DISUSUN OLEH :
Savera V. Wengkang, S.Kep
NIM 19049050
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Ny.J.M di wilayah kerja Puskesmas
Taratara Kota Tomohon
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kasus asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada Ny.J.M di wilayah kerja Puskesmas
Taratara Kota Tomohon
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah utama
hipertensi pada Ny. J.M di wilayah kerja Puskesmas Taratara Kota Tomohon.
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Ny.J.M di wilayah
kerja Puskesmas Taratara Kota Tomohon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut
Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam
satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman.,
2010) :
b. Fungsi Sosialisasi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pada populasi
manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Brunner, 2015).
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakan gejala (Nurarif, 2015).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada
pada nilai 140/90 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena
jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal
jantung (Willy, 2018).
2.2.2 Etiologi
a. Hipertensi primer Hipertensi primer yaitu hipertensi esensial atau hipertensi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
2) Kehamilan
3) Gangguan endokrin
4) Kegemukan (obesitas)
5) Stress.
2.2.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah ter letak
di pusat Vasomotor pada Medulla di otak. Dari pusat Vasomotor ini bermula jaras
Saraf Simpatis, yang berlanjut kebawah ke Korda Spinalis dan keluar dari Kolumna
Medulla Spinalis ke Ganglia Simpatis di Toraks dan Abdomen. Rangsangan pusat
Vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang begerak kebawah melalui
sistern Saraf Simpatis ke Ganglia Simpatis. Pada titik ini, Neuron pre-ganglion
melepaskan Asetilkolin, yang akan merangsang serabut Saraf Pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya Norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah.
1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan perna terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebayakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa keluhankeluhan yang tidak spesifik pada penderita
hipertensi antara lain: Sakit kepala, Perasaan gelisa, Jantung berdebar-debar,
Pusing, Pengliatan kabur, Rasa sakit di dada, Leher terasa tegang, Mudah Lelah,
dan Mual muntah (Nurarif, 2015).
2.2.5 Komplikasi
Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor-
faktor resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia. BUN/kreatinin: memberikan
informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah
pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. CT-
Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. EKG: Dapat menunjukan pola
rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti:
batu ginjal, perbaikan ginjal. Radiologi: menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung (Nurarif, 2015).
Berikut beberapa obat tradisional yang dapat digunakan oleh penderita hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Bawang putih 2 – 3 siung bawang utih dikupas, dicuci, dikunyah dan ditelan
dengan air hangat. Gunakan 3 kali sehari.Selain itu, bawang putih juga
dapat dibakar sampai matang sebelum dimakan 2 hari pertama makan 6
siung.Selanjutnya makan 2 siung selama seminggu.
b. Belimbing manis Beberpa buah belimbing manis muda diparut dan diambil
sarinya. Sari belimbing diminum 2 kali sehari.
c. Belimbing wuluh 3 buah belimbing wuluh direbus dengan tiga gelas air
hingga air tinggal setengah. Air rebusan disaring dan diminum 1 kali sehari
pada pagi hari. Cara lainnya, belimbing wuluh diparut dan diperas, air
perasan diminum 1 kali sehari.
d. Mengkudu 2 buah mengkudu di buang bijinya, diparut, dan diperas. Air
perasan ditambah air mentimun, gula aren, dan 2 gelas air panas, lalu di
saring, diminum 3 kali sehari.
e. Mentimun 2 buah mentimun dicuci, diparut, diperas, dan diminum 2-3 kali
sehari. Cara lainnya, 150 gr mentimun direbus dan disaring.Timun yang
telah direbus dimakan dan air rebusan diminum.Hal ini dilakukan dengan
teratur setiap hari.
f. Sambiloto (ampadu tanah) Setengah genggam daun sambiloto segar direbus
dengan 3 gelas airnya tinggal tiga seperempatgelas, diminum 3 kali sehari
bila dalam waktu 1 (satu) bulan tidak tercapai tekanan darah normal, maka
terapi obat diberikan. Bila hipertensi derajat dua maka intervensi obat
diberikan bersamaan dengan memodifikasi gaya hidup.
