Anda di halaman 1dari 42

8

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. A
DENGAN DIABETES MILITUS
DI DESA BANJARSENGON JEMBER

Dosen Pembimbing:
Ns. Cahya Tribagus Hidayat, S. kep,. M. Kes
NPK: 19860517 1 1503614

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Stase Keperawatan Keluarga

OLEH:

Desy Wijayanti, S. Kep


NIM. 2101032016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022

8
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN DIABETES MILITUS

A. Konsep Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunnyai ikatan
perkawinan, hubungan sedarah, keturunan atau hasil adopsi, anggota tinggal
bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam
peran sosial, serta mempunyai kebiasaan atau kebudayaan yang berasal dari
masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri (Bergess 1962, dikutip
dalam Mubarak, 2018).
Keluarga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem, keluarga
mempunyai anggota yaitu ayah ibu, dan anak atau semua individu yang
tinggal dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem
yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan masyarakat
dan sebaliknya. Jadi sangatlah tepat jika keluarga jadi titik sentral pelayanan
keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota
keluarga yang sehat dan akan mewujudkan masyarakat yang sehat
(Mubarak, 2018).
2. Fungsi Keluarga
Menurut Effendi (1998 dalam Indriyani, 2014) beberapa fungsi yang
harus dapat dijalankan keluarga sebagai berikut:
a. Fungsi biologis
1) untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan dan kepribadian anggota keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Peraturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk masa yang
akan datang misalnya, pendidikan anak, jaminan hari tua, dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan,
dan membentuk perilaku sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3. Tugas-Tugas Keluarga
Menurut Effendi (1998 dalam Nadirawati. 2018) pada dasarnya
keluarga terdapat delapan tugas pokok sebagai berikut:
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam rumah.
c. Pembagian tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota..
f. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
4. Ciri – ciri Struktur Keluarga
Ciri adalah tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lain
atau tanda pada organisme yang merupakan interaksi antargen atau
antargen dan lingkungan; adapun ciri – ciri struktur keluarga antara lain:
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka
juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing.
Ciri – ciri keluarga Indonesia adalah suami sebagai pengambil
keputusan, merupakan suatu kesatuan yang utuh, berbentuk monogram,
bertanggung jawab, mengambil keputusan, meneruskan nilai – nilai
budaya bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat, mempunyai semangat
gotong royong.
5. Elemen struktur keluarga
Elemen dan struktur keluarga :
a. Struktur peran keluarga : menggambarkan peran masing – masing
anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri maupun peran
dilingkungan masyarakat
b. Nilai atau norma keluarga : menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga : menggambarkan bagaimana cara pola
komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota
keluarga ataupun dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga : menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
6. Tugas -Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut Friedman (1998 dalam Nadirawati, 2018) keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya, antara
lain sebagai berikut:
a. Mengenal gangguan kesehatan tiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas
kesehatan.
7. Struktur Keluarga
Menurut Effendi (1998 dalam Indriyani, 2014) keluarga mempunyai
struktur antara lain sebagai berikut:
1) Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, yang mana hubungan tersebut disusun melalui
jalur ayah.
2) Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, yang mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3) Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu.
4) Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
5) keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
8. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Nadirawati. (2018) bergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan adalah :
a. Secara tradisional
i. The nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak
ii. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah
iii. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah
tua dengan anak sudah memisahkan diri
iv. The childress family : keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi
pada wanita
v. The extended family (keluarga luas/ besar) : keluarga yang terdiri
dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakek – nenek),
keponakan, dll
vi. The single parent family (keluarga duda/ janda) : keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hokum pernikahan)
vii. Communter family : kedua orang tuanya bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan
orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pecan (week – end)
viii. Multigenerational family : keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
ix. Kin – network family : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang
– barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar
mandi, televisi, telepon,dll.
x. Blended family : keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya
xi. The single adult / living alone / single-adult family : keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
b. Secara modern
Sesuai dengan perkembangan social, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya, diantaranya menurut Mubarak, dkk.(2009) adalah :
i. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
ii. The strepparent family : keluarga dengan orang tua tiri
iii. Commune family : beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama
dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama’
iv. The nonmorital heterosexual cohabiting family : keluarga yang
hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
v. Gay and lesbian families : seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri
(marital partners)
vi. Cohabitating couple : orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu
vii. Group marriage family : beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat – alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
viii. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/ nilai – nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
ix. Foster family : keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/ saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
x. Homeless family : keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental
xi. Gang : sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang –
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya
9. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1985) dalam Setiadi (2018), tahap perkembangan
keluarga adalah :
a. Keluarga baru (Bergaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan
menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Tugas perkembangan tahap ini antara lain :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Memfasilitasi role bearing.
8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
4) Pembagian waktu, individu, pasangan, dan anak.
5) Pembagian tanggung jawab.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh dan kembang
anak.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah,
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak.
5) Memnuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Perkembangan tahap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang
dan bertanggung jawab).
2) Memelihara komunitas terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memnuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa (anak satu meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi kelurga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak
– anaknya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat sosial dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda dan tua.
3) Keakraban dengan pasangannya.
4) Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluaraga.
5) Persiapan masa tua atau pensiun.
h. Keluarga lanjut usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini antara lain :
1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
10. Perawatan Kesehatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai saran/penyalur.Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat.
11. Peran Perawat Keluarga
Peran perawat keluaga dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga adalah :
1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri, bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota
keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga
asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dll).
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

