Anda di halaman 1dari 94

ASKEP KELUARGA DENGAN PENYAKIT DIABETES MELIT

US DAN ULKUS DIABETES MELITUS DI RT 02 KENARI


JAKARTA PUSAT
FAMILY IN NURSING

KELOMPOK 2:

1. Widiyaningsih 011921016
2. Sri Andayani 011921021
3. Megawintha Wulandari 011921023
4. Sri Puspitaningrum 011921026
5. Anaztazya Indrastuti Suyono Putri 011921028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Askep Keluarga dengan Penyakit Diabetes Mellitus dan Ulkus Diabetes
Melitus” tepat pada waktunya. Penulisan ini dilakukan untuk memenuhi tugas Mata ajar
Family in Nursing.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, pengarahan serta motivasi demi terselesaikannya tugas maka
lah ini dengan baik. Terima kasih kami sampaikan kepada ibu dosen pembimbing serta koordin
ator mata kuliah kami yaitu Ns.Ulfah NK, S.Kep, M.Kep.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan selanjutnya, sekian dan terimakasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat
menyebabkan kematian atau komplikasi yang mematikan. Diabetes Mellitus merupakan
penyakit gangguan metabolik kronis yang dikenal sebagai sillent killer atau pembunuh
manusia secara diam-diam. Diabetes Mellitus dikenal sebagai Mother of Disease yang
merupakan induk penyakit-penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, dan
kebutaan Error: Reference source not found.

DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sebanyak 2% penduduk


Indonesia yang berusia >15 tahun menderita Diabetes Melitus. Diabetes Melitus paling
banyak diderita oleh perempuan, yaitu sebanyak 1,8% dan paling banyak diderita
masyarakat perkotaan, yaitu sebanyak 1,9%. Penderita Diabetes Melitus di provinsi DKI
Jakarta merupakan prevalensi yang tertinggi, yaitu sebanyak 3,4%. Sebanyak 9% penderita
tidak diobati dengan alasan paling banyak adalah merasa sudah sehat (50,4%) (Kemenkes
RI, 2018).

International Diabetes Federation (IDF) (2015) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta
orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Sedangkan Indonesia
merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India,
USA, Brazil, Rusia dan Mexico menurut Dirjen P2PL Error: Reference source not found.

Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan masalah ulkus Diabetikum. Asuhan keperawatan yang professional
diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan
diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat makalah
tentang Askep Keluarga dengan Penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus.
B. RUANG LINGKUP (Obyek dan Subyek)
1. Obyektif
Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus di
RT 02 Kenari Jakarta Pusat.
2. Subyektif
a. Kelompok Dewasa dengan penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus
di RT 02 Kenari Jakarta Pusat.
b. Kelompok Dewasa yang beresiko dengan penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Dia
betes Melitus di RT 02 Kenari Jakarta Pusat.
c. Keluarga dengan penyakit Diabetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus di RT 02
Kenari Jakarta Pusat.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Penyakit Di
abetes Melitus dan Ulkus Diabetes Melitus di RT 02 Kelurahan Kenari Jakarta Pusat
dengan pendekatan metode yang dikaitkan dengan Model Konsep Keluarga.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus Ulkus
Diabetes Melitus.
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus Ulk
us Diabetes Melitus.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan Diabetes Melitus Ulk
us Diabetes Melitus
d. Mampu menentukan intervensi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
e. Mampu melakukan implementasi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
f. Mampu melakukan evaluasi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
g. Mampu melakukan dokumentasi dengan Diabetes Melitus Ulkus Diabetes Melitus
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Konsep Keperawatan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan


beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dan
keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan


pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu
dan anaknya. Sesuai dengan PP No. 21 (1994 ) bahwa keluarga di bentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.

1. Batasan Keluarga
Batasan keluarga menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009) :

a. Keluarga merupakan unit atau sistem terkecil dari masyarakat

b. Komitmen dan keterikatan antara anggota keluarga baik ikatan emosional /


hubungan darah

c. Tinggal dalam satu daerah atau lokasi yang sama

d. Berinteraksi masing-masing di alam peran nya

e. Menciptakan atau mempertahankan budaya

2. Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009) :
a. Patrilineal: Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal: Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal: Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah
e. Keluarga kawin: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

3. Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009 ):

a. Terorganisir : keluarga adalah cermin sebuah organisasi: saling berhubungan,


saling ketergantungan antara anggota keluarga

b. Ada Keterbatasan : setiap individu memiliki keterbatasan dalam menjalankan


fungsi dan tugasnya masing-masing

c. Ada perbedaan dan kekhususan : adanya perbedaaan dan fungsinya masing-


masing

4. Tipe Keluarga

Menurut Anderson Carter, bentuk keluarga dibagi menjadi:

a. Traditional Nuclear (Keluarga Inti): terdiri dari ayah, ibu dan anak

b. Extended Family (Keluarga Besar): terdiri dari Ayah, ibu dan anak, sanak
saudara (nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi, dll)

c. Reconstituted Nuclear :pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan


kembali suami / istri ,tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya baik dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.

d. Middle Age/ Aging couple : suami sebagai pencari uang, istri di


rumah/keduaduanya bekerja di rumah, anak –anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

e. Dyanic Nuclear : suami isteri yang sudah berumur ,dan tidak mempunyai anak,
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

f. Single parent :satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak- anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.

g. Dual Carrier :suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

h. Commuter Maried :Suami Istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu- waktu tertentu.

i. Single Adult : Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah

j. Three Generation : Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu


rumah.

k. Intitutional: Anak- anak atau orang- orang dewasa tinggal dalam


suatu panti- panti.

l. Comunal : Satu rumah terdiri atas dua / lebih pasangan yang monogami dengan
anak- anaknya dan bersama- sama dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage :Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmaried parent and child : Ibu dan anak di mana perkawinan tidak di
kehendaki, anaknya di adopsi.

o. Cohibing Couple :Dua orang /satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
perkawinan.

Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di negara indonesia
di kenal dua tipe keluarga, yaitu :

a. Tradisional adalah : keluarga inti, extended family, single parent, keluarga


lansia dan single adult

b. Non tradisional adalah : Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa
pertalian darah hidup serumah , orang tua atau ayah ibu yang tidak ada ikatan
perkawinan dan anak yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, serta
keluarga homoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam
satu rumah tangga .

Menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009 )


5. Pemegang kekuasaan dalam keluarga
Menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009 )

a. Putri akal: Pihak ayah yg sangat dominan dalam penentuan pengambilan


aktifitas.

b. Matri akal: Pihak ibu yang sangat dominan dalam menentukan pengambilan
keputusan.

c. Equalitairum: Ayah dan ibu berperan dalam pengambilan suatu keputusan.


Tidak ada yg lebih dominan dari yang lain.

6. Peran keluarga

Peran keluarga menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009 );

a. Peran Ayah :

1) Suami dari istri dan anak-anak / kepala keluarga

2) Menghidupi keluarga

3) pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman

4) Anggota dari kelompok sosial

5) Anggota masyarakat

b. Peran Ibu:

1) Istri dan ibu dari keluarga

2) Membina dan mengatur urusan RT

3) Pengasuh, pelindung dan pendidikan anak-anak

4) Mencari nafkah tambahan bagi keluarga

5) Anggota dari kelompok sosial

6) Anggota masyarakat

c. Peran Anak: Melaksanakan peran psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya


Baik fisik, mental, sosial dan spiritual

7. Fungsi Keluarga
a. Pendidik : mendidik, menyekolahkan, mempersiapkan kedewasaan

b. Sosialisasi anak :mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik

c. Perlindungan :melindungi dari hal- hal yang negative, tidak nyaman

d. Perasaan: berkomunikasi, interaksi, saling pengertian, keharmonisan dalam


keluarga

e. Religius : menanamkan keyakinan

f. Ekonomis : mengatur dan memperoleh sumber- sumber penghasilan

g. Rekreatif : menciptakan suasana yang menenangkan

h. Biologis : meneruskan keturunan

Menurut Mubarak Iqbal Wahit, dkk (2009 )

8. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan (friedman, 1970 )

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yg


menyangkut kehidupan masyarakat

b. Keluarga sebagai kelompok dapat : menimbulkan, mencegah, mengabaikan, dan


memperbaiki masalah kesehatan

c. Masalah kesehatan dalam Klg saling berkaitan

d. Keluarga berperan aktif dalam pemeliharaan keluarga sebagai individu (pasien)


yang mengalami masalah kesehatan

e. Keluarga merupakan perantara efektif dan mudah untuk berbagai upaya


kesehatan masyarakat.

9. Peran perawat dalam pelayanan keluarga

1) Pendidik (educator )

Perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar


keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga nya. Pemberi perawatan
pada anggota keluarga yang sakit

2) Koordinator (Coordinator)
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan
yang umum, menyeluruh, dan berlanjut.Keperawatan berkelanjutan dapat di
laksanakan jika di rencanakan dan di koordinasikan dengan baik.koordinasi
merupakan salah satu peran utama perawat yang berkerja dengan keluarga.

3) Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung

Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya


yang sakit.perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga ,baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung atau mengawasi keluarga memberikan perawatan pada anggota yang di
rawat di rumah sakit, perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi
asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu
melakukanya di rumah,perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi
keluarga untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah
oleh perawat kesehatan masyarakat.

4) pengawas kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visite yang teratur untuk


mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5) konsultan atau penasihat

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah


kesehatan.hubungan perawat- keluarga harus di bina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat di percaya.

6) kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal

7) Advokasi

Sebagai advokat klien ,perawat berkewajiban untuk melindungi hak


keluarga.misalnya keluarga dengan sosial ekonomi lemah yang tidak mampu
memenui kebutuhan nya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari
bantuan
8) Fasilitator

Perawat membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatan nya.

9) penemu kasus

Peran perawat di sini adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan.

10) modifikasi lingkungan

Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah


maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.

10. Tahap–tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus


kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :

a. Keluarga baru (beginning family ), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru.

b. Keluarga sedang mengasuh anak ( child bearing family ), yaitu di mulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.

c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu keluarga dengan anak pertama
yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun

d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13 tahun

e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun sampai
dengan 20 tahun

f. Keluarga dengan anak dewasa , yaitu keluarga dengan anak pertama,


meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata
kembali sumber dan fasilitas, penataan yang tanggung jawab antar anak,
mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan
menantu

g. Keluarga usia pertengahan, yaitu di mulai ketika anak terakhir meninggalkan


rumah dan berakhir pada saat pensiun.

h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di mulai dari salah
satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia.

B. Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga

Menurut Friedman (2013:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua


tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka
referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.

Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga membagi dalam lima tahap
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah
keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi
rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi perawatan.

Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004)


dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan
mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat
untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang
dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga.

Friedman (2013: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
lima langkah dasar meliputi :

1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang


perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan
sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).

Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi


dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 2013: 56)
a. Pengumpulan data

1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan
tipe keluarga.

2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga

a) Kebiasaan makan: Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang


dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya
mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat pengawet,
serta emosi yang tinggi

b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan: Perilaku keluarga didalam


memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting
dalam penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli
fisiotherapi.

c) Pengobatan tradisional: Karena penderita stroke memiliki


kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan
tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi
dan sore.

3) Status Sosial Ekonomi

a) Pendidikan: Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga


dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula
terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.

b) Pekerjaan dan Penghasilan: Penghasilan yang tidak seimbang juga


berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
sakit salah satunya disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-
sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga: Menurut Friedmen
(2013:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang
unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis
seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.

5) Aktiftas: Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya


peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah
atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman,
2013:9).

6) Data Lingkungan

a) Karakteristik rumah: Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang


baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita
stroke fase rehabilitasi.

b) Karakteristik Lingkungan: Menurut (friedman,2013 :22) derajad


kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan
sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi

7) Struktur Keluarga

a) Pola komunikasi: Menurut (Friedman, 2013) Semua interaksi


perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah
komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.

b) Struktur Kekuasaan: Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi


dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan
darah pasien stroke.
c) Struktur peran: Menurut Friedman(2013), anggota keluarga
menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini
akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam
keluarga.

8) Fungsi Keluarga

a) Fungsi afektif: Keluarga yang tidak menghargai anggota


keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan
stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu
keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi
karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit (Friedman, 2013).

b) Fungsi sosialisasi: Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota


keluarga yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi
sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.

c) Fungsi kesehatan: Menurut suprajitno (2004) fungsi


mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.

9) Pola istirahat tidur: Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala


sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan.

10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga: Sebagaimana prosedur pengkajian


yang komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari
ujung rambut sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah
ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping keluarga: Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga,
sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress
anggota keluarga yang berkepanjangan.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut APD Salvari, (2013) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan


yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi potensial
atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan menyusun
intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan anggota tim
lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.

Dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :

a. Problem atau masalah: Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan


dasar manusia yang dialami oleh keluarga aatau anggota keluarga.

b. Etiologi: Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan


mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis


keperawatan keluarga adalah :

a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan


persepsi).

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).


c) Dan ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik
finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).

c. Symptom: Sekumpulan data subyektif dan objektif yang diperoleh


perawatan dari keluarga secara langsung atau tidak langsung. Tipologi
diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Diagnosis actual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh


keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

2) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang


belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual
dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat.

3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika


keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memprioritas Diagnosa
Keperawatan

3. Perencanaan Keperawatan keluarga

Menurut APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah


sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi dari
masalah keperawatan yang sering muncul.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :

a. Menentukan sasaran atau goal: Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan
tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya, dimana masalah
(Problem) digunakan untuk merumuskan tujuan akhir (TUM)

b. Menentukan tujuan atau objektif: Objektif merupakan pernyataan yang lebih


spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
perawatan yang akan dilakukan, dimana penyebab (Etiologi) digunakan untuk
merumuskan tujuan (TUK).

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan:


Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada sifat masalah
dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.

d. Menentukan kriteria dan standart kriteria: Kriteria merupakan tanda atau


indicator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedanhgkan
standart menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk
membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan
telah tercapai.

Standart mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu kepada
3 hal, yaitu :

a. Pengetahuan (Kognitif): Intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi,


gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan
keperawatan keluarga.

b. Sikap (Afektif): Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam


berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah
yang dihadapi

c. Tindakan (Psikomotor): Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota


keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan keperilaku yang
menguntungkan.

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :

a. Tujuann hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang
sesuai dengan kondisi klien.

b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.

c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi.
4. Tindakan Keperawatan atau Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga


dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
untuk mendapatkan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan
keperawatn keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun.

5. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi


dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila
hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang
baru.

Metode evaluasi keperawatan, yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)

Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan


bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan, system penulisan evaluasi formatif ini biasanya
ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan system SOAP.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,


sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan
ringkasan.
C. Konsep Diabetes Mellitus
1. Definisi

Diabetes Mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai


dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat karena kerusakan
pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Brunner, & Suddarth 2014).
Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan hiperglikemia yang disebabkan penurunan
sekresi insulin oleh sel-sel beta pulau Langerhans dalam pankreas (Guyton A.C.,
2012). Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik kronis yang
dikenal sebagai sillent killer atau pembunuh manusia secara diam-diam. Diabetes
Mellitus dikenal sebagai Mother of Disease yang merupakan induk penyakit-
penyakit lain seperti penyakit kardiovaskuler,gagal ginjal, dan kebutaan (American
Diabetes Association, 2017). Menurut penelitian (Fatimah, 2015) Diabetes Melitus
adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan
secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan
pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan
berat badan, kesemutan.

2. Etiologi

Menurut (Rendy; M, Clevo; Margareth, TH, 2012) penyebab Diabetes


Mellitus dikelompokan menjadi dua yaitu:

a. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (IDDM)

1.Faktor genetik.

Penderita Diabetes Mellitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,


tetapi mewarisi suatu kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

2.Faktor imunologi
Diabetes tipe I terjadi karena adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.

3.Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas


diantaranya virus atau toksin tertentu yang dapat memicu proses autoimun
sehingga dapat menimbulkan destruksi pada sel beta pankreas.

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor determinan


terjadinya NIDDM, dimana sekitar 80% orang dengan NIDDM adalah obesitas.
Obesitas membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Hiperglikemia
terjadi karena pankreas tidak cukup untuk menghasilkan insulin sesuai
kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami
gangguan.

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (ADA,


2014) terbagi menjadi 4 yaitu :

a. Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes Mellitus tipe I merupakan diabetes yang disebabkan karena


kerusakan sel beta pankreas dimana tubuh tidak mampu menghasilkan insulin.
Tipe ini menyebabkan defisiensi insulin absolut. Diabetes Mellitus tipe I ini
dimulai dari adanya penyakit autoimun dimana sistem imun tubuh diserang
yang kemudian berdampak pada menurunnya produksi insulin pada sel beta di
pankreas.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2


Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena gangguan sekresi insulin yang
progresif yang menjadi latar belakang terjadinya resistensi insulin atau
ketidakefektifan penggunaan insulin di dalam tubuh. Diabetes mellitus tipe 2 ini
merupakan diabetes yang paling banyak dialami oleh orang di dunia dan paling
sering diakibatkan oleh obesitas dan kurangnya latihan fisik.

c. Diabetes Tipe Lain

Diabetes tipe lain disebabkan karena adanya gangguan genetik pada fungsi
sel beta, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, dan
dipicu oleh bahan atau obat-obatan kimia.

d. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional terjadi pada saat kehamilan, tingginya kadar gula


darah terjadi pada saat kehamilan. Perempuan yang mengalami diabetes pada
saat kehamilan sangat beresiko mengalami komplikasi selama kehamilan dan
mempunyai resiko tinggi terjadinya diabetes dikemudian hari.

4. Faktor resiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus


diantaranya yaitu:

a. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah

1) Riwayat keluarga

DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Seorang anak


memiliki risiko 15 % menderita DM tipe 2 jika kedua salah satu dari kedua
orang tuanya menderita DM tipe 2. Anak dengan kedua orang tua menderita
DM tipe 2 mempunyai risiko 75 % untuk menderita DM tipe 2 dan anak
dengan ibu menderita DM tipe 2 mempunyai risiko 10-30 % lebih besar
daripada anak dengan ayah menderita DM tipe 2 (Garnita, 2012).

2) Ras atau etnis.

Dari tahun 1980-2002 prevalensi meningkat pada seluruh jenis kelamin


dan ras. Namun, dibandingkan dengan ras dan etnis lainnya ras causians,
amerika dan afrika memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingakn
dengan ras lainnya. Hal ini disebabkan karena jenis populasi ini sering
terjadi obesitas dan hipertensi (ADA, 2014).

3) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena


Diabetes Mellitus tipe 2. Penyakit ini sering terjadi pada usia dewasa lebih
dari 45 tahun. Meningkatnya risiko diabetes mellitus tipe 2 seiring dengan
bertambahnya usia dikaitkan juga dengan penurunan fungsi fisiologis tubuh
(AHA, 2014).

b. Faktor resiko yang dapat di rubah

1) Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya


untuk mengontrol kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum
diharapkan dapat menurunkan prevalensi Diabetes Mellitus baik di
Indonesia maupun di dunia di masa yang akan datang. Modifikasi gaya
hidup antara lain: menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik,
mengatur pola makan yang sehat, menghentikan merokok dan alkohol, serta
mengurangi konsumsi garam (PERKENI, Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2015) Pada penelitian (Trisnawati,
2013).

2) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya Diabetes


Mellitus tipe 2. Menurut (Kowalak, 2011) obesitas dapat menurunkan
jumlah reseptor insulin dan membuat sel tidak sensitif terhadap insulin
(resistensi insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka.
tubuh akan semakin resisten terhadap kerja insulin.

5. Manifestasi Klinis
Pada individu yang menderita Diabetes Mellitus mengalami onset yang lambat
dari manifestasi dan biasanya tidak menyadari penyakitnya hingga menimbulkan
gejala nyata dan perlu untuk mencari pertolongan petugas kesehatan (Lemone,
Burke,, & Bauldoff, 2011). Manifestasi klinis dari Diabetes Mellitus adalah
peningkatan frekuensi eleminasi urine (poliuria), peningkatan rasa haus atau asupan
cairan (polidipsi), dan peningkatan asupan makanan (polifagia). Oleh karena tanda
dan gejala Diabetes Mellitus pada setiap orang berbeda beda maka penderita
Diabetes Mellitus biasanya telah memiliki komplilkasi ketika mereka didiagnosa
menderita Diabetes Mellitus (PERKENI, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2015).
6. Pathway Diabetes Melitus dalam Keluarga

Definisi Insulin

Penurunan
Glukogen ↑ pemakainan
Glukosa oleh Sel

Glukoegenesis

Hiperglikemia

Lemak
Protein
Osmotic diuresis
Kekurangan volume

Ketogenesis BUN↑ cairan


Dehidrasi

Ketouremia Nitrogen Urin ↑


Hemokonsentrasi

↓PH

Makrovaskuler
Mikrovaskuler
Asidosis

Retina
Jantung Serebral Ekstremitas Ginjal

koma
mual, muntah Ganggren Nefropati
kematian Miokard infark Stoke Retiropati

Resti gangguan Ggn Gagal


Nutrisi Gangguan penglihatan ginjal
kurang dari
kebutuhan Integitas kulit
Resiko
injuri
Etiologi DM

Etiologi DM

Respon Keluarga
Respon Individu

Glukogen ↑ kurang pengetahuan/ketidaktahuan fakta

tidak mengetahui keadaan penyakit penyebab masalah

Glukoegenesis tidak memahami mengenal fisik, berat dan luasnya masalah

Resti gangguan
Nutrisi protein
kurang dari
kebutuhan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
BUN↑
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

ketidakmampuan keluarga merawat angota keluarga yang sakit


nitrogen Urin ↑ ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesahatan

hemokonsentrasi

makrovaskuler

Ekstremitas
jantung serebral

miokard Ganggren
infark stoke

Gangguan

Integitas kulit
7. Komplikasi

Menurut (Lemone P. B., 2016) komplikasi dari Diabetes Mellitus terbagi menjadi
dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis.

a. Komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi karena intoleransi glukosa yang berlangsung dalam


jangka waktu yang pendek. Komplikasi akut ini terdiri dari hipoglikemia,
ketoasidosis diabetes (KAD), dan sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik
(SNHH) (Tanto, 2014).

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami


penurunan dibawah 50 samapai 60 mg/dl.. Pada penelitian yang dilakukan
(Sutawardana, 2016) dalam wawancaranya terhadap beberapa responden dalam
pengalaman menghadapi episode hipoglikemia itu akan dirasakan berbeda pada
setiap partisipan, tergantung dari seberapa berat serangan tersebut. Respon yang
dirasakan pada awal serangan adalah adanya kelemahan fisik partisipan.
Mayoritas partisipan mengungkapkan bahwa mereka merasakan badan terasa
lemas yang terjadi secara spontan, sesaat serangan itu muncul sehingga kekuatan
fisik menurun secara signifikan. Respon tersebut diikuti oleh tubuh terasa
gemetar dan keluarnya keringat dingin, pandangan berkunang-kunang serta
merasa tidak enak

2) Ketoasidosis diabetes (KAD).

Ketoasidosis adalah kondisi kekacauan metabolik yang di tandai dengan


asidosis, ketosis dan hiperglikemia. Ketoasidosis diabetik adalah salah satu
komplikasi dari Diabetes Mellitus yang serius dan mengancam nyawa. Dalam
penelitian (Ridwan, 2016) mengatakan Ketoasidosis diabetik ditandai oleh
keadaan hiperglikemia, metabolik asidosis. dan peningkatan kepekatan keton
yang beredar dalam peredaran darah maupun dalam air kemih. Ketoasidosis
diabetik terjadi akibat pasokan glukosa ke dalam jaringan tubuh menurun,
sehingga terjadi hiperglikemia yang menyebabkan hasil asam lemak juga
demikian dan sebagian di antaranya akan diubah menjadi keton yang
menimbulkan metabolik asidosis dan ketonuria

3) Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemia (SNHH).

Adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan metabolisme yang


menyebabkan kadar glukosa dalam darah sangat tinggi (lebih dari 600 mg/dl dan
sering kali 1000-2000 mg/dl) yang menyebabkan perubahan tingkat kesadaran
yang berat.

b. Komplikasi Kronis

Menurut (Smeltzer, 2013) komplikasi kronis dari Diabetes Mellitus meliputi


makrovaskular, mikrovaskular dan neuropati.

1) Penyakit makrovaskular

Penyakit makrovaskular mengenai pembuluh darah besar, biasanya


mempengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer dan pembuluh darah
otak. Penyakit ini diantaranya penyakit arteri koroner, stroke (cedera
cerebrovaskular), dan penyakit vaskular perifer seperti gangren pada kaki.

2) Penyakit mikrovaskular

Penyakit mikrovaskular mengenai pembuluh darah kecil, biasanya


mempengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati).

