Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

NIM : ...............................

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2009).
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama
lain (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama dan
saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus, saling
pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip dari (Achjar, 2010)
Dari tiga difinisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
B. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2009) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapatdisebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather, adalah keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family adalah keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family adalah beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family adalah keluarga yang hidup
bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family adalah seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family adalah beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family adalah keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluargayang aslinya.
10) Homeless Family adalah keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi
dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
C. Struktur Keluarga
Dalam (Setiadi, 2009), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantarannya adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.
D. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,
seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain.
Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada
akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan hubungan dengan orang
lain diluar keluarga/ masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka
fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber
energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak
atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat
terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang
yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan
keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan
istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
E. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Freedman (1981) dikutip dari (Harmoko, 2012) membagi 5 tugas keluarga dalam
bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar
perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera
melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
4. Memodifikasi lingkungan
Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
F. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2009), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
G. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2009), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah
selebihnya bermasalah dalam hal :
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan
memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah
(sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan
lebih luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerim,a
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat
ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan
waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
H. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keluarga
Setiadi (2009) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah
1. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan normal tentang
kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta membuat keluarga sadar akan
akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
2. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan asuhan
keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
3. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu berperan
dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik secara berkelompok maupun
individu.
4. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau oleh
keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
5. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat.
6. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan
keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat bekerja
sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan profesi lain untuk
mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.
I. Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga
Setiadi (2009) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran aktif
seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga memanfaatkan
sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses
keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah
penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain
adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
a. Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b. Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a. Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi (anemia).
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara dan Multipara.
e. Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a. Lahir prematur (BBLR).
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan cacat bawaan.
d. ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a. Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok
dan ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit
d. Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari meninggalkan rumah.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga
maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya. (Effendy, 2009).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga
menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen
pengkajian yaitu :
1. Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi anggota keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
g) Status sosial ekonomi keluarga
2. Aktifitas rekreasi keluarga
a) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b) Tahap perkembangan keluarga saat ini
c) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
d) Riwayat keluarga inti
e) Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga
c) Struktur peran (formal dan informal)
d) Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
6. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga.
b) Respon keluarga terhadap stress
c) Strategi koping yang digunakan
d) Strategi adaptasi yang disfungsional
7. Pemeriksaan fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8. Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2011),
yaitu:
1. Membina hubungan baik
Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain,
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan
kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada
keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga.
2. Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
yang dilakukan.
3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang
lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian
awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab
dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan
respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun
intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk
mencegah perubahan (Carpenito, 2010).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu :
a. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar
normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :
a) Manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
c) Perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab. Dalam penyusunan masalah kesehatan
dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan
keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya
terdiri dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi
(E).
2. Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi
masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko
ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
3. Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S). Perumusan problem (P)
merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.
c. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan
dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi
(Efendy, 2009).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala
prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2010).
d. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan
disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria
sebagai berikut :
1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah.
3) Potensi masalah untuk dicegah.
4) Menonjolnya masalah.
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari
satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan
Maglay (1978) dalam Effendy (2009).
a. Kriteria : Bobot dan Skor
b. Sifat masalah : Aktual = 3, Risiko = 2, Potensial = 1
c. Kemungkinan masalah untuk dipecahkan : Mudah = 2, Sebagian = 1, Tidak dapat
=0
d. Potensi masalah untuk dicegah : Tinggi = 3, Cukup = 2, Rendah = 1
e. Menonjolnya masalah : Segera diatasi = 2, Tidak segera diatasi = 1, Tidak
dirasakan adanya masalah = 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
e. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson &
Fallune, 2009).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan
jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di
keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana
mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk
tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
a) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah.
b) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan
meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.
c) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor
penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
d) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.
e) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui
dan apa yang telah dilaksanakan.
f) Pelaksanaan, pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga yaitu:
1) Sumber daya keluarga.
2) Tingkat pendidikan keluarga.
3) Adat istiadat yang berlaku.
4) Respon dan penerimaan keluarga.
5) Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.
Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara
jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat
berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai.
Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
 S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
 O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
 A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
 P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto

Allender, JA & Spradley, B. W. (2008). Community as Partner, Theory and Practice


Nursing. Philadelpia : Lippincott

Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M. (2014). Community Health and Nursing, Concept and
Practice. Lippincott : California,

Effendy,N. (2009). Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta : EGC

Friedman,M.M. (2009). Family Nursing Research Theory and Practice,4th


Edition.Connecticut : Aplenton

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkurtural. Jakarta : EGC

Suprajitno. (2011). Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek.Jakarta :EGC

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai