Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun oleh:
Nama : Serly
NIM : 20201440120081
Semester : V B

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengertian
Menurut Bailon dan Maglaya dalam (Handayani, 2013) Keluarga merupakan
sekumpulan dua manusia atau lebih bergabung bersama sebab hubungan darah,
pernikahan, atau mengangkat anak, hidup di dalam satu atap, berbicara satu sama
lainya, menciptakan serta mempertahankan sebuah budaya. Ketika terdapat anggota
yang mengalami suatu penyakit akan mempengaruhi anggota yang lainya, interaksi
sangat dibutuhkan dalam sebuah kelurga karena dengan adanya interaksi akan
muncul rasa saling terbuka diantara keluarga.
Sedangkan menurut (Wiratri, 2018) keluarga merupakan suatu sistem yang
terdiri dari beberapa individu yang hidup dalam satu atap yang saling keterkaitan satu
sama lain mampu memahami diri mereka sebagai suatu bagian dari keluarga
tersebut. Keterkaitan tersebut menyangkut seluruh aspek dikehidupan, keluarga
terdiri dari beberapa anggota keluarga yang harus mampu beradaptasi dengan
masyarakat serta lingkungannya.
Berdasarkan pengertian keluarga dari beberapa sumber dapat di simpulkan
keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan darah (garis keturunan langsung, atau adopsi) yang tinggal
dalam satu atap serta salingmempengaruhi satu sama lain.

2. Tipe Keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) The nuclear family ( keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak.
2) The dyad family keluarga yang terdiri dari suami dan istri ( tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar), keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai : paman, tante, orang tua ( kakek/nenek), keponakan, dan lain-lain).
6) The single-parent family (keluarga duda/janda), keluarga yang terdiri dari
satu orang tua ( ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
7) Commuter family, kedua orang tua bekerja dikota ysng berbeda , tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada akhir pekan (weekend).
8) Multigenerational family, keluarga dalam beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling mengunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Misalnya; dapur, kamar mandi, televisi, telpon,dll.
10) Blended family, keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11) The single adult living alone / single -adult family, keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi), seperti: perceraian atau ditingal mati.
b. Tipe Keluarga Non-Tradisional
1) The ummaried teenage mother, keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitias yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai permasaan sex hidup
bersama sebagaimana hubungan suami-istri (marital-partners).
6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
9) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem Kesehatan mental.
11) Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyrakat sekitarnya yang diadopsi Frindman, mengatakan ada
empat struktur keluarga,yaitu:
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran
formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan .
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak
dengan anggota keluarga lain ( pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah yang positif

4. Peran Keluarga
Peran keluarga mengambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peran individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan
masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya di samping itu
juga, ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.

5. Fungsi Keluarga
5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang
merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga, keluarga saling mepertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga
dengan cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi.
Apabila fungsi afektif tidak terpenuhi maka akan timbul keretakan keluarga,
masalah anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan prubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interkais sosial dan belajar dalam lingkungan.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangusngan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana
maka fungsi ini sedikit terkontrol
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memnuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung
(rumah)
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga yang berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Keluarga yangdapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggupan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyrakat

6. Tugas Keluarga Bidang Kesehatan


Tugas keluarga menurut (Kholifah & Widagdo, 2016) dalam bidang
kesehatan dibagi menjadi lima yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
Dalam tugas ini keluarga mulai meningkatkan pengenalan masalah penyakit
yang di hadapi dalam keluarga. Anggota keluarga perlu menanggapi masalah
yang ada sehingga tidak terjadi menambah komplikasi dari penyakit
b. Mengambil keputusan keluarga
Tugas ini diharapkan keluarga dapat memutuskan tindakan yang tepat pada
anggota keluarga yang sakit.
c. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit
Keluarga dapat mengupayakan tindakan yang tepat yang bertujuan untuk
mengurangi tingkat keparahan penyakit yang di derita, sebelum dibawa ke
pelayanan kesehatan.
d. Menciptakan lingkungan rumah sehat
Dengan cara memodifikasi lingkungan tempat tinggal yang bersihterjaga serta
rapi sehingga mampu mengubah kepribadian anggota keluarga untuk
mempertahankan kesehatan.
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan
Tugas ini merupakan cara keluarga dalam memfasilitasi anggota keluarga yang
sakit untuk dibawa ke layanan kesehatan

