan

2) Kurang/tidak sehat

Kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan

kesehatan. Lingkup dari kondisi ini antara lain sebagai berikut :

a) Keadaan sakit, baik sesudah atau sebelum

b) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak

yang tidak sesuai

3) Situasi krisis

Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu

atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal

sumber daya keluarga. Lingkup situasi ini antara lain :

a) Perkawinan

b) Kehamilan

c) Persalinan

d) Nifas

e) Menjadi orang tua

f) Penambahan anggota keluarga

g) Abortus

h) Anak masuk sekolah

i) Anak remaja

j) Kehilangan pekerjaan

k) Kematian anggota keluarga

(Bakri, 2017)
39

Sementara itu ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan

tugas-tugas kesehatan dan perawatan dibagi dalam lima

kelompok.

1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga.

Adapun sebabnya antara lain :

a) Kurangnnya pengetahuan/ketidaktahuan fakta

b) Rasa takut akibat masalah yang diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup

2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan yang tepat. Adapun sebabnya antara

lain :

a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya

masalah.

b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol

c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena

kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya

keluarga.

d) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa

pilihan.

e) Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota

keluarga.

f) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada.

g) Takut dari akibat tindakan.

h) Sikap terhadap masalah kesehatan.


40

i) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau.

j) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga

kesehatan.

k) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang

diharapkan.

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit.

Adapun sebabnya antara lain :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit.

b) Tidak mengetahui perkembangan perawatan yang

dibutuhkan.

c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan.

d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam

keluarga.

e) Sikap terhadap sakit.

f) Konflik individu dalam keluarga.

g) Sikap dan pandangan hidup.

h) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.

4) Yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan

pribadi anggota keluarga. Adapun penyebabnya yaitu :

a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya

keuangan, tanggung jawab/wewenang, keadaan fisik

rumah yang tidak memenuhi syarat.


41

b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat

pemeliharaan lingkungan rumah.

c) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan.

d) Konflik personal dalam keluarga.

e) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit.

f) Sikap dan pandangan hidup.

5) Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna

memelihara kesehatan. Adapun penyebabnya yaitu :

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada.

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.

c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan

lembaga kesehatan.

d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan.

e) Rasa takut pada akibat dari tindakan.

f) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan.

g) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan.

h) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat.

i) Sikap dan falsafah hidup.

(Effendy, 2008)
42

c. Penerapan prioritas

Dalam berbagai kasus, skala prioritas selalu dibutuhkan untuk

meminimalisir resiko, memaksimalkan perawatan dan pengobatan,

serta untuk pengambilan keputusan yang tepat.

Bailon dan Maglaya (2014) telah merumuskan skala prioritas

sebagai berikut.

Tabel 2.1 Skala Prioritas Keperawatan Keluarga (Bailon dan


Maglaya, 2014)
No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Masalah yang benar-benar harus segera 2
ditangani
Ada masalah tetapi tidak segera ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan
0
43

Setelah menentukan skala prioritas sesuai dengan tabel di atas,

langkah selanjutnya adalah membuat skoring.

Skor
X Bobot
Angka tertinggi

a. Tentukan angka dari skor terringgi terlebih dahulu. Biasanya

angka tertinggi adalah 5.

b. Skor yang dimaksud diambil dari skala prioritas. Tentukan skor

pada setiap kriteria.

c. Skor dibagi dengan angka tertinggi.

d. Kemudian dikalikan dengan bobot skor

e. Jumlahkan skor dari semua kriteria

Dengan adanya prioritas didepan, kita akan mengetahui tingkat

kedaruratan pasien yang membutuhkan penanganan cepat atau lambat.

Masing-masing kriteria memberikan sumbangan masukan atas

penanganan.

a. Kriteria sifat masalah

b. Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah

c. Kriteria potensi pencegahan masalah

d. Kriteria masalah yang menonjol

(Bailon dan Maglaya, 2014)


44

d. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai keluarga,

atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan

data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk

menetapkan tindakan-tindakan di mana perawat bertanggung jawab

untuk melaksanakannya (Mubarok,2007).

Dimana komponen yang dipakai dalam diagnosa keperawatan adalah

a. Problem (P/Masalah)

b. Etiologi (E/Penyebab)

c. Sign & symptom (S/Tanda dan Gejala)

(Bakri, 2017)

Dalam asuhan keperawatan keluarga yang anggota keluarganya

mengalami TBC diagnosa yang mungkin muncul adalah :

1) Resiko penularan b.d ketidakmampuan mengenal masalah

kesehatan

2) Resiko penularan b.d ketidakmampuan mengambil keputusan

tindakan kesehatan yang tepat

3) Resiko penularan b.d ketidakmampuan merawat anggota

keluarga yang sakit

4) Resiko penularan b.d ketidakmampuan memelihara lingkungan

yang sehat

5) Resiko penularan b.d ketidakmampuan keluarga menggunakan

fasilitas kesehatan

(Davis, 2007)
45

e. Intervensi

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan adalah

terpenuhinya kebutuhan pasien (Suarli & Bahtiar, 2012)

Membuat perencanaan merupakan salah satu tahapan dari

proses dimulainya tindakan untuk menuju tujuan yang lebih spesifik.

Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil

yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan

tujuan khusus yang telah ditetapkan. Kriteria dan standar dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kriteria dan Standar Perencanaan Keperawatan Keluarga


(Dion & Betan, 2013)
No Kriteria Standar

1 Pengetahuan Keluarga mampu menjelaskan kembali kepada

perawat tentang pengertian suatu penyakit.

Keluarga mampu menjelaskan kembali kepada

perawat tentang tanda dan gejala suatu penyakit.

2 Sikap Keluarga mampu memutuskan tindakan untuk

diikuti pasien.

Keluarga mampu mengatur waktu pengobatan ke

pusat layanan kesehatan.

3 Psikomotor Keluarga menghidangkan makanan sesuai

kebutuhan pasien.

Keluarga sudah mulai melakukan pengobatan ke

pusat layanan.
46

1) Tujuan dapat disusun dalam jangka pendek (khusus) dan jangka

panjang (umum).

a) Tujuan khusus/jangka pendek sifatnya spesifik, dapat diukur,

dapat dimodivikasi

b) Tujuan jangka panjang/umum merupakan tujuan akhir yang

menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh

keluarga agar dapat tercapai.

2) Kriteria hasil, untuk mengukur keberhasilan keluarga dalam

mencapai tujuan yang diharapkan.

Komponen kriteria hasil :

a) Dalam jangka panjang atau jangka pendek

b) Mempunyai perilaku yang dapat diukur

c) Spesifik dalam isi dan waktu

d) Harus dapat dicapai

(Bakri, 2017)
47

Dalam asuhan keperawatan keluarga yang anggota keluarganya

mengalami TBC intervensi yang digunakan adalah :

Tabel 2.3 Rencana Asuhan Keperawatan Resiko Penularan penyakit


(Wahid, 2013)
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan

Resiko Tujuan : setelah dilakukan 1. Berikan informasi tentang pengertian,

penularan tindakan keperawatan 3x24 jam penyebab, dan tanda gejala dari

penyakit b.d keluarga mengerti tentang penyakit

ketidakmampua masalah kesehatan 2. Kaji pengetahuan keluarga mengenai

n keluarga Kriteria hasil : konsep rumah sehat dan cara penularan

mengenal 1. Keluarga mampu menjelaskan TBC

masalah tentang pengertian, penyebab 3. Identifikasi resiko penularan kepada

kesehatan dan tanda gejala penyakit orang lain seperti anggota keluarga

TBC 4. Anjurkan kepada pasien menggunakan

2. Keluarga mampu menjelaskan tissue untuk membuang sputum

konsep rumah sehat 5. Evaluasi kembali penjelasan yang

telah disampaikan pada keluarga

Resiko Tujuan : 1. Diskusikan dengan keluarga dalam

penularan Setelah dilakukan tindakan mengambil keputusan dalam

penyakit b.d keperawatan 3x24 jam keluarga mengambil tindakan kesehatan yang

ketidakmampua mampu mengambil keputusan tepat

n keluarga pada anggota keluarga yang 2. Perkenalkan kepada keluarga tentang

mengambil sakit alternatif yang dapat mereka pilih dan

keputusan Kriteria hasil : sumber-sumber yang diperlukan untuk

tindakan 1. Keluarga mampu mengambil tindakan keperawatan

kesehatan yang keputusan tindakan kesehatan 3. Evaluasi kembali penjelasan yang

tepat yang tepat telah disampaikan


48

Resiko penularan Tujuan : 1. Beri penjelasan keluarga cara

penyakit b.d Setelah dilakukan tindakan perawatan anggota keluarga yang sakit

ketidakmampuan keperawatan 3x24 jam keluarga 2. Gunakan alat dan fasilitas yang ada