B. Konsep Diabetes Militus


1. Definisi Penyakit
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolic yang ditandai oleh
hiperglikemia(kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak,dkk. 2016). Diabetes
Mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut
maupun relatif.(Kemenkes, 2013).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai
dengan hiiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau aktivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati.
2. Etiologi
1) Diabetes Melitus tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetik/ herediter : peningkatakan kerentanan sel – sel beta
dan perkembangan antibody autoimun terhadap penghancuran sel –
sel beta.
b. Faktor infeksi virus : infeksi virus coxsakie pada individu yang
peka secara genetic
c. Faktor imunologi : Respon autoimun abnormal yaitu antibody
menyerang jaringan normal yang dianggap jaringan asing
2) Diabetes Melitus tipe II (NIDDM/ Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus)
a. Obesitas.
b. Obesitas menurukan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif
dalam meningkatan efek metabolic.
b. Usia : cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3) Diabetes Melitus Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pancreas
4) Diabetes Mellitus tipe lain : Penyakit pancreas, Penyakit hormonal,
Obat – obatan : aloxan, streptozokin, derivate thiazide
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defisiensi insulin :
1) Kadar glukosa puasa tidak normal
2) Hiperglikemia berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa
haus (polidipsia)
3) Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4) Lelah dan mengantuk
5) Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata gatal, mata
kabur, impotensi, peruritas vulva
4. Klasifikasi
1) Klasifikasi klinis
a. Diabetes MelitusTipe I/ IDDM : disebabkan oleh destruksi sel beta
pulau langerhans akibat proses autoimun
b. Diabetes MelitusTipe II/ NIDDM : disebabkan oleh kegagalan relative
sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:
Tipe II dengan obesitas, Tipe II tanpa obesitas, gangguan toleransi
glukosa, diabetes kehamilan
2) Klasifikasi resiko statistic
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
5. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel – sel beta pancreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang
berasal dari makanan dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan) Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibtanya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebihan
dieksresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai
akibat dari dari kehilangan cairan berlebihan. Pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan mengganggu metabolism protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukkan glukosa baru dari asam –
asam amino dan substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton merupakan asam
yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda
dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit
sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut
dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat 2 masalah utama yang
berhubungan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel
sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut.Terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan cirri khas diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak
dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis
diabetic tidak terjadi pada diabetes melitus tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom nonketoik (HHNK). Diabetes melitus
tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intolerasi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun – tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II
dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala
tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang laa sembuh, infeksi
vagina/pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).

