Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. J.

M UMUR 56Th DENGAN


DIAGNOSA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARATARA
KOTA TOMOHON

DISUSUN OLEH :
Savera V. Wengkang, S.Kep
NIM 19049050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA
TOMOHON TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola penyakit di Indonesia mengalami transisi epidemiologi selama dua
dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama
kemudian mulai beralih menjadi penyakit tidak menular. Kecenderungan ini meningkat
dan mulai mengancam sejak usia muda. Penyakit tidak menular yang utama diantaranya
Hipertensi, Diabetes Melitus, Kanker, dan Penyakit Paru obstruktif kronik. (Kemenkes
RI, 2015).
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian di dunia, 68% dari
56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang
tidak ditangani akan merusak suatu organ target seperti stroke, terjadinya penyakit
jantung coroner, penyakit jantung hingga berujung pada kematian. Di seluruh dunia
hampir setiap tahun ada 7 juta orang meninggal akibat hipertensi (WHO, 2013). Penyakit
kardiovaskular global menyumbang sekitar 17 juta kematian per tahun, komplikasi
kejadian hipertensi mencapai 9,4 juta populasi di dunia setiap tahunnya. Hipertensi masih
menjadi masalah kesehatan yang sangat serius pada saat ini. Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah seseorang (sistolik ≥140 mmHg) dan/ (diastolic ≥90
mmHg) (WHO, 2013). Kasus Hipertensi di Puskesmas Taratara Kecamatan Tomohon
Barat Kota Tomohon menempati urutan pertama dalam 10 penyakit menonjol (Puskemas
Taratara, 2019)
Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia tahun 2015-2019
dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dilaksanakan dengan
mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil
yakni keluarga. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Keluarga menempati
posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan
kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan
pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus
memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima. (Muhlisin,
2012)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan
mengggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan, (Suprajitno,
2012)
Ditengah pandemi COVID19 ini sepertinya masyarakat melupakan masalah penyakit
tidak menular antara lain penyakit darah tinggi atau hipertensi. Aturan pemerintah yang
menyarankan masyarakat untuk di rumah saja membuat masyarakat terutama keluarga
tidak lagi memperhatikan pola makan sehat yakni mengkonsumsi makanan atau
minuman yang bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Akan tetapi bertambahnya kasus COVID19 di Sulawesi Utara lebih khusus lagi Kota
Tomohon terlebih dengan adanya kasus di wilayah kerja Puskesmas Taratara belakangan
ini juga membuat keluarga-keluarga merasa takut dan stress sehingga hal ini bisa
mengakibatkan meningkatnya tekanan darah bagi penderita hipertensi. Apalagi dikatakan
oleh para ahli kesehatan bahwa orang dengan comorbid atau penyakit penyerta seperti
hipertensi bisa parah bila terpapar COVID19.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Ny.J.M di wilayah kerja Puskesmas
Taratara Kota Tomohon
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Ny.J.M di wilayah kerja Puskesmas
Taratara Kota Tomohon
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Ny. J.M di wilayah kerja Puskesmas Taratara Kota Tomohon.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Ny.J.M di wilayah
kerja Puskesmas Taratara Kota Tomohon.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Definisi Keluarga Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu


yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut
Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam
satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2.1.2 Ciri-ciri Keluarga

Keluarga merupakan system interaksi emosional yang diatur secara kompleks


dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-nilai yang menjadi dasar struktur atau
organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki ciri-ciri antara lain :

a. Terorganisasi Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota


keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan
keluarga. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota keluarga saling
berhubungan dan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya.
b. Keterbatasan Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga
memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
c. Perbedaan dan Kekhususan 22 Setiap anggota memiliki peran dan fungsinya
masing-masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dank has, yang
menunjukkan adanya ciri perbedaan dan kekhususan. Misalnya saja ayah
sebagai pencari nafkah utama dan ibu yang bertugas merawat anak-anak
(Widyanto, 2014).