3) Penyakit neuropati

Penyakit ini mempengaruhi saraf sensorik motorik dan otonom yang


mengakibatkan beberapa masalah seperti impotensi dan ulkus kaki.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus menurut (PERKENI, Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, 2015) dan beberapa penelitian lain
dibedakan menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis.

a. Terapi farmakologis

Pemberian terapi farmakologis harus diikuti dengan pengaturan pola makan dan
gaya hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan obat suntikan
yaitu:

1) Obat anti hiperglikemia oral

Menurut (PERKENI, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe


2 di Indonesia, 2015) berdasarkan cara kerjanya obat ini di bedakan menjadi
beberapa golongan, antara lain:

a) Pemacu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid): Efek utama obat


sulfonilurea yaitu memacu sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Cara
kerja obat ini sama dengan cara kerja obat glinid, dengan penekanan pada
peningkatan sekresi insulin fase pertama yang dapat mengatasi
hiperglikemia post prandinal.

b) Penurunan sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion


(TZD)): Efek utama dari metformin yaitu mengurangi produksi glukosa
hati (gluconeogenesis) dan memperbaiki glukosa perifer. Sedangkan efek
dari Tiazolidindion (TZD) adalah menurunkan resistensi insulin dengan
jumlah protein pengangkut glukosa sehingga mengangkut glukosa perifer.

c) Penghambat absorpsi glukosa (penghambat glucosidase alfa). Fungsi obat


ini bekerja dengan memperlambat absorpsi glukosa dalam usu halus
sehingga, memiliki efek menurunkan kadar gula darah dalam tubuh
sesudah makan.

d) Pengambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV): Obat golongan penghambat


DPP-IV berfungsi untuk menghambat kerja enzim DPP-IV sehingga GLP-
1 (Glucose Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam
bentuk aktif. Aktifitas GLP-1 untuk meningkatkan sekresi insulin dan
menekan sekresi glukagon sesuai kadar glukosa darah (glucose dependent).

2) Kombinasi obat oral dan suntikan insulin

Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak


dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oran dan insulin basal
(insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam
hari menjelang tidur. Terapi tersebut biasanya dapat mengendalikan kadar
glukosa darah dengan baik jika dosis insulin kecil atau cukup. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan melihat nilai kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya. Ketika kadar glukosa darah sepanjang hari
masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu
diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandinal serta pemberian obat
antihiperglikemia oral dihentikan

b. Terapi Non farmakologi

Terapi non farmakologi pada Diabetes Mellitus diantara nya adalah :

1) Edukasi

Dalam penelitian (Fatimah, 2015) pendidikan kesehatan sangat penting


dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan
kepada kelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatan sekunder
diberikan kepada kelompok pasien Diabetes Mellitus. Sedangkan pendidikan
kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap Diabetes Mellitus dengan penyulit menahun.

2) Terapi Nutrisi Medis (TNM).

Dalam penelitian (Fatimah, 2015) dijelaskan prinsip pengaturan makan


pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk
masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan
komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%
danprotein 10-15%.

3) Latihan jasmani atau olah raga

Menurut penelitian (Fatimah, 2015) pasien Diabetes Mellitus harus berolah


raga secara teratur yaitu Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous,
Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE). Training sesuai dengan
kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa
selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-
malasan.

D. Konsep Ulkus DM

1. Defenisi

Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial Thickness)


atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke jaringan bawah
kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita
penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul akibat dari peningkatan kadar gula
darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan
penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi,
neuroarthropati dan penyakit arteri perifer merupakan penyebab terjadinya gangren
dan amputasi ekstremitas pada bagian bawah (Tarwoto & Dkk., 2012).

2. Penyebab ulkus DM

Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen yaitu meliputi
neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi dan
edema. faktor penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2 faktor yaitu faktor
endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu genetik metabolik, angiopati diabetik,
neuopati diabetik sedangkan faktor eksogen yaitu trauma, infeksi, dan obat (Wijaya,
Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013) Terdapat 2 penyebab ulkus diabetik secara umum
yaitu neuropati dan angiopati diabetik. Neuropati diabetik adalah suatu kelainan pada
urat saraf akibat dari diabetes melitus akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri
pada kaki, apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.

3. Klasifikasi ulkus diabetikum

Klasifikasi ulkus diabetik menurut (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri,
2013) adalah sebagai berikut:

a. Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih dalam keadaan utuh dengan
adanya kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”

b. Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit.

c. Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dan tulang.

d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa adanya osteomielitis.

e. Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa adanya selulitis.

f. Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki atau sebagian pada tungkai.

4. Konsep Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM 2)

a. Pengertian perfusi perifer tidak efektif

Perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan sirkulasi darah pada level
yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2016). Sedangkan menurut
(Nurarif & Kusuma, 2015) perfusi perifer tidak efektif merupakan Penurunan
darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

b. Proses terjadinya perfusi perifer tidak efektif pada ulkus diabetikum (DM2)

Proses masalah kaki pada penderita diabetes mellitus terjadi diawali dengan
adanya hiperglikemi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motoric dan autonom menyebabkan berbagai perubahaan pada otot dan kulit yang
selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan ditribusi tekanan pada telapak
kaki dan kemudian akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan
terhadap infeksi mengakibatkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.
Faktor aliran darah yang kurang akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013).

c. Manifestasi klinis perfusi perifer tidak efektif pada ulkus diabetikum (DM 2)

Adapun manifestasi klinis dari perfusi perifer tidak efektif menurut (SDKI,
2016) :

1) Pengisian kapiler < 3 detik

2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba

3) Akral teraba dingin

4) Warna kulit pucat

5) ABI <0,90

6) Parastesia

7) Tugor kulit menurun

8) Edema

9) Penyembuhan luka lambat

10) Indek ankle-brankial index kurang dari 0,90

11) Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)

5. Penatalaksanaan Ulkus Diabetikum Dengan Perfusi Perifer Tidak Efektif

Tujuan utama penatalaksanaan ulkus diabetik adalah mencapai penutupan luka


secepatnya. Mengatasi ulkus kaki diabetik dan menurunkan kejadian berulang dapat
menurunkan kemungkinan amputasi pada ekstremitas bagian bawah pasien DM
(Tarwoto, 2012: 230). Menurut Frykberg, R. G., Zgonis, T., Armstrong, D. G.,
Driver, V. R. & M., Kravitz (2006) menyatakan area penting dalam manajemen ulkus
kaki diabetik meliputi manajemen komorbiditi, evaluasi status vaskuler dan tindakan
yang tepat pengkajian gaya hidup/faktor psikologi, pengkajian dan evaluasi ulser,
manajemen dasar luka dan menurunkan tekan. Adapun dapat diuraikan sebagai
berikut :

a. Manajemen komorbiditi.

Diabetes Mellitus merupakan penyakit multi organ, semua komorbiditi yang


mempengaruhi penyembuhan luka harus dikaji dan dimanajemen, multidisplin
untuk mencapai tujuan yang optimal pada ulkus kaki diabetik

b. Evaluasi status vaskuler

Perfusi arteri memegang peranan penting dalam penyembuhan luka dan


harus dikaji pada pasien dengan ulkus, selama sirkulasi terganggu luka akan
mengalami kegagalan penyembuhan dan berisiko amputasi. Adanya insufisiensi
vaskuler dapat berupa edema, karakteristik kulit yang terganggu (tidak ada
rambut, penyakit kuku, penurunan kelembaban), penyembuhan lambat,
ekstremitas dingin, penurunan pulsasi perifer (Tarwoto, 2012: 239).

c. Pengkajian gaya hidup/faktor psikososial

Gaya hidup dan faktor psikologi dapat mempengaruhi penyembuhan luka.


Contoh, merokok, alkohol, penyalahgunaan obat, kebiasaan makan, obesitas,
malnutrisi dan tingkat mobilisasi dan aktivitas. Selain itu depresi dan penyakit
mental juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan (Tarwoto & Dkk., 2012)

d. Pengkajian dan evaluasi ulkus.

Pentingnya evaluasi secara menyeluruh tidak dapat dikesampingkan.


Penemuan hasil pengkajian yang spesifik akan mempengaruhi secara langsung
tindakan yang akan dilakukan. Evaluasi awal dan deskripsi yang detail menjadi
penekanan meliputi lokasi, ukuran, kedalaman, bentuk, 44 inflamasi, edema,
eksudat (kualitas dan kuantitas), tindakan terdahulu, durasi, kalus, maserasi,
eritema dan kualitas dasar luka (Tarwoto & Dkk., 2012)

e. Manajemen jaringan/tindakan dasar ulkus.

Tujuan dari debridemen adalah membuang jaringan mati atau jaringan yang
tidak penti. Debridemen jaringan nekrotik merupakan komponen integral dalam
penatalaksanaan ulkus kronik agar ulkus mencapai penyembuhan

f. Penurunan Tekanan/Off-Loading

Menurunkan tekanan pada ulkus kaki diabetic adalah tindakan yang penting.
Off-loading mencegah trauma lebih lanjut dan membantu meningkatkan
penyembuhan. Delmas (2006) menyatakan ulkus kaki diabetic merupakan luka
komplek yang dalam penatalaksanaannya harus sistematik, dan dengan
pendekatan tim interdisiplin.

E. Kebijakan Pemerintah Nasional dan NGO

1. Kebijakan

Untuk mencapai tujuan dari pengendalian DM dan PM,perlu di tetapkan kebijakan


teknis sebagai berikut :

a. Menetapkan standar, norma, pedoman, kriteria kesehatan dan prosedur kerja dengan
mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku

b. Menyelenggarakan pengendalian dm dan pm melalui pencegahan dan


penanggulangan faktor risiko, penemuan dan tatalaksana kasus secara tepat,
surveilans epidemiologi dan komunikasi, informasi dan edukasi (kie) dm dan pm

c. Mengembangkan dan meningkatkan surveilans epidemiologi di sarana pelayanan


kesehatan sebagai bahan informasi dan perencanaan program pengendaliaan dm dan
pm

d. Meningkatkan kemampuan petugas dan masyarakat serta mengupayakan


ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengendalian dm dan pm

e. Meningkatkan jejaring kerja lintas program , lintas sektor dan stake holder terkait
baik di pusat maupun provinsi, dan kabupaten / kota

f. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat kearah kemandirian melalui


pendekatan kelembagaan di tingkat desa/ kelurahan

g. Meningkatkan peran pemerintah provinsi, ,kabupaten/ kota dan masyarakat dalam


perencanaan ,pelaksanaan dan evaluasi upaya pengendalian dm dan pm

2. Strategi

Untuk mencapai keberhasilan program secara efektif dan efisen, perlu


dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu :

a. Pengendalian DM dan PM berdasarkan fakta (evidence- based ) dan skala prioritas.

b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak legislatif dan stake
holder serta pemerintah daerah

c. melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program pengendalian DM dan


PM

d. Intensifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan faktor resiko , surveilans,


epidemiologi, penemuan dan tatalaksana kasus serta KIE DM dan PM

e. Meningkatkan kemitraan melalui jejaring kerja baik nasional, regional maupun


internasional

f. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil – hasil penelitian atau
kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan program pengendalian DM dan
PM

g. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan berbagai kelompok masyarakat di


desa/ kelurahan seperti posyandu, poslansia , dll

h. Meningkatkan peran dan fungsi sesuai kewenangan daerah serta memanfaatkan


sumber daya pusat melalui sistem penganggaran (dana dekonsentrasi dan
perbantuan)

3. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja pengendalian DM dan PM secara bertahap di mulai dari tahap


perencanaan , pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi

a. Perencanaan

1) Estimasi kebutuhan masyarakat dan advokasi / kebijakan. Estimasi kebutuhan


masyarakat di maksudkan untuk mengetahui besaran masalah DM dan PM serta
faktor risikonya sebagai bahan dasar dalam advokasi kepada pembuat kebijakan

2) Koordinasi integrasi kebijakan dan strategi pengendalian DM dan PM.


Pengendalian DM dan PM difokuskan kepada pengendalian faktor risikonya
secara menyeluruh dan terintegrasi.

3) Identifikasi kebijakan dan strategi untuk pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan


kegiatan pengendalian DM dan PM perlu memperhatikan kebijakan pusat dan
daerah agar kegiatan yang dilaksanakan dapat sinkron/ sesuai kebutuhan dan
berkelanjutan

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pengendalian DM dan PM dilakukan melalui tiga tahapan, baik di


Pusat, Daerah, maupun terhadap individu. Ketiga tahapan tersebut adalah:

1) Tahap pelaksanaan inti ( core )

Yaitu kegiatan pengendalian tepat guna sesuai dengan sumber daya yang
sudah dimiliki dengan kondisi daerah setempat dan segera dapat dilaksanakan

2) Tahap implementasi yang diinginkan (desirable )

Yaitu intervensi yang sesuai standard tatalaksana dan berdasarkan fakta


(evidence-based ) untuk jangka waktu panjang

c. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi di perlukan untuk menjamin agar strategi pengendalian


DM dan PM dapat dilaksanakan, di pantau dan di evaluasi secara efisien dan efektif

1) Monitoring

Adalah penilaian secara terus- menerus terhadap fungsi kegiatan baik dalam
jadwal pelaksanaan maupun input dan sasaran kegiatan.monitoring merupakan
bagian penting yang integral dalam managemen sehari-hari (casey & kumar,
1987), monitoring dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a) Monitoring dengan melakukan kunjungan lapangan (field visit)

b) Monitoring dengan mendapatkan laporan kemajuan (progress report) yang di


peroleh dari laporan masing-masing pengelola program.