7. Tingkatan Keperawatan Keluarga


Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/ anggota keluarga focus pelayanan
keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi
b. Level II
Keluarga merupakan pejumlah dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersama, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah
c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga,
anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, focus
intervensi: hubungan ibu dengananak; hubungan perkawinan dan lain-lain
d. Level IV
Seluruh keluarga di pandang sebagai klien dan menjadi focus utama dari
pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi focus dan individu sebagai latar
belakang keluarga, keluarga dipandang sebagai interaksional system, focus
intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan
sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar

8. Tahap Perkembangan Keluarga


Meskipun demikian keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
• Dimulai saat individu laki-laki/ perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan
• Meninggalkan keluarga mereka masing-masing
Tugas perkembangannya:
• Membina hubungan intim yang memuaskan
• Membina hubngan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
• Mendisukusikan rencana memiliki anak (KB)
Masalah kesehatan yang muncul:
• Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,
penyakit kelamin baik sebelum/ sesudah menikah
• Konsep perkawinan tradisional: dijodohkan, hukum adat
Tugas Perawat:
• Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lainnya

b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama


• Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30bulan
(2.5tahun). Keluarga dan mengasuh anak
Tahap perkembangan keluarga :
• Persiapan menjadi orang tua
• Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, dan
hubungan seksual
• Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
Masalah kesehatan keluarga :
• Pendidikan maternitas focus keluarga, perawatan bayi, imunisasi,
konseling perkembangan anak, KB, pengenalan dan penanganan
masalah kesehatan fisik secara dini
• Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak
c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
• Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 – 5 tahun. Keluarga lebih
majemukadan berbeda
Tugas perkembangan keluarga
• Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi
• Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
• Mempertahankan hubungan yang sehat internal/eksternal keluarga,
pembagian tanggung jawab keluarga
• Stimulasi tumbang anak (paling repot)
Masalah kesehatan keluarga
• Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,
keracunan, dan kecelakaan dan lain-lain
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
• Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
• Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal, keluarga sangat
sibuk
• Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
• Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak &
dirinya
• Orang tua belajar menghadapi/ membirakan anak pergi (dengan
teman sebayanya )
• Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah
(system sekolah)
Tugas perkembangan keluarga
• Membantu sosialisasi anak : meningkatkan prestasi belajar anak
• Mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia
• Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yang semakin meningkat
termasuk biaya kesehatan
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
• Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun
• Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yang
memungkinkan tanggung jawab dan kekebasa yang lebih optimal
bagi remaja untuk menjadi dewasa muda
Konflik perkembangan
• Otonomi yang meningkat (kebebasan anak remaja)
• Budaya anak remaja (perkembangan dengan teman sebaya)
• Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua)
Tugas perkembangan
• Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
• Memfokuskan hubungan perkawinan
• Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak
f. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
• Dimuali pertama meninggalkan rumah
• Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa
berlangusng 6-7tahun), faktor ekonomi juga menjadi kendala
Tugas perkembangan :
• Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru dari perkawinan anak-anaknya
• Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
• Membantu orang tua lansia yang sakit-sakitan dari pihak suami
maupu istri
• Membantu kemandirian keluarga
Masalah kesehatan
• Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak)
• Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis : Hipertensi,
Kolesterol, Obesitas dan Menopause
g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan
• Dimulai anak terkahir keluar dan berakhir sampai pensiun atau
kematian pasangan
• Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir saat
memasuki pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas perkembangan :
• Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
• Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak
• Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah kesehatan :
• Kebutuhan promosi kesehatan : istirahat cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur, nutrisi, olahraga teratur, BB harus ideal, no
smoking, pemeriksaan berkala
• Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan
teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri
h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansi
• Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau
keduanya meninggal
• Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan
(pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ), sosial (
kematian pasangan dan teman-temannya), kesehatan (penurunan
kemampuan fisik)
Tugas perkembangan
• Mempertahakan pengaturan hidup yang memuaskan
• Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun
• Mepertahankan hubungan perkawinan
• Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
• Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
• Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan dan
integrasi hidup)

9. Peran Perawatan Keluarga


a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
• Keluarga dapa melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
• Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koodinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur
program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjaid
tumapang tindih dan pengulangan
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga
yang sakit. Perawat dapat mendemostrasikan kepada keluarga asuhan
keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengindetifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada keluarga, maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina degan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya
f. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik,
maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan (system
rujukan, dana sehat, dan lain-lain)
g. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal
h. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehinga tidak terjadi
ledakan atau wabah

10. Prinsip dasar penatalaksanaan


Prinsip dasar penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga salah satunya
untuk meningkatkan dan mensejahterakan status kesehatan keluarga dalam
mencapai keluarga sehat. Untuk itu peran perawat dalam keluarga yaitu membantu
memelihara kesehatan keluarga dengan mencegah terjadinya gangguan serta
meningkatkan potensi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan. Dalam hal ini peran perawat dalam mengatasi penyakit hipertensi dalam
keluarga dapat dilakukan secaramandiri maupun berkolaborasi. Perawatan mandiri
dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang nyaman, mengobservasi diit
dengan teliti, memberikan edukasi dengan keluarga terkait hipertensi dan diit yang
harusdihindari. Kemudian untuk tindakan kolaborasi bisa dengan memberikan obat
antihipertensi dan edukasi keluarga terkait kepatuhan obat. (Hasian, Leniwita,
2019)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboraturium, hasil X-Ray, pap semnar, dan
lain-lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
i. Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Usia
3) Alamat dan Telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe kelurga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Statsu sosial ekonomi
12) Aktivitas rekreasi keluarga
ii. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
iii. Pengkajian leingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyrakat
5) System pendukung keluarga
iv. Pengkajian struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
v. Fungsi keluarga
1) Pengkajian fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
vi. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan Panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
vii. Pemeriksaan fsik
viii. Harapan keluarga

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga :


Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi defisit/ gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian didapatkan
data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum
terjadi gangguan
c. Potensional (keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana keluarga
dalam keadaan sejahtra sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dari
tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk mendiagnosis keperawatan
potensial (sejahtera/”wellness”) boleh menggunakan/tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot :
Skore
Angka tertinggi X Bobot
3) Jumlahkan lah skore untuk semua kriteria

3. Perencanaan keperawatan keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi kriteria dan standar.
Kriteria dan sandar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan

4. Tahap tindakan keperawatan keluarga


Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
• Memberikan informasi
• Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
• Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2) Menstimualsi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara :
• Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan kegiatan
• Mengdentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
• Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sait
dengan cara :
• Mendemonstrasikan cara perawatan
• Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
• Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga unruk menemukan cara bagaimana membaut lingkungan
menjadi sehat, dengan cara :
• Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
• Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara:
• Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
• Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

5. Tahap evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi
kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan
yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang
difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu
berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan,
evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan
evaluasi basil merupakan basil dan pemberin asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk
menentukan adanya perubahan yaitu interpretasi yang suyektif dan pengamat
dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah
mengenai proses atau hasil
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukan
perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,
wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan
penting
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan
untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi
masalah dan menganalisa masalah
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang
diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan
perawat dalam melakukan evaluasi adalah :
Subyektif: pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang
perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan
tindakan keperawatan
Obyektif: data yang bisa diamati dan diukur melalui teknnik observasi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau
kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakakn
keperawatan
Analisa : pernyataan yang menunjukan sejauh mana masalah keperawatan
ditanggulangi
Planning : rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut
sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S. (2013). Buku Ajar Pelayanan KB. Jakarta selatan : Kementrian kesehatan
Republik Indonesia
Kholifah. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta selatan : Kementrian
kesehatan Republik Indonesia.
PPNI, TIM POKJA SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
PPNI, TIM POKJA SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
PPNI, TIM POKJA SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Wiratri, Amorisa. (2018). Memiliki Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat Indonesia.
Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol. 13, No. 1 Juni 2018, hal 15-26

Anda mungkin juga menyukai