keluarga merawat mampu mengambil keputusan dirumah

anggota keluarga pada anggota keluarga yang 3. Awasi keluarga melakukan perawatan

yang sakit sakit 4. Bantu anggota mengembankan

Kriteria hasil : kesanggupan dalam merawat anggota

1. Keluarga mengerti cara keluarga yang sakit

merawat anggota keluarga

yang sakit

Resiko penularan Tujuan : 1. Modifikasi lingkungan yang

penyakit b.d Setelah dilakukan tindakan mendukung kesehatan

ketidakmampuan keperawatan 3x24 jam keluarga 2. Beri penjelasan tentang keuntungan

keluarga mampu memelihara lingkungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan

memelihara yang sehat rumah

lingkungan yang Kriteria hasil : 3. Berikan penjelasan kepada keluarga

sehat 1. Keluarga mengerti pentingnya sanitasi lingkungan

keuntungan pemeliharaan 4. Lakukan perubahan lingkungan

lingkungan rumah keluarga seoptimal mungkin

2. Keluarga mengerti pentingnya

sanitasi lingkungan

Resiko penularan Tujuan : 1. Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada

penyakit b.d Setelah dilakukan tindakan dilingkungan keluarga

ketidakmampuan keperawatan 3x24 jam keluarga 2. Berikan penjelasan kepada keluarga

keluarga mampu menggunakan fasilitas tentang fungsi fasilitas kesehatan

menggunakan kesehatan yang ada 3. Beri penjelasan keuntungan

fasilitas Kriteria hasil : menggunakan fasilitas kesehatan bagi

kesehatan 1. Keluarga mampu mengenal & keluarga

berobat kefasilitas kesehatan


49

f. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan

pasien terpenuhi secara optimal (Suliarli & Bahtiar, 2012).

Tujuan dari tindakan keperawatan keluarga adalah untuk

membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

yang mencangkup peningkatan kesehatan, mencegah penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama tahap

pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan

memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan

pasien dan keluarga (Nursalam, 2011 ).

Tindakan kekeperawatan keluarga mencangkup hal – ha sebagai

berikut ini.

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga adalah

mendiskusikan berbagai informasi kepada keluarga tentang

masalah – masalah kesehatan. Hal ini akan mampu mendorong

kesadaran keluarga tentang kesehatan dan penjelasanpun akan

mudah diterima. Cara – cara yang dapat dilakukan yaitu

1) Memberikan informasi.

2) Mengidentivikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.


50

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

Perawat dapat memberikan berbagai informasi dan pertimbangan

sehingga bisa menjadi stimulus bagi keluarga untuk memutuskan

perawatan yang tepat. Cara yang dapat digunakan sebagai berikut:

1) Mengidentivikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

2) Mengidentivikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga.

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

Memotivasi keluarga juga menjadi bagian perawat, agar keluarga

merasa percaya diri untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

Untuk bisa mencapai hal ini, perawat dapat melakukan beberapa

cara, yaitu:

1) Melakukan demonstrasi cara perawata.

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga mewujudkan lingkungan sehat

Perawat dapat berperan sebagai konsultan bagaimana agar

keluarga mampu mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat,

sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup anggota

keluarganaya.

Perawat dapat melakukan berbagai cara :

1) Menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan

keluarga.
51

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal

mungkin.

e. Memotivasi keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Kesadaran dalam mengakses fasilitas kesehatan bagi masyarakat

kita saat ini masih relatif rendah. Untuk itu, perawat perlu

melakukan beberapa hal yaitu

1) Mengendalikan vasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga.

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang

ada.

(Murwani, 2008)

g. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan.

Evaluasi dapat dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu

direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan

sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah

sesuai. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan

kelengkapannya.Tujuan dan intervensi evaluasi adalah untuk

menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara evektif

(Nursalam 2011)

Evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

diberikan kemudian dilakukan penilaian untuk melihat

keberhasilannya. Jika tindakan yang dilakukannya belum berhasil,


52

maka perlu dicari cara atau metode lainnya. Semua tindakan

keperawatan tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke

keluarga, melainkan secara bertahap sesuai dengan waktu dan

kesediaan keluarga.

Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.

a. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama

proses asuhan keperawatan.

b. Evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

Dalam melakukan evaluasi disusun menggunakan SOAP secara

operasional.

S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga

setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

A : adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu

pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan

hasil dari respons keluarga pada tahap evaluasi.

(Bakri, 2017)
53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode

studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan studi untuk mengeksplorasi diri

perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga yang anggota keluarganya

mengalami TBC dengan masalah resiko penularan penyakit. Selanjutnya

pasien diobservasi selama 1 minggu dengan 3 kali kunjungan dirumah pasien.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada studi kasus ini dengan keadaan dan rencana penulisan yang

sudah disebutkan di atas, maka lokasi yang akan di gunakan untuk penelitian

studi kasus ini yaitu di Wilayah kerja Puskesmas Kedungwaru Tulungagung.

Dalam penelitian ini waktu yang digunakan adalah , selama 1 minggu dengan

3 kali kunjungan yang dilakukan pada tanggal 6 April 2018, 9 April 2018 dan

12 April 2018, mengobservasi dan memberikan asuhan keperawatan pada

keluarga dimulai dari peneliti terjun langsung ke Puskesmas dan memilih

pasien yang akan di jadikan subjek penelitian.


54

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kasus ini subjek penelitian yang digunakan yaitu

dengan 2 keluarga (2 kasus) adapun masalah keperawatan yaitu asuhan

keperawatan keluarga yang anggota keluarganya mengalami TBC dengan

masalah resiko penularan penyakit.

D. Pengumpulan Data

Dalam penelitian studi kasus ini pengumpulan data yang digunakan yaitu

penelitian studi kasus “asuhan keperawatan keluarga yang anggota

keluarganya mengalami TBC dengan masalah resiko penularan penyakit”

sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang di lakukan untuk mengumpulkan

data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung pada keluarga

untuk mengetahui identitas, keadaan umum, psikologis pasien secara

umum dan mengetahui data-data karakteristik keluarga.

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Observasi merupakan metode pengumpul data yang di lakukan dengan

cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

diselidiki.

Observasi lingkungan adalah mengamati lingkungan keluarga dimana

keluarga itu tinggal atau berada seperti sanitasi lingkungan, persedian air

bersih, pencahayaan atau ventilasi rumah, pengelolaan sampah dan

pengendalian hewan vektor penyakit.


55

Peneliti benar-benar mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dengan kata lain peneliti ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas

yang telah diselidiki. Misalnya Pemeriksaan fisik pada keluarga (dengan

pendekatan IPPA untuk mengetahui masalah kesehatan pasien :

a. Inspeksi

Inspeksi adalah melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan

merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji atau

menilai pasien. proses observasi, perawat menginspeksi bagian tubuh

untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang

signifikan yang dilakukan pada sistem tubuh pasien.

b. Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau merasakan dengan tangan dan di

gunakan untuk menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi

sebelumnya. Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran

yang lembut dan sensitive terhadap tanda fisik termasuk posisi,

ukuran, kekenyalan, kekasaran, tekstur dan mobilitas. Pemeriksaan

palpasi yang didapat dari pasien TBC adalah : kesimetrisan dada,

ekspansi dan taktil fremitus.

c. Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan menepuk permukaan tubuh secara

ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan sensitivitas

struktur atau cairan atau udara didalamnya. Perkusi juga merupakan

pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi


56

ukuran, batas dan konsistensi organ-organ tubuh dan menemukan

adanya cairan didalam rongga tubuh.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada

paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam visera

abdomen. Auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop.

3. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan data lain yang

relevan)

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data dan catatan kesehatan keluarga yang berasal dari

dokumentasi asli mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku

dan sebagainya yang didapat dari Puskesmas.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaahan terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan, dan

laporan-laporan yang ada hubunganya dengan masalah yang dipecahkan.


57

E. Uji Keabsahan Data

Dalam uji keabsahan data yang dimaksud untuk menguji kualitas

data/informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga data yang dihasilkan

validasi tinggi. Uji kebsahan dapat dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan dan tindakan

Penelitian dilakukan selama kurang lebih selama 1 minggu dengan 3 kali

kunjungan, apabila ditemukan adanya data yang kurang maka,

menambah waktu penelitian 1 minggu untuk memenuhi kelengkapan

data yang diperlukan oleh peneliti.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data yang utama yaitu pasien, perawat, dan keluarga pasien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu asuhan keperawatan

keluarga yang anggota keluarganya menderita TBC dengan masalah

resiko penularan penyakit.

F. Analisa data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, seawaktu

pengumpulan data smpai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil inteprtasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.


58

Teknik analisis digunakan dengn cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diintrepretasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkip.

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data objektif dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan

dengan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, bagan, maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas

diri responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


59

G. Etik Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan masalah etika

penelitian yang meliputi sebagai berikut :

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan partisipan dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika partisipan tidak bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak-hak pasien. Beberapa informasi

yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi

pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen, prosedur pelaksanaan , potensial masalah yang akan terjadi,

manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah di hubungi, dan lain-lain.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity menjelaskan bentuk penulisan khuestionaere dengan

tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya

menuliskan kode pada lembar penulisan data.


60

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confindentiality kerahasiaan menjelaskan maslah-masalah

responden yang dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya

sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.


61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tahap Interaksi

Peneliti menetapkan dua keluarga yang akan dijadikan sebagai sasaran

yang sesuai dengan kasus. Peneliti melakukan kunjungan yang dilakukan

tanggal 6 April 2018 dengan dua keluarga yaitu keluarga Tn M dan Tn S.

Peneliti yang pertama yaitu melakukan perkenalan dengan cara membina

hubungan saling percaya dengan kedua keluarga serta memberi informed

consent sebagai persetujuan keluarga. kemudian menetapkan jadwal

kunjungan dan membuat kesepakatan dengan keluarga untuk kunjungan

berikutnya.

2. Pengkajian Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian dan Anamnesa Keluarga 1

1) Data Demografi

Pengkajian pada keluarga 1 dilakukan pada hari jumat tanggal 6

April 2018, didapatkan data bahwa kepala keluarga bernama Tn

M berumur 48 tahun pekerjaan Wiraswasta (pekerja bengkel)

dengan pendidikan terakhirnya adalah SMP. Alamat rumah Tn M

di Ds. Kedungwaru Rt 01/Rw 02. Komposisi keluarga Tn M

terdiri dari 3 anggota keluarga yaitu istri Tn M bernama Ny W

dengan usia 38 tahun dengan anak pertama bernama An DR

dengan usia 18 tahun dimana dia mengalami sakit TBC dengan


62

masa pengobatan 2 bulan, dan anak kedua bernama An K dengan

usia 5 tahun. Keluarga Tn M termasuk keluarga inti yaitu terdiri

dari ayah, ibu dan anak. Agamanya adalah islam dengan

penghasilan Rp 1.000.000-Rp 1.500.000 setiap bulan.

An DR makan sehari 3 kali deengan pantangan tidak boleh makan

pedas, nafsu makan An DR menurun. An DR mengeluarkan

dahak ditempat dimana dia batuk, memakai masker bila ada tamu

dan saat-saat tertentu, dia merokok ±5 batang per hari

a) Genogram keluarga Tn M

Bagan 4.1 Genogram Keluarga Tn M

Keterangan :

Laki-laki - - - - Tinggal serumah

Perempuan Keluarga yang sakit

Mati

2) Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga Tn M saat ini adalah keluarga

dengan anak sekolah dimana keluarga Tn M tidak memiliki

riwayat keturunan, An DR mempunyai riwayat penyakit yang


63

pernah diderita yaitu typoid, faringitis dengan pelayanan

kesehatan yang digunakan adalah Puskesmas dan Rumah Sakit.

3) Keadaan lingkungan

Rumah yang ditinggali Tn. M adalah miliknya sendiri dengan tipe

bangunan permanen dengan lantai rumah semen untuk

ventilasinya tidak sesuai kurang dari 10% luas lantai,

pencemaran rumah oleh cahaya matahari kurang, diruang tamu

keadaan terlihat terang tapi dibagian dapur tampak gelap atau

redup kurang cahaya matahari. Pengelolaan sampahnya keluarga

membuang sampah setiap hari di TPA tapi tidak dipilah-pilah

antara sampah basah dan sampah kering. Rumah Tn. M terlihat

bersih. Dalam pekarangan rumah tidak ditemukan pemanfaatan

seperti menanam tanaman tertentu. Untuk penyediaan air bersih

dari sumur dan air minum selalu dimasak. Keluarga juga memiliki

WC dan jenis jambannya adalah septic tank dengan jarak jamban

dan sumur kurang dari 10 m.

Kegiatan masyarakat yang diikuti oleh keluarga adalah arisan

yang diadakan satu bulan sekali di rumah tetangga Tn. M.

Keluarga Tn. M fasilitas transportasinya menggunakan sepeda

motor, untuk berkomunikasi keluarga menggunakan telepon dan

sebagai sumber informasi keluarga menggunakan tv dan radio.

4) Struktur Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang bertugas sebagai aparat

pemerintah dan tokoh masyarakat. Keluarga mengatakan


64

komunikasi dilakukan secara musyawarah untuk menyelesaikan

suatu masalah. Dan musyawarah dilakukan sewaktu-waktu bila

ada masalah yang dilakukan oleh anggota keluarga tertentu.

5) Fungsi Keluarga

Tn M sebagai kepala keluarga jika ada salah satu anggota

keluarganya yang merasa senang ikut merasakan. Interaksi dalam

keluarga juga terjalin dengan baik. Keluarga selalu mengajarkan

pulang tidak bleh terlalu larut malam dan berperilaku sesuai

dengan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-

hari. Salah satu anggota keluarga yaitu An DR menderita TBC

dimana keluarga tersebut tidak mampu memelihara lingkungan

yang sehat bisa dilihat dari pola kebiasaan sehari-hari dan

karakteristik lingkungan ventilasi dan pencemaran matahari yang

tidak memenuhi syarat. Istri Tn M menjadi akseptor KB dengan

suntik 3 bulan an.

b. Pengkajian dan Anamnesa Keluarga 2

1) Data Demografi

Pengkajian pada keluarga 2 dilakukan pada hari tanggal 6 April

2018, didapatkan data bahwa kepala keluarga bernama Tn S

berumur 50 tahun pekerjaan Wiraswasta dengan pendidikan

terakhirnya adalah SD. Alamat rumah Tn S di Ds. Kedungwaru

Rt 03/Rw 05. Komposisi keluarga Tn S terdiri dari 4 anggota

keluarga yaitu istri Tn S bernama Ny T dengan usia 46 tahun

dengan anak pertama bernama Ny S dengan usia 26 tahun, An B


65

dengan usia 22 tahun dan An D dengan usia 16 tahun dimana dia

mengalami sakit TBC dengan masa pengobatan 6 bulan.

Agamanya adalah islam dengan penghasilan lebih dari Rp

1.500.000 setiap bulan.