Terdapat 9 kelas obat antihipertensi dam obat ini baik sendiri atau
kombinasi, harus digunakan untuk mengobati pasien. kebayakan pasien dengan
hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target
tekanan darah yang di inginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang
berbeda dimulai apabila pemakaian obat dosis tunggal dengan dosis lazim gagal
mencapai 23 target tekanan darah. apabila tekanan darah melebihi 20/10 mmHg
diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat
(Kemenkes, 2017).
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
2.3.3 Patofisiologi
Coronavirus berasal dari banyak spesies hewan liar paling banyak pada spesies
kelelawar, sama dengan MERS dan SARS. Penyebaran COVID-19 terjadi dari
orang ke orang (person-to-person). Paling banyak ditularkan saat orang yang
terinfeksi COVID-19 batuk, bersin, yang menginfeksi orang sehat. Kasus
Coronavirus jenis baru ini berawal dari Provinsi Wuhan, Cina. Dimana warga
Wuhan sering mengonsumsi hewan liar yang tersedia bebas di pasar-pasar di
Wuhan.
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti.
Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama masuk
ke dalam tubuh. Di samping itu, metode transmisi COVID-19 juga belum diketahui
dengan pasti. Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari
hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa
hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar.
Virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke
individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus
ini bisa menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari
manusia ke manusia
a. Hidung beringus.
b. Sakit kepala.
c. Batuk.
d. Sakit tenggorokan.
e. Demam.
f. Merasa tidak enak badan.
Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu. Contohnya,
orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem kekebalan
yang lemah, bayi, dan lansia.
2.3.5 Komplikasi
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya
pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa
dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:
a. Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
b. Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu meredakan
sakit tenggorokan dan batuk.
c. Perbanyak istirahat.
d. Perbanyak asupan cairan tubuh.
e. Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi penyedia
layanan kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS,
MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan penyakit
yang diidap dan kondisi pasien. Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus,
dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas
Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan
melakukan:
a. Isolasi
b. Serial foto toraks sesuai indikasi.
c. Terapi simptomatik.
d. Terapi cairan.
e. Ventilator mekanik (bila gagal napas)
f. Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
2.4.1 Pengkajian
a. Data Umum Data Umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga.
b. Genogram Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor
bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit Hipertensi.
c. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan
keluarga dan kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian
status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak
dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri
ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji
adalah Riwayat masingmasing kesehatan keluarga (apakah mempunyai penyakit
keturunan), Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, Sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan Pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
e. Karakteristik Lingkungan Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah
Karakteristik rumah, Tetangga dan komunitas, Geografis keluarga, Sistem
pendukung keluarga.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga
mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan
dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi
keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan
keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya.
2) Fungsi Keperawatan
a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang
mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat
mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai
dengan tindakan keperawatan, karena Hipertensi memerlukan perawatan
yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya hidup. Jadi
disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan makanan yang
benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita Hipertensi.
b. Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana
keluarga mengambil keputusan apabila anggota keluarga menderita
Hipertensi.
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit Hipertensi.
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga
mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat
mencegah kekambuhan dari pasien Hipertensi.
e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung kesehatan seseorang.
7. Stres dan Koping Keluarga Stres dan koping keluarga yang perlu dikaji
adalah Stresor yang dimiliki, Kemampuan keluarga berespons terhadap
stresor, Strategi koping yang digunakan, Strategi adaptasi disfungsional.
1) Keadaan Umum
4) Sistem Pernafasan Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas
tredengar ronki (aspirasi sekresi).
8) Sistem Persarafan
9) Sistem Musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien
Hipertensi didapat klien merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas
karena kelemahan, kesemutan atau kebas.
10) Sistem Integument Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem,
distribusi rambut.
Etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang muncul adalah hasil dari
pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai
berikut :
27
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh
lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam.
28
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna
perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat
untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.
2.4.5 Implementasi
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau
keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga luas dan
orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman, 2013).
2.4.6 Evaluasi
29
harus melihat tujuan yang sudah dibuat sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum
tercapai, maka dibuat rencana tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan.
30
BAB III
KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. IDENTITAS UMUM
2. Komposisi keluarga:
N Hub dg
Nama L/P KK Umur Pend Imunisasi KB
o
3. Genogram
31
Keterangan :
: Laki- Laki
: Perempuan
‘ : Laki-Laki Meninggal
: Perempuan Meninggal
: Pasien
: Hubungan Pernikahan
: Garis Keturunan
4. Tipe Keluarga : Keluarga Tn R.D termasuk tipe keluarga Nuclear Family (Keluarga
Inti),yang terdiri dari bapak, istri,dan anak-anak.
6. Agama : Klien beragama Katolik , setiap hari minggu klien bersama keluarga ke
gereja untuk beribadah tetapi semenjak wabah virus corona klien bersama keluarga
melakukan ibadah dirumah.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari hasil
pertanian Tn. R.D dan istri dari gaji PNS
Istri : 4.500.000+
32
6.000.000
Makan : 1.050.000
Listrik : 200.000
Lain : 300.000+
1.550.000
B Imunisasi
No Nama Umur B Keadaan (BCG/Polio/ Masalah Tindakan
Kesehat DPT/HB/Campak Kesehatan Yang telah
33
an
dilakukan
34
D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah :
a. Gambaran tipe tempat tinggal:
Rumah klien adalah tempat tinggal berlantai satu yang dapat berfungsi sebagai
tempat berlindung dari pengaruh keadaan alam disekitarnya. Rumah permanen,
dengan 7 ruangan diantaranya ruang tamu, kamar satu, kamar dua, kamar 3 kamar
mandi, ruang makan,dapur dan garasi serta lantai rumah yang terbuat dari lantai
ubin.
b. Denah rumah:
U
U WC dan
Kamar Dapur
Mandi
Garasi Ruang
Makan Kamar 3
Ruang
Tamu Kamar 2
Kamar 1
35
g. Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah:
Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang baik.
h. Mengkaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah:
Keluarga mengatakan nyaman tinggal dirumah ini.
i. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah:
Sampah dibuang ditempat penampungan sampah yang nantinya diangkat oleh
petugas
j. Penataan/pengaturan rumah:
Rumah ditata dengan rapi.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RT/RW :
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang membangun rumah
dikerjakan saling gotong royong.
3. Mobilitas geografis keluarga:
Sebagai penduduk Kota Tomohon, tidak pernah trasmigrasi maupun imigrasi.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Ny. J.M mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-17.00 Wita
5. Sistem pendukung keluarga:
Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, ke puskesmas datang sendiri jika sudah parah
didampingi keluarga.
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga:
Anggota keluarga menggunakan bahasa manado dalam berkomunikasi sehari-harinya
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
2. Struktur kekuatan keluarga:
Ny. J.M menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam keadaan sehat.
3. Struktur peran (formal dan informal):
Formal :
Tn. R.D sebagai kepala keluarga, Ny. J.M sebagai istri, Sdri. L.D sebagai anak pertama,
Sdra. C.D sebagai anak kedua.
Informal :
36
Tn. R.D dibantu istrinya juga mencari nafkah.
4. Nilai dan norma keluarga:
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikianpula dengan sehat
dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang
sakit dibawa ke RS atau atau Puskesmas terdekat.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif:
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
2. Fungsi sosialisasi:
Setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu menaati norma yang baik.
3. Fungsi perawatan kesehatan:
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga
merawat dan mengantar kerumah sakit atau puskesmas. Dalam merawat Ny.J.M masih
memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.
4. Fungsi reproduksi:
Ny.J.M sudah kadang melakukan hubungan seksual karena sudah memasuki masa
menopause.
5. Fungsi ekonomi:
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya untuk
berobat.
37
3. Strategi koping yang digunakan:
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
4. Strategi adaptasi disfungsional:
Ny. J.M bila sedang sakit pusing maka akan tidur atau istirahat.