2) Evaluasi

Adalah penilaian secara berkala terhadap relevansi, penampilan efisiensi dan


dampak kegiatan tentang waktu ,tempat dan sasaran (casey & kumar, 1987).
Evaluasi dapat dilakukan pada tahap :
a) Perencanaan (Ex- ante Evaluation)

b) Kegiatan sedang berjalan (On- going Evaluation)

c) Kegiatan sudah selesai (Terminal Evaluation)

d) Kegiatan sudah berfungsi (Ex-Post Evaluation)

Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi sebagai berikut:

1) Obyektif dan profesional

2) Transparan

3) Partisipatif

4) Akuntabel

5) Tepat waktu

6) Berkesinambungan

7) Berbasis indikator kinerja

d. Dasar Hukum

1)Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia tahun 2004 no 116, Tambahan Lembaran negara no 4431)

2)Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara


Republik Indonesia tahun 2009 no 153, Tambahan Lembaran negara no 5072)

3)Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran


Negara Republik Indonesia tahun 2009 no 144, Tambahan Lembaran negara no
5063)

4)Perpres no 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


2015 – 2019

5)Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kedudukan, Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian dan Lembaga Negara

6) Permenkes no 75/2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


7) Permenkes no 59/2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan

8) Permenkes no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klini Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer

9) Rancangan Standard Pelayanan Minimal Kabupaten/ Kota tahun 2015

10) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 853/MENKES/SK/IX/2009


tanggal 25 September 2009 tentang Tim Jejaring Kerja Nasional Pengendalian
Penyakit Tidak menular (Tim JKN PPTM)

11) Keputusan Menteri Kesehatan No. 1144 tahun 2010 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

12) Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.03.01/160/160/I/2010, tentang Rencana


Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014

13) Resolution adopted by General Assembly on 13 May 2014; 68/271 Scope and
modalities of the comprehensive review and assessment of the pogress achieved in
the prevention and control of Non Communicable diseases

14) Resolution adopted by General Assembly on 13 July 2014; 68/30 Outcome


document of high level meeting ofthe General Assembly on the comprehensive
review and assessment of the progress achieved in the prevention and control of
NCD

15) Global Action Plan for Prevention and Control of NCD 2013-2020

16) Political Declaration of the High Level meeting of the General Assembly on the
Prevention and control of Non Communicable Diseases (66/117), 16 September
2011

e. Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia

Program pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan oleh PT.Merck


Indonesia Tbk bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi profesi (PERKENI)
dan organisasi kemasyarakatan (PERSADI dan PEDI) yaitu program bertajuk Pandu
Diabetes dengan simbol Titik Oranye. Melakukan kegiatan-kegiatan antara lain
memberikan informasi dan edukasi mengenai Diabetes Mellitus dan pemeriksaan
kadar gula darah secara gratis bagi sejuta orang yang telah diluncurkan oleh Menkes
pada 15 Maret 2003. Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadillah Supari, Sp. JP(K) akan
membentuk direktorat baru di Departemen Kesehatan untuk menangani Penyakit
Tidak Menular (PTM )karena berdasarkan data Depkes untuk jumlah pasien Diabetes
rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama untuk
seluruh penyakit endokrin.(Depkes,2005)Terdapat klinik kaki diabetes di salah satu
rumah sakit milik pemerintah yang merupakan bentuk layanan yang diberikan bagi
penderita diabetes. Ini salah satu bentuk perhatian pemerintah kepada penderita
Diabetes Mellitus mengingat penderita Diabetes sangant rentan untuk terkena infeksi,
hal ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi amputasi kaki akibat pekait
Diabetes Mellitus.

Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru


mengenai pencegahan diabetes, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada bulan
Desember 2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus IDF baru
ini merekomendasikan bahwa semua individu yang beresiko tinggi terjangkiti
diabetes tipe-2 dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter,
perawat, apoteker dan dengan pemeriksaan sendiri. Profesor George Alberti, mantan
presiden IDF sekaligus penulis bersama konsensus baru IDF mengatakan: “Terdapat
banyak bukti dari sejumlah kajian di Amerika Serikat, Finlandia, Cina, India dan
Jepang bahwa perubahan gaya hidup (mencapai berat badan yang sehat dan kegiatan
olahraga yang moderat) dapat ikut mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada
mereka yang beresiko tinggi (2-6). Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal
ini haruslah merupakan intervensi awal bagi semua orang yang beresiko terjangkiti
diabetes tipe-2, dan juga fokus dari pendekatan kesehatan penduduk.” (SUMBER:
Federasi Diabetes Internasional)

f. Isu Mutakhir

Isu mutakhir tentang penyakit Diabetes Mellitus adalah :

1) Adanya hubungan timbal balik antara periodontitis (infeksi pada mulut) dengan
Diabetes Mellitus, keterlibatan dokter gigi dalam penanganan pasien Diabetes
Mellitus perlu ditingkatkan. (Saidina Hamzah Daliemunthe,2003)

2) Dokter gigi dituntut untuk lebih aktif memposisikan diri sebagai mitra dokter
umum/dokter spesialis dalam penanganan pasien Diabetes Mellitus. (Saidina
Hamzah Daliemunthe,2003)

3) Perlu adanya perlindungan kepada obat tradisional untuk penyakit Diabetes


Mellitus agar tetap asli dari tanaman obat dan tidak diberi tambahan zat kimia.
(Siti Sapardiyah Santoso, 2003)

4) Perlu dipelajari lebih lanjut dengan mengadakan pendekatan kasus dengan


metode penelitian yang khusus pula mengapa penderita IDDM dapat bertahan
hidup selama 1 minggu tanpa insulin dengan melalui penggantian insulin atau
adaptasi. (Haryadi Suparto, 2004)

5) Obat anti Diabetes oral sebaiknya tidak diberikan pada Diabetes Mellitus dengan
Tuberkulosis paru karena adanya efek rifampicin dan isoniazid yang mengurangi
efek obat tersebut. (Harsinen Sanusi, 2004)

6) Kadar glukosa darah yang terkontrol pada penderita Diabetes Mellitus dapat
menurunkan derajat kegoyahan gigi sebesar 51,45%. (Md Ayu Lely S, 2004)

7) Melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan aktif yang diisolasi


dari buah mengkudu untuk mengetahui efeknya dalam menurunkan kadar gula
darah. (Ramadhani RB,2001)

8) Perlu dikembangkan kegiatan di kelompok-kelompok masyarakat guna


meningkatkan pengetahuan kesehatan terutama gizi, sehingga masyarakat
mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk menangani masalah kesehatan
yang dihadapinya. (Yuli Kusumawati, 2006)

9) Perlunya melakukan penelitian isolasi kandungan Eugenia Polyantha dan


menguji khasiat hipoglikemianya untuk menurunkan kadar glukosa darah. (Herra
Studiawan,2004)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Contoh Kasus

Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 April 2019. Hampir seluruh keterangan atau data
berasal dari keluarga Ny. S. Dalam memberikan data kesehatan, keluarga Ny. S dapat
berkomunikasi secara baik dengan mahasiswa serta mau terbuka dalam menyampaikan
informasi atau masalah yang sedang dihadapi sehingga sangat membantu dalam proses
pengkajian. Klien adalah keluarga Ny. S, berusia 64 tahun, jenis kelamin perempuan.
Pendidikan terakhir S1. Alamat Jl. Kenari 4 RT.02, Jakarta Pusat. Di keluarga Ny. S tidak ada
yang menderita penyakit Diabetes Melitus. Ny. S didiagnosa Diabetes Melitus sekitar 6 tahun
yang lalu

Dari pengkajian yang telah dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di keluarga Ny.
S adalah Ny. S yang menderita Diabetes Melitus. Tidak terdapat luka. Pada pemeriksaan
kadar gula darah sewaktu didapat hasil GDS Ny. S adalah 173 mg/dL. Berat badan Ny. N
adalah 58 kg dengan tinggi badan 153 cm. Tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 84x/menit,
RR 20x/menit dan suhu 36,2°C. Ny. N mengatakan rutin mengkonsumsi obat anti diabetes
metformin 3 x 500 mg,jika dirasa badan enak obat tidak diminum. Ny. S dan keluarga
mengatakan mengetahui sedikit tentang penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit kencing
manis karena mengkonsumsi makanan manis berlebihan dan pola hidup yang tidak sehat,
tetapi tidak mengetahui secara rinci. Ny. S memiliki BPJS, digunakan jika berobat.

B. Pengkajian Keluarga

1. Data umum

a. Nama KK : Tn. P

b. Usia : 67 Tahun

c. Pendidikan : D3
d. Pekerjaan : Pensiunan

e. Alamat : Jl. Kenari RT.02, Jakarta Pusat

f. Komposisi Keluarga

No Nama Jk Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Status


dgn kel kesehatan
1. Tn. P L KK 67 D3 pensiunan sehat
2 Ny. S P Istri 64 S1 Pensiunan Diabetes
THN melitus
3 Ny A P Anak 36 D3 Swasta sehat
THN
4 Ny H P Anak 26 S1 Swasta sehat
THN

Genogram

Keterangan :
= Laki- laki = Perempuan

= Pasien diabetes melitus = Sudah Meninggal

= Dalam Satu Rumah

g. Tipe Keluarga

Keluarga Ny. S dengan tipe keluarga Traditional Nuclear. Keluarga inti terdiri dari
suami, istri, dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
legal dalam satu ikatan perkawinan, Ny. S tinggal bersama suami serta anak bungsu
nya yang berusia 26 tahu dan belum menikah sedangkan anak tertua sudah menikah
dan sudah memisahkan diri.

h. Suku dan Bangsa

keluarga Ny. S berasal dari suku Batak, bahasa yang digunakan sehari - hari yaitu
bahasa Indonesia dan Batak, dan keluarga Ny. S tidak mempunyai kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan klien

i. Agama

Keluarga Ny. S menganut agama Protestan. Ny. S dan keluarga selalu melakukan doa
bersama saat malam sebelum tidur dan subuh pukul 04.00 secara rutin, keluarga Ny. S
juga aktif dan rutin beribadah ke gereja. Keluarga Nys. S tidak memiliki pantangan
apapun yang berkaitan dengan keagamaan terhadap kesehatan.

j. Status Ekonomi Keluarga

Keluarga Ny. S termasuk keluarga sejahtera tahap III. Ny. S dan Tn. P adalah seorang
pensiunan dan tidak memiliki pekerjaan lain lagi. Selama ini untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari yaitu makan, bayar tagihan listrik, air dll di tanggung bersama
dari hasil gaji pensiunan Ny. S dan Tn. P. Ny. S mengatakan selama ini keluarganya
hidup berkecukupan, untuk jaminan kesehatan keluarga Ny. S memiliki BPJS,
keluarga memiliki fasilitas televisi, tempat tidur yang cukup nyaman bagi keluarga,
handphone sebagai sarana komunikasi serta mobil dan motor sebagai sarana
transportasi. Selain dari hasil gaji pensiunan, Ny. H yang merupakan anak dari Tn. P
dan Ny. S sudah bekerja dan hasil gajinya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga.

k. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Ny. S di saat hari libur melakukan rekreasi ketempat – tempat hiburan
bersama keluarga, anak serta cucu nya.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan saat ini

Keluarga Ny. S merupakan tahap keluarga tahap VI yaitu keluarga dengan anak
dewasa atau pelepasan ( launching center families). Semenjak Ny. S sakit, Tn . P yang
merawat Ny. S dibantu oleh anaknya yaitu Ny. H.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:

semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, selama Ny. S sakit semua tahap
perkembangan masih dapat dipenuhi dengan bantuan suami. Tahap yang belum
terpenuhi yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang di dapatkan melalui perkawinan anak-anak dan menciptakan lingkungan
rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.

c. Riwayat Keluarga Inti

Ny. S menderita diabetes mellitus sejak6 tahun yang lalu dan mendapat terapi
metformin 3 x 500 mg. Dalam keluarga Ny. S hanya Ny. S yang menderita Diabetes
Melitus. Seluruh anggota keluarga tidak memiliki riwayat hipertensi, asma maupun
penyakit lain, seluruh anggota keluarga rutin cek up kesehatan ke puskesmas. Ny. S
berobat dengan menggunakan BPJS dan akan memeriksakan kesehtannya di
puskesmas apabila ada yang mengantarkannya. Tn. P biasanya yang mengantar Ny. S
ke puskemas. Tn. P sehari-harinya tidak bekerja. Ny. H bekerja tidak jauh dari
rumahnya.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya

berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ny. S bahwa dalam keluarga Ny. S dan Tn.
P terutama Ny. S sebelumnya tidak ada riwayat penyakit keturunan Diabetes Melitus

3. Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

keluarga Ny. S memiliki luas tanah 900 m2 dan memiliki luas bangunan rumah 17 x
14 m2 . Bangunan tersebut milik sendiri, Rumah Ny. S memiliki 3 kamar, 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 2 kamar mandi dan wc. penataan alat/ perabot rumah
tangga yang cukup rapi, ventilasi/penerangan bagi keluarga Ny. S cukup memadai
sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah. Lantai rumah tampak bersih, hal ini
terlihat dari tidak adanya kotoran pada lantai, lingkungan rumah bersih, lantai rumah
menggunakan tegel, dinding rumah terbuat dari beton. Halaman depan rumah keluarga
Ny. S dimanfaatkan untuk menanam bunga hias dan sayur – sayuran. Untuk
penggunaan air keluarga Ny. S menggunakan sumber air PDAM, dan sumber listrik
dari PLN.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitor RW

keluarga Ny. S tinggal di lingkungan dengan beragam suku (Jawa, Banjar, Kutai,
Bugis, Batak, dan lain-lain). Ny. S. mengatakan tetangganya orang yang ramah,
terkadang mereka berkumpul untuk mengobrol

c. Mobilitas Geografis Keluarga

keluarga Ny. S berasal dari Sumatera lalu pindah dan tinggal mengontrak rumah di
jakarta Jln. Ahmad Dahlan pada tahun 1985, lalu pindah lagi ke Jln. Kenari RT.02
pada tahun 1987, keluarga Ny. S merasa senang karena sudah memiliki rumah pribadi.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

Ny. S mengaku jarang berkumpul dan bercerita dengan tetangga hanya sewaktu –
waktu, dan saat ada waktu luang Ny. S sering bermain bersama cucu – cucu nya.
e. Sistem Pendukung Keluarga

semua anggota keluarga Ny. S dan Tn. P dalam kondisi sehat antara anggota keluarga
saling menyayangi dan membantu satu sama lain.

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga

keluarga Ny. S berkomunikasi sehari - harinya menggunakan bahasa Indonesia dan


Batak. Dalam keadaan emosi keluarga Ny. N menggunakan kalimat positif, setiap
masalah dalam keluarga selalu dirembukkan dan mencari jalan keluarnya dengan
musyawarah keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga

Ny. S mengatakan orang yang terdekat dengan nya adalah anak bungsu nya yaitu Ny.
H

c. Struktur peran (formal dan informal)

keluarga Ny. S mampu menjalankan perannya dengan baik. Tn. P berperan sebagai
kepala keluarga, suami, ayah dan kakek. Ny. S berperan sebagai seorang istri, ibu dan
nenek yang bertugas dalam menjalankan peraturan rumah tangga dan mencurahkan
kasih sayang bagi semua anggota keluarga. Ny. H berperan sebagai anak yang masih
tinggal satu rumah dengan Ny. S dan Tn. P.

d. Nilai dan norma keluarga

Ny. S dan keluarganya menganut agama Protestan dan norma yang berlaku di
masyarakat dan adat istiadat orang Batak. Ny.S juga mengajarkan pentingnya
bersikap/sopan santun dengan orang lain. Apabila ada keluarga yang sakit, keluarga
mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang Tuhan berikan agar keluarga dapat lebih
kuat

5. Fungsi Keluarga

a. Keluarga afektif
keluarga Ny. S selalu menyayangi dan perhatian kepada seluruh anggota keluarganya
terutama anak – anaknya, selalu mendukung untuk bersikap sopan dan santun.

b. Fungsi social

interaksi Ny. S dengan suami dan anaknya terjalin dengan sangat baik saling
mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan satu sama lain. Ny. S dan Tn.
P selalu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarganya.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan diabetes mellitus, hal ini di
tunjukkan dengan keluarga kurang mengetahui dampak masalah kesehatan akibat
penyakit diabetes mellitus. Keluarga tidak tahu bahwa diabetes mellitus harus terus
menkontrol gula darah agar selalu stabil dan rutinminum obat serta rutin control ke
puskesmas

6. Stres dan Koping Keluarga

Ny. S mengatakan Ny. S dan keluarga sudah tidak terlalu stress dengan penyakitnya
seperti awal terdiagnosa, Ny. S tahu apabila dirawat dengan baik, penyakit gula darah nya
dapat terkontrol. Respon keluarga terhadap stressor : Keluarga Ny. S berusaha berobat dan
memeriksakannya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Apabila ada
permasalahan keluarga, Ny. S dan Tn. P selalu menyelesaikannya dengan musyawarah
dan tenang dalam mengambil keputusan di dalam keluarga.

7. Pemeriksaan Fisik

No Komponen Ny S Tn P Ny A Ny H
1 Kepala Rambut pendek Rambut Rambut Rambut
lurus, pendek ikal, panjang lurus, panjang ikal,
penyebaran penyebaran penyebaran penyebaran
merata beruban, merata, merata, hitam, merata hitam,
bersih, tidak beruban, bersih, tidak bersih, tidak
ada kelainan bersih, tidak ada kelainan ada kelainan
ada kelainan
2 Mata Sklera tidak ., Sklera Sklera tidak Sklera tidak
ikterus, tidak ikterus, ikterus, ikterus,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peradangan, peradangan peradangan peradangan
mata klien
sering berair
3 Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen, ada serumen,
tidak ada luka tidak ada tidak ada luka tidak ada luka
luka
4 Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
ada secret, tidak ada secret, ada secret, ada secret,
ada kelainan tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan kelainan kelainan
5 Mulut Stomatitis tidak Stomatitis Stomatitis tidak Stomatitis tidak
ada, terdapat tidak ada, ada, terdapat ada, terdapat
karang gigi, terdapat karang gigi, karang gigi,
gigi graham karang gigi, gigi graham gigi graham
kanan bawah gigi graham kanan bawah kanan bawah
tanggal kanan bawah tanggal tanggal
tanggal
6 Leher & Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan
tenggorokan menelan tidak menelan menelan tidak menelan tidak
ada, tidak ada tidak ada, ada, tidak ada ada, tidak ada
kelenjar tiroid tidak ada kelenjar tiroid kelenjar tiroid
dan tidak ada kelenjar dan tidak ada dan tidak ada
pembesaran tiroid dan pembesaran pembesaran
kelenjar limfe tidak ada kelenjar limfe kelenjar limfe
pembesaran
kelenjar
limfe
7 Dada & paru Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada simetris, dada dada simetris, dada simetris,
vesikuler, sonor simetris, vesikuler, vesikuler,
seluruh lapang vesikuler, sonor seluruh sonor seluruh
paru, Ronkhi (-) sonor seluruh lapang paru, lapang paru,
Stridor (-) lapang paru, Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Ronkhi (-) Stridor (-) Stridor (-)
tidak ada otot Stridor (-) Wheezing (-) Wheezing (-)
bantu Wheezing (-) tidak ada otot tidak ada otot
pernapasan tidak ada otot bantu bantu
bantu pernapasan pernapasan
pernapasan
8 Jantung BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II :
tunggal, tunggal, tunggal, tunggal,
intensitas kuat, intensitas intensitas kuat, intensitas kuat,
tidak ada bunyi kuat, tidak tidak ada bunyi tidak ada bunyi
jantung ada bunyi jantung jantung
tambahan jantung tambahan tambahan
tambahan
9 Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada nyeri tekan, tekan, tidak ada tekan, tidak ada
massa tidak ada massa massa
massa
10 Ekstermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
bebas, tidak ada bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak
cidera, namun ada cidera ada cidera ada cidera
tangan dan kaki
klien sering
terasa kebas
dan kesemutan
11 Kulit Warna . kulit putih, Warna kulit Warna kulit Warna kulit
tidak ada bekas sawo matang, putih, turgor putih, turgor
luka, tidak ada turgor kulit kulit baik, tidak kulit baik, tidak
tanda - tanda baik, tidak ada tanda - ada tanda -
infeksi, turgor ada tanda – tanda infeksi, tanda infeksi,
kulit baik tanda infeksi, turgor kulit turgor kulit
turgor kulit baik baik
baik
12 Kuku Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan
Bersih CRT < 2 Bersih CRT Bersih CRT < Bersih CRT <
detik < 2 detik 2 detik 2 detik
13 Bb 58 kg 75 kg 60 kg 57 kg
14 Tb 153 cm 170 cm 164 cm 165 cm
15 Tanda–tanda TD : 140/100 TD : 140/90 TD : 130/80 TD : 120/90
vital mmHg N : mmHg N : mmHg N : mmHg N :
88x/menit RR : 86x/menit 84x/menit RR : 80x/menit RR :
20x/menit T : RR : 20x/menit T : 20x/menit T :
36.4°c 20x/menit T : 36.5°c 36.2°c
36.3°c

8. Harapan Keluarga

Ny. S berharap keluarga nya selalu sehat, tidak ada keluarga yang memiliki penyakit,
Keluarga juga berharap petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik lagi, tepat dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan petugas
kesehatan

9. Penjajagan Tahap II

a. Kemampuan keluarga mampu mengenal masalah

Keluarga Tn. P khususnya Ny. S mengatakan hanya tahu beberapa tentang penyakit
Diabetes Melitus adalah penyakit kencing manis karena mengkonsumsi gula
berlebihan tetapi tidak tahu secara rinci (pengertian, tanda dan gejala, serta
komplikasi).

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Keluarga Tn. P khususnya Ny. S jarang melakukan pemeriksaan rutin di puskesmas.


Tetapi jika sakit segera ke puskesmas.

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga Tn. P memberikan obat anti diabetes jika Ny. S gula darahnya diatas normal,
selain itu tidak tau bagaimana cara merawatnya.

d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan

Keluarga Tn. P mengatakan tidak tau bagaimana cara menangani diabetes dengan obat
herbal atau terapi lainnya.

e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Keluarga Tn. P mengatakan jika sakit ke puskesmas.

Analisa Data

No Data Fokus Masalah Penyebab


1 DS : Kurang Ketidakmampuan
- Ny. S dan keluarga pengetahuan keluarga mengenal
mengatakan hanya tahu masalah kesehatan
beberapa tentang penyakit Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus adalah
penyakit kencing manis
karena mengkonsumsi gula
berlebihan tetapi tidak tahu
secara rinci (pengertian, tanda
dan gejala, serta komplikasi).
- Ny. S dan keluarga
mengatakan tidak tahu
bagaimana cara yang benar
merawat keluarga sakit
Diabetes Melitus.
- Ny. S dan keluarga tahu
penyakit Diabetes Melitus
adalah penyakit keturunan
tetapi keluarga Ny. S tidak
ada riwayat Diabetes Melitus.
DO :
- Ny. S dan keluarga tidak
dapat menjawab sebagian
pertanyaan tentang penyakit
Diabetes Melitus.
2 DS : Resiko ketidak Ketidakmampuan
- Ny. S mengatakan gula darah seimbangan kadar keluarga merawat
nya naik turun. gula darah anggota keluarga
- Ny. S mengatakan rutin yang sakit Diabetes
mengkonsumsi obat anti Melitus
diabetes
- Ny. S mengatakan hanya
sesekali memeriksa kadar
gula darahnya di rumah.
- Ny. S mengatakan
mengatakan apabila gula
darahnya tinggi Ny. S sering
lapar.
- Ny. S dan keluarga
mengatakan tidak begitu
paham tentang diit penderita
Diabetes Melitus, tetapi
- Ny. S mengkonsumsi
oatmeal, gula dan susu khusus
Diabetes serta beras merah.
DO :
- GDS : 173 mg/dL.
- Ny. S mendapat obat oral
(Metformin 3x1/hari).
- Ny. S tidak mendapat obat
injeksi

3 DS : Resiko tinggi Ketidakmampuan


- Ny. S mengatakan matanya terjadi komplikasi Keluarga mengenal
sering berair dan mengganggu Diabetes Melitus masalah Diabetes
penglihatannya. Melitus.
- Ny. S mengatakan pada kedua
telapak kaki nya terkadang
terasa kebas dan kesemutan.
- Ny. S mengatakan beberapa
waktu yang lalu
- Ny. S digigit nyamuk lalu
digaruk dan menjadi luka,
luka nya membesar dan
lambat sembuh pada saat itu.
- Ny. S mengatakan sudah tidak
rutin berolahraga jogging
seperti dulu lagi karena tidak
ada teman, tetapi Ny. S
melakukan yoga di sela sela
aktivitas nya di rumah
3x/seminggu
- Ny. S dan keluarga
mengatakan tidak tahu
aktivitas olahraga untuk
pasien Diabetes Melitus.
DO :
- Terdapat bekas luka gigitan
nyamuk yang sudah sembuh
menjadi hitam pada bagian
kaki kiri Ny. S.
- Ny. S menggunakan salep
dari puskesmas untuk
mengatasi luka nya.
C. Skoring Masalah

Perencanaan Keperawatan di mulai dengan memprioritaskan masalah dengan cara scoring.

a. Resiko ketidakseimbangan kadar gula darah b/d Ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang sakit Diabetes Melitus.

