KELOMPOK 2:
1. Widiyaningsih 011921016
2. Sri Andayani 011921021
3. Megawintha Wulandari 011921023
4. Sri Puspitaningrum 011921026
5. Anaztazya Indrastuti Suyono Putri 011921028
Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Askep Keluarga dengan Penyakit Diabetes Mellitus dan Ulkus Diabetes
Melitus” tepat pada waktunya. Penulisan ini dilakukan untuk memenuhi tugas Mata ajar
Family in Nursing.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, pengarahan serta motivasi demi terselesaikannya tugas maka
lah ini dengan baik. Terima kasih kami sampaikan kepada ibu dosen pembimbing serta koordin
ator mata kuliah kami yaitu Ns.Ulfah NK, S.Kep, M.Kep.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan selanjutnya, sekian dan terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat
menyebabkan kematian atau komplikasi yang mematikan. Diabetes Mellitus merupakan
penyakit gangguan metabolik kronis yang dikenal sebagai sillent killer atau pembunuh
manusia secara diam-diam. Diabetes Mellitus dikenal sebagai Mother of Disease yang
merupakan induk penyakit-penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, dan
kebutaan Error: Reference source not found.
International Diabetes Federation (IDF) (2015) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta
orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia
merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India,
USA, Brazil, Rusia dan Mexico menurut Dirjen P2PL Error: Reference source not found.
Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan masalah ulkus Diabetikum. Asuhan keperawatan yang professional
diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan
diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat makalah
tentang Askep Keluarga dengan Penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus.
B. RUANG LINGKUP (Obyek dan Subyek)
1. Obyektif
Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus di
RT 02 Kenari Jakarta Pusat.
2. Subyektif
a. Kelompok Dewasa dengan penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus
di RT 02 Kenari Jakarta Pusat.
b. Kelompok Dewasa yang beresiko dengan penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Dia
betes Melitus di RT 02 Kenari Jakarta Pusat.
c. Keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus di RT 02
Kenari Jakarta Pusat.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Di
abetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus di RT 02 Kelurahan Kenari Jakarta Pusat
dengan pendekatan metode yang dikaitkan dengan Model Konsep Keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus Ulkus
Diabetes Melitus.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus Ulk
us Diabetes Melitus.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus Ulk
us Diabetes Melitus
d. Mampu menentukan intervensi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
e. Mampu melakukan implementasi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
f. Mampu melakukan evaluasi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
g. Mampu melakukan dokumentasi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
BAB II
TINJAUAN KASUS
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
1. Batasan Keluarga
Batasan keluarga menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009) :
2. Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009) :
a. Patrilineal: Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal: Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah
e. Keluarga kawin: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
4. Tipe Keluarga
a. Traditional Nuclear (Keluarga Inti): terdiri dari ayah, ibu dan anak
b. Extended Family (Keluarga Besar): terdiri dari Ayah, ibu dan anak, sanak
saudara (nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi, dll)
e. Dyanic Nuclear : suami isteri yang sudah berumur ,dan tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
f. Single parent :satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak- anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carrier :suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Maried :Suami Istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu- waktu tertentu.
i. Single Adult : Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah
l. Comunal : Satu rumah terdiri atas dua / lebih pasangan yang monogami dengan
anak- anaknya dan bersama- sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage :Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmaried parent and child : Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.
o. Cohibing Couple :Dua orang /satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
perkawinan.
Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di negara indonesia
di kenal dua tipe keluarga, yaitu :
b. Non tradisional adalah : Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa
pertalian darah hidup serumah , orang tua atau ayah ibu yang tidak ada ikatan
perkawinan dan anak yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, serta
keluarga homoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam
satu rumah tangga .
b. Matri akal: Pihak ibu yang sangat dominan dalam menentukan pengambilan
keputusan.
6. Peran keluarga
a. Peran Ayah :
2) Menghidupi keluarga
5) Anggota masyarakat
b. Peran Ibu:
6) Anggota masyarakat
7. Fungsi Keluarga
a. Pendidik : mendidik, menyekolahkan, mempersiapkan kedewasaan
1) Pendidik (educator )
2) Koordinator (Coordinator)
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan
yang umum, menyeluruh, dan berlanjut.Keperawatan berkelanjutan dapat di
laksanakan jika di rencanakan dan di koordinasikan dengan baik.koordinasi
merupakan salah satu peran utama perawat yang berkerja dengan keluarga.
4) pengawas kesehatan
6) kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal
7) Advokasi
9) penemu kasus
a. Keluarga baru (beginning family ), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru.
b. Keluarga sedang mengasuh anak ( child bearing family ), yaitu di mulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan anak pertama
yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai
dengan 20 tahun
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di mulai dari salah
satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah
keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi
rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Friedman (2013: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
lima langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan
tipe keluarga.