2.1.3 Tipe/Bentuk Keluarga


Menurut (Widyanto, 2014) Keluarga memiliki berbagai macam tipe yang
dibedakan menjadi keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti), yaitu keluarga yang terdiri suami, istri
dan anak.
2) The Dyad Family, yaitu keluarga yang terdiri suami dan istri yang hidup
dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
3) Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suatu istri yang sudah tua
dengan sudah memisahkan diri.
4) The Childless Family, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah
karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The Extended Family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri tiga
generasi hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai
paman,bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dan lain sebagainya.
6) The Single Parent Family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga yang
terdiri dari suatu orang tua bisa ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi
karena proses perceraian, kematian atau bahkan ditinggalkan.
7) Commuter Family, yaitu keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota
yang berbeda, tetapi setiap akhir pekan semua anggota keluarga dapat
berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat tinggal.
8) Multigenerational Family, yaitu keluarga dengan generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network Family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti
tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan menggunakan barang-
barang serta pelayanan bersama. Seperti, menggunakan dapur, kamar
mandi, televise, atau telepon bersama.
9) Blended Family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
10) The Single adult living alone / single adult family, yaitu keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya (separasi)
seperti perceraian atau di tinggal mati.
b. Keluarga Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune Family, yaitu keluarga dengan beberapa pasangan keluarga
anaknya yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay dan Lesbian family, yaitu keluarga dengan seseorang yang persamaan
jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri.
6) Cohabiting couple, yaitu keluarga dengan orang dewasa yang hidup
bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
7) Group-marriage family, yaitu keluarga dengan beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling
menikah satu dengan yang lainnya, berbagai sesuatu, termasuk seksual dan
membesarkan anaknya.
8) Group network family, yaitu keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau
nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunkan
barangbarang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family, yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara untuk waktu sementara.
10) Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) sGang, yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
2.1.4 Struktur Keluarga
Menurut Setyawan (2012) struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang
bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam struktur keluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga menikah Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
2.1.5 Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :

a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman.,
2010) :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling


menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui


keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu


untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat
Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.

c. Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan


menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh


anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat
tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan


praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.1.6 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan


keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan
kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada
keluarga untuk kemajuan dari satu tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga
mempunyai tugas perkembangan yang berbeda (Achjar, 2012).

a. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru


Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubunggan yang
harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri menmjadi orang tua.
b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluaraga besar dengan menambahkan peran
orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga
besar masing-masing.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahp III yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga, mensosialisaikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluraga, menanamkan
keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan pada tahap ke V yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuaka
antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi
terbuka dua arah.
f. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan
anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui hubungan perkawinan, memban
mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua
dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah
ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,
menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan
kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anak.
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahp VIII yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian
yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi
waktu seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
2.1.7 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Achjar (2012) tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang


berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit

d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan


setempat

2.2 Konsep Hipertensi


2.2.1 Definisi

Istilah “Hipertensi” diambil dari bahasa Inggris “Hypertension”. Kata


“Hypertension” itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni “Hyper” dan “Tension”.
“Hyper” berarti super atau luar biasa dan “Tension” berarti tekanan atau tegangan.
Hipertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang popular untuk menyebut
penyakit tekanan darah tinggi. Disamping itu, dalam bahasa Inggris digunakan
istilah “High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tinggi. (Sumantri, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada populasi
manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Brunner, 2015).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakan gejala (Nurarif, 2015).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada
pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena
jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal
jantung (Willy, 2018).

2.2.2 Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar


yaitu : ( Ardiansyah, 2012)

a. Hipertensi primer Hipertensi primer yaitu hipertensi esensial atau hipertensi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,


beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang yang tidak.
2) Jenis kelamin dan usia : laki-laki usia 35-50 tahun, wanita pascamenepause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet : komsumsi diet tinggi garam.
4) Berat badan atau obesitas ( 25% lebih berat diatas berat badan ideal) juga
sering dikaitkan dengan bekembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah ( bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap diterapkan).

b. Hipertensi sekunder ( 5 – 10%) Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang


penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan
hipertensi jenis ini antara lain :

1) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal

2) Kehamilan

3) Gangguan endokrin

4) Kegemukan (obesitas)

5) Stress.

2.2.3 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah ter letak
di pusat Vasomotor pada Medulla di otak. Dari pusat Vasomotor ini bermula jaras
Saraf Simpatis, yang berlanjut kebawah ke Korda Spinalis dan keluar dari Kolumna
Medulla Spinalis ke Ganglia Simpatis di Toraks dan Abdomen. Rangsangan pusat
Vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak kebawah melalui
sistern Saraf Simpatis ke Ganglia Simpatis. Pada titik ini, Neuron pre-ganglion
melepaskan Asetilkolin, yang akan merangsang serabut Saraf Pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya Norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi


respons pembuluh darah terhadap rangsang Vasokonstiktor. Klien dengan
Hipertensi sangat sensitif terhadap Norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika sistem Saraf
Simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
Adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas Vasokonstriksi.
Medulla Adrenal menyekresi Epinefrin, yang menyebabkan Vasokonstriksi.
Korteks Adrenal menyekresi Kortisol dan Steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon Vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke Ginjal, menyebabkan pelepasan Renin. Renin yang
dilepaskan merangsang pembentukan Angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
Angiotensin II, Vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
Aldosteron oleh Korteks Adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus Ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan Hipertensi (Aspiani, 2016).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:

1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan perna terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebayakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa keluhankeluhan yang tidak spesifik pada penderita
hipertensi antara lain: Sakit kepala, Perasaan gelisa, Jantung berdebar-debar,
Pusing, Pengliatan kabur, Rasa sakit di dada, Leher terasa tegang, Mudah Lelah,
dan Mual muntah (Nurarif, 2015).