An D makan sehari 2 atau 3 kali, nafsu makan An D menurun

upaya untuk mengatasinya yaitu makan sedikit tapi sering. An D

batuk tapi tidak ada dahaknya, An D tidak pernah menutup mulut

saat batuk dan tidak pernah memakai masker tapi tidak pernah

merokok.

a) Genogram Keluarga Tn S

Bagan 4.2 Genogram Keluarga Tn S

Keterangan :

Laki-laki - - - - Tinggal serumah

Perempuan Keluarga yang sakit

Mati
66

2) Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga Tn S saat ini adalah keluarga

dengan anak sekolah. keluarga Tn S memiliki riwayat penyakit

keturunan yaitu asma, An D riwayat penyakit yang pernah

diderita yaitu faringitis dengan pelayanan kesehatan yang

digunakan adalah Puskesmas dan Rumah Sakit.

3) Keadaan Lingkungan

Rumah yang ditinggali Tn. S adalah miliknya sendiri dengan tipe

bangunan permanen dengan lantai rumah keramik untuk

ventilasinya tidak sesuai kurang dari 10% luas, pencemaran

rumah oleh cahaya matahari kurang yaitu jendela tidak pernah

dibuka dan rumah terluhat gelap atau redup. Pengelolaan

sampahnya keluarga membuang sampah setiap hari di TPA tapi

tidak dipilah-pilah antara sampah basah dan sampah kering.

Rumah Tn. S terlihat rusuh, jarang di sapu yang banyak debu

debu dan barang-barang rumah berserakan. Dalam pekarangan

rumah tidak ditemukan pemanfaatan seperti menanam tanaman

tertentu. Untuk penyediaan air bersih dari sumur dan air minum

selalu dimasak. Keluarga juga memiliki WC dan jenis jambannya

adalah septic tank dengan jrak jamban dan sumur lebihdari 10 m.

Keluarga Tn S tidak mengikuti kegiatan di masyarakat. Keluarga

Tn. S fasilitas transportasinya menggunakan sepeda motor, untuk

berkomunikasi keluarga menggunakan telepon dan sebagai

sumber informasi keluarga menggunakan tv dan radio.


67

4) Struktur Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang bertugas sebagai aparat

pemerintah dan tokoh masyarakat. Keluarga mengatakan

komunikasi dilakukan secara musyawarah untuk menyelesaikan

suatu masalah. Dan musyawarah dilakukan sewaktu-waktu bila

ada masalah yang dilakukan oleh anggota keluarga tertentu.

5) Fungsi Keluarga

Tn S sebagai kepala keluarga jika ada salah satu anggota

keluarganya yang merasa senang ikut merasakan. Interaksi dalam

keluarga juga terjalin dengan baik. Keluarga selalu mengajarkan

pulang tidak bleh terlalu larut malam dan berperilaku sesuai

dengan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-

hari. Salah satu anggota keluarga yaitu An D menderita TBC

dimana keluarga tersebut tidak mampu memelihara lingkungan

yang sehat bisa dilihat dari pola kebiasaan sehari-hari dan

karakteristik lingkungan ventilasi dan pencemaran matahari yang

tidak memenuhi syarat. Istri Tn S tidak menjadi akseptor KB

karena istrinya bekerja diluar negeri.

3. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.1 Hasil Observasi (Pemeriksaan Fisik)


No Observasi Keluarga 1 (An DR) Keluarga 2 1 (An D)
1 Penyakit yang pernah Typoid, faringitis Faringitis
diderita
Keadaan umum An DR tampak kurus Keadaan umum baik (An D
2 Kesadaran komposetis tidak terlihat kurus dan
lemah)
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital:
3 Tekanan darah 110/70 MmHg 100/60 MmHg
68

Nadi 82 x/menit 80 x/menit


Suhu 36ºC 36,3ºC
Respirasi 20 x/menit 20 x/menit
4 Mata
Konjungtiva Anemis Tidak anemis
Kornea Tidak ada peradangan Tidak ada peradangan
5 Hidung Normal (tidak ada sinus, Normal (tidak ada sinus,
odema dan cuping hidung) odema dan cuping hidung)
6 Leher Tidak ada pembesaran vena Tidak ada pembesaran vena
jugularis jugularis
7 Telinga Pendengaran normal Pendengaran normal
Tidak ada odema dan Tidak ada odema dan
peradangan peradangan
8 Mulut Tidak ada caries gigi Tidak ada caries gigi
Mukosa bibir lembab Mukosa bibir lembab
9 Abdomen Datar (tidak ada odema dan Datar (tidak ada odema dan
ascites) ascites)
10 Ekskremitas Tidak ada odema Tidak ada odema
Tidak ada kelainan bentuk Tidak ada kelainan bentuk
11 Thorak :
- Paru-paru Tidak ada suara tambahan Tidak ada suara tambahan
whezing, ronchi whezing, ronchi

- Struktur dan bentuk Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


tulang
- Bunyi jantung Normal (lub dup) Normal (lub dup)
Tidak ada suara tamabahan) Tidak ada suara tamabahan)
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan pada An DR penyakit yang pernah

diderita adalah typoid dan faringitis, dimana pemeriksaan tanda-tanda

vitalnya TD: 110/70 MmHg, N: 82 x/menit, suhu 36ºC, Respirasi 20

x/menit. Konjungtiva anak DR terlihat anemis

Pada An D penyakit yang pernah diderita adalah faringitis, dimana

pemeriksaan tanda-tanda vitalnya TD: 100/60 MmHg, N: 80 x/menit,

suhu 36,3ºC, Respirasi 20 x/menit. Konjungtiva anak D tidak anemis.

4. Diagnosis Keperawatan Keluarga

a. Analisis Masalah

Tabel 4.2Analisa Data


No Kelompok Data Penyebab Masalah
1 Keluarga 1 Ketidakmampuan Resiko Penularan
a. Data Subjektif : keluarga memelihara Penyakit
An DR mengatakan menderita lingkungan yang sehat
TBC ± sekitar 2 bulan dan batuk
69

berdahak
Keluarga mengatakan tidak
mengerti tentang syarat rumah
yang sehat
Keluarga mengatakan tidak ada
pembagian tugas dalam
membersihkan rumah

b. Data Objektif :
1. Mengeluarkan dahak
disembarang tempat
2. Perilaku batuk memakai
masker pada saat tertentu
kadang batuk tidak ditutup
3. Kebiasaan merokok ±5
batang/hari
4. Ventilasi <10% luas lantai
5. Pencemaran cahaya matahari
kurang (ruang tamu terang,
dapur dan kamar mandi,
kamar tidur tampak
redup/gelap)
6. Rumah sempit
7. Lantai rumah dari semen
8. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 MmHg
N : 82x/menit
R : 20x/menit
S :36º c

2. a. Data Subjektif : Ketidakmampuan Resiko nutrisi kurang


An DR mengatakan sulit makan keluarga merawat dari kebutuhan tubuh
dan mau makan bila ada makanan anggota keluarga yang
kesukaannya sakit
Keluarga mengatakan 2 bulan
terakhir ini An DR tidak nafsu
makandan berat badan tidak
bertambah
b. Data Objektif :
1. An DR tampak kurus
2. Berat badan 41 cm
3. Tinggi badan 165 cm
4. Berdasarkan perhitungan IMT
An DR termasuk dalam
golongan anak dengan gizi
kurang.
IMT =
BB (kg) : TB (m2)
41 : 2,72 = 15,1

No Kelompok Data Penyebab Masalah


1 Keluarga 2 Ketidakmampuan Resiko Penularan
a. Data Subjektif : keluarga memelihara Penyakit
An D mengatakan menderita lingkungan yang sehat
TBC ± sekitar 6 bulan dan batuk
tidak berdahak
Keluarga mengatakan terlalu
sibuk bekerja sehingga tidak
70

sempat membersihkan rumah


Keluarga mengatakan tidak
mengerti tentang syarat rumah
sehat
b. Data Objektif :
1. Tidak pernah menutup pada
saat batuk dan tidak memakai
masker
2. Ventilasi <10% luas lantai
3. Cahaya matahari yang masuk
kurang, jendela rumah tidak
pernah terbuka dan rumah
terlihat redup
4. Rumah terlihat rusuh jarang
disapu dan banyak debu-debu
5. Rumah kotor
6. Tanda-tanda vital
TD : 100/60 MmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S :36,3º c

2 a. Data Subjektif : Ketidakmampuan Koping Keluarga


Keluarga mengatakan bahwa keluarga mengenal Inefektif
penyakit TBC tidak menular masalah
An D mengatakan belum paham
tentang TBC
b. Data Objektif :
1. Klien selalu bertanya tentng
penyakitnya
2. klien tidak dapat menjawab
ketika ditanya oleh perawat
tentang penyakit TB paru
yang dideritanya
3. Tanda-tanda vital
TD : 100/60 MmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S :36,3º c

Berdasarkan tabel 4.2 analisa data dari kedua responden sama-sama

memiliki masalah keperawatan keluarga resiko penularan penyakit b.d

Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat.