6) Data Lingkungan
7) Struktur Keluarga
8) Fungsi Keluarga
2. Diagnosa keperawatan
a. Menentukan sasaran atau goal: Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya, dimana masalah
(Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir (TUM)
Standart mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu kepada
3 hal, yaitu :
a. Tujuann hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi.
4. Tindakan Keperawatan atau Pelaksanaan
5. Tahap Evaluasi
2. Etiologi
1.Faktor genetik.
2.Faktor imunologi
Diabetes tipe I terjadi karena adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
3.Faktor lingkungan
Diabetes tipe lain disebabkan karena adanya gangguan genetik pada fungsi
sel beta, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, dan
dipicu oleh bahan atau obat-obatan kimia.
d. Diabetes Gestasional
4. Faktor resiko
1) Riwayat keluarga
3) Usia
1) Gaya Hidup
2) Obesitas
5. Manifestasi Klinis
Pada individu yang menderita Diabetes Mellitus mengalami onset yang lambat
dari manifestasi dan biasanya tidak menyadari penyakitnya hingga menimbulkan
gejala nyata dan perlu untuk mencari pertolongan petugas kesehatan (Lemone,
Burke,, & Bauldoff, 2011). Manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus adalah
peningkatan frekuensi eleminasi urine (poliuria), peningkatan rasa haus atau asupan
cairan (polidipsi), dan peningkatan asupan makanan (polifagia). Oleh karena tanda
dan gejala Diabetes Mellitus pada setiap orang berbeda beda maka penderita
Diabetes Mellitus biasanya telah memiliki komplilkasi ketika mereka didiagnosa
menderita Diabetes Mellitus (PERKENI, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2015).
6. Pathway Diabetes Melitus dalam Keluarga
Definisi Insulin
Penurunan
Glukogen ↑ pemakainan
Glukosa oleh Sel
Glukoegenesis
Hiperglikemia
Lemak
Protein
Osmotic diuresis
Kekurangan volume
↓PH
Makrovaskuler
Mikrovaskuler
Asidosis
Retina
Jantung Serebral Ekstremitas Ginjal
koma
mual, muntah Ganggren Nefropati
kematian Miokard infark Stoke Retiropati
Etiologi DM
Respon Keluarga
Respon Individu
Resti gangguan
Nutrisi protein
kurang dari
kebutuhan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
BUN↑
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
hemokonsentrasi
makrovaskuler
Ekstremitas
jantung serebral
miokard Ganggren
infark stoke
Gangguan
Integitas kulit
7. Komplikasi
Menurut (Lemone P. B., 2016) komplikasi dari Diabetes Mellitus terbagi menjadi
dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis.
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia
b. Komplikasi Kronis
1) Penyakit makrovaskular
2) Penyakit mikrovaskular
3) Penyakit neuropati
8. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologis
Pemberian terapi farmakologis harus diikuti dengan pengaturan pola makan dan
gaya hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan obat suntikan
yaitu:
1) Edukasi
D. Konsep Ulkus DM
1. Defenisi
2. Penyebab ulkus DM
Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen yaitu meliputi
neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi dan
edema. faktor penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2 faktor yaitu faktor
endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu genetik metabolik, angiopati diabetik,
neuopati diabetik sedangkan faktor eksogen yaitu trauma, infeksi, dan obat (Wijaya,
Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013) Terdapat 2 penyebab ulkus diabetik secara umum
yaitu neuropati dan angiopati diabetik. Neuropati diabetik adalah suatu kelainan pada
urat saraf akibat dari diabetes melitus akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri
pada kaki, apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.
Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri,
2013) adalah sebagai berikut:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh dengan
adanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”
e. Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa adanya selulitis.
f. Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada tungkai.
Perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada level
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2016). Sedangkan menurut
(Nurarif & Kusuma, 2015) perfusi perifer tidak efektif merupakan Penurunan
darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.
b. Proses terjadinya perfusi perifer tidak efektif pada ulkus diabetikum (DM2)
Proses masalah kaki pada penderita diabetes mellitus terjadi diawali dengan
adanya hiperglikemi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motoric dan autonom menyebabkan berbagai perubahaan pada otot dan kulit yang
selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan ditribusi tekanan pada telapak
kaki dan kemudian akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi mengakibatkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
Faktor aliran darah yang kurang akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013).
c. Manifestasi klinis perfusi perifer tidak efektif pada ulkus diabetikum (DM 2)
Adapun manifestasi klinis dari perfusi perifer tidak efektif menurut (SDKI,
2016) :
5) ABI <0,90
6) Parastesia
8) Edema
a. Manajemen komorbiditi.
Tujuan dari debridemen adalah membuang jaringan mati atau jaringan yang
tidak penti. Debridemen jaringan nekrotik merupakan komponen integral dalam
penatalaksanaan ulkus kronik agar ulkus mencapai penyembuhan
f. Penurunan Tekanan/Off-Loading
Menurunkan tekanan pada ulkus kaki diabetic adalah tindakan yang penting.