2.2.5 Komplikasi

Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan


kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari
arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ tubuh menurut
Wijaya (2013), sebagai berikut :

a. Jantung Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit


jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,
otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun
ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor-
faktor resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia. BUN/kreatinin: memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. CT-
Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. EKG: Dapat menunjukan pola
rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti:
batu ginjal, perbaikan ginjal. Radiologi: menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung (Nurarif, 2015).

2.2.7 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:

1. Terapi non farmakologi Pada saat seseorang ditegakkan diagnosanya hipertensi


derajat satu, maka yang pertama dilakukan adalah mencari faktor risiko apa
yang ada. Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah
yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal mengatasi obesitas juga dapat dilakukan


dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan
protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan
darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
b. Kurangi asupan natrium, penguramgan konsumsi garam menjadi ½ sendok
the/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
c. Batasi konsumsi alcohol, konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi
alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada
mereka yang tidak meminum berakohol.
d. Diet yang mengandung kalium, Pertahankan asupan diet potassium ( >90
mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur
seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apelkacang-kangan, kentang dan
diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat
total, kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan
jumlah natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi
buahbuahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yamg cukup.
e. Menghindari merokok, merokok memang tidak berhubungan secara
langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan
resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan
stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
f. Penurunan Stress, stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan
kenaikan sementara yang sangat tinggi.
g. Terapi pijat, pada prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi
adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan
hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua jalur energi
tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan.

Berikut beberapa obat tradisional yang dapat digunakan oleh penderita hipertensi
adalah sebagai berikut :

a. Bawang putih 2 – 3 siung bawang utih dikupas, dicuci, dikunyah dan ditelan
dengan air hangat. Gunakan 3 kali sehari.Selain itu, bawang putih juga
dapat dibakar sampai matang sebelum dimakan 2 hari pertama makan 6
siung.Selanjutnya makan 2 siung selama seminggu.
b. Belimbing manis Beberpa buah belimbing manis muda diparut dan diambil
sarinya. Sari belimbing diminum 2 kali sehari.
c. Belimbing wuluh 3 buah belimbing wuluh direbus dengan tiga gelas air
hingga air tinggal setengah. Air rebusan disaring dan diminum 1 kali sehari
pada pagi hari. Cara lainnya, belimbing wuluh diparut dan diperas, air
perasan diminum 1 kali sehari.
d. Mengkudu 2 buah mengkudu di buang bijinya, diparut, dan diperas. Air
perasan ditambah air mentimun, gula aren, dan 2 gelas air panas, lalu di
saring, diminum 3 kali sehari.
e. Mentimun 2 buah mentimun dicuci, diparut, diperas, dan diminum 2-3 kali
sehari. Cara lainnya, 150 gr mentimun direbus dan disaring.Timun yang
telah direbus dimakan dan air rebusan diminum.Hal ini dilakukan dengan
teratur setiap hari.
f. Sambiloto (ampadu tanah) Setengah genggam daun sambiloto segar direbus
dengan 3 gelas airnya tinggal tiga seperempatgelas, diminum 3 kali sehari
bila dalam waktu 1 (satu) bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka
terapi obat diberikan. Bila hipertensi derajat dua maka intervensi obat
diberikan bersamaan dengan memodifikasi gaya hidup.

2. Terapi farmakologi Tatalaksanaan

Hipertensi dengan obat dilakukan bila dengan perubahan pola hidup


tekanan darah belum mencapai target (masih ≥ 140/90 mmHg) atau > 130/80
mmHg pada diabetes atau gagal ginjal kronik. Pemelihan obat berdasarkan
ada/tidaknya indikasi khusus. bila tidak ada indikasi khusus pilihan obat
tergantung dari derajat hipertensi.

Terdapat 9 kelas obat antihipertensi dam obat ini baik sendiri atau
kombinasi, harus digunakan untuk mengobati pasien. kebayakan pasien dengan
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah yang di inginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang
berbeda dimulai apabila pemakaian obat dosis tunggal dengan dosis lazim gagal
mencapai 23 target tekanan darah. apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg
diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat
(Kemenkes, 2017).

2.3 Konsep Covid-19

2.3.1 Definisi

Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam


keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat
menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada
manusia, coronavirus menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya
ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS,
dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan.

Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang


menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS-CoV). Penyakit yang disebabkan virus corona, atau dikenal
dengan COVID-19, adalah jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 dan belum
pernah diidentifikasi menyerang manusia sebelumnya (Widiyani, 2020).