H. PEMERIKSAAN FISIK (Setiap individu anggota keluarga)
suami
1. Identitas
Nama :Tn. R.D
Umur : 62 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: tidak ada
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Laki-laki
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
38
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 120/80 mmHg
b. Nadi: 84x/menit
c. Suhu: 36,50c
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
10. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:
39
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, hidung
bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik
40
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir
lembab, tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
16. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
17. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
18. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus
41
19. Pemeriksaan ekstermitas atas:
a. Bahu: Normal
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal
20. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
ISTRI
1. Identitas
Nama : Ny. J.M
Umur : 56 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: Hipertensi
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Hipertensi
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Perempuan
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 140/90 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Suhu: 36
42
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
43
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir lembab,
tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
17. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
18. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
19. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus
20. Pemeriksaan ekstermitas atas:
a. Bahu: Normal
44
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal
21. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
Anak pertama
1. Identitas
Nama : Sdri. L.D
Umur : 31 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: -
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: -
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Perempuan
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 110/80 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Suhu: 360c
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
45
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
10. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret,
hidung bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir lembab,
tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
46
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
17. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
18. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
19. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus
47
21. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
Anak kedua
1. Identitas
Nama : Sdra. C.D
Umur : 27 thn
2. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini: -
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: -
4. Penampilan umum:
a. Tahap perkembangan:
b. Jenis kelamin: Laki-Laki
c. Cara berpakaian: Bersih dan rapih
d. Kebersihan personal: Baik
e. Postur dan cara berjalan: Baik
f. Bentuk dan ukuran tubuh: Normal
5. Status mental dan cara berbicara:
a. Status emosi: Baik
b. Tingkat kecerdasan: Baik
c. Orientasi: Baik
d. Proses berpikir: Baik
e. Gaya/cara berbicara: Normal
6. Tanda –Tanda Vital:
a. Tekanan Darah: 100/70 mmHg
b. Nadi: 80x/menit
c. Suhu: 36
d. RR: 20x/menit
7. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi: Tidak ada edema, tidak ikterik, kulit lembab
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
48
8. Pemeriksaan kuku:
a. Inspeksi: Kuku bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9. Pemeriksaan kepala:
a. Inspeksi: Simetris, rambut bersih.
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
10. Pemeriksaan muka:
a. Inspeksi: Muka tampak bersih
b. Palpasi: Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
c. Tes sensasi wajah: Wajah tampak simetris
11. Pemeriksaan mata:
a. Inspeksi: fungsi penglihatan baik, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor kiri dan kanan, reflex pupil baik, palbebra tidak edema.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman visual: Baik
d. Tes lapang pandang: Baik
12. Pemeriksaan telinga:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, telinga bersih, membrane
timpani normal.
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes ketajaman pendengaran: Baik
13. Pemeriksaan hidung dan sinus:
a. Inspeksi: septum hidung ditengah, simetris kiri dan kanan, tidak ada secret,
hidung bersih
b. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c. Tes penciuman: baik
14. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan:
a. Inspeksi: Mulut tampak bersih dan fungsi mengunyah baik, mukosa bibir lembab,
tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi
b. Tes rasa: Baik
15. Pemeriksaan leher:
49
a. Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
b. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
c. Tes ROM: Baik
16. Pemeriksaan system pernafasan:
a. Inspeksi: Bentuk dada simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Sonor
d. Auskultasi: Tidak ada wezing dan rochi, suara nafas normal
17. Pemeriksaan system kardiovaskuler:
a. Inspeksi: Ictus cordis terlihat jelas, terdapat denyutan lokasi ICS-5 Ventrikel kiri
b. Palpasi: Ictus cordis teraba
c. Auskultasi:
1) Bunyi jantung IIA : terdengar di ICS-2 sternalis kanan
2) Bunyi jantung IIP : terdengar di ICS-2 linea sternalis kiri
3) Bunyi jantung IT : terdengar di linea sternalis kiri ICS-4
4) Bunyi jantung IM : terdengar di ICS-5 linea medio kalvikularis
18. Pemeriksaan payudara dan aksila:
a. Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
b. Palpasi: Tidak ada benjolan
19. Pemeriksaan abdomen:
a. Inspeksi: Bentuk abdomen datar, bayangan vena tidak ada
b. Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi: Acites negatif, perut tidak kembung
d. Auskultasi: Terdengar bissing usus
20. Pemeriksaan ekstermitas atas:
a. Bahu: Normal
b. Siku: Normal
c. Pergelangan dan telapak tangan: Normal
21. Pemeriksaan ekstermitas bawah:
a. Panggul: Normal
b. Lutut: Normal
50
c. Pergelangan dan telapak kaki: Normal
I. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap masalah kesehatannya:
Ny.J.M beserta keluarganya berharap agar cepat sembuh sehingga bisa beraktivitas
seperti biasa lagi
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada:
Ny.J.M beserta keluarga sangat berharap pada petugas pelayanan kesehatan, agar dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang penyakit hipertensi, dan bagaimana cara mencegah
penyakit hipertensi tersebut.
TTD
------------------------------------
51
FORMAT DIAGNOSIS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. ANALISA DATA
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
.
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan kompleksitas
program perawatan atau pengobatan.
52
C. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Kemungkinan
2 masalah 2 1x2/2 1 Pemberian penjelasan yang
dapat diubah Tepat dapat membantu
- Mudah 2 Menurunkan rasa takut
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
Keluarga menyadari
4 Menonjolnya masalah 1 2x1/2 1 dengan
- Masalah berat harus 2 Mengetahui apa yang
segera ditangani Menjadi makanan
- Ada masalah tetapi 1 Pantangan dan yang
tidak perlu segera Dianjurkan dapat
Ditangani Mengurangi rasa takut
- Masalah tidak 0
Dirasakan
53
54
D. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR
.
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan 3,6
kompleksitas program perawatan atau pengobatan
FORMAT RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
55
TD: 140/90 merawat, resiko
mmHg Meningkat
N:84x/menit
SB: 36,50c.
RR: 20x/menit
56
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Catatan perkembangan
Tanggal/Ja Dx Implementasi Tindakan Evaluasi
m Keperawatan
20 Mei 2020 20 Mei 2020 II 12.00 wita
10.00 wita 1 Intervensi utama: Ds :
- Dukungan koping keluarga - Ny. J.M mengatakan
- Dukungan keluarga merencanakan khawatir tensinya semakin
perawatan tinggi
Intervensi pendukung: - Keluarga mengatakan kurang
- Dukungan pengambilan keputusan memahami cara merawat
- Dukungan sistem kesehatan Do :
- Dukungan sumber finansial - Keluarga tampak bertanya-
- Bimbingan sistem kesehatan tanya dengan penyakit yang
- Konseling diderita Ny. J.M
- Edukasi Kesehatan - TTV
- Edukasi penyakit TD: 140/90 mmHg
- Edukasi program pengobatan N:84x/menit
- Edukasi latihan fisik SB: 36,50c.
- Edukasi pengurangan resiko RR: 20x/menit
A : Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif
berhubungan dengan
kompleksitas program
perawatan, masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Intervensi utama:
- Dukungan koping keluarga
- Dukungan keluarga
merencanakan perawatan
Intervensi pendukung:
- Dukungan pengambilan
keputusan
- Dukungan sistem kesehatan
- Bimbingan sistem kesehatan
- Konseling
- Edukasi Kesehatan
- Edukasi penyakit
- Edukasi program pengobatan
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi pengurangan resiko
58
- Edukasi program pengobatan P:-
- Edukasi latihan fisik
- Edukasi pengurangan resiko
DAFTAR PUSTAKA
59
Abdillah, Willy. 2018. Metode Penelitian Terpadu Sistem Informasi Pemodelan Teoritis,
Pengukuran, dan Pengujian Statis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Achjar, Komang Ayu Henny. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Aspiani, R.Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi
NIC & NOC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5.
Jakarta: EGC.
https://gustinerz.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-covid-19/
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus
https://mhomecare.co.id/blog/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-infeksi-covid-19/
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI. Diakses
pada tanggal 22 mei 2020 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf
Mona, Nailul. 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi
Efek Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia). Jurnal Sosial
Humaniora Terapan. Vol. 2 No.2. Universitas Indonesia : Program Studi Periklanan
Kreatif Program Pendidikan Vokasi
Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.
Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyawan, Dodiet Aditya. (2012). Konsep Dasar Keluarga Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes
Surakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and Suddarth. Ed.
8. Vol.3. Jakarta: EGC.
60
Sumantri, Andik. (2014). Pengaruh Pendidikkan Kesehatan Hipertensi Pada Keluarga Terhadap
Kepatuhan Diit Rendah Garam Lansia Hipertensi Di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati.
Yogyakarta: Stikes Aisiyah.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood
pressure or contain the according to national circumstances
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
61