Off-loading mencegah trauma lebih lanjut dan membantu meningkatkan
penyembuhan. Delmas (2006) menyatakan ulkus kaki diabetic merupakan luka
komplek yang dalam penatalaksanaannya harus sistematik, dan dengan
pendekatan tim interdisiplin.
1. Kebijakan
a. Menetapkan standar, norma, pedoman, kriteria kesehatan dan prosedur kerja dengan
mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku
e. Meningkatkan jejaring kerja lintas program , lintas sektor dan stake holder terkait
baik di pusat maupun provinsi, dan kabupaten / kota
2. Strategi
b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif dan stake
holder serta pemerintah daerah
f. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil – hasil penelitian atau
kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program pengendalian DM dan
PM
3. Mekanisme kerja
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Yaitu kegiatan pengendalian tepat guna sesuai dengan sumber daya yang
sudah dimiliki dengan kondisi daerah setempat dan segera dapat dilaksanakan
1) Monitoring
Adalah penilaian secara terus- menerus terhadap fungsi kegiatan baik dalam
jadwal pelaksanaan maupun input dan sasaran kegiatan.monitoring merupakan
bagian penting yang integral dalam managemen sehari-hari (casey & kumar,
1987), monitoring dilakukan dengan 2 cara yaitu :
2) Evaluasi
2) Transparan
3) Partisipatif
4) Akuntabel
5) Tepat waktu
6) Berkesinambungan
d. Dasar Hukum
5)Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kedudukan, Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian dan Lembaga Negara
8) Permenkes no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klini Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
11) Keputusan Menteri Kesehatan No. 1144 tahun 2010 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
13) Resolution adopted by General Assembly on 13 May 2014; 68/271 Scope and
modalities of the comprehensive review and assessment of the pogress achieved in
the prevention and control of Non Communicable diseases
15) Global Action Plan for Prevention and Control of NCD 2013-2020
16) Political Declaration of the High Level meeting of the General Assembly on the
Prevention and control of Non Communicable Diseases (66/117), 16 September
2011
f. Isu Mutakhir
1) Adanya hubungan timbal balik antara periodontitis (infeksi pada mulut) dengan
Diabetes Mellitus, keterlibatan dokter gigi dalam penanganan pasien Diabetes
Mellitus perlu ditingkatkan. (Saidina Hamzah Daliemunthe,2003)
2) Dokter gigi dituntut untuk lebih aktif memposisikan diri sebagai mitra dokter
umum/dokter spesialis dalam penanganan pasien Diabetes Mellitus. (Saidina
Hamzah Daliemunthe,2003)
5) Obat anti Diabetes oral sebaiknya tidak diberikan pada Diabetes Mellitus dengan
Tuberkulosis paru karena adanya efek rifampicin dan isoniazid yang mengurangi
efek obat tersebut. (Harsinen Sanusi, 2004)
6) Kadar glukosa darah yang terkontrol pada penderita Diabetes Mellitus dapat
menurunkan derajat kegoyahan gigi sebesar 51,45%. (Md Ayu Lely S, 2004)
A. Contoh Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 April 2019. Hampir seluruh keterangan atau data
berasal dari keluarga Ny. S. Dalam memberikan data kesehatan, keluarga Ny. S dapat
berkomunikasi secara baik dengan mahasiswa serta mau terbuka dalam menyampaikan
informasi atau masalah yang sedang dihadapi sehingga sangat membantu dalam proses
pengkajian. Klien adalah keluarga Ny. S, berusia 64 tahun, jenis kelamin perempuan.
Pendidikan terakhir S1. Alamat Jl. Kenari 4 RT.02, Jakarta Pusat. Di keluarga Ny. S tidak ada
yang menderita penyakit Diabetes Melitus. Ny. S didiagnosa Diabetes Melitus sekitar 6 tahun
yang lalu
Dari pengkajian yang telah dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di keluarga Ny.
S adalah Ny. S yang menderita Diabetes Melitus. Tidak terdapat luka. Pada pemeriksaan
kadar gula darah sewaktu didapat hasil GDS Ny. S adalah 173 mg/dL. Berat badan Ny. N
adalah 58 kg dengan tinggi badan 153 cm. Tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 84x/menit,
RR 20x/menit dan suhu 36,2°C. Ny. N mengatakan rutin mengkonsumsi obat anti diabetes
metformin 3 x 500 mg,jika dirasa badan enak obat tidak diminum. Ny. S dan keluarga
mengatakan mengetahui sedikit tentang penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit kencing
manis karena mengkonsumsi makanan manis berlebihan dan pola hidup yang tidak sehat,
tetapi tidak mengetahui secara rinci. Ny. S memiliki BPJS, digunakan jika berobat.