71

b. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Tabel 4.3 Diagnosa Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Keperawatan
Keluarga 1 :
1 Resiko Penularanh Penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang
sehat
2 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
No Diagnosa Keperawatan
Keluarga 2 :
1 Resiko Penularan Penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang
sehat
2 Koping Keluarga Inefektif b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Berdasarkan tabel 4.3 Diagnosa keperawatan keluarga, diperoleh

diagnosa keperawatan Keluarga Tn M adalah resiko penularan penyakit

b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat dan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Sedangkan pada keluarga

Tn S diagnosa keperawatan keluarga nya adalah resiko penularan

penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang

sehat dan Koping Keluarga Inefektif b.d ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah.

c. Penilaian (scoring) diagnosis keperawatan

Tabel 4.4 Penilaian diagnosis keperawatan


No Kriteria Skor Pembenaran
Diagnosa
Keluarga 1
1 a. Sifat masalah : 3 Masalah sudah aktual, bila keadaan tersebut
x1=1
3
aktual tidak segera diatasi akan mengabitkan
penularan TBC pada anggota keluarga yang
lainnya

b. Kemungkinan 1 Pengetahuan keluarga tentang rumah sehat


masalah dapat x2=1 kurang, sumber-sumber dalam keluarga
2
dicegah : masalah memungkinkan untuk dimanfaatkan guna
dapat diubah pemeliharaan kesehatan
sebagian

2 2
c. Potensi masalah x1= Kemungkinan timbulnya masalah kesehatan
3 3
untuk dicegah : akibat lingkungan yang tidak sehat cukup dapat
72

cukup dicegah bila keluarga dapat memanfaatkan


sumber-sumber yang ada

d. Menonjolnya Keluarga merasakan keadaan tersebut telah


masalah : masalah 1 1 berlangsung lama dan tidak pernah ada kejadian
x1=
2 2
dirasakan tetapi yang mengakibatkan penularan
tidak perlu segera
ditangani
Total skore 1
3
6
2 a. Sifat masalah : 2 2 Masalah pada An DR mengancam kesehatan
x1=
3 3
ancaman apabila tidak segera ditangani, karena sudah
terlihat sebagian tanda-tanda dari kekurangan
nutrisi

b. Kemungkinan 1 masalah dapat diubah dengan tindakan


masalah dapat x2=1 keperawatan dengan penyuluhan tentang cara
2
dicegah : masalah menyediakan menu seimbang apabila keluarga
dapat diubah kooperatif untuk menyediakan serta didukung
sebagian dengan dana.
1 1
c. Potensi masalah x1= Masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
3 3
untuk dicegah : tubuh membutuhkan banyak waktu untuk
rendah menyeimbangkannya karena diiringanya proses
berjalannya penyakit

d. Menonjolnya 2 Keluarga mengatakan sudah berusaha ke


masalah : masalah x1=1 puskesmas untuk mengobati anak R tetapi
2
tidak segera belum ada perubahan berat badan.
ditangani
Total skore 1
2
1
Keluarga 2
1 a. Sifat masalah : 3 Masalah sudah aktual, bila keadaan tersebut
x1=1
3
aktual tidak segera diatasi akan mengabitkan
penularan TBC pada anggota keluarga yang
lainnya

b. Kemungkinan 1 Pemberian penyuluhan yang tepat serta


masalah dapat x2=1 penjelasan yang mudah dipahami keluarga dan
2
dicegah : sebagian mampu menjadikan rumah tersebut sesuai
dengan konsep rumah sehat

c. Potensi masalah Keluarga mempunyai kesibukan yang tinggi


1 1
untuk dicegah : x1= sehinggaa untuk membersihkan rumah dirasa
3 3
rendah tidak ada waktu

d. Menonjolnya 1 1 Keluarga merasa keadaan tersebut telah


masalah : ada x1= berlangsung lama dan tidak pernah ada kejadian
2 2
masalah tetapi yang mengakibatkan suatu kondisi lebih parah
tidak segera yang membahayakan anggota keluarga lainnya
ditangani
Total skore 5
2
6
2 a. Sifat masalah : 2 2 Keluarga Tn S tidak memahami dengan baik
x1=
3 3
ancaman keluarga tentang penyakit TBC yang dialami An D

b. Kemungkinan 1 Pemberian informasi tentang penyakit kurang


masalah dapat x2=1 dipahami oleh Tn S dan An D karena
2
73

dicegah : sebagian kurangnya kemampuan keluarga khusus nya Tn


S dalam menyerap informasi

c. Potensi masalah 2 2 Membantu keluarga memahami masalah


x1=
3 3
untuk dicegah : penyakitnya bisa dilakukan melalui pemberian
cukup informasi tentang TBC secara rutin dan jelas

d. Menonjolnya 0 Keluarga Tn S tidak merasakan adanya masalah


masalah : masalah x1=0 yang harus segera ditangani
2
tidak dirasakan

Total skore 1
2
3
Berdasarkan tabel 4.4 Penilaian diagnosis keperawatan, didapatkan pada

keluarga Tn M skor tertinggi yaitu masalah resiko penularan penyakit


1
dengan skor 3 6, dan yang kedua resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

1
dengan skor 21. Sedangkan pada keluarga Tn S skor tertinggi yaitu

5
masalah resiko penularan penyakit dengan skor 26, dan yang kedua

1
masalah koping keluarga inefektif dengan skor 23.

d. Prioritas Diagnosis Keperawatan

Tabel 4.5 Prioritas Diagnosis Keperawatan


Prioritas Diagnosa kepearawatan keluarga Skor
Keluarga 1
1 Resiko penularan penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara 1
3
6
lingkungan yang sehat
2 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan 1
2
1
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga 2
1 Resiko Penularan Penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara 5
2
6
lingkungan yang sehat
2 Koping Keluarga Inefektif b.d Ketidakmampuan keluarga mengenal 1
2
3
masalah
Berdasarkan tabel 4.5 Prioritas Diagnosis Keperawatan, didapatkan

keluarga Tn M dan Tn S diagnosa prioritasnya sama yaitu resiko

penularan penyakit.
74

5. Perencanaan Asuhan Keperawatan

Tabel 4.6 Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Kasus 1 : Tujuan : setelah dilakukan 1. Modifikasi lingkungan yang
Resiko penularan tindakan keperawatan 3x24 mendukung kesehatan
penyakit b.d jam keluarga mampu 2. Beri penjelasan tentang
ketidakmampuan memelihara lingkungan yang keuntungan dan manfaat
keluarga memelihara sehat pemeliharaan lingkungan
lingkungan yang sehat Hasil : rumah
Faktor Resiko 1. Keluarga mengerti 3. Berikan penjelasan kepada
e. 1.Peningkatan keuntungan pemeliharaan keluarga pentingnya sanitasi
pemajanan lingkungan lingkungan rumah lingkungan
terhadap patogen 2. Keluarga mengerti 4. Lakukan perubahan
f. 2.Pengetahuan yang pentingnya sanitasi lingkungan keluarga
kurang untuk lingkungan seoptimal mungkin
menghindari pajanan Kriteria : kognitif (verbal) 5. Beri motivasi keluarga untuk
patogen bersedia memelihara
g. 3.Malnutrisi perumahan yang sehat
Ketidakadekuatan 6. Lakukan pemeriksaan TTV
imunitas pada keluarga