23
6. PathwayDiabetes Melitus
(Amin Huda Nurarif, 2015)

24
7. Data Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa medis pasien diabetes melitus adalah :
1) Glukosa darah : gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa >
200mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa
2) Aseton plasma (keton) positif secara mandiri
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mosm/l
5) Elektrolit : Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal
atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun
6) Gas darah arteri : menunjukkkan pH rendah dan penurunan HCO3
7) Trombositdarah : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi
8) Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal
9) Insulin darah : mungkin menurun atau tidak ada (Tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II)
10) Urine : gula dan aseton positif
11) Kultur dan sensitivitas : kemungkin adanya ISK, infeksi pernapasan
dan infeksi luka
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus adalah:
1) Komplikasi akut berupa hipoglikemia, sindrom hiperglikemia
Hiperosmolar non ketotik, ketoasidosis diabetic
2) Komplikasi kronik (umumnya terjadi 10 – 15 tahun setelah awitan) :
a. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Control kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular
b. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vascular perifer, dan vascular serebral
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik dan autonomi
serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki
d. Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/gangrene/kaki diabetik.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan diabetes melitus terdiri dari :
1) Penatalaksanaan Medis
Ada lima komponen dalam penatalaksaan diabetes melitus yaitu :
a. Diet
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
6) Prinsip diet diabetes mellitus yaitu : jumlah sesuai kebutuhan,
jadwal diit ketat, jenis : boleh dimakan atau tidak
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes
melitus, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol (total) dan trigliserida dalam
darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
c. Penyuluhan
d. Obat
1. Obat OAD (Oral Anti Diabetes)/ obat hipoglikemik oral (OHO)
2. Insulin
3. Cangkok pancreas
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum
Data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi dan tipe keluarga, suku
bangsa, agama, status sosial ekonomi dan aktivitas rekreasi.
b. Sumber Data Pengkajian
1) Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien,
yang dapat memberikan informasi yang lengap tentang masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.
2) Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari
orang terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau
pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien.
3) Sumber data lainnya
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan
riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.
c. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan
keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Menjelaskan mengenai tugas yang belum terpenuhi serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersbut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
keluarga inti.
4) Riwayat keluarga sebelumnya : Menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
d. Pengkajian lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi karakteristik rumah, tetangga dan
komunitas RW, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan dan
interaksi dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga.
e. Struktur keluarga
Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur
kekuatan keluarga, struktur peran dan nilai atau norma keluarga.
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi efektif: Bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Fungsi reproduksi : Hal yang perlu dikaji adalah berapa
jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam
upaya mengendalikan jumlah anak.
5) Fungsi ekonomi : Sejauh mana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumber yang ada untuk
peningkatan status kesehatan keluarga.
g. Stress dan kopping keluarga
Stress dan kopping keluarga meliputi stressor jangka pendek dan
panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap stressor,
strategi koping yang digunakan dan strategi adaptasi
disfungsional.
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

2. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis
mengenai respon individu, keluarga mmaupun kelompok terhadap
suatu proses kehidupan/masalah tentang kesehatan secara aktual
atau potensial yang kemungkinan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut (Bararah
Taqiyyah & Mohammad Jauhar, 2013).
Diagnosis keperawatan yang muncul pada penderita diabetes
mellitus sesuai dengan prioritas masalah antara lain (SDKI, Edisi
1. 2018):
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan ketidakpatuhan dalam pengobatan (D.0027
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan keluarga dengan
Diabetes Melitus (SIKI, Edisi 1. 2018) :
Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan (Diagnosa Individu)
NO DIAGNOSIS TJUAN /LUARAN INTERVENSI

1. Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Nyeri


berhubungan meningkat, kriteria 1. Identifikasi
dengan agen hasil : lokasi,
cedera biologis 1. Melaporkan nyeri karakteristik,
terkontrol : durasi, frekuensi,
meningkat kualitas dan
2. Keluhan nyeri : intesitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
3. Kemampuan nyeri
mengggunakan 3. Ajarkan teknik
teknik non non farmakologis
farmakologis : 4. Kolaborasi
meningkat pemberian
analgetik
2. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan
mobilitas fisik meningkat, kriteria perawatan diri
berhubungan hasil: 1. Identifikasi
dengan nyeri 1. Nyeri menurun kebiasaan
2. Kelemahan fisik aktivitas merawat
menurun diri sesuai usia
3. Kekuatan otot 2. Monitor tingkat
meningkat kemandirian
4. ROM meningkat 3. Sediakan
lingkungan
terapeutik
4. Ajarkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