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah. 3 1 3/3 𝑥 1 = 1 Klien mengalami
Skala : ketidakseimbangan kadar gula
Aktual 3 darah karena ketidakmampuan
Resiko 2 keluarga merawat anggota
Potensial 1 keluarga dengan Diabetes
Melitus
Kemungkinan masalah 2 2 2/2 𝑥 2 = 2 Sumber daya keluarga ada
dapat diubah. (pendidikan, kemauan
Skala: menerima perubahan).
Mudah 2 Keluarga mempunyai motivasi
Sebagian 1 tinggi untuk merawat
Tidak dapat 0 responden agar kondisi
kesehatannya membaik
Potensi masalah untuk 2 1 3/3 𝑥 1 = 1 Masalah untuk dicegah tinggi
dicegah. Skala: dengan melibatkan keluarga,
Tinggi : 3 perawat dan juga kemauan
Cukup 2 klien mengingat banyaknya
Rendah 1 faktor yang berpengaruh
terhadap kadar gula darah
Menonjolnya masalah. 1 1 1/2 𝑥 1 = Keluarga mengerti bahwa
Skala : 1/2 kadar gula darah yang terlalu
Masalah berat harus tinggi secara terus menerus
segera di tangani 2 berbahaya bagi klien, tetapi
Ada masalah tapi tidak keluarga mengatakan tidak
perlu ditangani 1 mengetahui cara merawat
Masalah tidak klien dengan Diabetes Melitus.
dirasakan 0
Jumlah skor = 4 1/2

b. Kurang pengetahuan b/d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan


Diabetes Melitus

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah. 2 1 2/3 𝑥 1 = Klien dan keluarga
Skala : 2 /3 mengetahui beberapa
Aktual 3 tentang penyakit Diabetes
Resiko 2 Melitus tetapi tidak rinci
Potensial 1 terutama bagaimana cara
perawatan anggota keluarga
dengan Diabetes Melitus.
Kemungkinan masalah 2 2 2/2 𝑥 2 = 2 Sumber daya keluarga ada
dapat diubah. (pendidikan, kemauan
Skala: menerima perubahan).
Mudah 2 Keluarga mempunyai
Sebagian 1 motivasi tinggi untuk
Tidak dapat 0 merawat responden agar
kondisi kesehatannya
membaik
Potensi masalah untuk 3 1 3/3 𝑥 1 = 1 Masalah dapat dicegah
dicegah. Skala: dengan paparan informasi
Tinggi : 3 dari tenaga kesehatan dan
Cukup 2 sumber lain seperti buku
Rendah 1 dan jurnal kesehatan
Menonjolnya masalah. 2 1 2/2 𝑥 1 = 1 Klien dan keluarga mau
Skala : bekerjasama dengan tenaga
Masalah berat harus segera medis dalam pencegahan
di tangani 2 dan perawatan Diabetes
Ada masalah tapi tidak Melitus
perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah skor = 4 2/3

c. Resiko tinggi terjadi komplikasi Diabetes Melitus b/d Ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah Diabetes Melitus

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah. 3 1 3/3 𝑥 1 = 1 Klien mengalami kebas dan
Skala : kesemutan pada telapak
Aktual 3 kakinya serta penglihatan
Resiko 2 yang terganggu akibat mata
Potensial 1 yang berair karena
ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
kesehatan Diabetes Melitus
Kemungkinan masalah 2 2 1/2 𝑥 2 = 1 Sumber daya keluarga ada
dapat diubah. (pendidikan, kemauan
Skala: menerima perubahan).
Mudah 2 Keluarga mempunyai
Sebagian 1 motivasi tinggi untuk
Tidak dapat 0 merawat responden agar
kondisi kesehatannya
membaik.
Potensi masalah untuk 2 1 2/3 𝑥 1 = Masalah untuk dicegah
dicegah. Skala: 2/3 cukup dengan melibatkan
Tinggi : 3 keluarga, perawat dan juga
Cukup 2 kemauan klien untuk
Rendah 1 mencegah terjadinya
komplikasi
Menonjolnya masalah. 2 2 2/2 𝑥 1 = 1 Klien dan keluarga
Skala : mengerti bahwa mata yang
Masalah berat harus segera berair, serta rasa kebas dan
di tangani 2 kesemutan yang terus
Ada masalah tapi tidak menerus dapat
perlu ditangani 1 membahayakan klien, tetapi
Masalah tidak dirasakan 0 keluarga mengatakan tidak
mengetahui bagaimana cara
mengatasi nya.
Jumlah skor = 3 2/3

D. Diagnosa Keluarga

1. Kurang pengetahuan b/d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan


Diabetes Melitus.

DS :

- Ny. S dan keluarga mengatakan hanya tahu beberapa tentang penyakit Diabetes
Melitus adalah penyakit kencing manis karena mengkonsumsi gula berlebihan tetapi
tidak tahu secara rinci (pengertian, tanda dan gejala, serta komplikasi).

- Ny. S dan keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana cara yang benar merawat
keluarga sakit Diabetes Melitus.
- Ny. S dan keluarga tahu penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit keturunan tetapi
keluarga Ny. S tidak ada riwayat Diabetes Melitus.

DO :

- Ny. S dan keluarga tidak dapat menjawab sebagian pertanyaan tentang penyakit
Diabetes Melitus.

2. Resiko ketidak seimbangan kadar gula darah b/d Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit Diabetes Melitus.

DS :

- Ny. S mengatakan gula darah nya naik turun.

- Ny. S mengatakan rutin mengkonsumsi obat anti diabetes

- Ny. S mengatakan hanya sesekali memeriksa kadar gula darahnya di rumah.

- Ny. S mengatakan mengatakan apabila gula darahnya tinggi Ny. S sering lapar.

- Ny. S dan keluarga mengatakan tidak begitu paham tentang diit penderita Diabetes
Melitus, tetapi

- Ny. S mengkonsumsi oatmeal, gula dan susu khusus Diabetes serta beras merah.

DO :

- GDS : 173 mg/dL.

- Ny. S mendapat obat oral (Metformin 3x1/hari).

- Ny. S tidak mendapat obat injeksi

3. Resiko tinggi terjadi komplikasi Diabetes Melitus b/d Ketidakmampuan Keluarga


mengenal masalah Diabetes Melitus.

DS :

- Ny. S mengatakan matanya sering berair dan mengganggu penglihatannya.


- Ny. S mengatakan pada kedua telapak kaki nya terkadang terasa kebas dan
kesemutan.

- Ny. S mengatakan beberapa waktu yang lalu

- Ny. S digigit nyamuk lalu digaruk dan menjadi luka, luka nya membesar dan lambat
sembuh pada saat itu.

- Ny. S mengatakan sudah tidak rutin berolahraga jogging seperti dulu lagi karena
tidak ada teman, tetapi Ny. S melakukan yoga di sela sela aktivitas nya di rumah
3x/seminggu

- Ny. S dan keluarga mengatakan tidak tahu aktivitas olahraga untuk pasien Diabetes
Melitus.

DO :

- Terdapat bekas luka gigitan nyamuk yang sudah sembuh menjadi hitam pada bagian
kaki kiri Ny. S.

- Ny. S menggunakan salep dari puskesmas untuk mengatasi luka nya.


E. Rencana Keluarga

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi intervensi


Keperawatan
1 Kurang pengetahuan Tujuan umum: Kriteria : verbal 1.1 Bina Hubungan Saling
b/d Ketidakmampuan Setelah dilakukan asuhan Setandar : Percaya.
keluarga mengenal keperawatan selama 3 x 2 Klien dan keluarga dapat : 1.2 Mengkaji pengetahuan klien
masalah kesehatan jam diharapkan terjadi 1. Menyebutkan pengertian dan keluarga tentang
Diabetes Melitus peningkatan pengetahuan Diabetes Melitus. Diabetes Melitus.
klien dan keluarga. 2. Menyebutan penyebab 1.3 Jelaskan pada klien dan
Tujuan khusus: Diabetes Melitus. keluarga menggunakan
Setelah dilakukan asuhan 3. Menyebutkan tanda dan lembar balik dan leaflet
keperawatan selama 1 x 60 gejala Diabetes Melitus. pengertian Diabetes
menit keluarga dapat 4. Menyebutkan Melitus.
mengenal masalah kesehatan komplikasi atau akibat 1.4 Jelaskan pada klien dan
Diabetes Melitus. lanjut dari Diabetes keluarga menggunakan
Melitus. lembar balik dan leaflet
5. Memilih terapi atau tanda dan gejala serta
penanganan. komplikasi Diabetes
Melitus.
1.5 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
2 Resiko Tujuan Umum: Kriteria : Verbal dan non 1.1 Mengkaji pengetahuan klien
ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan verbal dan keluarga tentang diit
kadar gula darah b/d keperawatan selama 6 x 1 Setandar : Diabetes Melitus.
Ketidakmampuan jam kadar gula darah klien Klien dan keluarga dapat : 1.2 Ukur kadar gula darah klien.
keluarga dengan Diabetes Melitus 1. Mengukur kadar gula 1.3 Jelaskan kepada klien
merawatanggota dalam rentang normal (100 – darah. mengenai diit Diabetes
keluarga yang sakit 200 mg/dL). 2. Menyebutkan prinsip diit Melitus dengan
Diabetes Melitus. Tujuan Khusus Diabetes Melitus (tepat menggunakan bukleat.
Setelah dilakukan asuhan waktu, tepat macam, 1.4 Menjelaskan bagaimana
keperawatan selama 6 x 1 tepat jumlah). cara perawatan Diabetes
jam diharapkan klien dan 3. Menjelaskan bagaimana Melitus di rumah dengan
keluarga dapat : cara perawatan Diabetes menggunakan bukleat.
Menyebutkan prinsip diit Melitus di rumah. 1.5 Ajarkan klien dan keluarga
dan memodifikasi perilaku 4. Mendemonstrasikan cara cara perawatan kaki dan
perawatan Diabetes Melitus perawatan kaki dan senam kaki diabetik dengan
dirumah. senam kaki diabetik. cara demonstrasi dengan
5. Memeriksakan kesehatan video.
ke puskesmas secara 1.6 Anjurkan klien untuk
rutin. mengontrolkan diri ke
puskesmas secara rutin.
3 Resiko tinggi terjadi Tujuan umum Kriteria : Verbal 1.1 Menjelaskan pada keluarga
komplikasi Diabetes Setelah dilakukan asuhan Setandar : akibat lanjut apabila
Melitus b/d keperawatan selama 1 x 30 Akibat dari Diabetes Melitus Diabetes Melitus tidak
Ketidakmampuan menit keluarga mampu yang tidak diobati adalah diobati dengan baik dengan
keluarga mengenal mengambil keputusan untuk gagal ginjal, stroke, penyakit berdiskusi bersama
masalah Diabetes merawat anggota keluarga jantung koroner, luka yang keluarga.
Melitus. yang menderita Diabetes sukar sembuh dan kebutaan. 1.2 Motivasi keluarga untuk
Melitus. menyebutkan kembali akibat
Tujuan khusus lanjut dari Diabetes Melitus
Setelah dilakukan asuhan yang tidak diobati.
keperawatan selama 1 x 30 1.3 Diskusikan dengan keluarga
menit diharapkan klien dan tentang keinginan untuk
keluarga dapat memodifikasi merawat anggota keluarga
lingkungan di rumah yang sakit.
merawat keluarga dengan 1.4 Beri pujian yang positif
Diabetes Melitus dirumah. kepada keluarga atas
jawaban dan keputusan yang
diambil.
F. Implementasi Keluarga

Dilakukan dirumah Ny “S”