2 Kasus 2 : Tujuan : 1. Modifikasi lingkungan yang


Resiko penularan Setelah dilakukan tindakan mendukung kesehatan
penyakit b.d keperawatan 3x24 jam 2. Beri penjelasan tentang
ketidakmampuan keluarga mampu memelihara keuntungan dan manfaat
keluarga memelihara lingkungan yang sehat pemeliharaan lingkungan
lingkungan yang sehat Hasil : rumah
1. Keluarga mengerti 3. Berikan penjelasan kepada
keuntungan pemeliharaan keluarga pentingnya sanitasi
lingkungan rumah lingkungan
2. Keluarga mengerti 4. Lakukan perubahan
pentingnya sanitasi lingkungan keluarga
lingkungan seoptimal mungkin
Kriteria : Kognitif (Verbal) 5. Beri motivasi keluarga untuk
bersedia memelihara
perumahan yang sehat
6. Lakukan pemeriksaan TTV
pada keluarga

Berdasarkan tabel 4.6 Rencana Asuhan Keperawatan, keluarga Tn M dan

Tn S memiliki intervensi atau rencana keperawatan yang sama karena

masalah yang dialaminya sama yaitu resiko penularan penyakit.


75

6. Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Tabel 4.7 Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Dx Jum’at 6 April 2018 Senin 9 April 2018 kamis 12 April 2018
Kep Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
Keluarga 14.00 1. Melakukan 14.00 1. Melakukan 15.00 1. Melakukan
1 (An modifikasi modifikasi modifikasi
DR) lingkungan lingkungan lingkungan
yang yang yang
mendukung mendukung mendukung
kesehatan kesehatan kesehatan
2. Memberi 2. Memberi 2. Memberi
penjelasan penjelasan penjelasan
tentang tentang tentang
keuntungan keuntungan keuntungan dan
dan manfaat dan manfaat manfaat
pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
lingkungan lingkungan lingkungan
rumah rumah rumah
3. Memberikan 3. Memberikan 3. Memberikan
penjelasan penjelasan penjelasan
kepada kepada kepada
keluarga keluarga keluarga
pentingnya pentingnya pentingnya
sanitasi sanitasi sanitasi
lingkungan lingkungan lingkungan
4. Melakukan 4. Melakukan 4. Melakukan
perubahan perubahan perubahan
lingkungan lingkungan lingkungan
keluarga keluarga keluarga
seoptimal seoptimal seoptimal
mungkin mungkin mungkin
5. Memberi 5. Memberi 5. Memberi
motivasi motivasi motivasi
keluarga untuk keluarga keluarga untuk
bersedia untuk bersedia
memelihara bersedia memelihara
perumahan memelihara perumahan
yang sehat perumahan yang sehat
6. Melakukan yang sehat 6. Melakukan
pemeriksaan 6. Melakukan pemeriksaan
TTV pada An pemeriksaan TTV pada An
DR TTV pada An DR
TD : 110/70 DR TD : 120/70
N : 82 TD : 110/60 N : 85
R : 20 N : 87 R : 21
S : 36 R : 20 S : 36
S : 36,4

Dx Jum’at 6 April 2018 Senin 9 April 2018 kamis 12 April 2018


Kep Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
Keluarga 15.00 1. Melakukan 15.00 1. Melakukan 14.00 1. Melakukan
2 (An D) modifikasi modifikasi modifikasi
lingkungan lingkungan lingkungan
yang yang yang
mendukung mendukung mendukung
kesehatan kesehatan kesehatan
76

2. Memberi 2. Memberi 2. Memberi


penjelasan penjelasan penjelasan
tentang tentang tentang
keuntungan keuntungan dan keuntungan dan
dan manfaat manfaat manfaat
pemeliharaan pemeliharaan pemeliharaan
lingkungan lingkungan lingkungan
rumah rumah rumah
3. Memberikan 3. Memberikan 3. Memberikan
penjelasan penjelasan penjelasan
kepada kepada keluarga kepada
keluarga pentingnya keluarga
pentingnya sanitasi pentingnya
sanitasi lingkungan sanitasi
lingkungan 4. Melakukan lingkungan
4. Melakukan perubahan 4. Melakukan
perubahan lingkungan perubahan
lingkungan keluarga lingkungan
keluarga seoptimal keluarga
seoptimal mungkin seoptimal
mungkin 5. Memberi mungkin
5. Memberi motivasi 5. Memberi
motivasi keluarga untuk motivasi
keluarga untuk bersedia keluarga untuk
bersedia memelihara bersedia
memelihara perumahan memelihara
perumahan yang sehat perumahan
yang sehat 6. Melakukan yang sehat
6. Melakukan pemeriksaan 6. Melakukan
pemeriksaan TTV pada An pemeriksaan
TTV pada An DR TTV pada An
DR TD : 100/60 DR
TD : 100/60 N : 84 TD : 100/70
N : 80 R : 19 N : 86
R : 20 S : 36 R : 20
S : 36,3 S : 36,5

Berdasarkan tabel 4.7 Pelaksanaan Keperawatan, didapatkan dari kedua

responden tindakan yang dilakukan sama, akan tetapi kedua keluarga

memiliki respon yang berbeda, saat dilakukan penyuluhan keluarga Tn M

lebih kooperatif dan cepat tanggap dengan apa yang disampaikan peneliti

sedangkan keluarga Tn S kurang tanggap dengan apa yang dilakukan

peneliti saat penyuluhan.


77

7. Evaluasi

Tabel 4.8 Evaluasi


Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
No Evaluasi
Jum’at, 6 April 2018 Senin, 9 April 2018 Kamis, 12 April 2018
1 Keluarga S : An DR mengatakan S : An DR mengatakan S : An DR mengatakan
1 menderita TBC ± sekitar menderita TBC ± sekitar menderita TBC ± sekitar
bulan dan batuk berdahak bulan dan batuk berdahak bulan dan batuk berdahak
Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan Keluarga mengatakan
mengerti tentang syarat mengerti rumah sehat dan mengerti rumah sehat dan
rumah yang sehat tapi sudah mulai membuka sudah mulai membuka
belum mampu jendela-jendela rumah jendela-jendela rumah
mengaplikasikannya pada pagi hari pada pagi hari dan
O: O: merubah perilaku yang
1. Mengeluarkan dahak 1. Mengeluarkan dahak kurang sehat
disembarang tempat disembarang tempat O:
2. Perilaku batuk 2. Perilaku batuk 1. Mengeluarkan dahak
memakai masker pada memakai masker pada ditempat yang telah
saat tertentu kadang saat tertentu kadang disediakan
batuk tidak ditutup batuk tidak ditutup 2. Perilaku batuk
3. Kebiasaan merokok ±5 3. Tidak merokok memakai masker pada
batang/hari 4. Ventilasi <10% luas saat tertentu kadang
4. Ventilasi <10% luas lantai batuk tidak ditutup
lantai 5. Pencemaran cahaya 3. Tidak merokok
5. Pencemaran cahaya matahari baik (terlihat 4. Ventilasi <10% luas
matahari Cukup (ruang terang disetiap rumah) lantai
tamu terang, dapur 6. Rumah sempit 5. Pencemaran cahaya
tampak redup/gelap) 7. Lantai rumah dari matahari baik (terlihat
6. Rumah sempit semen terang disetiap rumah)
7. Lantai rumah dari 8. Tanda-tanda vital 6. Rumah sempit
semen TD : 110/60 7. Lantai rumah dari
8. Tanda-tanda vital N : 87 semen
TD : 110/70 MmHg R : 20 8. Tanda-tanda vital
N : 82x/menit S : 36,4 TD : 100/70
R : 20x/menit A : masalah teratasi N : 86
S :36º c Sebagian R : 20
A : masalah belum teratasi - Rumah bersih dan S : 36,5
P : ulangi intervensi 1-6 rapi A : masalah teratasi
- Pencemaran cahaya Sebagian
matahari baik - Rumah bersih dan
(terlihat terang rapi
disetiap rumah) - Pencemaran cahaya
matahari baik
P : ulangi intervensi 1-7 (terlihat terang
disetiap rumah)
- Mengeluarkan dahak
ditempat yang telah
disediakan t

P : ulangi intervensi
1,4,5,6

Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


No Evaluasi
Jum’at, 6 April 2018 Senin, 9 April 2018 Kamis, 12 April 2018
1 Keluarga 2 S : An D mengatakan S : An D mengatakan S : An D mengatakan masa
menderita TBC ± sekitar 6 menderita TBC ± sekitar 6 pengobatan TBC nya
bulan dan batuk tidak bulan dan batuk tidak sudah selesai
78

berdahak berdahak keluarga mengatakan


keluarga mengatakan keluarga mengatakan bahwa sangat sibuk
sangat sibuk sehingga sangat sibuk sehingga sehingga sulit
tidak sempat tidak sempat menyempatkan
membersihakan rumah membersihakan rumah membersihakan rumah
O: Tn S mengatakan anaknya O:
1. Tidak pernah menutup laki-laki tidak mau 1. Tidak ada batuk
pada saat batuk dan membersihkan rumah 2. Ventilasi <10% luas
tidak memakai masker O : lantai
2. Ventilasi <10% luas 1. Tidak pernah menutup 3. Cahaya matahari yang
lantai pada saat batuk dan masuk kurang, jendela
3. Cahaya matahari yang tidak memakai masker rumah tidak pernah
masuk kurang, jendela terbuka dan rumah
2. Ventilasi <10% luas
rumah tidak pernah terlihat redup
terbuka dan rumah lantai 4. rumah terlihat rusuh
terlihat redup 3. Cahaya matahari yang jarang disapu dan
4. rumah terlihat rusuh masuk kurang, jendela banyak debu-debu
jarang disapu dan rumah tidak pernah 5. Tanda-tanda vital
banyak debu-debu terbuka dan rumah TD : 100/70
5. Tanda-tanda vital terlihat redup N : 86
TD : 100/60 MmHg R : 20
4. rumah terlihat rusuh
N : 80x/menit S : 36,5
R : 20x/menit jarang disapu dan A : masalah belum teratasi
S :36,3º c banyak debu-debu P : ulangi intervensi 1-6
A : masalah belum 5. Tanda-tanda vital
teratasi TD : 100/60
P : ulangi intervensi 1-6 N : 84
R : 19
S : 36
A : masalah belum teratasi
P : ulangi intervensi 1-6

Berdasarkan tabel 4.8 Evaluasi, dari hasil pelaksanaan tindakan

keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Tn M tanggal

6 april 2018 masalah belum teratasi, pada tanggal 9 april 2018 teratasi

sebagian, dan tanggal 12 April 2018 masalah teratasi sebagian

Pada keluarga Tn S tanggal 6 april 2018 masalah belum teratasi, 9

april 2018 masalah belum teratasi, 12 April 2018 masalah tetap belum

teratasi.
79

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan membahas tentang “Asuhan

Keperawatan Keluarga Yang Anggota Keluarganya Mengalami TBC dengan

Masalah Resiko Penularan Penyakit di wilayah kerja Puskesmas

Kedungwaru” yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2018 sampai tanggal

12 April 2018.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada kedua responden yaitu keluarga Tn M

dan Tn S yang anggota keluarganya sama-sama menderita TBC.

Didapatkan perbedaan pendidikan, lama pengobatan dimana An DR

dengan pengobatan 2 bulan dan An D dengan pengobatan 6 bulan,

penghasilan yang berbeda dimana keluarga Tn M dengan penghasilan Rp

1.000.000-Rp 1.500.000/bulan, sedangkan keluarga Tn S dengan

penghasilan >Rp 1.500.000/bulan. Perilaku sehari-hari An DR

mengeluarkan dahak disembarang tempat, batuk memakai masker pada

saat-saat tertentu, merokok habis ±5batang perhari, tapi setelah di

diagnosis TBC berhenti merokok. Sedangkan An D tidak mengeluarkan

dahak (batuk tidak berdahak), tidak pernah menutup mulut pada saat

batuk, tidak memakai masker dan tidak pernah merokok. Kondisi

lingkungan keluarga Tn M pencahayaan matahari nya cukup(ruang tamu

terang, dapur tampak gelap). Sedangkan pada keluarga Tn S pencahayaan

matahari kurang (jendela rumah tidak pernah terbuka dan rumah terlihat

redup, rumahnya terlihat rusuh, jarang disapu banyak debu-debu dan

barang berantakan
80

Pengkajian adalah tahapan dimana seseorang perawat harus

menggali informasi secara terus menerus dari anggota keluarga yang

dibinanya dan perawat harus mampu menggambarkan kondisi/situasi

pasien sebelumnya dan saat ini. (Suprajitno, 2008).

Peneliti menyimpulkan bahwa pengkajian memiliki peranan yang

penting untuk sumber informasi dalam asuhan keperawatan keluarga.

Namun ada beberapa faktor yang membedakan dari kedua keluarga

tersebut termasuk faktor lingkungan dan pola perilaku sehari-hari. Hal

inilah yang menyamakan pada teori bahwa penyakit TBC

menggambarkan informasi situasi saat ini.

2. Diagnosa keperawatan keluarga

Pada kasus keluarga 1 dan 2 masalah keperawatan keluarga yang

prioritas adalah resiko penularan penyakit yang ditegakkan dari penyebab

yang sama yaitu ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan yang

sehat, dapat dibuktikan melalui data yang ada yaitu dimana keluarga Tn

M dan Tn S tidak memperhatikan pola perilaku sehari-hari dan

karakteristik atau keadaan lingkungan dirumah.

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

di dapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang

akan dihubungkan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi

perawatan keluarga (Kurniasari, 2008).

Berdasarkan data diatas peneliti menyimpulkan bahwa diagnosa

dalam keluarga tersebut sesuai dengan teori yang ada yang terdiri dari
81

masalah dan dihubungkan dengan etiologi dari pengkajian yaitu resiko

penularan penyakit b.d ketidakmampuan keluarga memelihara

lingkungan yang sehat.

3. Intervensi keperawatan keluarga

Dari diagnosa yang ditegakkan, peneliti melakukan intervensi

Resiko Penularan Penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara

lingkungan yang sehat. Adapun intervensi pada keluarga deangan resiko

penularan penyakit yang sudah diberikan kepada keluarga yaitu :

a. Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

b. Beri penjelasan tentang keuntungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan rumah

c. Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi lingkungan

d. Lakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Beri motivasi keluarga untuk bersedia memelihara perumahan yang

sehat

f. Lakukan pemeriksaan TTV pada keluarga

Berdasarkan tahap penyusunan rencana keperawatan peneliti

menggunakan susunan perencanaan yang sesuai dengan perencanaan

yang terdapat pada teori keluarga meliputi kognitif (verbal) yaitu

pemberian informasi, edukasi dan motivasi keluarga (Setiadi, 2008)

Didapatkan adanya kesesuaian antara teori perencanaan yang

disebutkan dengan perencanaan yang diterapkan oleh peneliti pada kasus

TBC dengan tujuan asuhan keperawatan keluarga yang optimal.


82

4. Implementasi

Peneliti melakukan implementasi selama 3 kali kunjungan.

Implementasi keperawatan keluarga untuk diagnosa resiko penularan

penyakit berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga memelihara

lingkungan yang sehat pada keluarga Tn M dan keluarga Tn S adalah

melakukan tindakan keperawatan dengan melakukan pengakjian pada

keluarga tentang perilaku sehari-hari, sanitasi lingkungan keluarga

dengan tujuan memperoleh data yang lengkap mengenai resiko penularan

yang terjadi pada keluarga Tn M dan keluarga Tn S.

Pada keluarga Tn M dan keluarga Tn S sama-sama dilakukan

tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya yaitu

Memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan, Memberi

penjelasan tentang keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan

rumah, Memberikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi

lingkungan, Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal

mungkin, Memberi motivasi keluarga untuk bersedia memelihara

perumahan yang sehat, Melakukan pemeriksaan TTV.

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun

dengan tujuan membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011)

Berdasarkan hasil diatas, peneliti menyimpulkan bahwa intervensi

yang dilakukan untuk kedua keluarga tersebut sesuai dengan teori yang
83

ada dengan tujuan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

5. Evaluasi

Pada diagnosa resiko penularan penyakit, setelah dilakukan perencanaan

dan tindakan keperawatan pada kedua keluarga selama 3 kali kunjungan

diperoleh hasil :

a. Keluarga Tn M lebih antusias dengan apa yang telah disampaikan

peneliti yang buktikan pada tanggal 9 april 2018 keluarga mampu

memperlihatkan rumah yang bersih, rapi dan pencemaran cahaya

matahari baik, dimana didalam rumah terlihat terang dan pada

tanggal 12 April 2018 keluarga mampu memperlihatkan rumah

yang bersih, rapi, pencemaran cahaya matahari baik, dimana

didalam rumah terlihat terang dan mengeluarkan dahak ditempat

yang telah disediakan.

b. Keluarga Tn S kurang kooperatif dan antusias dengan apa yang

telah disampaikan peneliti. Yang dibuktikan dengan evaluasi

tanggal terakhir yaitu 12 April 2018 masalah belum teratasi karena

Ventilasi <10% luas lantai, Cahaya matahari yang masuk kurang,

jendela rumah tidak pernah terbuka dan rumah terlihat redup,

rumah terlihat rusuh jarang disapu, banyak debu-debu dan barang-

barang tidak tertata rapi. Keadaan tersebut diakibatkan Tn S terlalu

sibuk bekerja dan anaknya laki-laki tidak peduli terhadap

lingkungan.
84

Berdasarkan teori, tahap evaluasi dalam proses keperawatan

keluarga membutuhkan waktu jangka panjang apabila asuhan

keperawatan keluarga tersebut berorientasi pada perilaku (Susanto,

2012).

Faktor yang sangat mendukung didalam tindakan keperawatan

keluarga ini adalah pasien dan keluarga kooperatif, serta adanya

partisipasi aktif dari keluarga dalam pelaksanaan intervensi tidak

mengalami hambatan. Pihak keluarga ikut mendukung dan memonitor

dari tindakan keperawatan yang sudah disampaikan ke keluarga. Dari

tindakan yang telah diberikan ke keluarga, dilakukan penilaian untuk

melihat keberhasilannya dengan cara mengevaluasi (Muhlisin, 2012).

Berdasarkan hasil diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil

evaluasi dari kedua keluarga dengan teori berbeda, dikarenakan respon

dan antusias nya setiap keluarga berbeda.


85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian oleh penulis yang dilakukan dengan

melaksanakan pengkajian, merumuskan diagnosa, menyususn intervensi,

melakukan implementasi, evaluasi dan dokumentasi, maka peneliti

menyimpulkan hasil penelitian dari 2 keluarga dengan kasus yang sama yaitu

Asuhan keperawatan keluarga yang anggota keluarganya mengalami TBC

dengan masalah resiko penularan penyakit, dengan hasil :

Pengkajian 2 keluarga dengan kasus yang sama yaitu, resiko

penularan penyakit di wilayah kerja Puskesmas Kedungwaru dengan hasil

pengkajian, kedua keluarga tersebut Tn. M dan Tn S berbeda orang, alamat

keduanya juga berbeda. Kemudian riwayat kesehatan yang lalu juga ada

perbedaan, riwayat penyakit keturunan juga berbeda, perilaku sehari-hari juga

berbeda dimana dalam keluarga memiliki karakteristik keluarga dan sanitasi

lingkingan yang berbeda.

TBC dari hasil pengkajian ditemukan masalah keperawatan yang sama

pada kedua keluarga, yaitu resiko penularan penyakit. Intervensi pada kedua

keluarga yang anggota keluarganya mengalami TBC dengan masalah resiko

penularan penyakit yang disesuaikan dengan masalah yang terjadi dan

mengacu pada buku asuhan keperawatan keluarga (Bakri, 2017), agar dapat

dilakukan implementasi pada kedua keluarga tersebut.


86

Mengimplementasikan sesuai rencana masalah keperawatan resiko

penularan penyakit b.d Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

yang sehat, dilakukan tindakan keperawatan yang sama dalam waktu yang

sama yaitu 3 kali kunjungan.

Mengevaluasi semua tindakan keperawatan yang dilakukan pada

kedua keluarga yang di observasi selama 1 minggu dengan 3 kali kunjungan

dan memperoleh hasil evaluasi yang berbeda dari kedua partisipan dimana

hasil tersebut tergantung pada kedua keluarga tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa saran

anatara lain :

1. Institusi Pendidikan

Diharapkan mampu memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan

prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa yang

mengembangkan ilmu pengetahuan melalui praktik klinis pembuatan

laporan.

2. Bagi Puskesmas

Mampu meningkatkan asuhan keperawatan keluarga yang berkualitas dan

memberikan pemahaman supaya keluarga bisa menjalankan 5 tugas

keluarga dengan baik.

3. Profesi Keperawatan

Untuk melakukan tindakan aktif oleh profesi keperawatan, dalam

pemberian asuhan keperawatan keluarga terutama pada kasus asuhan


87

keperawatan keluarga yang anggota keluarganya menderita TBC dengan

masalah resiko penularan penyakit.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat saya sampaikan. Peneliti

menyadari bahwa dalam penyusuanan karya tulis ilmiah desain studi kasus

ini banyak sekali kekurangan, karenanya saran dan kritik yang membangun

diharapkan untuk perbaikan karya tulis ilmiah desain studi kasus agar lebih

baik kedepannya.
88

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2015. Faktor Resiko dan Potensi Penularan Tuberculosis Paru. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia , 12.

Bailon, S. G dan A. S. Maglaya. 2014. Family Health Nursing: The Proses.


Philippiness: UP College on Nursing Diliman

Bakri, Maria H. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Mahardika

Black & Hwaks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah:Manajemen Klinis. jakarta:


Salemba Emban Patria

Davis, Friedman, M. M. 2007. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta:


EGC

Dion, Yohanes dan Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep
dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan


Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosis NANDA 1 2015-2017 Intervensi
NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC

Effendy, Nasrul. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC
Eliez, 2010, Proses Penyakit Menular, updated 27 April 2010, dilihat 31 Januari
2018, <https://www.scribd.com/mobile/doc/30556332/5-PROSES-
PENYAKIT-MENULAR>
Henny, K. A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Sagung seto.

Irwan Sutoyo, 2014, KTI TB PARU, updated 12 Juni 2014, dilihat 14 November
2017, <https://www.scribd.com/doc/229293550/KTI-TB-PARU-docx>
Kurniasari. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia

Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chyatin. 2007. Ilmu Keperawatan Komunitas
Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika

Muhlisin. 2012. Keperawatan Keluarga. Surakarta: Gosyem Publishing


89

Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep dan Aplikasi


Kasus. Jogjakarta: Mitra Cendikia

Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta:
Mediaction.

Nursalam, 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek.


Jakarta: EGC

Potter, Patrisia dan Perry, Anne. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika

Puskesmas Kedungwaru. 2017. Laporan harian pasien TBC

Santa Manurung, dkk. (2008). Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi.


jakarta: Trans Info Media.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Setyowati, Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia

Suprajitna, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga:Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:


EGC

Susanto. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Teori dan praktik. Jakarta :
EGC

Wahid, Abd Ns. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatn Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: CV Trans Infomedia

Anda mungkin juga menyukai