2.3.2 Etiologi

Infeksi corona virus disebabkan oleh virus corona itu sendiri. Kebanyakan virus


corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti: 

a. Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).


b. Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
c. Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena
percikan air liur pengidap virus corona. 
d. Tinja atau feses (jarang terjadi)

2.3.3 Patofisiologi

Coronavirus berasal dari banyak spesies hewan liar paling banyak pada spesies
kelelawar, sama dengan MERS dan SARS. Penyebaran COVID-19 terjadi dari
orang ke orang (person-to-person). Paling banyak ditularkan saat orang yang
terinfeksi COVID-19 batuk, bersin, yang menginfeksi orang sehat. Kasus
Coronavirus jenis baru ini berawal dari Provinsi Wuhan, Cina. Dimana warga
Wuhan sering mengonsumsi hewan liar yang tersedia bebas di pasar-pasar di
Wuhan.
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti.
Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk
ke dalam tubuh. Di samping itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui
dengan pasti. Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari
hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa
hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar. 

Virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke
individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus
ini bisa menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari
manusia ke manusia

2.3.4 Manifestasi Klinis

Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang


muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa
serius infeksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang
ringan:

a. Hidung beringus.
b. Sakit kepala.
c. Batuk.
d. Sakit tenggorokan.
e. Demam.
f. Merasa tidak enak badan.

Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang


parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh
COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti:

a. Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia.


b. Batuk dengan lendir.
c. Sesak napas.
d. Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya,
orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan
yang lemah, bayi, dan lansia. 

2.3.5 Komplikasi

Virus corona yang menyebabkan penyakit SARS bisa menimbulkan


komplikasi pneumonia, dan masalah pernapasan parah lainnya bila tak ditangani
dengan cepat dan tepat. Selain itu, SARS juga bisa menyebabkan kegagalan
pernapasan, gagal jantung, hati, dan kematian.

Hampir sama dengan SARS, coronavirus juga bisa menimbulkan komplikasi


yang serius. Infeksi virus ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. 

2.3.6 Penatalaksanaan Medis

Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya
pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa
dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:

a. Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
b. Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan
sakit tenggorokan dan batuk.
c. Perbanyak istirahat.
d. Perbanyak asupan cairan tubuh.
e. Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia
layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS,
MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit
yang diidap dan kondisi pasien. Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus,
dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas
Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan
melakukan:

a. Isolasi
b. Serial foto toraks sesuai indikasi.
c. Terapi simptomatik.
d. Terapi cairan.
e. Ventilator mekanik (bila gagal napas)
f. Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.

2.4 Konsep Keperawatan Teoritis

2.4.1 Pengkajian

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada
standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan
(WHO, 2014).

a. Data Umum Data Umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga.
b. Genogram Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit Hipertensi.
c. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan
keluarga dan kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian
status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak
dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri
ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji
adalah Riwayat masingmasing kesehatan keluarga (apakah mempunyai penyakit
keturunan), Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, Sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan Pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
e. Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah
Karakteristik rumah, Tetangga dan komunitas, Geografis keluarga, Sistem
pendukung keluarga.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga
mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan
dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi
keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan
keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya.
2) Fungsi Keperawatan
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat
mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai
dengan tindakan keperawatan, karena Hipertensi memerlukan perawatan
yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya hidup. Jadi
disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan makanan yang
benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita Hipertensi.
b. Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana
keluarga mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita
Hipertensi.
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit Hipertensi.
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga
mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat
mencegah kekambuhan dari pasien Hipertensi.
e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung kesehatan seseorang.

3) Fungsi Sosialisasi Pada kasus penderita Hipertensi yang sudah mengalami


komplikasi stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam
keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.

4) Fungsi Reproduksi Pada penderita Hipertensi perlu dikaji riwayat kehamilan


(untuk mengetahui adanya tanda-tanda Hipertensi saat hamil).

5) Fungsi Ekonomi Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap


kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu
segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya.

7. Stres dan Koping Keluarga Stres dan koping keluarga yang perlu dikaji
adalah Stresor yang dimiliki, Kemampuan keluarga berespons terhadap
stresor, Strategi koping yang digunakan, Strategi adaptasi disfungsional.

8. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik meliputi:

1) Keadaan Umum

a) Kaji tingkat kesadaran (GCS): kesadaran bisa compos mentis sampai


mengalami penurunan kesadaran, kehilangan sensasi, susunan saraf
dikaji (I-XII), gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot
menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami
penurunan.

b) Mengkaji tanda-tanda vital Tanda-tanda vital biasanya melebihi batas


normal.

2) Sistem Penginderaan (Penglihatan) Pada kasus Hipertensi, terdapat


gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total, kehilangan
daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda,
(diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan
untuk melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan baik.
3) Sistem Penciuman Terdapat gangguan pada sistem penciuman, terdapat
hambatan jalan nafas.

4) Sistem Pernafasan Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas
tredengar ronki (aspirasi sekresi).

5) Sistem Kardiovaskular Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena


ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG,
adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.

6) Sistem Pencernaan Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu


memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

7) Sistem Urinaria Terdapat perubahan sistem berkemih seperti


inkontinensia.