No Tanggal dan jam Diagnosa Implementasi


1 Senin, 06/05/19 Kurang pengetahuan 1.1 Membina hubungan saling
b/d Ketidakmampuan percaya dengan klien dan
keluarga mengenal keluarga.
masalah kesehatan 1.2 Mengkaji pengetahuan
Diabetes Melitus klien dan keluarga tentang
Diabetes Melitus.
2 Resiko 1.2 Mengukur kadar gula darah
ketidakseimbangan klien.
kadar gula darah b/d 1.3 Mengkaji pengetahuan
Ketidakmampuan klien dan keluarga tentang
keluarga merawat diit Diabetes Melitus
anggota keluarga yang
sakit.
3 Resiko tinggi terjadi 1.5 Menjelaskan pada keluarga
komplikasi Diabetes akibat lanjut apabila
Melitus b/d Diabetes Melitus tidak
Ketidakmampuan diobati dengan baik dengan
keluarga mengenal berdiskusi bersama
masalah Diabetes keluarga.
Melitus. 1.6 Memberikan motivasi
keluarga untuk
menyebutkan kembali
akibat lanjut dari Diabetes
Melitus yang tidak diobati.
1.7 Mendiskusikan dengan
keluarga tentang keinginan
untuk merawat anggota
keluarga yang sakit.
4 Selasa, 07/05/19 Resiko 2.3 Mengukur kadar gula darah
ketidakseimbangan klien.
kadar gula darah b/d 2.4 Mengkaji pengetahuan
Ketidakmampuan klien dan keluarga tentang
keluarga merawat perawatan Diabetes Melitus
anggota keluarga yang di rumah
sakit.
5 Rabu, 08/05/19 Kurang pengetahuan 1.5 Menjelaskan pada klien dan
b/d Ketidakmampuan keluarga menggunakan
keluarga mengenal lembar balik dan leaflet
masalah kesehatan pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus 1.6 Menjelaskan pada klien dan
keluarga menggunakan
lembar balik dan leaflet
tanda dan gejala serta
komplikasi Diabetes
Melitus.
6 Resiko 1.7 Mengukur kadar gula darah
ketidakseimbangan klien.
kadar gula darah b/d 1.8 Menjelaskan kepada klien
Ketidakmampuan mengenai diit Diabetes
keluarga merawat Melitus dengan
anggota keluarga yang menggunakan bukleat.
sakit. 1.9 Menjelaskan bagaimana
cara perawatan Diabetes
Melitus di rumah dengan
menggunakan bukleat.
7 Kamis, 09/05/19 Resiko 2.2 Mengukur kadar gula darah
ketidakseimbangan klien
kadar gula darah b/d 2.3 Ajarkan klien dan keluarga
Ketidakmampuan cara perawatan kaki dan
keluarga merawat senam kaki diabetik dengan
anggota keluarga yang cara demonstrasi dengan
sakit video
8 Jum’at, 10/05/19 Resiko 2.2 Mengukur kadar gula darah
ketidakseimbangan klien
kadar gula darah b/d
Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga yang
sakit.
9 Resiko tinggi terjadi 3.3 Mendiskusikan dengan
komplikasi Diabetes keluarga tentang keinginan
Melitus b/d untuk merawat anggota
Ketidakmampuan keluarga yang sakit
keluarga mengenal 3.4 Memberikan pujian yang
masalah Diabetes positif kepada keluarga atas
Melitus. jawaban dan keputusan
yang diambil.
10 Sabtu, 11/05/19 Resiko 2.2 Mengukur kadar gula darah
ketidakseimbangan klien.
kadar gula darah b/d
Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga yang
sakit
G. Evaluasi Keluarga

Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari ke 7 dirumah klien

No Hari/tanggal, jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Senin, 06/05/19 Dx 1 Kurang pengetahuan S :
b/d Ketidakmampuan - Klien mengatakan
keluarga mengenal masalah tidak mengetahui tanda
kesehatan Diabetes Melitus dan gejala penyakit
Diabetes Melitus
- Klien mengatakan
penyebab Diabetes
Melitus adalah gaya
hidup tidak sehat serta
konsumsi makanan dan
minuman manis
berlebihan.
O:
- Klien tidak bisa
menjawab ketika
ditanya tentang tanda
dan gejala Diabetes
Melitus.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.4 Jelaskan pada klien
dan keluarga tanda
dan gejala serta
komplikasi Diabetes
Melitus.

Dx 2 Resiko ketidak S :
seimbangan kadar gula darah - Klien mengatakan diit
b/d Ketidakmampuan Diabetes Melitus
keluarga merawat anggota dengan tidak makan
keluarga yang sakit atau minum yang
manis – manis.
- Klien mengatakan
sudah mengurangi
makanan atau
minuman yang manis –
manis.
- Klien juga mengatakan
mengkonsumsi quaker
oat, susu dan gula
khusus diabetes dan
mengkonsumsi beras
merah.
O:
- GDS : 173 mg/dL
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
2.2 Ukur kadar gula
darah klien.
2.3 Jelaskan kepada klien
mengenai diit
Diabetes Melitus.
2.4 Menjelaskan
bagaimana cara
perawatan Diabetes
Dx 3 Resiko tinggi terjadi Melitus di rumah.
komplikasi Diabetes Melitus
b/d Ketidakmampuan S :
keluarga mengenal masalah - Klien mengatakan
Diabetes Melitus semenjak sakit
Diabetes Melitus klien
mengalami kebas dan
kesemutan pada
telapak kaki nya.
- Klien mengatakan
penglihatannya kabur
karena matanya berair.
- Terdapat bekas luka
gigitan nyamuk yang
di garuk, berawarna
hitam pada kaki kiri
klien.
- Klien mampu
menyebutkan kembali,
akibat dari Diabetes
Melitus yang tidak
diobati adalah gagal
ginjal, stroke, penyakit
jantung koroner, luka
yang sukar sembuh dan
kebutaan.
O:
- Terdapat bercak hitam
bekas luka pada bagian
kaki klien. - Klien
mampu menyebutkan
kembali akibat lanjut
dari Diabetes Melitus.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
3.5 Diskusikan dengan
keluarga tentang
keinginan untuk
merawat anggota
keluarga yang sakit.
3.6 Beri pujian yang
positif kepada
keluarga atas jawaban
dan keputusan yang
diambil.

2 Selasa, 07/05/19 Dx 2 Resiko ketidak S :


seimbangan kadar gula darah - Klien mengatakan kadar
b/d Ketidakmampuan gula darah klien kadang
keluarga merawat anggota diperiksa saat dirumah.
keluarga yang sakit - Klien mengatakan selalu
meminum obat secara
rutin.
O:
- GDS : 162mg/dL.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
2.3 Jelaskan kepada klien
mengenai diit
Diabetes Melitus
dengan menggunakan
bukleat.
2.4 Menjelaskan
bagaimana cara
perawatan Diabetes
Melitus di rumah
dengan menggunakan
bukleat.

3 Rabu, 08/05/19 Dx 1 Kurang pengetahuan S :


b/d Ketidakmampuan - Klien dan keluarga
keluarga mengenal masalah mengatakan sudah
kesehatan Diabetes Melitus mengerti tentang
Diabtes Melitus.
O:
- Klien dan keluarga
dapat menyebutkan
pengertian dan
penyebab Diabetes
Melitus.
- Klien dan keluarga
dapat menjawab
pertanyaan tentang
tanda dan gejala serta
komplikasi dari
Diabetes Melitus.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
Dx 2 Resiko ketidak S :
seimbangan kadar gula darah - Klien dan keluarga
b/d Ketidakmampuan mengatakan sudah
keluarga merawat anggota mengerti tentang
keluarga yang sakit. bagaimana cara
perawatan Diabetes
Melitus di rumah.
- Klien mengatakan
merasa lapar dan haus
terus walaupun klien
sebenarnya sudah
makan
O:
- GDS : 159 mg/dL.
- Klien dan keluarga
dapat menjawab
pertanyaan tentang diit
Diabetes Melitus.
- Klien dan keluarga
dapat menjawab
pertanyaan tentang
cara perawatan
Diabetes Melitus di
rumah.
A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
2.2 Mengukur kadar gula
darah klien
2.6 Ajarkan klien dan
keluarga cara
perawatan kaki dan
senam kaki diabetik
dengan cara
demonstrasi dengan
video.
4 Kamis, 09/05/19 Dx 2 Resiko ketidak S :
seimbangan kadar gula darah - Klien mengatakan akan
b/d Ketidakmampuan melakukan senam kaki
keluarga merawat anggota diabetik di rumah
keluarga yang sakit. setiap hari.
- Klien mengatakan akan
merawat dan menjaga
kebersihan kaki dengan
benar.
- Klien mengatakan
merasa senang telah
diajarkan bagaimana
cara merawat kaki
yang benar dan
aktivitas fisik senam
kaki diabetik.
O:
- GDS : 147 mg/dL.
A : Masalah teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
2.2 Mengukur kadar gula
darah klien
5 Jum’at, 10/05/19 Dx 2 Resiko ketidak S :
seimbangan kadar gula darah - Klien mengatakan
b/d Ketidakmampuan akan selalu
keluarga merawat anggota menerapkan merawat
keluarga yang sakit. kaki dengan baik dan
senam kaki diabetik
secara mandiri di
rumah
O:
- GDS : 142 mg/dL
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi
2.2 Mengukur kadar gula
darah klien
Dx 3 Resiko tinggi terjadi
komplikasi Diabetes Melitus S :
b/d Ketidakmampuan - Keluarga klien
keluarga mengenal masalah mengatakan akan
Diabetes Melitus. merawat klien dengan
baik, sesuai yang
sudah di ajarkan oleh
tenaga medis.
O:
- Klien terlihat senang
karena keluarga mau
merawat klien dengan
baik.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi
6 Sabtu, 11/05/19 Dx 2 Resiko ketidak S :
seimbangan kadar gula darah - Klien mengatakan
b/d Ketidakmampuan akan menjaga pola
keluarga merawat anggota makan nya agar gula
keluarga yang sakit. darah klien selalu
dalam batas normal
O:
- GDS : 117 mg/dL.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
2.2 Mengukur kadar gula
darah klien
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah memberikan asuhan keperawatan selama 7 hari:

1. Penulis mendapat gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga


dengan diabetes melitus dan ulkus diabetes melitus, mulai dari pengkajian,
analisis data, penegakan diagnose keperawatan, implementasi keperawatan dan
sampai dengan evaluasi keperawatan.

2. Pada kasus Ny. S ditegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas yaitu


kurang pengetahuan b/d Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Diabetes Melitus, resiko ketidak seimbangan kadar gula darah b/d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Diabetes
Melitus, dan resiko tinggi terjadi komplikasi Diabetes Melitus b/d
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus.

B. Saran
1. Bagi Keluarga

Keluarga bisa menerapkan hasil penyuluhan kesehatan yang diberikan.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi terhadap pelayanan


kesehatan untuk bias menindak lanjuti hasil pengkajian terhadap keluarga.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan makalah ini dapat menambah referensi bagi civitas akademika


yang memerlukan tambahan khasanah pengelolaan asuhan keperawatan terhadap
penyakit diabetes melitus dan ulkus diabetes melitus serta cara penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA

Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes.

Makhfudli, (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Mubarok, W. I. (2010). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Sagung Seto

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.


Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1412/4/BAB%20II%20fix.pdf

http://repository.ump.ac.id/4598/3/BAKHTIAR%20NOOR%20ABIDIN%20BAB%20II.pdf

https://widantivirgian.wordpress.com/2013/03/29/konsep-keperawatan-
keluarga/#:~:text=Keluarga%20adalah%20unit%20terkecil%20dari,(Departemen
%20Kesehatan%2C%201988).

https://extranet.who.int/ncdccs/Data/IDN_D1_Diabetes%20guidlines.pdf

https://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-mutakhirnya/

https://www.scribd.com/doc/106562198/Askep-Keluarga-dengan-Diabetes-Mellitus

Pedoman pengendalian diabetes melitus - World Health ...extranet.who.int

Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. CV.
Sagung Seto.

APD Salvari, G , (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP KELOMPOK)

Topik : Senam kaki


Sasaran : Keluarga Tn. P khususnya Ny. S
Tujuan : Mencegah kaki diabetik, lansia mampu mengikuti senam
kaki
Garis Besar Materi : Langkah langkah senam kaki
Metode : Ceramah, diskusi
Alat Bantu Peraga : Lembar balik dan leaflet
Waktu : Senin , 06/05/2019
Tempat : Rumah Tn. P Jl. Perjuangan 4 RT 02 RW 02 Samarinda Jakarta Pusat
Rencana Evaluasi : Keluarga Tn. P khususnya Ny. S mampu melakukan senam diabetik

A. Karakteristik Peserta
1. Tujuan Umum : Setelah pemberian penyuluhan ini dalam waktu 1x45
menit, diharapkan para lansia mampu memahami dan dapat menerapkan cara
perawatan diabetes mellitus dengan benar.
2. Tujuan Khusus :
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan para lansia mampu:
a. Menjelaskan pengertian dari diabetes mellitus
b. Menjelaskan penyebab dari diabetes mellitus
c. Menjelaskan tanda dan gejala dari diabetes mellitus
d. Menjelaskan kelompok risiko terjadi diabetes mellitus
e. Menjelaskan dan memahami perawatan diabetes mellitus dengan diet nutrisi
f. Menjelaskan persiapan alat yang digunakan dan posisi lansia sebelum melakukan
perawatan dengan latihan senam kaki
g. Mendemonstrasikan langkah-langkah cara melakukan latihan senam kaki
h. Menjelaskan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.