3. Risiko Kestabilan kadar Manajemen


ketidakstabilan glukosa darah hiperglikemia
kadar glukosa meningkat, riteria hasil: 1. Monitor tanda
darah 1. Kestabilan Kadar dan gejala
berhubungan Glukosa Darah hiperglikemia
dengan membaik. 2. Konsultasi
ketidakpatuh 2. Rasa haus menurun medis jika tanda
an dalam 3. Keluhan lapar dan
pengobatan menurun gejala
4. Jumlah urine hiperglikemia
membaik tetap ada
dan
memburuk
3. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
3. Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
8

Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan (Diagnosa Keluarga)


Diagnosa keperawatan SLKI SIKI

Defisit pengetahuan b.d. Tingkat Edukasi Proses


ketidakmampuan pengetahuan Penyakit
keluarga mengenal meningkat 1. Identifikasi
masalah kesehatan Dengan kriteria kesiapan dan
keluarga hasil: kemampuan
• Perilaku sesuai menerima
anjuran informasi
meningkat 2. Sediakan materi
• Pertanyaan dan media
tentang masalah pendidikan
menurun kesehatan
• Menjalani 3. Jadwalkan
pemeriksaan pendidikan
yang tidak tepat kesehatan sesuai
menurun kesepakatan
• Pengetahuan 4. Jelaskan
tentang penyakit penyebab dan
meningkat fakto risiko
penyakit
5. Jelaskan tanda
dan gejala
penyakit
6. Jelaskan
kemungkinan
terjadinya
komplikasi
7. Anjurkan melapor
jika merasakan
tanda dan gejala
memberat

8
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung


Seto.
AmericanDiabetesAssociation(ADA),(2013).Diaksestgl 20 April 2020 Diabetes
bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor5.Jakarta: Depkes RI, p441-448.
http://repository.maranatha.edu/22971/9/1410035_References.pdf.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga: Riset, Teori, dan


Praktek.Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
http://ainulinayah2.blogspot.com/2016/05/evaluasikeperawatan.html.
Kowalak, dkk. 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Meirisa, Rohana. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak T
Dengan
PPNI (2018).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI
Riskedas.2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.Jakarta: Balitbang Depkes
RI Dinkes.

Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada
Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info
Media.http://repository.unissula.ac.id/1505/3/Daftar%20Pustaka.pdf.

Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Individu, keluarga dan


Komunitas. Kupang: Lima Bintang.
Lampiran 1

RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH PENYAKIT DIABETES MILETUS
DI BANJARSENGON KECAMATAN PATRANG JEMBER

OLEH:

DESY WIJAYANTI
NIM. 2101013016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING I)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH PENYAKIT DIABETES MILITUS

Hari / Tanggal : Rabu , 21 September 2022


Tempat : Rumah Tn.A - RW3 Kel. Banjarsengon, Patrang
Waktu : Jam 07.30 – 08. 30 WIB
Kunjungan : 1 (satu) Fase Pengkajian dan Analisa Data
Topik : Pengkajian dan Analisa Data

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yag lain. Masalah
kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi system
keluarga tersebut dan mempengaruhi komunias setempat, bahkan komunitas
global. Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang
rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk
bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Keluarga memiliki peran sangat
penting dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang
sakit. Dengan itu untuk membangun Indonesia sehat seharusnya dimulai
dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Berkaitan dengan praktek keperawatan keluarga yang sudah mulai
memasuki kegiatan pengkajian keperawatan, maka dilaksanakan juga
penerapan asuhan keperawatan keluarga kepada keluarga/klien yang memiliki
resiko tinggi terhadap kesehatan. Pada pertemuan yang akan dilaksanakan
Rabu , 21 September 2022 yaitu pengkajian pada keluarga Tn A dengan tahap
perkembangan keluarga anak usia dewasa. Pada pengkajian ini akan mengkaji
data umum, riwayat dan tahap perkembangan, pengkajian lingkungan, struktur
keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, serta harapan keluarga
dalam menetukan maslaah keperawatan yang mungkin terjadi pada keluarga
Tn A.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan
masalah keperawatan pada keluarga khususnya pasien Diabetes Militus di
dalam keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga
c. Mengetahui struktur keluarga
d. Mengetahui fungsi keluarga
e. Mengetahui stress dan koping keluarga
f. Mengetahui status kesehatan keluarga
g. Mengetahui harapan keluarga
h. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga
C. Rancangan Kegiatan
1. Metode
a. Wawancara
b. Observasi
2. Media dan Alat
a. Instrument pengkajian keperawatan keluarga
b. Alat tulis
c. Alat pemeriksaan fisik
3. Sasaran atau Target
Salah satu keluarga (Tn.A) dan anggota keluarga yang lain, penemuan
masalah keperawatan keluarga
4. Waktu dan Tempat :
Rabu, 21 September 2022 pukul 17.00 – 18.00 WIB di rumah keluarga
binaan
5. Strategi Pelaksanaan
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi - Menyampaikan salam
( 5 menit ) - Memperkenalkan diri
- Menyampaikan maksud dan tujuan
2. Interaksi - Wawancara dengan keluarga tentang data yang diperlukan.
( 30 menit ) (Pengkajian)
- Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga
- Melakukan observasi lingkungan.
3. Terminasi - Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terima kasih
( 5 menit ) - Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang
- Salam penutup

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk
melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi.
e. Wawancara berjalan dengan lancar
3. Evaluasi hasil
Didapatkan kurang lebih 75% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING I)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH PENYAKIT DIABETES MILITUS

Hari / Tanggal : Kamis , 22 September 2022


Tempat : Rumah Tn.A - RW3 Kel. Banjarsengon, Patrang
Waktu : Jam 07.30 – 08. 30 WIB
Kunjungan : 2 (Dua) Fase Pengkajian dan Analisa Data
Topik : Pengkajian dan Analisa Data

E. Latar Belakang
Berkaitan dengan praktek keperawatan keluarga yang sudah mulai
memasuki kegiatan pengkajian keperawatan, maka dilaksanakan juga
penerapan asuhan keperawatan keluarga kepada keluarga/klien yang memiliki
resiko tinggi terhadap kesehatan. Pada pertemuan yang akan dilaksanakan
Kamis, 22 September 2022 yaitu pengkajian pada keluarga Tn A dengan tahap
perkembangan keluarga anak usia dewasa. Pada pengkajian ini akan mengkaji
kekurangan data terkait tensi/ status kesehatan keluarga Tn. A yang tidak ada
dirumah saat kunjungan ke-1, maka perlu adanya pengkajian di kunjungan ke-
2.

F. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan
masalah keperawatan pada keluarga khususnya pasien Diabetes Militus di
dalam keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status kesehatan keluarga
b. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga
G. Rancangan Kegiatan
1. Metode
a. Wawancara
b. Observasi
2. Media dan Alat
d. Instrument pengkajian keperawatan keluarga
e. Alat tulis
f. Alat pemeriksaan fisik
3. Sasaran atau Target
Salah satu keluarga (Tn.A) dan anggota keluarga yang lain, penemuan
masalah keperawatan keluarga
4. Waktu dan Tempat :
Kamis, 22 September 2022 pukul 18.10 – 18.40 WIB di rumah keluarga
binaan
5. Strategi Pelaksanaan
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi - Menyampaikan salam
( 5 menit ) - Memperkenalkan diri
- Menyampaikan maksud dan tujuan
2. Interaksi - Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga
( 20 menit )
3. Terminasi - Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terima kasih
( 5 menit ) - Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang
- Salam penutup

H. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik.
3. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk
melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Wawancara berjalan dengan lancar
3. Evaluasi hasil
Didapatkan 100% data tentang data umum, riwayat dan tahap
perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,
stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 2)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH PENYAKIT DIABETES MILITUS

Hari / Tanggal : Senin , 26 September 2022


Tempat : Rumah Tn.A - RW3 Kel. Banjarsengon, Patrang
Waktu : Jam 07.30 – 08. 30 WIB
Kunjungan : ke-3 (Tiga) menyepakati prioritas masalah keperawatan
dan intervensi keperawatan.
Topik : Menyepakati prioritas masalah keperawatan dan intervensi
keperawatan.
A. Latar Belakang
Menentukan masalah keperawatan merupakan masalah penting dalam
proses keperawatan setelah melakukan pengkajian karena dengan menetukan
masalah yang dihadapi keluarga secara tepat dan benar akan menentukan
keberhasilan dalam membuat intervensi yang akan diterapkan pada keluarga
sehingga masalah dapat teratasi.
Kesehatan Keluarga merupakan suatu keadaan sejahtera yang
berubah secara dinamis yang mencakup faktor biologis, psikologis,
spiritual, dan budaya keluarga. Pengkajian awal pada tanggal 21 September
2022 didapatkan identitas umum keluarga, dimana Tn. A berumur 49 tahun
adalah kepala keluarga dari Type keluarga Nuclear Family yang anggotanya
terdiri dari Tn. A, Ny. S sebagai istri, An. D dan An. M sebagai anak. Serta
bertambah 1 lagi menantu dengan insial Tn W. Pada pertemuan ke dua masih
melakukan pengkajian. Pada pertemuan ke tiga menetukan masalah
keperawatan dan skoring prioritas masalahkepada keluarga Tn. A karena
mahasiswa membutuhkan data untuk melengkapi data yang lebih spesifik ke
masalah keperawatan yang ada pada keluarga Tn. A.
Pada pertemuan sebelumnya telah dilakukan pengkajian keperawatan
keluarga sampai dengan melakukan analisa data. Dari hasil pengkajian dan
analisa data dapat ditegakkan suatu diagnosa keperawatan atau masalah
keperawata yang muncul di keluarga binaan. Dari beberapa diagnosa yang
telah didapatkan selanjutnya akan melakukan skoring pada masalah yang
didapat dan akan menentukan masalah prioritas masalah yang mana yang akan
dilakukan intervensi lebih lanjut. Masalah yang didapatkan adalah Tn A
mengalami penyakit Diabetes Militus sejak 1 tahun yang lalu dan saat di
observasi Tn. A jarang memeriksakan kadar Gula darah dan saat ini tidak
mengkonsumsi obat Diabetes.
Hasil pengkajian tersebut dianalisis untuk menyimpulkan masalah
keperawatan, perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga,
fungsi keluarga, koping keluarga, harapan keluarga dan pemeriksaan fisik yang
dikaji secara komprehensif sehingga dapt menyimpulkan masalah keperawatan.
Masalah keperawatan harus disepakati bersama keluarga. Keberhasilan dalam
mengatasi masalah kesehatan diperlukan partisipasi semua keluarga un tuk
kesehatan Tn. A sehingga termotivasi untuk pencegahan dan tindakan
promotif secara aktif.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyepakati prioritas masalah keperawatan dan intervensi
keperawatan diharapkan Tn. A, dapat menyepakati prioritas masalah
keperawatan dan intervensi keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan masalah menggunakan skoring untuk menemukan prioritas
masalah asuhan keperawatan keluarga.
b. Menyepakati intervensi yang akan dilakukan
c. Mengetahui tujuan dari masing masing intervensi.

C. Rancangan Kegiatan
1. Metode
a. Wawancara/diskusi
b. Observasi
2. Media dan Alat
a. Instrument pengkajian, format analisa data, dan skroing prioritas
masalah keperawatan keluarga.
b. Alat tulis
c. Alat pemeriksaan fisik (Stetoskop, tensimeter, penlight)
3. Sasaran atau Target
Salah satu keluarga penemuan masalah keperawatan keluarga
4. Waktu dan Tempat :
Senin, 26 November 2022 pukul 18.10 – 18.50 WIB di rumah keluarga
binaan
5. Strategi Pelaksanaan
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi - Menyampaikan salam
( 5 menit ) - Mengingakan kembali kontrak yang telah di sepakati
sebelumnya.
- Menyampaikan maksud dan tujuan
2. Interaksi - Menjelaskan masalah yang ditemukan dalam keluarga
( 30 menit ) - Melakukan skoring prioritas masalah keperawatan keluarga
- Menyusun atau memprioritaskan masalah yang didapatkan
dalam keluarga.
- Menyimpulkan prioritas masalah yang didapatkan
3. Terminasi - Menanyakan perasaan keluarga setelah dilakukan pertemuan
( 5 menit ) kedua dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk
klarifikasi masalah.
- Melakukan kontrak waktu kembali untuk pertemuan selanjutnya
dan menawarkan intervensi keperawatan yang akan dilakukan
pada keluarga.
- Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terima kasih
- Salam penutup

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pra planning ke-2 pertemua ke tiga
b. Kontrak waktu dengan keluarga sebelum melakukan pertemuan ketiga.
c. Menyiapkan format atau instrument skoring masalah keperawatan, alat
tulis dan alat pemeriksaan fisik.

2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk
melengkapi data.
c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.
d. Keluarga antusias dan koperatif selama kegiatan dnegan berpartisipasi
aktif selama menjawab pertanyaan yang diajukan dan mau berdiskusi
dengan mahasiswa untuk melakukan skoring prioritas masalah.
e. Pelaksanaan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang
disepakati.
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu memberikan informasi mengenai masalah yang ada
pada keluarga.
b. Keluarga mampu memprioritaskan masalah mengenai riwayat kesehatan
keluarga dan mampu memprioritaskan masalah berdasarakan adanya
pembenaran.
c. Keluarga menyepakati masalah kesehatan yang ada dan tindakan yang
akan diberikan.
d. Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya.
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 3)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH PENYAKIT DIABETES MILITUS

Hari / Tanggal : Rabu , 28 September 2022


Tempat : Rumah Tn.A - RW3 Kel. Banjarsengon, Patrang
Waktu : Jam 07.30 – 08. 30 WIB
Kunjungan : ke-4 (Empat) melakukan pendidikan kesehatan tentang
Perawatan Pasien dan keluarga dengan DM.
Topik : Perawatan Pasien dan keluarga dengan DM.

A. Latar Belakang
Pada pertemuan sebelumnya tanggal 21-22 September 2022 telah
dilakukan pengkajian keperawatan pada keluarga Tn A sampai dengan
melakukan analisa data. Dari hasil pengkajian dan analisa data, kemudian
tanggal 26 September 2022 dapat ditegakkan suatu diagnosa keperawatan atau
masalah keperawatan yang muncul di keluarga binaan, kemudian dilakukan
proses skoring masalah prioritas. Hasil dari skoring masalah prioritas
menunjukan skor tertinggi yaitu perilaku kesehatan cederung berisiko yang
berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0099). Setelah prioritas
masalah ditentukan bersama dengan keluarga Tn A, sesuai dengan kesepakatan
bersama maka perlu dilakukan suatu intervensi keperawatan mengenai masalah
kontrol gula darah. Untuk menunjang usaha tersebut perlu direncanakan
tindakan keperawatan penyampaian pendidikan kesehatan atau penyuluhan
tentang DM, sehingga keluarga dapat hidup sehat, produktif dan mandiri.
Pendidikan kesehatan adalah sebuah metode penyampaian informasi
kesehatan kepada sasaran atau subjek (klien dan keluarga) yang belum
mendapat informasi kesehatan pada topik tertentu dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga agar mempertahankan kesehatan atau terhindar
dari masalah – masalah kesehatan sebagai komplikasi dari penyakit yang
dialami.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyepakati prioritas masalah keperawatan dan intervensi
keperawatan diharapkan Tn. A dan keluarga dapat menyepakati masalah dan
intervensi keperawatan DM.
2. Tujuan Khusus
a. Menyepakati intervensi yang akan dilakukan
b. Mengetahui tujuan dari masing – masing intervensi.

C. Rancangan Kegiatan
1. Metode
Ceramah
2. Media dan Alat
Leaflet
3. Sasaran atau Target
Tn. A dan semua anggota keluarga Tn A.
4. Waktu dan Tempat :
Rabu , 28 September 2022
5. Strategi Pelaksanaan
No. Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi - Menyampaikan salam
( 5 menit ) - Mengingakan kembali kontrak yang telah di sepakati
sebelumnya.
- Menyampaikan maksud dan tujuan
2. Interaksi - Menjelaskan DM
( 30 menit ) - Menjelaskan Penyebab DM, faktor risiko
- Mempraktekkan atau mendemonstrasikan cara pengecekan gula
darah acak dan nilai normal kadar gula darah.
3. Terminasi - Menanyakan bagaiamana perasaannya setalah dilakukan
( 5 menit ) peyuluhan tentang DM dan Mengontrol kadar gula darah.
- Melakukan kontrak waktu kembali untuk pertemuan selanjutnya
- Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terima kasih
- Salam penutup
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pra planning pertemuan keempat
b. Kontrak waktu dengan keluarga sebelum melakukan pertemuan keempat
c. Menyiapkan leaflet sebagai media pendidikan kesehatan yang disepakati
bersama dengan keluarga Tn A
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif pada saat dilakukan pendidikan kesehatan tentang
DM dan cara kontrol kadar gula darah.
c. Keluarga antusias dan koperatif selama kegiatan dengan berpartisipasi
aktif selama kegiatan mempraktikan cara pengecekan kadar gula darah.
d. Pelaksanaan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang
disepakati.
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu menjelaskan definisi DM.
b. Keluarga mampu mempraktikkan cara pengecekan kadar gula darah.
c. Melakukan kontrak waktu selanjutnya
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING 4)
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A
DENGAN MASALAH PENYAKIT DIABETES MILITUS