8) Sistem Persarafan

a) Nervus 1 Olfaktori (penciuman)

b) Nervus II Optic (penglihatan)

c) Nervus III Okulomotor (gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi


pupil)

d) Nervus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)

e) Nervus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)

f) Nervus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)

g) Nervus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)

h) Nervus VIII Oditori (pendengaran)

i) Nervus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan


menelan, gerak lidah)

j) Nervus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)

k) Nervus XI Asesori (gerakan kepala dan bahu)


l) Nervus XII Hipoglosal (posisi lidah)

9) Sistem Musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien
Hipertensi didapat klien merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas
karena kelemahan, kesemutan atau kebas.

10) Sistem Integument Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem,
distribusi rambut.

9. Harapan Keluarga Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat


(petugas kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan yang
terjadi.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke system


keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.
Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktualdan potensial
dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi
untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman.( Friedman, 2010).
Tipologi dari diagnosa keperwatan adalah:

a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).

b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah ada


data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan


dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.

Etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah hasil dari
pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada


anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan


yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna


perawatan dan pengobatan hipertensi.

Skala prioritas masalah


No Kriteria Skore Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah:
a. Aktual 3 1
b. Resiko 2
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah : 2
a. Tinggi 2
b. Sedang 1
c. Rendah 0
4. Potensial untuk dicegah
a. Mudah 3 1
b. Cukup 2
c. Tidak dapat 1
5. Menonjolnya masalah
a. Masalah 2 1
dirasakan dan
Perlu segera
ditangani 1
b. Masalah 0
dirasakan
c. Masalah tidak
dirasakan
Total skore
Sumber : Padila, (2012)
Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan : Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan Skoring adalah :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan


keluarga
2.4.4 Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis


keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi
keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi pada
keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti
tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala
penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi secara
lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih
lanjut dari penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan
yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat hipertensi
dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:

27
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam.

28
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
2.4.5 Implementasi

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau
keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas dan
orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 2013).

2.4.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi


dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif (Suprajitno, 2016) yaitu dengan SOAP, dengan pengertian "S" adalah
ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan, "O" adalah keadaan obyektif yang dapat
diidentifikasi oleh perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah merupakan analisis
perawat setelah mengetahui respon keluarga secara subjektif dan objektif, "P" adalah
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan. Dalam mengevaluasi

29
harus melihat tujuan yang sudah dibuat sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum
tercapai, maka dibuat rencana tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.

30
BAB III

KASUS

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Savera Vonny Wengkang


Pengkajian diambil tanggal : 20 Mei 2020
Jam : 11.00 wita

A. IDENTITAS UMUM

1. Identitas Kepala Keluarga:

Nama : Tn. R.M Pendidikan : SMP


Umur : 62 tahun. Pekerjaan : Tani
Agama : Katolik Alamat : Taratara
Suku : Minahasa Nomor Telp : 08……….

2. Komposisi keluarga:

N Hub dg
Nama L/P KK Umur Pend Imunisasi KB
o

1. Ny. J.M P Istri 56 D-III Lengkap -


2. Sdri. L.D P Anak ke 1 31 S-1 Lengkap -
3. Sdra. C.D L Anak ke 2 27 SMK Lengkap -

3. Genogram

31
Keterangan :

: Laki- Laki

: Perempuan

‘ : Laki-Laki Meninggal

: Perempuan Meninggal

: Pasien

: Hubungan Pernikahan

: Garis Keturunan

4. Tipe Keluarga : Keluarga Tn R.D termasuk tipe keluarga Nuclear Family (Keluarga
Inti),yang terdiri dari bapak, istri,dan anak-anak.

5. Suku Bangsa : Klien berasal dari suku Minahasa

6. Agama : Klien beragama Katolik , setiap hari minggu klien bersama keluarga ke
gereja untuk beribadah tetapi semenjak wabah virus corona klien bersama keluarga
melakukan ibadah dirumah.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari hasil
pertanian Tn. R.D dan istri dari gaji PNS

Hasil Pertanian : 1.500.000

Istri : 4.500.000+

32
6.000.000

Kebutuhan yang diperlukan keluarga :

Makan : 1.050.000

Listrik : 200.000

Lain : 300.000+

1.550.000

Barang-barang yang dimiliki : mobil,televise, lemari, 2 set kursi tamu.

8. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Semenjak Wabah Virus Corona, keluarga mengisi


kekosongan waktu dengan menonton televisi bersama dirumah, rekreasi diluar rumah sudah
tidak pernah lagi dilakukan.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini:
Tahap perkembangan keluarga Tn. R.D merupakan tahap VII, orang tua usia
pertengahan
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI


1. Riwayat keluarga sebelumnya:
Ny. J.M sebagai istri jarang sakit, mempunyai hipertensi sejak 10 thn yang lalu, rutin
kontrol ke puskesmas 1 bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin, tidak
mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya,
mempunyai penyakit hipertensi pada saat pengkajian
2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga:

B Imunisasi
No Nama Umur B Keadaan (BCG/Polio/ Masalah Tindakan
Kesehat DPT/HB/Campak Kesehatan Yang telah
33
an

dilakukan

1. Tn. R.D 62 65 Sehat Lengkap Tidak ada


2. Ny. J.M 56 50 Sehat Lengkap Hipertensi
3. Sdr. L.D 31 55 Sehat Lengkap Tidak ada
4. Sdr. C.D 27 60 Sehat Lengkap Tidak ada

3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan:


Klien dan keluarga memanfaatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan.

34
D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah :
a. Gambaran tipe tempat tinggal:
Rumah klien adalah tempat tinggal berlantai satu yang dapat berfungsi sebagai
tempat berlindung dari pengaruh keadaan alam disekitarnya. Rumah permanen,
dengan 7 ruangan diantaranya ruang tamu, kamar satu, kamar dua, kamar 3 kamar
mandi, ruang makan,dapur dan garasi serta lantai rumah yang terbuat dari lantai
ubin.

b. Denah rumah:
U

U WC dan
Kamar Dapur
Mandi
Garasi Ruang
Makan Kamar 3
Ruang
Tamu Kamar 2

Kamar 1

c. Gambaran kondisi rumah:


Memiliki sistem penerangan ruang yang baik serta rumah tertata rapih dan bersih.
d. Dapur:
Dapur bersih
e. Kamar mandi:
Kamar mandi dan wc tampak bersih dan menggunakan septik tank
f. Mengkaji pengaturan tempat tidur didalam rumah:
Tempat tidur spring bed dan tempat tidur tampak bersih.

35
g. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah:
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang baik.
h. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah:
Keluarga mengatakan nyaman tinggal dirumah ini.
i. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah:
Sampah dibuang ditempat penampungan sampah yang nantinya diangkat oleh
petugas
j. Penataan/pengaturan rumah:
Rumah ditata dengan rapi.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW :
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang membangun rumah
dikerjakan saling gotong royong.
3. Mobilitas geografis keluarga:
Sebagai penduduk Kota Tomohon, tidak pernah trasmigrasi maupun imigrasi.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Ny. J.M mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-17.00 Wita
5. Sistem pendukung keluarga:
Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, ke puskesmas datang sendiri jika sudah parah
didampingi keluarga.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga:
Anggota keluarga menggunakan bahasa manado dalam berkomunikasi sehari-harinya
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
2. Struktur kekuatan keluarga:
Ny. J.M menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam keadaan sehat.
3. Struktur peran (formal dan informal):
Formal :
Tn. R.D sebagai kepala keluarga, Ny. J.M sebagai istri, Sdri. L.D sebagai anak pertama,
Sdra. C.D sebagai anak kedua.
Informal :

36
Tn. R.D dibantu istrinya juga mencari nafkah.
4. Nilai dan norma keluarga:
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikianpula dengan sehat
dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang
sakit dibawa ke RS atau atau Puskesmas terdekat.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif:
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
2. Fungsi sosialisasi:
Setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu menaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan:
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga
merawat dan mengantar kerumah sakit atau puskesmas. Dalam merawat Ny.J.M masih
memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.
4. Fungsi reproduksi:
Ny.J.M sudah kadang melakukan hubungan seksual karena sudah memasuki masa
menopause.
5. Fungsi ekonomi:
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya untuk
berobat.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek dan panjang:
Stressor jangka pendek : Ny. J.M sering mengeluh pusing
Stressor jangka panjang : Ny. J.M khawatir karena tekanan darahnya tinggi.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor:
Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas atau rumah
sakit.

37
3. Strategi koping yang digunakan:
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
4. Strategi adaptasi disfungsional:
Ny. J.M bila sedang sakit pusing maka akan tidur atau istirahat.
H. PEMERIKSAAN FISIK (Setiap individu anggota keluarga)
suami
1. Identitas
Nama :Tn. R.D
Umur : 62 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: tidak ada
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Laki-laki
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal

38
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 120/80 mmHg
b. Nadi: 84x/menit
c. Suhu: 36,50c
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
10. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:

39
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, hidung
bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik

40
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir
lembab, tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
16. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
17. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
18. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus

41
19. Pemeriksaan ekstermitas atas:
a. Bahu: Normal
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal
20. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
ISTRI
1. Identitas
Nama : Ny. J.M
Umur : 56 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: Hipertensi
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Hipertensi
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Perempuan
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 140/90 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Suhu: 36

42
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.