3. Uraian Tugas
a. Leader

Tugas :

1) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan


2) Memotivasi anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan secara keseluruhan
3) Mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam kelompok
b. Co Leader

Tugas :

1) Membantu leader dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan


2) Mengingatkan leader bila ada kegiatan yang menyimpang
3) Mengingatkan leader bila waktu pelaksanaan selesai
4) Bersama leader memberi contoh pelaksanaan kegiatan
c. Penyuluh

Tugas :

1) Membantu leader dan co leader untuk memperagakan latihan senam kaki


2) Mengarahkan audience untuk peragakan latihan
d. Fasilitator
Tugas :
1) Memberi motivasi audience
2) Mengatur posisi kelompok dan lingkungan untuk pendkes
3) Memfasilitasi audience untuk pendkes
e. Observer
Tugas :
1) Mengamati jalannya pendkes
2) Mengawasi tugas leader, co leader, fasilitator serta fungsinya
3) Mengamati audience (aktif, tidak aktif, dan meninggalkan saat proses pendkes
berlangsung).

4. Kegiatan PendKes :
Respon peserta
Fase Kegiatan Waktu
pendkes
Orientasi a. Memberi salam 5 menit a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan tujuan b. Menyimak
pendkes c. Memperhatikan
d. Bertanya pada audience d. Menjawab
sejauh mana pasien pertanyaan
mengetahui tentang e. Menyetujui
diabetes mellitus dan
perawatannya.
e. Kontrak waktu dengan
pasien.

Kerja Menyampaikan materi : 30 menit


a. Menjelaskan tentang a. Memperhatikan
pengertian dari diabetes penjelasan
mellitus b. Memperhatikan
b. Menjelaskan penyebab penjelasan
dari diabetes mellitus c. Memperhatikan
c. Menjelaskan tanda dan penjelasan
gejala dari diabetes d. Memperhatikan
mellitus penjelasan
d. Menjelaskan kelompok
risiko terjadi diabetes e. Memperhatikan
mellitus penjelasan
e. Menjelaskan perawatan f. Memperhatikan
diabetes mellitus dengan dengan teliti
asupan diet nutrisi g. Memperhatikan
f. Menjelaskan persiapan dengan teliti
alat yang digunakan dan h. emperhatikan
posisi lansia sebelum penjelasan.
melakukan senam kaki
g. Mendemonstrasikan
langkah-langkah cara
melakukan senam kaki
h. Menjelaskan manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan.

Terminasi a. Meminta pasien untuk 10 menit a. Antusias


redemonstrasikan senam melakukan
kaki redemonstrasi
b. Mengevaluasi pasien b. Menjawab
tentang pembelajaran setiap
yang telah diberikan pertanyaan
c. Memberikan c. Tersenyum
reinforcement positif d. Menyimak
d. Menyimpulkan materi dengan baik
pendkes e. Menjawab
e. Memberikan salam salam

5. Metode PendKes :
a. Ceramah
b. Tanya Jawab/Diskusi
c. Demonstrasi

6. Media PendKes :
a. LCD
b. Leafleat
c. Video

7. Evaluasi :
a. Evaluasi Struktur
1) Adanya konsultasi terlebih dahulu pada dosen pembimbing mata ajar Family
Nursing sebelum pendkes
2) Membuat media dan SAP
3) Adanya persiapan terkait sarana dan prasarana pendkes
4) Kontrak waktu sudah dilakukan
b. Evaluasi Proses
1) Audience mengikuti pendkes dari awal sampai akhir
2) Audience antusias dan aktif dari awal sampai akhir
3) Audience memberikan respon atau umpan balik berupa pertanyaan atau
masukan
4) Audience melakukan redemonstrasi terkait cara melakukan senam kaki dengan
benar
5) Waktu pelaksanaan sesuai rencana

c. Evaluasi Hasil
1) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan pengertian diabetes
mellitus dengan benar
2) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan penyebab dari diabetes
mellitus dengan benar
3) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan tanda dan gejala dari
diabetes mellitus dengan benar
4) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan kelompok yang berisiko
terjadinya diabetes mellitus dengan benar
5) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan cara diet nutrisi dengan
benar
6) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan persiapan alat yang
digunakan dan posisi lansia sebelum melakukan senam kaki
7) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat mendemonstrasikan cara senam kaki
dengan benar
8) Keluarga Tn. P khususnya Ny. S dapat menjelaskan cara penggunaan fasilitas
kesehatan dengan benar.

8. Alokasi Waktu : 09.00 – 09.45 WIB (1 x 45 menit)

9. Setting Tempat :
Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Penyuluh

: Observer

: Para Lansia

: LCD / Video

10. Lampiran Materi (lengkap)


Terlampir

B. Materi Penyuluhan Kesehatan


1. Pengertian Diabetes Mellitus (Penyakit Gula)

Diabetes Mellitus biasa disebut sakit gula atau kencing manis yaitu merupakan suatu
keadaan yang ditandai dengan tingginya keadaan gula darah dan gula dalam kencing
(kencing manis).
2. Penyebab Penyakit Gula
a. Proses menua/kemunduran (rasa mengecap berkurang pada lidah)
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minuman
alkohol, dll)
c. Keberadaan penyakit lain sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya sakit gula
d. Selain itu perubahan fungsi tubuh yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala sakit gula misal: pada saat buang air kecil.
3. Tanda dan Gejala Sakit Gula
a. Keluhan khas sakit gula
1) Banyak buang air kecil
2) Sering buang air kecil pada malam hari 3 – 5 kali
3) Sering merasa lapar
4) BB menurun cepat tanpa sebab.
b. Keluhan tidak khas kencing manis
1) Kesemutan
2) Gatal di daerah kelamin
3) Keputihan
4) Infeksi sulit sembuh
5) Bisul yang hilang timbul
6) Pengelihatan kabur
7) Cepat lelah
8) Mudah mengantuk.
4. Kelompok siapa saja yang berisiko untuk terjadi DM
a. Kegemukan atau obesitas
b. Berusia lebih dari 45 tahun keatas
c. Riwayat keluarga (genetik)
d. Makan – makanan mengandung pengawet
5. Penatalaksanaan
Menurut Julinar (2015), pengobatan yang dilakukan pada lansia dengan diabetes
(sakit gula) yaitu:
a. Menerapkan pola hidup sehat ( makanan rendah kalori dan olahraga)
b. Memberikan edukasi kesehatan
1) Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat
Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Primer yang meliputi:
a) Materi tentang perjalanan penyakit DM
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
c) Penyulit DM dan risikonya.
d) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan
e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat insulin
f) Cara pemantauan gula darah dan pemahaman hasil gula darah atau air
kencing
g) Mengenal gejala dan penanganan awal gula dalam darah rendah
h) Pentingnya latihan jasmani yang teratur
i) Pentingnya perawatan kaki
j) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2) Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan
Sekunder dan atau Tersier, yang meliputi:
a) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM
b) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM
c) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain
d) Rencana untuk kegiatan khusus (olahraga prestasi)
e) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit)
f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM
g) Pemeliharaan atau perawatan kaki

Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang


dengan ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral aterial disease
(PAD).
1. Tidak boleh berjalan kaki tanpa alas kaki, termasuk di pasar dan di air
2. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit
terkelupas, kemerahan, atau luka.
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan
krim pelembab pada kulit kaki yang kering.
5. Potong kuku secara teratur.
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan
pada ujung-ujung jari kaki.
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tpiskan secara teratur.
9. Jika sudah ada kelainan dari bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat
khusus.
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak
tinggi.
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk
menghangatkan kaki.

h) Perilaku hidup sehat bagi penyandang DM adalah memenuhi anjuran:

(1) Mengikuti pola makan sehat


(2) Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
(3) Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara
aman dan teratur
(4) Melakukan Pemantauan Gula Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan hasil pemantauan untuk menila keberhasilan
pengobatan
(5) Melakukan perawatan kaki secara berkala
(6) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut dengan tepat
(7) Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak
keluarga untuk mengerti pengelolaan penyandang DM
(8) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

i) Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah:


(1) Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya
kecemasan
(2) Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang
sederhana dan dengan cara yang mudah dimengerti
(3) Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan
simulasi
(4) Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan
keinginan pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap
tentang program pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan
diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium
(5) Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat
diterima
(6) Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan
(7) Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi
(8) Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan
pasien dan keluarganya
(9) Gunakan alat bantu audio visual.

j) Terapi Nutrisi Medis (TNM)

TNM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DMT2 secara


komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Guna mencapai sasaran terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai
dengan kebutuhan setiap penyandang DM. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum,
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,
terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin
atau terapi insulin itu sendiri.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

1) Karbohidrat
a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Terutama karbohidrat yang berserat tinggi
b) Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
c) Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
d) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi
e) Pemanis alternative dapat digunakan sebagai pengganti glukosa,
asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily
Intake/ADI)
f) Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan
makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari.
2) Lemak
a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori,dan
tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi
b) Komposisi yang dianjurkan:
(1) Lemak jenuh < 7% kebutuhan kalori
(2) Lemak tidak jenuh ganda < 10%
(3) Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
c) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu fullcream.
d) Konsumsi kolesterol dianjurkan kurang dari 200mg/hari.
3) Protein
a) Kebutuhan protein sebesar 10–20% total asupan energi
b) Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
kacangan, tahu dan tempe
c) Pada pasien dengan nefropati diabetic perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi, dengan 65% diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali
pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialysis asupan
protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4) Natrium
a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang
sehat yaitu <2300 mg perhari
b) Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan
pengurangan natrium secara individual
c) Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda dan
bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit.
5) Serat
a) Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-
kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi
serat
b) Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari
berbagai sumber bahan makanan.
6) Pemanis Alternatif
a) Pemanis alternative aman digunakan sepanjang tidak melebihi
batas aman (Accepted Daily Intake/ADI)
b) Pemanis alternative dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan
pemanis tak berkalori
c) Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya
sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan
fruktosa
d) Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,
sorbitol dan xylitol
e) Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena
dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan
menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung
fruktosa alami
f) Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame
potassium, sukralose, neotame.
7)Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan
kalori basal yang besarnya 25-30 kkal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan
tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu : jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan,dan lain-lain.
Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus
Broca yang dimodifikasi
b) Berat badan ideal: 90% x (TB dalam cm - 100) x 1kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160cm dan
wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi
berat badan ideal (BBI) (TB dalam cm - 100) x 1kg.
- BB Normal: BB ideal ± 10%
- Kurus:kurang dari BBI – 10 %
- Gemuk: lebih dari BBI + 10%
c) Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa
Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan
rumus: IMT = BB(kg)/TB(m2)

Klasifikasi IMT:

BB Kurang < 18,5

BB Normal 18,5-22,9

BB Lebih ≥ 23

Dengan risiko 23,0-24,9

Obes I 25,0-29,9

Obes II ≥30

d) Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara


lain:
- Jenis Kelamin
- Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan
sebesar 25 kal/kgBB sedangkan untuk pria sebesar 30
kal/kgBB
e) Umur
Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi
5% untuk setiap dekade antara 40 dan 59 tahun. Pasien
usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%. Pasien usia
diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.

a) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas


aktivitas fisik. Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan
basal diberikan pada keadaan istirahat. Penambahan
sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas ringan.
Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang.
Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat.
Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat.

f) Stress Metabolik

Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stress


metabolik (sepsis, operasi, trauma).

g) Berat Badan

Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi


sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.
Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditabah sekitar
20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal
perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.
Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang
terhitung dan komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3
porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore
(25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%).

h) Jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam


pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati.
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan
secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar
30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar
latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL
pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu
dan bila >250 mg/Dl dianjurkan untuk menunda latihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari
bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun
dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobic dengan intensitas sedang (50-70% denyut
jantung maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai,
jogging, dan berenang.

i) Memanfaatkan fasilitas kesehatan

Pada lansia dengan diabetes biasa disebut sakit gula atau


kencing manis selain melakukan latihan perawatan senam
kaki dan diet nutrisi juga harus memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk cek gula darah dan berkonsultasi kepada
petugas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai