Pada tahun 2025 menghasilkan ahli madya keperawatan yang unggul dalam penguasaan asuhan
keperawatan dengan masalah kesehatan neurosains melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan
KONSEP KELUARGA
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA
Disusun oleh :
Hesti Rahmadati
P3.73.20.1.18.098
A. Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.
Menurut Sayekti (1994), keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya
sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Maka, dapat disimpulkan bahwa keluarga itu terjadi jika ada perkawinan, hubungan
(darah/adopsi), tinggal bersama dalam satu atap, dan masing-masing anggota memiliki
perannya dalam rumah tangga.
B. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
1. Reconstituted Nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
2. Middle Age/Aging Couple adalah suami sebagai pencari uang, istri di rumah, kedua-
duanya bekerja di rumah, anak-anak meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
3. Dyadic Nuclear adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
4. Single Parent adalah satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
5. Dual Carrier adalah suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
6. Commuter Married adalah suami istri atau keduaya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
7. Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
8. Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
9. Institusional adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
10. Communal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
11. Group Marriage adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
12. Unmarried Parent and Child adalah ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
13. Cohibing Couple adalah dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
14. Gay and Lesbian Family adalah keluarga yag dibentuk oleh pasangan berjenis kelamin
sama.
C. Struktur Keluarga
Di masyarakat, struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam di antaranya yaitu :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suaim atau istri.
D. Fungsi Keluarga
Sesuai yang ada di UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994, Indonesia membagi
fungsi keluarga menjadi delapan yaitu :
1. Fungsi keagamaan
a. Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b. Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh
anggota keluarga.
c. Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran
agama.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan di masyarakat.
e. Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi
menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
2. Fungsi budaya
a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan
budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya
asing yang tidak sesuai.
c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk mencari pemecahan masalah
dari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia.
d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk dapat berperilaku yang baik
(positif) sesuai degan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan
globalisasi.
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya
masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.
3. Fungsi cinta kasih
a. Menumbuh-kembangkan potensi kasih saying yang telah ada antar-anggota keluarga
(suami-isteri-anak) ke dalam simbol-simbol nyata (ucapan, tingkah laku) secara
optimal dan terus menerus.
b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar-anggota keluarga maupun antar-
keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.
c. Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga
secara serasi, selaras dan seimbang.
d. Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih saying sebagai pola hidup ideal menuju Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.
4. Fungsi perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman
dan tantangan yang datang dari luar.
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
5. Fungsi reproduksi
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik
anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukna keluarga dalam hal
usia, pendewasaan fisik maupun mental.
c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
6. Fungsi sosialisasi
a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana
pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama.
b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat
anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainya.
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukannya
untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental).
d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga
tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera.
7. Fungsi ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga
dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap
anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
8. Fungsi pelestarian lingkungan
a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.
b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga.
c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga yang
serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.
d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola
hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
E. Tugas Pemeliharaan Kesehatan Keluarga
Keluarga mempunyai tugas terkait pemeliharaan kesehatan keluarganya, meliputi :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila
keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
F. Tahap Perkembangan Keluarga
Tidak hanya individu yang memiliki tahap perkembangan, tetapi keluarga pun memiliki
tahap perkembangan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan setiap
tahapnya. Berikut ini ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan
McGoldrick (1989) dan Duvall (1985).