10. Pemeriksaan muka:


a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret,
hidung bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik

43
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir lembab,
tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
17. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
18. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
19. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus
20. Pemeriksaan ekstermitas atas:
a. Bahu: Normal

44
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal
21. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
Anak pertama
1. Identitas
Nama : Sdri. L.D
Umur : 31 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: -
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: -
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Perempuan
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 110/80 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Suhu: 360c
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit

45
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
10. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret,
hidung bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir lembab,
tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi

46
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
17. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
18. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
19. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus

20. Pemeriksaan ekstermitas atas:


a. Bahu: Normal
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal

47
21. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
Anak kedua
1. Identitas
Nama : Sdra. C.D
Umur : 27 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: -
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: -
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Laki-Laki
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 100/70 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Suhu: 36
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

48
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
10. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret,
hidung bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir lembab,
tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:

49
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
17. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
18. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
19. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus
20. Pemeriksaan ekstermitas atas:
a. Bahu: Normal
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal
21. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal

50
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal

I. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap masalah kesehatannya:
Ny.J.M beserta keluarganya berharap agar cepat sembuh sehingga bisa beraktivitas
seperti biasa lagi
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada:
Ny.J.M beserta keluarga sangat berharap pada petugas pelayanan kesehatan, agar dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang penyakit hipertensi, dan bagaimana cara mencegah
penyakit hipertensi tersebut.

Taratara, 20 Mei 2020

TTD

------------------------------------

51
FORMAT DIAGNOSIS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. ANALISA DATA

N DATA MASALAH PENYEBAB


O
1. Ds : Manajemen Ketidakmampuan
- Ny. J.M mengatakan khawatir kesehatan keluarga
tensinya semakin tinggi keluarga merawat dalam
- Keluarga mengatakan kurang tidak efektif mengenal
memahami cara merawat masalah anggota
keluarga dengan
Do : hipertensi
- Keluarga tampak bertanya-tanya
dengan penyakit yang diderita
Ny.J.M
- TTV :
TD: 140/90 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,50c
RR: 20x/menit

B. PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan kompleksitas
program perawatan atau pengobatan.

52
C. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Diagnosa Kep : Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan


kompleksitas program perawatan atau pengobatan
No Kriteria Skala Bobot Perhitungan Skoring Pembenaran

1 Sifat masalah 1 3x1/3 1 Rasa takut menyebabkan


- Tidak/ kurang sehat 3 Peningkatan TD yang dapat
- Ancaman kesehatan 2 Memperburuk keadaan
- Keadaan sejahtera 1

Kemungkinan
2 masalah 2 1x2/2 1 Pemberian penjelasan yang
dapat diubah Tepat dapat membantu
- Mudah 2 Menurunkan rasa takut
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0

Potensi masalah Penjelalasan yang tepat


3 untuk 1 2x1/3 0,6 dapat
Dicegah Mengurangi rasa takut
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1

Keluarga menyadari
4 Menonjolnya masalah 1 2x1/2 1 dengan
- Masalah berat harus 2 Mengetahui apa yang
segera ditangani Menjadi makanan
- Ada masalah tetapi 1 Pantangan dan yang
tidak perlu segera Dianjurkan dapat
Ditangani Mengurangi rasa takut
- Masalah tidak 0
Dirasakan

53
54
D. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR
.
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan 3,6
kompleksitas program perawatan atau pengobatan

E. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

FORMAT RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Tujuan Tujuan Kriteria Standar Intervensi


. Keperawatan Umum Khusus
1. Manajemen Keluarga Ny.J.M Setelah Keluarga Intervensi
kesehatan mengenal dapat dapat utama:
dilakukan
keluarga tidak masalah mengenal menjelaska - Dukungan
efektif penyakit masalah intervensi n koping
berhubungan hipertensi penyakit pengertian, keluarga
keperawatan
dengan hipertensi penyebab, - Dukungan
kompleksitas selama 3x24 tanda dan keluarga
program gejala merencanakan
jam, maka
perawatan atau penyakit perawatan
pengobatan manajemen hipertensi Intervensi
ditandai dengan serta pendukung:
kesehatan
Ds : pencegahan - Dukungan
- Ny. J.M keluarga tidak dan pengambilan
mengatakan pengobatan keputusan
efektif
khawatir penyakit - Dukungan
tensinya meningkat hipertensi sistem
semakin secara lisan. kesehatan
dengan kriteria
tinggi, - Bimbingan
- Keluarga hasil : sistem
mengatakan kesehatan
- Ny. J.M
kurang - Konseling
mengatakan
memahami - Edukasi
khawatir
cara merawat, Kesehatan
tensinya
Do: - Edukasi
semakin
- Keluarga penyakit
tinggi,
tampak - Edukasi
Menurun
bertanya-tanya program
- Keluarga
dengan pengobatan
mengatakan
penyakit yang - Edukasi
kurang
diderita latihan fisik
memahami
Ny.J.M - Edukasi
cara
- TTV pengurangan

55
TD: 140/90 merawat, resiko
mmHg Meningkat
N:84x/menit
SB: 36,50c.
RR: 20x/menit

56
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Catatan perkembangan
Tanggal/Ja Dx Implementasi Tindakan Evaluasi
m Keperawatan
20 Mei 2020 20 Mei 2020 II 12.00 wita
10.00 wita 1 Intervensi utama: Ds :
- Dukungan koping keluarga - Ny. J.M mengatakan
- Dukungan keluarga merencanakan khawatir tensinya semakin
perawatan tinggi
Intervensi pendukung: - Keluarga mengatakan kurang
- Dukungan pengambilan keputusan memahami cara merawat
- Dukungan sistem kesehatan Do :
- Dukungan sumber finansial - Keluarga tampak bertanya-
- Bimbingan sistem kesehatan tanya dengan penyakit yang
- Konseling diderita Ny. J.M
- Edukasi Kesehatan - TTV
- Edukasi penyakit TD: 140/90 mmHg
- Edukasi program pengobatan N:84x/menit
- Edukasi latihan fisik SB: 36,50c.
- Edukasi pengurangan resiko RR: 20x/menit
A : Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
berhubungan dengan
kompleksitas program
perawatan, masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Intervensi utama:
- Dukungan koping keluarga
- Dukungan keluarga
merencanakan perawatan
Intervensi pendukung:
- Dukungan pengambilan
keputusan
- Dukungan sistem kesehatan
- Bimbingan sistem kesehatan
- Konseling
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi penyakit
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi pengurangan resiko

21 mei 2020 21 Mei 2020 II 11.30


10.00 1 Intervensi utama: Ds :
57
- Dukungan koping keluarga - Ny. J.M mengatakan sudah
- Dukungan keluarga merencanakan tidak khawatir karna
perawatan TTVnya sudah menurun
Intervensi pendukung: - Keluarga mengatakan mulai
- Dukungan pengambilan keputusan memahami cara merawat
- Dukungan sistem kesehatan Do :
- Bimbingan sistem kesehatan TTV
- Konseling TD: 130/90 mmHg
- Edukasi Kesehatan N :84x/menit
- Edukasi penyakit SB: 360c.
- Edukasi program pengobatan RR: 20x/menit
- Edukasi latihan fisik A : Manajemen kesehatan
- Edukasi pengurangan resiko keluarga tidak efektif
berhubungan dengan
kompleksitas program
perawatan, masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Intervensi utama:
- Dukungan koping keluarga
- Dukungan keluarga
merencanakan perawatan
Intervensi pendukung:
- Dukungan pengambilan
keputusan
- Dukungan sistem kesehatan
- Bimbingan sistem kesehatan
- Konseling
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi penyakit
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi pengurangan resiko
22 Mei 2020 22 Mei 2020 II 11.35
10.15 1 Intervensi utama: Ds : -
- Dukungan koping keluarga Do :
- Dukungan keluarga merencanakan TTV
perawatan TD: 120/80 mmHg
Intervensi pendukung: N :84x/menit
- Dukungan pengambilan keputusan SB: 360c.
- Dukungan sistem kesehatan RR: 20x/menit
- Dukungan sumber finansial A : Manajemen kesehatan
- Bimbingan sistem kesehatan keluarga tidak efektif
- Konseling berhubungan dengan
- Edukasi Kesehatan kompleksitas program
- Edukasi penyakit perawatan, masalah teratasi

58
- Edukasi program pengobatan P:-
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi pengurangan resiko

DAFTAR PUSTAKA

59
Abdillah, Willy. 2018. Metode Penelitian Terpadu Sistem Informasi Pemodelan Teoritis,
Pengukuran, dan Pengujian Statis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Achjar, Komang Ayu Henny. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Aspiani, R.Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi
NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Detiknews Fatwa MUI nomor 14 tahun 2020

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5.
Jakarta: EGC.

https://gustinerz.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-covid-19/

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus

https://mhomecare.co.id/blog/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-infeksi-covid-19/

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia


Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses
pada tanggal 22 mei 2020 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal Sosial
Humaniora Terapan. Vol. 2 No.2. Universitas Indonesia : Program Studi Periklanan
Kreatif Program Pendidikan Vokasi

Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.

Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyawan, Dodiet Aditya. (2012). Konsep Dasar Keluarga Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes
Surakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and Suddarth. Ed.
8. Vol.3. Jakarta: EGC.

60
Sumantri, Andik. (2014). Pengaruh Pendidikkan Kesehatan Hipertensi Pada Keluarga Terhadap
Kepatuhan Diit Rendah Garam Lansia Hipertensi Di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
Yogyakarta: Stikes Aisiyah.

Widiyani, R. (2020). Latar Belakang Virus Corona, Perkembangan hingga Isu


Terkini. Retrieved from detik News: https://news.detik.com/berita/d4943950/latar-
belakang-viruscoronaperkembangan-hingga-isu-terkini Nuha Medika

Widyanto. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Sorowajan

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood
pressure or contain the according to national circumstances

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

61

Anda mungkin juga menyukai