B. Pengkajian Keluarga
1. Data umum
a. Nama KK : Tn. P
b. Usia : 67 Tahun
c. Pendidikan : D3
d. Pekerjaan : Pensiunan
f. Komposisi Keluarga
Genogram
Keterangan :
= Laki- laki = Perempuan
g. Tipe Keluarga
Keluarga Ny. S dengan tipe keluarga Traditional Nuclear. Keluarga inti terdiri dari
suami, istri, dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam satu ikatan perkawinan, Ny. S tinggal bersama suami serta anak bungsu
nya yang berusia 26 tahu dan belum menikah sedangkan anak tertua sudah menikah
dan sudah memisahkan diri.
keluarga Ny. S berasal dari suku Batak, bahasa yang digunakan sehari - hari yaitu
bahasa Indonesia dan Batak, dan keluarga Ny. S tidak mempunyai kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan klien
i. Agama
Keluarga Ny. S menganut agama Protestan. Ny. S dan keluarga selalu melakukan doa
bersama saat malam sebelum tidur dan subuh pukul 04.00 secara rutin, keluarga Ny. S
juga aktif dan rutin beribadah ke gereja. Keluarga Nys. S tidak memiliki pantangan
apapun yang berkaitan dengan keagamaan terhadap kesehatan.
Keluarga Ny. S termasuk keluarga sejahtera tahap III. Ny. S dan Tn. P adalah seorang
pensiunan dan tidak memiliki pekerjaan lain lagi. Selama ini untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari yaitu makan, bayar tagihan listrik, air dll di tanggung bersama
dari hasil gaji pensiunan Ny. S dan Tn. P. Ny. S mengatakan selama ini keluarganya
hidup berkecukupan, untuk jaminan kesehatan keluarga Ny. S memiliki BPJS,
keluarga memiliki fasilitas televisi, tempat tidur yang cukup nyaman bagi keluarga,
handphone sebagai sarana komunikasi serta mobil dan motor sebagai sarana
transportasi. Selain dari hasil gaji pensiunan, Ny. H yang merupakan anak dari Tn. P
dan Ny. S sudah bekerja dan hasil gajinya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga.
Keluarga Ny. S di saat hari libur melakukan rekreasi ketempat – tempat hiburan
bersama keluarga, anak serta cucu nya.
Keluarga Ny. S merupakan tahap keluarga tahap VI yaitu keluarga dengan anak
dewasa atau pelepasan ( launching center families). Semenjak Ny. S sakit, Tn . P yang
merawat Ny. S dibantu oleh anaknya yaitu Ny. H.
semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, selama Ny. S sakit semua tahap
perkembangan masih dapat dipenuhi dengan bantuan suami. Tahap yang belum
terpenuhi yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang di dapatkan melalui perkawinan anak-anak dan menciptakan lingkungan
rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Ny. S menderita diabetes mellitus sejak6 tahun yang lalu dan mendapat terapi
metformin 3 x 500 mg. Dalam keluarga Ny. S hanya Ny. S yang menderita Diabetes
Melitus. Seluruh anggota keluarga tidak memiliki riwayat hipertensi, asma maupun
penyakit lain, seluruh anggota keluarga rutin cek up kesehatan ke puskesmas. Ny. S
berobat dengan menggunakan BPJS dan akan memeriksakan kesehtannya di
puskesmas apabila ada yang mengantarkannya. Tn. P biasanya yang mengantar Ny. S
ke puskemas. Tn. P sehari-harinya tidak bekerja. Ny. H bekerja tidak jauh dari
rumahnya.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ny. S bahwa dalam keluarga Ny. S dan Tn.
P terutama Ny. S sebelumnya tidak ada riwayat penyakit keturunan Diabetes Melitus
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
keluarga Ny. S memiliki luas tanah 900 m2 dan memiliki luas bangunan rumah 17 x
14 m2 . Bangunan tersebut milik sendiri, Rumah Ny. S memiliki 3 kamar, 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 2 kamar mandi dan wc. penataan alat/ perabot rumah
tangga yang cukup rapi, ventilasi/penerangan bagi keluarga Ny. S cukup memadai
sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah. Lantai rumah tampak bersih, hal ini
terlihat dari tidak adanya kotoran pada lantai, lingkungan rumah bersih, lantai rumah
menggunakan tegel, dinding rumah terbuat dari beton. Halaman depan rumah keluarga
Ny. S dimanfaatkan untuk menanam bunga hias dan sayur – sayuran. Untuk
penggunaan air keluarga Ny. S menggunakan sumber air PDAM, dan sumber listrik
dari PLN.
keluarga Ny. S tinggal di lingkungan dengan beragam suku (Jawa, Banjar, Kutai,
Bugis, Batak, dan lain-lain). Ny. S. mengatakan tetangganya orang yang ramah,
terkadang mereka berkumpul untuk mengobrol
keluarga Ny. S berasal dari Sumatera lalu pindah dan tinggal mengontrak rumah di
jakarta Jln. Ahmad Dahlan pada tahun 1985, lalu pindah lagi ke Jln. Kenari RT.02
pada tahun 1987, keluarga Ny. S merasa senang karena sudah memiliki rumah pribadi.