Hari / Tanggal : Jumat, 30 September 2022


Tempat : Rumah Tn.A - RW3 Kel. Banjarsengon, Patrang
Waktu : Jam 07.30 – 08. 30 WIB
Kunjungan : ke-5 (Lima) melakukan Evaluasi.
Topik : melakukan evaluasi hasil implementasi.

A. Latar Belakang
Setelah dilakukam implementasi pada tanggal 28 September 2022 akan
dilakukan evaluasi hasil pada keluarga Tn A. Tindakan keperawatan atau
implementasi keperawatan yang telah dilakukan antara lain pendidikan
kesehatan tentang DM, diet DM dan cara pengecekan atau kontrol kadar gula
darah. Untuk mengetahui keberhasilan dari implementasi yang telah dilakukan
maka perlu diadakan supervise evaluasi peda keluarga Tn A.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui keberhasilan penyelesaian masalah keperawatan yaitu:
Perilaku kesehatan cederung berisiko dengan kurang terpapar informasi
tentang penyakit DM dan cara mengontrol kadar gula darah. Pemeliharaan
kesehatan efektif dengan sumber daya cukup (pengetahuan) serta kesiapan
meningkatkan proses kesehatan pada keluarga Tn A khususnya Tn. A
sendiri.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui keberhasilan penyelesaian penyebab permasalahan keperawatan
antara lain Tn. A dan keluarga memotivasi dan mendukung secara langsung
agar Tn. A menjaga pola makan dan rutin periksa ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan Minum obat teratur.
C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab
c. Observasi sikap dan perilaku pencegahan penularan Tuberkulosis paru.
2. Media dan Alat
Alat tulis, pemeriksaan fisik
3. Sasaran atau Target
Tn. A dan semua anggota keluarga Tn A.
4. Waktu dan Tempat :
Jumat, 30 September 2022 di rumah Tn. A
5. Strategi Pelaksanaan
No. Tahap Kegiatan Respon Keluarga
1. Prainteraksi - Menyampaikan salam - M
( 5 menit ) - Memvalidasi keadaan klien enjawab salam
- Mengingakan kembali kontrak yang telah - M
di sepakati sebelumnya. endengarkan
- Menyampaikan maksud dan tujuan - M
enyepakati kontrak waktu
- K
eluarga bersedia
2. Interaksi - Menyampaikan permasalahan yang ada - Mendengarkan, menyimak
( 30 menit ) pada klien dan menanggapi
- Menyampaikan implementasi keperawatan - Menjawab pertanyaan
yang telah dilakukan
- Menilai keefektifan implementasi yang
telah dilakukan
3. Terminasi - Mengakhiri kontrak dan mengucapkan - Mendengarkan
( 5 menit ) terima kasih - Menjawab salam
- Memberikan feedback positif
- Mengakhiri kontrak
- Salam penutup

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pra planning pertemuan ke lima
b. Kontrak waktu dengan keluarga sebelum melakukan pertemuan ke lima
c. Menyiapkan alat tulis dan alat pemeriksaan fisik
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.
b. Keluarga kooperatif pada saat dilakukan dilakukan wawancara tentang
keluahan dan pemeriksaan fisik
c. Keluarga Tn A khususnya Tn. A mampu menilai keefektifan intervensi
yang telah dilakukan.
d. Keluarga Tn A melaporkan adanya peningkatan status kesehatan.
e. Pelaksanaan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang
disepakati.
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga Tn A mampu mempraktikkan cara mengontrol gula darah.
b. Keluarga mampu menyebutkan cara mengatur diet untuk pasien DM dan
cara mengontrol kadar gula darah khususnya untuk Tn. A.
c. Keluarga Tn A melakukanberkomitmen untuk kontrol gula darah secara
rutin dan mematuhi Diet.

Anda mungkin juga menyukai