Ny. S mengaku jarang berkumpul dan bercerita dengan tetangga hanya sewaktu –
waktu, dan saat ada waktu luang Ny. S sering bermain bersama cucu – cucu nya.
e. Sistem Pendukung Keluarga
semua anggota keluarga Ny. S dan Tn. P dalam kondisi sehat antara anggota keluarga
saling menyayangi dan membantu satu sama lain.
4. Struktur Keluarga
Ny. S mengatakan orang yang terdekat dengan nya adalah anak bungsu nya yaitu Ny.
H
keluarga Ny. S mampu menjalankan perannya dengan baik. Tn. P berperan sebagai
kepala keluarga, suami, ayah dan kakek. Ny. S berperan sebagai seorang istri, ibu dan
nenek yang bertugas dalam menjalankan peraturan rumah tangga dan mencurahkan
kasih sayang bagi semua anggota keluarga. Ny. H berperan sebagai anak yang masih
tinggal satu rumah dengan Ny. S dan Tn. P.
Ny. S dan keluarganya menganut agama Protestan dan norma yang berlaku di
masyarakat dan adat istiadat orang Batak. Ny.S juga mengajarkan pentingnya
bersikap/sopan santun dengan orang lain. Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga
mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Tuhan berikan agar keluarga dapat lebih
kuat
5. Fungsi Keluarga
a. Keluarga afektif
keluarga Ny. S selalu menyayangi dan perhatian kepada seluruh anggota keluarganya
terutama anak – anaknya, selalu mendukung untuk bersikap sopan dan santun.
b. Fungsi social
interaksi Ny. S dengan suami dan anaknya terjalin dengan sangat baik saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan satu sama lain. Ny. S dan Tn.
P selalu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarganya.
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan diabetes mellitus, hal ini di
tunjukkan dengan keluarga kurang mengetahui dampak masalah kesehatan akibat
penyakit diabetes mellitus. Keluarga tidak tahu bahwa diabetes mellitus harus terus
menkontrol gula darah agar selalu stabil dan rutinminum obat serta rutin control ke
puskesmas
Ny. S mengatakan Ny. S dan keluarga sudah tidak terlalu stress dengan penyakitnya
seperti awal terdiagnosa, Ny. S tahu apabila dirawat dengan baik, penyakit gula darah nya
dapat terkontrol. Respon keluarga terhadap stressor : Keluarga Ny. S berusaha berobat dan
memeriksakannya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Apabila ada
permasalahan keluarga, Ny. S dan Tn. P selalu menyelesaikannya dengan musyawarah
dan tenang dalam mengambil keputusan di dalam keluarga.
7. Pemeriksaan Fisik
No Komponen Ny S Tn P Ny A Ny H
1 Kepala Rambut pendek Rambut Rambut Rambut
lurus, pendek ikal, panjang lurus, panjang ikal,
penyebaran penyebaran penyebaran penyebaran
merata beruban, merata, merata, hitam, merata hitam,
bersih, tidak beruban, bersih, tidak bersih, tidak
ada kelainan bersih, tidak ada kelainan ada kelainan
ada kelainan
2 Mata Sklera tidak ., Sklera Sklera tidak Sklera tidak
ikterus, tidak ikterus, ikterus, ikterus,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peradangan, peradangan peradangan peradangan
mata klien
sering berair
3 Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen, ada serumen,
tidak ada luka tidak ada tidak ada luka tidak ada luka
luka
4 Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada secret, tidak ada secret, ada secret, ada secret,
ada kelainan tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan kelainan kelainan
5 Mulut Stomatitis tidak Stomatitis Stomatitis tidak Stomatitis tidak
ada, terdapat tidak ada, ada, terdapat ada, terdapat
karang gigi, terdapat karang gigi, karang gigi,
gigi graham karang gigi, gigi graham gigi graham
kanan bawah gigi graham kanan bawah kanan bawah
tanggal kanan bawah tanggal tanggal
tanggal
6 Leher & Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan
tenggorokan menelan tidak menelan menelan tidak menelan tidak
ada, tidak ada tidak ada, ada, tidak ada ada, tidak ada
kelenjar tiroid tidak ada kelenjar tiroid kelenjar tiroid
dan tidak ada kelenjar dan tidak ada dan tidak ada
pembesaran tiroid dan pembesaran pembesaran
kelenjar limfe tidak ada kelenjar limfe kelenjar limfe
pembesaran
kelenjar
limfe
7 Dada & paru Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada simetris, dada dada simetris, dada simetris,
vesikuler, sonor simetris, vesikuler, vesikuler,
seluruh lapang vesikuler, sonor seluruh sonor seluruh
paru, Ronkhi (-) sonor seluruh lapang paru, lapang paru,
Stridor (-) lapang paru, Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Ronkhi (-) Stridor (-) Stridor (-)
tidak ada otot Stridor (-) Wheezing (-) Wheezing (-)
bantu Wheezing (-) tidak ada otot tidak ada otot
pernapasan tidak ada otot bantu bantu
bantu pernapasan pernapasan
pernapasan
8 Jantung BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II :
tunggal, tunggal, tunggal, tunggal,
intensitas kuat, intensitas intensitas kuat, intensitas kuat,
tidak ada bunyi kuat, tidak tidak ada bunyi tidak ada bunyi
jantung ada bunyi jantung jantung
tambahan jantung tambahan tambahan
tambahan
9 Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada nyeri tekan, tekan, tidak ada tekan, tidak ada
massa tidak ada massa massa
massa
10 Ekstermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
bebas, tidak ada bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak
cidera, namun ada cidera ada cidera ada cidera
tangan dan kaki
klien sering
terasa kebas
dan kesemutan
11 Kulit Warna . kulit putih, Warna kulit Warna kulit Warna kulit
tidak ada bekas sawo matang, putih, turgor putih, turgor
luka, tidak ada turgor kulit kulit baik, tidak kulit baik, tidak
tanda - tanda baik, tidak ada tanda - ada tanda -
infeksi, turgor ada tanda – tanda infeksi, tanda infeksi,
kulit baik tanda infeksi, turgor kulit turgor kulit
turgor kulit baik baik
baik
12 Kuku Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan
Bersih CRT < 2 Bersih CRT Bersih CRT < Bersih CRT <
detik < 2 detik 2 detik 2 detik
13 Bb 58 kg 75 kg 60 kg 57 kg
14 Tb 153 cm 170 cm 164 cm 165 cm
15 Tanda–tanda TD : 140/100 TD : 140/90 TD : 130/80 TD : 120/90
vital mmHg N : mmHg N : mmHg N : mmHg N :
88x/menit RR : 86x/menit 84x/menit RR : 80x/menit RR :
20x/menit T : RR : 20x/menit T : 20x/menit T :
36.4°c 20x/menit T : 36.5°c 36.2°c
36.3°c
8. Harapan Keluarga
Ny. S berharap keluarga nya selalu sehat, tidak ada keluarga yang memiliki penyakit,
Keluarga juga berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik lagi, tepat dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan petugas
kesehatan
9. Penjajagan Tahap II
Keluarga Tn. P khususnya Ny. S mengatakan hanya tahu beberapa tentang penyakit
Diabetes Melitus adalah penyakit kencing manis karena mengkonsumsi gula
berlebihan tetapi tidak tahu secara rinci (pengertian, tanda dan gejala, serta
komplikasi).
Keluarga Tn. P memberikan obat anti diabetes jika Ny. S gula darahnya diatas normal,
selain itu tidak tau bagaimana cara merawatnya.
Keluarga Tn. P mengatakan tidak tau bagaimana cara menangani diabetes dengan obat
herbal atau terapi lainnya.
Analisa Data
D. Diagnosa Keluarga
DS :
- Ny. S dan keluarga mengatakan hanya tahu beberapa tentang penyakit Diabetes
Melitus adalah penyakit kencing manis karena mengkonsumsi gula berlebihan tetapi
tidak tahu secara rinci (pengertian, tanda dan gejala, serta komplikasi).
- Ny. S dan keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara yang benar merawat
keluarga sakit Diabetes Melitus.
- Ny. S dan keluarga tahu penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit keturunan tetapi
keluarga Ny. S tidak ada riwayat Diabetes Melitus.
DO :
- Ny. S dan keluarga tidak dapat menjawab sebagian pertanyaan tentang penyakit
Diabetes Melitus.
2. Resiko ketidak seimbangan kadar gula darah b/d Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit Diabetes Melitus.
DS :
- Ny. S mengatakan mengatakan apabila gula darahnya tinggi Ny. S sering lapar.
- Ny. S dan keluarga mengatakan tidak begitu paham tentang diit penderita Diabetes
Melitus, tetapi
- Ny. S mengkonsumsi oatmeal, gula dan susu khusus Diabetes serta beras merah.
DO :
DS :
- Ny. S digigit nyamuk lalu digaruk dan menjadi luka, luka nya membesar dan lambat
sembuh pada saat itu.
- Ny. S mengatakan sudah tidak rutin berolahraga jogging seperti dulu lagi karena
tidak ada teman, tetapi Ny. S melakukan yoga di sela sela aktivitas nya di rumah
3x/seminggu
- Ny. S dan keluarga mengatakan tidak tahu aktivitas olahraga untuk pasien Diabetes
Melitus.
DO :
- Terdapat bekas luka gigitan nyamuk yang sudah sembuh menjadi hitam pada bagian
kaki kiri Ny. S.
Dx 2 Resiko ketidak S :
seimbangan kadar gula darah - Klien mengatakan diit
b/d Ketidakmampuan Diabetes Melitus
keluarga merawat anggota dengan tidak makan
keluarga yang sakit atau minum yang
manis – manis.
- Klien mengatakan
sudah mengurangi
makanan atau
minuman yang manis –
manis.
- Klien juga mengatakan
mengkonsumsi quaker
oat, susu dan gula
khusus diabetes dan
mengkonsumsi beras
merah.
O:
- GDS : 173 mg/dL
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
2.2 Ukur kadar gula
darah klien.
2.3 Jelaskan kepada klien
mengenai diit
Diabetes Melitus.
2.4 Menjelaskan
bagaimana cara
perawatan Diabetes
Dx 3 Resiko tinggi terjadi Melitus di rumah.
komplikasi Diabetes Melitus
b/d Ketidakmampuan S :
keluarga mengenal masalah - Klien mengatakan
Diabetes Melitus semenjak sakit
Diabetes Melitus klien
mengalami kebas dan
kesemutan pada
telapak kaki nya.
- Klien mengatakan
penglihatannya kabur
karena matanya berair.
- Terdapat bekas luka
gigitan nyamuk yang
di garuk, berawarna
hitam pada kaki kiri
klien.
- Klien mampu
menyebutkan kembali,
akibat dari Diabetes
Melitus yang tidak
diobati adalah gagal
ginjal, stroke, penyakit
jantung koroner, luka
yang sukar sembuh dan
kebutaan.
O:
- Terdapat bercak hitam
bekas luka pada bagian
kaki klien. - Klien
mampu menyebutkan
kembali akibat lanjut
dari Diabetes Melitus.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
3.5 Diskusikan dengan
keluarga tentang
keinginan untuk
merawat anggota
keluarga yang sakit.
3.6 Beri pujian yang
positif kepada
keluarga atas jawaban
dan keputusan yang
diambil.
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes.
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Sagung Seto
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1412/4/BAB%20II%20fix.pdf
http://repository.ump.ac.id/4598/3/BAKHTIAR%20NOOR%20ABIDIN%20BAB%20II.pdf
https://widantivirgian.wordpress.com/2013/03/29/konsep-keperawatan-
keluarga/#:~:text=Keluarga%20adalah%20unit%20terkecil%20dari,(Departemen
%20Kesehatan%2C%201988).
https://extranet.who.int/ncdccs/Data/IDN_D1_Diabetes%20guidlines.pdf
https://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-mutakhirnya/
https://www.scribd.com/doc/106562198/Askep-Keluarga-dengan-Diabetes-Mellitus
Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. CV.
Sagung Seto.
APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC
A. Karakteristik Peserta
1. Tujuan Umum : Setelah pemberian penyuluhan ini dalam waktu 1x45
menit, diharapkan para lansia mampu memahami dan dapat menerapkan cara
perawatan diabetes mellitus dengan benar.
2. Tujuan Khusus :
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan para lansia mampu:
a. Menjelaskan pengertian dari diabetes mellitus
b. Menjelaskan penyebab dari diabetes mellitus
c. Menjelaskan tanda dan gejala dari diabetes mellitus
d. Menjelaskan kelompok risiko terjadi diabetes mellitus
e. Menjelaskan dan memahami perawatan diabetes mellitus dengan diet nutrisi
f. Menjelaskan persiapan alat yang digunakan dan posisi lansia sebelum melakukan
perawatan dengan latihan senam kaki
g. Mendemonstrasikan langkah-langkah cara melakukan latihan senam kaki
h. Menjelaskan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.
3. Uraian Tugas
a. Leader
Tugas :
Tugas :
Tugas :
4. Kegiatan PendKes :
Respon peserta
Fase Kegiatan Waktu
pendkes
Orientasi a. Memberi salam 5 menit a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan tujuan b. Menyimak
pendkes c. Memperhatikan
d. Bertanya pada audience d. Menjawab
sejauh mana pasien pertanyaan
mengetahui tentang e. Menyetujui
diabetes mellitus dan
perawatannya.
e. Kontrak waktu dengan
pasien.
5. Metode PendKes :
a. Ceramah
b. Tanya Jawab/Diskusi
c. Demonstrasi
6. Media PendKes :
a. LCD
b. Leafleat
c. Video
7. Evaluasi :
a. Evaluasi Struktur
1) Adanya konsultasi terlebih dahulu pada dosen pembimbing mata ajar Family
Nursing sebelum pendkes
2) Membuat media dan SAP
3) Adanya persiapan terkait sarana dan prasarana pendkes
4) Kontrak waktu sudah dilakukan
b. Evaluasi Proses
1) Audience mengikuti pendkes dari awal sampai akhir
2) Audience antusias dan aktif dari awal sampai akhir
3) Audience memberikan respon atau umpan balik berupa pertanyaan atau
masukan
4) Audience melakukan redemonstrasi terkait cara melakukan senam kaki dengan
benar
5) Waktu pelaksanaan sesuai rencana
c. Evaluasi Hasil
1) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan pengertian diabetes
mellitus dengan benar
2) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan penyebab dari diabetes
mellitus dengan benar
3) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan tanda dan gejala dari
diabetes mellitus dengan benar
4) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan kelompok yang berisiko
terjadinya diabetes mellitus dengan benar
5) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan cara diet nutrisi dengan
benar
6) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan persiapan alat yang
digunakan dan posisi lansia sebelum melakukan senam kaki
7) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat mendemonstrasikan cara senam kaki
dengan benar
8) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan cara penggunaan fasilitas
kesehatan dengan benar.
9. Setting Tempat :
Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Penyuluh
: Observer
: Para Lansia
: LCD / Video
Diabetes Mellitus biasa disebut sakit gula atau kencing manis yaitu merupakan suatu
keadaan yang ditandai dengan tingginya keadaan gula darah dan gula dalam kencing
(kencing manis).
2. Penyebab Penyakit Gula
a. Proses menua/kemunduran (rasa mengecap berkurang pada lidah)
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minuman
alkohol, dll)
c. Keberadaan penyakit lain sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya sakit gula
d. Selain itu perubahan fungsi tubuh yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala sakit gula misal: pada saat buang air kecil.
3. Tanda dan Gejala Sakit Gula
a. Keluhan khas sakit gula
1) Banyak buang air kecil
2) Sering buang air kecil pada malam hari 3 – 5 kali
3) Sering merasa lapar
4) BB menurun cepat tanpa sebab.
b. Keluhan tidak khas kencing manis
1) Kesemutan
2) Gatal di daerah kelamin
3) Keputihan
4) Infeksi sulit sembuh
5) Bisul yang hilang timbul
6) Pengelihatan kabur
7) Cepat lelah
8) Mudah mengantuk.
4. Kelompok siapa saja yang berisiko untuk terjadi DM
a. Kegemukan atau obesitas
b. Berusia lebih dari 45 tahun keatas
c. Riwayat keluarga (genetik)
d. Makan – makanan mengandung pengawet
5. Penatalaksanaan
Menurut Julinar (2015), pengobatan yang dilakukan pada lansia dengan diabetes
(sakit gula) yaitu:
a. Menerapkan pola hidup sehat ( makanan rendah kalori dan olahraga)
b. Memberikan edukasi kesehatan
1) Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat
Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:
a) Materi tentang perjalanan penyakit DM
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
c) Penyulit DM dan risikonya.
d) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan
e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat insulin
f) Cara pemantauan gula darah dan pemahaman hasil gula darah atau air
kencing
g) Mengenal gejala dan penanganan awal gula dalam darah rendah
h) Pentingnya latihan jasmani yang teratur
i) Pentingnya perawatan kaki
j) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2) Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Sekunder dan atau Tersier, yang meliputi:
a) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
b) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
c) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
d) Rencana untuk kegiatan khusus (olahraga prestasi)
e) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit)
f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM
g) Pemeliharaan atau perawatan kaki
1) Karbohidrat
a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Terutama karbohidrat yang berserat tinggi
b) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
c) Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi
e) Pemanis alternative dapat digunakan sebagai pengganti glukosa,
asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake/ADI)
f) Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.
2) Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori,dan
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi
b) Komposisi yang dianjurkan:
(1) Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
(2) Lemak tidak jenuh ganda < 10%
(3) Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
c) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream.
d) Konsumsi kolesterol dianjurkan kurang dari 200mg/hari.
3) Protein
a) Kebutuhan protein sebesar 10–20% total asupan energi
b) Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu dan tempe
c) Pada pasien dengan nefropati diabetic perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali
pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialysis asupan
protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang
sehat yaitu <2300 mg perhari
b) Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual
c) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda dan
bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit.
5) Serat
a) Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-
kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi
serat
b) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai sumber bahan makanan.
6) Pemanis Alternatif
a) Pemanis alternative aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman (Accepted Daily Intake/ADI)
b) Pemanis alternative dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan
pemanis tak berkalori
c) Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya
sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan
fruktosa
d) Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,
sorbitol dan xylitol
e) Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena
dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan
menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung
fruktosa alami
f) Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame
potassium, sukralose, neotame.
7)Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kkal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan
tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan,dan lain-lain.
Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus
Broca yang dimodifikasi
b) Berat badan ideal: 90% x (TB dalam cm - 100) x 1kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160cm dan
wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi
berat badan ideal (BBI) (TB dalam cm - 100) x 1kg.
- BB Normal: BB ideal ± 10%
- Kurus:kurang dari BBI – 10 %
- Gemuk: lebih dari BBI + 10%
c) Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa
Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan
rumus: IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT:
BB Normal 18,5-22,9
BB Lebih ≥ 23
Obes I 25,0-29,9
Obes II ≥30
f) Stress Metabolik
g) Berat Badan
h) Jasmani